Artikel AOMKI 1 Volume 1

Page 1

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1 ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


2022

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Halaman

DAFTAR ISI Daftar Isi

1

Kata Sambutan Koordinator Divisi Pendidikan AOMKI 2022

2

Profil Organisasi MIMS

3

Profil Organisasi AOMKI

4

Editor Artikel Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia

5

Kontributor Artikel Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia

9

Tinjauan Terapi pada Pasien dengan Diagnosis Dengue Shock Syndrome : a Systematic Review

12

Pengelolaan Gizi Bencana Pada Bayi dan Anak (Disaster Nutrition Management in Infants and Children)

16

Tinjauan Literatur Sistem Skor Pre-Endoskopi Pada Pasien Kegawatdaruratan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas

21

Peran Kurkumin Kunyit Bagi Imunitas Tubuh dalam Pencegahan dan Pengobatan COVID-19

24

Bahaya Ketuban Pecah Pada Ibu Hamil

31

Edukasi Masyarakat Tentang Pentingnya Cardiopulmonary Resuscitation Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Bencana : Systematic Review

37

Artikel Terbaik

38

Resusitasi Jantung Paru Selama Pandemi Covid-19 : Literatur Review

45

Tinjauan Literatur Pengaruh Antioksidan Vitamin C terhadap Penurunan Proses Pro Inflamasi pada COVID-19

52

Tinjauan Literatur Pengaruh Terapi Air Hangat terhadap Penurunan Hipertensi dalam Kehamilan

57

Quiz AOMKI

60

Feedback Form


SELAMAT MEMBACA Happy Reading

SEMANGAT BARU! SEMANGAT KOLABORASI!

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 01

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

KATA SAMBUTAN KOORDINATOR DIVISI PENDIDIKAN AOMKI 2021/2022

HALO MAHASISWA KESEHATAN DI SELURUH INDONESIA !

Ini

merupakan

Artikel yang pertama kali yang diterbitkan oleh Divisi Pendidikan

AOMKI pada tahun 2022, Artikel AOMKI ini

telah

menyediakan informasi

mengenai

ilmu-ilmu kesehatan maupun permasalahan kesehatan yang ada di Indonesia untuk seluruh mahasiswa kesehatan yang ada di Indonesia. Pada tahun membahas

mengenai “Kegawatdaruratan

Medis”

dengan

ini Artikel AOMKI

topik

permasalahan

yaitu “Kegawatdaruratan : Maksimalkan Keselamatan , Minimalkan Risiko”. Kegawatdaruratan

Medis

di Indonesia

sangatlah

sering

permasalahan di Indonesia. Kegawatdaruratan Medis pasien

mengalami

yang segera

keadaan

kita

adalah

keadaan

gawat darurat dan membutuhkan

dalam penanganannya

untuk

meminimalkan

jumpai tindakan

risiko

dari

dalam dimana medis pasien .

Dalam artikel ini akan membahas berbagai keadaan dan tindakan medis dengan menggunakan

systematic review dan tinjauan

pustaka dari

beberapa

sumber

terpercaya. Artikel AOMKI ini merupakan hasil dan karya dari Executive Board AOMKI 2021-2022 dan Mahasiswa/i Kesehatan di Indonesia. Artikel AOMKI ini Monthly Index of dari

Medical Specialities

atau MIMS

bekerjasama dengan The

dengan harapan hasil dan karya

Artikel AOMKI 1 Volume 1 dapat memberikan

dampak

positif bagi para

pembaca, segenap kontributor, official partner dan melalui Artikel AOMKI Volume 1 dapat mengedukasi.

SEMANGAT BARU! SEMANGAT KOLABORASI!

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 02

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

PROFIL ORGANISASI M I M S

EMPOWERING HEALTHCARE COMMUNITIES TO IMPROVE PATIENT OUTCOMES Penyedia multi-channel platform terkemuka di Asia Pasifikuntuk informasi medis berkualitas, pendidikan

kedokteran,

dan

layanan

pengetahuan

yang

menghubungkan

komunitas

tenagakesehatan. Kantor pusat berlokasi di Singapura, dengan cabang tersebar di 17 negara dan wilayah. Kami menyediakan wawasan lokal yang disesuaikan untukmencapai solusi terbaik dari kami untuk Anda, bersamaandengan peningkatan ilmu yang disebarkan ke wilayah Asia Pasifik. Kami menyediakan beberapa produk dan layanan yang komprehensif khusus untuk seluruh tenaga kesehatan: Drug Reference & Guidelines/Referensi & Pedoman Obat

MIMS menyediakan konten medis melalui publikasi digital dan cetak untuk profesional kesehatan: Referensi & Pedoman Obat di Fasilitas Kesehatan Referensi Obat MIMS memberi para tenaga kesehataninformasi peresepan obat terkini yang disesuaikan dengankondisi sistem kesehatan masing-masing negara (tersediadalam bentuk cetak, digital, dan seluler). Edisi Khusus MIMS Kompilasi pedoman manajemen penyakit lokal dan internasional terbaru untuk referensi cepat oleh tenagakesehatan, tersedia untuk 17 spesialis. Clinical Decision Support Tools/Alat Pendukung Keputusan Klinis

Meskipun kesalahan manusia tidak dapat dihindari, itu dapatdicegah. MIMS menyediakan alat skrining resep yang komprehensif untuk deteksi otomatis kemungkinan kesalahanpengobatan. Pendukung keputusan klinis dapat diintergrasikan ke dalamaplikasi klinis untuk membantu tenaga kesehatan dalammembuat keputusan berdasarkan informasi di setiap titikpelayanan. Alat pendukung keputusan klinis MIMS mendukung praktikpengobatan yang aman dan tepat. Pengembangan Profesional

MIMS memberdayakan lebih dari 2 juta tenaga kesehatan yang terdaftar dengan peluang pengembangan profesional. Kesempatan berkarir MIMS menyediakan platform antara tenaga kesehatan dan calon pemberi kerja, serta bimbingan karir untuk institusimedis yang berbasis lokal dan internasional. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (CME) Pendidikan MIMS memungkinkan tenaga kesehatan untukmengakses kegiatan e-learning klinis untuk mengumpulkanpoin CME (SKP) sebagai bagian dari pengembanganprofesional.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Halaman 03

PROFIL ORGANISASI

A O M K I ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA

Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia (AOMKI) merupakan suatu wadah

yang menaungi IOMS kesehatan untuk mengembangkan peran mahasiswa dalam pengembangan sistem pelayanan dan pendidikan kesehatan Indonesia melalui semangat Interprofessional Education (IPE) dan Interprofessional Collaboration (IPC) yang juga menjadi landasan arah gerakan AOMKI dan menjadi nilai dari setiap program yang dijalankan. AOMKI diprakarsai sejak 12 Maret 2015 oleh 11 IOMS (Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis) meliputi ISMAFARSI, CIMSA, ISMKI, AMSA, ILMIKI, PSMKGI, ILMAGI, ISMKMI, IKAMABI, IMATELKI, IMFI. 11 IOMS ini memiliki kontribusi yang setara dengan setiap Executive Board

yang datang dari 11 IOMS. Setiap Executive Board, memiliki kesempatan spesial untuk mendalami IPE dan IPC melalui begitu banyak program kerja yang dituangkan. Setiap Executive Board AOMKI juga memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dan

menambahkan koneksi interprofesi. Hal ini sesuai dengan Visi utama AOMKI yaitu sebagai wadah pergerakan mahasiswa kesehatan yang berpengaruh dalam proses usaha pencapaian kesehatan Indonesia. Visi ini diusahakan dapat menjawab dua fokus utama masalah yaitu : 1. Isu Peningkatan Kualitas Pendidikan Kesehatan (Interprofessional Education (IPE) atau Interprofessional Collaboration (IPC), dan 2. Isu Kesehatan Strategis. AOMKI juga hadir untuk menjalin persatuan dan kekuatan IOMS serta menjadi wadah pergerakan mahasiswa. Bersamaan dengan tujuan tersebut, AOMKI membentuk begitu banyak program kerja dibawah 3 divisi utama yaitu Divisi Pendidikan, Divisi Media, dan Divisi Isu.

SEMANGAT BARU! SEMANGAT KOLABORASI!

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 04

EDITOR Editor

ARTIKEL ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA

MUHAMMAD RIFQI DHARMAWAN KOORDINATOR DIVISI MEDIA AOMKI

ROBERT KRISTIANTO KOORDINATOR DIVISI PENDIDIKAN AOMKI

RIFALDY NABIEL ERISADANA STAF DIVISI PENDIDIKAN AOMKI

EKA SULINGKAR STAF DIVISI PENDIDIKAN AOMKI

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 05

Kontributor

KONTRIBUTOR

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 06

EKA SULINGKAR UNIVERITAS FALATEHAN

ELSA FAJRIAH INSTITUT PERTANIAN BANDUNG

GITA SABRINA PRATIWI UNIVERITAS JENDERAL SOEDIRMAN

MUCHAMAD NAUFAL FALAKHI UNIVERITAS AIRLANGGA

MUHAMMAD RIFQI DHARMAWAN UNIVERITAS SARI MULIA

MUHAMMAD RIZKY ASFARADA UNIVERITAS HASANUDDIN

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 07

NIKEN SARI NURAINI UNIVERITAS JEMBER

NINDA AINA JUWITA INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

NUR RAUUFI SALSABILA UNIVERITAS HANGTUAH SURABAYA

RIFALDY NABIEL ERISADANA UNIVERITAS JEMBER

ROBERT KRISTIANTO UNIVERITAS KRISTEN INDONESIA

SHELA ESTERIA SIMANJUNTAK UNIVERITAS SUMATERA UTARA

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 08

SITI ZULAIKHA RISQIYANI UNIVERITAS JEMBER

TRY SEPTIAN MUSTIKA SARAGIH INSTITUT SUMATERA UTARA

YASMIN PUTRI ISLAMAY UNIVERITAS HASANUDDIN

BELLA SINTIA -

MOTIKA WAHYU RAMADHANI -

NURHIDA INDAYU -

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 09

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Tinjauan Terapi pada Pasien dengan Diagnosis Dengue Shock Syndrome : a Systematic Review Muhammad Rifqi Dharmawan 1 Robert Kristianto 2 1 2

Fakultas Kesehatan, Universitas Sari Mulia, Banjarmasin, Indonesia

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah kegagalan

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah manifestasi

sirkulasi darah akibat kehilangan plasma dalam darah

yang terjadi yang disebabkan oleh virus dengue dengan

yang diakibatkan permeabilitas kapiler darah yang

host nya yaitu nyamuk Aedes aegypti. Demam

meningkat dan ditandai dengan denyut nadi lemah dan

Berdarah Dengue (DBD) banyak terjadi di daerah

cepat, penyempitan pembuluh darah atau nadi,

tropis. Secara epidemiologi, Indonesia merupakan

hipotensi atau tekanan darah yang tidak terukur, kulit

daerah yang tertinggi pada kasus DBD di Asia

yang dingin dan lembab, tampak lesu, lemah dan

Tenggara. Virus dengue dari genus Flafivirus dari

gelisah hingga terjadinya syok berat. Penyebab Dengue

family Flaviridae. Virus dengue ini termasuka dalam

Shock Syndrome sama dengan demam berdarah dan

grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok

Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu disebabkan

flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri dari

oleh virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.

aegypti. Demam pada DBD umumnya terjadi selama 2

DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui

sampai 7 hari dan menurun setelahnya. Komplikasi

selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2,

paling banyak terjadi pada hari ke 3 dan 4 sejak hari

DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan serotipe

pertama sakit. Jika tidak segera ditangani, maka

yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat

komplikasi ini akan mengakibatkan syok yang berisiko

keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis

kematian.

yang berat dan penderita banyak yang meninggal.

Progresif

DBD

menuju

DSS

adalah

trombositopenia yang diikuti dengan meningkatnya hematokrit.

Trombositopenia

adalah

menurunnya

Pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat

trombosit hingga di bawah 100.000 per milimeter

disertai dengan Dengue Syok Syndrome yaitu dengan

kubik. Kondisi tersebut yang akan memicu kebocoran

manifestasi

plasma sehingga mengakibatkan syok hipovolemik

Tantracheewathorn dkk menemukan bahwa faktor

yang berujung kepada DSS. Di Indonesia, walaupun

risiko terjadinya DSS adalah perdarahan, infeksi

angka kematian akibat DBD menurun, namun kematian

dengue sekunder dan hemokonsentrasi yang lebih dari

akibat DBD yang disertai syok masih tinggi.

22%.8 dan pada penelitian lain juga ditemukan bahwa

syok/

renjatan.

Penelitian

oleh

kadar hematokrit dan Kadar trombosit memiliki Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Dengue

hubungan yang signifikan terhadap kejadian DSS pada

Shock Syndrome, virus Dengue, nyamuk Aedes aegypti.

pasien DBD.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 10

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Patogenesis yang utama pada dengue shock syndrome

penelitian deskriptif yaitu penelitian yang mengangkat

ialah reaksi antigen-antibodi dalam sirkulasi yang dapat

fakta, keadaan dan vaiabel yang terjadi dan disajikan

mengakibatkan aktifnya suatu sistem komplemen C3

dengan apa adanya (Alaydrus, 2017). Fakta dan

dan C5 yang melepaskan C3a dan C5a dimana 2

keadaan yang ingin digambarkan oleh peneliti adalah

peptida

yang

Tinjauan Terapi pada Pasien dengan Diagnosis Dengue

merupakan mediator kuat terjadinya peningkatan

Shock Syndrome (DSS). Sampel diambil dari jurnal

permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak

nasional yang terindeks sinta dan google scholar.

tersebut

sebagai

histamine

tubuh

sebagai akiba terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan masuk

ke

dalam

ruang

interstitial

sehingga

menyebabkan hipotensi, peningkatan hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan pada rongga serosa. Infeksi yang disebabkan virus dengue ini dapat menyebabkan

manifestasi

klinik

yang

bersifat

asimtomatik maupun simtomatik yang meliputi demam biasa (sindrom virus), demam dengue, atau demam berdarah dengue termasuk sindrom syok dengue (DSS). Penyakit demam dengue biasanya tidak menyebabkan kematian, penderita sembuh tanpa gejala sisa. Sebaliknya, DHF merupakan penyakit demam akut yang mempunyai ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan, dan berpotensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Gambaran klinis bergantung pada usia, status imun penjamu, dan strain virus.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari beberapa jurnal yang di ambil untuk sampel, dapat disimpulkan bahwa pemberian cairan untuk Dengue Shock Syndrome (DDS) adalah sebagai berikut (Pujiatri, 2016); (Putri, 2016); (Febriani 2017) : 1. Segera beri infuse kristaloid (ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20 ml/kg BB secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2-4 liter/menit. Untuk DSS berat diberikan ringer laktat 20 ml/kgBB/jam bersama koloid. Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit setiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan gula darah. 2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap dilanjutkan 15-20 ml/kg/BB/jam, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid sebanyak 10- 20ml/kg BB, maksimal 30 ml/kg BB. Observasi keadaan umum, tekanan darah, tekanan nadi tiap 15 menit dan

Pada penatalaksanaan yang digunakan pada Dengue Shock Syndrome (DSS) yaitu cairan intravena yang digunakan adalah kristaloid isotonik, Cairan koloid hiper-onkotik (dextran 40 atau Starch) > 300 mOsm/L direkomendasikan pada kebocoran plasma Masif, atau tidak responsif dengan pemberian cairan kristaloid, pada pemberian cairan ini tidak di rekomendasikan pada Tranfusi trombosit.

periksa hematokrit tiap 4-6 jam. 3. Apabila syok telah teratasi disertai dengan penurunan kadar hemoglobin/hematokrit, tekanan nadi>20 mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Volume 10 ml/kg BB/jam dapat dipertahankan sampai 24 jam atau menjadi 7 ml/kg/BB sampai keadaan klinis dan hematokrit stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan 5 ml/kg/BB/jam dan seterusnya 3 ml/kg/BB/jam. Dianjurkan pembelian cairan

METODE Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode systematic review dan menggunakan desain

tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi klinis, tekanan darah, nadi, jumlah urin

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 11

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

dikerjakan

tiap

jam

(usahakan

urin>1

Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek

ml/kgBB/jam, BD urin <1.020) serta pemeriksaan

Bandar

Lampung.

JKM

(Jurnal

Kebidanan

hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam sampai

Malahayati), [S.l.], v. 5, n. 1, sep. 2019. ISSN

keadaan umum baik.

2579-762X.

4. Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan

4. Shobana Raveendran, I Gede Budiarta. Dengue

kadar hematokrit menurun, tetapi masih >40 vol%

Syok Syndrome; Laporan Kasus: Bagian Anastesi

berikan

dan Reanimasi FK UNUD/RSUP SANGLAH

darah

segar

dalam

volume

kecil

(10ml/kgBB). Apabila tampak perdarahan massif,

5. Gerald C.D. Podung, Syudi N.N Tatura, Max F.J.

berikan darah segar 20 ml/kgBB dan lanjutkan

Mantik. Faktor Risiko Terjadinya Sindroma Syok

cairan kristaloid 10 ml/kgBB/jam. Pemasangan

Dengue pada Demam Berdarah Dengue. Jurnal

CVP (dipertahankan 5-8 cmH2O) pada syok berat

Biomedik. 2021; 13(2): 161-166

kadang- kadang diperlukan, sedangkan pemasagan sonde lambung tidak dianjurkan. 5. Apabila syok belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui kebutuhan cairan dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin. Apabila CVP normal (10 mmH2O), maka diberikan dopamine.

KESIMPULAN Pada Dengue Syok Syndrome (DSS) pemberian cairan tergantung pada manifestasi yang dialami pasien yaitu dengan melihat ringan, sedang, dan berat gejala yang di alami pasien dan pemberian cairan ini dilihat dari pemeriksaan

laboratorium

klinik

seperti

kadar

Faktor-Faktor

Yang

hematokrit pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA 1. Riana

Pujiarti.

2016.

Berhubungan Dengan Kejadian Dengue Shock Syndrome (DSS) Pada Anak Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Kota Semarang. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang. 2. Kartika Putri, Ni Putu Indah. 2020. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Sindrom Syok Dengue Pada Anak. E-Jurnal Medika Udayana, [S.l.], v. 9, n. 10, p. 39-43, oct. 2020. ISSN 2303-1395. 3. Putri, Devita Febriani; Wahyuni, Tusy Tri. 2017. Hubungan

Jumlah

Leukosit

Dengan

Kejadian

Sindrom Syok Dengue (Ssd) Pada Anak Di Rumah

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 12

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Pengelolaan Gizi Bencana Pada Bayi dan Anak Disaster Nutrition Management in Infants and Children Elsa Fajriah Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680, Bogor, Indonesia, 083818043035, elsafajriah@apps.ipb.ac.id

ABSTRAK

diatasi akan mengubah fungsi dan kualitas hidup

Indonesia is in a disaster-prone area. Disaster emergency conditions can cause a decrease in health status from infectious infections and a decrease in nutritional status. Immediate treatment is needed to reduce the risk of death and long-term health effects. The method used is a literature review using 5 journals and 3 books. Disaster nutrition management is very necessary, especially for vulnerable groups. Nutrition management for infants and children is adapted to disaster situations, namely pre-disaster, disaster, and post-disaster. Kata Kunci : Children, Disaster, Infant, Nutrition

PENDAHULUAN kepulauan, dan termasuk dalam ring of fire. Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tahun 2019 telah terjadi 1.968 kejadian bencana alam dan dalam 5 tahun terakhir tidak kurang dari 14.193 bencana alam terjadi di Indonesia. Bencana tersebut mencakup banjir, tanah longsor, gelombang pasang atau abrasi, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, dan letusan gunung berapi (BNPB, 2017). darurat

terutama dapat dialami oleh kelompok rentan, yaitu bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan lanjut usia. Bayi dan balita yang mengalami penurunan status kesehatan dan gizi akan terhambat pertumbuhannya sehingga berpotensi mengalami gizi buruk dan stunting. Anak dengan gizi buruk dan stunting dapat terserang

berbagai

penyakit

dengan

mudah,

terganggunya kemampuan kognitif, serta dampakdampak

sosial

ekonomi

yang

menyertainya

(KEMENKES RI, 2020). Dampak kesehatan yang menjadi ancaman disebabkan sarana dan prasarana kesehatan yang rusak, terputusnya

Indonesia terletak pada garis khatulistiwa, berbentuk

Kondisi

masyarakat terdampak bencana. Permasalahan ini

jalur distribusi pangan sehingga ketersediaan pangan berkurang, sanitasi lingkungan yang buruk serta rusaknya

sarana

air

bersih

(Rachman,

2020).

Pengelolaan gizi di masa tanggap darurat menjadi sangat penting untuk keselamatan hidup masyarakat terdampak bencana. Penanganan gizi berperan penting di dalam penanganan bencana dan krisis kesehatan untuk mempertahankan status gizi masyarakat dan mencegah risiko kesakitan dan kematian akibat kekurangan gizi, khususnya pada kelompok rentan (KEMENKES RI, 2020). Penilaian kebutuhan gizi yang cepat dan efisien sangat dibutuhkan untuk

bencana

dapat

menyebabkan

penurunan status kesehatan yang berasal dari infeksi menular dan penurunan status gizi (Siti, 2018). Penurunan status kesehatan dan gizi yang tidak segera

meminimalkan

efek

kesehatan

jangka

panjang.

Kesiapsiagaan penanganan gizi pada situasi tanggap darurat bencana adalah kunci mengurangi risiko bencana dan penuruna kesehatan jangka panjang.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 13

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

METODE

apabila terjadi bencana. Fase bencana atau fase tanggap

Metode yang digunakan adalah literature review

darurat yaitu fase dilakukannya berbagai upaya tanggap

dengan melakukan pengumpulan referensi sebanyak 5

darurat untuk menjaga keutuhan diri sendiri, sumber

jurnal dan 3 buku. Referensi tersebut didapatkan

daya, dan harta kekayaan untuk menanggulangi akibat

melalui google scholar, Microsoft academic, dan

dari bencana (Rachman, 2020). Pada masa ini

PubMed. Dengan kata kunci meliputi gizi, tanggap

dilakukan juga evakuasi dan pengungsian korban serta

darurat bencana, bayi, balita, dan anak. Data akan

pemberian bantuan logistik untuk bertahan hidup

dipilih dan kemudian dianalisis sampai mencapai

Wulandari, 2020). Permasalahan kesehatan biasanya

tujuan karya ini.

muncul pada fase ini, seperti kelaparan, infeksi menular, ketersediaan air dan obat-obatan, masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut

UU

No.

24

Tahun

hieginitas, dan penurunan status gizi (Kocak, 2018). 2007

Tentang

Penanggulangan Bencana, definisi bencana adalah

Menurut Kemenkes RI (2007), fase post bencana terdiri dari pemulihan (relief) rekonstruksi, dan rehabilitasi.

peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam penghidupan

Bencana menyebabkan rusaknya pemukiman, fasilitas

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

umum termasuk fasilitas kesehatan, terputusnya jalur

dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia

distribusi pangan, ketersediaan pangan yang terbatas,

sehingga

jiwa

sanitasi lingkungan yang buruk, dan rusaknya sarana

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

air bersih menjadikan masyarakat rentan mengalami

dan

faktor

penurunan kesehatan dan gizi (KEMENKES RI, 2012).

penyebabnya, bencana dapat dibedakan menjadi tiga,

Kelompok rentan seperti bayi, balita, ibu hamil, ibu

yaitu bencana alam, bencana nonalam, dan bencana

menyusui, dan lanjut usia harus diberikan perhatian

sosial. Bencana alam adalah bencana yang disebabkan

lebih untuk meminimalkan risiko kesehatan yang lebih

oleh alam, seperti gempa bumi, gunung meletus,

buruk. Masalah yang timbul pada bayi dan balita di

tsunami, banjir, kekerinngan, angin topan, dan tanah

antaranya tidak tercukupinya air susu ibu (ASI) dan

longsor. Bencana nonalam berupa epidemi, wabah

makanan pendamping asi (MPASI) karena terpisah

penyakit, gagal teknologi, dan gagal moderisasi.

oleh ibunya, bantuan makanan yang datang terlambat,

Bencana sosial berupa bencana yang diakibatkan oleh

ditambah lagi dengan sanitasi yang buruk dan

manusia seperti konflik sosial antarkelompok atau

pengetahuan yang terbatas. Bayi dan anak berumur

antarkomunitas dan teror.

bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok yang

dan

mengganggu

kehidupan

mengakibatkan

dampak

dan

timbulnya

psikologis.

korban

Berdasarkan

paling rentan dan memerlukan penanganan gizi khusus. Bencana memiliki siklus seperti sebuah lingkaran yang

Pemberian makanan yang tidak tepat pada kelompok

saling berhubungan. Menurut UU No. 24 Tahun 2007

tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan dan

Tentang Penanggulangan Bencana, siklus bencana

kematian terlebih pada situasi bencana (Haniarti,

terdiri dari tiga fase, yaitu fase pra bencana, fase

2020).

bencana, dan fase post bencana. Fase pra bencana mengarah pada pencegahan seperti mitigasi untuk

Sebelum memberikan bantuan, diperlukan pengkajian

mengurangi risiko terjadinya bencana dan kesiapsiagaa

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 14

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

akat terdampak. Situasi gizi ini dapat diketahui melalui

Pada masa tanggap darutat fase I, dilakukan juga

status gizi balita di daerah tersebut. Setelah mengetahui

pengumpulan data antropometri balita (Sulistiawati,

situasi gizi, selanjutnya adalah penetapan jenis kegiatan

2020). Pengukuran ini dilakukan di posyandu darurat di

pengelolaan gizi dengan mempertimbangkan hasil dari

lokasi pengungsian. Data antropometri ini menjadi

surveilans dan faktor penyulit. Faktor penyulit tersebut

dasar untuk pemantauan status gizi, dan apabila ada

adalah kerawanan pangan rumah tangga, prevalensi

yang mengalami gizi kurang dapat segera ditangani.

HIV/AIDS, angka kematian balita >2/10.000/hari,

Fase II tahap darurat awal biasanya sudah terdapat

terdapat wabah campak atau batuk rejan (pertusis),

informasi

tingginya prevalensi ISPA atau diare, serta tingginya

masyarakat terdampak. Penilaian lebih lanjut seperti

prevalensi

data antropometri, proporsi status gizi balita, penilaian

malnutrisi

sebelum

kejadian

bencana

(KEMENKES RI, 2012).

yang

lebih

lengkap

mengenai

data

risiko kurang energi protein, analisis dan penilaian risiko penyulit, serta pemberian tambahan makanan

Kegiatan Gizi Pra Bencana

dan suplementasi dilakukan.

Tujuan utama kegiatan gizi pra bencana adalah

Fase transisi darurat adalah fase transisi atau peralihan

mengantisipasi adanya bencana serta mengurangi risiko

sebelum rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan pada

akibat bencana. Untuk mencapai tujuan tersebut,

fase ini mengikuti situasi dan kondisi yang ada

dilakukan sosialisasi, program pelatihan, pembinaan

(KEMENKES RI, 2012).

teknis, dan pendampingan manajemen gizi bencana kepada petugas kesehatan. Masyarakat juga diberikan

Kegiatan Gizi Pasca Bencana

sosialisasi

saat

Kegiatan gizi pasca bencana yang utama adalah

menyusui,

melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh

konseling makanan pendamping air susu ibu (MPASI)

kegiatan yang telah dilakukan (KEMENKES RI, 2020).

(KEMENKES RI, 2012).

Pembinaan gizi juga dilakukan sebagai tindak lanjut

mengenai

kegawatdaruratan

kebutuhan

bencana,

gizi

konseling,

untuk Kegiatan Gizi Situasi Tanggap Darurat Bencana

meningkatkan

status

gizi

dan

kesehatan

masyarakat terdampak.

Masa tanggap darurat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu fase I darurat awal, fase II darurat, dan fase III transisi

KESIMPULAN

darurat. Kegiatan gizi pada masa fase I darurat awal

Kadar lemak suatu bahan pangan dapat dihitung

meliputi perencanaan intervensi yang disesuaikan

menggunakan beberapa metode. Kadar lemak pada

dengan data di awal kegawatdaruratan dan biasanya

bahan pangan tepung terigu dapat ditentukan dengan

mengikuti kebutuhan umum populasi berdasarkan hasil

menggunakan prinsip metode Soxhlet yaitu dengan

Rapid Health Assessment (RHA). Tujuan utama

memisahkan lemak dan pelarut yang telah diesktraksi

kegiatan gizi pada fase ini adalah pemberian makanan

dengan sampel. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

untuk mencegah kelaparan dan menekan penurunan

rata-rata persentase lemak sampel yang didapatkan

status gizi (WHO, 2004). Makanan yang disediakan

masih layak diterima, tetapi data hasil percobaan ini

harus

memiliki kualitas yang tidak baik dan tidak dapat

mencakup

energi,

protein,

lemak,

dan

mikronutrient yang cukup. Lama fase ini maksimal tiga

diterima

dan

perlu

dilakukan

pengulangan.

hari setelah kejadian bencana.

Perhitungan, penganalisisan, serta penginterpretasian

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 15

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

data analisis kadar lemak harus dilakukan secara tepat,

10. Sulistiawati

F,

Taufiqurrahman.

Kajian

baik kuantitas maupun kualitasnya agar hasilnya dapat

penaggulangan gizi balita pasca bencana gempa

diterima.

bumi di Desa Dasan Geria Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Ilmiah Mandala Education. 6(2):

DAFTAR PUSTAKA

320-328.

1. [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2017. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Jakarta: Pusat Data Informasi dan

Humas

Badan

Nasional

Penanggulangan

Bencana. 2. Siti H, Risnhukathulistiwi M, Wisnusanti SU. 2018. Manajemen

Gizi

Dalam

Kondisi

Bencana.

Yogyakarta(ID): Gadjah Mada University Press. 3. [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi pada Masa Tanggap Darurat Bencana. Jakarta(ID): Kemenkes RI. 4. Rachman NN, Andayani DE. 2020. Pengelolaan gizi bencana pada ibu hamil dan menyusui. Indonesian Journal Clinical Nutrition Physician. 4(2): 148- 164. 5. Wulandari IS, Kanita MW. 2020. Upaya peningkatan kesehatan edukasi kesiapan warga dalam menghadapi bencana fase impact di Desa Wonorejo Karanganyar. Jurnal Empathy. 1(1): 64-71. 6. KoÇak H. 2018. Chapter 25: The role of disaster medicine in disaster management and preparedness. Integrating Disaster Science and Management. 423432. 7. [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi pada Masa Tanggap Darurat Bencana. Jakarta(ID): Kemenkes RI. 8. Haniarti, Yusuf S. 2020. Manajemen Penanganan Gizi Balita Pasca Bencana. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan. 1(1): 133-142. 9. [WHO] World Health Organization. 2004. Food and Nutrition Needs in Emergencies. Geneva(CH): World Health Organization.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 16

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Tinjauan Literatur Sistem Skor Pre-Endoskopi Pada Pasien Kegawatdaruratan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas Rifaldy Nabiel Erisadana Fakultas Kedokteran, Universitas Jember

ABSTRAK

AIMS65 merupakan sistem dengan kalkulasi yang

Pendahuluan : Perdarahan saluran cerna bagian atas

paling sederhana dan dianggap bermanfaat dalam

(PSCBA) merupakan kondisi kegawatdaruratan yang

memprediksi

berpotensi mengancam jiwa sehingga diperlukan

perdarahan ulang, tidak ada sistem skoring yang

intervensi

untuk

dianggap paling dominan. Kombinasi antara GBS dan

menghentikan perdarahan. Endoskopi memiliki peran

AIMS65 menunjukkan sensitivitas dan spesifitas yang

penting dalam manajemen perdarahan karena dapat

tinggi untuk memprediksi kebutuhan terapi endoskopi.

digunakan sebagai alat diagnostik serta terapeutik pada

Kesimpulan : Bervariasinya kemampuan prediksi

pasien PSCBA. Meskipun memiliki peran penting

masing-masing sistem skor untuk luaran klinis

namun beberapa pelayanan kesehatan masih memiliki

memungkinkan untuk menggunakan sistem skor yang

keterbatasan terkait akses endoskopi. Sistem skoring

berbda

pre-endoskopi menjadi instrumen dalam menentukan

bermacam-macam. Kombinasi dari dua atau lebih

stratifikasi risiko dini pada pasien PSCBA yang tidak

sistem

memungkinkan untuk mendapatkan akses endoskopi

kemampuan prediksi yang lebih akurat dibandingkan

tersebut. Adanya sistem skor pre- endoskopi untuk

hanya menggunakan satu sistem skor.

prediksi dini terkait luaran klinis pasien PSCBA

Kata kunci : PSCBA, AIMS65, GBS, pRS, endoskopi

atau

manajemen

yang

tepat

dianggap bermanfaat secara klinis dalam memberikan

mortalitas.

dalam skor

Dalam

menentukan memungkinkan

luaran untuk

memprediksi

klinis

yang

mendapatkan

keputusan terkait manajemen perawatan pada pasien

PENDAHULUAN

PSCBA.

Perdarahan saluran cerna bagian atas (PSCBA)

Tinjauan

literatur

ini

bertujuan

untuk

membahas manfaat klinis dari berbagai sistem skor

merupakan

stratifikasi risiko pre-endoskopi pada pasien PSCBA

perdarahan yang berasal dari bagian proksimal dari

tanpa membedakan antara perdarahan varises dan non-

struktur anatomi abdomen yaitu ligamentum of treitz

varises.

yang yang berpotensi mengancam jiwa. Insidensi dari

Metode

:

melalui

dengan mortalitasnya mencapai 6-10% (Kim et al.,

pengumpulan literatur dalam kurun waktu 10 tahun

2014). Pasien PSCBA berisiko mengalami perdarahan

terakhir yang dipublikasikan dalam PubMed, google

ulang serta kematian sehingga memerlukan intervensi

scholar, serta basis data lainya. Literatur dikumpulkan

atau manajemen yang tepat untuk menghentikan

dengan menuliskan beberapa kata kunci seperti “Upper

perdarahan. Endoskopi memilki peran penting dalam

Gastrointestinal Bleeding” dan “Score”.

manajemen diagnostik serta terapeutik pada pasien

Hasil dan Pembahasan : Sistem skoring AIMS65,

PSCBA karena dapat menemukan lokasi sumber

GBS, serta pRS merupakan sistem skor pre-endoskopi

perdarahan

yang digunakan pada pasien PSCBA.

intervensi terapeutik untuk mengontrol perdarahan.

studi

literatur

karena

PSCBA sejumlah 40-150 kasus pada 100.000 populasi

metode

tinjauan

kegawatdaruratan

ini

menggunakan

Penyusunan

kondisi

pustaka

serta

membantu

dalam

pemberian

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 17

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Meskipun endoskopi memiliki peran penting namun

Skor Rockall lengkap pertama kali diterbitkan pada

tidak semua pasien PSCBA perlu dilakukan endoskopi

tahun 1997 dan dirancang untuk mengidentifikasi

dan tidak semua fasilitas kesehatan memiliki akses

pasien yang berisiko kematian dan perdarahan ulang

tersebut. Pengalaman serta keahlian operator juga perlu

setelah endoskopi. Variabel pada pRS terdiri dari tiga

dipertimbangkan

variabel

untuk

melakukan

tindakan

endoskopi(Stanley and Laine, 2019).

pre-endoskopi

yaitu

usia,

syok

dan

komorbiditas. Sementara untuk Full-Rockall Score membutuhkan dua variabel endoskopi tambahan untuk

Sistem skoring pre-endoskopi untuk menilai stratifikasi

perhitungan

meliputi

risiko pasien PSCBA penting dalam memprediksi

perdarahan baru (Bakhtavar et al., 2017).

keparahan perdarahan sehingga dapat membantu dokter

memberikan manajemen perawatan di mana pasien dengan risiko tinggi tentunya akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih intensif sehingga

untuk rawat jalan atau pemulangan lebih dini dan aman

0

1

2

3

Usia

<60 tahun

60-79 tahun

≥80 tahun

-

Syok

Nadi>100x Nadi>100x /menit, TD Tidak ada /menit, TD sistolik normal <100mmH g

-

yang mengarah pada efisiensi pemanfaatan sumber daya perawatan kesehatan (Budimir et al., 2016; Stanley et al., 2017). Tinjauan literatur ini bertujuan untuk membahas manfaat klinis dari berbagai sistem skor stratifikasi risiko pre- endoskopi pada pasien PSCBA tanpa membedakan antara perdarahan varises

stigmata

Variabel

menurunkan morbiditas dan mortalitas sementara pada pasien dengan risiko rendah tentunya akan diarahkan

dan

Tabel 1. Penilaian pRS

di UGD dalam mengambil keputusan. Prediksi dini pasien PSCBA bermanfaat secara klinis dalam

diagnosis

Komorbid Tidak ada

-

dan non-varises.

METODE

Gagal jantung kongestif, gagal penyakit ginjal, jantung gagal hati,, sistemik, metastasis komorbidit as mayor lainnya

Penyusunan tinjauan literatur ini menggunakan metode

2. Glasgow-Blatchford Score (GBS)

studi pustaka melalui pengumpulan literatur dalam

GBS dikembangkan dan diterbitkan pada tahun 2000

kurun waktu 10 tahun terakhir yang dipublikasikan

sebagai alat penilaian risiko untuk memprediksi

dalam PubMed, google scholar, serta basis data lainya.

kebutuhan perawatan berbasis rumah sakit, yaitu

Literatur dikumpulkan dengan menuliskan beberapa

transfusi darah, terapi endoskopi atau intervensi bedah.

kata kunci seperti “Upper Gastrointestinal Bleeding”

GBS terdiri dari variabel klinis seperti tekanan darah

dan “Score”.

sistolik, nadi, melena, sinkop, penyakit hati dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

jantung,

serta

variabel

laboratorium

meliputi

hemoglobin dan urea. Variabel yang diperlukan untuk

Sistem skoring PSCBA

perhitungan GBS dapat tersedia segera setelah pasien

1. Pre-endoscopic rockall score (pRS)

datang ke UGD (Gweon and Kim, 2018).

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 18

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Sistem skor mana yang paling baik?

Tabel 2. Penilaian GBS Variabel

Poin

TD Sistolik (mmHg)

Variabel

Poin

Hb (pria)

Sistem skoring yang paling baik idealnya dapat memprediksi secara akurat terkait risiko kematian, perdarahan ulang, serta kebutuhan intervensi seperti

100-109

1

12-12,9

1

endoskopi, transfusi darahan dan pembedahan. Namun

90-99

2

10-11,9

3

dari berbagai sistem skor yang diketahui, tidak ada

<90

3

<10

6

yang secara kuat memprediksi untuk semua luaran

Ureum

tersebut. Berbagai penelitian dilakukan untuk menilai

Hb (wanita)

36,5-44,5

2

10-11,9

1

44,6-55,5

3

<10

2

55,6-139,9

4

≥140

6

dan membandingkan kemampuan dari sistem skor GBS, pRS, dan AIMS65 untuk memprediksi pasien berisiko tinggi. Evaluasi untuk menilai kemampuan prediksi

dilakukan

dengan

menilai

kemampuan

diskriminasi berdasarkan Area Under the Receiver Operating Characteristic Curve (AUROC) dimana

Variabel lainnya Nadi>100

1

Malena

1

Penyakit hati

2

Gagal Jantung

2

grafik ini ditentukan oleh True Positive Rate (FPR) dan False Positive Rate (FPR) pada berbagai tingkat ambang atau cut-off. Penelitian multisenter internasional dengan populasi terbesar yang membandingkan kemampuan dari ketiga

3. AIMS65 Sistem skoring ini diperkenalkan pada tahun 2011 dan mencakup dua tes laboratorium darah yaitu albumin dan INR, perubahan status mental, tekanan darah sistolik dan usia 65 tahun. AIMS65 dirancang untuk memprediksi kematian di rumah sakit, lama tinggal di rumah sakit dan biaya perdarahan gastrointestinal. Sistem skoring ini merupakan sistem skoring dengan kalkulasi yang lebih sederhana dibandingkan dengan sistem skoring PSCBA lainya yang ada (Saltzman et al., 2011).

sistem skor tersebut dilakukan pada 3000 pasien yang dilakukan secara prospektif pada enam rumah sakit besar di Eropa, Amerika Utara, Asia, dan Oceania. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa skor AIMS65 (AUROC 0,77) memiliki kemampuan paling baik

dalam

memprediksi

mortalitas

30

hari

dibandingkan dengan GBS (AUROC 0,64) dan pRS (AUROC 0,72) dengan cut-off ≥2 untuk AIMS65, ≥4 untuk pRS, dan ≥5 untuk GBS (Stanley et al., 2017). Penelitian retrospektif lain dengan jumlah sampel 278 pasien juga menunjukkan hasil yang sejalan bahwa

Tabel 3. Penilaian AIMS65

AIMS65

Variabel

Skor

Albumin <3 g/dl

1

INR > 1,5

1

TD Sistolik <90 mmHg

1

Perubahan status mental

1

Usia > 65 tahun

1

merupakan

skoring

yang

baik

untuk

memprediksi mortalitas rawat inap (Hyett et al., 2013). Perdarahan ulang sebagai luaran klinis yang perlu diperhatikan

pada

pasien

PSCBA

juga

dinilai

kemampuan prediksinya berdasarkan sistem skoring yang ada. Hyett (2013) menunjukkan bahwa skor AIMS65 (AUROC 0,63) dengan cut-off ≥2 dan GBS

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 19

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

(AUROC

0,63)

cut-off

memiliki

tidak ada sistem skor yang paling ideal untuk

memprediksi

memprediksi semua luaran klinis tersebut. Masing-

perdarahan. Penelitian pada 225 pasien perdarahan

masing sistem skor memiliki keterbatasan pada

varises di Kroasia menunjukkan bahwa AIMS6

beberapa luaran klinis sehingga perlu menggunakan

(AUROC

GBS

sistem skor yang berbeda untuk memprediksi luaran

(AUROC 0,60) dan pRS (AUROC 0,67) (Budimir et

klinis yang berbeda pula. Kombinasi dari dua atau

al., 2016). Studi prospektif multisenter internasional

lebih

terbesar oleh Stanley (2017) melaporkan bahwa GBS

memprediksi luaran yang lebih akurat.

kemampuan

dengan

yang

0,74)

serupa

lebih

baik

untuk

≥12

dibandingkan

(AUROC 0,66) lebih baik dalam memprediksi perdarahan ulang dibandingkan dengan AIMS65 (0,60)

dari

sistem

skor

memungkinkan

untuk

DAFTAR PUSTAKA

dan pRS (0,62). Studi yang dilakukan pada 309 1. Bakhtavar, H. E. et al. (2017) ‘Clinical Scoring populasi Eropa juga menunjukkan bahwa AIMS65

Systems in Predicting the Outcome of Acute Upper

(AUROC 0,56) kurang akurat dalam memprediksi

Gastrointestinal Bleeding; a Narrative Review’, 5(1),

perdarahan ulang dibandingkan dengan GBS (0,71).

pp. 3–8.

Karena angka AUROC yang bervariasi untuk semua 2. Budimir, I. et al. (2016) ‘Glasgow Blatchford, preskor risiko dalam memprediksi perdarahan ulang,

endoscopic Rockall and AIMS65 scores show no

tampaknya skor risiko yang ada belum cukup berguna

difference in predicting rebleeding rate and mortality

secara klinis untuk memprediksi luaran ini.

in variceal bleeding’, Scandinavian Journal of Gastroenterology,

Kemampuan dalam memprediksi kebutuhan terapi

51(11),

pp.

1375–1379.

doi:

10.1080/00365521.2016.1200138.

endoskopi paling baik ditunjukkan oleh GBS (AUROC 3. Gweon, T.-G. and Kim, J. (2018) ‘Comprehensive 0,75) dengan cut-off ≥7 dibandingkan dengan AIMS65

review of outcomes of endoscopic treatment of

(AUROC 0,62) dan pRS (0,61) dengan cut-off ≥1 dan

gastrointestinal

≥3 (Stanley et al., 2017). Sementara penelitian yang

Intervention,

dilakukan di Korea dengan jumlah sampel 532 pasien

10.18528/gii180022.

Gastrointestinal

bleeding’, 7(3),

pp.

123–

130.

doi:

justru menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang 4. Hyett, B. H. et al. (2013) ‘The AIMS65 score signifikan antara AIM65 (AUROC 0,55), pRS

compared with the Glasgow-Blatchford score in

(AUROC 0,52) dan GBS (AUROC 0,59) dalam

predicting

memprediksi kebutuhan terapi endoskopi (Park et al.,

Gastrointestinal Endoscopy, 77(4), pp. 551–557. doi:

2016). Meskipun demikian, penelitian oleh Stanley

10.1016/j.gie.2012.11.022.

outcomes

in

upper

GI

bleeding’,

(2017) menunjukkan bahwa kombinasi sistem skor 5. Kim, B. S. M. et al. (2014) ‘Diagnosis of GBS ≥7 dan AIMS65 ≥2 memiliki sensitivitas dan

gastrointestinal bleeding: A practical guide for

spesifisitas tertinggi untuk memprediksi kebutuhan

clinicians’,

perawatan endoskopi.

Pathophysiology,

World

Journal 5(4),

pp.

of

Gastrointestinal 467–478.

doi:

10.4291/wjgp.v5.i4.467.

KESIMPULAN

6. Park, S. M. et al. (2016) ‘Comparison of AIMS65

Bervariasinya sistem skoring yang tersedia tentu

score and other scoring systems for predicting clinical

membawa kebimbangan terkait sistem skor mana yang

outcomes

harus diimplementasikan dalam praktik klinis sebab

gastrointestinal bleeding’, Gut and Liver, 10(4), pp.

in

koreans

with

nonvariceal

upper

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Halaman 20

526–531. doi: 10.5009/gnl15153. 7. Saltzman, J. R. et al. (2011) ‘A simple risk score accurately predicts in-hospital mortality, length of stay, and cost in acute upper GI bleeding’, Gastrointestinal Endoscopy, 74(6), pp. 1215– 1224. doi: 10.1016/j.gie.2011.06.024. 8. Stanley, A. J. et al. (2017) ‘Comparison of risk scoring systems for patients presenting with upper gastrointestinal bleeding: International multicentre prospective study’, BMJ (Online), 356, pp. 1–8. doi: 10.1136/bmj.i6432. 9. Stanley,

A.

J.

and

Laine,

L.

(2019)

‘Management of acute upper gastrointestinal bleeding’, BMJ (Online), 364, pp. 1–15. doi: 10.1136/bmj.l536.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 21

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Peran Kurkumin Kunyit Bagi Imunitas Tubuh dalam Pencegahan dan Pengobatan COVID-19 Bella Sintia 1 Motika Wahyu Ramadhani

2

Jl. Walisongo No. 3-5, Tambakaji, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50185 sintiabella341@gmail.com, bumblemotika@gmail.com

ABSTRAK

membunuh substansi asing dari virus tersebut. Sejak

Pandemi COVID-19 yang terjadi telah mengubah derajat kualitas kesehatan individu di berbagai belahan dunia. Berbagai cara dilakukan untuk mencegah adanya infeksi COVID- 19. Pencegahan aktivitas COVID-19

dapat

dilakukan

dengan

cara

mempertahankan sistem imun tubuh. Masyarakat di Indonesia telah lama menggunakan tanaman herbal sebagai obat tradisional untuk menjaga daya tahan tubuh. Salah satu tanaman herbal yang populer di kalangan

masyarakat

mengandung

senyawa

adalah

kunyit.

kurkumin

yang

Kunyit diketahui

memiliki manfaat seperti anti-inflamasi, antioksidan, antiviral, antibakteri, serta pengelolaan terhadap penyakit arthrtitis, sindrom metabolik, hiperglikemia, dan kecemasan. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review yakni dengan mengumpulkan artikel yang bersumber dari Google Scholar dan Z-library. Kata

Kunci

:

COVID-19,

Kurkumin,

Kunyit,

dahulu, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan berbagai tanaman herbal sebagai obat tradisional yang berperan untuk meningkatkan sistem imun tubuh atau melawan infeksi penyakit. Faisal (2021) dalam penelitiannya menyatakan bahwa adanya bukti klinis dari berbagai penelitian obat dan tanaman herbal dalam pencegahan

dan

pengobatan

COVID-19

telah

menunjukan hasil yang cukup signifikan. Hal tersebut mendukung gagasan bahwa tanaman herbal berperan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit epidemik seperti COVID-19. Salah satu tanaman herbal yang biasa digunakan masyarakat Indonesia adalah kunyit. Kunyit yang memiliki nama latin (Curcuma longa) merupakan tanaman herbal atau rempah-rempah yang berasal

dari

wilayah

Asia

Tenggara.

Kunyit

mengandung senyawa yang dikenal dengan nama kurkumin.

Kurkumin

merupakan

senyawa

yang

mengandung zat anti- inflamasi. Shan & Iskandar

Tanaman herbal.

(2018) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kunyit

PENDAHULUAN

pewarna, zat antioksidan, zat antimalaria, zat antifungi,

juga memiliki manfaat lain diantaranya sebagai zat

Pandemi COVID-19 yang melanda dunia telah

zat antibakteri dan zat anti virus. Studi yang dilakukan

memberikan dampak besar bagi seluruh sektor

oleh Xu dan Lin (2017) dalam jurnal Kumar Soni,

kehidupan manusia, salah satunya bidang kesehatan.

Vivex (2020) menunjukan potensi manfaat kurkumin

Virus COVID-19 menyerang saluran pernafasan

terhadap infeksi virus pernapasan; kurkumin dapat

manusia sehingga dapat menyebabkan kematian.

secara efektif menghambat enzim virus SARS-

Infeksi virus ini dapat disembuhkan dengan cara

coronavirus (Barnard et al, 2011). Selain itu, penelitian

meningkatkan sistem imun atau daya tahan tubuh.

terbaru di-silico menyarankan interaksi stabil antara

Sistem imun akan bekerja dengan cara mengenali dan

kurkumin dan SARS-CoV-2 enzim. Regulasi respons

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 22

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

terkait infeksi virus corona oleh kurkumin juga

Kurkumin diperkirakan dapat mencegah sekaligus

disarankan. Kurkumin terbukti memodulasi berbagai

meringankan berbagai efek patologis infeksi SARS-

konsekuensi patofisiologis infeksi SARS CoV-2

CoV-2. Kurkumin merupakan imunomodulator yang

(Akinyemi et al, 2015). Dengan alasan tersebut, kunyit

dapat mencegah virus masuk ke dalam sel inang,

dapat diberikan sebagai salah satu alternatif untuk

replikasi virus, dan manifestasi klinis yang dihasilkan

menangkal virus COVID- 19.

dari COVID-19 (Noor et al., 2021). Aktivitasi

METODE

immunomodulator yang terdapat pada kurkumin telah

Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode literature review (peninjauan literature) yang dilakukan berdasarkan database elektronik. Database elektronik yang digunakan bersumber dari Google Scholar dan Z-Library. Database yang digunakan meliputi publikasi ilmiah / jurnal ilmiah / artikel penelitian yang terkait dengan topik bahasan. Publikasi

yang

digunakan

berasal

dari

Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris. Kata kunci yang digunakan yaitu efektivitas kurkumin pada pencegahan COVID-19, manfaat kurkumin pada imunitas, dan peran kurkumin kunyit terhadap COVID-19.

dianggap sangat baik (Zahedipour et al, 2020). Hiperaktivasi dan sel imun, respon pro- inflamasi, dan pelepasan sitokin yang tidak normal, disebut sindrom pelepasan sitokin, memainkan peran utama dalam hasil yang

memburuk

pada

beberapa

penyakit

virus

termasuk COVID-19 (Hirano et al, 2020). Proses inflamasi

yang

terjadi

pada

COVID-19

sangat

kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pasien COVID-19 yang mengalami dampak penyakit parah diakibatkan oleh kondisi hiperinflamasi yang disebut badai sitokin (Rattis et al., 2021). Sitokin yang terlibat dalam badai sitokin termasuk IL-

HASIL DAN PEMBAHASAN

1, IL-2, IL-6, IL-10, Transforming growth faktor

Kurkumin, senyawa yang terkandung di dalam kunyit,

(TGF)-beta, Interferon (IFN), dan TNF-alpha. Ekspresi

telah diakui dan digunakan oleh berbagai negara dalam

IL-6 dan TNF-alpha sebagian besar terkait dengan

bentuk yang beraneka ragam karena manfaatnya bagi

ARDS terkait COVID-19 dan kerusakan organ (Hirano

kesehatan. Kurkumin diketahui memiliki beberapa

et al, 2020). Kurkumin menghambat produksi IL-6 dan

manfaat seperti menjadi anti-inflamasi. Penelitian yang

TNF-alpha yang diinduksi virus Influenza-A dalam sel

dilakukan oleh Chainani-Wu, (2003) dalam jurnal yang

inang (Xu et al, 2017). Efek penekan kurkumin pada

ditulis lagi oleh Kumar Soni, Vivex (2020) menyatakan

IFN-alpha juga ditunjukan dan efek penghambatan

dengan menggunakan penghambatan molekul yang

kurkumin pada sitokin inflamasi ini dikaitkan dengan

memiliki

penghambatan NF-Kb (Xu et al, 2020). Potensi

peran

lipoxigenase, molekul

tromboksan,

oksidanitrat,

hyaluronidase, fosfolipase,

terhadap

molekul

termasuk

prostaglandin,

kolagenease,

MCP-1

interferon

peradangan

COX-2, inducible

elastase, leukotriene,

protein,

faktor

penghambatan inflamasi

kurkumin

ditinjau

dan

pada

produksi

sitokin

dihipotesiskan

untuk

memperbaiki fibrosis paru (Zahedipour et al, 2020). Secara

kolektif,

kemampuan

kurkumin

untuk

nekrosis tumor, & interleukin-12 Penelitian lain juga

mengubah keadaan inflamasi melalui modulasi elemen

menunjukkan bahwa kurkumin membantu pengelolaan

pengaturnya dapat mencegah timbulnya badai sitokin.

oksidatif, sindrom metabolik, arthritis, hyperlipidemia, dan kecemasan (Hewlings & Kalman, 2017).

Dalam jurnal yang ditulis oleh Tedjo Aryo dkk., (2021)

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 23

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

interaksi yang kuat terkait penghambatan INFG oleh kurkumin melalui EGFR. Kurkumin diketahui dapat menghambat persinyalan EGFR dan menginduksi degradasi EFGR pada adenokarsinoma paru. Aktivitas antikanker yang terjadi melalui gangguan aktivitas EGFR oleh kurkumin mungkin dapat berimplikasi pada efek penghambatan yang diproduksi IFNG oleh sel T. Efek tersebut bisa berperan memproteksi sel/jaringan sehat dari kerusakan akibat inflamasi yang disebabkan oleh virus maupun bakteri (Kliem et al, 2012). IFNG berperan dalam proses imunologis seluler kanker maupun virus.

1. Fuadatul Inayah, Aghnia., & Yusetyani, Lilik. (2021).

Pemanfaatan

Temulawak

dan

Kunyit

sebagai Upaya Menjaga Kesehatan di Masa Pandemi

COVID-19.

Jurnal

Pengabdian

Masyarakat. 4(3), hal 911. 2. Hewlings, S. J., & Kalman, D. S. (2017). Curcumin: A Review of Its Effects on Human Health. Foods, 6(10), 1–11. https://doi.org/10.3390/foods6100092. 3. Kumar Sonik, Vivek., et al., (2020). Curcumin, a Traditional Spice Component, Can Hold the Promise Against COVID-19?. European Journal of

Beberapa investigasi telah memperkirakan pengikatan langsung kurkumin dengan protein permukaan yang memediasi masuknya virus ke sel dan enzim lain yang penting untuk replikasi virus, seperti SARS-CoV-2 M dan RdRp (Kandeel et al., 2020). Kurkumin diketahui memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan protein virus penting, serta terlibat dalam replikasi dengan mengedepankan potensinya. Kemampuannya untuk melindungi dan mencegah kerusakan sel dan organ bersama dengan peningkatan diferensiasi sel kekebalan dapat memberikan manfaat kesehatan bagi pasien COVID-19.

Pharmacology.

173551,

hal

6.

https://doi.org/10.1016/j.ejphar.2020.173551. 4. Muhammad

Fauzi,

Tengku,

(2021).

Kajian

Kurkumin pada Kunyit dan Temulawak dalam Penyembuhan Penyakit Corona virus Disease 2019 (COVID-19). Majalah Ilmiah Methoda. 11(2). 5. Muna Fauzul., & Mursinah. (2021). Terapi Herbal sebagai Alternatif Pengobatan COVID-19. SINASIS 2(1), hal 530. 6. Noor, H., Ikram, A., Rathinavel, T., Kumarasamy, S., Nasir Iqbal, M., & Bashir, Z. (2021). Immunomodulatory and Anti-cytokine Therapeutic Potential of Curcumin and its Derivatives for Treating COVID-19–a Computational Modeling.

KESIMPULAN Kunyit merupakan salah satu tanaman herbal yang telah lama digunakan untuk mempertahankan sistem imun tubuh. Menurut penelitian, senyawa kurkumin yang terkandung di dalam kunyit memiliki kemampuan untuk mencegah kerusakan sel dan organ sehingga dapat memberikan manfaat kesehatan bagi penderita COVID-19. Dengan demikian, kunyit dapat digunakan sebagai obat untuk bentuk pencegahan ataupun terapi klinis infeksi COVID-19.

DAFTAR PUSTAKA

Journal of Biomolecular Structure and Dynamics. 7. Rattis, B. A. C., Ramos, S. G., & Celes, M. R. N. (2021). Kurkumin as a Potential Treatment for COVID-19. Frontiers in Pharmacology, 12(May), 1–14. https://doi.org/10.3389/fphar.2021.675287 8. Tedjo,

Aryo.,

Ramadhian

Noor,

Dimas.,

&

Heryanto, Rudi. (2021). Potensi Kurkumin dan 4 Herbal

Empon-Empon

dalam

Memodulasi

Kekebalan Sel T Terhadap COVID-19. HerbMedicine Journal. 4(3), hal 77

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 24

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Bahaya Ketuban Pecah Pada Ibu Hamil Nurhida Indayu Universitas Faletehan Jl. Raya Cilegon No. Km. 06, Melamun, Kec. Kramatwatu,Kabupaten Serang, Banten 42161 Telp. 054232729

ABSTRAK

Ada banyak teori dan definisi tentang ketuban pecah

Cairan ketuban merupakan faktor penting dalam memprediksi kelangsungan hidup janin. Pada beberapa kasus ketuban pecah, biasanya terjadi sebelum pemuaian penuh.Setelah ketuban pecah diperkirakan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai ketuban pecah dini. Kejadian ini akan menimbulkan beberapa masalah bagi ibu dan janin, misalnya dapat menyebabkan

infeksi

nifas,

partus

lama,

dan

perdarahan postpartum bahkan kematian pada ibu. Risiko kecacatan dan kematian janin juga tinggi. Oleh karena itu, mungkin bermanfaat untuk memberikan perawatan yang berkualitas dan mencegah komplikasi sesuai dengan standar penerapannya. Selain itu, memahami faktor-faktor penyebab ketuban pecah dini akan membantu menentukan solusi masalah atau memberikan pengobatan yang lebih tepat.

dini (KPD). Beberapa penulis mendefinisikan KPD sebagai pecahnya ketuban secara spontan tanpa adanya tanda-tanda persalinan, seperti dilatasi serviks akibat kontraksi uterus dan bercampurnya lendir dengan darah (Madinah dan Hil. 2006). Menurut Prawirohardjo (2010) KPD atau ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum persalinan. Ada juga teori yang dapat menghitung lamanya waktu pecahnya ketuban sebelum persalinan, misalnya 1 atau 6 jam sebelum persalinan (Phupong. 2003). Disebutkan pula bahwa jumlah pembukaan serviks pada kala I misalnya pada wanita primipara, ketuban pecah sebelum pembukaan serviks adalah 3 cm, sedangkan pada kehamilan ganda kurang dari 5 cm (Mochtar. 1998). Sementara itu, menurut Sastrawinata (2004) KPD adalah pecahnya selaput ketuban yang dibuktikan dengan adanya kebocoran cairan ketuban (amnioreksis)

Kata Kunci : Ketuban, janin, ibu.

sebelum persalinan yang terjadi setelah usia kehamilan

PENDAHULUAN

preterm dan aterm. Jika KPD terjadi sebelum usia

22 minggu. KPD dapat terjadi pada usia kehamilan

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah dini

kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada

(KPSW) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

kehamilan prematur (Prawirohardjo, 2010). Menurut

sebelum persalinan. Ini dapat terjadi selama kehamilan

Manuaba (2008), ketuban pecah dini (KPD) atau

cukup bulan atau persalinan prematur. Insiden KPD

ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput

adalah

Insiden

ketuban sebelum tanda-tanda persalinan terjadi. Pada

kehamilan cukup bulan adalah antara 6-19%. Insiden

kasus KPD prematur dan hipoplasia paru merupakan

kelahiran prematur adalah 2% dari semua kehamilan.

komplikasi fatal yang terjadi (Yang. 2004).

Hampir semua KPD prematur lahir sebelum aterm atau

Pada ketuban pecah dini terjadi beberapa perubahan

melahirkan dalam waktu seminggu setelah ketuban

seperti penurunan jumlah jaringan kolagen dan

pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal

terganggunya struktur kolagen, serta peningkatan

disebabkan oleh kelahiran prematur.

aktivitas kolagenolitik, dimana degradasi kolagen

8-10%

dari

semua

kehamilan.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 25

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

terutama disebabkan oleh matrix metalloproteinases

Untuk itu diperlukan penelitian ini untuk mengetahui

(MMP).

memproduksi

faktor dan bahaya yang akan terjadi jika ketuban pecah

inhibitor

tidak tepat waktu. Hal ini juga untuk menurunkan

metalloproteinases (TIMP). Integritas selaput ketuban

angka kematian bayi mulai dari antenatal care dan

dipertahankan selama kehamilan karena aktivitas MMP

dilanjutkan

yang dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi

Menegakkan diagnosis ketuban pecah dini yang akurat

(Tency et al., 2012). Saat menjelang persalinan,

dapat mencegah komplikasi bagi ibu dan janin.

Membran

amnion

metalloproteinase

juga

inhibitors/tissue

keseimbangan akan bergeser, meningkatkan kadar

dengan

intranatal

care

yang

baik.

MMP dan penurunan TIMP yang akan menyebabkan

METODE

degradasi matriks ekstraseluler membran amnion yang

Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi

selanjutnya dapat menyebabkan pecahnya membran

kepustakaan sebagai rangkaian kegiatan yang berkaitan

amnion (Moore et al., 2006; Menon dan Fortunato,

dengan

2007; Sukhik et al., 2015). Ketuban pecah dini yang

membaca dan mencatat, serta mengelola bahan

terjadi sebelum aterm terjadi karena berbagai faktor,

penelitian (Zed 2008) fakta dan keadaan yang ingin

antara

dan

peneliti gambarkan. Sampel yang digunakan dalam

Matrix

penulisan artikel ini adalah literature review, yaitu

Metalloproteinase (MMP) dan Tissue Inhibitor Matrix

pencarian literatur baik internasional maupun nasional

Metalloproteinase

(TIMP),

peningkatan

aktivitas

yang dilakukan dengan menggunakan jurnal dan buku

kolagenase

protease,

peningkatan

tekanan

yang tersedia.

lain

peningkatan

ketidakseimbangan

dan

sitokin

interaksi

lokal

antara

intrauterin (misalnya polihidramnion) dan sejumlah

metode

pengumpulan

data

kepustakaan,

faktor risiko klinis, termasuk gangguan jaringan ikat

HASIL DAN PEMBAHASAN

(misalnya, sindrom Ehlers-Danlos). Kolonisasi bakteri

1. Komposisi dan Produksi Cairan Ketuban

yang meningkat di vagina juga dapat menyebabkan

Cairan ketuban (AK) adalah cairan bening berwarna

respon inflamasi lokal termasuk produksi sitokin,

agak

prostaglandin, dan MMP yang dapat menyebabkan

kandungan selama kehamilan, terletak di kantung

melemahnya dan degradasi selaput ketuban, yang pada

ketuban, dan memiliki banyak fungsi. Cairan ketuban

gilirannya dapat menyebabkan pecahnya selaput

yang berubah menjadi hijau atau coklat, menunjukkan

ketuban (Brian, 2007).

kekuningan

bayi

baru

yang

lahir

menahan

janin

mengeluarkan

dalam

mekonium,

menunjukkan bahwa bayi baru lahir mengalami stres Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang

dan hipoksia. Mekonium adalah feses janin dan

komprehensif untuk mengurangi kejadian persalinan

neonatus pertama dan mengandung enzim pankreas,

preterm dan infeksi pada rahim. Pemberian asuhan

asam lemak bebas, orfilin, interleukin 8, fosfolipase

yang akan diberikan pada kasus seperti ini harus

A2, bilirubin indirek, dan bilirubin direk. Karena air

berkualitas tinggi dan sesuai dengan standar dalam

merupakan komponen terbesar (85% -95%), kekeruhan

penerapannya, yang dapat bermakna dalam mencegah

cairan

komplikasi. Selain itu, mengetahui faktor penyebab

mekonium mengandung asam empedu. Berkaitan

ketuban

dalam

dengan hal tersebut, perlu dilakukan identifikasi

mengidentifikasi pemecahan masalah atau memberikan

keberadaan feses AK. Uji kekeruhan dapat dilakukan

perawatan yang lebih tepat.

secara visual (makroskopik) atau dengan mikrometer

pecah

dini

akan

berpengaruh

ketuban

terutama

disebabkan

feses

dan

dan spektrofotometri.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 26

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Cairan ketuban, adalah cairan yang mengisi rahim yang Pada fase awal kehamilan, cairan ketuban difiltrasi dari diproduksi oleh sel-sel trofoblas. Cairan ini merupakan plasma ibu dan dibentuk oleh sel ketuban. Pada sumber nutrisi janin di dalam kandungan. Sejak usia 12 trimester kedua kehamilan, cairan ketuban dibentuk minggu, janin mulai meminum cairan ketuban dan oleh penyebaran ekstraseluler melalui kulit sehingga mengeluarkannya melalui urin. Cairan ini ada di pembentukannya seperti plasma janin. Selain itu, pada selaput ketuban, yang merupakan jaringan tipis dengan trimester berikutnya, terdapat susunan substansi tanduk diameter kurang dari 1 mm. Selaput ketuban terdiri dari kulit janin dan menghambat dispersi plasma janin selaput ketuban dan korion, yang merupakan lapisan sehingga sebagian besar cairan ketuban dibentuk oleh perlekatan yang terdiri dari beberapa jenis sel seperti sel ketuban dan urin janin. sel epitel, sel mesenkim, dan sel membran trofik yang menyatu dengan matriks kolagen. Lapisan ini menahan Ginjal janin mulai mengeluarkan air seni sejak usia 12 cairan ketuban, melepaskan zat ke dalam cairan minggu dan setelah tiba pada usia 18 minggu mereka ketuban dan rahim, dan melindungi janin dari dapat mengeluarkan air seni sebanyak 7-14 cc/hari. peningkatan infeksi pada sistem reproduksi (Parry dan Istilahnya bayi buang air kecil 27 cl jam atau 650 cc Strauss. 1998). Karena tidak ada pembuluh darah di dalam sehari. Oleh karena itu, ciptaan yang membentuk dinding selaput ketuban, perdarahan tidak terjadi cairan ketuban adalah: meskipun pecah. Saat kehamilan berlanjut, dinding 1. Peningkatan cairan ketuban sama sekali bukan cairan ketuban menjadi tipis, tapi masih kuat menahan peningkatan lurus namun berbeda sebagai berikut. peningkatan tekanan yang diberikan janin sampai a) Bertambah 10 cc, sampai umur sekitar dua bulan persalinan. Beberapa selaput ketuban harus dipecahkan b) Bertambah 60 cc, sampai umur 21 minggu oleh dokter atau bidan jika selaput ketuban tidak pecah c) Ada pengurangan yang sedang berlangsung hingga saat melahirkan (Esty, 2010).

kehamilan 33 minggu d) Kenaikannya tetap sampai masa termin dan

Ketika plasenta terbentuk sempurna pada minggu ke- mencapai berapa sekitar 800-1500 cc 16, biasanya pada saat ini cairan ketuban telah e) Perkembangannya cukup lama, terjadi penurunan memenuhi seluruh rongga rahim. Volume cairan sekitar

150

cc/minggu

sehingga

akan

terjadi

ketuban pada kehamilan cukup bulan mencapai 1000 oligohidramnion hingga 1500 mL, dalam kasus hidramnion, volume 2. Kemudian usia kehamilan melampaui 12 minggu, cairan ketuban melebihi 2000 mL. Kondisi ini terjadi yang berperan dalam pembentukan cairan ketuban karena kelainan janin.

adalah: a) Ginjal janin ditemukan:

Sebagai pelindung janin, cairan ketuban terdiri dari

Urea

berbagai bahan yang dikelompokkan menjadi bahan

Kreatinin

organik dan anorganik:

Asam urat

1. Bahan organik terdiri dari protein, vernik kasoesa b) Deskuamasi kulit janin: (lemak pada kulit janin), bulu halus (lanugo), zat

Kulit janin deskuamasi-sel janin hadir

lemak, lesitin dan spingomielin.

Rambut Lanugo

2. Bahan anorganik terdiri dari air dan garam yang larut

Vernik kascosa Dan lain-lain.

dalam air

c) Sekresi cairan dari paru-paru janin

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 27

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

d) Transudat dari permukaan amnion plasenta

Menyebarkan kekuatannya (kompresi bergabung

Strukturnya seperti plasma ibu. Struktur umum

dengan siksaan) sehingga serviks

cairan ketuban

bisa terbuka

Udara sekitar hampir 100%

Membersihkan saluran kelahiran karena cairan

Bahan-bahan perhiasan sekitar 1% alami

ketuban memiliki daya pembersih

Ketebalan 1007-1008

Melancarkan

e) Hormon atau zat kimia seperti dalam cairan ketuban

jalan

keluar

untuk

bayi

saat

persalinan

Epidermal Growth Factor (EGF) fungsi hormon ini antara lain adalah untuk

3. Etiologi Ketuban Pecah Dini

membantu tumbuh kembang janin dan sistem

Tingkat

KPD

dapat

menyebabkan

gastro intestinalnya.

masalah bagi ibu dan janin, misalnya pada ibu

Parathyreid hormone-related protein (PTH-P) dan

dapat

endotelin-1, kapasitas untuk

keterlambatan

memperkuat perkembangan surfaktan yang sangat

kehamilan. Terlepas dari banyaknya distribusi

berharga ketika anak mulai bernafas di luar perut.

tentang KPD, alasannya masih belum jelas dan

menyebabkan

beberapa

kontaminasi

persalinan,

nifas,

kematian

pasca

3. Sirkulasi cairan ketuban sangat penting agar

belum sepenuhnya pasti. Faktor kecenderungan

volumenya dapat terjaga secara konsisten. Pedoman ini

yang mungkin masih menjadi dugaan adalah:

dilengkapi dengan tiga bagian penting yaitu :

1) Infeksi pada neonatus masih merupakan masalah

a) Produksi yang disampaikan oleh sel ketuban

yang sulit di indonesia.

b) Banyak produksi air kencing

a. Amnionitis atau Chorioamnionitis adalah suatu

c) Banyak jumlah cairan ketuban yang ditelan oleh

kondisi pada ibu hamil dimana chorion, amnion dan

embrio

cairan

Kemudian pada trimester berikutnya, perjalanannya

Korioamnionitis merupakan komplikasi yang paling

meluas seperti yang ditunjukkan oleh usia kehamilan

nyata bagi ibu dan bayi, bahkan dapat berkembang

sampai mendekati aterm, mencapai 500 cc/hari.

menjadi sepsis (Prawirohardjo. 2010). Kelompok

ketuban

mikroorganisme

terkontaminasi

streptokokus

B

mikroorganisme.

secara

teratur

2. Fungsi Cairan Ketuban

menyebabkan amnionitis. Juga, Bacteroides fragilis,

Cairan ketuban juga memiliki fungsi lain yang dapat

lactobacilli dan staphylococcus epidermidis adalah

bekerja selama kehamilan dan persalinan:

mikroba yang secara teratur ditemukan dalam cairan

1) Fungsi cairan ketuban selama kehamilan

ketuban pada kehamilan prematur. Mikroba ini dapat

Memberi kesempatan pada embrio untuk bergerak

melahirkan orang tengah yang provokatif yang

tanpa susah ke segala arah

menyebabkan penarikan rahim. Hal ini menyebabkan

Memberi tekanan halus saat embrio mengalami

perubahan dan pembukaan serviks dan retaknya selaput

trauma

ketuban (Mitchell, 2004).

menjauhkan dari cedera langsung pada embrio

b. Infeksi genitalia sebagai salah satu penyebab KPD

Bantalan suhu panas dan dingin

dan persalinan prematur. Vaginosis bakterialis adalah

2) Fungsi cairan ketuban selama proses persalinan

vegetasi vagina biasa dengan sentralisasi mikroba

impartu

anaerob yang tinggi, misalnya Gardnerella vaginalis yang menyebabkan kontaminasi.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 28

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

2) Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi

disebut hidramnion intens, atau lambat laun disebut

(serviks inkompetensia) keadaan ini tergantung pada

hidramnion persisten. Hidramnion yang disertai dengan

kegagalan

mempertahankan

anomali intrinsik, terutama pada sistem sensorik fokal

kehamilan. Anomali ini dapat berhubungan dengan

dan parsel gastrointestinal, sangat tinggi. Selain itu,

kelainan uterus lainnya seperti septum uterus dan

tidak terduga ditemukan pada banyak kehamilan dan

bicornis. Kebanyakan kasus adalah akibat dari trauma

beberapa infeksi ibu, misalnya diabetes mellitus,

pada bedah serviks. Dalam sebuah perentase jauh dari

toksemia.

aterm, serviks mungkin akan menipis dan melebar

5) Anomali posisi (sungsang dan ruang lingkup). Pada

bukan karena gerakan rahim yang meluas melainkan

keadaan sekarang ini, tidak ada bagian bawah janin

karena kelemahan rahim yang menyebabkan retakan

yang menutupi pintu atas panggul (PAP) sehingga

pada lapisan. Kondisi ini digambarkan dengan dilatasi

menjadi lapisan yang lebih rendah (Saifudin, 2002).

serviks yang mudah pada trimester kedua atau awal

Pengangkutan dalam posisi sungsang diperdebatkan

kehamilan trimester ketiga diikuti dengan prolaps

dengan alasan bahwa keterikatannya tidak jelas,

selaput ketuban melalui serviks dan distensi lapisan ke

terutama dalam pengangkutan kepala anak. Penyebab

dalam vagina, peristiwa ini diikuti oleh pecahnya

daerah sungsang adalah adanya plasenta previa,

lapisan ketuban dan selanjutnya ekspulsi janin imatur

keadaan bayi yang menyebabkan letak sungsang

sehingga kemungkinan janin akan meninggal.

(makrosemia, hidrosefalus, anensefalus), kondisi cairan

3) Cedera seperti seks selama kehamilan beberapa kali

ketuban

setiap minggu, penilaian amniosentesis. Penilaian di

kehamilan (banyak kehamilan, kehamilan ganda),

dalam adalah kontrol jari analis yang masuk ke dalam

keadaan rahim (uterus arquatic). , keadaan sekat perut,

vagina. Hal ini dapat memicu terjadinya KPD karena

kondisi tali pusar (pendek, ada bercak tali pusar di

adanya bahaya penyakit yang masuk ke dalam vagina

leher). Posisi sungsang dapat menyebabkan tekanan

yang dapat merusak lapisan amnion sehingga lapisan

rahim meningkat, sehingga membuat lapisan amnion

tersebut menjadi rapuh dan lama kelamaan akan pecah

retak secara spontan.

secara tiba-tiba (Park. 2007). Amniosentesis adalah

6) Usia dibawah 20 tahun atau lebih 35 tahun. Umur

pengambilan

sayatan

adalah lamanya hidup seseorang yang ditentukan

perabdominal langsung melalui rahim ke dalam lubang

tergantung pada ulang tahun terakhir. Usia adalah salah

ketuban, kemudian, pada saat itu, mengisap cairan

satu kualitas individu dalam pemeriksaan epidemiologi

ketuban untuk penilaian untuk membangun kesimpulan

yang merupakan variabel penting yang serius karena

pra-kelahiran

Karena

berbagai penyakit atau kesulitan yang ditemukan

amniosentesis, selaput ketuban mengalami shock

dengan berbagai jenis kekambuhan yang disebabkan

sehingga lapisan tersebut retak secara tiba-tiba

oleh usia.

serviks

cairan

uteri

untuk

ketuban

melalui

penyimpangan

janin.

(oligohidramnion,

hidramnion),

kondisi

(Maimunah. 2005). 4)

Ketegangan

berlebihan polihidramnion

intrauterin

yang

(overdistensi dan

gameli.

meluas

uterus),

secara

misalnya

Hidramnion

4. Patofisiologi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya Pecah ketuban merupakan bagian penting dari interaksi

atau

persalinan dan biasanya diikuti dengan timbulnya

polihidramnion adalah kondisi di mana jumlah cairan

kompresi uterus. Ketuban pecah saat persalinan

ketuban melebihi 2000cc. Pemuaian cairan ketuban

disebabkan oleh melemahnya lapisan rahim akibat

dapat terjadi secara tiba-tiba dalam beberapa hari

stenosis dan terus membesar.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 29

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Terlepas dari kenyataan bahwa ketuban pecah biasanya

5. Pemeriksaan Ketuban Pecah Dini

disebabkan oleh stenosis rahim, ruptur endometrium

Analisis

sebelum timbulnya kompresi rahim terjadi pada 10%

menggunakan data pelepasan cairan secara tiba-tiba

kehamilan dan 40% pada kehamilan awal. Hal ini

dengan bau khas. Terlepas dari data yang diberikan

menunjukkan

bahwa

yang

oleh pasien, beberapa penilaian dapat dilakukan

menyebabkan

pemanjangan

merupakan

memastikan bahwa cairan yang keluar adalah cairan

komponen utama penyebab terjadinya fraktur lapisan

ketuban, tes pakis dan tes nitradine. Prosedur evaluasi

(Goldnberg, 2008).

harus memungkinkan untuk menentukan kerusakan

Mekanisme

pecahnya

gaya

kontraktil bukan

slaput

ketuban

sebelum

ketuban

mudah

dilakukan

dengan

ketuban prematur.

waktunya dapat terjadi sebagai berikut:

1) Pemeriksaan mikroskopis untuk mengambil sampel

1) Lapisan amnion tidak padat karena tidak adanya

cairan amnion pada bronkus posterior dan sampel

jaringan ikat dan vaskularisasi. Saat serviks melebar,

cairan untuk pemeriksaan bakteriologis.

selaput ketuban sangat lemah dan pecah secara efektif

2)

dengan mengalirkan cairan ketuban.

mengurangi kemungkinan kontaminasi infeksi dan

2) Kolagen ditemukan pada lapisan tereduksi dari

kelahiran prematur (Manuaba, 2013).

amnion, fibroblas, jaringan retikuler korionik dan

Menurut Nugroho (2010), evaluasi selaput ketuban

trofoblas. Perpaduan dan kerusakan jaringan kolagen

harus dilakukan dengan ultrasonografi.

dibatasi oleh pengaturan pergerakan dan pengendalian

1) Peringkat ini digunakan untuk melihat berapa

interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Dengan asumsi

banyak cairan ketuban pada depresi rahim.

bahwa ada penyakit dan iritasi, ada perluasan kerja IL-

2) Karena KPD terlihat seperti cairan ketuban. Namun

1 dan prostaglandin, memberikan kolagenase jaringan,

demikian, kegagalan sering terjadi pada pasien dengan

menyebabkan

oligohidramnion.

depolimerisasi

kolagen

di

lapisan

Lakukan

penilaian

dengan

hati-hati

untuk

korion/amnion, membuat lapisan amnion menjadi sedikit, rapuh dan mudah pecah secara tiba-tiba. .

6. Penanganan Pada Ketuban Pecah Dini

3) Patofisiologi Pada infeksi intrapartum :

1) Penatalaksanaan Klinis.

a. Ascending infectiom (naiknya mikroorganisme),

Kasus KPD yang cukup bulan, jika di tindak dengan

pecahnya slaput ketuban menyebabkan hubungan

mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah

langsung antara ruang intraamniotik dan bagian dunia

sesar, dan jika menunggu persalinan spontan maka

luar.

akan menaikkan insidensi chorioamnionitis, dengan

b. Penyakit intraamnion dapat terjadi secara langsung

asumsi bahwa dinamika segera akan meningkatkan

di dalam ruang ketuban, atau dengan menyebarkan

frekuensi

kontaminasi melalui dinding rahim, lapisan janin, dan

menggantung

kemudian ke dalam ruang intraamnion.

meningkatkan tingkat korioamnionitis. Kasus KPD

c. Dapat juga jika ibu memiliki kontaminasi dasar,

yang kurang bulan harus dijamin bahwa tidak akan ada

penyakit intrauterin dapat menyebar melalui plasenta

RDS, dan dengan asumsi teknik bulan digunakan untuk

(jalur fetomaternal). Kegiatan iatrogenik yang buruk

memberikan waktu untuk pengembangan paru-paru,

atau pemeriksaan dalam terlalu sering.

harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang

operasi ketat

caesar, untuk

dan alat

dengan angkut

asumsi akan

akan terjadi dalam progonosis janin.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 30

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Penatalaksanaan KPD bergantung pada usia kehamilan. Jika usianya tidak diketahui dengan pasti, pemeriksaan USG segera dilakukan untuk menentukan usia kehamilan dan letak janin bahaya KPD yang lebih sering pada bayi prematur adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Pada kehamilan prematur, penilaian yang hati-hati diharapkan dapat menentukan waktu yang ideal untuk persalinan. Saat 34 minggu atau lebih, paru-paru berkembang, korioamnionitis diikuti oleh sepsis janin adalah alasan signifikan untuk perluasan kematian dan kematian janin. Selama kehamilan cukup bulan, kontaminasi janin secara langsung berhubungan dengan rentang retakan cairan ketuban atau siklus inert. a. Penatalaksanaan KPD selama kehamilan (>37 minggu). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa masa inkubasi dan periode KPD sangat terkait dengan peningkatan infeksi KPD dan komplikasi lainnya. Jarak antara ketuban pecah dini dan permulaan persalinan disebut periode laten = L, P = periode "tertunda". Semakin muda usia kehamilan, semakin banyak L.P. Akan lebih lama. Pada dasarnya, pecahnya selaput ketuban menyebabkan persalinan itu sendiri. Bahkan sekitar 7080% kehamilan melahirkan anak dalam waktu 24 jam, setelah itu ketuban . Pemberian

KESIMPULAN 5. Pemeriksaan Ketuban Pecah Dini Analisis

ketuban

mudah

dilakukan

dengan

menggunakan data pelepasan cairan secara tiba-tiba dengan bau khas. Terlepas dari data yang diberikan oleh pasien, beberapa penilaian dapat dilakukan memastikan bahwa cairan yang keluar adalah cairan ketuban, tes pakis dan tes nitradine. Prosedur evaluasi harus memungkinkan untuk menentukan kerusakan ketuban prematur. 1) Pemeriksaan mikroskopis untuk mengambil sampel cairan amnion pada bronkus posterior dan sampel cairan untuk pemeriksaan bakteriologis. 2)

Lakukan

penilaian

dengan

hati-hati

untuk

mengurangi kemungkinan kontaminasi infeksi dan kelahiran prematur (Manuaba, 2013). Menurut Nugroho (2010), evaluasi selaput ketuban harus dilakukan dengan ultrasonografi. 1) Peringkat ini digunakan untuk melihat berapa banyak cairan ketuban pada depresi rahim. 2) Karena KPD terlihat seperti cairan ketuban. Namun demikian, kegagalan sering terjadi pada pasien dengan oligohidramnion.

antitoksin profilaksis dapat mengurangi penyakit ibu.

DAFTAR PUSTAKA

Terlepas dari kenyataan bahwa antitoksin tidak

1. Huliana, M. (2001). Panduan Menjalani Kehamilan

memiliki

nilai

dalam

kandungan

untuk

janin,

penghindaran korioretinitis diprioritaskan daripada pengobatan dan antibiotik profilaksis harus diberikan. b. Penanganan KPD pada kehamilan prematur (<37 minggu). Pada kasus KPD dengan usia kehamilan prematur,

tidak

ada

indikasi

kontaminasi,

Sehat. Puspa Swara. 2. Irmawati. (n.d.). Tanya Jawab Lengkap Kehamilan Bermasalah. (Hira, Ed.) Laksana. 3. Kosim, M. S. (2010, Februari). Pemeriksaan Kekeruhan Air Ketuban. Sari Pediatri, 11. 4. Manuaba, C., Manuaba, & Manuaba, F. (2007).

pemberiannya sedang, ditambah dengan antimikroba

Pengantar Kuliah Obstetri. Buku Kedokteran EGC.

yang cukup sebagai profilaksis. Pasien harus dirawat di

5. Metti, E. (2021). Asuhan Keperawatan Ibu Hamil

rumah sakit, ditidurkan posisi terlentang, tidak perlu

Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD): Aplikasi Teori

ada pemeriksaan dalam untuk mencegah kontaminasi

Keperawatan Need For Help Wiedenbach. NEM.

dan kehamilan diupayakan untuk mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen diberikan untuk menunda

6. Negara, K. S. (2021). Matriks Metalloproteinase pada Ketuban Pecah Dini. DEEPUBLISH.

siklus persalinan (Manuaba , 2013).

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 31

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Edukasi Masyarakat Tentang Pentingnya Cardiopulmonary Resuscitation Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Bencana ; Systematic Review Ninda Aina Juwita 1 , Muchamad Naufal Falakhi 2 , Gita Sabrina Pratiwi 3 , Yasmin Putri Islamay 4 , Niken Sari Nuraini 1

, M. Rizky Asfarada 6

Institut Kesehatan Rajawali, Indonesia, juwitaaina5@gmail.com 2

3

5

Universitas Airlangga, Indonesia, m.naufal.falakhi@gmail.com

Universitas Jenderal Soedirman, Indonesia, sabrinapratiwi08@gmail.com 4 5 6

Universitas Hasanuddin, Indonesia, yasminputri2904@gmail.com Universitas Jember, Indonesia, penerjangcakrawala@gmail.com

Universitas Hasanuddin, Indonesia, contactmeasfarada@gmail.com

ABSTRAK

Hasil systematic review yang dilakukan dari beberapa

Latar Belakang : Kegawatdaruratan merupakan peristiwa tiba-tiba yang menuntut tindakan segera, hal ini dapat disebabkan karena kejadian alam, bencana teknologi, perselisihan, atau kejadian yang diakibatkan oleh manusia (WHO dalam Dewi, 2015). Menurut Hardisman (2014), henti jantung atau cardiac arrest merupakan keadaan dimana sirkulasi normal darah berhenti mendadak ditandai dengan menghilangnya

jurnal dapat diketahui bahwa dilakukannya pelatihan CPR

pada

masyarakat

dapat

meningkatkan

pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam melakukan

pertolongan

pertama

dalam

kondisi

kegawatdaruratan bencana. Kata Kunci : Masyarakat, CPR, Kegawatdaruratan, Bencana Alam

tekanan darah arteri di Indonesia diperkirakan sekitar

PENDAHULUAN

10.000 warga per tahun yang berarti 30 orang per hari

Kegawatdaruratan merupakan peristiwa tiba-tiba yang

mengalami henti jantung. Tujuan : Mengetahui

menuntut tindakan segera yang dapat disebabkan oleh

seberapa penting edukasi kepada masyarakat tentang

kejadian alam, bencana teknologi, perselisihan atau

cardiopulmonary

dalam

kejadian yang diakibatkan oleh manusia (WHO dalam

menghadapi kesiapsiagaan bencana. Metode : Metode

Dewi, 2015). Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi

yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah

sewaktu - waktu. Henti jantung merupakan salah satu

dengan literature review. Pencarian artikel dilakukan

kondisi kegawatdaruratan yang dapat mempengaruhi

melalui beberapa database seperti Google Scholar,

ancaman jiwa dan harus dilakukan penanganan

Science Direct, dan Pubmed. Kata kunci yang

sesegera mungkin (Truhlar, 2015).

digunakan

adalah

resuscitation

CPR,

(CPR)

kesiapsiagaan,

disaster

preparedness, dan nursing. Dari hasil pencarian

Menurut Hardisman (2014), henti jantung atau cardiac

digunakan 15 artikel sebagai bahan analisis yang

arrest merupakan keadaan dimana sirkulasi normal

relevan

darah

dengan

topik

yang

dibahas

penulis.

berhenti

mendadak

ditandai

dengan

Kesimpulan: Kompresi dada dilakukan dalam CPR

menghilangnya tekanan darah arteri. Henti jantung

dapat menyelamatkan nyawa pasien henti jantung.

dapat mengakibatkan fibrilasi ventrikel, asistol, dan

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 32

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

takikardia ventrikel tanpa nadi. Kejadian henti jantung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan

di luar rumah sakit sebagian besar terjadi di rumah. Out

mengetahui

of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) merupakan

masyarakat tentang cardiopulmonary resuscitation

kejadian henti jantung mekanis yang terjadi di luar

(CPR) dalam menghadapi kesiapsiagaan bencana.

rumah sakit dengan ditandai tidak adanya tanda-tanda sirkulasi. Salah satu penyebab utama kematian di kalangan orang dewasa di Amerika Serikat adalah OHCA dengan jumlah kejadian mencapai sekitar 300.000 setiap tahun dan sekitar 92% orang meninggal

seberapa

penting

edukasi

kepada

METODE Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah menggunakan tinjauan sistematis melalui review jurnal mengenai etik perawat dalam pemberian

karena OHCA (Bryant et al dalam Dewi, 2015).

CPR, CPR dalam kesiapsiagaan bencana, pelatihan

Di Indonesia sendiri belum didapatkan data yang jelas

beberapa database seperti google scholar, science direct

CPR.

mengenai jumlah prevalensi kejadian henti jantung di kehidupan sehari-hari atau di luar rumah sakit, namun diperkirakan sekitar 10.000 warga per tahun yang berarti 30 orang per hari mengalami henti jantung. Peristiwa terbanyak dialami oleh penderita jantung koroner. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit stroke dan jantung koroner diperkirakan akan terus meningkat

Pencarian

artikel

dilakukan

menggunakan

dan Pubmed. Pada tahap awal didapatkan artikel sebanyak 83 dari artikel mulai tahun 2017 - 2021 dengan kata kunci CPR, kesiapsiagaan, disaster preparedness,

dan

nursing.

Dari

artikel

yang

ditemukan, hanya digunakan sebanyak 15 yang dianggap relevan sesuai dengan topik yang dibahas penulis.

mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 (Depkes,

HASIL DAN PEMBAHASAN

2014).

Berdasarkan

hasil

penelusuran

literatur

dalam

penelitian ini, terdapat tiga tema yang diangkat yaitu Intervensi

yang

kasus

etik perawat dalam pemberian CPR, CPR dalam

kegawatdaruratan dalam hal ini yaitu cardiac arrest

kesiapsiagaan bencana, serta pelatihan CPR dan

adalah Basic Life Support atau yang dapat dikenal

kesiapsiagaan bencana.

dengan

tepat

Bantuan

dalam

Hidup

mengatasi

Dasar

(BHD).

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau yang biasa

Etik Perawat dalam Pemberian CPR

disebut

Resusitasi

sekumpulan

Jantung

intervensi

Paru

yang

(RJP)

adalah

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi

bertujuan

untuk

Jantung Paru (RJP) merupakan sekumpulan intervensi

mempertahankan dan mengembalikan fungsi vital

yang

organ pada korban henti jantung dan henti nafas.

mempertahankan fungsi vital organ manusia yaitu

Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan

jantung untuk pasien henti nafas dan henti jantung,

bantuan nafas (Hardisman, 2014).

intervensi yang diberikan berupa kompresi dada dan

bertujuan

untuk

mengembalikan

serta

bantuan nafas (Hadisman, 2014). Menurut AHA dalam Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk

penelitian Shinta A.A menyebutkan bahwa CPR sangat

meneliti

Tentang

penting dilakukan bahkan menjadi penentu dalam

Pentingnya Cardiopulmonary Resuscitation dalam

keberlangsungan hidup korban, berkaitan dengan itu

Menghadapi Kesiapsiagaan Bencana”.

maka dibutuhkan bystander BHD yang berkualitas.

tentang

“Edukasi

Masyrakat

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 33

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Bystander CPR adalah seseorang yang bertugas di

CPR dalam Kesiapsiagaan Bencana

lokasi kejadian yang sukarela membantu orang lain

Menurut penelitian Joice dkk (2021) Indonesia

dalam melakukan resusitasi jantung paru untuk korban

merupakan negara rawan bencana baik bencana alam,

yang mengalami henti jantung (Smith et al, 2016).

non

Perlindungan hukum yang minim di beberapa negara

mengoptimalisasi

membuat Bystander khawatir akan beban moral dan

masyarakat

stigma sosial tentang pelecehan kepada korban.

mendapatkan hasil yang sangat signifikan. Bencana

Penerapan hukum “Good Samaritan Law (GSL)” di

kerap kali menimbulkan krisis kesehatan meliputi

beberapa negara sukses melindungi bystander dalam

korban

memberikan

dan

pengungsian dan rusaknya fasilitas kesehatan. Peneliti

menurunkan rasa ragu serta takut terhadap tuntutan

juga menyebutkan upaya yang dapat dilakukan untuk

akibat cedera atau kematian yang diakibatkan oleh

mengurangi dampak bencana dengan melakukan

tindakan CPR (Meng, dkk., 2017).

pertolongan gawat darurat yang harus dilakukan secara

pertolongan

kepada

korban

alam,

maupun

pengetahuan

melalui

meninggal,

sosial. audio

luka

Dengan siaga

visual

ringan

ini,

sampai

tujuan bencana peneliti

berat,

cepat, tepat, dan cermat guna mencegah kematian dan Persepsi mengenai Bystander ini berhasil diteliti oleh

kecacatan.

Wiwin Winarti dan Rosiana (2020) yang menyatakan bahwa persepsi terhadap perlindungan hukum sangat

CPR merupakan penentu dalam kelangsungan hidup

mempengaruhi keinginan perawat dalam memberikan

korban yang mengalami henti jantung. Komponen

tindakan CPR pada Out-of-Hospital Cardiac Arrests

penting dalam CPR adalah kedalaman kompresi,

(OHCA) serta promosi mengenai aspek legal dan etik

kecepatan kompresi, ventilasi, return of spontaneous

serta landasan hukum perlindungan kepada Bystander

circulation (ROSC) dan meminimalkan interupsi

CPR sangat penting untuk meningkatkan jumlah

(European Resuscitation Council : 2010). CPR

Bystander. Peneliti juga menyebutkan bahwa persepsi

merupakan faktor penting untuk meningkatkan peluang

positif memperbesar peluang perawat untuk menjadi

bertahan hidup dan pemulihan. CPR dikenal dengan

Bystander.

masa emas yaitu tiga menit pertama terhitung sejak terhentinya detak jantung secara. Kompresi dada dalam

Penelitian oleh Kombong dan Hatala (2021) yang

CPR sangat dapat membantu menyelamatkan nyawa

bertujuan untuk mengetahui kesiapan perawat di RSUD

siapapun yang membutuhkan. Teknik ini dapat

dr. Haulussy Ambon dalam melakukan resusitasi

mengirimkan oksigen yang cukup yang dibutuhkan

jantung paru yang didasarkan pada pengetahuan, sikap

otak dan organ vital guna mengembalikan kerja otak

serta keterampilan di masa pandemi COVID-19. Dalam

dan organ vitas sebelum obat definitif diberikan untuk

penelitian disebutkan bahwa sikap, pengetahuan serta

mengembalikan irama normal jantung (Saddam, 2018).

keterampilan perawat dalam melaksanakan CPR dapat dikatakan sudah siap. Dalam penelitian ini didapatkan

Penelitian yang dilakukan oleh Hernando (2016)

hubungan atau korelasi antara pengetahuan, sikap serta

tentang Pengaruh Pelatihan Basic Life Support (BLS)

keterampilan RJP dengan kesiapsiagaan perawat dalam

terhadap tingkat kesiapan melakukan Cardiopulmonary

melakukan RJP .

Resuscitation (CPR)

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 34

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

pada mahasiswa keperawatan Universitas ‘Aisyiah

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan CPR

Yogyakarta, menyebutkan bahwa terdapat peningkatan

terhadap

tingkat kesiapan melakukan CPR setelah dilakukan

ditunjukkan dalam penelitian oleh Ngirarung, Mulyadi

pelatihan BLS. Hasil Penelitian dari Ngurah dan Putra

dan Malara (2017) yang dilakukan pada siswa SMA

(2019) mengenai pengaruh pelatihan resusitasi jantung

Negeri 9 Binsus Manado dengan pemberian simulasi

paru

CPR

terhadap

kesiapan

Sekaa

Teruna

dalam

pemberian

menggunakan

pertolongan

manikin

pertama

dan

matras.

juga

Hasil

memberikan pertolongan pada kasus kegawatdaruratan

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

henti jantung menunjukkan hasil yang signifikan dalam

yang signifikan dari simulasi tindakan CPR terhadap

meningkatkan

pertolongan

tingkat motivasi siswa dalam menolong korban henti

pertama. Kesiapan merupakan kemampuan seseorang

jantung. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh

menerapkan pengetahuan dalam bentuk tindakan yang

Christianingsih dan Santiasari (2021), dimana pelatihan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakang

CPR

pendidikan, pengalaman kerja, usia dan jenis kelamin.

memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dan

kesiapan

memberikan

yang

diberikan

pada

siswa

SMA

dapat

keterampilan dalam melakukan tindakan CPR. Hal ini Pelatihan CPR dan Kesiapsiagaan Bencana

juga meningkatkan perilaku siswa SMA terhadap

Henti jantung atau cardiac arrest merupakan kondisi

pemberian pertolongan pertama dalam pembentukan

kegawatdaruratan yang mengancam jiwa serta dapat

bystander CPR. Keterlibatan bystander CPR yang cepat

terjadi dimana saja dan kapan saja termasuk saat terjadi

dan tepat dalam menolong korban dapat meningkatkan

bencana.

harapan hidup korban sehingga upaya kesiapsiagaan

Keterampilan

CPR

dan

kesiapsiagaan

bencana merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam

terhadap bencana dapat tercapai dengan baik.

meningkatkan harapan hidup korban dan perlu untuk diketahui setiap orang. Hal ini dikarenakan sebagian

Pelatihan CPR juga dilakukan dalam penelitian oleh

besar orang berpeluang berada dalam situasi yang

Saddam dkk (2018) tentang pelatihan pertolongan

memerlukan pertolongan pertama baik untuk diri

pertama pada KSR-PMI Perguruan Tinggi se-Indonesia

sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, pelatihan

oleh PP-SAR Air Nasional. Disamping pelatihan CPR,

CPR dan kesiapsiagaan bencana perlu dilakukan tidak

dalam penelitian ini juga dilakukan kegiatan pelatihan

hanya oleh tenaga kesehatan seperti perawat, namun

lain dengan pemberian materi, praktek lapangan serta

juga pada setiap bagian masyarakat.

simulasi mengenai kesiapsiagaan bencana. Penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan

Sebuah penelitian oleh Ngurah dan Putra (2019)

peserta

dilakukan

pelatihan

pelaksanaan PP-SAR air dalam penanggulangan

Cardiopulmonary Resuscitation pada salah satu lapisan

bencana. Penelitian lain mengenai kesiapsiagaan

masyarakat yaitu Sekaa Teruna Teruni di Bali. Hasil

bencana oleh Xia dkk (2019) dilakukan pada siswa

penelitian ini menunjukkan dengan dilakukannya

program pendidikan keperawatan di Chengdu, China.

pelatihan CPR, meningkatkan kesiapan masyarakat

Dalam penelitian ini, siswa program pendidikan

tersebut dalam memberikan pertolongan pada kasus

keperawatan

diberikan

kegawatdaruratan. Pengetahuan dan kesiapan dari

keperawatan

bencana

pelatihan yang telah dilakukan menjadi awal dari

kebencanaan, pelatihan triase bencana, dan pelatihan

perilaku memberikan pertolongan CPR pada korban.

kesiapsiagaan keluarga.

dengan

memberikan

dalam

memahami

teknik

pelatihan seperti

dan

metode

kesiapsiagaan

pelatihan

dasar

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 35

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program

tiga menit pertama sejak henti jantung terjadi.

pelatihan bencana yang diberikan dapat meningkatkan

Kompresi dada yang dilakukan dalam CPR dapat

kemampuan mahasiswa keperawatan dalam merespon

membantu menyelamatkan nyawa pasien henti jantung.

bencana. Temuan ini dapat menjadi dasar dalam

Hasil systematic review yang dilakukan dari beberapa

pengembangan program pendidikan dan pelatihan

jurnal dapat diketahui bahwa dilakukannya pelatihan

kesiapsiagaan bencana sehingga kompetensi perawat

CPR

cukup siap dalam bencana, kesiapsiagaan, respon, dan

pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam

pemulihan.

melakukan

pada

masyarakat pertolongan

dapat pertama

meningkatkan dalam

kondisi

kegawatdaruratan bencana. Pelatihan kesiapsiagaan bencana perlu dilakukan pada masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan

DAFTAR PUSTAKA

keterampilan siaga bencana seperti CPR, balut bidai

1. Ahn C, Lee J, Oh J, Song Y, Chee Y, Lim TH, et al.

dan

transportasi

yang

(2017). Effectiveness of feedback with a smartwatch

dilakukan oleh Laoh dkk (2021). Dalam penelitian ini,

for high-quality chest compressions during adult

metode pelatihan yang digunakan yaitu melalui media

cardio arrest : A randomized controlled simulation

audio visual yang menunjukkan terjadi peningkatan

study.

pengetahuan

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0169046

pada

seperti

dalam

masyarakat

penelitian

setelah

dilakukan

pelatihan. Dengan dilakukannya pelatihan tersebut, masyarakat

diharapkan

melaksanakan mitigasi,

dapat

tindakan-tindakan

pengurangan

risiko

siap

dan

mampu

pencegahan

dan

bencana,

serta

kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana, jika terjadi bencana dan sesudah terjadi bencana secara mandiri.

PLoS

ONE

12

(4).

2. Ananda A.R., M. Juniati, M., & S. Wikliv D. (2021). Pengetahuan

perawat

tentang

high-

quality

cardiopulmonary resuscitation (CPR) di enam rumah sakit swasta di indonesia. Nursing Current, 9, 2. 3. Berger C., et al. (2019). Combination of problembased learning with high-fidelity simulation in CPR training improves short and long-term CPR skills: a

KESIMPULAN

randomized single blinded trial. BMC Medical

Kejadian henti jantung di luar rumah sakit sebagian

Education, 19:180.

besar terjadi di rumah. Cardiopulmonary resuscitation

4. Christianingsih, S., & Santiasari, R. N. (2021).

(CPR) atau biasa disebut sebagai resusitasi jantung

Bystander CPR dalam upaya kesiapsiagaan bencana

paru merupakan intervensi yang dapat diberikan untuk

pada siswa sma. Journals of Ners Community, 12,

mempertahankan dan mengembalikan fungsi vital

12–23.

organ pada korban henti jantung dan henti nafas. CPR

5. Kombong R., & Hatala T. N. (2021). Nurses

dilakukan dengan cara kompresi dada dan bantuan

readiness to perform cardiopulmonary resuscitation

nafas. Indonesia merupakan negara rawan bencana baik

during covid-19 pandemi. Jurnal Ilmu Keperawatan

itu bencana alam, non alam, maupun bencana sosial.

Medikal Bedah, 4, 48-56.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

6. Laoh, J. M., Kiling, M., Isworo, & Bobaya, J. (2021).

dampak dari bencana alam adalah dengan pertolongan

Peningkatan pengetahuan siaga bencana melalui

gawat darurat yang cepat, tepat, dan cermat. CPR

media audio visual pada masyarakat di desa kalasey

menjadi komponen penentu korban henti jantung yang

ii. Jurnal Pengabmas Komunitas Kesehatan, 1, 17–

mana masa tersebut dikenal sebagai masa emas yaitu

23.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 36

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

7. Ngirarung, S., Mulyadi, N., & Malara, R. (2017). Pengaruh simulasi tindakan resusitasi jantung paru (RJP) terhadap tingkat motivasi siswa menolong korban henti jantung di sma negeri 9 binsus manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 108532. 8. Ngurah, I. G. K. G., & Putra, I. G. S. (2019). Pengaruh pelatihan resusitasi jantung paru terhadap kesiapan sekaa teruna teruni dalam memberikan pertolongan pada kasus kegawatdaruratan henti jantung. Jurnal Gema Keperawatan, 12(1), 12–22. 9. Saddam, S., Lestanata, Y., Isnaini, I., Ihsan, I., Saoki, M., & Jafar, M. U. A. (2018). Pelatihan pertolongan pertama search and rescue (PP-SAR) air nasional korps sukarela palang merah indonesia dan relawan perguruan tinggi se-indonesia. JMM (Jurnal

Masyarakat

Mandiri),

2(1),

43.

https://doi.org/10.31764/jmm.v2i1.1339 10. Winarti

W.,

&

Rosiana.

(2020).

Persepsi

perlindungan hukum dan aspek etik terhadap keinginan perawat IGD melakukan CPR pada outof-hospital

cardiac

arrest

(OHCA).

Jurnal

Pendidikan Keperawatan Indonesia, 6 (2), 128-136. Xia, R., Li, S., Chen, B., Jin, Q., & Zhang, Z. (2020). Evaluating the effectiveness of a disaster preparedness

nursing

education

program

in

Chengdu, China. Public Health Nursing, 37(2), 287–294. https://doi.org/10.1111/phn.12685

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 37

Artikel Terbaik

ARTIKEL TERBAIK

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 38

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Resusitasi Jantung Paru Selama Pandemi Covid-19 : Literatur Review Try Septian Mustika Saragih

1

Shela Esteria Simanjuntak 2 1

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara 2

Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Tingginya angka kematian yang tinggi tersebut

Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan suatu

disebabkan

prosedur yang dapat dilakukan sebelum kedatangan

pertolongan pertama di luar rumah sakit. Henti jantung

ambulans yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa

yang sering terjadi di luar fasilitas kesehatan

pasien yang sedang mengalami henti jantung. Di masa

memerlukan tindakan segera untuk menyelamatkan

pandemi Covid-19, RJP yang aman tetap dibutuhkan

nyawa pasien. Tindakan pertolongan yang segera pada

dengan mempertimbangkan keselamatan pasien dan

pasien dengan henti jantung dapat meningkatkan

penolong. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan

peluang hidup pasien (Hassellqvist, 2015) (MvNally,

metode terbaik untuk melakukan RJP selama pandemi

2011). Selain itu, penyebab tingginya angka kematian

Covid-19. Metode yang digunakan adalah literature

serangan

review, dengan database yang digunakan adalah

kesehatan dan fasilitas kesehatan yang sulit dijangkau

Google Scholar dan Pubmed yang diperoleh 9 artikel.

(Wirasakti, 2020).

karena

jantung

korban

juga

tidak

disebabkan

mendapatkan

oleh

tenaga

Hasil yang diperoleh adalah melakukan CPR dengan menggunakan alat pelindung diri, meminimalkan

Oleh karena itu, diperlukan seseorang yang memiliki

penyediaan ventilasi, menggunakan masker bedah dan

pengetahuan yang memadai baik kognitif, afektif

menggunakan bantuan LUCAS 3 untuk kompresi dada.

maupun psikomotorik mengenai tindakan awal untuk

masker bedah untuk penolong dan korban, hanya

menangani pasien dengan henti jantung, sehingga

melakukan kompresi dada tanpa memberikan ventilasi

mereka akan cenderung berperilaku sesuai dengan apa

dan siklus kompresi untuk 2 penolong dilakukan secara

yang mereka dapatkan, dan mereka dapat melakukan

bergantian setelah 2-3.

pertolongan dengan cepat dan tepat (Wirasakti, 2020).

Kata Kunci : Resusitasi Jantung Paru, Covid-19 Menurut Atmojo dkk, Resusitasi Jantung Paru yang

PENDAHULUAN

dilakukan

sebelum

kedatangan

ambulans

akan

Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan tindakan

meningkatkan peluang bertahan hidup hingga tiga kali

yang dapat dilakukan sebelum datangnya bantuan

lipat.Namun, ada kekhawatiran bagi petugas kesehatan

emergensi yang bertujuan untuk meningkatkan peluang

untuk tertular virus Sindrom Pernafasan Akut Corona-

kelangsungan hidup seseorang yang pernah mengalami

Virus 2 (SARS-CoV-2) atau dikenal dengan Covid-19

henti jantung. Henti jantung merupakan salah satu

saat melakukan RJP, namun di sisi lain, henti jantung

penyebab kematian terbesar di dunia Ewy, 2017).

memerlukan penanganan yang cepat (Wirasakti, 2020).

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 39

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Menurut Neumar dkk, sembilan puluh dua persen

METODE

korban yang mengalami henti jantung di luar rumah

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sakit atau Out-of-Hospital Cardiac Arrest (OHCA),

Literatur Review. Penelusuran literatur dilakukan di

berisiko tinggi meninggal sebelum tiba di Instalasi

database Google Scholar dan Pubmed terbitan 2015

Gawat Darurat. Sehubungan dengan pandemi Covid-19

hingga 2020. Kriteria inklusi adalah artikel full text,

saat ini dan penularannya melalui droplet yang

dan artikel tentang RJP selama pandemi Covid-19.Kata

mengandung

(aerosol),

kunci yang digunakan dalam literature review ini

merupakan jalur utama yang menyebabkan virus

adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yaitu

menyebar.Ini memiliki penularan yang tinggi selama

“Resusitasi Jantung Paru dan Pandemi Covid-19”. Ada

pandemi, sehingga sangat penting untuk mengontrol

3.900 artikel dari Google Scholar dan setelah disaring,

sumber infeksi. Di Indonesia hingga 26 Mei 2020

hasilnya 3.410 artikel, dan akhirnya disaring sesuai

tercatat 23.165 kasus dengan angka kematian 1.418

kriteria, ada 7 artikel. Ada 38 artikel dari PubMed dan

orang, hasil ini menjadikan Indonesia sebagai negara

setelah disaring diperoleh 2 artikel. Setelah artikel

dengan angka kematian CFR 6,12% (case fatality rate)

disaring dan dievaluasi sesuai kriteria yaitu resusitasi

tertinggi di ASEAN akibat Covid-19 (Neumar, 2010).

jantung paru selama pandemi Covid-19, 9 artikel

virus

atau

aliran

udara

dianalisis dan ditinjau.Teori lain juga digunakan dalam Oleh

karena

itu,

sangat

penting

untuk

lebih

memperkuat upaya pencegahan, pengendalian, dan penyelamatan klinis dalam situasi pandemi Covid- 19,

tinjauan pustaka ini untuk memperkuat alasan literatur yang diteliti.

khususnya penanganan pasien dengan penyakit kritis

HASIL DAN PEMBAHASAN

dan henti jantung. Hal ini bertujuan untuk menurunkan

Di tengah wabah Covid-19 muncul fenomena sosial

angka kematian dan tingkat penularan infeksi pada

yang berpotensi memperparah keadaan yaitu stigma

masyarakat umum dan tenaga kesehatan. Karena hal di

sosial atau pergaulan negatif bagi seseorang atau

atas bisa berbahaya ketika ada kombinasi ketakutan

sekelompok orang yang mengalami gejala atau

dan informasi yang salah mengenai tindakan yang

mengidap penyakit tertentu. Covid-19 yang menyebar

sesuai dengan kondisi di masa pandemi Covid-19

dengan cepat membuat masyarakat tidak lagi berani

seperti sekarang. Selain itu juga dapat mengurangi

menolong orang lain melalui sentuhan fisik meskipun

kesediaan seseorang untuk memberikan pertolongan

ada yang tiba-tiba sakit dan tiba-tiba jatuh di tempat

kepada pasien yang mengalami keadaan darurat seperti

umum, sehingga dalam kondisi seperti ini, peran

henti jantung yang tiba-tiba pingsan di tempat umum.

masyarakat untuk menolong korban sebelum datangnya tenaga kesehatan sangat penting. Adanya pelatihan RJP

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis membuat

pada masa Pandemi Covid-19 merupakan salah satu

kajian literatur terkait cara melakukan RJP pada pasien

cara yang dapat dilakukan untuk mengubah stigma dan

henti jantung, di masa pandemi Covid-19 seperti

memberikan

sekarang ini. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah

khususnya dalam mempelajari resusitasi jantung paru

untuk mengetahui cara melakukan RJP pada pasien

(RJP) di era pandemi Covid 19 yang diberikan oleh

henti jantung selama masa pandemi Covid-19.

perawat, dokter, atau orang yang terlatih. Oleh karena

pengetahuan

kepada

masyarakat

itu, langkah-langkah RJP ini perlu diperhatikan

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 40

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

dan dipahami perbedaan antara RJP sebelum pandemi

akibat

penggunaan

APD

yang

lengkap

dapat

Covid 19 dan setelah pandemi Covid 19 muncul.

mengakibatkan berkurangnya efektivitas seluruh proses

Bukan hanya masyarakat biasa saja yang harus

RJP (Malysz, 2020).

mengetahui perbedaannya, namun tenaga kesehatan juga harus mengetahui bagaimana perbedaan RJP

Penggunaan APD Selama RJP Dan Pengamatan

sebelum dan sesudah pandemi Covid-19. Berdasarkan

Menggunakan LUCAS 3

beberapa artikel yang telah dianalisis, terdapat

Selama pandemi Covid-19 demi keselamatan, baik bagi

beberapa perbedaan tindakan RJP sebelum dan sesudah

penolong

pandemi Covid-19, terutama bagi pekerja, kesehatan

membutuhkan tindakan kompresi dada atau jalan

dan masyarakat umum (Dnkes, 2020).

napas,

itu RJP

sendiri harus

lengkap.Kompresi

maupun dilakukan

dada

harus

pasien dengan

yang APD

dilakukan

dengan

Durasi Siklus RJP Dari 2 Menit Menjadi Siklus 1

parameter berikut: kedalaman kompresi: 5–6 cm, laju

Menit

kompresi dada: 100–120 x / menit. Juga, rekoil dada

Dan

Penggunaan

Automated

Chest

Compression Device (ACCD)

penuh harus dilakukan, dan gangguan pada kompresi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

dada harus diminimalkan. Selama simulasi RJP dengan

Malysz, Dabrowski, Böttiger, & Smereka terhadap 35

LUCAS 3 atau dengan kompresi manual serta

mahasiswa kedokteran yang telah menyelesaikan

perangkat umpan balik RJP yang benar secara

pelatihan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) di

substansial

pusat

Lazarski

perangkat LUCAS 3 digunakan, ternyata laju RJP yang

Kedokteran

diamati paling konstan dan tercepat masih kompresi

Universitas Poznan (Poznan, Polandia), Automated

manual. Pedoman merekomendasikan kompresi dada

Chest Compression Device (ACCD) sangat diperlukan

pada

untuk melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada

ditunjukkan oleh AHA dan ERC bahwa ada korelasi

pasien yang diduga/terkonfirmasi Covid-19.8 Dengan

positif antara jumlah kompresi yang diberikan per

tidak adanya Automated Chest Compression Device,

menit dan keberhasilan resusitasi, dan kecepatan 120

tampaknya perlu untuk mengubah algoritma resusitasi

BVM atau lebih tinggi. atau kurang dari 100x/menit

jantung

dikaitkan

simulasi

(Warsawa,

medis

Polandia)

paru

(untuk

suspek/konfirmasi

di dan

Universitas Fakultas

konteks

Covid-19)

pasien

dengan

dengan

meningkatkan

kecepatan

dengan

100-120x

kualitas

/menit,

penurunan

RJP.

Ketika

seperti

peluang

yang

bertahan

mengurangi

hidup.Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

durasi siklus resusitasi jantung paru dari siklus 2 menit

Idris, dkk menegaskan bahwa tingkat kompresi 100-

menjadi 1 menit. Kualitas kompresi menurun secara

120x/menit dikaitkan dengan kelangsungan hidup

signifikan setelah 2 menit karena kompresi terus

terbesar.

menerus yang dilakukan oleh penyelamat yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk

Penggunaan APD saat RJP di era pandemi Covid-19

prosedur yang berisiko munculnya prosedur penghasil

sangat mempengaruhi kualitas RJP yang diberikan

aerosol sehingga lebih mudah lelah dan berdampak

kepada korban/pasien.Hasil ini konsisten dengan

pada kualitas kompresi dada yang rendah. Sejalan

penelitian lain dan berlaku untuk paramedis, dokter,

dengan penelitian Malysz dkk, kelelahan yang

dan perawat. Juga, terlihat bahwa kedalaman kompresi

berlebihan pada partisipan yang melakukan kompresi

dada yang dilakukan oleh paramedis yang memakai

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 41

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

APD berkurang secara signifikan setelah menit pertama

mask (FFR) (yaitu N95, FFP2, FF3), masker respirator

intervensi, dengan mempertimbangkan pedoman RJP

setengah wajah elastomer, dan masker respirator

mengenai perubahan penolong dalam siklus 2 menit

setenga wajah elastomer. Berbagai jenis masker

(mungkin dianggap memperkenalkan, algoritma RJP

memiliki efek yang berbeda, seperti masker yang

untuk pasien yang terduga/konfirmasi COVID-19),

berbeda memiliki efektifitas yang baik dibandingkan

mengurangi durasi siklus RJP dari 2 menjadi 1 menit.

dengan masker lainnya karena masker bedah tidak

Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Kılıç

mempengaruhi kualitas RJP dan tidak menimbulkan

dkk yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

kelelahan pada penolong saat melakukan kompresi,

pengukuran kualitas kompresi dada antara siklus 1 dan

namun dalam penggunaan masker FFR dan masker

2 menit pada skenario normal (tanpa APD) maupun

setengah wajah memberikan efek kelelahan yang

perubahan durasi RJP 1 atau 2 menit, masih tidak ada

meningkat secara signifikan dan kualitas kompresi

perbedaan dari segi kualitas. Kompresi dada. Seperti

dada berkurang (Serin, 2020).

yang diungkapkan oleh Chen dkk, penggunaan APD dapat mengurangi tingkat kompresi dada. Kecepatan

bahwa

kompresi

dapat

dilakukan sesuai prosedur yang tepat. Dalam artikel

meningkatkan perfusi organ tetapi tidak meningkatkan

tersebut dijelaskan bahwa ada prinsip-prinsip yang

kelangsungan hidup. Hal ini dapat menyebabkan

dianjurkan dalam melakukan RJP di pra-rumah

kelelahan

yang

sakit.Sebelum melakukan tindakan, penolong wajib

mengakibatkan kualitas kompresi dada yang lebih

memakai masker N95, memastikan pasien tidak ada

rendah. Recoil dada penuh juga menunjukkan efek

denyut nadi dan napas yang diikuti dengan kompresi,

yang signifikan pada peningkatan kelangsungan hidup

serta memastikan pasien tidak terinfeksi Covid-19.

dan hasil neurologis yang menguntungkan.Rekoil dada

Selain prosedur pra rumah sakit, juga menjelaskan

penuh dikombinasikan dengan kompresi dada pada

prinsip-prinsip melakukan RJP di rumah sakit, ketika

kedalaman yang sesuai sangat penting untuk tekanan

melakukan RJP di dalam ruangan harus sendiri dan di

perfusi yang optimal. Lee dkk. dalam Kundra &

ruangan tertutup, setelah melakukan RJP, ruangan

Vinayagam menampilkan recoil dada yang jauh lebih

harus segera didesinfeksi untuk disterilkan. Selain

lengkap dengan kecepatan lebih dari 120x/menit

ruang yang harus diperhatikan, APD penolong juga

dibandingkan kecepatan lainnya. Dalam hal kompresi

harus sesuai, seperti memakai sarung tangan, masker

dada manual yang dilakukan oleh paramedis yang

N95, gaun pelindung, dan pelindung mata. Hal ini

memakai APD, disarankan untuk mengganti penolong

dilakukan untuk meminimalisir adanya aerosol dari

setiap 1 menit untuk meminimalkan kelelahan bagi

korban ke penolong. Dalam pelaksanaan pemberian

setiap penolong (Kundra, 2020).

RJP khususnya dalam memberikan ventilasi, beberapa

lebih

tinggi

penolong

dari

yang

120x/menit

lebih

cepat,

melakukan

RJP

selama

pandemi

harus

hal yang perlu diperhatikan yaitu saat menilai Penggunaan Masker Saat RJP

pernafasan, tidak menempatkan wajah penolong di

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Serin &

dekat mulut dan hidung korban, dalam keadaan Covid-

Caglar, APD yang digunakan pada masa pandemi

19 disarankan hanya mengompres tidak dengan

Covid-19 saat melakukan RJP terdiri dari berbagai

memberikan ventilasi karena meminimalkan risiko

jenis masker medis (bedah), respiratory filtering raptor

penyebaran virus.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 42

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Disarankan untuk menggunakan bantalan khusus untuk

kepada

defibrilasi, untuk memberikan kejutan tanpa kontak

bermanfaat untuk menambah jumlah masyarakat yang

langsung antara operator defibrilator dan korban. Jika

terlatih melakukan RJP sehingga dapat menjadi

intubasi

penolong di lingkungannya masing-masing.Hal ini juga

akan

diberikan,

beberapa

hal

perlu

masyarakat

dan

cepat dengan alat pelindung diri (APD) yang sesuai,

Krammel dkk, yang menyatakan bahwa tingkat

melanjutkan langsung ke intubasi endotrakeal pada

pengetahuan dalam menangani pasien gawat darurat

pasien dengan gagal napas akut dapat dipertimbangkan,

merupakan

menghindari,

yang

menentukan keberhasilan pertolongan kecelakaan.

menghasilkan aerosol (misalnya, ventilasi tekanan

Kesalahan atau ketidaktepatan dalam memberikan

positif noninvasif, nebulizer), dan menggunakan filtrasi

pertolongan pertama pra-rumah sakit dalam membantu

filter HEPA (Taha, 2020).

dapat menyebabkan kecacatan atau kematian pasien

prosedur

faktor

yang

yang

penting

sejalan

mungkin,

penelitian

sangat

dipertimbangkan, yaitu dapat digunakan intubasi urutan

sedapat

dengan

awam

sangat

dilakukan

penting

oleh

dalam

gawat darurat. Upaya yang harus dilakukan untuk Kundra & Vinayagam (2020), menjelaskan modifikasi

meminimalkan angka kematian pasien gawat darurat

pedoman

pedoman

harus mempersingkat waktu tanggap. Namun, tingkat

Liaison

pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh

Committee on Resuscitation (ILCOR), American Heart

tetap harus dilatih untuk mengingat langkah-langkah

Association (AHA), UK Resuscitation Council, dan

dan dapat meningkatkan keterampilan RJP kembali.

European Resuscitation Dewan (ERC).Dari 4 pedoman

Sejalan dengan Krammel dkk, kemampuan atau

internasional tersebut menjelaskan bahwa selama masa

keterampilan dapat ditingkatkan melalui pelatihan

pandemi Covid- 19, pelaksanaan RJP bagi korban henti

rutin, pengetahuan otodidak, dan teknik yang benar

jantung harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

(Krammel, 2018).

RJP

internasional

selama

yaitu

dari

pandemi,

4

International

minimal menggunakan masker untuk penolong dan korban sendiri, dan saat korban tidak memakai masker,

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aswad dkk,

hidung dan mulut harus dilapisi dengan kain atau

terbukti

handuk dan RJP ini hanya dilakukan dengan

keterampilan anggota Karang Taruna Kelurahan

melakukan kompresi dada dan meminimalkan untuk

Dulomo

melakukan ventilasi, sedangkan untuk pasien positif

pengetahuan dan keterampilan kurang menjadi tingkat

Covid-19 yang akan melakukan RJP, penyelamat harus

pengetahuan dan keterampilan baik setelah presentasi

menggunakan APD level 3, dan seluruh tubuh pasien

dan simulasi RJP (Aswad, 2021). Tingkat pengetahuan

tubuh harus ditutup dengan plastik bening dan

dan keterampilan peserta diukur melalui pre dan post

meminimalkan ventilasi dan lebih baik dianjurkan

test berupa Google Form, dan peserta mampu

menggunakan oksigen dengan nonrebreathing mask

melakukan Basic Life Assistance (RJP) bagi korban

(NRM) atau menggunakan bag valve mask (BVM).

henti jantung pada masa pandemi Covid-19 yaitu

terjadi Utara

peningkatan Kota

pengetahuan

Gorontalo,

dari

dan

tingkat

dengan mengajarkan peserta mempraktekkan langkahTidak

Memberikan

Bantuan

Ventilasi

bagi

langkah RJP tanpa bantuan nafas/ventilasi untuk

Penolong Awam

memperkecil

Pemberian simulasi Resusitasi Jantung Paru (RJP)

keuntungan dari penelitian ini adalah dapat mengubah

kemungkinan

terpapar.

Selain

itu,

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 43

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

stigma negatif pada pasien atau keluarga yang terpapar

saat melakukan RJP di masa pandemi Covid-19 yaitu

Covid-19, terutama saat RJP diperlukan. Senada

durasi siklus kompresi yang dalam durasi kompresi ini

dengan penelitian Mauri dkk, sangat perlu mengajarkan

dijelaskan juga ada 2 asisten setiap 2-3 siklus dengan

keterampilan RJP kepada siapa saja, terutama orang

rotasi, dijelaskan untuk mengurangi tingkat kelelahan

dewasa.

semua

pada penolong, dimana penolong memakai APD,

membutuhkan peningkatan jumlah peserta pelatihan

penggunaan APD dijelaskan untuk kejadian diluar

RJP di masyarakat (Mauri, 2016).

rumah sakit, penolong harus menggunakan APD

Senada dengan penelitian Cristhenson, terkadang

minimal seperti masker dan untuk pasien, mulut dan

penolong takut untuk memberikan bantuan hidup dasar

hidung harus ditutup dengan kain atau diberi masker

kepada

dalam

untuk mencegah aerosol saat kompresi, kompresi

memberikan bantuan pernapasan (Cristhenson, 2013).

menggunakan LUCAS3 adalah mesin otomatis untuk

Seorang penolong seringkali takut tertular infeksi atau

melakukan kompresi yang bisa diberikan kepada pasien

penyakit menular yang diderita oleh korban henti

positif Covid-19 tetapi penggunaan mesin kompresi

jantung. Namun kini penolong tidak perlu khawatir

otomatis ini tidak dianjurkan untuk digunakan secara

akan hal ini karena berbagai penelitian menunjukkan

rutin, penggunaan masker khusus bagi petugas di

bahwa hanya memberikan kompresi dada tanpa

rumah sakit dalam melakukan RJP, masker medis lebih

bantuan pernasfasan sama efektifnya dengan RJP

efektif daripada masker N95 karena masker N95 dapat

konvensional menggunakan bantuan pernafasan.Tidak

menyebabkan

ada perbedaan yang signifikan antara kedua hal

melakukan RJP, kompresi tanpa ventilasi di luar rumah

tersebut, sehingga bantuan penolong sangat dibutuhkan

sakit

demi keselamatan nyawa korban henti jantung.Menurut

meminimalkan

Ewy, yang membahas tentang RJP tanpa bantuan

memberikan kompresi dada yang saat ini sangat

pernafasan, AHA menyatakan bahwa RJP tanpa

dianjurkan selama pandemi Covid-19.

Dalam

korban

hal

henti

ini,

berarti

jantung,

kita

terutama

bantuan pernafasan dapat diberikan kepada korban henti jantung oleh penolong awam dan hal ini tidak

dan

kelelahan

jika

di

bagi

dalam

ventilasi.

penolong

rumah RJP

sakit

hanya

yang harus dengan

DAFTAR PUSTAKA

akan mengurangi efektivitas pemberian RJP, apalagi 1. Ewy, G. A. (2017). Cardiocerebral and jika kita menjumpai korban yang tidak kita kenal di cardiopulmonary resuscitation - 2017 update. Acute pinggir jalan atau di tempat umum dan boleh saja kita Medicine & Surgery, 4(3), 227–234. memberikan kompresi dada untuk meminimalisir 2. Hasselqvist-Ax, I., Riva, G., Herlitz, J., Rosenqvist, resiko penyebaran infeksi ke penolong karena menurut M., Hollenberg, J., Nordberg, P., Ringh, M., Jonsson, AHA strategi terbaik untuk meningkatkan peluang

hidup bagi korban henti jantung adalah dengan mulai RJP sesegera mungkin dan meminimalkan penghentian kompresi dada (Ewy, 2016).

M., Axelsson, C., Lindqvist, J., Karlsson, T., & Svensson,

L.

(2015).

Early

Cardiopulmonary

Resuscitation in Out-of- Hospital Cardiac Arrest. New England Journal of Medicine, 372(24) 3. McNally, B., Robb, R., Mehta, M., Vellano, K.,

KESIMPULAN

Valderrama, A. L., Yoon, P. W., Sasson, C., Crouch,

Dari sepuluh artikel yang kami analisis, didapatkan

A., Perez, A. B., Merritt, R., & Kellermann, A.

hasil bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

(2011). Out-of-Hospital Cardiac Arrest Surveillance

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 44

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Cardiac Arrest Registry to Enhance Survival

11. Taha, H. S., Shaker, M. M., & Abdelghany, M. M.

(CARES), United States, October 1, 2005–

(2020). Cardiopulmonary resuscitation during the

December 31, 2010. Centers for Disease Control &

COVID-19 pandemic : a scientific statement on

Prevention (CDC), 60(8), 1–19.

CPR management protocol of Kasr Al- Ainy

4. Wirasakti, G., & Wulansari, Y. W. (2020). PENGARUH

PEMBELAJARAN

12. Krammel, M., Schnaubelt, S., Weidenauer, D.,

CARDIOPULMONARY

Winnisch, M., Steininger, M., Eichelter, J., Hamp,

METODE

MULTIMEDIA RESUSCITATION

University Hospital is presented. 0–4.

(CPR)

PADA

HIGH-

QUALITY CPR. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi.

T., Van Tulder, R., & Sulzgruber, P. (2018). Gender and

5. Atmojo, J. T., Arradini, D., Widiyanto, A., & Darmayanti, A. T. (2020). Resusitasi jantung paru di era pandemi covid-19. Jurnal Keperawatan.

age-specific

aspects

of

awareness

and

knowledge in basic life support. PLoS ONE, 13(6) 13. Aswad, Y., Luawo, H. P., & Ali, S. M. (2021). Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Karang

6. Neumar, R. W., Otto, C. W., Link, M. S., Kronick,

Taruna melalui Pelatihan Bantuan Hidup Dasar

S. L., Shuster, M., Callaway, C. W., Kudenchuk, P.

(CPR) pada Masa Pandemi Covid-19 di Kecamatan

J., Ornato, J. P., McNally, B., Silvers, S. M.,

Kota Utara, Kota Gorontalo. Jurnal Andidas.

Passman, R. S., White, R. D., Hess, E. P., Tang, W.,

14. Mauri, R., Burkart, R., Benvenuti, C., Caputo, M.

Davis, D., Sinz, E., & Morrison, L. J. (2010). Part 8:

L., Moccetti, T., Del Bufalo, A., Gallino, A., Casso,

Adult advanced cardiovascular life support: 2010

C., Anselmi, L., Cassina, T., Klersy, C., &

American

for

Auricchio, A. (2016). Better management of out-of-

Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency

hospital cardiac arrest increases survival rate and

Cardiovascular Care. Circulation.

improves neurological outcome in the Swiss Canton

7. Dinkes,

Heart

K.

Association

K.

(2020).

Guidelines

Upaya

Pencegahan

Pemberian Stigma Negatif pada Pasien Covid-19.

Ticino. Europace, 18(3). 15. Cristhenson, J. (2013). Bystander CPR Improves

http://diskes.karangasemkab.go.id/upaya-

Survivor

pencegahan-

Emergency Medicin.

pemberian-stigma-negatif-pada-

pasien-covid-19/

Quality

of

Life.

Journal

Wathch.

Ewy, G. A. (2016). Chest Compression only

8. Malysz, M., Dabrowski, M., Böttiger, B. W., & Smereka, J. (2020). Resuscitation of the patient with

16. Cardiopulmonary Resuscitation for Primary Cardiac Arrest. Circulation, 134(10), 695–697.

suspected / / confirmed COVID-19 when wearing personal protective equipment. 9. Kundra, P., & Vinayagam, S. (2020). COVID-19 cardiopulmonary resuscitation : Guidelines and modifications. 36, 39–44. 10. Serin, S., & Caglar, B. (2020). The Effect Of Different Personal Protective Equipment Masks On Health

Care

Workers’

Cardiopulmonary

Resuscitation Performance During The Covid-19 Pandemic.

Journal

of

Emergency

Medicine,

November, 1–7.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 45

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Tinjauan Literatur Pengaruh Antioksidan Vitamin C terhadap Penurunan Proses Pro Inflamasi pada COVID-19 Nur Rauufi Salsabila 1 Siti Zulaikha Risqiyani 2 1

Fakultas Kedokteran Universitas Hangtuah Surabaya 2

Fakultas Kedokteran Universitas Jember

ABSTRAK

dilakukan secara acak ditetapkan sebagai rasio 1: 1

Pendahuluan : COVID-19 merupakan suatu pandemik

untuk pemberian vitamin C intravena dosis tinggi

baru yang telah banyak memakan korban jiwa di

(HDIVC) atau plasebo. Kelompok HDIVC menerima

banyak negara. Pandemik ini disebabkan oleh virus

12 g vitamin C / 50 ml setiap 12 jam selama 7 hari

corona SARSCoV2. Sampai saat ini, belum ada obat

dengan takaran 12 ml / jam, dan kelompok plasebo

antivirus khusus atau vaksin terhadap infeksi COVID-

menerima air bakteriostatik untuk injeksi dengan cara

19 untuk terapi potensial pada manusia. Virus ini dapat

yang sama. Pemberian HDIVC menunjukan penurunan

menyebabkan terjadinya badai sitokin yang dapat

pada marker inflamasi dibandingkan dengan placebo.

memperparah

karena

Kesimpulan dari penelitian ini adalah vitamin C dosis

ketidakseimbangan antara produksi oksidan yang

tinggi memiliki peran dalam penurunan kadar sitokin

meningkat dengan antioksidan yang tersedia. Vitamin

pro inflamasi

C adalah salah satu antioksidan penting yang

Kata kunci : COVID-19, vitamin C, sitokin pro

melindungi tubuh dari berbagai efek buruk radikal

inflamasi.

gejala

pada

penderita

bebas. Pada konsentrasi tinggi vitamin C memainkan peran penting dalam imunomodulasi. Penelitian ini

PENDAHULUAN

dilakukan untuk mengetahui pengaruh vitamin C dosis

Coronavirus 2019 (COVID-19), muncul pada bulan

tinggi terhadap kadar sitokin pro inflamasi pada

Desember 2019, telah menyebar dengan cepat, dengan

COVID-19.

kasus-kasus yang sekarang dikonfirmasi di beberapa

Metode : Jenis penelitian ini adalah studi literatur.

negara. Pada 16 Februari 2020, virus ini telah

Populasi pada penelitian ini adalah jurnal tentang

menyebabkan 70.548 infeksi dan 1.770 kematian di

COVID-19, vitamin C, antioksidan dan radikal bebas,

Cina dan 413 infeksi di Jepang (Gao, Tian & Yang,

reaksi inflamasi akibat infeksi virus dengan sampel

2020).

yang

yang

Kemenkes RI terhitung tanggal 28 april 2020 kasus

dipublikasikan dari tahun 2015 sampai dengan 2020.

positif sebanyak 9.511. Pasien yang terinfeksi COVID-

Dari 15 jurnal tersebut terdapat jurnal yang memuat

19 menunjukkan jumlah leukosit yang lebih tinggi,

tentang uji klinis vitamin c dosis tinggi terhadap

temuan pernapasan abnormal, dan peningkatan kadar

inflamasi pada COVID-19.

sitokin pro-inflamasi plasma. Patogenesis utama infeksi

diambil

dari

15

jurnal

terindeks

Hasil : Hasil penelitian pada uji klinis yang dilakukan terhadap 54 pasien yang terdaftar di 3 rumah sakit yang

Sedangkan

di

Indonesia

menurut

data

COVID-19 sebagai virus yang menyerang sistem pernapasan adalah pneumonia berat, RNAaemia

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 46

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

dikombinasikan

dengan

kejadian

ground-glass

dan mampu menetralisir radikal bebas. Antioksidan

opacities, dan cedera jantung akut (Rothan &

non

Byrareddy, 2020). Beberapa kasus parah yang dirawat

perlindungan besar terhadap stres oksidatif dengan

di unit perawatan intensif menunjukkan kadar tinggi

menetralkan atau mengikat spesies reaktif atau dengan

sitokin pro-inflamasi yang mendorong peningkatan

memecah reaksi berantai (Biswas, 2016).

spesies oksigen reaktif yang menyebabkan kerusakan

Sejumlah penelitian oleh Castellani, Balza dan

luas pada seluler lapisan pembuluh kecil (kapiler).

Rubartelli, 2014 dan Mittal et al., 2014 mendukung

Stres oksidatif pada organisme yang terinfeksi virus

hubungan yang saling tergantung antara peradangan

influenza memprovokasi oksidasi radikal bebas dari

dan stres oksidatif. Selama proses inflamasi, sel-sel

rantai lipid tak jenuh dalam membran sel yang

fagositik teraktivasi seperti neutrofil dan makrofag

meningkatkan keparahan penyakit. Saat ini, belum ada

menghasilkan sejumlah besar ROS dan spesies reaktif

obat antivirus khusus atau vaksin terhadap infeksi

nitrogen dan klorin termasuk juga dioksida, hydrogen

COVID 19 untuk terapi potensial pada manusia

peroksida, hidroksil free radikal, nitric oksida, peroksi

(Rothan & Byrareddy, 2020)Untuk itu berbagai macam

nitrit, dan hipo klorida agen penyerang. Di bawah

usaha seseorang agar terhindar dari virus covid salah

kondisi inflamasi patologis mungkin terdapat generasi

satunya adalah dengan meningkatkan imunitas. Usaha

berlebihan spesies reaktif dan beberapa spesies reaktif

peningkatan imunitas dengan berbagai macam cara

tersebut berdifusi keluar dari sel fagositik dan dengan

dicoba mulai dari mengkonsumsi tanaman herbal

demikian mereka dapat menginduksi stres oksidatif

sampai

salah

terlokalisasi dan cedera jaringan. Namun, terlepas dari

satunya vitamin C sebagai vitamin antioksidan yang

produksi langsung spesies reaktif oleh sel fagosit

belum tahu secara fungsi dan khasiat efektif untuk

profesional, sel nonfagosit juga dapat menghasilkan

melawan sebuah virus.

spesies reaktif dalam menanggapi sitokin proinflamasi.

mengkonsumsi

multivitamin

yang

enzimatik

seperti

vitamin

C

memberikan

Karena proses inflamasi dapat menginduksi stres Antioksidan dapat berupa antioksidan enzim dan

oksidatif, stres oksidatif juga dapat menginduksi

vitamin. Antioksidan vitamin terdiri dari vitamin A, C

inflamasi melalui aktivasi berbagai jalur (Castellani,

dan E. Vitamin C dan vitamin E merupakan protektor

Balza & Rubartelli, 2014 dan Mittal et al., 2014 disitasi

(antioksidan) yang secara terus menerus akan bertindak

dalam Biswas, 2016). Temuan penting pada pasien

sebagai scavanger terhadap radikal bebas yang

COVID-19 adalah parameter inflamasi sangat tinggi,

terbentuk

terjadi

termasuk protein reaktif C (CRP) dan sitokin

gangguan keutuhan dan fungsi sel. Vitamin C

proinflamasi (IL-6, TNFα IL-8). Badai sitokin sangat

merupakan antioksidan non enzimatik yang mudah

umum pada pasien dengan COVID-19 yang parah.

larut dalam air sehingga vitamin ini terdapat dicairan

Badai sitokin mengacu pada pelepasan sitokin pro-

extra seluler sedangkan vitamin E sebagai antioksidan

inflamasi yang berlebihan dan tidak terkontrol (Zhang

yang larut dalam lemak. Vitamin C mempunyai sifat

dkk., 2020).

sehingga

dimungkinkan

tidak

polaritas yang tinggi karena banyak mengandung gugus hidroksil sehingga membuat vitamin ini akan mudah

Virus

influenza

diubah tubuh. Oleh karena itu vitamin C dapat bereaksi

penghasil

dengan radikal bebas yang bersifat aqueous

antioksidan, menyebabkan perubahan aktivitas enzim

ROS

diketahui dan

menginduksi

mengganggu

enzim

pertahanan

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 47

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

antioksidan dan penurunan antioksidan endogen berat

peneliti

molekul rendah. Sistem antioksidan epitel paru-paru

pemberian vitamin C dosis tinggi terhadap kadar

terdiri dari beberapa molekul antioksidan seperti GSH,

sitokin pro inflamasi pada COVID-19. Sampel akan

α-tokoferol ( vitamin E ), asam askorbat (vitamin C).

diambil dari jurnal internasional yang terindeks

Dalam kondisi normal, sistem antioksidan paru-paru

Scopus, Thomson Reuters, Web Science dan Scimago

melindungi sel-selnya dari agen oksidatif yaitu ROS

atau jurnal nasional terindeks sinta, google scholar

dan RNS melalui interaksi sistem yang kompleks dan

pada tahun terbit 2015-2020.

terkoordinasi. Kekuatan antioksidan vitamin C terkait

dalam

penelitian

ini

adalah

pengaruh

dengan sifat transpor elektronnya seperti mentransfer

HASIL DAN PEMBAHASAN

elektron ROS yang tidak berpasangan ke dirinya

Mekanisme vitamin C menurunkan pro inflamasi

sendiri. Menurut penelitian Bezerra et al 2006

pada COVID-19

menunjukkan bahwa vitamin C menurunkan respons

Vitamin C adalah nutrisi yang larut dalam air yang

inflamasi paru dengan menghambat pelepasan TNF-α

tidak dapat disintesis sendiri oleh tubuh manusia.

dan NF-κB. Bukti histopatologis kelompok vitamin C

Vitamin C bertindak sebagai anti-oksidan yang dapat

menunjukkan

infiltrasi

mengais spesies oksigen reaktif (ROS), dengan

neutrofil yang parah (Bezerra et al 2006 disitasi dalam

demikian dapat melindungi biomolekul seperti protein,

Erol dkk., 2019).

lipid, dan nukleotida dari kerusakan dan disfungsi

bahwa

terjadi

penurunan

oksidatif. Vitamin C terakumulasi dalam leukosit, Mekanisme pertahanan antioksidan, termasuk enzim

dalam konsentrasi 50-100 kali lipat lebih tinggi

seperti superoksida dismutase, katalase, dan molekul

daripada di plasma. Selama infeksi, vitamin C yang ada

kecil seperti vitamin C dan E dan glutathione,

dalam leukosit digunakan dengan cepat. Gangguan

melindungi jaringan terhadap oksidan. Untuk itu

keseimbangan antara pertahanan antioksidan dan

pemanfatan vitamin C berdasarkan dosis yang efektif

pembentukan oksidan dapat mengubah beberapa jalur

untuk mencegah atau membantu meredakan suatu

pensinyalan yang melibatkan faktor transkripsi pro-

inflamasi khususnya inflamasi virus covid sedikit yang

inflamasi, yakni NF-кB. Peningkatan kadar oksidan

diketahui dan perlu dilakukan suatu kajian. Oleh karena

menyebabkan

itu penulis bermaksud melakukan kajian berupa studi

pensinyalan, dengan hasil akhir produksi lebih lanjut

literatur terhadap efek antioksidan vitamin C dosis

spesies oksidatif dan mediator inflamasi. NF-кB

tinggi terhadap penurunan proses pro inflamasi pada

terlibat dalam respon inflamasi, patogenesis penyakit

COVID-19.

tertentu dan infeksi virus. Penghambatan NF-кB dapat

aktivasi

NF-кB,

memicu

kaskade

menjadi mode terapi melawan infeksi virus (Shakoor

METODE

dkk., 2021).

Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dan yaitu

Pada konsentrasi tinggi vitamin C memainkan peran

penelitian yang dimaksudkan untuk mengangkat fakta,

penting dalam imunomodulasi. Vitamin C dapat

keadaan dan variabel yang terjadi selama penelitian

menghambat aktivasi NFkB, yang merupakan faktor

berlangsung dan menyajikan apa adanya (Alaydrus,

transkripsi proinflamasi utama, dan memainkan peran

2017). Fakta dan keadaan yang ingin digambarkan oleh

penting dalam keseluruhan imunitas, termasuk regulasi

menggunakan

desain

penelitian

deskriptif

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 48

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

genetik dari kemokin, sitokin, molekul adhesi,

simpleks 1, virus polio tipe 1 dan virus influenza A

mediator inflamasi dan penghambat apoptosis. Vitamin

secara in vitro (Liu dkk., 2020).

C dapat menghambat produksi IL-6 dan TNF-α. Vitamin C dapat mengurangi respons pensinyalan GM-

Sinergisme Vitamin C Dengan Vitamin dan Zat

CSF yang berfungsi sebagai pengatur transduksi sinyal

Lainnya

redoks sitokin dalam sel pertahanan tubuh dan

Vitamin C dapat membalikkan oksidasi glukokortikoid

memiliki peran yang mungkin dalam mengontrol

reseptor dan mengembalikan aktivitas glukokortikoid.

respons inflamasi. Selain itu, vitamin C dosis tinggi

Begitu pula sebaliknya, glukokortikoid merangsang

dapat mengatur proliferasi dan fungsi sel T, sel B, dan

ekspresi SVCT2, yang secara aktif mengangkut

sel natural killer (NK). Hal ini dapat membantu

vitamin C ke dalam sel jaringan. Defisiensi tiamin

menghambat

dan

sering terjadi pada septic pasien karena peningkatan

meningkatkan imunitas inang (Liu dkk., 2020).

konsumsi dan bisa meningkatkan reduksi glioksilat

Vitamin C juga diketahui dapat meningkatkan sitokin

menjadi oksalat daripada oksidasi menjadi CO2,

anti inflamasi (IL-10). Studi klinis telah menunjukkan

sehingga dapat meningkatkan hiperoksaluria. Selain

bahwa asupan 1 g / hari vitamin C meningkatkan

itu,

sekresi IL-10 oleh sel mononuklear perifer. IL-10

metabolisme

bekerja sebagai mekanisme umpan balik negatif

menyebabkan disfungsi mitokondria dan oksidatif

dengan IL-6 dan mengontrol peradangan, penting

stres.

dalam COVID-19 (Shakoor et al., 2020).

hiperoksaluria dan bertindak secara sinergis dengan

perkembangan

badai

sitokin

tiamin

merupakan energi,

Suplementasi

kofaktor dan

penting

defisiensi

tiamin

bisa

dalam tiamin

mengurangi

hidrokortison dan vitamin C untuk mengurangi Vitamin C dapat menghambat stres oksidatif, bagian

disfungsi organ (Spoelstra-De Man, Elbers and

penting dari respon imun bawaan terhadap infeksi virus

Oudemans-Van Straaten, 2018).

pernapasan yang berkontribusi pada cedera paru dan

Vitamin E juga telah terbukti mengatur pematangan

disfungsi barrier. Vitamin C dapat memperbaiki

dan fungsi sel dendritik, yang penting untuk menjalin

kerusakan oksidatif pada epitel bronkial manusia

sistem imun bawaan dan adaptif untuk mengatur

dengan memodulasi pembentukan spesies oksigen

respon imun. Selain meningkatkan aktivitas sel NK,

reaktif (ROS) dan ekspresi inflamasi serta dapat

dengan memodulasi level NO, pemberian vitamin E

mencegah kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh

memperkuat respons humoral (sel B) serta antibodi,

ROS (Liu dkk., 2020).

baik pada hewan maupun manusia. Vitamin E telah terbukti meningkatkan pembentukan sinaps imun sel-T

Vitamin C dapat mengatur pembersihan cairan alveolar

naif dan memulai sinyal aktivasi sel-T. Untuk

dengan meningkatkan fungsi barrier epitel paru

memperkuat efek antioksidannya, vitamin E bekerja

melalui peningkatan epigenetik dan transkripsi saluran

secara sinergis bersama dengan vitamin C, di mana

protein yang mengatur pembersihan cairan alveolar,

radikal tokoferoksilnya direduksi oleh vitamin C (Iddir

oleh karena itu vitamin C dapat membantu mengurangi

dkk.,

gejala ARDS dan meningkatkan fungsi pernapasan.

mengurangi kerusakan oksidatif pada kulit bila

Vitamin C mungkin memiliki efek antivirus. Vitamin C

digunakan bersama dengan vitamin E. Ini sesuai

telah dilaporkan menghambat replikasi virus herpes

dengan fungsinya yang diketahui sebagai regenerator

2020).

Vitamin

C

sangat

efektif

untuk

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 49

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

vitamin E yang teroksidasi, sehingga secara efektif

hidrasi yang memadai, pengenceran yang tepat dan

mendaur ulang pembersih radikal yang larut dalam

kecepatan infus yang lambat direkomendasikan untuk

lemak ini dan membatasi kerusakan oksidatif pada

pemberian dosis tinggi vitamin C (Liu dkk., 2020).

struktur membran sel. Jadi vitamin E dan C, dan glutathione bekerja sama secara sinergis dalam

Kondisi yang Menyebabkan Vitamin C Menjadi

pembersihan radikal bebas dan regenerasi antioksidan

Pro-oksidan

yang tereduksi. Vitamin E ada di fraksi lipid sel,

Secara kimiawi, vitamin C adalah donor elektron, atau

sedangkan vitamin C dan glutathione larut dalam air

agen pereduksi, karena elektron dari vitamin C dapat

dan ada di sitosol (Pullar dkk., 2017).

mereduksi spesies teroksidasi, atau oksidan, vitamin C sering disebut antioksidan, tetapi terminologi ini

Rekomendasi Dosis Vitamin C

menyesatkan. Elektron dari askorbat dapat mereduksi

Asupan makanan normal asam askorbat (≈40 mg per

logam seperti tembaga dan besi, menyebabkan

porsi buah dan sayuran, 2∼5 porsi setiap hari)

pembentukan superoksida dan hidrogen peroksida, dan

menghasilkan rentang referensi yang diakui untuk

generasi berikutnya dari spesies oksidan reaktif. Jadi,

konsentrasi asam askorbat plasma mulai dari 27 hingga

dalam beberapa keadaan askorbat, melalui aksinya

100 μmol / L, yang memungkinkan vitamin C

sebagai agen pereduksi, akan menghasilkan oksidan.

memainkan

sebagai

Reaksi ini terjadi secara in vivo ketika konsentrasi

kofaktor enzimatik atau antioksidan. Konsumsi lebih

askorbat farmakologis, dalam kisaran milimolar,

banyak

akan

dicapai dalam plasma dan dalam cairan ekstraseluler,

menghasilkan konsentrasi yang lebih tinggi secara in

dan juga dapat terjadi dengan konsentrasi fisiologis

vivo,

askorbat dalam media kultur sel ketika logam hadir

peran

vitamin namun

menghasilkan

fisiologis C

dari

pemberian konsentrasi

normalnya

makanan

tidak

askorbat plasma

pada

intravena tingkat

(Padayatty dan Levine, 2016).

milimolar yang tidak dapat dicapai melalui pemberian oral (Mei dan Tu, 2018).

Aktivitas pro-oksidatif asam askorbat dikaitkan dengan interaksi dengan ion logam transisi (terutama besi dan

Efek Samping Penggunaan Vitamin C Dosis Tinggi

tembaga).

Banyak efek samping yang dilaporkan dari vitamin C

milimolar yang tinggi, vitamin C mengkatalisis reduksi

dosis tinggi tidak signifikan dan jarang dan dengan

ion

konsekuensi kecil. Dilaporkan bahwa vitamin C dosis

pembentukan radikal oksigen. Ion besi tereduksi

tinggi terkait dengan hemolisis pada defisiensi glukosa-

bereaksi dengan hidrogen peroksida untuk membentuk

6-fosfat dehidrogenase (G-6- PD), cedera ginjal akut

radikal hidroksil reaktif atau ion peroksida. Reaksi ini

(AKI) dan nefropati oksalat akut. Namun, efek

terjadi dengan adanya oksigen. Aktivitas pro-oksidatif

samping sebagian besar dilaporkan dalam beberapa

vitamin C bergantung terutama pada ketersediaan Fe.

kasus dan terkait dengan dosis yang terlalu besar,

Besi yang direduksi oleh askorbat menjadi Fe2 +

pemberian nonstandar atau penyakit yang mendasari

mudah bereaksi dengan oksigen, yang dalam reaksi

risiko tinggi. Untuk pasien dengan hemokromatosis,

Fenton mengarah pada pembentukan spesies oksigen

defisiensi G-6- PD, disfungsi ginjal, batu ginjal atau

reaktif dan H2O2 yang dalam reaksi dengan Fe2 +

oksaluria, vitamin C harus diberikan dengan hati-hati;

menghasilkan radikal hidroksil yang sangat reaktif.

logam

Dalam transisi

kondisi bebas,

konsentrasi yang

askorbat

menyebabkan

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 50

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Namun demikian, diyakini bahwa dalam keadaan

KESIMPULAN

normal H2O2 digunakan secara efisien dan cepat oleh

Dari hasil studi litertur dapan disimpulkan bahwa pada

sistem enzim yang tepat yang gagal dalam sel kanker.

konsentrasi tinggi vitamin C memainkan peran penting

Dalam sel tumor, penghambatan aktivitas enzim yang

dalam imunomodulasi. Vitamin C dapat menghambat

menetralkan stres oksidatif misalnya, katalase dan

aktivasi NFkB, yang merupakan faktor transkripsi

superoksida dismutase, oleh karena itu potensi pro-

proinflamasi utama, dan memainkan peran penting

oksidatif askorbat dipertimbangkan dalam konteks sel

dalam keseluruhan imunitas, termasuk regulasi genetik

dengan metabolisme yang terganggu, misalnya, sel

dari kemokin, sitokin, molekul adhesi, mediator

kanker (Kaźmierczak-Barańska dkk., 2020).

inflamasi dan penghambat apoptosis. Vitamin C dapat menghambat produksi IL-6 dan TNF-α. Vitamin C

Askorbat kehilangan elektron secara berurutan. Ketika

dapat mengurangi respons pensinyalan GM-CSF yang

satu elektron hilang, produk pertama adalah radikal

berfungsi sebagai pengatur transduksi sinyal redoks

askorbat. Sebagian besar spesies radikal memiliki umur

sitokin dalam sel pertahanan tubuh dan memiliki peran

pendek kurang dari 1 milidetik. Radikal askorbat

yang mungkin dalam mengontrol respons inflamasi.

berbeda, waktu paruhnya bisa dalam beberapa detik,

Selain itu, vitamin C dosis tinggi dapat mengatur

atau bahkan menit, tergantung pada tidak adanya

proliferasi dan fungsi sel T, sel B, dan sel natural killer

oksigen dan akseptor elektron, terutama besi. Ketika

(NK).

elektron kedua hilang, spesies yang lebih stabil

perkembangan

terbentuk, dibandingkan dengan radikal bebas askorbat.

imunitas inang. Vitamin C dapat meningkatkan sitokin

Spesies yang terbentuk adalah asam dehydroascorbic

anti inflamasi (IL-10). Dengan kemampuan yang

(DHA), yang ada dalam bentuk terhidrasi dan anhidrat.

dimilikinya tersebut vitamin C berperan penting untuk

DHA memiliki keutamaan untuk pengangkut glukosa

mengurangi badai sitokin pada COVID-19.

yang difasilitasi (GLUT) dan diangkut oleh sejumlah

Vitamin C memiliki aktivitas pro-oksidatif bergantung

dari mereka (Padayatty dan Levine, 2016).

terutama pada ketersediaan Fe yang mengarah pada

Hal

ini

dapat

badai

membantu

sitokin

dan

menghambat meningkatkan

pembentukan spesies oksigen reaktif dan H2O2 yang DHA dapat direduksi kembali secara berurutan menjadi

dalam reaksi dengan Fe2 + menghasilkan radikal

asam askorbat radikal oleh glutathione atau langsung

hidroksil yang sangat reaktif. Namun demikian,

menjadi asam askorbat dengan mekanisme yang

diyakini

bergantung pada enzim. Waktu paruh DHA hanya

digunakan secara efisien dan cepat oleh sistem enzim,

beberapa menit, karena pecahnya cincin hidrolitik.

katalase dan superoksida dismutase. Vitamin E,

Setelah struktur cincin hilang, produk 2,3-asam

vitamin C, dan glutathione bekerja sama secara sinergis

diketogulonat

kembali

dalam pembersihan radikal bebas dan regenerasi

prekursornya DHA, radikal askorbat, dan askorbat.

antioksidan yang tereduksi Vitamin C juga dapat

DHA mengalami hidrolisis, menghasilkan produk

meningkatkan fungsi antioksidan lain seperti vitamin

metaboliknya termasuk oksalat, treonat, dan mungkin

E. Begitupula vitamin C efektivitas fungsinya dapat

xilosa, asam xylonic, dan asam lynxonic. Asam oksalat

dibantu dengan adanya glukokortikoid, dan tiamin

adalah produk metabolisme yang signifikan secara

untuk mengurangi resiko terbentuknya oksalat pada

klinis pada manusia (Padayatty dan Levine, 2016).

dosis tinggi vitamin C.

tidak

dapat

membentuk

bahwa

dalam

keadaan

normal

H2O2

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 51

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN

1. Alaydrus, S. 2017. Profil penggunaan obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Marawola periode Januari - Maret 2017. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia. 2. Biswas, S. K. 2016. Does the Interdependence between Oxidative Stress and Inflammation Explain the Antioxidant Paradox? Oxidative Medicine and Cellular Longevity. 2016. 3. Erol, N., L. Saglam, Y. S. Saglam, H. S. Erol, S. Altun, M. S. Aktas, dan M. B. Halici. 2019. The protection potential of antioxidant vitamins against acute respiratory distress syndrome: a rat trial. Inflammation 4. Gao, J., Z. Tian, dan X. Yang. 2020. Breakthrough: Chloroquine

Phosphate

Has

Shown

Apparent

Efficacy in Treatment of COVID-19 Associated Pneumonia in Clinical Studies. BioScience Trends. 2020. 5. Iddir, M., A. Brito, G. Dingeo, S. S. F. Del Campo, H. Samouda, M. R. La Frano, dan T. Bohn. 2020. Strengthening the immune system and reducing inflammation and oxidative stress through diet and nutrition: considerations during the COVID-19. 6. Kaźmierczak-Barańska, J., K. Boguszewska, A.

10. Pullar, J. M., A. C. Carr, dan M. C. M. Vissers. 2017. The Roles of Vitamin C in Skin Health. Nutrients. 2017. 11. Rothan, H. A. dan S. N. Byrareddy. 2020. The Epidemiology and Pathogenesis of Coronavirus Disease

(COVID-19)

Outbreak.

Journal

of

Autoimmunity. 2020. 12. Shakoor, H., J. Feehan, A. S. Al Dhaheri, H. I. Ali, C. Platat, L. C. Ismail, V. Apostolopoulos, dan L. Stojanovska. 2021. Immune-Boosting Role of Vitamins D, C, E, Zinc, Selenium and Omega-3 Fatty Acids: Could They Help against COVID-19? Maturitas. 2021. 13. Spoelstra-De Man, A. M. E., P. W. G. Elbers, dan H. M. Oudemans-Van Straaten. 2018. Vitamin C: Should We Supplement? Current Opinion in Critical Care. 2018. 14. Zhang, W., Y. Zhao, F. Zhang, Q. Wang, T. Li, Z. Liu, J. Wang, Y. Qin, X. Zhang, X. Yan, X. Zeng, dan S. Zhang. 2020. The Use of Anti-Inflammatory Drugs in the Treatment of People with Severe Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): The Experience of Clinical Immunologists from China. Clinical Immunology. 2020.

Adamus-Grabicka, dan B. T. Karwowski. 2020. Two Faces of Vitamin c—Antioxidative and proOxidative Agent. Nutrients. 2020. 7. Liu, F., Y. Zhu, J. Zhang, Y. Li, dan Z. Peng. 2020. Intravenous high-dose vitamin c for the treatment of severe COVID-19: study protocol for a multicentre randomised controlled trial. BMJ Open. 10(7) 8. Mei, H. dan H. Tu. 2018. Vitamin c and helicobacter pylori infection: current knowledge and future prospects. Frontiers in Physiology. 9(AUG):1–12. 9. Padayatty, S. J. dan M. Levine. 2016. Vitamin c: the known and the unknown and goldilocks. Oral Diseases.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 52

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Tinjauan Literatur Pengaruh Terapi Air Hangat terhadap Penurunan Hipertensi dalam Kehamilan Nurhida Indayu Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Faletehan

ABSTRAK

terapi yang ke empat, hal ini menunjukkan adanya

Pendahuluan : Tekanan darah tinggi merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil dan salah satu penyebab utama meningkatnya Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI/AKB) yang diakibatkkan karena keterlambatan mencari pertolongan setelah gejala klinis berkembang

menjadi

preeklamsi

dan

eklamsi.

Sehingga, pengobatan farmakologis untuk penanganan

pengaruh dari penerapan terapi rendam kaki air hangat. Kesimpulan dari tinjauan literatur ini adalah terapi air hangat memiliki peran untuk menurunkan hipertensi pada ibu hamil. Kata kunci : Hipertensi dalam kehamilan, terapi air hangat.

hipertensi saat kehamilan perlu dikembangkan karena

PENDAHULUAN

aman terhadap ibu dan janin.

Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan suatu

Metode : Metode yang digunakan adalah studi tinjauan

keadaan sistolik mengalami peningkatan 140 mmHg

(literature review) yang mencoba menggali informasi

atau lebih dan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih

mengenai

dan merupakan masalah kesehatan yang sangat perlu

pengaruh

terapi

air

hangat

terhadap

penurunan hipertensi pada ibu hamil. Sumber untuk

diwaspadai,

khususnya

pada

ibu

hamil

karena

melakukan tinjauan literature ini meliputi studi

merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil

pencarian sistematis database terkomputerisasi dalam

dan salah satu penyebab utama meningkatnya Angka

bentuk jurnal penelitian yang berjumlah 10 jurnal.

Kematian Ibu dan Bayi (AKI/AKB).

Sampel yang diambil dari 10 jurnal terindeks yang dipublikasikan dari tahun 2012-2020. Dari 10 jurnal

Penyakit tekanan darah tinggi dalam kehamilan adalah

tersebut terdapat jurnal yang memuat tentang uji

penyakit tekanan darah tinggi yang terjadi saat

pengaruh terapi air hangat terhadap penurunan

kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan

hipertensi pada ibu hamil. Penulisan artikel ilmiah ini

terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia

menggunakan penulisan daftar pustaka American

kehamilan, tekanan darah mencapai nilai 140/90

Psychological Association (APA Format 6th Ed).

mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan

Hasil : Hasil penelitian yang dilakukan pada ibu hamil

tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal

dengan masalah hipertensi dengan usia kehamilan ≥ 20

(Ummiyati & Asrofin, 2019). Tekanan Darah Tinggi

minggu dan tekanan darahnya ≥ 140/90 mmHg yang

dalam Kehamilan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu

sudah dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali dengan

Hipertensi kronis (atau yang sudah ada sebelumnya)

jarak pengukuran 1 jam dan di dapatkan hasil yaitu dua

dan Hipertensi gestasional (hipertensi sementara pada

ibu hamil dengan hipertensi menunjukkan kedua pasien

kehamilan atau hipertensi kronis yang ditemukan pada

sudah mengalami penurunan tekanan darah mulai dari

paruh kedua kehamilan) preeklamsia/eklamsia (Vest &

pemberian terapi yang pertama hingga pemberian

Cho, 2012).

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 53

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Salah satu dari tiga komponen penyebab kematian ibu

Sedangkan, penatalaksanaan non farmakologi bisa

dalam bidang obstetrik adalah hipertensi dalam

dilakukan dengan hidroterapi yaitu cara pengobatan

kehamilan, dimana penyebab epidemiologi penderita

luar dengan mengunakan air panas atau air dingin

hipertensi dalam kehamilan masih tinggi karena

(Kanisius, 2008) dalam (Nurpratiwi & Novari, 2021).

ketidaktahuan

mencari

Adapun pengobatan air panas yaitu salah satunya

pertolongan setelah gejala klinis berkembang menjadi

adalah terapi rendam kaki yang merupakan terapi

preeklamsia

dengan air hangat untuk melebarkan jaringan otot

dan berat

sering dengan

terlambat segala

komplikasinya

(Ranghupaty, 2013) dalam (Ambarsari et al., 2020).

pembuluh darah agar peredaran darah lancar (Solechah, Masi, & Rottie, 2016) dalam (Wantiyah et al., 2019).

Menurut (Aryani & Zayani, 2020) Hipertensi telah dilaporkan menjadi penyebab kesakitan dan kematian

Terapi rendam kaki dengan air hangat yaitu salah satu

bagi ibu dan janin saat melahirkan. Secara global, 80%

terapi yang dapat menurunkan tekanan darah yang

kematian ibu hamil yang tergolong dalam penyebab

dilakukan pada batas 10-15 cm atau diatas mata kaki

kematian ibu secara langsung disebabkan oleh

dengan menggunakan air hangat dengan cara kerjanya

perdarahan (25%), aborsi (13%), hipertensi pada

yaitu memperlancar sirkulasi darah, aliran darah

wanita hamil (12%), partus macet (8%), dan sebab lain

menjadi stabil dan faktor pembebanan di dalam air

(7%).

akan menguatkan otot-otot serta kerja jantung dan ligamen dapat mempengaruhi sendi tubuh. Selain itu,

Gangguan hipertensi pada kehamilan menempati

terapi rendam kaki air hangat dapat membuat tubuh

urutan kedua penyebab kematian ibu langsung yang

terasa rileks, mengurangi beban pada sendi dan bisa

paling umum di negara maju dan merupakan

mengurangi penompang berat badan serta dapat

komplikasi medis yang paling umum ditemui selama

melancarakan

kehamilan (Braunthal & Brateanu, 2019). Maka,

Widyastuti, 2021).

sirkulasi

paru-paru

(Ikhtiari

&

diperlukan penatalaksanaan hipertensi yang bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas

Adapun prinsip rendam air hangat adalah konduksi

normal dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan

atau perpindahan panas dari air ke tubuh, kemudian

janin selama kehamilan. Secara umum penatalaksanaan

meningkatkan elastisitas, tepi vasodilatasi tekanan

hipertensi dibagi menjadi terapi farmakologis yaitu

darah, aliran darah dan menurunkan ketegangan otot.

pengontrolan tekanan darah ibu dengan ibu dengan

Perendaman

antihipertensi penting untuk menurunkan insidensi

vasodilatasi arteriol yang berdampak pada penurunan

perdarahan serebral dan mencegah terjadinya stroke

resistensi perifer dan penurunan beban kerja jantung

maupun komplikasi serebrovaskular (Sidani, 2011)

yang menyebabkan tekanan darah turun (Murwidi &

dalam (Ummiyati, 2020). Namun, terapi obat memiliki

Abdullah, 2019).

resiko masuk ke sirkulasi darah janin yang dapat

dalam

air

hangat

menyebabkan

menyebabkan kelainan pada janin, sehingga pemilihan

METODE

obat selama kehamilan perlu mempertimbangkan

Metode

manfaat dan resiko untuk menghasilkan terapi yang

(literature review) yang mencoba menggali informasi

dan rasional (Schellack G, Schellack N. 2011).

mengenai pengaruh terapi air hangat terhadap

yang

digunakan

adalah

studi

tinjauan

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 54

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

Sumber untuk melakukan tinjauan literature ini

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ikhtiari &

meliputi

Widyastuti, 2021) didapatkan hasil yaitu pada ibu

studi

pencarian

sistematis

database

terkomputerisasi dalam bentuk jurnal penelitian yang

hamil

berjumlah 10 jurnal. Sampel yang diambil dari 10

kehamilan ≥ 20 minggu dan tekanan darahnya ≥

jurnal terindeks yang dipublikasikan dari tahun 2012-

140/90 mmHg yang sudah dilakukan pengukuran

2020. Dari 10 jurnal tersebut terdapat jurnal yang

sebanyak 2 kali dengan jarak pengukuran 1 jam dan di

memuat tentang uji pengaruh terapi air hangat terhadap

dapatkan hasil yaitu dua ibu hamil dengan hipertensi

penurunan hipertensi pada ibu hamil. Penulisan artikel

menunjukkan

ilmiah

penurunan tekanan darah mulai dari pemberian terapi

menggunakan

daftar

pustaka

American

Psychological Association (APA Format 6th Ed).

dengan

masalah

kedua

hipertensi

pasien

dengan

sudah

usia

mengalami

yang pertama hingga pemberian terapi yang ke empat, hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari penerapan

HASIL DAN PEMBAHASAN

terapi rendam kaki air hangat.

Efektivitas Pemberian Terapi Air Hangat untuk

Maka, dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan

Menurunkan Hipertensi pada Ibu Hamil

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian

Menurut (Ikhtiari & Widyastuti, 2021) hasil penerapan

terapi air hangat untuk menurunkan tekanan darah

terapi rendam kaki dengan air hangat yang dilakukan

tinggi pada ibu hamil.

pada dua ibu hamil dengan hipertensi menunjukkan kedua pasien sudah mengalami penurunan tekanan

Prosedur Pemberian Terapi Air Hangat untuk

darah mulai dari pemberian terapi yang pertama hingga

Menurunkan Hipertensi pada Ibu Hamil

pemberian terapi yang ke empat. Pada pasien I terjadi

Mekanisme

penurunan tekanan darah sebanyak 23/18 mmHg,

(Ambarsari et al., 2020) yaitu sebelum melaksanakan

sedangkan pada pasien II terjadi penurunan tekanan

intervensi,

darah 30/24 mmHg.

terlebih dahulu dan dicatat pada lembar observasi.

yang

dilakukan

dilakukan

dalam

pengukuran

penelitian

tekanan

darah

2020)

Kemudian penelit i mengukur suhu air hangat terlebih

perendaman kaki dengan air hangat dapat menurunkan

dahulu menggunakan termometer. Suhu air hangat

tekanan darah sistolik dan diastolik pada wanita hamil

disesuaikan pada rentang suhu 39 °C – 42 °C. Suhu

hipertensi trimester satu sampai tiga. Data hasil

tersebut dinilai optimal dalam penelitian dikarenakan

penelitian dari 15 wanita hamil hipertensi menunjukkan

selama 15 menit pelaksanaan intervensi, penurunan

bahwa

efektif

suhu air setiap 5 menit adalah 1 - 20 °C, sehingga suhu

menurunkan tekanan darah rata - rata sistolik tertinggi

air hangat masih berada pada kategori yang baik yaitu

dari 158 mmHg menjadi 145 mmHg dan terendah dari

pada suhu minimal 35 °C (Ilkafah, 2016). Adapun cara

127 mmHg menjadi 111 mmHg. Pemberian terapi

perendaman kakinya yitu air hangat diberikan 15 cm

rendam kaki menggunakan air hangat pada wanita

diatas mata kaki.

Menurut

penelitian

terapi

(Aryani

rendam

kaki

&

air

Zayani,

hangat

hamil hipertensi juga efektif menurunkan tekanan darah rata-rata diastolik tertinggi dari 102 mmHg

Menurut (Ikhtiari & Widyastuti, 2021) prosedur

menjadi 93 mmHg dan terendah dari 80 mmHg

pemberian

menjadi 72 mmHg. Rentang penurunan sistolik terjadi

pengukuran tekanan darah pada ibu hamil sebanyak 2

13 - 16 mmHg dan diastoliknya 8-9 mmHg.

kali dengan jarak pengukuran 1 jam dan terapi

terapi

air

hangat

yaitu

melakukan

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 55

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

dilakukan selama 4 kali selama 15 menit dalam sehari

hangat yang dapat menyebabkan zat cair, padat, dan

selama 2 minggu pada jam 10 s/d 17.00 WIB.

gas mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan terjadi

Mekanisme Kerja Terapi Air Hangat dalam

metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran

Menurunkan Hipertensi pada Ibu Hamil

antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek

Mekanisme kerja air hangat pada kaki saat perendaman

biologis panas/hangat dapat menyebabkan pelebaran

adalah menstimulasi syaraf kaki untuk merangsang

pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan

baroreseptor sinus kortikus dan arkus aorta yang akan

peredaran darah. Secara fisiologis respon tubuh

menyampaikan impuls ke otak. Respon dari impuls

terhadap

meningkatkan aktivitas syaraf parasimpatik yang

pembuluh

mensekresikan asetikolin sehingga denyut jantung

menurunkan spasme otot, meningkatkan metabolisme

berkurang,

terjadi

jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler (Perry

vasodilatasi pembuluh darah. Hal ini menyebabkan

& Potter 2006 dalam Putri 2015) dalam (Ummiyati &

aliran darah kembali lancar sehingga terjadi penurunan

Asrofin, 2019).

diameter

arteri

melebar

dan

tekanan darah. Pelebaran pembuluh darah mendorong

panas darah,

yaitu

menyebabkan

menurunkan

pelebaran

viskositas

darah,

darah masuk ke jantung yang menurunkan tekanan

KESIMPULAN

sistolik saat ventrikel berkontraksi. Aliran darah yang

Dari hasil tinjauan literature menunjukan bahwa

sudah kembali lancar menurunkan tekanan darah

terdapat pengaruh terapi air hangat terhadap penurunan

diastolik pada saat ventrikel berelaksasi (Aryani &

tekanan darah pada ibu hamil karena efek biologis

Zayani, 2020).

panas/hangat dapat menyebabkan panas berpindah dari air hangat ke dalam tubuh, sehingga pembuluh darah

Menurut (Ambarsari et al., 2020) prinsip teori kerja

mengalami pelebaran dan melancarkan peredaran darah

terapi rendam kaki dalam air hangat adalah prinsip

ke seluruh tubuh yang dapat memengaruhi tekanan

secara konduksi dan konveksi, dimana kedua hal ini

arteri (baroreseptor) yang ada di sinus kortikus dan

menyebabkan panas berpindah dari air hangat ke dalam

arkus aorta dimana impuls akan dibawa oleh serabut

tubuh sehingga pembuluh darah mengalami pelebaran

saraf yang membawa informasi dari seluruh tubuh

dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh

untuk disampaikan kepada otak mengenai volume

(Lalage,

darah

darah, tekanan darah, dan kebutuhan seluruh organ ke

memengaruhi tekanan arteri (baroreseptor) yang ada di

pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan

sinus kortikus dan arkus aorta dimana impuls akan

merangsang tekanan sistolik atau regangan otot

dibawa oleh serabut saraf yang membawa informasi

ventrikel yang akan merangsang ventrikel berkontraksi.

2015).

Pelebaran

pembuluh

dari seluruh tubuh untuk disampaikan kepada otak mengenai volume darah, tekanan darah, dan kebutuhan

KESIMPULAN

seluruh organ ke pusat saraf simpatis ke medulla

1. Ambarsari, E. M., Ermiati, E., & Hidayati, N. O.

sehingga akan merangsang tekanan sistolik atau

(2020). Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat dan

regangan otot ventrikel yang akan merangsang

Musik Klasik terhadap Tekanan Darah Ibu Hamil

ventrikel berkontraksi (Batjun.M.T, 2015). Merendam

dengan Hipertensi. Journal of Nursing Care, 3(3),

kaki dengan air hangat mempunyai efek fisik panas /

221–228

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 56

ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1

2. Aryani, N., & Zayani, N. (2020). Penurunan Tekanan Darah Wanita Hamil dengan Perendaman Kaki Air Hangat. Jurnal Sehat Mandiri, 15(2), 80–88. 3. Braunthal, S., & Brateanu, A. (2019). Hypertension in Pregnancy : Pathophysiology and Treatment. SAGE Open Medicine, 7, 1–15. 4. Ikhtiari, N. D., & Widyastuti, W. (2021). Penerapan Terapi Rendam Kaki Air Hangat untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Ibu Hamil Hipertensi pada Ibu Hamil Hipertensi di Wilayah Petarukan. Seminar Nasional Kesehatan, 709–714. 5. Murwidi, I. C., & Abdullah, F. (2019). Effectiveness of Warm Water Foot Soak and Benson Relaxation Techniques Combination in Reducing Blood Pressure of Hypertensive Patients. International Journal of Health, Economics, and Social Sciences (IJHESS), 6. Nurpratiwi, & Novari, E. (2021). Pengaruh Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Sp 4 Setuntung Kecamatan Belitang Kabupaten Sekadau. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(2), 523. 7. Ummiyati, M. (2020). Pengaruh Pemberian Terapi Air Hangat Dan Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan

Tekanan

Darah

Pada

Ibu

Hamil

Hipertensi. Jurnal Kebidanan, 9(1), 24–29. Ummiyati, M., & Asrofin, B. (2019). Efektifitas Terapi Air Hangat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Ibu Hamil Hipertensi. Conference on Innovation

and

Application

of

Science

and

Technology, 163–170. 8. Vest, A. R., & Cho, L. S. (2012). Hypertension in Pregnancy. Cardiology Clinics, 30(3), 407–423. 9. Wantiyah, Husada, B. A., & Susumaningrum, L. A. (2019). Foot Soaking Therapy with Warm Water Decrease

Blood

Pressure

of

Patients

with

Hypertension. 89–93.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 57

Quiz Aomki

QUIZ AOMKI

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 58

Quiz Aomki

QUIZ AOMKI Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan hadiah special dari AOMKI melalui Quiz AOMKI !

https://rebrand.ly/QuizArtikelAOMKI Terakhir : 25 Maret 2022

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 59

Quiz Aomki

QUIZ AOMKI PERATURAN QUIZ AOMKI

1. Quiz AOMKI hanya boleh diikuti oleh Mahasiswa Kesehatan yang ada di Indonesia. 2. Quiz AOMKI dapat di akses melalu link di bawah ini : https://rebrand.ly/QuizArtikelAOMKI 3. Menjawab pertanyaan Quiz AOMKI dengan jujur tanpa kecurangan. 4. Setelah menyelesaikan pertanyaan di link yang sudah di sediakan oleh penyusun, peserta wajib mengirimkan screenshoot ke link : https://rebrand.ly/BuktiPengisianQuizAOMKI 5. Pemenang yang tidak mengirimkan screenshot bukti akan dianulir. 6. Penilaian pemenang berdasarkan waktu dan ketepatan pengisian. 7. Submisi dibuka mulai 18 – 24 Maret 2022 pukul 23.59 WIB. 8. Pengumuman pemenang akan dilaksanakan melalui Instagram AOMKI (@_aomki) pada tanggal 25 Maret 2022. 9. Pemenang dapat menghubungi Robert Kristianto selaku Koordinator Divisi Pendidikan AOMKI dengan nomor telepon 0812 8062 8586. 10. Keputusan hasil pemenang Quiz AOMKI tidak dapat di ganggu gugat.

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 60

Feedback Form

FEEDBACK FORM

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Halaman 61

Feedback Aomki

FEEDBACK AOMKI Kami segenap penyusun Artikel AOMKI 1 Volume 1 mengucapkan terima kasih atas antusiasme pembaca. Dalam rangka menyediakan majalah ilmiah dan bertopik kesehatan maupun isu kesehatan yang lebih baik di kemudian hari, dengan sangat terbuka dan senang hati menerima setiap komentar, kritik, dan saran melalui Feedback Form Artikel AOMKI 1 Volume 1 yang dapat di akses pada link berikut :

Feedback Form : https://rebrand.ly/FeedbackformArtikel

ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.