Majalah MAInfo Edisi 1 April- Juni 2017

Page 1



DAFTAR ISI

SELATAN 6 BUTON SURGA YANG TERSEMBUNYI 26 ENTERPRENEUR

HASANUDDIN ATJO

○ ○

KERJA KERAS, CERDAS, SELALU BERINOFATIF, IKLAS, DAN JUJUR

SANG 18 ARWANA DIVA SUKABUMI

30

○ ○

INOVASI/INFO TEKNOLOGI

GIBRAN CHUZAEFAH AMSI MUDAHKAN PENGELOLA BUDIDAYA IKAN

24 KOLOM

MEMBANGUN RAKSASA EKONOMI KELAUTAN YANG TERTIDUR. OLEH ROKHMIN DAHURI

SERIFIKASI itu PENTING, KOMPETENSI itu KEREN. ○

○ ○

RUMPUT LAUT SEBAGAI KOMODITAS STRATEGIS

36

○ ○

38

YOUNG ENTERPRENEUR

○ ○ ○ ○ ○

46 - ALMAMATER

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 1

○ ○

44 - TANYA PEMBACA

40 - KOMODITAS PRIMADONA

34 - INFO PRODUK PERIKANAN

Foto Cover: Dr. Ir. OMN Ilah Ladamay, MSi Fotografer: Sufi Hisanuddin Desain: David Jamms

14 - BUDIDAYA TAWAR

12 - BUDIDAYA LAUT

22 - INFO MAI

4 - EVENT

○ ○

20 - SOSOK

3 - SURAT PEMBACA

○ ○ ○

16 - BUDIDAYA PAYAU

2 - SALAM REDAKSI

MAInfo | 1 11/04/2017, 22:05


SALAM REDAKSI Pembina Rokhmin Dahuri

Pengarah Agung Sudaryono

Pemimpin Umum/Redaksi Mussalimun

Redaktur Pelaksana Arie Wibowo Irawan

Sidang Redaksi Iwan Priatna, Yeyen Hardayani, Yogi W Utomo, David Jamms, Dadan Sunandar,Mirza Muntaha, Wikke Elta Ayu Selviani, Sonny Kurniawan

SALAM PERDANA

P

embaca yang budiman berbahagia sekali kami dapat menjumpai Anda semua. Kami berharap, Anda semua dalam kondisi sehat wal afiat dan selalu sukses dalam menjalani pekerjaan seharihari. Majalah yang kini ada di genggaman tangan Anda ini adalah edisi pertama MAInfo. Majalah ini hadir sebagai wujud nyata komunikasi di antara para stakeholder di bidang akuakultur Indonesia. Khususnya untuk seluruh Anggota Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI). Sebab, MAI sebagai organisasi profesi akuakultur yang anggotanya tersebar di seluruh Indonesia, sejak tahun 2001 dipandang efektif oleh insan akuakultur sebagai wadah komunikasi dan sarana bagi persatuan berbagai profesi di sektor akuakultur di Indonesia, mencakup akademisi, peneliti, praktisi, birokrat, dan pecinta akuakultur. Di edisi perdana ini, kami menghadirkan ragam informasi yang akan memuaskan dahaga keingintahuan Anda. Di rubrik Teropong, kami angkat profil Kabupaten Buton Selatan. Kabupaten hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Buton ini menyimpan banyak potensi di sektor kelautan dan perikanan. MAInfo berkesempatan mengunjungi kabupaten yang terbentuk tahun 2014 dan melihat potensi itu untuk dapat menghadirkannya ke hadapan Anda. Oleh-oleh dari Buton Selatan juga dapat Anda simak di rubrik Budidaya Laut. Jangan juga lewatkan rubrik lain yang tak kalah menariknya. Semua itu kami hadirkan untuk dapat memberikan kepuasan bagi Anda, pembaca yang budiman. Dan kami juga menantikan masukan dari Anda demi kemajuan majalah ini. Selamat membaca. â–

2 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 2

Kontributor Rahmad Muchtar

Fotografer Endang Darmawan

Sekertaris Redaksi Yeyen Hardayani

Layout & Desain David Jamms

Pemasaran & Promosi Beni Ahmad Slamet

Keuangan & Umum Dadan Sunandar

Sirkulasi Team Roda Publika

Alamat redaksi Jl Brawijaya No. 6 Villa Indah Pajajaran, Bogor Jawa Barat Telp: (0251) 831 8856 Fax: (0251) 857 1229 Email: rodapublika@gmail.com

Penerbit MAI Publishing Jl Dewi Sartika IV No. 70 Semarang Telp: (024) 8318 908 Fax: (024) 8318 908 Email: publishingmai@gmail.com

Percetakan PT Intermasa (isi diluar tanggung jawab percetakan)

Harga Rp. 25.000,(Dua puluh lima ribu rupiah)

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 22:05


SURAT PEMBACA

TESTIMONI TOKOH AKUAKULTUR

Slamet Soebjakto (Dirjen Perikanan Budidaya KKP)

Rokhmin Dahuri (Ketua MAI)

Herman Khaeron (Wakil Ketua Komisi IV DPR RI)

Saya senang, menyambut baik dan mendukung MAI dapat menerbitkan majalah MAInfo. Harapan saya MAInfo dapat mencerdaskan para pembudidaya di Indonesia.

MAInfo hadir dengan wajah baru dan tim redaksi yang sudah terstuktur dengan rubrik- rubrik yang bermutu guna menunjang informasi kemajuan Akuakultur Indonesia. Selamat dan

Kehadiran MAInfo sangat tepat dan dapat memberi kontribusi informasi aktual dan bersahabat dengan stakeholder Akuakultur. Bersama memajukan akuakultur Indonesia melalui MAinfo.

Safari Azis (Ketua ARLI)

Hasanuddin Atjo (Kadin KP Sulawesi Tengah)

Anang Hermanta (PT Sinta Prima Feedmill)

Terimakasih. MAInfo banyak memberikan pencerahan dan menyajikan informasi- informasi lengkap dan penuh dengan hal- hal yang kita butuhkan.

Saya apresiasi kehadiran MAInfo, majalah Akuakultur yang cukup beda dengan rubrik Tanya Pembaca yang akan mampu menjadi media solutif dan informatif dalam menjawab beragam persoalan seputar Akuakultur.

MAInfo menjadi kebanggaan tersendiri karena sudah hadir sebagai media cetak Akuakultur yang informatif dan komunikatif. Semoga MAInfo mampu menjadi penyambung lidah masyarakat akuakultur.

Yushinta Fujaya (Peneliti Akuakultur)

Imam Kadarisman (Stargold)

Andi J Sunadim (Aquatec)

Terimakasih banyak MAInfo, kami menyambut baik dan semoga menjadi majalah kebanggaan Akuakultur di Indonesia.

Saya berharap majalah MAInfo bisa menjadi jembatan yang jujur dan efektif serta berpihak pada pelaku budidaya. Selamat dan Sukses !

MAInfo, media cetak dengan branding sangat menarik yang fokus pada dunia Akuakultur. Semoga MAInfo semakin cepat maju dan dikenal masyarakat.

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 3

MAInfo | 3 11/04/2017, 21:50


EVENT Misalnya, saat ini teknologi perikanan di Indonesia masih minim dan perlu pengembangan. Selain itu, pengembangan akuakultur juga menghadapi masalah ledakan hama penyakit yang disebabkan kotornya lingkungan dan disiplin para pembudidaya ikan yang antara lain tak menggunakan benih ikan berkualitas. Masalah lain yang juga cukup mengkhawatirkan adalah alih fungsi lahan yang cukup tinggi. Sehingga, pemerintah harus ikut andil dengan mengeluarkan peraturan terkait alih fungsi lahan. “Konferensi internasional mengenai akuakultur Indonesia ini sudah berjalan enam tahun dan tempatnya berpindah-pindah. Targetnya adalah agar peneliti, dosen, pakar, maupun pemerintah bisa mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini dari perikanan budidaya,” kata Rokhmin Dahuri. Menurut dia, konferensi ICAI itu juga menjadi peluang untuk para peserta melebarkan bisnis. Sebab, peserta yang datang bukan hanya memberikan presentasi tentang hasil penelitiannya, tetapi juga dapat menjalin kerja sama segitiga di antara akademisi, pebisnis, dan pemerintah.■

PERKEMBANGAN IPTEK PERIKANAN BUDIDAYA DI ICAI 2016

D

elegasi dari 12 negara menghadiri International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) 2016 yang diselenggarakan Asosiasi Masyarakat Akuakultur Indonesia. Konferensi yang diadakan di Kuta, Bali, 28 - 30 Oktober 2016 itu bertujuan membahas perkembangan terkini ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang perikanan budidaya. Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Akuakultur Indonesia, Rokhmin Dahuri, menuturkan, konferensi tersebut penting, karena dapat mencari jawaban atas sejumlah masalah di bidang perikanan budidaya. ○

KETUA MAI HADIRI MUSRENBANG KABUPATEN BUTON SELATAN

K

etua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), Rokhmin Dahuri, tampil sebagai salah satu pembicaraan dalam pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah Kabupaten Buton Selatan (Busel), 20 Maret 2017. Kegiatan Musrenbang yang diadakan di Aula La Maindo, Kecamatan Batauga, Kabupaten Busel, Provinsi Sulawesi Tenggara, itu dihadiri ratusan peserta dari berbagai unsur aparat dan SKPD Kabupaten Busel. Selain Rokhmin, tampil pula sebagai pembicara Plt Bupati Busel, OMN Ilah Ladamay; Anggota Komisi II DPR RI, Amirul Tamim; Anggota DPD RI dari Sultra, Wa Ode Hamsinah Bolu; Ketua DPRD Kabupaten Busel, La Usman; serta Ketua Bappeda Kabupaten Busel, La Sufi Hisamudin. Musrenbang sendiri adalah agenda tahunan yang melibatkan pertemuan para stakeholder untuk

4 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 4

YOGI UTOMO/MAI 2017 ○

mendiskusikan masalah yang mereka hadapi dan memutuskan prioritas pembangunan jangka pendek. Kehadiran Ketua MAI Rokhmin Dahuri sebagai pembicara di pembukaan musrenbang Kabupaten Busel memberikan warna tersendiri. Sebab, Kabupaten Busel memiliki potensi besar di bidang perikanan. Selama ini, produksi kelautan dan perikanan Kabupaten Busel masih didominasi perikanan tangkap laut. Misalnya, dari total produksi perikanan Kabupaten Busel tahun 2015 yang berjumlah 33.859 Ton, hanya 551 Ton merupakan hasil perikanan budidaya laut, dan 33.308 Ton merupakan hasil perikanan tangkap laut. Sejauh ini, perikanan budidaya di Kabupaten Busel masih didominasi oleh budidaya rumput laut. ■ YOGI UTOMO/MAI 2017

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


EVENT MAI GELAR WORKSHOP PERBANDENGAN NASIONAL

Indonesia. Sementara Slamet Soebijakto mengatakan, dikeluarkannya Inpres No 7/2016 menjadi dorongan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor budidaya. Khususnya untuk bandeng yang menempati urutan ketiga produksi perikanan nasional. Melalui workshop itu, kata dia, dapat dirumuskan pola pengembangan sektor budidaya. “Kita mulai dari komoditas bandeng, dan nantinya perlu dibuat juga workshop untuk komoditas budidaya yang lain,” ujar Slamet Soebjakto. Muhibuddin Kuto mengimbuh, salah satu masalah yang terjadi di sektor budidaya bandeng adalah harga nener yang fluktuasinya sangat tajam, bahkan bisa jatuh hingga Rp 2 per ekor.“Saya berharap, dengan kegiatan ini MAI bersama pelaku dan pemerintah dapat membantu memberikan solusi untuk kemajuan pengembangan sektor budidaya khususnya komoditas bandeng,” ucapnya. ■

M

asyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) menggelar Workshop Perbandengan Nasional, 30 September 2016 di Gedung Mina Bahari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Lebih dari 50 peserta yang merupakan pelaku usaha di bidang perikanan budidaya menghadiri kegiatan ini. Ketua Umum MAI Rokhmin Dahuri, Direktur Jenderal Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebijakto, Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khairon, Praktisi Perikanan Nasional Hasanuddin Atjo, serta Kepala Divisi Marikultur MAI yang juga pelaku usaha bandeng Muhibuddin Kuto tampil sebagai pembicara. “Kita memiliki potensi perikanan yang luar biasa. Sektor budidaya dapat memberikan devisa yang besar bagi negara dan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat di suatu kawasan,” kata Rokhmin Dahuri seraya menegaskan komitmen MAI untuk terus mendukung kemajuan sektor budidaya di ○

KOMISI BARRAMUNDI NASIONAL TERBENTUK

M

asyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) bekerjasama dengan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, 9 Desember 2016, menyelenggarakan Workshop Barramundi Nasional di Fave Hotel, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Workshop tersebut didukung Aquatec, USSEC, Stargold, Skretting dan Cargill, serta sebagai media partner yaitu Trobos dan Info Akuakultur. Direktur Pembenihan, Ir. H. Sarifin, MS, yang hadir mewakili Dirjen Perikanan Budidaya, tampil memberikan pengarahan di Workshop yang dibuka oleh Wakil Ketua MAI, Dr. Rudyan Kopot, MBA tersebut. Setelah pemaparan

YOGI UTOMO/MAI 2017 ○

materi, workshop yang dihadiri 84 orang dari berbagai unsur stakeholder akuakultur, yaitu akademisi, peneliti, birokrat, praktisi, asosiasi, industri, dan pemerhati, itu lalu diisi kegiatan diskusi kelompok. Diskusi dibagi tiga kelompok, yaitu Kelompok A (Masalah dan Solusi Teknis); Kelompok B (Masalah dan Solusi Non Teknis); dan Kelompok C (Pasca Panen dan Pasar). Hasil workshop tersebut adalah terbentuknya Komisi Barramundi Nasional. Komisi Barramundi Nasional adalah komisi independen yang dibentuk stakeholder akuakultur Indonesia, dan secara organisatoris ada di bawah naungan dan koordinasi organisasi profesi Masyarakat Akuakultur Indonesia. Dr Agus Somamiharja, MSc terpilih sebagai Ketua, dengan Sekretaris Andi Yuslim, S.STPi, MP. Mereka didampingi 7 Anggota Komisi, yaitu Ir Sulkaf MSi, Ir Supriyadi MSi, Dr Magdalena Latuihamallo M.Sc, Ketut Bagus Irawan, Usama, Ir Dani Jatnika, dan Andi J Sunadim.■ YOGI UTOMO/MAI 2017

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 5

MAInfo | 5 11/04/2017, 21:50


TROPONG

6 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 6

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


TROPONG

BUTON SELATAN, SURGA YANG TERSEMBUNYI Kabupaten Buton Selatan memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk bisa dieksplorasi dan dikembangkan. Bahkan, kabupaten yang beribukota di Batauga ini bisa disebut sebagai surga yang tersembunyi. Sebab, potensi yang sangat besar itu hingga kini belum digarap secara maksimal.

K

abupaten Buton Selatan memiliki luas wilayah mencapai 2.998,68 km2 dan terbentuk tahun 2004 sebagai hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Buton. Pembentukan Kabupaten Buton Selatan dijelaskan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014. Sebagian besar wilayah Buton Selatan merupakan perairan laut yang luasnya mencapai 2.478,73 km2 dengan panjang garis pantai hingga 151 km. Sedangkan luas daratannya adalah 509,95 km2. Artinya, sebanyak 82,66% wilayah Kabupaten Busel berupa perairan laut. Secara geografis, Kabupaten Buton Selatan terdiri dari beberapa pulau dan daratan. Posisinya diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores, serta masuk dalam pelayaran ALKI (Akur Laut Kepulauan Indonesia) II. ALKI II melintasi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Laut Flores, dan Selat Lombok. Secara administratif, batas-batas Kabupaten Buton Selatan adalah Kelurahan Sula

Kecamatan Betoambari, Kelurahan Labalawa Kecamatan Murhum, Kelurahan Karya Baru, Kelurahan Bugi, Kelurahan Gonda Baru Kecamatan Sorawolio Kota Bau Bau dan Desa Kaongkeongkea Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton di sebelah utara; sebelah timur berbatasan dengan Desa Kaongkeongkea, Desa Warinta Kecamatan Pasarwajo, Desa Wabula I dan Desa Wasuemba Kecamatan Wabula Kabupaten Buton, dan Laut Flores; serta sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Laut Flores. Sebagai sebuah kabupaten yang baru seumur jagung, Buton Selatan punya banyak sekali potensi untuk berkembang. Secara utuh, Kabupaten Buton Selatan punya 7 potensi tambang semisal mangaan, nikel, uranium, aspal, pasir besi, batu marmer, dan logam mulia. Sebagian besar bahkan sudah jadi komoditi ekspor. Selain pertambangan, Buton Selatan juga punya potensi besar lain khususnya di

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 7

MAInfo | 7 11/04/2017, 21:50


TROPONG

sektor kelautan, perikanan, energi arus laut, dan pariwisata. Sehingga, Buton Selatan tidak menghawatirkan untuk dapat mengembangkan wilayah secara otonomi. Asal, roadmap pembangunan wilayahnya jelas dan terarah.

Perikanan Kelautan Potensi cukup besar di bidang kemaritiman yang dimiliki Kabupaten Buton Selatan juga dikatakan oleh Ketua tim penelis dalam debat Calon Bupati dan Wakil Bupati Buton Selatan, Prof Dr Usman Rianse. Jika potensi itu

8 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 8

digenjot, menurut dia, Buton Selatan bisa sejajar dengan daerah lain kendati umurnya baru dua tahun dan kini berstatus sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB). Ucapan Usman Rianse tidak berlebihan. Sebab, Kabupaten Buton Selatan memiliki potensi perikanan tangkap sebesar 151.099 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 22,04%. Potensi perikanan budidaya Buton Selatan sebesar 3.038,52 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 18,1%. Apalagi, perairan Buton Selatan merupakan jalur imigrasi ikan terbesar di Indonesia. Tak heran jika potensi perikanan kelautannya cukup besar. Berdasarkan data BPS Kabupaten Buton Selatan 2016, total produksi perikanan Buton Selatan tahun 2015 adalah 33.859 ton, terdiri dari 22.308 ton perikanan tangkap laut dan 551 ton perikanan budidaya. Dengan total produksi perikanan sebesar itu, Busel punya 3.165 RTP perikanan tangkap dan 167 RTP perikanan budidaya. Komoditas perikanan laut

yang paling banyak ditangkap di Busel adalah ikan kakap merah, baronang, tongkol, tuna, kerapu merah, dan cakalang. Sedangkan rumput laut jenis Eucheuma cottonii masih mendominasi komoditas perikanan budidaya. Kabupaten Busel juga mengembangkan budidaya ikan kerapu bebek, kerapu sunu, dan kakap putih di keramba jaring apung. Besarnya kekayaan kelautan Buton Selatan juga dikatakan Anggota Komisi II DPR RI, Amirul Tamim. Amirul yang juga Mantan Walikota Baubau

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


TROPONG itu menyebut, selama ini sumber daya kelautan telah cukup memberikan kemanfaatan bagi masyarakat Buton Selatan kendati belum ada sentuhan maksimal. Maka, dengan menjadi sebuah daerah otonom, ini merupakan kesempatan bagi Buton Selatan untuk lebih mengoptimalkan sumber daya kelautan itu dengan memberikan sentuhan yang maksimal. “Yang harus diperhatikan dalam jangka pendek adalah bagaimana agar semua potensi sumber daya Buton Selatan ini bisa memberikan suplai bagi Baubau. Itu jangka pendek. Selanjutnya, bagaimana agar lebih luas lagi karena Buton Selatan punya potensi sebagai daerah penyangga yang luas. Misalnya untuk Maluku atau Makassar. Kita bisa mensuplai ikan ke Makassar, tetapi sekarang ini yang memberikan suplai ikan ke Makassar adalah orang dari daerah lain yang menangkap ikan di wilayah kita. Yang mensuplai restoran di Makassar itu kan ikan dari kita,� kata Amirul. Amirul pun mengritik kebijakan yang justru membuat nelayan Buton Selatan lebih senang membudidaya rumput laut. Seharusnya, para nelayan itu diberikan bantuan kapal agar mereka bisa melaut. Sebab, potensi besar itu justru ada di laut. Berupa ikan. Terlebih dengan adanya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No 51/Kepmen-kp/ 2016 tentang penetapan lokasi pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan. Kepmen tersebut menyatakan, Kabupaten Buton Selatan sebagai satu-satunya kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang menjadi lokasi percontohan pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT). Daftar lokasi pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan tersebut adalah:

Energi Arus Laut Sebagai wilayah kepulauan, Busel juga punya potensi alam lain, yaitu angin dan arus laut. Potensi itu kini tengah diolah untuk dijadikan potensi energi pembangkit tenaga listrik sebagai bagian dari energi baru dan terbarukan. Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) yang diisyaratkan kekuatan pergeseran air lautnya minimal 205 meter per detik, sedangkan hasil pengukuran survey mencapai 5-11 meter per detik. Dengan pergeseran air laut sebesar itu, potensi daya listrik yang akan dihasilkan mencapai 40 mega watt. Sehingga, Busel sangat layak untuk dikembangkan. PLTAL di Busel berada di ibukotanya, Batauga. Tepatnya, pembangunan PLTAL dengan kapasitas 40 megawatt tersebut dilakukan di Pulau Siompu. Pembiayaannya didapat dari APBN tahun 2015 sebesar Rp 200 miliar. Peresmian pembangunannya dilakukan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo. Selain PLTAL, Busel juga berpotensi dalam pengadaan energi terbarukan berupa Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA). Potensi kekuatan anginnya mencapai 10 meter/detik dengan kandungan daya listrik sebesar 30 MW. Namun, besarnya potensi kelautan dan perikanan di Busel belum bisa diimbangi

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 9

MAInfo | 9 11/04/2017, 21:50


TROPONG

dengan sarana dan prasarana yang ada. Dari data BPS Kabupaten Buton Selatan tahun 2016, terlihat 51% kondisi jalan di kabupaten ini masih belum diaspal. Selain itu, perusahaan berbadan hukum di Busel pun 31,76% masih bersifat perorangan. “Di sini perlu peran Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dan segenap masyarakatnya untuk saling berkolaborasi membangun daerah ini, dan hal ini harus ditanggapi serius,” tegas mantan rektor Universitas Halu Oleo.

“Kawasan Basilika memiliki potensi pariwisata yang luar biasa. Jika dikembangkan dengan baik, kawasan pariwiata tersebut bisa merangsang tumbuhnya berbagai kegiatan ekonomi

Pariwisata Kabupaten Buton Selatan juga merupakan salah satu kabupaten otonom baru yang di dalamnya terkandung banyak potensi pariwisata. Salah satunya adalah kawasan Basilika. Terkait potensi surgawi Kabupaten Buton Selatan itu, Anggota DPRD Buton Selatan, Hasan Alif, telah mendorong Pemerintah Kabupaten Buton Selatan, agar mengembangkan sektor pariwisata yang potensinya cukup besar, khususnya di kawasan Basilika (Batauga, Siompu, Liwutongkidi dan Kadatua).

10 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 10

masyarakat,” katanya. Menurut dia, selain terdapat potensi pariwisata budaya dan kuliner khas tradisional, di dalam kawasan tersebut juga terdapat potensi pawisata bahari yang eksotis. Terutama di alam bawah laut Pulau Liwutongkidi. Ia menyebut, jika kawasan Basilika dikelola dan diarahkan menjadi wilayah industri pariwisata, kawasan di Buton Selatan tersebut bisa menarik minat banyak wisatawan untuk berkunjung. “Alam bawah laut Pulau Liwutongkidi dihuni beragam jenis terumbu karang serta

menjadi habitat berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya,” katanya. Potensi wisata Kabupaten Busel dapat dilihat dari data BPS Kabupaten Buton Selatan 2016 yang menunjukkan, total pengunjung Buton Selatan selama tahun 2015 sebesar 347 orang, terdiri dari 142 orang wisatawan manca negara dan 205 orang wisatawan domestik. “Kalau industri pariwisata berkembang baik, maka berbagai kegiatan ekonomi seperti usaha kuliner khas daerah, perhotelan, industri kerajinan, usaha jasa transportasi dan lain-lain juga ikut berkembang,” katanya. Menyimak semua itu, peran aktif seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan. Agar semua potensi yang dimiliki Buton Selatan dapat lebih dioptimalkan dan bermanfaat untuk seluruh warganya. Dan surga yang tersembunyi itu pun dapat lebih mengemuka.■ YOGI UTOMO/BERBAGAI SUMBER

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 11

MAInfo | 11 11/04/2017, 21:50


BUDIDAYA LAUT

RUMPUT LAUT PRIMADONA BUTON SELATAN Sebagian besar wilayah Kabupaten Buton Selatan (Busel) adalah laut. Wilayah perairan Busel dikenal menyimpan sumber daya alam yang sangat besar. Di antara potensi sumber daya alam yang besar itu, kini rumput laut menjadi komoditas primadona Buton Selatan. Pemerintah Kabupaten Busel pun mendorong warganya terutama yang bermukim di wilayah pesisir untuk mengembangkan budidaya rumput laut.

S

ebagai kabupaten yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, sumber daya yang ada di laut merupakan sumber kesejahteraan terbesar bagi masyarakat Buton Selatan. Sumber daya perikanan di perairan laut Buton Selatan jumlahnya tak terbatas. Tengok saja data BPS Kabupaten Buton Selatan tahun 2016 yang menunjukkan produksi perikanan budidaya mereka tahun 2015 yang mencapai 551 ton. Semua capaian produksi perikanan budidaya itu berasal dari budidaya air laut, yang didominasi oleh budidaya rumput laut. Hampir seluruh wilayah pesisir Buton Selatan sangat cocok untuk pengembangan budidaya rumput laut. Buton Selatan sendiri punya potensi lahan budidaya laut seluas 630

12 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 12

hektare. Potensi seluas itu, jika dioptimalkan tentu merupakan kekayaan alam yang sangat besar. Menyikapi hal itu, Pemerintah Kabupaten Buton Selatan sangat mendorong warganya, terutama yang bermukim di wilayah pesisir, untuk mengembangkan budidaya rumput laut. Misalnya di Kelurahan Majapahit, yang rata-rata warganya hidup sebagai petani dan nelayan. Di kelurahan itu, rata-rata warga, baik petani maupun nelayan, membudidayakan rumput laut.

Potensi Besar Rumput Laut Besarnya potensi rumput laut di Buton Selatan bukan sekadar kata. Faktanya, dari satu area tempat pembudidayaan rumput laut

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


BUDIDAYA LAUT

berukuran 10x30 meter, 70100 kilogram rumput laut basah dapat dihasilkan. Apalagi, waktu pemeliharaannya tidak lama. Hanya butuhkan 40-45 hari hingga panen. Dan untuk membudidayakan rumput laut tak butuh obat-obatan tertentu ataupun pupuk. Semua itu membuat rumput laut menjadi komoditas yang semakin potensial untuk dikembangkan. Selain itu, perawatan rumput laut tak terlalu menyita waktu. Di dalam merawat rumput laut, para nelayan cukup menjaga rumput laut mereka agar selalu bersih dari berbagai kotoran. Sementara itu, warga dapat melakukan pekerjaan lain semisal nelayan. Artinya, mereka dapat mengembangkan usaha budidaya rumput laut sebagai pekerjaan sambilan. Tetapi, sejumlah warga kerap menghadapi masalah ketersediaan bibit rumput laut. Misalnya, warga Sampolawa yang butuh bibit rumput laut untuk membudidayakan komoditas unggulan tersebut. Menurut tokoh masyarakat Sampolawa, La Ode Salam (57), saat ini hanya sebagian kecil dari warga yang telaten mengembangkan budidaya

rumput laut karena ketidaktersediaan bibit. “Kami sangat berharap pemerintah dapat membantu menyediakan bibit bagi warga kami di sini yang sebagian sudah menggantungkan hidup dari hasil budidaya rumput laut,” katanya. Padahal, menurut dia potensi budidaya rumput laut di wilayah Sampolawa sangat menjanjikan karena pertumbuhannya di pesisir pantai kecamatan tersebut cukup bagus. Satu hamparan tanam berukuran 10x30 meter bisa menghasilkan rumput laut kering antara 70 sampai 100 kilogram setiap kali panen. Ia pun menyebut, warga yang membudidayakan rumput laut di Sampolawa bisa meraih pendapatan rata-rata 2 juta rupiah sampai 3 juta rupiah sekali panen.

Proyeksi Harga Petani rumput laut Kabupaten Buton Selatan memperoleh pendapatan tertinggi dari panen rumput laut pada musim panen tahun 2015. Menurut salah seorang petani rumput laut di Desa Pogalampa, Kecamatan Batautga, Kabupaten Busel, La Ode Sabaria (37), para petani memperoleh pendapatan tertinggi di musim panen tahun tersebut, karena harga rumput laut kering mencapai Rp 13.000 – Rp 14.000 per kg. Dengan harga jual rata-rata Rp 13.000/kg, seorang petani yang menghasilkan empat sampai enam ton rumput laut bisa meperoleh pendapatan antara 50 juta rupiah – 80 juta rupiah setelah dikurangi modal kerja. Menurut sabaria,

di tahun-tahun sebelumnya, harga produksi rumput laut petani paling tinggi hanya sekitar Rp 4.500 per kg, sehingga pendapatan petani sangat rendah, hanya sekitar 7 jutaan rupiah per musim panen. Kata dia, produksi rumput laut yang kadar airnya paling rendah dihargai Rp 14.000 per kg oleh pedagang pengumpul produksi rumput laut. Sementara produksi rumput laut dengan kadar air masih tinggi atau tingkat kekeringannya belum sempurna, kata dia, dihargai Rp 12.000 sampai Rp 13.000 per kg. Dalam setahun kata dia, hanya dua kali musim panen yang mencapai produksi rumput laut maksimal dengan masa pemeliharaan rumput laut selama 45 hari. “Petani yang menjual rumput laut dengan harga Rp 12.000 per kg biasanya karena tidak sabaran menunggu sampai rumput lautnya kering betul. Mereka terpaksa menjual dengan harga rendah karena membutuhkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” katanya. Wilayah Desa Pogalampa dan desa-desa di sekitarnya merupakan sentra produksi rumput laut terbesar di Buton Selatan. Di desa itu, Sebagian besar penduduk sudah menggantungkan hidup dari hasil produksi budidaya rumput laut, selain bercocok tanam tanaman kakao. “Setiap satu kali panen, kita para petani rumput laut di sini bisa memperoleh produksi rumput laut kering antara empat ton hingga enam ton,” katanya. ■ YOGI UTOMO/BERBAGAI SUMBER

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 13

MAInfo | 13 11/04/2017, 21:50


BUDIDAYA TAWAR

SUBANG, SENTRA IKAN MAS JAWA BARAT Kabupaten Subang saat ini menjadi penghasil terbesar benih ikan mas di Jawa Barat. Kontribusi benih ikan mas asal Subang memenuhi 46 persen kebutuhan pasar di Jawa Barat, tak heran, karena hasil budidaya benih ikan mas ukuran 100 ekor per kilogram kini mencapai 20 ton per hari. Selain memenuhi kebutuhan lokal, produksi benih sebanyak itu pun dikirim ke berbagai daerah.

14 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 14

I

kan mas adalah jenis ikan air tawar yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai usaha. Selain bisnis kuliner, ikan mas juga sangat bagus untuk usaha budidaya. Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan spesies air tawar yang termasuk dalam famili Cyprinidae dan punya banyak sebutan antara lain kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh, atau nama lain sesuai daerah penyebarannya. Boleh dikatakan, ikan mas merupakan ikan paling populer di masyarakat serta sudah lama dibudidayakan dan terdomestifikasi dengan baik di dunia. Di Subang, kebanyakan pasar lokal permintaannya dari pembudidaya pembesaran kolam arus deras di

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


BUDIDAYA TAWAR Selatan Subang dan air tenang di Tengah Subang. Namun, pasar terbesarnya memenuhi kebutuhan benih pembudidaya ikan jaring terapung di waduk Cirata dan Saguling. Yang menarik, kini sentra penghasil benih ikan mas di Subang mengalami pergeseran. Jika sebelumnya di Sumur Gintung Cikaum, kini penghasil benih paling banyak ada di Pabuaran. Ada 400 hektar lahan pembenihan Di Pabuaran. Pergeseran ini ada kaitan dengan jaminan pasokan air. Sumur Gintung mengalami kendala pasokan air karena mengandalkan pasokan dari Leuwinangka, yang kini suplai airnya minim setelah jebol beberapa tahun lalu. Di Pabuaran, pasokan air mereka didapat dari Tarum Timur hampir sepanjang tahun. Saat ini tengah dilakukan pengembangan dengan mendatangkan indukan baru Marwana, yaitu ikan Mas Ras Wanayasa. Sebelumnya, pembenihan ikan mas masih mengandalkan indukan asal Majalaya. Indukan Marwana dari Purwakarta, sebagai strains baru pengganti indukan lama asal Majalaya, sudah mulai dikembangkan di daerah Pabuaran.

Pensuplai Nomor Satu Kabid Perikanan dan Budidaya, Dinas Perikanan dan Kelautan Subang, Tarlan, menjelaskan, potensi perikanan di Kabupaten Subang cukup besar. Hingga 900 hektar kolam air tenang di wilayah Tengah Subang dan di wilayah Selatan ada 571 unit

kolam air deras. Per unit sekitar 100 meter persegi. Jika dihitung jumlah petaknya, pembudidaya kolam air deras mencapai 4.500 petak. Saat ini, mayoritas kebutuhan benih ikan mas pembudidaya di berbagai daerah di Jawa Barat, termasuk jaring terapung Cirata, Saguling, dan Jatiluhur, pasokannya dipenuhi dari hasil pembenihan di Kabupaten Subang. Bahkan, saat ini produksi benih ikan mas di Subang menempati posisi nomor satu terbesar di Jawa Barat dengan kisaran produksi mencapai 3 miliar ekor per tahun. Diperkirakan, dua per tiga kebutuhan benih ikan mas di Jawa Barat berasal dari Subang. Sehingga, Subang dapat disebut sebagai Sentra Ikan Mas Jawa Barat. Tarlan menyebut, Subang merupakan pensuplai benih ikan mas nomor satu di Jawa Barat. “Sekitar 80 persen benih produksi yang dikirim ke luar Subang, dan 20 persen untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal Subang,” katanya. Menurut Tarlan, budidaya Ikan mas di Subang sudah terpola berdasarkan wilayah. Misalnya Selatan Subang menjadi sentra indukan dan pembesaran. Sedangkan sentra pembenihan dan pendederan ada di wilayah Tengah Subang, semisal Subang Kota, Cibogo, Kalijati, Pagaden, Pagaden Barat, dan

Pabuaran. “Dari beberapa daerah dan sejumlah sentra pembenihan ikan tersebut, produksinya banyak dan paling bagus di Sumur Gintung, Pagaden Barat. Produksi per hari bisa 10 juta hingga 15 juta ekor larva hasil penetasan. Sedangkan benih yang 1 kg isinya 100 ekor, per hari diperkirakan mencapai 15 ton dari Subang ke Jatiluhur, Cirata, dan Saguling,” ujarnya. Sementara Kasi Perikanan

Air Tawar Kabupaten Subang, Udin Saefudin, mengatakan, berdasarkan data produksi berbagai jenis ikan di Kabupaten Subang, hasil budidaya unit pembenihan rakyat maupun BBI lokal selama Januari hingga September, tercatat sebanyak 2.451.652.000 ekor. Dari jumlah tersebut, paling banyak adalah jenis ikan mas yang mencapai 1.403.961.000 ekor, Nila 976.555.000 ekor, lele 79.262 ekor, patin 1.100.000 ekor, dan Gurame 18.200 ekor. ■ YOGI UTOMO/PIKIRAN RAKYAT 2016

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 15

MAInfo | 15 11/04/2017, 21:50


BUDIDAYA PAYAU

KAMPUNG IKAN BANDENG DI SEMARANG Budidaya bandeng di tambak maupun dalam keramba jaring apung dengan air payau di tepi laut relatif lebih sulit dibandingkan budidaya di air tawar. Namun, hasilnya sepadan dengan jerih payahnya. Tengok saja warga Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah, yang ramai-ramai membudidayakan ikan bandeng.

B

andeng (Chanos chanos sp) dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu dan dalam bahasa Inggris disebut milkfish. Bandeng adalah salah satu jenis ikan air payau yang punya rasa spesifik dan telah dikenal di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri. Ikan ini adalah satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae. Di beberapa provinsi terutama di Pulau Jawa, bandeng menjadi komoditas unggulan dan olahannya pun menjadi makanan khas provinsi. Provinsi Banten, misalnya, terkenal dengan sate bandengnya yang sangat khas. Di Jawa Tengah

16 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 16

terutama wilayah Semarang, terkenal dengan bandeng presto. Sedangkan Jawa Timur terutama wilayah Sidoarjo banyak memroduksi bandeng cabut duri. Produksi bandeng hampir dapat dijumpai pada seluruh provinsi di Indonesia. Pembudidayaan bandeng, utamanya banyak dilakukan di Pulau Jawa, baik Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Banten. TTotal produksi bandeng Indonesia pada 2015 mencapai 625.341 ton atau 11,45persen dari total seluruh produksi ikan budidaya. Di provinsi-provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat, bandeng dibudidayakan dengan sistem budidaya tambak dan budidaya laut. Dibandingkan budidaya air tawar, budidaya bandeng di tambak ataupun dalam keramba jaring apung di tepi laut relatif tidak mudah. Modal untuk melakukan budidaya di air payau pun sangat besar. Namun, proses ini sebanding dengan hasil yang didapat

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


BUDIDAYA PAYAU

para pembudidayanya. Jika dilakukan dengan teknik budidaya yang baik dan benar, pembudidaya bandeng yang umumnya dibudidayakan di tambak akan mendapatkan hasil sangat menguntungkan.

Pusat Kuliner Bandeng Salah satu pusat kuliner olahan ikan bandeng adalah Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Warga Tambakrejo dikenal piawai menjadikan bandeng sebagai kuliner menarik dan lezat. Hal itu membuat Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, menyatakan terkesan dengan hasil olahan mereka. Maka, tak berlebihan jika di dalam program Kampung Tematik, Tambakrejo mengambil tema “Kampung Sentra Bandeng”.

Wali Kota yang akrab disapa Hendi itu pun menyempatkan diri mampir ke Tambakrejo dalam kunjungan kerja 24 Februari 2017. Di sana, ia melihat, bandeng diolah oleh sejumlah warga menjadi berbagai kuliner semisal bandeng presto, pepes, nugget, dan otak-otak. “Dari gerbang masuk tadi, saya sudah mencium aroma khas bandeng di kampung ini. Di sepanjang jalan juga banyak warga yang menjajakan dan menjual ikan bandeng mentah. Sangat cocok dengan nama kampung tematiknya,” kata Hendi. Sementara menurut Lurah Tambakrejo, Zairin, usaha bandeng di sana sudah ada sejak tahun 1965. Saat itu ada warga yang usahanya berkembang dan memiliki tambak. Setelah berkembang, mereka membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan anggota 20 orang dan mengadakan pertemuan rutin. “Dari pertemuan rutin sesama anggota kemudian mengembangkan bandeng

menjadi salah satu potensi wilayah ini hingga seperti ini,” kata Zairin. Hendi berharap, potensi ikan bandeng di kampung tersebut terus dikembangkan agar menjadi salah satu tempat khas di Kota Semarang. Bahkan bisa menjadi ikon wisata baru di Ibu Kota Jawa Tengah itu. Selain itu, tentu saja dapat meningkatkan tingkat perekonomian dan kesejahteraan warga. “Harapannya, Tambakrejo dikunjungi orang luar daerah maupun warga Semarang sendiri sebagai ikon wisata baru Kota Semarang,” ujarnya, seraya berpesan agar warga menjaga kualitas produk bandeng mereka serta mendesain kemasan yang menarik agar semakin banyak pembelinya. “Misalnya dengan kemasan atau packaging yang menarik, tempat yang bersih, pedagangnya ramah, dan yang jelas agar bandeng Tambakrejo yang lezat ini jangan dikurangi bumbunya,” ujar Hendi. ■ YOGI UTOMO/DETIK.COM/KKP 2016

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 17

MAInfo | 17 11/04/2017, 21:50


BUDIDAYA IKAN HIAS

ARWANA SANG DIVA SUKABUMI Warga Kampung Babakan Jayawangi, Desa Gunungendut, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, dikenal kreatif. Mereka kerap berujicoba menanam ragam tanaman dan membudidayakan sejumlah hewan. Tetapi, yang lebih berhasil adalah arwana. Bahkan, arwana dapat dikatakan kini menjadi primadona kampung ini.

P

erjalanan menuju lokasi pembudidayaan ikan arwana di Kampung Babakan Jayawangi, Desa Gunungendut, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, cukup berputar-putar. Dari Jalan Raya Bogor-Sukabumi, perlu menempuh jarak 15 KM menuju lokasi. Jalan berkelok-kelok membuat perjalanan cukup memakan waktu. Butuh waktu sekitar satu jam dengan kendaraan bermotor. Warga Kampung Babakan Jayawangi cukup kreatif dalam uji coba menanam atau membudidayakan ikan atau hewan lain. Selain pepaya, warga Kampung Babakan Jayawangi juga menanam tanaman keras semisal jati, mahoni, jenjeng, dan jenis tanaman keras lain. Mereka juga membudidayakan kelinci, kambing etawa dan arwana. Tetapi, budidaya kelinci sudah tidak lagi dilanjutkan, karena kelinci-kelinci milik warga sering dimakan anjing. Sekarang tinggal kambing etawa dan arwana. Tetapi, yang lebih berhasil adalah arwana.

18 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 18

Budidaya Arwana Lokasi pembudidayaan arwana di Kampung Babakan Jayawangi cukup unik dan menarik. Uniknya, di lokasi pembudidayaan ini terdapat kolam besar seluas 5.000 m2 yang sepintas seperti danau buatan. Airnya berasal dari mata air yang berada di atas “danau” tersebut. Di “danau” itu terdapat Masjid besar dan rumah berukuran 9×6 m milik Pengelola Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P5S), Aden Saebatul Hamdi. Di atas “danau” ini juga terdapat hutan jati dan tanaman keras lainnya. Di danau tersebut, saat ini terdapat 1.000 arwana dari berbagai jenis antara lain arwana silver, gold dan super red. Pakan arwana di danau ini dari ikan mas, nila, dan mujair yang ia tebarkan. Banyak yang takjub dengan keserasian dan keseimbangan di danau ini. “Dulu saya membudidayakan arwana ini mulai hanya dua ekor. Dua ekor arwana ini saya beli di Sukabumi,” kata Aden. Beruntung Aden lalu bertemu H Maman, sahabat karib ayahnya. Aden banyak belajar

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


BUDIDAYA IKAN HIAS dari H Maman yang memotivasinya untuk bisa maju di bidang pertanian, khususnya budidaya ikan arwana. Dari modal dua ekor arwana itu, akhirnya beranakpinak menjadi puluhan hingga ratusan ekor. Aden juga membudidayakan jenis arwana yang bernilai tinggi seperti golden dan super red. “Arwana dapat berkembang biak dengan baik harus dari air yang berasal dari mata air. Alhamdulillah kami bisa membuat mata air ini bermanfaat bagi warga juga pembudidayaan arwana,” kata Aden. Saat kemarau, mata air di sana dapat mengairi tujuh kampung di Desa Gunungendut, yaitu Kampung Cikoneng, Durenbongkok, Cilamaya, Cipasung, Pasirhaur, Tonjong. Di dekat danau arwana ini juga terdapat tujuh kamar mandi umum, mewakili tujuh kampung yang ada di desa itu. Biasanya warga menggunakan kamar mandi umum itu saat kemarau panjang. Tak ada hama ikan. Semua berjalan sesuai ekosistem. Arwana-arwana besar berseliweran di pinggir danau.

Bahkan di tengah-tengah danau. Begitu juga ikan kecil yang menjadi mangsa arwana ini. Ikan-ikan kecil itu juga berkembangbiak.

Berkah Masjid Satu keunikan yang lain, Aden selalu merasa keberadaan bangunan masjid di tengah danau membuat perkembangbiakan arwana semakin bagus. “Arwana bisa berkembangbiak dengan bagus di kolam yang ada bangunan di tengahnya. Lebih bagus lagi (jika bangunan itu adalah) masjid,” kata Aden. Memang tak bisa dibuktikan secara ilmiah hubungan bangunan masjid di tengah kolam ini dengan pesatnya perkembangbiakan arwana. Tetapi buat Aden, keberadaan masjid besar nan megah di bagian tengah “danau” buatan miliknya itu membawa berkah bagi budidaya ikan arwana. “Banyak yang bertanya bagaimana masjid ini memiliki dampak positif bagi pembudidayaan arwana. Saya tak bisa menjelaskan secara ilmiah tetapi berkah itu ada,” tegas Aden. Menurut Aden, harga jual satu ekor arwana super red dan golden orange (spesies arwana dari Kalimantan, red) ukuran 20-25 cm mencapai 15-20 juta rupiah. Sedangkan yang masih anakan atau ukuran 7 inci harganya Rp 100.000. Selain di danau, Aden masih memiliki tiga kolam besar yang juga berisi arwana. Ada dua bangunan yang

digunakan untuk pembibitan arwana sebelum dilepas ke danau. Di rumah pembibitan tersebut, terdapat ribuan anakan arwana dan uji coba budidaya ikan aligator (ikan berbentuk buaya, red). Satu bangunan lagi khusus untuk pakan anak arwana, yaitu cacing air. “Satu induk arwana super red dan golden orange mengeluarkan sekitar 30 anakan dari mulutnya, sedangkan yang silver bisa mencapai ratusan. Maka, harga super red dan golden orange lebih mahal dari arwana silver,” jelas Aden. Aden pun tak pelit ilmu kendati keberhasilan membudidayakan arwana telah ia genggam. Ia sering menjadi trainer dan danaunya menjadi tempat belajar petani ikan dari Sumatera Barat, Sumatera Selatan, sampai Dinas Kehutanan dari 33 provinsi seIndonesia. Di setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu, danau arwana Aden juga sering mendapat kunjungan warga baik, untuk pengajian maupun belajar budidaya arwana. “Warga sekitar atau warga Sukabumi yang ingin belajar budidaya arwana silakan datang ke sini. Saya terima dengan tangan terbuka,” tutur Aden sambil tersenyum. ■

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 19

YOGI UTOMO/RADARSUKABUMI

MAInfo | 19 11/04/2017, 21:50


SOSOK

DR. IR. OMN ILAH LADAMAY, MSI BAUBAU AKAN JADI SENTRA PEMASARAN PRODUK PERIKANAN DI PULAU BUTON

W

ilayah Kepulauan Buton menyimpan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang besar sekali. Terutama di Buton Selatan. Potensi perikanan tangkap di Buton Selatan mencapai 151.099 Ton per tahun. Di tahun 2015, produksi perikanan tangkap laut di Buton Selatan mencapai 33.308 Ton. Sedangkan produksi perikanan budidaya laut mencapai 551 Ton. Apalagi, perairan Kabupaten Buton Selatan merupakan jalur migrasi ikan terbesar di Indonesia. Hal itu masih ditambah potensi arus laut dan angin yang kini juga tengah diolah untuk dijadikan potensi energi pembangkit tenaga listrik sebagai alternatif energi terbaharukan. Yang tak kalah menjanjikan adalah potensi pariwisatanya. Area yang sangat cocok untuk menjadi lokasi aneka kegiatan wisata laut semisal diving, snorkeling, shark point, wisata pantai dan wisata budaya, menjadikan Buton Selatan sebagai “Negeri 1001 Pesona Misteri”. Semua itu menjadi bagian dari hari-hari Plt Bupati Buton Selatan, Dr. Ir. OMN Ilah Ladamay, MSi. Pria kelahiran Buven Digul, 18 November 1959, itu mengatakan, sebagai kawasan produksi, Buton Selatan memang sangat potensial. Tetapi, untuk pemasaran hasil-hasil sumberdaya kelautan dan perikanan itu, Baubau lebih siap. Maka, Buton Selatan sesungguhnya bisa dikatakan sebagai inter land bagi Baubau. Dengan fakta potensi tersebut, Kota Baubau seharusnya bisa berperan sebagai sentra pemasaran di kawasan Buton secara keseluruhan. “Kota Baubau harus bisa mengambil peran sebagai sentra pemasaran dan distribusi untuk ke luar Buton,

20 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 20

misalnya ke Jawa, ke Makassar, dan sebagainya. Dalam kaitan dengan itu, yang paling penting adalah bagaimana kita bisa menumbuhkan dan mengembangkan peran besar Baubau ini sebagai pusat perdagangan, pusat pemasaran, dan pusat pengolahan produk-produk lokal,” tutur lelaki bernama lengkap La Ode Muhammad Nur Ilah Ladamay ini.

Pengelolaan Kebijakan Ilah resmi menjadi Plt Bupati Buton Selatan sejak 20 September 2016 hingga Bupati definitif dilantik Desember 2017. Sebelumnya, ia menjabat Kepala Biro Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Pemprov Sulawesi Tenggara. Sebagai Plt Bupati Buton Selatan, Ilah sangat menaruh perhatian pada pembinaan serta pengembangan SDM dan penyelenggaraan pemerintahan. Sebab, menurut dia, kita tidak bisa bicara pembangunan infrastruktur jika kemampuan perencanaan dari SDM perencana dan SDM pengelola keuangan kita tidak terlalu baik. Ilah kembali menekankan, di masa depan Kota Baubau bisa dijadikan sentra pemasaran hasil-hasil laut, baik perikanan, rumput laut, maupun hasil-hasil laut yang lain semisal tripang, telur ikan terbang, mutiara, dan sebagainya, yang semua ada

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


SOSOK di perairan Baubau dan sekitarnya. “Kalau di Baubau ini bisa kita siapkan infrastruktur yang memadai, katakanlah kalau kita punya cold storage, pabrik es, tempat pengolahan rumput laut, gudang untuk menampung hasil-hasil laut, maka Baubau akan betul-betul menjadi sentra pemasaran untuk hasil-hasil laut yang ada di sekitar wilayah Kepulauan Buton. Namun, kita harus juga melakukan pembinaan terhadap nelayan dan juga petani rumput laut atau budidaya laut ini, karena memang potensinya sangat besar,” kata Ilah yang sudah mendeklarasikan sebagai Calon Walikota Baubau dalam Pilkada tahun 2018 ini. Ilah pun sepakat, pembangunan ekonomi suatu wilayah sering terbentur masalah pembiayaan. Secara yuridis, biaya itu bisa didapat dari APBD. Tetapi APBD di suatu wilayah hanya bisa berkontribusi sebesar 20% dari pengembangan kemampuan daerah itu untuk mengerakkan sistem ekonomi. Sedangkan 80% sisanya harus didapat dari kebijakan-kebijakan yang dilahirkan pemerintah daerah setempat, yang bisa menciptakan suasana dan iklim yang kondusif untuk berinvestasi dan berusaha. “Untuk menciptakan suasana dan iklim yang kondusif agar orang mau berinvestasi dan berusaha, kita harus membuat regulasi atau kebijakan yang memudahkan orang dalam berusaha dan berinvestasi dengan aman. Artinya, begitu mereka sudah mendapatkan izin, mereka dapat bekerja

dengan tenang dan tidak diganggu. Nah, inilah yang 80% itu. Yang 20% dari dana APBD itu, seharusnya kita mampu menciptakan kegiatankegiatan yang bisa memicu investasi dan iklim kondusif untuk orang bisa berusaha,” ucapnya. Maka, kata Ilah, untuk yang 20% ini pemerintah harus bisa memprioritaskan kepada kegiatan-kegiatan dan infrastruktur-infrastruktur yang bisa memicu iklim kondusif itu. Di dalam perikanan, infrastruktur itu adalah pelabuhan, cold storage, pergudangan, pabrik es, SPDNSPDN, kapal-kapal tangkap, kapal-kapal nelayan untuk memancing, dan lain-lain. “Jika perlu, tersedia containercontainer dengan pendingin untuk ikan-ikan itu. Ini pertama yang harus kita ciptakan sehingga mereka nyaman dalam bekerja. Yang kedua adalah harga. Harga yang sudah bisa dijamin pemerintah, dan pemerintah bisa menentukan besaran harga dasar serta mengintervensi jika ada produksi yang berlebihan,” katanya.

Program Kerja Pengalaman Ilah selama memimpin Buton Selatan, membuat ia matang membuat kebijakan yang menyentuh kebutuhan masyarakat banyak. Misalnya, kebijakannya agar setiap desa harus punya minimal satu bidan desa dan satu perawat desa yang dibiayai dana ADD, sehingga kesehatan masyarakat bisa terlayani dengan baik. “Kalau saya menjadi walikota Baubau, setiap

tahun saya akan keluarkan dana 1 milyar untuk setiap kelurahan dan 1,2 milyar untuk setiap kecamatan sebagai dana pembangunan infrastruktur. Sumbernya dari APBD. Sekarang ini ada 43 kelurahan dan 8 kecamatan di Kota Baubau. Kalau kita hitung dana APBDnya masih cukup. Di sektor perikanan Baubau, kita tidak bisa lebih banyak bicara tentang perikanan budidaya. Karena Baubau itu kondisi lautnya tidak sebersih daerahdaerah lain di sekitar Baubau untuk bisa dikembangkan sektor budidaya. Jadi mungkin infrastrukturnya sekarang yang harus lebih kita tingkatkan. Sistemnya yang juga harus kita perbaiki,” urainya. Maka, Ilah menyebut, tugas pemerintah adalah mendobrak dan membuat usaha-usaha baru sebagai embrio. Jika ia berkembang, pasti pasti menangkapnya sehingga akan bertumbuh. Salah satu program Ilah adalah mengembangkan semua itu antara lain dengan modal bergulir. “Minimal, kita harus bisa mengintervensi harga-harga komoditas, termasuk komoditas laut semisal rumput laut. Kalau produksinya besar dan harganya turun, kita harus bisa mengintervensi dan menjaga kestabilan harga itu. Soal angkutan, transportasi untuk barang-barang kebutuhan dari Jawa atau Makassar, mungkin kita bisa subsidi, sehingga ketika sampai di Baubau harganya masih bisa dijual dengan harga sesuai tempat asalnya,” katanya. ■ YOGI UTOMO/WAWANCARA TOKOH

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 21

MAInfo | 21 11/04/2017, 21:50


INFO MAI

LSP-AI SERTIFIKASI ITU PENTING, KOMPETENSI ITU KEREN Merespon diberlakukannya pasar MEA sejak desember 2015, mengindikasikan bahwa persaingan SDM semakin tajam dan perluanya diakui SDM yang kompeten dibidangnya termasuk tenaga kerja bidang Akuakultur.

L

ahirnya Lembaga Sertifikasi Profesi Akuakultur Indonesia atau disingkat dengan LSP-AI merupakan salah satu solusi cepat dalam menjawab fenomena kekurangan tenaga kerja terampil dan kompeten dalam industri budidaya udang. LSP-AI merupakan lembaga yang independen yang telah diberikan lisesnsi (Nomor : BNSP-LSP-445-ID) dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Kemenaker RI yang memiliki wewenang dalam melakukan sertifikasi kompetensi profesi melalui uji kompetensi tenaga kerja dilingkup bidang akuakultur. Eksistensi LSP-AI siap membantu melakukan proses sertifikasi melalui uji kompetensi sesuai dengan klaster skema yang telah terlisensi dan mengacu pada Sistem Kerangka Kerja Nasional (SKKNI) sektor

22 | MAInfo layout revisi.pmd

tersebar di berbagai daerah di Indonesia. LSP-AI juga telah memiliki 4 (lima) Tempat Uji Kompetensi (TUK) yaitu TUK FIKP Universitas Hasanuddin, TUK Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan, TUK Politeknik Perikanan Negeri Tual serta TUK Universitas Jendral Sudirman. Pengembangan jumlah asesor bidang akuakultur dan TUK di berbagai institusi dan daerah lain saat ini masih dalam proses ekspansi kerjasama dan kedepan akan semakin bertambah lagi.■

perikanan budidaya yaitu skema untuk operator tambak udang, operator mesin listrik budidaya udang, operator logistik budidaya udang, teknisi pengelolaan air budidaya udang, teknisi pembenihan udang, teknisi pembesaran udang, teknisi pengelolaan pakan udang, dan teknisi pengelolaan hama dan penyakit udang. LSP-AI dalam mendukung proses sertifikasi kompetensi, saat ini telah memiliki 60asesor kommpetensi di bidang akuakultur yang siap melakukan assesment dan ○

YOGI UTOMO/MAI ○

SERTIFIKASI itu PENTING, KOMPETENSI itu KEREN. Info lebih lanjut hubungi: Email: info.ispakuakultur@gmail.com WA: 085740313146 HP: 0857740313146/081215916591 (Sdr. Sonni Kurniawan) Website: www.isp-ai.id

Edisi April - Juni 2017 22

4/12/2017, 3:24 PM


INFO MAI

TELAH TERBIT, JURNAL AI

A

quacultura Indonesiana (AI) (EISSN: 2477-6939) telah terbit. Jurnal AI adalah sebuah jurnal ilmiah internasional yang diterbitkan organisasi profesi nasional Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dua kali setahun. Jurnal AI memublikasikan makalah-makalah ilmiah seputar aspek akuakultur (nutrisi, penyakit, genetika dan pembiakan, kualitas lingkungan, Teknologi sistem budidaya, manajemen akuakultur, ekonomi dan pemasaran, dan lain-lain). Terkait isi Jurnal AI, MAI menyatakan sangat senang menerima setiap naskah yang baik dan berkualitas di bidang

akuakultur, untuk diproses dan diterbitkan di dalam Jurnal AI. Format naskah harus mengikuti aturan COPE (Commite of Publication Ethics). Paper yang dikirimkan kepada redaksi akan melewati proses peer review. Naskah bisa langsung dikirim ke http://aquasiana.org atau aquaculturaindonesiana@gmail.com. Bagi pembaca, silakan mengunduh publikasi paper AI di http://aquasiana.org/ index.php/ai/issue/archive. Aquacultura Indonesiana menyediakan DOI (Digital Object Identifier) untuk setiap artikel yang diterbitkan. Jurnal Aquacultura Indonesiana telah terindeks oleh: DOAJ, Google Scholar, WorldCat, CrossRef, BASE, British Library,

OneSearch, dan ROAD. Indeksasi berikutnya adalah Academic Resource Index, CiteFactor, Mendeley, OAJI.net, ISJD, Scientific Indexing Services, DRJI, Publising Services, EBSCO, ProQuest, I-Scholar dan ULRICHEB (dalam proses tahun 2017). Informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi website AI, http://aquasiana.org atau lewat e-mail aquaculturaindonesiana@gmail.com. ■ YOGI UTOMO/MAI ○

Publisher : MAI Publishing Bahasa : English Biaya Publikasi : $100 (Asing) / Rp 1.000.000 (Indonesia) Type : Open Access

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 23

MAInfo | 23 11/04/2017, 21:50


KOLOM

AKUAKULTUR: RAKSASA EKONOMI INDONESIA YANG TERTIDUR

Oleh

Rokhmin Dahuri

D

i tengah lesunya sektor-sektor ekonomi di daratan (seperti tekstil, elektronik, properti, sawit, batu bara, dan mineral) akibat perlambatan ekonomi global yang berdampak pada semakin menurunnya pendapatan negara (pajak dan PNBP), nilai ekspor, dan membludaknya pengangguran dan kemiskinan; sektor-sektor ekonomi kelautan mestinya menjadi ’penyelamat’ dari beragam masalah bangsa tersebut. Dalam khasanah pembangunan ekonomi, yang dimaksud ’penyelamat’ di sini adalah sektor-sektor ekonomi yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi (di atas 7 persen per tahun), inklusif (banyak menyerap tenaga kerja dan mensejahterakan rakyat), dan berkelanjutan (sustainable). Salah satu dari 11 sektor ekonomi kelautan Indonesia yang sangat potensial untuk menjadi ’penyelamat’ adalah sektor perikanan budidaya (aquaculture atau akuakultur). Pasalnya, sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai 95.181 km (terpanjang kedua di dunia setelah Kanada), Indonesia memiliki sekitar 24 juta ha wilayah perairan laut dangkal (coastal waters) yang sesuai (suitable) untuk usaha

24 | MAInfo layout revisi.pmd

budidaya laut (mariculture) dengan potensi produksi lestari sekitar 60 juta ton/tahun (terbesar di dunia) dan nilai ekonomi langsung (on-farm) sekitar 120 milyar dolar AS per tahun. Sekitar 3 juta ha lahan pesisir (coastal lands) cocok untuk usaha budidaya tambak dengan potensi produksi 30 juta ton/tahun dan nilai ekonomi on-farm 60 milyar dolar AS/tahun. Sekitar 30% (60 juta ha) dari total luas lahan daratan Indonesia (190 juta ha) berupa ekosistem perairan tawar, seperti sungai, danau, bendungan, dan perairan rawa. Dari 60 juta ha perairan tawar itu, sekitar 5 persen (3 juta ha) cocok untuk usaha akuakultur dengan potensi produksi 15 juta ton/tahun dan nilai ekonomi on-farm 22,5 milyar dolar AS/ tahun. Belum lagi potensi usaha akuakultur di kolam air tawar, sawah (mina-padi), saluran irigasi (dengan keramba tancap), dan akuarium. Dengan demikian, potensi total produksi akuakultur lebih dari 105 juta ton/tahun dan potensi total ekonomi on-farm usaha akuakultur di perairan laut, payau (tambak), dan tawar (darat) lebih dari 202,5 milyar

Edisi April - Juni 2017 24

4/12/2017, 3:24 PM


KOLOM dolar AS/tahun, hampir sama dengan APBN 2016. Kalau setiap ha usaha akuakultur memerlukan satu orang tenaga kerja saja, maka total lapangan kerja on-farm yang bisa disediakan sekitar 30 juta orang. Belum lagi nilai ekonomi dan tenaga kerja yang bisa diserap oleh beragam kegiatan industri hulu dan industri hilir (backward-and forward-linkage industries) dari bisnis akuakultur tersebut. Sementara itu, pada 2014 total produksi budidaya laut baru 9,4 juta ton (16% total potensi produksi), budidaya tambak 2,4 juta ton (8%), dan budidaya perairan tawar 2,8 juta ton (19%). Artinya, dari sisi suplai, peluang bisnis akuakultur masih sangat terbuka lebar dan luar biasa besar. Perlu juga dicatat, bahwa akuakultur bukan hanya menghasilkan protein hewani berupa ikan, moluska (kekerangan); dan krustasea (udang, lobster, kepiting, dan rajungan). Tetapi, juga rumput laut, teripang, invertebrata, dan ribuan jenis organisme perairan lainnya sebagai bahan baku (raw materials) untuk industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, cat, film, bioenergi, dan ratusan

jenis industri lainnya. Selain itu, marikultur juga bisa menghasilkan perhiasan yang sangat mahal seperti kerang mutiara. Dan, juga dapat berfungsi sebagai penyerap karbon, sehingga turut mencegah terjadinya pemanasan global (global warming). Seiring dengan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah dan meningkatnya kesadaran umat manusia tentang gizi ikan dan seafood yang lebih sehat dan mencerdaskan, maka permintaan (pasar) bagi sejumlah komoditas dan produk akuakultur juga diyakini bakal terus membesar. Selain itu, dari sisi penggunaan pakan, sistem produksi ikan budidaya enam kali lebih efisien ketimbang sistem produksi daging sapi (FAO, 2015). Karenanya, sangat logis bila dalam dua dekade terakhir, akuakultur merupakan sektor pangan dengan laju pertumbuhan tertinggi dan tercepat di dunia. Teknologi produksi perikanan budidaya itu relatif mudah dan kebanyakan masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan usaha akuakultur. Modal investasi dan modal kerja yang dibutuhkan juga relatif kecil. Jika dikerjakan secara profesional dan penuh ketekunan mengikuti Best Aquaculture Practices (Tata Cara Perikanan Budidaya Yang Terbaik) dan ramah lingkungan, usaha akuakultur dapat

menghasilkan keuntungan yang besar (lucrative) dan mensejahterakan rakyat. Lebih dari itu, pembangunan dan bisnis akuakultur akan secara signifikan membantu bangsa ini bukan saja akan mampu berswasembada pangan, farmasi, kosmetik, dan bioenergi, tetapi juga menjadi pengekspor utama keempat jenis produk yang dibutuhkan umat manusia se jagat raya. Karena usaha akuakultur hampir semuanya berlokasi di wilayah-wilayah pesisir, pulaupulau kecil, pedesaan, dan wilayah perbatasan, maka pembangunan dan bisnis akuakultur akan membangkitkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran baru di luar Jawa yang menyebar di seluruh wilayah NKRI. Dengan demikian, masalah kronis bangsa lainnya berupa disparitas pembangunan antar wilayah yang sangat timpang, dimana P. Jawa yang luasnya hanya 5,5% total luas wilayah Indonesia menyumbangkan 60% terhadap perekonomian nasional (PDB) juga bakal lebih seimbang, produktif, dan berdaya saing. â– ROKHMIN DAHURI/REPUBLIKA 2016

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 25

MAInfo | 25 11/04/2017, 21:50


ENTERPRENEUR

HASANUDDIN ATJO KERJA KERAS, CERDAS, INOVATIF, IKHLAS, DAN JUJUR Usai menuntaskan pendidikan dari Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor tahun 1983, wakil ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) ini, kembali ke kampung halaman. Satu tekad tertancap di dalam dadanya ketika itu. Yaitu memajukan sektor kelautan dan perikanan di tanah kelahirannya, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Kini, lelaki yang akrab disapa Atjo itu perlahan kian dekat dengan upaya mewujudkan tekadnya.

N

amanya Dr. Ir. Hasanuddin Atjo, MP. Kepulangannya kembali ke Poso menunjukkan rasa cintanya kepada tanah leluluhurnya. Rasa cinta itu ia curahkan dengan terus berupaya mengembangkan sektor perikanan budidaya di tanah Poso. Kecintaan pada tanah Poso dan dunia perikanan itu pula yang membawa pria kelahiran Poso, 14 Mei 1960, itu meniti karir hingga sekarang menjabat sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah. Di Poso, Atjo melihat, masih banyak petambak di sana yang hanya mengandalkan pengalaman dalam berbudidaya. Sehingga, hasilnya tidak sesuai harapan. Biaya produksinya kian meningkat dan bahkan kegiatan mereka itu berdampak buruk bagi lingkungan sekitar. Situasi itu membuat Atjo prihatin. “Keterbatasan akses teknologi, trauma kegagalan, menyebabkan petambak pasrah dengan keadaan dan kurang termotivasi untuk berkembang sesuai

26 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 26

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


ENTERPRENEUR

perubahan,� simpulnya. Padahal, petambak seyogianya bisa berkembang. Syaratnya, petambak dituntut untuk kreatif, inovatif, bekerja keras, dan terus memanfaatkan teknologi atau memodifikasi teknologi. Masalahnya adalah membangun kemauan mereka. Atjo yang juga mengaplikasikan ilmu dengan menjadi petambak udang vanameI sukses di Buaka, Desa Kupa, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, ini pun mencoba menerapkan disertasi pada Program Studi Sistem Pertanian Universitas Hasanudin Makasar. Di disertasi itu, Atjo membuat sebuah hipotesis bahwa penyakit udang tak akan muncul jika pengolahan limbah ditangani dengan baik. Atjo lalu berinovasi dalam teknologi budidaya udang yang mampu mendongkrak produktivitas tambak. Tetapi, Atjo sadar, untuk memperoleh kebenaran ilmiah maka harus ada pengujian. Sebab kebenaran yang diyakini hari ini belum tentu sama dengan esok hari. Kesadaran itu

berangkat dari pendapat filsuf dunia asal Austria, Karl Popper, yang tampaknya ia hayati betul, yaitu bahwa Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berevolusi. “Teknologi membantu petambak mengontrol dan mengefisiensikan usaha yang digeluti,� ucapnya. Berangkat dari hal itu, Atjo mampu menciptakan inovasi teknologi budidaya yang dapat meningkatkan produksi. Inovasi teknologi itu ia namai budidaya udang supra intensif dan ia terapkan di tambak udang super intensif miliknya di Barru. Disebut supra intensif, karena ada lima komponen penggerak usaha yang komplementer, yaitu pengolahan lingkungan tambak, teknologi (konstruksi dan pengolahan limbah), benih, sarana produksi pakan, dan manajemen usaha.

Inspirasi karena Penasaran Menurut Atjo, inspirasi untuk membuat model supra intensif tersebut ia dapat dari rasa penasaran karena teknologi yang ada belum bisa mendongkrak produksi.

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 27

MAInfo | 27 11/04/2017, 21:50


ENTERPRENEUR Pengalaman sebelumnya di hatchery udang lantas menjadi referensi mengutak-atik teknologi agar bisa dikembangkan di lahan lebih luas. Meski ada fasilitas yang bisa dimanfaatkan, Atjo tetap saja melakukan pengembangan dan berinovasi di rumahnya. Ia pun tak segan merogoh kocek pribadinya. Bahkan, menurut istrinya, Hj. Hurian Fatimah Hasanuddin, S.Pi, M.Si, mobil mereka sampai terjual untuk pengembangan teknologi itu. Kendati kegagalan kerap menghampiri, tetapi semangat Atjo tak kendur. “Saya ingin tahu bagaimana dampaknya jika terus dilakukan, dan mengetahui antisipasinya,” alasan ayah dari Rezan Achmad, Dewi Nurul Sakinah, Rama Rhamzani, dan Devi Nurul Halizah ini. Setelah beberapa kali berhasil panen udang tanpa kendala berarti, Atjo yang kini Wakil Ketua Asosiasi Pembenihan Udang Sulawesi Selatan ini pun tak segan membagi temuannya itu ke petambak lain. Atjo pun merelakan tambaknya jadi

“laboratorium” penelitian dari pemerintah dan masyarakat. Memang, aplikasi inovasinya butuh modal besar, tetapi hasilnya sebanding. Sehingga, kini sudah mulai banyak petambak yang meniru cara budidayanya. “Pemerintah bisa memanfaatkan untuk penelitian sekaligus memberikan akses teknologi bagi petambak yang bisa diterapkan di wilayah Sulawesi dan daerah lain di Indonesia,” jelas pengurus Masyarakat Akuakultur Indonesia ini.

28 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 28

Inovasi Budidaya Udang Awalnya, Atjo mengembangkan teknologi itu pada dua kolam berkonstruksi beton yang total luasnya 2.000 meter persegi, dengan total produksi mencapai 20 ton. Kedua kolam ini, kata dia, telah dua kali mengalami siklus panen pada 2015. Siklus pertama menghasilkan 17 ton per 2.000 meter persegi atau 170 ton per hektare. Produktivitas udang vaname di siklus kedua meningkat cukup tajam setelah penerapan inovasi baru, yaitu meningkatkan pasokan oksigen ke dalam kolam, baik dengan blower berkekuatan 27

horse power, maupun dengan turbo turbin. Selain itu, program pemberian pakan (feeding program) terus disempurnakan dengan menerapkan sistem hatchery, dimana benih udang diberi pakan secara maksimum saat berusia 0 sampai 25 hari di dalam kolam hatchery berukuran sekitar 10x10 meter. Setelah 25 hari baru dipindahkan ke kolam pembudidayaan hingga usia panen. “Filosofinya diambil dari kehidupan manusia. Pada usia balita, asupan makanan harus dilakukan secara maksimum karena akan sangat menentukan perkembangan anak di kemudian hari,” ujar Atjo.

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


ENTERPRENEUR Saat berumur 0-25 hari, semua udang dikumpulkan di sebuah kolam kecil. Di sana, pemberian pakan dilakukan secara intensif, sehingga di setiap tempat pergerakannya, udang akan tetap menemukan makanan. “Kalau pemberian pakan di tahap ini maksimal, maka pada umur 25 hari, ukuran udang minimal sudah mencapai dua gram per ekor. Saat udang-udang itu dipindahkan ke kolam budidaya, pertumbuhannya akan lebih kencang sehingga dalam tempo tiga bulan saja, panen sudah bisa selesai dilakukan dengan ukuran udang 35 ekor per kilogram,” tutur Atjo. Sejak 2011, teknologi supra intensif stabil. Anak keempat dari tujuh bersaudara ini lantas mempraktikkannya di Kabupaten Barru. Di tambak berukuran 20x20 meter, ia taburkan sekitar 400.000 benih udang jenis vanamei. Selama 100 hari, tambak menghasilkan udang sebanyak 6,8 ton dengan rata-rata ukuran 100 ekor per kilogram. Jumlah tersebut berarti 5-10 kali lipat produksi tambak biasa. Panen tersebut hampir selalu stabil pada setiap siklus. Sukses itu pun disebarkan ke sejumlah tempat, termasuk di tambak yang dikelola Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah di Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu. Tambak seluas 400 meter persegi tersebut menjadi percontohan untuk Sulawesi Tengah. Mulai dipakai pada 2013, kini sudah empat kali musim panen dengan rata-rata produksi 6,8 ton udang per tahun.

Keuntungan Supra Intensif Jerih payah Atjo tak sia-sia. Pada 2013, produksi tambaknya di Barru berhasil mencapai 153 ton per hektare udang dengan ukuran 44 (44 ekor udang per kg) di usia budidaya 93 hari. Produktivitas itu adalah yang tertinggi di Indonesia saat ini. Produksi itu bahkan lebih tinggi dari produktivitas yang pernah dicapai Meksiko yaitu 100 ton per hektare. Dengan harga tahun 2015 yang mencapai Rp 72.000 per kg, tambak di Kelurahan Mamboro sudah menghasilkan sekitar Rp 1,96 miliar hanya dalam 2 tahun. Tambak percontohan yang sama lalu dibangun di Nusa Tenggara Timur, sejumlah tempat di Pulau Jawa, dan sejumlah Kabupaten di Sulawesi Tengah. Pengusaha lokal juga sudah mulai melirik inovasi pertambakan tersebut. Atjo mengakui, tambak udang supra intensif membutuhkan modal yang tak sedikit. Untuk kolam 400 meter

persegi, misalnya, pembudidaya harus merogoh Rp 500 juta dari kantongnya untuk konstruksi, dan minimal Rp 250 juta untuk operasional per siklus. Tetapi hasilnya toh sebanding dengan modalnya. Atjo yang juga Ketua Shrimp Club Indonesia wilayah Sulawesi itu mengemukakan, hampir seluruh hasil produksi tambak supra intensif ini masih diinvestasikan untuk mengembangkan inovasiinovasi baru, dan diharapkan bisa mencapai produktivitas 30 kg per meter persegi. Kini, inovasi teknologi budidaya udang supra intensif Indonesia mencatat kemajuan baru dengan menghasilkan produktivitas 20 kg per meter persegi atau 200 ton per hektar. Itu merupakan yang tertinggi di dunia dewasa ini. “Produktivitas ini naik sekitar 30 persen dibandingkan saat teknologi tersebut diluncurkan pada Oktober 2013 yang tercatat 153 ton per hektar,” kata sang penemu teknologi budidaya ini, Hasanuddin Atjo. ■ YOGI UTOMO/BERBAGAI SUMBER

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 29

MAInfo | 29 11/04/2017, 21:50


INOVASI / INFO TEKNOLOGI

Dosis dan Waktu Pemberian Immunostimulan yang Tepat Dapat Mengurangi Infeksi AHPND pada Udang Putih Dinding sel jamur dapat digunakan untuk meningkatkan resistensi udang terhadap infeksi AHDPN. Namun, resistensi hanya mungkin terjadi jika dosis dan waktu pemberian yang digunakan tepat.

Oleh : Loc Tran, Nadege Richard and Philippe Tacon*)

A

cute hepato-pancreatic necrosis disease (AHPND) adalah penyakit utama yang dihadapi industri udang Asia sejak 5 tahun terakhir. Namun perkembangan terbaru telah menemukan cara mencegah terjadinya penyakit dan memulihkan produksi udang. Pemberian pakan dengan penambahan feed additive khususnya immunostimulan untuk meningkatkan resistensi udang terhadap infeksi penyakit dan digunakan untuk tahap penyembuhan. Ringgo et al (2012) menjelaskan, isolat dinding sel jamur mengandung mannan oligosaccarida, beta glucans dan khitin yang merupakan immunostimulan potensial dan telah terbukti mencegah infeksi bakteri. Mereka juga mampu mengikat bakteri semisal Vibrio (data internal Phileo Lesaffre, Prancis) dan merupakan kandidat yang baik sebagai suplemen dalam pakan untuk meningkatkan kesehatan udang. Penelitian sebelumnya, di dalam laboratorium maupun di dalam kolam (Aquaculture Asia Pasific, Januari/ Februari 2016 dan Maret/April 2015) menunjukkan, dosis optimal sebesar 1 kg dinding sel jamur per 1 ton pakan dapat menaikkan secara signifikan tingkat kelangsungan hidup udang yang terinfeksi AHPND dengan pemberian pakan selama 2 minggu sebelum infeksi.

30 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 30

menunjukkan, reaksi mereka cepat. Hal ini mendorong para peneliti mengetahui lebih jauh pengaruh efektivitas pemberian immunostimulan dengan waktu pemberian yang lebih singkat dengan dosis berbeda terhadap kemampuan resistensi udang. Hasil yang positif dapat membantu petani mengatasi perubahan lingkungan yang mendadak seperti saat penebaran. Sebuah percobaan pun dirancang untuk menguji pengaruh peningkatan dosis immunostimulan yang ditambahkan ke dalam pakan selama 2 minggu (seperti percobaan sebelumnya) dan satu minggu (untuk melihat waktu yang lebih pendek) untuk mengetahui kombinasi dosis dan waktu yang optimal untuk melawan infeksi AHPND.â– *) Dari: Aquaculture Asia Pasific edisi Januari/ Februari 2016 Vol. 13 No. 4 hal 24-26.

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


INOVASI / INFO TEKNOLOGI

TEKNOLOGI E-FISHERY MUDAHKAN PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN Oleh : Gibran Chuzaefah Amsi, ITB

G

ibran Chuzaefah Amsi, Institut Teknologi Bandung (ITB), Indonesia. E-Fishery akan memudahkan pengelola usaha budidaya air tawar karena dapat melalukan kontrol secara otomatis dari jarak jauh cukup dengan menggunakan layanan pesan singkat (SMS). Kontrol dapat dilakukan mulai dari pemberian pakan, penjadwalan pakan otomatis, kuantitas pakan yang digunakan, sampai sistem keamanan sehingga apabila terjadi tindak pencurian dapat terdeteksi dari jarak jauh dan dapat langsung dihubungkan dengan ponsel kepolisian. Selain itu, produktivitas dari budidaya ○

ikan air tawar pun akan lebih terdata dengan baik dengan adanya e-Fishery. Melalui data tersebut, produktivitas dari usaha ini untuk masa yang akan datang dapat diproyeksikan sehingga investor akan yakin dengan prospektivitas budidaya ikan air tawar ini. Teknologi yang digunakan oleh Gibran adalah dengan menggunakan network operation center yang dihubungkan dengan Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) yang merupakan sistem kontrol yang biasa digunakan di industri besar. Komponen ini kemudian dihubungkan dengan food container yang ○

TEKNOLOGI NANOBUBBLE Oleh : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

telah dilengkapi dengan mekanisme pengeluaran pakan otomatis dan sensor kuantitas pakan. Dalam mengimplementasikan teknologi ini Gibran masih menemui beberapa kendala diantaranya yaitu pengembangan teknologi yang digunakan dan bagaimana mengedukasi masyarakat karena teknologi E-Fishery ini dapat dikatakan merupakan hal yang sangat baru bagi masyarakat.■ YOGI UTOMO/BERBAGAI SUMBER ○

T

eknologi nanobubble adalah teknologi menjamin ketersediaan oksigen sangat tinggi dan dalam waktu yang lebih lama. Teknologi ini mampu mendukung produksi ikan karena aktivitas metabolismenya meningkat, sehingga lebih efektif dalam memanfaatkan pakan untuk pertumbuhan ikan. “Melalui teknologi nanobubble ini, kualitas air akan terjaga. Ikan tumbuh secara optimal, dan hemat energi. Ini sangat cocok untuk

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 31

MAInfo | 31 11/04/2017, 21:50


INOVASI / INFO TEKNOLOGI nm dan memiliki waktu tinggal dalam air lebih lama, sehingga oksigen yang dihasilkan sangat tinggi dan lebih lama. Dengan demikian oksigen dalam air terjaga dalam jumlah sangat tinggi (dapat diatas 9 ppm) dalam waktu yang lebih lama. Hasil peneitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), teknologi dikembangkan karena selaras dengan konsep keberlanjutan”, terang Slamet. Teknologi nanobubble ini di harapkan menjadi solusi bagi pengelolaan kualitas air selama proses produksi budidaya, khususnya oksigen. Oksigen dalam air sangat diperlukan oleh ikan untuk kebutuhan metabolismenya. Semakin kecil gelembung air maka jumlah difusi oksigen semakin besar dan kelarutan oksigen semakin tinggi. Prinsipnya, semakin kecil diameter gelembung maka akan semakin luas permukaan yang dapat besentuhan antara oksigen dan air. Melalui teknologi nanobubble, diameter gelembung diperkecil hingga mencapai skala nano, yang berarti luas permukaan akan semakin besar dan kelarutan oksigen semakin tinggi. Gelembung skala nano dapat mencapai <100 ○

nanobubble telah terbukti mempercepat pertumbuhan ikan sidat sampai 40 persen.■ YOGI UTOMO/BERBAGAI SUMBER ○

PENANGANAN WFD (White Feces Disease) Udang

P

enyakit White Feces Disease (WFD) atau yang biasa dikenal sebagai “Berak Putih” pada udang saat ini masih meresahkan pembudidaya. Beberapa tambak udang di Indonesia masih rawan terserang penyakit tersebut. Berdasarkan identifikasi bakteri yang pernah dilakukan di Laboratorium milik Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau

32 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 32

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Mencegah lebih baik daripada Mengobati

(BBPBAP) Jepara, ditemukan Vibrio algynoliticus dan Vibrio parahaemolyticus pada organ hepatopankreas, usus dan hemolimp udang yang terserang WFD. Bakteri Vibrio yang sudah ada dalam tubuh udang itu diduga berubah menjadi pathogen saat mendominasi lingkungan dan masuk melalui makanan yang dikonsumsi

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


pencegahannya. Pertama, mengendalikan kestabilan warna air dengan mengatur keseimbangan dan kestabilan plankton dengan cara mengatur nutrien C:N:P rasio. Perlakukan dengan aplikasi sumber carbon organik (molase) dengan dosis 2-5 % dari total pakan yang diberikan setiap 2 kali seminggu. Aplikasi pupuk Nitrogen (pupuk ZA atau Urea) dengan dosis 2-5 ppm setiap minggu. Kedua, menurunkan kandungan bahan organik air tambak dengan cara pengenceran atau penambahan air dari petak tandon sekitar 5% setiap hari. Air yang digunakan untuk pengenceran harus sudah disterilkan menggunakan desinfektan untuk mengeliminasi patogen virus atau bakteri. Ketiga, menekan pertumbuhan bakteri vibrio

dengan cara mendorong pertumbuhan bakteri probiotik. Cara aplikasi adalah probiotik bacillus sp dilakukan aktivasi menggunakan air tambak dalam wadah ember

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

udang pada media (air) yang mengandung kedua bakteri tersebut. Dampaknya, nafsu makan udang menurun, kondisi udang kropos dan mati, dan akhirnya menurunkan produktivitas udang vaname. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menyatakan, telah dilakukan studi eksplorasi di beberapa tambak yang terinfeksi WFD untuk mengetahui kondisi lingkungan dan cara pencegahan WFD. Hasilnya adalah, Warna air berubah menjadi lebih gelap dengan dominasi plankton jenis plankton BGA; Kandungan bahan organik air media tambak yang lebih dari 250 ppm; Air tambak mengandung jumlah bakteri vibrio sp dengan dominasi lebih dari 12 % dari total bekteri; dan Berdasarkan hasil indetifikasi pada usus udang menujukkan adanya infeksi bakteri Vibrio alginolyticus, Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio vulnificus. Ada sejumlah solusi

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

INOVASI / INFO TEKNOLOGI 20 lt, tambahkan molase sekitar 0,5 lt dan pupuk nitrogen (ZA) sebanyak 200 g. Ukur nilai pH pada larutan di ember tersebut dan biasanya nilai pH kurang dari 6. Tambah kapur sekitar 200 g hingga nilai pH naik menjadi 7. Masukkan bibit probiotik sekitar 100-200 g ke dalam ember dan dibiarkan 0,5-1 jam. Selanjutnya di tebar di tambak. Lakukan cara ini 1-2 kali seminggu. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri probiotik di tambak dengan mengatur keseimbangan Penanganan WFD (White Feces Disease) pada Udang C/N rasio lebuh dari 16 dengan melakukan penambahan karbon molase (tetes tebu) dengan dosis 2-5 % dari total pakan yang yang telah digunakan. Perlakukan 1-2 x seminggu. Keempat, pengobatan bakteri vibrio pada usus dan hepatopankreas dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotk alami alicin (ektrak bawang putih. Teknik yang dilakukan adalah dengan pemuasaaan udang selama 1 hari terutama malam hari. Dengan pemuasaan sehingga udang lapar, nafsu makan akan meningkat. Pemberian pakan yang telah diperkaya multivitamin dan ekstrak bawang putih setelah dipuasakan. Pengobatan dapat dilakukan selama 2-3 hari hingga nafsu makan normal. Pencegahan selanjutnya dapat dilakukan 2 x seminggu. ■ MAI/Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 33

MAInfo | 33 11/04/2017, 21:50


INFO PRODUK PERIKANAN Keramba Jaring Apung Segi Empat Tipe Flexi

K

eramba Jaring Apung (KJA) Segi Empat/ kotak tipe flexi merupakan generasi keempat dari KJA segi empat/kotak Merk Aquatec. KJA flexi didesain kuat dan lentur, sehingga mampu menghadapi ombak laut hingga ketinggian 2 meter. Cocok untuk dipakai di laut lepas (off shore). Memiliki umur pakai minimum 20 tahun dan dengan perawatan teratur dapat mencapai 50 tahun. Alat apung dan komponen-komponen KJA tipe flexi terbuat dari bahan Prome Grade High Density Polyethylene (HDPE) dengan anti-UV yang ramah lingkungan. Tidak menggunakan styrofoam atau bahan yang mencemari lingkungan. KJA Tipe Flexi menggunakan sistem Completely Knock Down, terdiri dari alat apung dan komponen-komponen yang dapat dirangkai menjadi keramba utuh dan dapat dibongkar kembali dengan mudah tanpa merusak keramba, sehingga memudahkan pengiriman ke daerah-daerah. Informasi lebih lanjut, dapat menghubungi PT GANI ARTA DWITUNGGAL, Kawasan Industri Batujajar Permai, Jl. Raya Batujajar Km 2.8 Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia 40553, Telp: +62 22 6864016/ +62 226864015, e-mail: Aquatec.gad@gmail.com. ■ ○

Pakan Ikan Sinta

P

roduk pakan ikan Sinta terdiri dari berbagai merek unggul dalam bentuk pakan tenggelam dan terapung, disesuaikan dengan kebutuhan berbagai spesies ikan dan sistem pemeliharaan. Nutrisi yang terkandung di dalam pakan ikan diformulasikan untuk pertumbuhan ikan yang lebih cepat dan sehat selama siklus produksi, sehingga dapat mencapai Feed Conversion Ratio (FCR) yang lebih baik. Pakan ikan Sinta memiliki profil kandungan nutrisi terbaik yang diproses dengan teknologi manufaktur terbaru. Proses ini memastikan tingkat kepadatan dan ukuran pakan yang tepat untuk proses penyerapan yang lebih mudah dan cepat, sehingga menghasilkan tingkat ketahanan hidup lebih tinggi saat pemeliharaan dan ekspedisi. Informasi lebih lanjut, hubungi PT SINTA PRIMA FEEDMILL, Jl. Sulaiman No 27A, Slipi, Jakarta Barat, Telp: +62-21 548-0959, Faks: +62-21 549-3313, e-mail: sinta-prima@sintafeed.com. ■

34 | MAInfo layout revisi.pmd

Edisi April - Juni 2017 34

4/12/2017, 3:25 PM


INFO PRODUK PERIKANAN Shrimp Starter PV 1

S

hrimp Starter PV 1 adalah salah satu produk pakan dari PT Suri Tani Pemuka. Sejak tahun 1992, PT Suri Tani Pemuka telah memroduksi berbagai jenis pakan untuk ikan air tawar, ikan air payau, ikan laut, dan udang. PT Suri Tani Pemuka mengoperasikan 5 pabrik pakan yang berlokasi strategis di seluruh Indonesia, dan setiap formula pakan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan budidaya ikan dan udang komersial untuk pasar domestik dan ekspor. Spesifikasi Shrimp Starter PV 1 adalah: Crumble; Pemakaian umur 11-20 hari; Kualitas tinggi; Membantu perkembangan organ; Pemakaian nutrisi yang efisien; serta Menguatkan sistem kekebalan. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi PT JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk., Wisma Millenia Lt 7, Jl. MT Haryono Kav. 16, Jakarta 12810, Indonesia, Telp: 021-28545680 (Hunting), www.japfacomfeed.co.id. ■ ○

Keramba Jaring Apung Bulat Stargold

K

eramba Jaring Apung (KJA) Bulat Stargold merupakan Keramba Jaring Apung berbahan baku Poli Etilena (PE) yang fleksibel, tahan terhadap sinar Ultra Violet, dan efisien dalam pemakaian, sehingga menjadi pilihan yang cocok bagi pembudidaya ikan. KJA Bulat Stargold sangat cocok digunakan di sungai, danau, pesisir laut, sampai lepas pantai (offshore). Selain ukuran-ukuran standar khusus spesifik pembudidaya, ada beberapa ukuran standar KJA Bulat Stargold yang disesuaikan dengan kapasitas dan tujuan pemeliharaan. KJA Bulat Stargold telah teruji menghadapi terpaan cuaca ekstrim laut, gelombang tinggi, dan arus kuat. Sebab, KJA Bulat Stargold memiliki produk KJA khusus untuk pemeliharaan induk di laut. Pendekatan profesional membuat KJA Bulat Stargold dapat memenuhi kebutuhan spesifik dan unik dari masing-masing pembudidaya. KJA Bulat Stargold - Indukan (Broodstock Cage) memberikan efisiensi dalam pemeliharaan lebih dari 50% dibandingkan sistem pemeliharaan di bak. Spesifikasi Produk: Pertama, Diameter 3 - 6 Meter yang dirancang untuk pembudidaya skala rumah tangga dan / atau industri budidaya ikan rakyat. Kedua, Diameter 8 - 15 Meter yang dirancang khusus untuk pembudidaya industri kecil - menengah. Cocok untuk ikan perenang aktif maupun ikan usia remaja, sehingga menambah percepatan perkembangan ikan itu sendiri. Ketiga, Diameter 20 Meter ke atas yang khusus untuk pembudidaya skala besar. Sangat cocok di tempatkan di laut lepas/offshore, untuk budidaya ikan laut dalam. Keempat, Tipe Indukan yang dirancang khusus untuk pemeliharaan induk ikan di laut. Memberikan efisiensi dalam pemeliharaaan lebih dari 50% dibandingkan sistem pemeliharaan di bak. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi PT STARGOLD INTERNUSA JAYA, Jl. Raya Cibeureum 90 J, Bandung 40184, Jawa Barat – Indonesia, Telp : +62 22 607 4343. ■

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 35

MAInfo | 35 11/04/2017, 21:50


ORGANISASI

RUMPUT LAUT SEBAGAI KOMODITAS STRATEGIS NASIONAL Kehadiran Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) punya sejumlah latar belakang.

L

atar belakang primernya adalah karena rumput laut merupakan prime mover perekonomian rakyat pesisir dan kepulauan. Latar belakang sekundernya adalah, Indonesia merupakan penghasil rumput laut tropis jenis Eucheuma dan Gracilaria terbesar didunia, yang jika diolah sebagai hidrokoloid (Carrageenan dan Agar) dapat dipakai sebagai bahan pencampur untuk pengenyal, pengental, pengemulsi, penjernih, dan lain-lain. Latar belakang tersiernya adalah, Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang perlu komoditas unggulan sebagai pemersatu bangsa. Sedangkan tujuan ARLI adalah memberikan dasar pemahaman kepada para birokrat dan stakeholder dari berbagai sektor dan disiplin ilmu tentang Rumput Laut dan bagaimana Rumput Laut berperan secara Nasional (bukan sektoral). Visi ARLI adalah Rumput Laut sebagai sumber

36 | MAInfo layout revisi.pmd

kemakmuran dan pemersatu bangsa (Rumput Laut sebagai Komoditas Strategis Nasional). Dan ada sejumlah misi. Pertama, memahami kepentingan Rumput Laut dari berbagai dimensi untuk menyatukan persepsi nasional sekaligus menghindari kepentingan sektoral. Kedua, berkembangnya industri Rumput Laut nasional secara terpadu tanpa merugikan pemangku kepentingan dari hulu sampai hilir. Ketiga, mempertahankan Rumput Laut sebagai komoditas ulayat yang diakui sebagai bagian dari hak asasi yang dilindungi peraturan global (Traditional Right) demi upaya pelestarian alam semesta. Keempat, mengembangkan budidaya rumput laut secara ekstensif tanpa mengurangi peran artisanal yang tak

Edisi April - Juni 2017 36

4/12/2017, 3:25 PM


ORGANISASI terpisahkan dengan budaya masyarakat pesisir dan aman bagi kesehatan manusia. Kelima, mengembangkan industri pengolahan sebagai bagian dari hasil teknologi, tak terbatas pada produk konsumsi yang aman bagi manusia, tidak berdampak pada lingkungan dan berdaya saing, tanpa merugikan pembudidaya artisanal. Semua stakeholder harus paham, keberadaan Rumput Laut sebagai komoditas berbeda dengan komoditas sumberdaya alam lain. Di bawah ini diterangkan beberapa dimensi yang membedakan antara rumput laut dengan, hasil tambang, hasil perkebunan, hasil pertanian, bahkan hasil perikanan sendiri. Ada beberapa dimensi. Pertama, Dimensi Biologi yang menyoroti bahwa Rumput laut termasuk komoditas alam hayati (organik) non animal origin; Ditanam / diikat dan dipanen dalam waktu relatif singkat 45 hari (fast renewable); dan Hidup subur di daerah pesisir / kepulauan khususnya di wilayah Timur. Kesuburannya refleksi dari nutrisi perairan (hidrophonik) dan pancaran sinar matahari. Kedua, Dimensi Sosial Ekonomi yang menyoroti bahwa rumput laut: Merupakan sumber perekonomian masyarakat pulau / pantai; Bersifat artisanal dengan kepemilikan yang bersifat ulayat (tidak menggunakan teknologi) dan ramah lingkungan; Non corporate; dan Pelaku ditingkat grass root sangat dipengaruhi perilaku yang tradisional dan irrational. Ketiga, Dimensi Hukum dan Budaya yang menyoroti

bahwa: Di dalam masyarakat dan pelaku budidaya, pengaturan sosial diatur berdasarkan hukum adat yang diakui sebagai bagian dari Traditional Right; Ditanam / diikat di perairan pantai yang merupakan hak ulayat rakyat setempat; Hukum positif atau atau hukum corporate tidak dikenal/berlaku dilapisan masyarakat pembudidaya; Tidak berlakunya fasilitas politik di masyarakat petani seperti BPJS dan kartu pintar atau BLT; Demikian pula tidak berlakunya pungutan fiskal di masyarakat. Keempat, Dimensi Politik yang meliputi bahwa Rumput laut dapat digunakan sebagai komoditas pemersatu bangsa karena tumbuh baik di pulaupulau terluar / perbatasan teritorial Negara; Berpeluang untuk memakmurkan rakyat pulau tanpa harus menyediakan fasiltas industri ataupun sarana listrik yang berlebihan; Dapat digunakan sebagai areal pertahanan nasional khususnya untuk daerah pulau-pulau perbatasan (Pulau Sebatik, Kepulauan Natuna, Kepulauan Sumlaki dan lainlain); Dapat digunakan sebagai tolok ukur kedaulatan rakyat dari masyarakat yang jauh dari fasilitas politik. Kelima, Dimensi Ekosistem yang meliputi aspek: Ramah lingkungan sebagai sumber oksigen dan penyerap CO2 sekaligus dapat digunakan sebagai referensi carbon credit;

Bersama dengan mangrove sebagai penyeimbang zat hara di perairan; Dapat tumbuh relatif cepat tanpa menganggu kelestariannya; Dengan fasilitas hukum adat secara tidak langsung akan merawat lingkungan dengan pemahaman sedekah laut. Keenam, Dimensi Kesehatan yaitu Sebagai makanan yang kaya dengan serat; Banyak mengandung nutrien yang diperlukan oleh tubuh; Sebagai bahan makanan yang sarat dengan antioksidan; Mempunyai beberapa sifat fungsional yang bermanfaat didalam industri pangan. Pemerintah perlu secara serius mencermati dan menentang ancaman dari negara pengguna Karaginan dan Agar (USA) yang berencana akan melakukan delisting Karaginan dan Agar dari daftar bahan makanan organik. Indonesia mengekspor rumput laut tropis (Eucheuma dan Gracilaria) kering 50% dari kebutuhan dunia yang 70% di antaranya ke Cina. Cina mengekspor Karaginan ke USA dan Negara-negara Eropa. Jadi, jika delisting itu berhasil, secara tak langsung ekspor rumput laut Indonesia akan mengalami kesulitan.â– YOG UTOMO/BERBAGAI SUMBERI

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 37

MAInfo | 37 11/04/2017, 21:50


YOUNG ENTERPRENEUR berbagai jenis bisnis, mulai asuransi, makanan, MLM, sampai mainan, semua ia jalani sambil berusaha menuntaskan pendidikan. Ragam kesulitan sempat ia jumpai. Bahkan di kelas 2 SMA ia sempat tidak naik kelas. Tetapi, perlahan ia bangkit dan mencoba peruntungan dengan menjual ikan hias secara online melalui laman Kaskus. Meski sempat beberapa kali ditipu calon pembeli, kini bisnis ikan hias Nicholas sudah menjangkau luar negeri dan omzetnya dalam sebulan bisa mencapai lebih dari 100 juta rupiah. ■

NICHOLAS KURNIAWAN EKSPORTIR IKAN HIAS TERMUDA DI INDONESIA

N

ama Nicholas Kurniawan mungkin belum terlalu akrab di telinga Anda. Namun, ia sudah terbilang sukses menjadi eksportir ikan hias. Padahal, usianya yang masih sangat belia, 20 tahun. Sehingga, saat ini ia tercatat sebagai eksportir ikan hias termuda di Indonesia. Bukan sesuatu yang mudah bagi Nicholas untuk menjadi eksportir sukses di usia muda. Jatuh-bangun sempat ia lalui. Namun, ia berhasil mengatasi semua kesulitan dan mengibarkan bendera bisnisnya. Semua berawal dari kondisi keluarganya yang terpuruk dan terlilit utang. Nicholas lantas berniat mengubah nasibnya. Sempat mencoba ○

YOGI UTOMO/BERBAGAI SUMBER ○

ANAK NELAYAN JADI PENGUSAHA IKAN

B

uah jatuh tak akan jauh dari pohonnya. Profesi anak biasanya tak jauh dari pekerjaan orangtuanya. Begitu pula yang terjadi pada Ahmad Sudarsono. Pekerjaan orangtuanya sebagai nelayan membuat Ahmad bergelut di bidang perikanan pula. Tetapi, semua tidak didapat dengan mudah. Rangkaian perjuangan ia lalui. Sejak kecil, Ahmad sadar, orangtuanya bukan berasal dari kalangan berada. Sehingga, untuk

38 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 38

mendapatkan uang jajan, ia rela berjualan bakso dan es mambo. Ketika lulus SD, orangtuanya sempat meminta Ahmad berhenti sekolah karena kesulitan ekonomi. Namun, semangat belajar Ahmad yang tinggi meluluhkan hati orangtuanya hingga mengizinkan ia tetap sekolah meski dengan catatan biaya sekolah tak dibiayai orang tua. Ketekunan membuat ia mendapat beasiswa ketika SMP. Ia bahkan membuka bimbingan belajar bagi teman-temannya di sekolah. Sebagai anak nelayan, Ahmad sadar kondisi nelayan tak jauh dari kemiskinan. Padahal, potensi sumberdaya ikan begitu melimpah. Hal itu berbanding terbalik dengan pendapatan nelayan, karena banyak

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:50


YOUNG ENTERPRENEUR tengkulak yang menjerat mereka dengan bunga tinggi dan membeli hasil tangkapan dengan harga sangat murah. Melihat itu, ia pun bercita-cita menjadi pengusaha di bidang perikanan dengan teknologi tepat guna, agar dapat membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan. Di tahun 2008, berbekal ilmu yang ia peroleh dari Jurusan Teknologi Hasil Perikanan IPB dan sedikit modal dari hasil bekerja selama satu tahun di sebuah perusahaan swasta, ia beranikan diri terjun ke bisnis pengolahan ikan. Awalnya, Ahmad dibantu istri berjualan produk olahan dengan cara door to door di kantin-kantin sekolah. Selama 4 bulan pertama, usaha ini tak ○

Ahmad Sudarsono menunjukkan hasil mengembirakan, bahkan modalnya habis dan mengalami kerugian yang cukup banyak. Titik balik kebangkitan Ahmad ketika melihat seorang kakek berjualan keliling dengan memanggul barang dagangannya. “Kakek itu terlihat sangat sabar dan penuh keikhlasan,” kenangnya. Hal itu membuat semangatnya kembali bangkit. Dengan modal secukupnya dari mertua, ia kembali menekuni ○

usaha yang sempat gagal. Alhasil, enam bulan berikutnya usaha olahan ikan itu menunjukkan hasil memuaskan. Dari situ, ia dapat suntikan modal tambahan untuk meningkatkan kapasitas produksi olahan ikan CV ASA Nusantara. Setelah berjalan dua tahun, ia telah memiliki 20 agen dan produknya masuk ke beberapa perusahaan waralaba.■ YOGI UTOMO/BERBAGAI SUMBER ○

PENGUSAHA MUDA DARI PATI Witjaksono

W

itjaksono namanya. Profesinya kini pengusaha muda di bidang perikanan dengan bendera PT Dua Putra Utama Makmur. Padahal, ia bukan dari keluarga pengusaha. Ayahnya Pegawai Negeri Golongan 2A dan Ibunya bekerja sebagai Buruh Pabrik. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sepulang kerja sang Ayah harus menyambi sebagai tukang batu. Pria berkacamata yang lahir 20 September 1981 di Pati,

Jawa Tengah, itu memulai perusahaannya tahun 2005 dengan modal 10 juta rupiah. Dengan modal itu, pengusaha yang juga penggagas program Akoe Indonesia ini lantas berdagang di Tempat Pelelangan Ikan di Pati. “Dari situ kami akhirnya bisa berhubungan dengan bank, hingga ketemu pembeli yang cukup besar dan rutin dari Jakarta,” kisahnya. Perusahaannya kian berkembang setelah dilirik investor asal Thailand. Mereka memberikan pinjaman cold

storage untuk menampung ikan yang lalu mereka beli dengan margin Rp 1.000 per kilogram. “Tetapi setelah itu ada teransaksi besar. Lalu ada Bank masuk. Setelah sempat di-take over bank lain, sekitar tiga tahun yang lalu Standard Chartered Bank masuk,” tuturnya. Kini, ia punya omzet sekitar 70 milyar rupiah. Bahkan, di tahun 2014 perusahaannya tutup buku dengan angka kisaran 300 milyar rupiah. ■ YOGI UTOMO/BERBAGAI SUMBER

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 39

MAInfo | 39 11/04/2017, 21:50


KOMODITAS PRIMADONA

PROSPEK CERAH BISNIS BUDIDAYA UDANG 2017 Binis budidaya udang dinilai masih memiliki prospek yang cerah. Hewan air berciri khas tubuh bongkok ini dari waktu ke waktu tetap dicari konsumen. Tetapi, pelaku bisnis budidaya udang tetap harus memberi perhatian terhadap banyak hal agar terus bertahan dan berjaya.

U

dang adalah produk perikanan andalan Indonesia yang menjadi komoditas ekspor. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, di tahun 2014 produksi udang mencapai 634.369 ton dengan luas tambak 247.733 m2. Angka ekspor komoditas udang juga menunjukkan data menarik. Di tahun 2013, asumsi ratarata volume ekspor udang adalah sebesar 13.500 ton per bulan. Angka volume ekspor udang Indonesia itu meningkat di tahun 2014 menjadi 180.000 ton per bulan. Hal ini menunjukkan, selama lima tahun terakhir volume ekspor udang terus meningkat. Selama ini, udang windu dan udang

40 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 40

vaname menjadi dua komoditas udang andalan. Saat ini, pembudidayaan udang galah mulai digalakkan dan perkembangannya cukup baik dalam beberapa tahun terakhir. Namun, produksinya masih relatif kecil jika dibandingkan dengan komoditas udang windu dan udang vaname. Produksi udang tersebar di beberapa daerah di Indonesia khususnya yang memiliki pesisir pantai. Terdapat tiga provinsi sentra produksi udang vaname terbesar di Indonesia yaitu berturutturut Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur. Sedangkan tiga sentra produksi udang windu terbesar di Indonesia berturut-turut adalah Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:51


KOMODITAS PRIMADONA

Prospek Cerah Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) tahun 2017 diprediksi tetap punya prospek cerah, meski semakin banyak pengusaha yang terjun ke bisnis ini. Sebab, di bisnis budidaya si bongkok ini boleh dikatakan tak ada persaingan atau kompetisi. Prediksi itu dikemukakan Penasihat Forum Komunikasi Akuakultur (FKPA) Lampung, Musyafik, terkait kian banyaknya pengusaha yang terjun ke bisnis si bongkok dan prospek bisnis udang tahun 2017. Musyafik sendiri kini sudah memiliki 20 tambak di Pesisir Barat, masing-masing seluas 3.000 meter persegi. Di Provinsi Lampung, kata dia, sejak 2015 hingga kini marak rehabilitasi tambaktambak di pantai timur Lampung. Sebelumnya, tambak-tambak itu terkesan terlantar. Di Kabupaten Pesisir Barat juga terus dilakukan perluasan tambak-tambak superintensif. Dan di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, diperkirakan terdapat hampir 100 hektare tambak baru yang dibangun

sejak tahun 2016. “Coba kita membuka usaha lainnya. Kita harus menghitung secara matang tentang kompetitor, peluang pasar, dan harga. Berbeda dengan usaha tambak. Di sini tidak ada persaingan atau kompetisi. Semakin banyak pengusaha yang membuka tambak dan produksi udang terus meningkat, udang tetap laku, bahkan harganya cenderung naik. Apalagi, sebagian besar pasar udang beku adalah untuk ekspor sehingga peluang pasarnya tetap besar,� ujar Musyafik. Menurut Musyafik, alokasi kebutuhan dana terbesar untuk membuka usaha tambak udang adalah pengadaan lahan. Tetapi komponen tersebut bisa

ditekan melalui kerjasama dengan pemilik lahan, yaitu masyarakat setempat. Bagi pengusaha ini, hal itu cukup membantu. Sebab, tidak perlu membeli lahan lagi tetapi tinggal biaya pembangunan konstruksi, pengadaan plastik HDPI, dan genset. Bagi pemilik lahan, hal itu juga menguntungkan karena lahannya tidak lepas tetapi tetap menjadi miliknya. “Tinggal negosiasi, pembagian hasil setiap siklus, apakah bagi hasil prosentase atau sistem sewa. Yang penting sama-sama untung,� kata dia. Selain pengadaan lahan, modal terbesar dalam budidaya udang adalah pada komponen pakan. Sehingga, menurut Musyafik, kini dengan adanya tempo pembayaran pakan hingga dua bulan sangat membantu cash flow pembudidaya. Satu hal yang perlu diperhatikan. Sesama petambak dalam satu kawasan harus sama-sama memiliki komitmen kuat untuk menjaga kualitas air laut agar tidak

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 41

MAInfo | 41 11/04/2017, 21:51


KOMODITAS PRIMADONA tercemar, karena keberhasilan usaha tambak sangat ditentukan oleh kualitas air laut. Caranya, petambak harus membangun instalasi pengolahan limbah. Sehingga, air buangan tambak yang kembali masuk ke laut sudah benar-benar terbebas dari zat-zat organik dan penyakit. “Instalasi pengolahan limbah tersebut sangat penting. Kegagalan budidaya udang di pantai timur Lampung dan terus berkecamuknya penyakit di Teluk Lampung terjadi karena ketiadaan instalasi pengolahan limbah,” ia mengingatkan. Para petambak di pesisir barat sudah melengkapi areal pertambakannya dengan instalasi kolam-kolam pengolahan limbah, sehingga air yang dibuang ke laut sudah benar-benar bersih dan bebas zat-zat organik. Apalagi, rata-rata tambak di Pesisir Barat melakukan ganti air sepanjang budidaya yang disedot langsung dari laut. Dengan kesadaran bersama akan pentingnya pengolahan limbah, hingga kini belum ada penyakit udang yang

42 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 42

mewabah di Pesisir Barat. “Karena itu saya yakin, sumber penyakit yang masih merebak di sejumlah sentra udang di Lampung bukan berasal dari benur, melainkan dari laut di lokasi tambak tersebut. Sebab jika benur yang membawa penyakit, seharusnya udang di Pesisir Barat juga terjangkit. Buktinya kan tidak,” jelasnya. Daya dukung lingkungan yang masih baik membuat kepadatan tebar (carrying capacity) bisa didongkrak pada kisaran 300 hingga 400 ekor benur per meter kubik. Ketika dipanen pada ukuran 40 ekor per kg diperoleh tingkat kehidupan (survival rate/ SR) sebesar 90 persen dan Food Conversation Rate (FCR) 1,5.

Produksi di Atas Target Ada lagi kendala yang lain. Menurut Ketua Pokdakan Harapan Maju, Desa Bandar Agung, Widodo, di era 1990-an, mereka membudidayakan udang windu secara tradisional. Sekitar 10 tahun kemudian, budidaya udang mengalami pasang-surut akibat serangan berbagai penyakit, terutama white spot syndrome (WSS). Akibatnya, sebagian besar kawasan pertambakan udang sistem pasang surut pun ditelantarkan para pemiliknya. “Sebagian masih melanjutkan budidaya udang seadanya dan sebagian lagi beralih ke budidaya ikan bandeng. Kalau tambak saya malah jadi belukar,” ujar Widodo didampingi Bendahara Pokdatan Sukito di areal tambaknya. Menyikapi hal itu, di tahun 2011, 20 orang pemilik tambak tradisional dengan luas areal 50 hektare membentuk

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:51


KOMODITAS PRIMADONA

Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdatan) Harapan Maju. Setelah mengajukan permohonan untuk dimasukkan ke dalam program revitalisasi tambak, baru tahun 2015 mereka mendapat bantuan penuh untuk budidaya tambak sistem intensif seluas 3.000 m2 dan pencetakan/pendalaman tambak tradisional sebanyak 24 kolam. Seluas 2.000 m2 atau 2 kolam di antaranya adalah milik Widodo. Kedua kolam itu diisi benur dengan kepadatan tebar 150 ekor per meter persegi. Hasil panen di usia 100 hari dari satu tambak, diperoleh 2,2 ton udang ukuran 50. Diperkirakan SR mencapai 95%. Produksi itu di atas target dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Selatan yang 2 ton. Soal harga jual udang, menurut Musyafik, sebetulnya sudah

cukup menguntungkan pada kisaran Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per kg seperti sekarang. Justru jika harga udang terlalu tinggi, ia khawatir konsumen di negara importir udang Indonesia, yaitu Amerika Serikat dan Jepang, akan mengurangi konsumsi udang sehingga berdampak terhadap volume ekspor ke dua negara konsumen tersebut. Sebab, ia menerima informasi bahwa pada saat harga udang tinggi akhir tahun lalu, restoranrestoran besar di sejumlah kota di AS tidak menyajikan menu udang karena harganya terlalu tinggi. “Jika harga udang berkelanjutan tinggi, tentu hal ini merugikan kita sebagai produsen, karena permintaan konsumen berkurang,” ujarnya. Namun, harga udang yang terlalu rendah juga tidak

menguntungkan bagi pembudidaya. Apalagi jika harga pakan dan obat-obatan terus naik seiring tingginya kurs dolar AS terhadap mata uang rupiah. “Jangan sampai harga udang di bawah Rp 60.000, karena harga pakan terus naik,” imbuhnya. Yang juga masih menjadi kendala dalam budidaya udang di pantai barat adalah ketersediaan energi listrik. Selama ini, petambak terpaksa menggunakan genset sehingga biaya operasional lebih tinggi dibandingkan petambak di Teluk Lampung yang sudah menggunakan energi listrik dari PLN. Untuk pakan dan benur, harganya masih sama dengan di Teluk Lampung, meski jarak tempuh dari Bandar Lampung ke Pesisir Barat lebih jauh dibandingkan ke Teluk Lampung, yaitu sekitar 250 km. ■ YOGI UTOMO/BERBAGAI SUMBER

Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 43

MAInfo | 43 11/04/2017, 21:51


TANYA PEMBACA

Bagaimana Mengatasi Masalah pada Tambak Udang Vannamei? Pertanyaan merupakan rangkuman dari beberapa orang penanya. Nara Sumber: Hardi Pitoyo (Pengusaha tambak udang di Banyuwangi / Wakil Ketua Pengurus Fungsional bidang Pengembangan SDM, MAI)

Jawaban :

S

ekarang ini sedang marak White Feces Disease (WFD) atau biasa dikenal dengan nama penyakit berak putih pada udang vanname. Bagaimana upaya pencegahannya? White Feces Desease (WFD) diyakini karena adanya infeksi bakteri pada sistem pencernaan udang, di lapangan, akibat adanya perubahan situasi ekologi pada perairan tambak. Biasanya munculnya WFD didahului oleh pergeseran/kematian plankton dalam jumlah banyak serta perubahan parameter kimiawi dan naiknya jumlah vibrio pada air tambak. Yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi padat tebar, memperbaiki cara-cara budidaya yang bisa membuat dinamika air lebih baik. Bagaimana jika udang sudah terserang WFD? Jika udang sudah terserang WFD, ada 2 cara yang dapat kita ambil yaitu memperbaiki kondisi air tambak dan mengobati sistem pencernaan udang. Bagaimana kriteria benur yang baik? Benur yang baik dapat dilihat dari ukurannya yang seragam, gesit, dan mempunyai usus (saluran pencernaan) yang besar/lebar. Dan tentu saja telah lulus uji virus (patogen free). Mutu benur tidak berbanding lurus dengan harga. Aplikasi probiotik diyakini bisa mengurangi serangan penyakit pada udang vanname. Apakah penggunaan aplikasi probiotik tersebut telah terbukti efektif? Aplikasi probiotik sangat membantu menstabilkan mutu air tambak sehingga dapat mengurangi penyakit dan dapat mengurangi biaya produksi karena bisa

44 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 44

mengurangi kebutuhan pergantian air. Apakah bakteri probiotik (heterotrof) telah tersedia di alam? Jika sudah tersedia di alam, bagaimana cara mengaktifkan bakteri tersebut? Air tambak biasanya sudah mengandung bakteri pengurai. Cara untuk merangsang pertumbuhan bakteri agar berperan baik adalah dengan menambah jumlah kincir sehingga DO (Disolve Oxygen) pada malam hari naik (tidak lebih rendah dari 4 ppm), dan memberikan molases/tetes tebu 2 ppm atau lebih setiap hari sehingga terbentuk foam (busa), dengan catatan sitem bakteri akan lebih cepat masuk jika pakan udang lebih tinggi dari 100 kg per hari. Warna air di dalam tambak udang seringkali berubah-ubah. Apa yang memengaruhi perubahan warna air tersebut? Bagaimana warna air yang dianjurkan pada tambak udang vannamei? Warna air adalah penampilan kelimpahan plankton yang ada di dalam air. Warna coklat biasanya mewakili jenis diatom, sedangkan hijau biasanya jenis klorella (green algae) dan blue green algae. Warna air yang baik adalah memiliki kandungan plankton yang bervariasi, banyak jenisnya, sehingga mendukung kestabilan air. Adapun jenis plankton yang bagus untuk mendukukung pertumbuhan adalah jenis diatom. Berapa padat penebaran udang yang Anda rekomendasikan untuk budidaya udang yang berkelanjutan? Penebaran benur biasanya disesuaikan dengan mutu sumber air, fasilitas produksi, dan keahlian teknisi (kemampuan sdm). Di daerah sulit yang memiliki sumber air yang jelek, disarankan padat tebar di bawah 100 per meter persegi. Sedangkan jika sumber airnya baik, bisa di atas 100 ekor per meter persegi, namun disarankan tidak lebih dari 150 ekor per meter persegi. â– YOGI UTOMO/MAI

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:51


Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 45

MAInfo | 45 11/04/2017, 21:51


ALMAMATER

MEWUJUDKAN AKUAKULTUR BERKELANJUTAN Oleh: Wikke Elta Ayu Selviani, S.Pi

I

ndonesia memiliki potensi perairan yang sangat luas untuk dikembangkan. Faktanya, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan sebagai negara maritim dengan wilayah perairan seluas 5,8 juta km2, jauh lebih besar dibandingkan wilayah daratan yang hanya sebesar 1,9 juta km2. Hal ini menyebabkan potensi sumber daya perairan di Indonesia sangat melimpah dan beragam. Akuakultur atau yang lebih dikenal dengan istilah budidaya perairan merupakan sub sektor pangan yang pertumbuhannya paling cepat di Indonesia. Akuakultur terbagi menjadi budidaya perikanan laut, budidaya perikanan payau dan budidaya perikanan darat. Sebagai subsektor yang sangat menjanjikan untuk menjamin ketersediaan pangan dunia, akuakultur juga disinyalir mampu menopang perekonomian negara. Sejak tahun 2009, Indonesia telah menjadi negara produsen perikanan terbesar kedua di dunia setelah Cina (FAO, 2016). Seiring meningkatnya jumlah penduduk serta kesadaran

46 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 46

terhadap kualitas dan gizi suatu produk perikanan, permintaan terhadap sejumlah produk perikanan juga akan semakin besar. Terutama dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap bahan makanan berprotein tinggi dan kian tingginya permintaan ekspor. Hal itu akan mendorong peningkatan produksi akuakultur ke depannya. Namun, jika pengelolaan sumber daya perikanan budidaya dilakukan secara eksploitatif, akan terjadi ketimpangan antara peningkatan produksi dengan daya dukung lingkungan yang semakin menurun. Oleh karena itu, kita perlu mewujudkan akuakultur yang berkelanjutan (sustainable aquaculture). Maksud keberlanjutan di sini adalah dengan mengedepankan aspek lingkungan, bukan semata aspek ekonomi dan bisnis. Sumberdaya akuakultur harus dikelola secara bertanggungjawab dengan tetap menjamin kualitas lingkungan dan melakukan upaya konservasi sumber daya perikanan. Ada sejumlah aspek yang harus menjadi perhatian utama dalam rangka

mewujudkan akuakultur yang berkelanjutan. Pertama, lahan yang digunakan untuk budidaya bukan merupakan kawasan penyangga, kawasan konservasi, maupun kawasan vital lainnya. Kedua, CBIB (cara budidaya ikan yang baik) harus sudah diterapkan dalam praktik akuakultur. Ketiga, pengelolaan limbah harus menjadi fokus utama dengan selalu menyediakan perangkat PAL (Pengelolaan Air Limbah) di setiap industri budidaya. Keempat, melakukan manajemen pengelolaan pakan dengan efisien guna meminimalkan limbah buangan budidaya. Kelima, menggunakan benih dan induk yang berkualitas (SPF) serta melakukan pengelolaan penyakit dengan tepat dan tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Dengan penerapan akuakultur berkelanjutan, diharapkan bisa menjamin ketersediaan sumberdaya perairan agar tidak berkurang secara kuantitas maupun kualitas, sehingga mampu menjadi solusi jangka panjang dalam perkembangan akuakultur Indonesia. â– YOGI UTOMO/MAI

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:51


Edisi April - Juni 2017 LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 47

MAInfo | 47 11/04/2017, 21:51


48 | MAInfo LAYOUT MAI EDISI 1 11 april 2017 rev iwn.pmd 48

Edisi April - Juni 2017 11/04/2017, 21:51




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.