ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1 ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
2022
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Halaman
DAFTAR ISI Daftar Isi
1
Kata Sambutan Koordinator Divisi Pendidikan AOMKI 2022
2
Profil Organisasi MIMS
3
Profil Organisasi AOMKI
4
Editor Artikel Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia
5
Kontributor Artikel Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia
9
Tinjauan Terapi pada Pasien dengan Diagnosis Dengue Shock Syndrome : a Systematic Review
12
Pengelolaan Gizi Bencana Pada Bayi dan Anak (Disaster Nutrition Management in Infants and Children)
16
Tinjauan Literatur Sistem Skor Pre-Endoskopi Pada Pasien Kegawatdaruratan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
21
Peran Kurkumin Kunyit Bagi Imunitas Tubuh dalam Pencegahan dan Pengobatan COVID-19
24
Bahaya Ketuban Pecah Pada Ibu Hamil
31
Edukasi Masyarakat Tentang Pentingnya Cardiopulmonary Resuscitation Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Bencana : Systematic Review
37
Artikel Terbaik
38
Resusitasi Jantung Paru Selama Pandemi Covid-19 : Literatur Review
45
Tinjauan Literatur Pengaruh Antioksidan Vitamin C terhadap Penurunan Proses Pro Inflamasi pada COVID-19
52
Tinjauan Literatur Pengaruh Terapi Air Hangat terhadap Penurunan Hipertensi dalam Kehamilan
57
Quiz AOMKI
60
Feedback Form
SELAMAT MEMBACA Happy Reading
SEMANGAT BARU! SEMANGAT KOLABORASI!
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 01
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
KATA SAMBUTAN KOORDINATOR DIVISI PENDIDIKAN AOMKI 2021/2022
HALO MAHASISWA KESEHATAN DI SELURUH INDONESIA !
Ini
merupakan
Artikel yang pertama kali yang diterbitkan oleh Divisi Pendidikan
AOMKI pada tahun 2022, Artikel AOMKI ini
telah
menyediakan informasi
mengenai
ilmu-ilmu kesehatan maupun permasalahan kesehatan yang ada di Indonesia untuk seluruh mahasiswa kesehatan yang ada di Indonesia. Pada tahun membahas
mengenai “Kegawatdaruratan
Medis”
dengan
ini Artikel AOMKI
topik
permasalahan
yaitu “Kegawatdaruratan : Maksimalkan Keselamatan , Minimalkan Risiko”. Kegawatdaruratan
Medis
di Indonesia
sangatlah
sering
permasalahan di Indonesia. Kegawatdaruratan Medis pasien
mengalami
yang segera
keadaan
kita
adalah
keadaan
gawat darurat dan membutuhkan
dalam penanganannya
untuk
meminimalkan
jumpai tindakan
risiko
dari
dalam dimana medis pasien .
Dalam artikel ini akan membahas berbagai keadaan dan tindakan medis dengan menggunakan
systematic review dan tinjauan
pustaka dari
beberapa
sumber
terpercaya. Artikel AOMKI ini merupakan hasil dan karya dari Executive Board AOMKI 2021-2022 dan Mahasiswa/i Kesehatan di Indonesia. Artikel AOMKI ini Monthly Index of dari
Medical Specialities
atau MIMS
bekerjasama dengan The
dengan harapan hasil dan karya
Artikel AOMKI 1 Volume 1 dapat memberikan
dampak
positif bagi para
pembaca, segenap kontributor, official partner dan melalui Artikel AOMKI Volume 1 dapat mengedukasi.
SEMANGAT BARU! SEMANGAT KOLABORASI!
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 02
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
PROFIL ORGANISASI M I M S
EMPOWERING HEALTHCARE COMMUNITIES TO IMPROVE PATIENT OUTCOMES Penyedia multi-channel platform terkemuka di Asia Pasifikuntuk informasi medis berkualitas, pendidikan
kedokteran,
dan
layanan
pengetahuan
yang
menghubungkan
komunitas
tenagakesehatan. Kantor pusat berlokasi di Singapura, dengan cabang tersebar di 17 negara dan wilayah. Kami menyediakan wawasan lokal yang disesuaikan untukmencapai solusi terbaik dari kami untuk Anda, bersamaandengan peningkatan ilmu yang disebarkan ke wilayah Asia Pasifik. Kami menyediakan beberapa produk dan layanan yang komprehensif khusus untuk seluruh tenaga kesehatan: Drug Reference & Guidelines/Referensi & Pedoman Obat
MIMS menyediakan konten medis melalui publikasi digital dan cetak untuk profesional kesehatan: Referensi & Pedoman Obat di Fasilitas Kesehatan Referensi Obat MIMS memberi para tenaga kesehataninformasi peresepan obat terkini yang disesuaikan dengankondisi sistem kesehatan masing-masing negara (tersediadalam bentuk cetak, digital, dan seluler). Edisi Khusus MIMS Kompilasi pedoman manajemen penyakit lokal dan internasional terbaru untuk referensi cepat oleh tenagakesehatan, tersedia untuk 17 spesialis. Clinical Decision Support Tools/Alat Pendukung Keputusan Klinis
Meskipun kesalahan manusia tidak dapat dihindari, itu dapatdicegah. MIMS menyediakan alat skrining resep yang komprehensif untuk deteksi otomatis kemungkinan kesalahanpengobatan. Pendukung keputusan klinis dapat diintergrasikan ke dalamaplikasi klinis untuk membantu tenaga kesehatan dalammembuat keputusan berdasarkan informasi di setiap titikpelayanan. Alat pendukung keputusan klinis MIMS mendukung praktikpengobatan yang aman dan tepat. Pengembangan Profesional
MIMS memberdayakan lebih dari 2 juta tenaga kesehatan yang terdaftar dengan peluang pengembangan profesional. Kesempatan berkarir MIMS menyediakan platform antara tenaga kesehatan dan calon pemberi kerja, serta bimbingan karir untuk institusimedis yang berbasis lokal dan internasional. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (CME) Pendidikan MIMS memungkinkan tenaga kesehatan untukmengakses kegiatan e-learning klinis untuk mengumpulkanpoin CME (SKP) sebagai bagian dari pengembanganprofesional.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Halaman 03
PROFIL ORGANISASI
A O M K I ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia (AOMKI) merupakan suatu wadah
yang menaungi IOMS kesehatan untuk mengembangkan peran mahasiswa dalam pengembangan sistem pelayanan dan pendidikan kesehatan Indonesia melalui semangat Interprofessional Education (IPE) dan Interprofessional Collaboration (IPC) yang juga menjadi landasan arah gerakan AOMKI dan menjadi nilai dari setiap program yang dijalankan. AOMKI diprakarsai sejak 12 Maret 2015 oleh 11 IOMS (Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis) meliputi ISMAFARSI, CIMSA, ISMKI, AMSA, ILMIKI, PSMKGI, ILMAGI, ISMKMI, IKAMABI, IMATELKI, IMFI. 11 IOMS ini memiliki kontribusi yang setara dengan setiap Executive Board
yang datang dari 11 IOMS. Setiap Executive Board, memiliki kesempatan spesial untuk mendalami IPE dan IPC melalui begitu banyak program kerja yang dituangkan. Setiap Executive Board AOMKI juga memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dan
menambahkan koneksi interprofesi. Hal ini sesuai dengan Visi utama AOMKI yaitu sebagai wadah pergerakan mahasiswa kesehatan yang berpengaruh dalam proses usaha pencapaian kesehatan Indonesia. Visi ini diusahakan dapat menjawab dua fokus utama masalah yaitu : 1. Isu Peningkatan Kualitas Pendidikan Kesehatan (Interprofessional Education (IPE) atau Interprofessional Collaboration (IPC), dan 2. Isu Kesehatan Strategis. AOMKI juga hadir untuk menjalin persatuan dan kekuatan IOMS serta menjadi wadah pergerakan mahasiswa. Bersamaan dengan tujuan tersebut, AOMKI membentuk begitu banyak program kerja dibawah 3 divisi utama yaitu Divisi Pendidikan, Divisi Media, dan Divisi Isu.
SEMANGAT BARU! SEMANGAT KOLABORASI!
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 04
EDITOR Editor
ARTIKEL ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
MUHAMMAD RIFQI DHARMAWAN KOORDINATOR DIVISI MEDIA AOMKI
ROBERT KRISTIANTO KOORDINATOR DIVISI PENDIDIKAN AOMKI
RIFALDY NABIEL ERISADANA STAF DIVISI PENDIDIKAN AOMKI
EKA SULINGKAR STAF DIVISI PENDIDIKAN AOMKI
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 05
Kontributor
KONTRIBUTOR
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 06
EKA SULINGKAR UNIVERITAS FALATEHAN
ELSA FAJRIAH INSTITUT PERTANIAN BANDUNG
GITA SABRINA PRATIWI UNIVERITAS JENDERAL SOEDIRMAN
MUCHAMAD NAUFAL FALAKHI UNIVERITAS AIRLANGGA
MUHAMMAD RIFQI DHARMAWAN UNIVERITAS SARI MULIA
MUHAMMAD RIZKY ASFARADA UNIVERITAS HASANUDDIN
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 07
NIKEN SARI NURAINI UNIVERITAS JEMBER
NINDA AINA JUWITA INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
NUR RAUUFI SALSABILA UNIVERITAS HANGTUAH SURABAYA
RIFALDY NABIEL ERISADANA UNIVERITAS JEMBER
ROBERT KRISTIANTO UNIVERITAS KRISTEN INDONESIA
SHELA ESTERIA SIMANJUNTAK UNIVERITAS SUMATERA UTARA
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 08
SITI ZULAIKHA RISQIYANI UNIVERITAS JEMBER
TRY SEPTIAN MUSTIKA SARAGIH INSTITUT SUMATERA UTARA
YASMIN PUTRI ISLAMAY UNIVERITAS HASANUDDIN
BELLA SINTIA -
MOTIKA WAHYU RAMADHANI -
NURHIDA INDAYU -
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 09
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Tinjauan Terapi pada Pasien dengan Diagnosis Dengue Shock Syndrome : a Systematic Review Muhammad Rifqi Dharmawan 1 Robert Kristianto 2 1 2
Fakultas Kesehatan, Universitas Sari Mulia, Banjarmasin, Indonesia
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, Indonesia
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah kegagalan
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah manifestasi
sirkulasi darah akibat kehilangan plasma dalam darah
yang terjadi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
yang diakibatkan permeabilitas kapiler darah yang
host nya yaitu nyamuk Aedes aegypti. Demam
meningkat dan ditandai dengan denyut nadi lemah dan
Berdarah Dengue (DBD) banyak terjadi di daerah
cepat, penyempitan pembuluh darah atau nadi,
tropis. Secara epidemiologi, Indonesia merupakan
hipotensi atau tekanan darah yang tidak terukur, kulit
daerah yang tertinggi pada kasus DBD di Asia
yang dingin dan lembab, tampak lesu, lemah dan
Tenggara. Virus dengue dari genus Flafivirus dari
gelisah hingga terjadinya syok berat. Penyebab Dengue
family Flaviridae. Virus dengue ini termasuka dalam
Shock Syndrome sama dengan demam berdarah dan
grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok
Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu disebabkan
flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri dari
oleh virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4.
aegypti. Demam pada DBD umumnya terjadi selama 2
DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui
sampai 7 hari dan menurun setelahnya. Komplikasi
selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2,
paling banyak terjadi pada hari ke 3 dan 4 sejak hari
DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan serotipe
pertama sakit. Jika tidak segera ditangani, maka
yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat
komplikasi ini akan mengakibatkan syok yang berisiko
keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis
kematian.
yang berat dan penderita banyak yang meninggal.
Progresif
DBD
menuju
DSS
adalah
trombositopenia yang diikuti dengan meningkatnya hematokrit.
Trombositopenia
adalah
menurunnya
Pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat
trombosit hingga di bawah 100.000 per milimeter
disertai dengan Dengue Syok Syndrome yaitu dengan
kubik. Kondisi tersebut yang akan memicu kebocoran
manifestasi
plasma sehingga mengakibatkan syok hipovolemik
Tantracheewathorn dkk menemukan bahwa faktor
yang berujung kepada DSS. Di Indonesia, walaupun
risiko terjadinya DSS adalah perdarahan, infeksi
angka kematian akibat DBD menurun, namun kematian
dengue sekunder dan hemokonsentrasi yang lebih dari
akibat DBD yang disertai syok masih tinggi.
22%.8 dan pada penelitian lain juga ditemukan bahwa
syok/
renjatan.
Penelitian
oleh
kadar hematokrit dan Kadar trombosit memiliki Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Dengue
hubungan yang signifikan terhadap kejadian DSS pada
Shock Syndrome, virus Dengue, nyamuk Aedes aegypti.
pasien DBD.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 10
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Patogenesis yang utama pada dengue shock syndrome
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang mengangkat
ialah reaksi antigen-antibodi dalam sirkulasi yang dapat
fakta, keadaan dan vaiabel yang terjadi dan disajikan
mengakibatkan aktifnya suatu sistem komplemen C3
dengan apa adanya (Alaydrus, 2017). Fakta dan
dan C5 yang melepaskan C3a dan C5a dimana 2
keadaan yang ingin digambarkan oleh peneliti adalah
peptida
yang
Tinjauan Terapi pada Pasien dengan Diagnosis Dengue
merupakan mediator kuat terjadinya peningkatan
Shock Syndrome (DSS). Sampel diambil dari jurnal
permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak
nasional yang terindeks sinta dan google scholar.
tersebut
sebagai
histamine
tubuh
sebagai akiba terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan masuk
ke
dalam
ruang
interstitial
sehingga
menyebabkan hipotensi, peningkatan hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan pada rongga serosa. Infeksi yang disebabkan virus dengue ini dapat menyebabkan
manifestasi
klinik
yang
bersifat
asimtomatik maupun simtomatik yang meliputi demam biasa (sindrom virus), demam dengue, atau demam berdarah dengue termasuk sindrom syok dengue (DSS). Penyakit demam dengue biasanya tidak menyebabkan kematian, penderita sembuh tanpa gejala sisa. Sebaliknya, DHF merupakan penyakit demam akut yang mempunyai ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan, dan berpotensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Gambaran klinis bergantung pada usia, status imun penjamu, dan strain virus.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari beberapa jurnal yang di ambil untuk sampel, dapat disimpulkan bahwa pemberian cairan untuk Dengue Shock Syndrome (DDS) adalah sebagai berikut (Pujiatri, 2016); (Putri, 2016); (Febriani 2017) : 1. Segera beri infuse kristaloid (ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20 ml/kg BB secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2-4 liter/menit. Untuk DSS berat diberikan ringer laktat 20 ml/kgBB/jam bersama koloid. Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit setiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan gula darah. 2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap dilanjutkan 15-20 ml/kg/BB/jam, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid sebanyak 10- 20ml/kg BB, maksimal 30 ml/kg BB. Observasi keadaan umum, tekanan darah, tekanan nadi tiap 15 menit dan
Pada penatalaksanaan yang digunakan pada Dengue Shock Syndrome (DSS) yaitu cairan intravena yang digunakan adalah kristaloid isotonik, Cairan koloid hiper-onkotik (dextran 40 atau Starch) > 300 mOsm/L direkomendasikan pada kebocoran plasma Masif, atau tidak responsif dengan pemberian cairan kristaloid, pada pemberian cairan ini tidak di rekomendasikan pada Tranfusi trombosit.
periksa hematokrit tiap 4-6 jam. 3. Apabila syok telah teratasi disertai dengan penurunan kadar hemoglobin/hematokrit, tekanan nadi>20 mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Volume 10 ml/kg BB/jam dapat dipertahankan sampai 24 jam atau menjadi 7 ml/kg/BB sampai keadaan klinis dan hematokrit stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan 5 ml/kg/BB/jam dan seterusnya 3 ml/kg/BB/jam. Dianjurkan pembelian cairan
METODE Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode systematic review dan menggunakan desain
tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi klinis, tekanan darah, nadi, jumlah urin
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 11
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
dikerjakan
tiap
jam
(usahakan
urin>1
Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek
ml/kgBB/jam, BD urin <1.020) serta pemeriksaan
Bandar
Lampung.
JKM
(Jurnal
Kebidanan
hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam sampai
Malahayati), [S.l.], v. 5, n. 1, sep. 2019. ISSN
keadaan umum baik.
2579-762X.
4. Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan
4. Shobana Raveendran, I Gede Budiarta. Dengue
kadar hematokrit menurun, tetapi masih >40 vol%
Syok Syndrome; Laporan Kasus: Bagian Anastesi
berikan
dan Reanimasi FK UNUD/RSUP SANGLAH
darah
segar
dalam
volume
kecil
(10ml/kgBB). Apabila tampak perdarahan massif,
5. Gerald C.D. Podung, Syudi N.N Tatura, Max F.J.
berikan darah segar 20 ml/kgBB dan lanjutkan
Mantik. Faktor Risiko Terjadinya Sindroma Syok
cairan kristaloid 10 ml/kgBB/jam. Pemasangan
Dengue pada Demam Berdarah Dengue. Jurnal
CVP (dipertahankan 5-8 cmH2O) pada syok berat
Biomedik. 2021; 13(2): 161-166
kadang- kadang diperlukan, sedangkan pemasagan sonde lambung tidak dianjurkan. 5. Apabila syok belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui kebutuhan cairan dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin. Apabila CVP normal (10 mmH2O), maka diberikan dopamine.
KESIMPULAN Pada Dengue Syok Syndrome (DSS) pemberian cairan tergantung pada manifestasi yang dialami pasien yaitu dengan melihat ringan, sedang, dan berat gejala yang di alami pasien dan pemberian cairan ini dilihat dari pemeriksaan
laboratorium
klinik
seperti
kadar
Faktor-Faktor
Yang
hematokrit pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA 1. Riana
Pujiarti.
2016.
Berhubungan Dengan Kejadian Dengue Shock Syndrome (DSS) Pada Anak Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Kota Semarang. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang. 2. Kartika Putri, Ni Putu Indah. 2020. Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Sindrom Syok Dengue Pada Anak. E-Jurnal Medika Udayana, [S.l.], v. 9, n. 10, p. 39-43, oct. 2020. ISSN 2303-1395. 3. Putri, Devita Febriani; Wahyuni, Tusy Tri. 2017. Hubungan
Jumlah
Leukosit
Dengan
Kejadian
Sindrom Syok Dengue (Ssd) Pada Anak Di Rumah
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 12
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Pengelolaan Gizi Bencana Pada Bayi dan Anak Disaster Nutrition Management in Infants and Children Elsa Fajriah Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680, Bogor, Indonesia, 083818043035, elsafajriah@apps.ipb.ac.id
ABSTRAK
diatasi akan mengubah fungsi dan kualitas hidup
Indonesia is in a disaster-prone area. Disaster emergency conditions can cause a decrease in health status from infectious infections and a decrease in nutritional status. Immediate treatment is needed to reduce the risk of death and long-term health effects. The method used is a literature review using 5 journals and 3 books. Disaster nutrition management is very necessary, especially for vulnerable groups. Nutrition management for infants and children is adapted to disaster situations, namely pre-disaster, disaster, and post-disaster. Kata Kunci : Children, Disaster, Infant, Nutrition
PENDAHULUAN kepulauan, dan termasuk dalam ring of fire. Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tahun 2019 telah terjadi 1.968 kejadian bencana alam dan dalam 5 tahun terakhir tidak kurang dari 14.193 bencana alam terjadi di Indonesia. Bencana tersebut mencakup banjir, tanah longsor, gelombang pasang atau abrasi, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, dan letusan gunung berapi (BNPB, 2017). darurat
terutama dapat dialami oleh kelompok rentan, yaitu bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan lanjut usia. Bayi dan balita yang mengalami penurunan status kesehatan dan gizi akan terhambat pertumbuhannya sehingga berpotensi mengalami gizi buruk dan stunting. Anak dengan gizi buruk dan stunting dapat terserang
berbagai
penyakit
dengan
mudah,
terganggunya kemampuan kognitif, serta dampakdampak
sosial
ekonomi
yang
menyertainya
(KEMENKES RI, 2020). Dampak kesehatan yang menjadi ancaman disebabkan sarana dan prasarana kesehatan yang rusak, terputusnya
Indonesia terletak pada garis khatulistiwa, berbentuk
Kondisi
masyarakat terdampak bencana. Permasalahan ini
jalur distribusi pangan sehingga ketersediaan pangan berkurang, sanitasi lingkungan yang buruk serta rusaknya
sarana
air
bersih
(Rachman,
2020).
Pengelolaan gizi di masa tanggap darurat menjadi sangat penting untuk keselamatan hidup masyarakat terdampak bencana. Penanganan gizi berperan penting di dalam penanganan bencana dan krisis kesehatan untuk mempertahankan status gizi masyarakat dan mencegah risiko kesakitan dan kematian akibat kekurangan gizi, khususnya pada kelompok rentan (KEMENKES RI, 2020). Penilaian kebutuhan gizi yang cepat dan efisien sangat dibutuhkan untuk
bencana
dapat
menyebabkan
penurunan status kesehatan yang berasal dari infeksi menular dan penurunan status gizi (Siti, 2018). Penurunan status kesehatan dan gizi yang tidak segera
meminimalkan
efek
kesehatan
jangka
panjang.
Kesiapsiagaan penanganan gizi pada situasi tanggap darurat bencana adalah kunci mengurangi risiko bencana dan penuruna kesehatan jangka panjang.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 13
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
METODE
apabila terjadi bencana. Fase bencana atau fase tanggap
Metode yang digunakan adalah literature review
darurat yaitu fase dilakukannya berbagai upaya tanggap
dengan melakukan pengumpulan referensi sebanyak 5
darurat untuk menjaga keutuhan diri sendiri, sumber
jurnal dan 3 buku. Referensi tersebut didapatkan
daya, dan harta kekayaan untuk menanggulangi akibat
melalui google scholar, Microsoft academic, dan
dari bencana (Rachman, 2020). Pada masa ini
PubMed. Dengan kata kunci meliputi gizi, tanggap
dilakukan juga evakuasi dan pengungsian korban serta
darurat bencana, bayi, balita, dan anak. Data akan
pemberian bantuan logistik untuk bertahan hidup
dipilih dan kemudian dianalisis sampai mencapai
Wulandari, 2020). Permasalahan kesehatan biasanya
tujuan karya ini.
muncul pada fase ini, seperti kelaparan, infeksi menular, ketersediaan air dan obat-obatan, masalah
HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut
UU
No.
24
Tahun
hieginitas, dan penurunan status gizi (Kocak, 2018). 2007
Tentang
Penanggulangan Bencana, definisi bencana adalah
Menurut Kemenkes RI (2007), fase post bencana terdiri dari pemulihan (relief) rekonstruksi, dan rehabilitasi.
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam penghidupan
Bencana menyebabkan rusaknya pemukiman, fasilitas
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
umum termasuk fasilitas kesehatan, terputusnya jalur
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
distribusi pangan, ketersediaan pangan yang terbatas,
sehingga
jiwa
sanitasi lingkungan yang buruk, dan rusaknya sarana
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
air bersih menjadikan masyarakat rentan mengalami
dan
faktor
penurunan kesehatan dan gizi (KEMENKES RI, 2012).
penyebabnya, bencana dapat dibedakan menjadi tiga,
Kelompok rentan seperti bayi, balita, ibu hamil, ibu
yaitu bencana alam, bencana nonalam, dan bencana
menyusui, dan lanjut usia harus diberikan perhatian
sosial. Bencana alam adalah bencana yang disebabkan
lebih untuk meminimalkan risiko kesehatan yang lebih
oleh alam, seperti gempa bumi, gunung meletus,
buruk. Masalah yang timbul pada bayi dan balita di
tsunami, banjir, kekerinngan, angin topan, dan tanah
antaranya tidak tercukupinya air susu ibu (ASI) dan
longsor. Bencana nonalam berupa epidemi, wabah
makanan pendamping asi (MPASI) karena terpisah
penyakit, gagal teknologi, dan gagal moderisasi.
oleh ibunya, bantuan makanan yang datang terlambat,
Bencana sosial berupa bencana yang diakibatkan oleh
ditambah lagi dengan sanitasi yang buruk dan
manusia seperti konflik sosial antarkelompok atau
pengetahuan yang terbatas. Bayi dan anak berumur
antarkomunitas dan teror.
bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok yang
dan
mengganggu
kehidupan
mengakibatkan
dampak
dan
timbulnya
psikologis.
korban
Berdasarkan
paling rentan dan memerlukan penanganan gizi khusus. Bencana memiliki siklus seperti sebuah lingkaran yang
Pemberian makanan yang tidak tepat pada kelompok
saling berhubungan. Menurut UU No. 24 Tahun 2007
tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan dan
Tentang Penanggulangan Bencana, siklus bencana
kematian terlebih pada situasi bencana (Haniarti,
terdiri dari tiga fase, yaitu fase pra bencana, fase
2020).
bencana, dan fase post bencana. Fase pra bencana mengarah pada pencegahan seperti mitigasi untuk
Sebelum memberikan bantuan, diperlukan pengkajian
mengurangi risiko terjadinya bencana dan kesiapsiagaa
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 14
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
akat terdampak. Situasi gizi ini dapat diketahui melalui
Pada masa tanggap darutat fase I, dilakukan juga
status gizi balita di daerah tersebut. Setelah mengetahui
pengumpulan data antropometri balita (Sulistiawati,
situasi gizi, selanjutnya adalah penetapan jenis kegiatan
2020). Pengukuran ini dilakukan di posyandu darurat di
pengelolaan gizi dengan mempertimbangkan hasil dari
lokasi pengungsian. Data antropometri ini menjadi
surveilans dan faktor penyulit. Faktor penyulit tersebut
dasar untuk pemantauan status gizi, dan apabila ada
adalah kerawanan pangan rumah tangga, prevalensi
yang mengalami gizi kurang dapat segera ditangani.
HIV/AIDS, angka kematian balita >2/10.000/hari,
Fase II tahap darurat awal biasanya sudah terdapat
terdapat wabah campak atau batuk rejan (pertusis),
informasi
tingginya prevalensi ISPA atau diare, serta tingginya
masyarakat terdampak. Penilaian lebih lanjut seperti
prevalensi
data antropometri, proporsi status gizi balita, penilaian
malnutrisi
sebelum
kejadian
bencana
(KEMENKES RI, 2012).
yang
lebih
lengkap
mengenai
data
risiko kurang energi protein, analisis dan penilaian risiko penyulit, serta pemberian tambahan makanan
Kegiatan Gizi Pra Bencana
dan suplementasi dilakukan.
Tujuan utama kegiatan gizi pra bencana adalah
Fase transisi darurat adalah fase transisi atau peralihan
mengantisipasi adanya bencana serta mengurangi risiko
sebelum rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan pada
akibat bencana. Untuk mencapai tujuan tersebut,
fase ini mengikuti situasi dan kondisi yang ada
dilakukan sosialisasi, program pelatihan, pembinaan
(KEMENKES RI, 2012).
teknis, dan pendampingan manajemen gizi bencana kepada petugas kesehatan. Masyarakat juga diberikan
Kegiatan Gizi Pasca Bencana
sosialisasi
saat
Kegiatan gizi pasca bencana yang utama adalah
menyusui,
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh
konseling makanan pendamping air susu ibu (MPASI)
kegiatan yang telah dilakukan (KEMENKES RI, 2020).
(KEMENKES RI, 2012).
Pembinaan gizi juga dilakukan sebagai tindak lanjut
mengenai
kegawatdaruratan
kebutuhan
bencana,
gizi
konseling,
untuk Kegiatan Gizi Situasi Tanggap Darurat Bencana
meningkatkan
status
gizi
dan
kesehatan
masyarakat terdampak.
Masa tanggap darurat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu fase I darurat awal, fase II darurat, dan fase III transisi
KESIMPULAN
darurat. Kegiatan gizi pada masa fase I darurat awal
Kadar lemak suatu bahan pangan dapat dihitung
meliputi perencanaan intervensi yang disesuaikan
menggunakan beberapa metode. Kadar lemak pada
dengan data di awal kegawatdaruratan dan biasanya
bahan pangan tepung terigu dapat ditentukan dengan
mengikuti kebutuhan umum populasi berdasarkan hasil
menggunakan prinsip metode Soxhlet yaitu dengan
Rapid Health Assessment (RHA). Tujuan utama
memisahkan lemak dan pelarut yang telah diesktraksi
kegiatan gizi pada fase ini adalah pemberian makanan
dengan sampel. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
untuk mencegah kelaparan dan menekan penurunan
rata-rata persentase lemak sampel yang didapatkan
status gizi (WHO, 2004). Makanan yang disediakan
masih layak diterima, tetapi data hasil percobaan ini
harus
memiliki kualitas yang tidak baik dan tidak dapat
mencakup
energi,
protein,
lemak,
dan
mikronutrient yang cukup. Lama fase ini maksimal tiga
diterima
dan
perlu
dilakukan
pengulangan.
hari setelah kejadian bencana.
Perhitungan, penganalisisan, serta penginterpretasian
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 15
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
data analisis kadar lemak harus dilakukan secara tepat,
10. Sulistiawati
F,
Taufiqurrahman.
Kajian
baik kuantitas maupun kualitasnya agar hasilnya dapat
penaggulangan gizi balita pasca bencana gempa
diterima.
bumi di Desa Dasan Geria Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Ilmiah Mandala Education. 6(2):
DAFTAR PUSTAKA
320-328.
1. [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2017. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Jakarta: Pusat Data Informasi dan
Humas
Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana. 2. Siti H, Risnhukathulistiwi M, Wisnusanti SU. 2018. Manajemen
Gizi
Dalam
Kondisi
Bencana.
Yogyakarta(ID): Gadjah Mada University Press. 3. [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi pada Masa Tanggap Darurat Bencana. Jakarta(ID): Kemenkes RI. 4. Rachman NN, Andayani DE. 2020. Pengelolaan gizi bencana pada ibu hamil dan menyusui. Indonesian Journal Clinical Nutrition Physician. 4(2): 148- 164. 5. Wulandari IS, Kanita MW. 2020. Upaya peningkatan kesehatan edukasi kesiapan warga dalam menghadapi bencana fase impact di Desa Wonorejo Karanganyar. Jurnal Empathy. 1(1): 64-71. 6. KoÇak H. 2018. Chapter 25: The role of disaster medicine in disaster management and preparedness. Integrating Disaster Science and Management. 423432. 7. [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi pada Masa Tanggap Darurat Bencana. Jakarta(ID): Kemenkes RI. 8. Haniarti, Yusuf S. 2020. Manajemen Penanganan Gizi Balita Pasca Bencana. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan. 1(1): 133-142. 9. [WHO] World Health Organization. 2004. Food and Nutrition Needs in Emergencies. Geneva(CH): World Health Organization.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 16
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Tinjauan Literatur Sistem Skor Pre-Endoskopi Pada Pasien Kegawatdaruratan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas Rifaldy Nabiel Erisadana Fakultas Kedokteran, Universitas Jember
ABSTRAK
AIMS65 merupakan sistem dengan kalkulasi yang
Pendahuluan : Perdarahan saluran cerna bagian atas
paling sederhana dan dianggap bermanfaat dalam
(PSCBA) merupakan kondisi kegawatdaruratan yang
memprediksi
berpotensi mengancam jiwa sehingga diperlukan
perdarahan ulang, tidak ada sistem skoring yang
intervensi
untuk
dianggap paling dominan. Kombinasi antara GBS dan
menghentikan perdarahan. Endoskopi memiliki peran
AIMS65 menunjukkan sensitivitas dan spesifitas yang
penting dalam manajemen perdarahan karena dapat
tinggi untuk memprediksi kebutuhan terapi endoskopi.
digunakan sebagai alat diagnostik serta terapeutik pada
Kesimpulan : Bervariasinya kemampuan prediksi
pasien PSCBA. Meskipun memiliki peran penting
masing-masing sistem skor untuk luaran klinis
namun beberapa pelayanan kesehatan masih memiliki
memungkinkan untuk menggunakan sistem skor yang
keterbatasan terkait akses endoskopi. Sistem skoring
berbda
pre-endoskopi menjadi instrumen dalam menentukan
bermacam-macam. Kombinasi dari dua atau lebih
stratifikasi risiko dini pada pasien PSCBA yang tidak
sistem
memungkinkan untuk mendapatkan akses endoskopi
kemampuan prediksi yang lebih akurat dibandingkan
tersebut. Adanya sistem skor pre- endoskopi untuk
hanya menggunakan satu sistem skor.
prediksi dini terkait luaran klinis pasien PSCBA
Kata kunci : PSCBA, AIMS65, GBS, pRS, endoskopi
atau
manajemen
yang
tepat
dianggap bermanfaat secara klinis dalam memberikan
mortalitas.
dalam skor
Dalam
menentukan memungkinkan
luaran untuk
memprediksi
klinis
yang
mendapatkan
keputusan terkait manajemen perawatan pada pasien
PENDAHULUAN
PSCBA.
Perdarahan saluran cerna bagian atas (PSCBA)
Tinjauan
literatur
ini
bertujuan
untuk
membahas manfaat klinis dari berbagai sistem skor
merupakan
stratifikasi risiko pre-endoskopi pada pasien PSCBA
perdarahan yang berasal dari bagian proksimal dari
tanpa membedakan antara perdarahan varises dan non-
struktur anatomi abdomen yaitu ligamentum of treitz
varises.
yang yang berpotensi mengancam jiwa. Insidensi dari
Metode
:
melalui
dengan mortalitasnya mencapai 6-10% (Kim et al.,
pengumpulan literatur dalam kurun waktu 10 tahun
2014). Pasien PSCBA berisiko mengalami perdarahan
terakhir yang dipublikasikan dalam PubMed, google
ulang serta kematian sehingga memerlukan intervensi
scholar, serta basis data lainya. Literatur dikumpulkan
atau manajemen yang tepat untuk menghentikan
dengan menuliskan beberapa kata kunci seperti “Upper
perdarahan. Endoskopi memilki peran penting dalam
Gastrointestinal Bleeding” dan “Score”.
manajemen diagnostik serta terapeutik pada pasien
Hasil dan Pembahasan : Sistem skoring AIMS65,
PSCBA karena dapat menemukan lokasi sumber
GBS, serta pRS merupakan sistem skor pre-endoskopi
perdarahan
yang digunakan pada pasien PSCBA.
intervensi terapeutik untuk mengontrol perdarahan.
studi
literatur
karena
PSCBA sejumlah 40-150 kasus pada 100.000 populasi
metode
tinjauan
kegawatdaruratan
ini
menggunakan
Penyusunan
kondisi
pustaka
serta
membantu
dalam
pemberian
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 17
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Meskipun endoskopi memiliki peran penting namun
Skor Rockall lengkap pertama kali diterbitkan pada
tidak semua pasien PSCBA perlu dilakukan endoskopi
tahun 1997 dan dirancang untuk mengidentifikasi
dan tidak semua fasilitas kesehatan memiliki akses
pasien yang berisiko kematian dan perdarahan ulang
tersebut. Pengalaman serta keahlian operator juga perlu
setelah endoskopi. Variabel pada pRS terdiri dari tiga
dipertimbangkan
variabel
untuk
melakukan
tindakan
endoskopi(Stanley and Laine, 2019).
pre-endoskopi
yaitu
usia,
syok
dan
komorbiditas. Sementara untuk Full-Rockall Score membutuhkan dua variabel endoskopi tambahan untuk
Sistem skoring pre-endoskopi untuk menilai stratifikasi
perhitungan
meliputi
risiko pasien PSCBA penting dalam memprediksi
perdarahan baru (Bakhtavar et al., 2017).
keparahan perdarahan sehingga dapat membantu dokter
memberikan manajemen perawatan di mana pasien dengan risiko tinggi tentunya akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih intensif sehingga
untuk rawat jalan atau pemulangan lebih dini dan aman
0
1
2
3
Usia
<60 tahun
60-79 tahun
≥80 tahun
-
Syok
Nadi>100x Nadi>100x /menit, TD Tidak ada /menit, TD sistolik normal <100mmH g
-
yang mengarah pada efisiensi pemanfaatan sumber daya perawatan kesehatan (Budimir et al., 2016; Stanley et al., 2017). Tinjauan literatur ini bertujuan untuk membahas manfaat klinis dari berbagai sistem skor stratifikasi risiko pre- endoskopi pada pasien PSCBA tanpa membedakan antara perdarahan varises
stigmata
Variabel
menurunkan morbiditas dan mortalitas sementara pada pasien dengan risiko rendah tentunya akan diarahkan
dan
Tabel 1. Penilaian pRS
di UGD dalam mengambil keputusan. Prediksi dini pasien PSCBA bermanfaat secara klinis dalam
diagnosis
Komorbid Tidak ada
-
dan non-varises.
METODE
Gagal jantung kongestif, gagal penyakit ginjal, jantung gagal hati,, sistemik, metastasis komorbidit as mayor lainnya
Penyusunan tinjauan literatur ini menggunakan metode
2. Glasgow-Blatchford Score (GBS)
studi pustaka melalui pengumpulan literatur dalam
GBS dikembangkan dan diterbitkan pada tahun 2000
kurun waktu 10 tahun terakhir yang dipublikasikan
sebagai alat penilaian risiko untuk memprediksi
dalam PubMed, google scholar, serta basis data lainya.
kebutuhan perawatan berbasis rumah sakit, yaitu
Literatur dikumpulkan dengan menuliskan beberapa
transfusi darah, terapi endoskopi atau intervensi bedah.
kata kunci seperti “Upper Gastrointestinal Bleeding”
GBS terdiri dari variabel klinis seperti tekanan darah
dan “Score”.
sistolik, nadi, melena, sinkop, penyakit hati dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
jantung,
serta
variabel
laboratorium
meliputi
hemoglobin dan urea. Variabel yang diperlukan untuk
Sistem skoring PSCBA
perhitungan GBS dapat tersedia segera setelah pasien
1. Pre-endoscopic rockall score (pRS)
datang ke UGD (Gweon and Kim, 2018).
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 18
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Sistem skor mana yang paling baik?
Tabel 2. Penilaian GBS Variabel
Poin
TD Sistolik (mmHg)
Variabel
Poin
Hb (pria)
Sistem skoring yang paling baik idealnya dapat memprediksi secara akurat terkait risiko kematian, perdarahan ulang, serta kebutuhan intervensi seperti
100-109
1
12-12,9
1
endoskopi, transfusi darahan dan pembedahan. Namun
90-99
2
10-11,9
3
dari berbagai sistem skor yang diketahui, tidak ada
<90
3
<10
6
yang secara kuat memprediksi untuk semua luaran
Ureum
tersebut. Berbagai penelitian dilakukan untuk menilai
Hb (wanita)
36,5-44,5
2
10-11,9
1
44,6-55,5
3
<10
2
55,6-139,9
4
≥140
6
dan membandingkan kemampuan dari sistem skor GBS, pRS, dan AIMS65 untuk memprediksi pasien berisiko tinggi. Evaluasi untuk menilai kemampuan prediksi
dilakukan
dengan
menilai
kemampuan
diskriminasi berdasarkan Area Under the Receiver Operating Characteristic Curve (AUROC) dimana
Variabel lainnya Nadi>100
1
Malena
1
Penyakit hati
2
Gagal Jantung
2
grafik ini ditentukan oleh True Positive Rate (FPR) dan False Positive Rate (FPR) pada berbagai tingkat ambang atau cut-off. Penelitian multisenter internasional dengan populasi terbesar yang membandingkan kemampuan dari ketiga
3. AIMS65 Sistem skoring ini diperkenalkan pada tahun 2011 dan mencakup dua tes laboratorium darah yaitu albumin dan INR, perubahan status mental, tekanan darah sistolik dan usia 65 tahun. AIMS65 dirancang untuk memprediksi kematian di rumah sakit, lama tinggal di rumah sakit dan biaya perdarahan gastrointestinal. Sistem skoring ini merupakan sistem skoring dengan kalkulasi yang lebih sederhana dibandingkan dengan sistem skoring PSCBA lainya yang ada (Saltzman et al., 2011).
sistem skor tersebut dilakukan pada 3000 pasien yang dilakukan secara prospektif pada enam rumah sakit besar di Eropa, Amerika Utara, Asia, dan Oceania. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa skor AIMS65 (AUROC 0,77) memiliki kemampuan paling baik
dalam
memprediksi
mortalitas
30
hari
dibandingkan dengan GBS (AUROC 0,64) dan pRS (AUROC 0,72) dengan cut-off ≥2 untuk AIMS65, ≥4 untuk pRS, dan ≥5 untuk GBS (Stanley et al., 2017). Penelitian retrospektif lain dengan jumlah sampel 278 pasien juga menunjukkan hasil yang sejalan bahwa
Tabel 3. Penilaian AIMS65
AIMS65
Variabel
Skor
Albumin <3 g/dl
1
INR > 1,5
1
TD Sistolik <90 mmHg
1
Perubahan status mental
1
Usia > 65 tahun
1
merupakan
skoring
yang
baik
untuk
memprediksi mortalitas rawat inap (Hyett et al., 2013). Perdarahan ulang sebagai luaran klinis yang perlu diperhatikan
pada
pasien
PSCBA
juga
dinilai
kemampuan prediksinya berdasarkan sistem skoring yang ada. Hyett (2013) menunjukkan bahwa skor AIMS65 (AUROC 0,63) dengan cut-off ≥2 dan GBS
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 19
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
(AUROC
0,63)
cut-off
memiliki
tidak ada sistem skor yang paling ideal untuk
memprediksi
memprediksi semua luaran klinis tersebut. Masing-
perdarahan. Penelitian pada 225 pasien perdarahan
masing sistem skor memiliki keterbatasan pada
varises di Kroasia menunjukkan bahwa AIMS6
beberapa luaran klinis sehingga perlu menggunakan
(AUROC
GBS
sistem skor yang berbeda untuk memprediksi luaran
(AUROC 0,60) dan pRS (AUROC 0,67) (Budimir et
klinis yang berbeda pula. Kombinasi dari dua atau
al., 2016). Studi prospektif multisenter internasional
lebih
terbesar oleh Stanley (2017) melaporkan bahwa GBS
memprediksi luaran yang lebih akurat.
kemampuan
dengan
yang
0,74)
serupa
lebih
baik
untuk
≥12
dibandingkan
(AUROC 0,66) lebih baik dalam memprediksi perdarahan ulang dibandingkan dengan AIMS65 (0,60)
dari
sistem
skor
memungkinkan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
dan pRS (0,62). Studi yang dilakukan pada 309 1. Bakhtavar, H. E. et al. (2017) ‘Clinical Scoring populasi Eropa juga menunjukkan bahwa AIMS65
Systems in Predicting the Outcome of Acute Upper
(AUROC 0,56) kurang akurat dalam memprediksi
Gastrointestinal Bleeding; a Narrative Review’, 5(1),
perdarahan ulang dibandingkan dengan GBS (0,71).
pp. 3–8.
Karena angka AUROC yang bervariasi untuk semua 2. Budimir, I. et al. (2016) ‘Glasgow Blatchford, preskor risiko dalam memprediksi perdarahan ulang,
endoscopic Rockall and AIMS65 scores show no
tampaknya skor risiko yang ada belum cukup berguna
difference in predicting rebleeding rate and mortality
secara klinis untuk memprediksi luaran ini.
in variceal bleeding’, Scandinavian Journal of Gastroenterology,
Kemampuan dalam memprediksi kebutuhan terapi
51(11),
pp.
1375–1379.
doi:
10.1080/00365521.2016.1200138.
endoskopi paling baik ditunjukkan oleh GBS (AUROC 3. Gweon, T.-G. and Kim, J. (2018) ‘Comprehensive 0,75) dengan cut-off ≥7 dibandingkan dengan AIMS65
review of outcomes of endoscopic treatment of
(AUROC 0,62) dan pRS (0,61) dengan cut-off ≥1 dan
gastrointestinal
≥3 (Stanley et al., 2017). Sementara penelitian yang
Intervention,
dilakukan di Korea dengan jumlah sampel 532 pasien
10.18528/gii180022.
Gastrointestinal
bleeding’, 7(3),
pp.
123–
130.
doi:
justru menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang 4. Hyett, B. H. et al. (2013) ‘The AIMS65 score signifikan antara AIM65 (AUROC 0,55), pRS
compared with the Glasgow-Blatchford score in
(AUROC 0,52) dan GBS (AUROC 0,59) dalam
predicting
memprediksi kebutuhan terapi endoskopi (Park et al.,
Gastrointestinal Endoscopy, 77(4), pp. 551–557. doi:
2016). Meskipun demikian, penelitian oleh Stanley
10.1016/j.gie.2012.11.022.
outcomes
in
upper
GI
bleeding’,
(2017) menunjukkan bahwa kombinasi sistem skor 5. Kim, B. S. M. et al. (2014) ‘Diagnosis of GBS ≥7 dan AIMS65 ≥2 memiliki sensitivitas dan
gastrointestinal bleeding: A practical guide for
spesifisitas tertinggi untuk memprediksi kebutuhan
clinicians’,
perawatan endoskopi.
Pathophysiology,
World
Journal 5(4),
pp.
of
Gastrointestinal 467–478.
doi:
10.4291/wjgp.v5.i4.467.
KESIMPULAN
6. Park, S. M. et al. (2016) ‘Comparison of AIMS65
Bervariasinya sistem skoring yang tersedia tentu
score and other scoring systems for predicting clinical
membawa kebimbangan terkait sistem skor mana yang
outcomes
harus diimplementasikan dalam praktik klinis sebab
gastrointestinal bleeding’, Gut and Liver, 10(4), pp.
in
koreans
with
nonvariceal
upper
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Halaman 20
526–531. doi: 10.5009/gnl15153. 7. Saltzman, J. R. et al. (2011) ‘A simple risk score accurately predicts in-hospital mortality, length of stay, and cost in acute upper GI bleeding’, Gastrointestinal Endoscopy, 74(6), pp. 1215– 1224. doi: 10.1016/j.gie.2011.06.024. 8. Stanley, A. J. et al. (2017) ‘Comparison of risk scoring systems for patients presenting with upper gastrointestinal bleeding: International multicentre prospective study’, BMJ (Online), 356, pp. 1–8. doi: 10.1136/bmj.i6432. 9. Stanley,
A.
J.
and
Laine,
L.
(2019)
‘Management of acute upper gastrointestinal bleeding’, BMJ (Online), 364, pp. 1–15. doi: 10.1136/bmj.l536.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 21
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Peran Kurkumin Kunyit Bagi Imunitas Tubuh dalam Pencegahan dan Pengobatan COVID-19 Bella Sintia 1 Motika Wahyu Ramadhani
2
Jl. Walisongo No. 3-5, Tambakaji, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50185 sintiabella341@gmail.com, bumblemotika@gmail.com
ABSTRAK
membunuh substansi asing dari virus tersebut. Sejak
Pandemi COVID-19 yang terjadi telah mengubah derajat kualitas kesehatan individu di berbagai belahan dunia. Berbagai cara dilakukan untuk mencegah adanya infeksi COVID- 19. Pencegahan aktivitas COVID-19
dapat
dilakukan
dengan
cara
mempertahankan sistem imun tubuh. Masyarakat di Indonesia telah lama menggunakan tanaman herbal sebagai obat tradisional untuk menjaga daya tahan tubuh. Salah satu tanaman herbal yang populer di kalangan
masyarakat
mengandung
senyawa
adalah
kunyit.
kurkumin
yang
Kunyit diketahui
memiliki manfaat seperti anti-inflamasi, antioksidan, antiviral, antibakteri, serta pengelolaan terhadap penyakit arthrtitis, sindrom metabolik, hiperglikemia, dan kecemasan. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review yakni dengan mengumpulkan artikel yang bersumber dari Google Scholar dan Z-library. Kata
Kunci
:
COVID-19,
Kurkumin,
Kunyit,
dahulu, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan berbagai tanaman herbal sebagai obat tradisional yang berperan untuk meningkatkan sistem imun tubuh atau melawan infeksi penyakit. Faisal (2021) dalam penelitiannya menyatakan bahwa adanya bukti klinis dari berbagai penelitian obat dan tanaman herbal dalam pencegahan
dan
pengobatan
COVID-19
telah
menunjukan hasil yang cukup signifikan. Hal tersebut mendukung gagasan bahwa tanaman herbal berperan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit epidemik seperti COVID-19. Salah satu tanaman herbal yang biasa digunakan masyarakat Indonesia adalah kunyit. Kunyit yang memiliki nama latin (Curcuma longa) merupakan tanaman herbal atau rempah-rempah yang berasal
dari
wilayah
Asia
Tenggara.
Kunyit
mengandung senyawa yang dikenal dengan nama kurkumin.
Kurkumin
merupakan
senyawa
yang
mengandung zat anti- inflamasi. Shan & Iskandar
Tanaman herbal.
(2018) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kunyit
PENDAHULUAN
pewarna, zat antioksidan, zat antimalaria, zat antifungi,
juga memiliki manfaat lain diantaranya sebagai zat
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia telah
zat antibakteri dan zat anti virus. Studi yang dilakukan
memberikan dampak besar bagi seluruh sektor
oleh Xu dan Lin (2017) dalam jurnal Kumar Soni,
kehidupan manusia, salah satunya bidang kesehatan.
Vivex (2020) menunjukan potensi manfaat kurkumin
Virus COVID-19 menyerang saluran pernafasan
terhadap infeksi virus pernapasan; kurkumin dapat
manusia sehingga dapat menyebabkan kematian.
secara efektif menghambat enzim virus SARS-
Infeksi virus ini dapat disembuhkan dengan cara
coronavirus (Barnard et al, 2011). Selain itu, penelitian
meningkatkan sistem imun atau daya tahan tubuh.
terbaru di-silico menyarankan interaksi stabil antara
Sistem imun akan bekerja dengan cara mengenali dan
kurkumin dan SARS-CoV-2 enzim. Regulasi respons
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 22
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
terkait infeksi virus corona oleh kurkumin juga
Kurkumin diperkirakan dapat mencegah sekaligus
disarankan. Kurkumin terbukti memodulasi berbagai
meringankan berbagai efek patologis infeksi SARS-
konsekuensi patofisiologis infeksi SARS CoV-2
CoV-2. Kurkumin merupakan imunomodulator yang
(Akinyemi et al, 2015). Dengan alasan tersebut, kunyit
dapat mencegah virus masuk ke dalam sel inang,
dapat diberikan sebagai salah satu alternatif untuk
replikasi virus, dan manifestasi klinis yang dihasilkan
menangkal virus COVID- 19.
dari COVID-19 (Noor et al., 2021). Aktivitasi
METODE
immunomodulator yang terdapat pada kurkumin telah
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode literature review (peninjauan literature) yang dilakukan berdasarkan database elektronik. Database elektronik yang digunakan bersumber dari Google Scholar dan Z-Library. Database yang digunakan meliputi publikasi ilmiah / jurnal ilmiah / artikel penelitian yang terkait dengan topik bahasan. Publikasi
yang
digunakan
berasal
dari
Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris. Kata kunci yang digunakan yaitu efektivitas kurkumin pada pencegahan COVID-19, manfaat kurkumin pada imunitas, dan peran kurkumin kunyit terhadap COVID-19.
dianggap sangat baik (Zahedipour et al, 2020). Hiperaktivasi dan sel imun, respon pro- inflamasi, dan pelepasan sitokin yang tidak normal, disebut sindrom pelepasan sitokin, memainkan peran utama dalam hasil yang
memburuk
pada
beberapa
penyakit
virus
termasuk COVID-19 (Hirano et al, 2020). Proses inflamasi
yang
terjadi
pada
COVID-19
sangat
kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pasien COVID-19 yang mengalami dampak penyakit parah diakibatkan oleh kondisi hiperinflamasi yang disebut badai sitokin (Rattis et al., 2021). Sitokin yang terlibat dalam badai sitokin termasuk IL-
HASIL DAN PEMBAHASAN
1, IL-2, IL-6, IL-10, Transforming growth faktor
Kurkumin, senyawa yang terkandung di dalam kunyit,
(TGF)-beta, Interferon (IFN), dan TNF-alpha. Ekspresi
telah diakui dan digunakan oleh berbagai negara dalam
IL-6 dan TNF-alpha sebagian besar terkait dengan
bentuk yang beraneka ragam karena manfaatnya bagi
ARDS terkait COVID-19 dan kerusakan organ (Hirano
kesehatan. Kurkumin diketahui memiliki beberapa
et al, 2020). Kurkumin menghambat produksi IL-6 dan
manfaat seperti menjadi anti-inflamasi. Penelitian yang
TNF-alpha yang diinduksi virus Influenza-A dalam sel
dilakukan oleh Chainani-Wu, (2003) dalam jurnal yang
inang (Xu et al, 2017). Efek penekan kurkumin pada
ditulis lagi oleh Kumar Soni, Vivex (2020) menyatakan
IFN-alpha juga ditunjukan dan efek penghambatan
dengan menggunakan penghambatan molekul yang
kurkumin pada sitokin inflamasi ini dikaitkan dengan
memiliki
penghambatan NF-Kb (Xu et al, 2020). Potensi
peran
lipoxigenase, molekul
tromboksan,
oksidanitrat,
hyaluronidase, fosfolipase,
terhadap
molekul
termasuk
prostaglandin,
kolagenease,
MCP-1
interferon
peradangan
COX-2, inducible
elastase, leukotriene,
protein,
faktor
penghambatan inflamasi
kurkumin
ditinjau
dan
pada
produksi
sitokin
dihipotesiskan
untuk
memperbaiki fibrosis paru (Zahedipour et al, 2020). Secara
kolektif,
kemampuan
kurkumin
untuk
nekrosis tumor, & interleukin-12 Penelitian lain juga
mengubah keadaan inflamasi melalui modulasi elemen
menunjukkan bahwa kurkumin membantu pengelolaan
pengaturnya dapat mencegah timbulnya badai sitokin.
oksidatif, sindrom metabolik, arthritis, hyperlipidemia, dan kecemasan (Hewlings & Kalman, 2017).
Dalam jurnal yang ditulis oleh Tedjo Aryo dkk., (2021)
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 23
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
interaksi yang kuat terkait penghambatan INFG oleh kurkumin melalui EGFR. Kurkumin diketahui dapat menghambat persinyalan EGFR dan menginduksi degradasi EFGR pada adenokarsinoma paru. Aktivitas antikanker yang terjadi melalui gangguan aktivitas EGFR oleh kurkumin mungkin dapat berimplikasi pada efek penghambatan yang diproduksi IFNG oleh sel T. Efek tersebut bisa berperan memproteksi sel/jaringan sehat dari kerusakan akibat inflamasi yang disebabkan oleh virus maupun bakteri (Kliem et al, 2012). IFNG berperan dalam proses imunologis seluler kanker maupun virus.
1. Fuadatul Inayah, Aghnia., & Yusetyani, Lilik. (2021).
Pemanfaatan
Temulawak
dan
Kunyit
sebagai Upaya Menjaga Kesehatan di Masa Pandemi
COVID-19.
Jurnal
Pengabdian
Masyarakat. 4(3), hal 911. 2. Hewlings, S. J., & Kalman, D. S. (2017). Curcumin: A Review of Its Effects on Human Health. Foods, 6(10), 1–11. https://doi.org/10.3390/foods6100092. 3. Kumar Sonik, Vivek., et al., (2020). Curcumin, a Traditional Spice Component, Can Hold the Promise Against COVID-19?. European Journal of
Beberapa investigasi telah memperkirakan pengikatan langsung kurkumin dengan protein permukaan yang memediasi masuknya virus ke sel dan enzim lain yang penting untuk replikasi virus, seperti SARS-CoV-2 M dan RdRp (Kandeel et al., 2020). Kurkumin diketahui memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan protein virus penting, serta terlibat dalam replikasi dengan mengedepankan potensinya. Kemampuannya untuk melindungi dan mencegah kerusakan sel dan organ bersama dengan peningkatan diferensiasi sel kekebalan dapat memberikan manfaat kesehatan bagi pasien COVID-19.
Pharmacology.
173551,
hal
6.
https://doi.org/10.1016/j.ejphar.2020.173551. 4. Muhammad
Fauzi,
Tengku,
(2021).
Kajian
Kurkumin pada Kunyit dan Temulawak dalam Penyembuhan Penyakit Corona virus Disease 2019 (COVID-19). Majalah Ilmiah Methoda. 11(2). 5. Muna Fauzul., & Mursinah. (2021). Terapi Herbal sebagai Alternatif Pengobatan COVID-19. SINASIS 2(1), hal 530. 6. Noor, H., Ikram, A., Rathinavel, T., Kumarasamy, S., Nasir Iqbal, M., & Bashir, Z. (2021). Immunomodulatory and Anti-cytokine Therapeutic Potential of Curcumin and its Derivatives for Treating COVID-19–a Computational Modeling.
KESIMPULAN Kunyit merupakan salah satu tanaman herbal yang telah lama digunakan untuk mempertahankan sistem imun tubuh. Menurut penelitian, senyawa kurkumin yang terkandung di dalam kunyit memiliki kemampuan untuk mencegah kerusakan sel dan organ sehingga dapat memberikan manfaat kesehatan bagi penderita COVID-19. Dengan demikian, kunyit dapat digunakan sebagai obat untuk bentuk pencegahan ataupun terapi klinis infeksi COVID-19.
DAFTAR PUSTAKA
Journal of Biomolecular Structure and Dynamics. 7. Rattis, B. A. C., Ramos, S. G., & Celes, M. R. N. (2021). Kurkumin as a Potential Treatment for COVID-19. Frontiers in Pharmacology, 12(May), 1–14. https://doi.org/10.3389/fphar.2021.675287 8. Tedjo,
Aryo.,
Ramadhian
Noor,
Dimas.,
&
Heryanto, Rudi. (2021). Potensi Kurkumin dan 4 Herbal
Empon-Empon
dalam
Memodulasi
Kekebalan Sel T Terhadap COVID-19. HerbMedicine Journal. 4(3), hal 77
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 24
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Bahaya Ketuban Pecah Pada Ibu Hamil Nurhida Indayu Universitas Faletehan Jl. Raya Cilegon No. Km. 06, Melamun, Kec. Kramatwatu,Kabupaten Serang, Banten 42161 Telp. 054232729
ABSTRAK
Ada banyak teori dan definisi tentang ketuban pecah
Cairan ketuban merupakan faktor penting dalam memprediksi kelangsungan hidup janin. Pada beberapa kasus ketuban pecah, biasanya terjadi sebelum pemuaian penuh.Setelah ketuban pecah diperkirakan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai ketuban pecah dini. Kejadian ini akan menimbulkan beberapa masalah bagi ibu dan janin, misalnya dapat menyebabkan
infeksi
nifas,
partus
lama,
dan
perdarahan postpartum bahkan kematian pada ibu. Risiko kecacatan dan kematian janin juga tinggi. Oleh karena itu, mungkin bermanfaat untuk memberikan perawatan yang berkualitas dan mencegah komplikasi sesuai dengan standar penerapannya. Selain itu, memahami faktor-faktor penyebab ketuban pecah dini akan membantu menentukan solusi masalah atau memberikan pengobatan yang lebih tepat.
dini (KPD). Beberapa penulis mendefinisikan KPD sebagai pecahnya ketuban secara spontan tanpa adanya tanda-tanda persalinan, seperti dilatasi serviks akibat kontraksi uterus dan bercampurnya lendir dengan darah (Madinah dan Hil. 2006). Menurut Prawirohardjo (2010) KPD atau ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum persalinan. Ada juga teori yang dapat menghitung lamanya waktu pecahnya ketuban sebelum persalinan, misalnya 1 atau 6 jam sebelum persalinan (Phupong. 2003). Disebutkan pula bahwa jumlah pembukaan serviks pada kala I misalnya pada wanita primipara, ketuban pecah sebelum pembukaan serviks adalah 3 cm, sedangkan pada kehamilan ganda kurang dari 5 cm (Mochtar. 1998). Sementara itu, menurut Sastrawinata (2004) KPD adalah pecahnya selaput ketuban yang dibuktikan dengan adanya kebocoran cairan ketuban (amnioreksis)
Kata Kunci : Ketuban, janin, ibu.
sebelum persalinan yang terjadi setelah usia kehamilan
PENDAHULUAN
preterm dan aterm. Jika KPD terjadi sebelum usia
22 minggu. KPD dapat terjadi pada usia kehamilan
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah dini
kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada
(KPSW) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
kehamilan prematur (Prawirohardjo, 2010). Menurut
sebelum persalinan. Ini dapat terjadi selama kehamilan
Manuaba (2008), ketuban pecah dini (KPD) atau
cukup bulan atau persalinan prematur. Insiden KPD
ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput
adalah
Insiden
ketuban sebelum tanda-tanda persalinan terjadi. Pada
kehamilan cukup bulan adalah antara 6-19%. Insiden
kasus KPD prematur dan hipoplasia paru merupakan
kelahiran prematur adalah 2% dari semua kehamilan.
komplikasi fatal yang terjadi (Yang. 2004).
Hampir semua KPD prematur lahir sebelum aterm atau
Pada ketuban pecah dini terjadi beberapa perubahan
melahirkan dalam waktu seminggu setelah ketuban
seperti penurunan jumlah jaringan kolagen dan
pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal
terganggunya struktur kolagen, serta peningkatan
disebabkan oleh kelahiran prematur.
aktivitas kolagenolitik, dimana degradasi kolagen
8-10%
dari
semua
kehamilan.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 25
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
terutama disebabkan oleh matrix metalloproteinases
Untuk itu diperlukan penelitian ini untuk mengetahui
(MMP).
memproduksi
faktor dan bahaya yang akan terjadi jika ketuban pecah
inhibitor
tidak tepat waktu. Hal ini juga untuk menurunkan
metalloproteinases (TIMP). Integritas selaput ketuban
angka kematian bayi mulai dari antenatal care dan
dipertahankan selama kehamilan karena aktivitas MMP
dilanjutkan
yang dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi
Menegakkan diagnosis ketuban pecah dini yang akurat
(Tency et al., 2012). Saat menjelang persalinan,
dapat mencegah komplikasi bagi ibu dan janin.
Membran
amnion
metalloproteinase
juga
inhibitors/tissue
keseimbangan akan bergeser, meningkatkan kadar
dengan
intranatal
care
yang
baik.
MMP dan penurunan TIMP yang akan menyebabkan
METODE
degradasi matriks ekstraseluler membran amnion yang
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi
selanjutnya dapat menyebabkan pecahnya membran
kepustakaan sebagai rangkaian kegiatan yang berkaitan
amnion (Moore et al., 2006; Menon dan Fortunato,
dengan
2007; Sukhik et al., 2015). Ketuban pecah dini yang
membaca dan mencatat, serta mengelola bahan
terjadi sebelum aterm terjadi karena berbagai faktor,
penelitian (Zed 2008) fakta dan keadaan yang ingin
antara
dan
peneliti gambarkan. Sampel yang digunakan dalam
Matrix
penulisan artikel ini adalah literature review, yaitu
Metalloproteinase (MMP) dan Tissue Inhibitor Matrix
pencarian literatur baik internasional maupun nasional
Metalloproteinase
(TIMP),
peningkatan
aktivitas
yang dilakukan dengan menggunakan jurnal dan buku
kolagenase
protease,
peningkatan
tekanan
yang tersedia.
lain
peningkatan
ketidakseimbangan
dan
sitokin
interaksi
lokal
antara
intrauterin (misalnya polihidramnion) dan sejumlah
metode
pengumpulan
data
kepustakaan,
faktor risiko klinis, termasuk gangguan jaringan ikat
HASIL DAN PEMBAHASAN
(misalnya, sindrom Ehlers-Danlos). Kolonisasi bakteri
1. Komposisi dan Produksi Cairan Ketuban
yang meningkat di vagina juga dapat menyebabkan
Cairan ketuban (AK) adalah cairan bening berwarna
respon inflamasi lokal termasuk produksi sitokin,
agak
prostaglandin, dan MMP yang dapat menyebabkan
kandungan selama kehamilan, terletak di kantung
melemahnya dan degradasi selaput ketuban, yang pada
ketuban, dan memiliki banyak fungsi. Cairan ketuban
gilirannya dapat menyebabkan pecahnya selaput
yang berubah menjadi hijau atau coklat, menunjukkan
ketuban (Brian, 2007).
kekuningan
bayi
baru
yang
lahir
menahan
janin
mengeluarkan
dalam
mekonium,
menunjukkan bahwa bayi baru lahir mengalami stres Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang
dan hipoksia. Mekonium adalah feses janin dan
komprehensif untuk mengurangi kejadian persalinan
neonatus pertama dan mengandung enzim pankreas,
preterm dan infeksi pada rahim. Pemberian asuhan
asam lemak bebas, orfilin, interleukin 8, fosfolipase
yang akan diberikan pada kasus seperti ini harus
A2, bilirubin indirek, dan bilirubin direk. Karena air
berkualitas tinggi dan sesuai dengan standar dalam
merupakan komponen terbesar (85% -95%), kekeruhan
penerapannya, yang dapat bermakna dalam mencegah
cairan
komplikasi. Selain itu, mengetahui faktor penyebab
mekonium mengandung asam empedu. Berkaitan
ketuban
dalam
dengan hal tersebut, perlu dilakukan identifikasi
mengidentifikasi pemecahan masalah atau memberikan
keberadaan feses AK. Uji kekeruhan dapat dilakukan
perawatan yang lebih tepat.
secara visual (makroskopik) atau dengan mikrometer
pecah
dini
akan
berpengaruh
ketuban
terutama
disebabkan
feses
dan
dan spektrofotometri.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 26
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Cairan ketuban, adalah cairan yang mengisi rahim yang Pada fase awal kehamilan, cairan ketuban difiltrasi dari diproduksi oleh sel-sel trofoblas. Cairan ini merupakan plasma ibu dan dibentuk oleh sel ketuban. Pada sumber nutrisi janin di dalam kandungan. Sejak usia 12 trimester kedua kehamilan, cairan ketuban dibentuk minggu, janin mulai meminum cairan ketuban dan oleh penyebaran ekstraseluler melalui kulit sehingga mengeluarkannya melalui urin. Cairan ini ada di pembentukannya seperti plasma janin. Selain itu, pada selaput ketuban, yang merupakan jaringan tipis dengan trimester berikutnya, terdapat susunan substansi tanduk diameter kurang dari 1 mm. Selaput ketuban terdiri dari kulit janin dan menghambat dispersi plasma janin selaput ketuban dan korion, yang merupakan lapisan sehingga sebagian besar cairan ketuban dibentuk oleh perlekatan yang terdiri dari beberapa jenis sel seperti sel ketuban dan urin janin. sel epitel, sel mesenkim, dan sel membran trofik yang menyatu dengan matriks kolagen. Lapisan ini menahan Ginjal janin mulai mengeluarkan air seni sejak usia 12 cairan ketuban, melepaskan zat ke dalam cairan minggu dan setelah tiba pada usia 18 minggu mereka ketuban dan rahim, dan melindungi janin dari dapat mengeluarkan air seni sebanyak 7-14 cc/hari. peningkatan infeksi pada sistem reproduksi (Parry dan Istilahnya bayi buang air kecil 27 cl jam atau 650 cc Strauss. 1998). Karena tidak ada pembuluh darah di dalam sehari. Oleh karena itu, ciptaan yang membentuk dinding selaput ketuban, perdarahan tidak terjadi cairan ketuban adalah: meskipun pecah. Saat kehamilan berlanjut, dinding 1. Peningkatan cairan ketuban sama sekali bukan cairan ketuban menjadi tipis, tapi masih kuat menahan peningkatan lurus namun berbeda sebagai berikut. peningkatan tekanan yang diberikan janin sampai a) Bertambah 10 cc, sampai umur sekitar dua bulan persalinan. Beberapa selaput ketuban harus dipecahkan b) Bertambah 60 cc, sampai umur 21 minggu oleh dokter atau bidan jika selaput ketuban tidak pecah c) Ada pengurangan yang sedang berlangsung hingga saat melahirkan (Esty, 2010).
kehamilan 33 minggu d) Kenaikannya tetap sampai masa termin dan
Ketika plasenta terbentuk sempurna pada minggu ke- mencapai berapa sekitar 800-1500 cc 16, biasanya pada saat ini cairan ketuban telah e) Perkembangannya cukup lama, terjadi penurunan memenuhi seluruh rongga rahim. Volume cairan sekitar
150
cc/minggu
sehingga
akan
terjadi
ketuban pada kehamilan cukup bulan mencapai 1000 oligohidramnion hingga 1500 mL, dalam kasus hidramnion, volume 2. Kemudian usia kehamilan melampaui 12 minggu, cairan ketuban melebihi 2000 mL. Kondisi ini terjadi yang berperan dalam pembentukan cairan ketuban karena kelainan janin.
adalah: a) Ginjal janin ditemukan:
Sebagai pelindung janin, cairan ketuban terdiri dari
Urea
berbagai bahan yang dikelompokkan menjadi bahan
Kreatinin
organik dan anorganik:
Asam urat
1. Bahan organik terdiri dari protein, vernik kasoesa b) Deskuamasi kulit janin: (lemak pada kulit janin), bulu halus (lanugo), zat
Kulit janin deskuamasi-sel janin hadir
lemak, lesitin dan spingomielin.
Rambut Lanugo
2. Bahan anorganik terdiri dari air dan garam yang larut
Vernik kascosa Dan lain-lain.
dalam air
c) Sekresi cairan dari paru-paru janin
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 27
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
d) Transudat dari permukaan amnion plasenta
Menyebarkan kekuatannya (kompresi bergabung
Strukturnya seperti plasma ibu. Struktur umum
dengan siksaan) sehingga serviks
cairan ketuban
bisa terbuka
Udara sekitar hampir 100%
Membersihkan saluran kelahiran karena cairan
Bahan-bahan perhiasan sekitar 1% alami
ketuban memiliki daya pembersih
Ketebalan 1007-1008
Melancarkan
e) Hormon atau zat kimia seperti dalam cairan ketuban
jalan
keluar
untuk
bayi
saat
persalinan
Epidermal Growth Factor (EGF) fungsi hormon ini antara lain adalah untuk
3. Etiologi Ketuban Pecah Dini
membantu tumbuh kembang janin dan sistem
Tingkat
KPD
dapat
menyebabkan
gastro intestinalnya.
masalah bagi ibu dan janin, misalnya pada ibu
Parathyreid hormone-related protein (PTH-P) dan
dapat
endotelin-1, kapasitas untuk
keterlambatan
memperkuat perkembangan surfaktan yang sangat
kehamilan. Terlepas dari banyaknya distribusi
berharga ketika anak mulai bernafas di luar perut.
tentang KPD, alasannya masih belum jelas dan
menyebabkan
beberapa
kontaminasi
persalinan,
nifas,
kematian
pasca
3. Sirkulasi cairan ketuban sangat penting agar
belum sepenuhnya pasti. Faktor kecenderungan
volumenya dapat terjaga secara konsisten. Pedoman ini
yang mungkin masih menjadi dugaan adalah:
dilengkapi dengan tiga bagian penting yaitu :
1) Infeksi pada neonatus masih merupakan masalah
a) Produksi yang disampaikan oleh sel ketuban
yang sulit di indonesia.
b) Banyak produksi air kencing
a. Amnionitis atau Chorioamnionitis adalah suatu
c) Banyak jumlah cairan ketuban yang ditelan oleh
kondisi pada ibu hamil dimana chorion, amnion dan
embrio
cairan
Kemudian pada trimester berikutnya, perjalanannya
Korioamnionitis merupakan komplikasi yang paling
meluas seperti yang ditunjukkan oleh usia kehamilan
nyata bagi ibu dan bayi, bahkan dapat berkembang
sampai mendekati aterm, mencapai 500 cc/hari.
menjadi sepsis (Prawirohardjo. 2010). Kelompok
ketuban
mikroorganisme
terkontaminasi
streptokokus
B
mikroorganisme.
secara
teratur
2. Fungsi Cairan Ketuban
menyebabkan amnionitis. Juga, Bacteroides fragilis,
Cairan ketuban juga memiliki fungsi lain yang dapat
lactobacilli dan staphylococcus epidermidis adalah
bekerja selama kehamilan dan persalinan:
mikroba yang secara teratur ditemukan dalam cairan
1) Fungsi cairan ketuban selama kehamilan
ketuban pada kehamilan prematur. Mikroba ini dapat
Memberi kesempatan pada embrio untuk bergerak
melahirkan orang tengah yang provokatif yang
tanpa susah ke segala arah
menyebabkan penarikan rahim. Hal ini menyebabkan
Memberi tekanan halus saat embrio mengalami
perubahan dan pembukaan serviks dan retaknya selaput
trauma
ketuban (Mitchell, 2004).
menjauhkan dari cedera langsung pada embrio
b. Infeksi genitalia sebagai salah satu penyebab KPD
Bantalan suhu panas dan dingin
dan persalinan prematur. Vaginosis bakterialis adalah
2) Fungsi cairan ketuban selama proses persalinan
vegetasi vagina biasa dengan sentralisasi mikroba
impartu
anaerob yang tinggi, misalnya Gardnerella vaginalis yang menyebabkan kontaminasi.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 28
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
2) Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi
disebut hidramnion intens, atau lambat laun disebut
(serviks inkompetensia) keadaan ini tergantung pada
hidramnion persisten. Hidramnion yang disertai dengan
kegagalan
mempertahankan
anomali intrinsik, terutama pada sistem sensorik fokal
kehamilan. Anomali ini dapat berhubungan dengan
dan parsel gastrointestinal, sangat tinggi. Selain itu,
kelainan uterus lainnya seperti septum uterus dan
tidak terduga ditemukan pada banyak kehamilan dan
bicornis. Kebanyakan kasus adalah akibat dari trauma
beberapa infeksi ibu, misalnya diabetes mellitus,
pada bedah serviks. Dalam sebuah perentase jauh dari
toksemia.
aterm, serviks mungkin akan menipis dan melebar
5) Anomali posisi (sungsang dan ruang lingkup). Pada
bukan karena gerakan rahim yang meluas melainkan
keadaan sekarang ini, tidak ada bagian bawah janin
karena kelemahan rahim yang menyebabkan retakan
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) sehingga
pada lapisan. Kondisi ini digambarkan dengan dilatasi
menjadi lapisan yang lebih rendah (Saifudin, 2002).
serviks yang mudah pada trimester kedua atau awal
Pengangkutan dalam posisi sungsang diperdebatkan
kehamilan trimester ketiga diikuti dengan prolaps
dengan alasan bahwa keterikatannya tidak jelas,
selaput ketuban melalui serviks dan distensi lapisan ke
terutama dalam pengangkutan kepala anak. Penyebab
dalam vagina, peristiwa ini diikuti oleh pecahnya
daerah sungsang adalah adanya plasenta previa,
lapisan ketuban dan selanjutnya ekspulsi janin imatur
keadaan bayi yang menyebabkan letak sungsang
sehingga kemungkinan janin akan meninggal.
(makrosemia, hidrosefalus, anensefalus), kondisi cairan
3) Cedera seperti seks selama kehamilan beberapa kali
ketuban
setiap minggu, penilaian amniosentesis. Penilaian di
kehamilan (banyak kehamilan, kehamilan ganda),
dalam adalah kontrol jari analis yang masuk ke dalam
keadaan rahim (uterus arquatic). , keadaan sekat perut,
vagina. Hal ini dapat memicu terjadinya KPD karena
kondisi tali pusar (pendek, ada bercak tali pusar di
adanya bahaya penyakit yang masuk ke dalam vagina
leher). Posisi sungsang dapat menyebabkan tekanan
yang dapat merusak lapisan amnion sehingga lapisan
rahim meningkat, sehingga membuat lapisan amnion
tersebut menjadi rapuh dan lama kelamaan akan pecah
retak secara spontan.
secara tiba-tiba (Park. 2007). Amniosentesis adalah
6) Usia dibawah 20 tahun atau lebih 35 tahun. Umur
pengambilan
sayatan
adalah lamanya hidup seseorang yang ditentukan
perabdominal langsung melalui rahim ke dalam lubang
tergantung pada ulang tahun terakhir. Usia adalah salah
ketuban, kemudian, pada saat itu, mengisap cairan
satu kualitas individu dalam pemeriksaan epidemiologi
ketuban untuk penilaian untuk membangun kesimpulan
yang merupakan variabel penting yang serius karena
pra-kelahiran
Karena
berbagai penyakit atau kesulitan yang ditemukan
amniosentesis, selaput ketuban mengalami shock
dengan berbagai jenis kekambuhan yang disebabkan
sehingga lapisan tersebut retak secara tiba-tiba
oleh usia.
serviks
cairan
uteri
untuk
ketuban
melalui
penyimpangan
janin.
(oligohidramnion,
hidramnion),
kondisi
(Maimunah. 2005). 4)
Ketegangan
berlebihan polihidramnion
intrauterin
yang
(overdistensi dan
gameli.
meluas
uterus),
secara
misalnya
Hidramnion
4. Patofisiologi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya Pecah ketuban merupakan bagian penting dari interaksi
atau
persalinan dan biasanya diikuti dengan timbulnya
polihidramnion adalah kondisi di mana jumlah cairan
kompresi uterus. Ketuban pecah saat persalinan
ketuban melebihi 2000cc. Pemuaian cairan ketuban
disebabkan oleh melemahnya lapisan rahim akibat
dapat terjadi secara tiba-tiba dalam beberapa hari
stenosis dan terus membesar.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 29
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Terlepas dari kenyataan bahwa ketuban pecah biasanya
5. Pemeriksaan Ketuban Pecah Dini
disebabkan oleh stenosis rahim, ruptur endometrium
Analisis
sebelum timbulnya kompresi rahim terjadi pada 10%
menggunakan data pelepasan cairan secara tiba-tiba
kehamilan dan 40% pada kehamilan awal. Hal ini
dengan bau khas. Terlepas dari data yang diberikan
menunjukkan
bahwa
yang
oleh pasien, beberapa penilaian dapat dilakukan
menyebabkan
pemanjangan
merupakan
memastikan bahwa cairan yang keluar adalah cairan
komponen utama penyebab terjadinya fraktur lapisan
ketuban, tes pakis dan tes nitradine. Prosedur evaluasi
(Goldnberg, 2008).
harus memungkinkan untuk menentukan kerusakan
Mekanisme
pecahnya
gaya
kontraktil bukan
slaput
ketuban
sebelum
ketuban
mudah
dilakukan
dengan
ketuban prematur.
waktunya dapat terjadi sebagai berikut:
1) Pemeriksaan mikroskopis untuk mengambil sampel
1) Lapisan amnion tidak padat karena tidak adanya
cairan amnion pada bronkus posterior dan sampel
jaringan ikat dan vaskularisasi. Saat serviks melebar,
cairan untuk pemeriksaan bakteriologis.
selaput ketuban sangat lemah dan pecah secara efektif
2)
dengan mengalirkan cairan ketuban.
mengurangi kemungkinan kontaminasi infeksi dan
2) Kolagen ditemukan pada lapisan tereduksi dari
kelahiran prematur (Manuaba, 2013).
amnion, fibroblas, jaringan retikuler korionik dan
Menurut Nugroho (2010), evaluasi selaput ketuban
trofoblas. Perpaduan dan kerusakan jaringan kolagen
harus dilakukan dengan ultrasonografi.
dibatasi oleh pengaturan pergerakan dan pengendalian
1) Peringkat ini digunakan untuk melihat berapa
interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Dengan asumsi
banyak cairan ketuban pada depresi rahim.
bahwa ada penyakit dan iritasi, ada perluasan kerja IL-
2) Karena KPD terlihat seperti cairan ketuban. Namun
1 dan prostaglandin, memberikan kolagenase jaringan,
demikian, kegagalan sering terjadi pada pasien dengan
menyebabkan
oligohidramnion.
depolimerisasi
kolagen
di
lapisan
Lakukan
penilaian
dengan
hati-hati
untuk
korion/amnion, membuat lapisan amnion menjadi sedikit, rapuh dan mudah pecah secara tiba-tiba. .
6. Penanganan Pada Ketuban Pecah Dini
3) Patofisiologi Pada infeksi intrapartum :
1) Penatalaksanaan Klinis.
a. Ascending infectiom (naiknya mikroorganisme),
Kasus KPD yang cukup bulan, jika di tindak dengan
pecahnya slaput ketuban menyebabkan hubungan
mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah
langsung antara ruang intraamniotik dan bagian dunia
sesar, dan jika menunggu persalinan spontan maka
luar.
akan menaikkan insidensi chorioamnionitis, dengan
b. Penyakit intraamnion dapat terjadi secara langsung
asumsi bahwa dinamika segera akan meningkatkan
di dalam ruang ketuban, atau dengan menyebarkan
frekuensi
kontaminasi melalui dinding rahim, lapisan janin, dan
menggantung
kemudian ke dalam ruang intraamnion.
meningkatkan tingkat korioamnionitis. Kasus KPD
c. Dapat juga jika ibu memiliki kontaminasi dasar,
yang kurang bulan harus dijamin bahwa tidak akan ada
penyakit intrauterin dapat menyebar melalui plasenta
RDS, dan dengan asumsi teknik bulan digunakan untuk
(jalur fetomaternal). Kegiatan iatrogenik yang buruk
memberikan waktu untuk pengembangan paru-paru,
atau pemeriksaan dalam terlalu sering.
harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang
operasi ketat
caesar, untuk
dan alat
dengan angkut
asumsi akan
akan terjadi dalam progonosis janin.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 30
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Penatalaksanaan KPD bergantung pada usia kehamilan. Jika usianya tidak diketahui dengan pasti, pemeriksaan USG segera dilakukan untuk menentukan usia kehamilan dan letak janin bahaya KPD yang lebih sering pada bayi prematur adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Pada kehamilan prematur, penilaian yang hati-hati diharapkan dapat menentukan waktu yang ideal untuk persalinan. Saat 34 minggu atau lebih, paru-paru berkembang, korioamnionitis diikuti oleh sepsis janin adalah alasan signifikan untuk perluasan kematian dan kematian janin. Selama kehamilan cukup bulan, kontaminasi janin secara langsung berhubungan dengan rentang retakan cairan ketuban atau siklus inert. a. Penatalaksanaan KPD selama kehamilan (>37 minggu). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa masa inkubasi dan periode KPD sangat terkait dengan peningkatan infeksi KPD dan komplikasi lainnya. Jarak antara ketuban pecah dini dan permulaan persalinan disebut periode laten = L, P = periode "tertunda". Semakin muda usia kehamilan, semakin banyak L.P. Akan lebih lama. Pada dasarnya, pecahnya selaput ketuban menyebabkan persalinan itu sendiri. Bahkan sekitar 7080% kehamilan melahirkan anak dalam waktu 24 jam, setelah itu ketuban . Pemberian
KESIMPULAN 5. Pemeriksaan Ketuban Pecah Dini Analisis
ketuban
mudah
dilakukan
dengan
menggunakan data pelepasan cairan secara tiba-tiba dengan bau khas. Terlepas dari data yang diberikan oleh pasien, beberapa penilaian dapat dilakukan memastikan bahwa cairan yang keluar adalah cairan ketuban, tes pakis dan tes nitradine. Prosedur evaluasi harus memungkinkan untuk menentukan kerusakan ketuban prematur. 1) Pemeriksaan mikroskopis untuk mengambil sampel cairan amnion pada bronkus posterior dan sampel cairan untuk pemeriksaan bakteriologis. 2)
Lakukan
penilaian
dengan
hati-hati
untuk
mengurangi kemungkinan kontaminasi infeksi dan kelahiran prematur (Manuaba, 2013). Menurut Nugroho (2010), evaluasi selaput ketuban harus dilakukan dengan ultrasonografi. 1) Peringkat ini digunakan untuk melihat berapa banyak cairan ketuban pada depresi rahim. 2) Karena KPD terlihat seperti cairan ketuban. Namun demikian, kegagalan sering terjadi pada pasien dengan oligohidramnion.
antitoksin profilaksis dapat mengurangi penyakit ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Terlepas dari kenyataan bahwa antitoksin tidak
1. Huliana, M. (2001). Panduan Menjalani Kehamilan
memiliki
nilai
dalam
kandungan
untuk
janin,
penghindaran korioretinitis diprioritaskan daripada pengobatan dan antibiotik profilaksis harus diberikan. b. Penanganan KPD pada kehamilan prematur (<37 minggu). Pada kasus KPD dengan usia kehamilan prematur,
tidak
ada
indikasi
kontaminasi,
Sehat. Puspa Swara. 2. Irmawati. (n.d.). Tanya Jawab Lengkap Kehamilan Bermasalah. (Hira, Ed.) Laksana. 3. Kosim, M. S. (2010, Februari). Pemeriksaan Kekeruhan Air Ketuban. Sari Pediatri, 11. 4. Manuaba, C., Manuaba, & Manuaba, F. (2007).
pemberiannya sedang, ditambah dengan antimikroba
Pengantar Kuliah Obstetri. Buku Kedokteran EGC.
yang cukup sebagai profilaksis. Pasien harus dirawat di
5. Metti, E. (2021). Asuhan Keperawatan Ibu Hamil
rumah sakit, ditidurkan posisi terlentang, tidak perlu
Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD): Aplikasi Teori
ada pemeriksaan dalam untuk mencegah kontaminasi
Keperawatan Need For Help Wiedenbach. NEM.
dan kehamilan diupayakan untuk mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen diberikan untuk menunda
6. Negara, K. S. (2021). Matriks Metalloproteinase pada Ketuban Pecah Dini. DEEPUBLISH.
siklus persalinan (Manuaba , 2013).
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 31
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Edukasi Masyarakat Tentang Pentingnya Cardiopulmonary Resuscitation Dalam Menghadapi Kesiapsiagaan Bencana ; Systematic Review Ninda Aina Juwita 1 , Muchamad Naufal Falakhi 2 , Gita Sabrina Pratiwi 3 , Yasmin Putri Islamay 4 , Niken Sari Nuraini 1
, M. Rizky Asfarada 6
Institut Kesehatan Rajawali, Indonesia, juwitaaina5@gmail.com 2
3
5
Universitas Airlangga, Indonesia, m.naufal.falakhi@gmail.com
Universitas Jenderal Soedirman, Indonesia, sabrinapratiwi08@gmail.com 4 5 6
Universitas Hasanuddin, Indonesia, yasminputri2904@gmail.com Universitas Jember, Indonesia, penerjangcakrawala@gmail.com
Universitas Hasanuddin, Indonesia, contactmeasfarada@gmail.com
ABSTRAK
Hasil systematic review yang dilakukan dari beberapa
Latar Belakang : Kegawatdaruratan merupakan peristiwa tiba-tiba yang menuntut tindakan segera, hal ini dapat disebabkan karena kejadian alam, bencana teknologi, perselisihan, atau kejadian yang diakibatkan oleh manusia (WHO dalam Dewi, 2015). Menurut Hardisman (2014), henti jantung atau cardiac arrest merupakan keadaan dimana sirkulasi normal darah berhenti mendadak ditandai dengan menghilangnya
jurnal dapat diketahui bahwa dilakukannya pelatihan CPR
pada
masyarakat
dapat
meningkatkan
pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam melakukan
pertolongan
pertama
dalam
kondisi
kegawatdaruratan bencana. Kata Kunci : Masyarakat, CPR, Kegawatdaruratan, Bencana Alam
tekanan darah arteri di Indonesia diperkirakan sekitar
PENDAHULUAN
10.000 warga per tahun yang berarti 30 orang per hari
Kegawatdaruratan merupakan peristiwa tiba-tiba yang
mengalami henti jantung. Tujuan : Mengetahui
menuntut tindakan segera yang dapat disebabkan oleh
seberapa penting edukasi kepada masyarakat tentang
kejadian alam, bencana teknologi, perselisihan atau
cardiopulmonary
dalam
kejadian yang diakibatkan oleh manusia (WHO dalam
menghadapi kesiapsiagaan bencana. Metode : Metode
Dewi, 2015). Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi
yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah
sewaktu - waktu. Henti jantung merupakan salah satu
dengan literature review. Pencarian artikel dilakukan
kondisi kegawatdaruratan yang dapat mempengaruhi
melalui beberapa database seperti Google Scholar,
ancaman jiwa dan harus dilakukan penanganan
Science Direct, dan Pubmed. Kata kunci yang
sesegera mungkin (Truhlar, 2015).
digunakan
adalah
resuscitation
CPR,
(CPR)
kesiapsiagaan,
disaster
preparedness, dan nursing. Dari hasil pencarian
Menurut Hardisman (2014), henti jantung atau cardiac
digunakan 15 artikel sebagai bahan analisis yang
arrest merupakan keadaan dimana sirkulasi normal
relevan
darah
dengan
topik
yang
dibahas
penulis.
berhenti
mendadak
ditandai
dengan
Kesimpulan: Kompresi dada dilakukan dalam CPR
menghilangnya tekanan darah arteri. Henti jantung
dapat menyelamatkan nyawa pasien henti jantung.
dapat mengakibatkan fibrilasi ventrikel, asistol, dan
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 32
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
takikardia ventrikel tanpa nadi. Kejadian henti jantung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
di luar rumah sakit sebagian besar terjadi di rumah. Out
mengetahui
of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) merupakan
masyarakat tentang cardiopulmonary resuscitation
kejadian henti jantung mekanis yang terjadi di luar
(CPR) dalam menghadapi kesiapsiagaan bencana.
rumah sakit dengan ditandai tidak adanya tanda-tanda sirkulasi. Salah satu penyebab utama kematian di kalangan orang dewasa di Amerika Serikat adalah OHCA dengan jumlah kejadian mencapai sekitar 300.000 setiap tahun dan sekitar 92% orang meninggal
seberapa
penting
edukasi
kepada
METODE Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah menggunakan tinjauan sistematis melalui review jurnal mengenai etik perawat dalam pemberian
karena OHCA (Bryant et al dalam Dewi, 2015).
CPR, CPR dalam kesiapsiagaan bencana, pelatihan
Di Indonesia sendiri belum didapatkan data yang jelas
beberapa database seperti google scholar, science direct
CPR.
mengenai jumlah prevalensi kejadian henti jantung di kehidupan sehari-hari atau di luar rumah sakit, namun diperkirakan sekitar 10.000 warga per tahun yang berarti 30 orang per hari mengalami henti jantung. Peristiwa terbanyak dialami oleh penderita jantung koroner. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit stroke dan jantung koroner diperkirakan akan terus meningkat
Pencarian
artikel
dilakukan
menggunakan
dan Pubmed. Pada tahap awal didapatkan artikel sebanyak 83 dari artikel mulai tahun 2017 - 2021 dengan kata kunci CPR, kesiapsiagaan, disaster preparedness,
dan
nursing.
Dari
artikel
yang
ditemukan, hanya digunakan sebanyak 15 yang dianggap relevan sesuai dengan topik yang dibahas penulis.
mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 (Depkes,
HASIL DAN PEMBAHASAN
2014).
Berdasarkan
hasil
penelusuran
literatur
dalam
penelitian ini, terdapat tiga tema yang diangkat yaitu Intervensi
yang
kasus
etik perawat dalam pemberian CPR, CPR dalam
kegawatdaruratan dalam hal ini yaitu cardiac arrest
kesiapsiagaan bencana, serta pelatihan CPR dan
adalah Basic Life Support atau yang dapat dikenal
kesiapsiagaan bencana.
dengan
tepat
Bantuan
dalam
Hidup
mengatasi
Dasar
(BHD).
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau yang biasa
Etik Perawat dalam Pemberian CPR
disebut
Resusitasi
sekumpulan
Jantung
intervensi
Paru
yang
(RJP)
adalah
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi
bertujuan
untuk
Jantung Paru (RJP) merupakan sekumpulan intervensi
mempertahankan dan mengembalikan fungsi vital
yang
organ pada korban henti jantung dan henti nafas.
mempertahankan fungsi vital organ manusia yaitu
Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan
jantung untuk pasien henti nafas dan henti jantung,
bantuan nafas (Hardisman, 2014).
intervensi yang diberikan berupa kompresi dada dan
bertujuan
untuk
mengembalikan
serta
bantuan nafas (Hadisman, 2014). Menurut AHA dalam Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk
penelitian Shinta A.A menyebutkan bahwa CPR sangat
meneliti
Tentang
penting dilakukan bahkan menjadi penentu dalam
Pentingnya Cardiopulmonary Resuscitation dalam
keberlangsungan hidup korban, berkaitan dengan itu
Menghadapi Kesiapsiagaan Bencana”.
maka dibutuhkan bystander BHD yang berkualitas.
tentang
“Edukasi
Masyrakat
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 33
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Bystander CPR adalah seseorang yang bertugas di
CPR dalam Kesiapsiagaan Bencana
lokasi kejadian yang sukarela membantu orang lain
Menurut penelitian Joice dkk (2021) Indonesia
dalam melakukan resusitasi jantung paru untuk korban
merupakan negara rawan bencana baik bencana alam,
yang mengalami henti jantung (Smith et al, 2016).
non
Perlindungan hukum yang minim di beberapa negara
mengoptimalisasi
membuat Bystander khawatir akan beban moral dan
masyarakat
stigma sosial tentang pelecehan kepada korban.
mendapatkan hasil yang sangat signifikan. Bencana
Penerapan hukum “Good Samaritan Law (GSL)” di
kerap kali menimbulkan krisis kesehatan meliputi
beberapa negara sukses melindungi bystander dalam
korban
memberikan
dan
pengungsian dan rusaknya fasilitas kesehatan. Peneliti
menurunkan rasa ragu serta takut terhadap tuntutan
juga menyebutkan upaya yang dapat dilakukan untuk
akibat cedera atau kematian yang diakibatkan oleh
mengurangi dampak bencana dengan melakukan
tindakan CPR (Meng, dkk., 2017).
pertolongan gawat darurat yang harus dilakukan secara
pertolongan
kepada
korban
alam,
maupun
pengetahuan
melalui
meninggal,
sosial. audio
luka
Dengan siaga
visual
ringan
ini,
sampai
tujuan bencana peneliti
berat,
cepat, tepat, dan cermat guna mencegah kematian dan Persepsi mengenai Bystander ini berhasil diteliti oleh
kecacatan.
Wiwin Winarti dan Rosiana (2020) yang menyatakan bahwa persepsi terhadap perlindungan hukum sangat
CPR merupakan penentu dalam kelangsungan hidup
mempengaruhi keinginan perawat dalam memberikan
korban yang mengalami henti jantung. Komponen
tindakan CPR pada Out-of-Hospital Cardiac Arrests
penting dalam CPR adalah kedalaman kompresi,
(OHCA) serta promosi mengenai aspek legal dan etik
kecepatan kompresi, ventilasi, return of spontaneous
serta landasan hukum perlindungan kepada Bystander
circulation (ROSC) dan meminimalkan interupsi
CPR sangat penting untuk meningkatkan jumlah
(European Resuscitation Council : 2010). CPR
Bystander. Peneliti juga menyebutkan bahwa persepsi
merupakan faktor penting untuk meningkatkan peluang
positif memperbesar peluang perawat untuk menjadi
bertahan hidup dan pemulihan. CPR dikenal dengan
Bystander.
masa emas yaitu tiga menit pertama terhitung sejak terhentinya detak jantung secara. Kompresi dada dalam
Penelitian oleh Kombong dan Hatala (2021) yang
CPR sangat dapat membantu menyelamatkan nyawa
bertujuan untuk mengetahui kesiapan perawat di RSUD
siapapun yang membutuhkan. Teknik ini dapat
dr. Haulussy Ambon dalam melakukan resusitasi
mengirimkan oksigen yang cukup yang dibutuhkan
jantung paru yang didasarkan pada pengetahuan, sikap
otak dan organ vital guna mengembalikan kerja otak
serta keterampilan di masa pandemi COVID-19. Dalam
dan organ vitas sebelum obat definitif diberikan untuk
penelitian disebutkan bahwa sikap, pengetahuan serta
mengembalikan irama normal jantung (Saddam, 2018).
keterampilan perawat dalam melaksanakan CPR dapat dikatakan sudah siap. Dalam penelitian ini didapatkan
Penelitian yang dilakukan oleh Hernando (2016)
hubungan atau korelasi antara pengetahuan, sikap serta
tentang Pengaruh Pelatihan Basic Life Support (BLS)
keterampilan RJP dengan kesiapsiagaan perawat dalam
terhadap tingkat kesiapan melakukan Cardiopulmonary
melakukan RJP .
Resuscitation (CPR)
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 34
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
pada mahasiswa keperawatan Universitas ‘Aisyiah
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan CPR
Yogyakarta, menyebutkan bahwa terdapat peningkatan
terhadap
tingkat kesiapan melakukan CPR setelah dilakukan
ditunjukkan dalam penelitian oleh Ngirarung, Mulyadi
pelatihan BLS. Hasil Penelitian dari Ngurah dan Putra
dan Malara (2017) yang dilakukan pada siswa SMA
(2019) mengenai pengaruh pelatihan resusitasi jantung
Negeri 9 Binsus Manado dengan pemberian simulasi
paru
CPR
terhadap
kesiapan
Sekaa
Teruna
dalam
pemberian
menggunakan
pertolongan
manikin
pertama
dan
matras.
juga
Hasil
memberikan pertolongan pada kasus kegawatdaruratan
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
henti jantung menunjukkan hasil yang signifikan dalam
yang signifikan dari simulasi tindakan CPR terhadap
meningkatkan
pertolongan
tingkat motivasi siswa dalam menolong korban henti
pertama. Kesiapan merupakan kemampuan seseorang
jantung. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh
menerapkan pengetahuan dalam bentuk tindakan yang
Christianingsih dan Santiasari (2021), dimana pelatihan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakang
CPR
pendidikan, pengalaman kerja, usia dan jenis kelamin.
memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dan
kesiapan
memberikan
yang
diberikan
pada
siswa
SMA
dapat
keterampilan dalam melakukan tindakan CPR. Hal ini Pelatihan CPR dan Kesiapsiagaan Bencana
juga meningkatkan perilaku siswa SMA terhadap
Henti jantung atau cardiac arrest merupakan kondisi
pemberian pertolongan pertama dalam pembentukan
kegawatdaruratan yang mengancam jiwa serta dapat
bystander CPR. Keterlibatan bystander CPR yang cepat
terjadi dimana saja dan kapan saja termasuk saat terjadi
dan tepat dalam menolong korban dapat meningkatkan
bencana.
harapan hidup korban sehingga upaya kesiapsiagaan
Keterampilan
CPR
dan
kesiapsiagaan
bencana merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam
terhadap bencana dapat tercapai dengan baik.
meningkatkan harapan hidup korban dan perlu untuk diketahui setiap orang. Hal ini dikarenakan sebagian
Pelatihan CPR juga dilakukan dalam penelitian oleh
besar orang berpeluang berada dalam situasi yang
Saddam dkk (2018) tentang pelatihan pertolongan
memerlukan pertolongan pertama baik untuk diri
pertama pada KSR-PMI Perguruan Tinggi se-Indonesia
sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, pelatihan
oleh PP-SAR Air Nasional. Disamping pelatihan CPR,
CPR dan kesiapsiagaan bencana perlu dilakukan tidak
dalam penelitian ini juga dilakukan kegiatan pelatihan
hanya oleh tenaga kesehatan seperti perawat, namun
lain dengan pemberian materi, praktek lapangan serta
juga pada setiap bagian masyarakat.
simulasi mengenai kesiapsiagaan bencana. Penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan
Sebuah penelitian oleh Ngurah dan Putra (2019)
peserta
dilakukan
pelatihan
pelaksanaan PP-SAR air dalam penanggulangan
Cardiopulmonary Resuscitation pada salah satu lapisan
bencana. Penelitian lain mengenai kesiapsiagaan
masyarakat yaitu Sekaa Teruna Teruni di Bali. Hasil
bencana oleh Xia dkk (2019) dilakukan pada siswa
penelitian ini menunjukkan dengan dilakukannya
program pendidikan keperawatan di Chengdu, China.
pelatihan CPR, meningkatkan kesiapan masyarakat
Dalam penelitian ini, siswa program pendidikan
tersebut dalam memberikan pertolongan pada kasus
keperawatan
diberikan
kegawatdaruratan. Pengetahuan dan kesiapan dari
keperawatan
bencana
pelatihan yang telah dilakukan menjadi awal dari
kebencanaan, pelatihan triase bencana, dan pelatihan
perilaku memberikan pertolongan CPR pada korban.
kesiapsiagaan keluarga.
dengan
memberikan
dalam
memahami
teknik
pelatihan seperti
dan
metode
kesiapsiagaan
pelatihan
dasar
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 35
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program
tiga menit pertama sejak henti jantung terjadi.
pelatihan bencana yang diberikan dapat meningkatkan
Kompresi dada yang dilakukan dalam CPR dapat
kemampuan mahasiswa keperawatan dalam merespon
membantu menyelamatkan nyawa pasien henti jantung.
bencana. Temuan ini dapat menjadi dasar dalam
Hasil systematic review yang dilakukan dari beberapa
pengembangan program pendidikan dan pelatihan
jurnal dapat diketahui bahwa dilakukannya pelatihan
kesiapsiagaan bencana sehingga kompetensi perawat
CPR
cukup siap dalam bencana, kesiapsiagaan, respon, dan
pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam
pemulihan.
melakukan
pada
masyarakat pertolongan
dapat pertama
meningkatkan dalam
kondisi
kegawatdaruratan bencana. Pelatihan kesiapsiagaan bencana perlu dilakukan pada masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan
DAFTAR PUSTAKA
keterampilan siaga bencana seperti CPR, balut bidai
1. Ahn C, Lee J, Oh J, Song Y, Chee Y, Lim TH, et al.
dan
transportasi
yang
(2017). Effectiveness of feedback with a smartwatch
dilakukan oleh Laoh dkk (2021). Dalam penelitian ini,
for high-quality chest compressions during adult
metode pelatihan yang digunakan yaitu melalui media
cardio arrest : A randomized controlled simulation
audio visual yang menunjukkan terjadi peningkatan
study.
pengetahuan
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0169046
pada
seperti
dalam
masyarakat
penelitian
setelah
dilakukan
pelatihan. Dengan dilakukannya pelatihan tersebut, masyarakat
diharapkan
melaksanakan mitigasi,
dapat
tindakan-tindakan
pengurangan
risiko
siap
dan
mampu
pencegahan
dan
bencana,
serta
kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana, jika terjadi bencana dan sesudah terjadi bencana secara mandiri.
PLoS
ONE
12
(4).
2. Ananda A.R., M. Juniati, M., & S. Wikliv D. (2021). Pengetahuan
perawat
tentang
high-
quality
cardiopulmonary resuscitation (CPR) di enam rumah sakit swasta di indonesia. Nursing Current, 9, 2. 3. Berger C., et al. (2019). Combination of problembased learning with high-fidelity simulation in CPR training improves short and long-term CPR skills: a
KESIMPULAN
randomized single blinded trial. BMC Medical
Kejadian henti jantung di luar rumah sakit sebagian
Education, 19:180.
besar terjadi di rumah. Cardiopulmonary resuscitation
4. Christianingsih, S., & Santiasari, R. N. (2021).
(CPR) atau biasa disebut sebagai resusitasi jantung
Bystander CPR dalam upaya kesiapsiagaan bencana
paru merupakan intervensi yang dapat diberikan untuk
pada siswa sma. Journals of Ners Community, 12,
mempertahankan dan mengembalikan fungsi vital
12–23.
organ pada korban henti jantung dan henti nafas. CPR
5. Kombong R., & Hatala T. N. (2021). Nurses
dilakukan dengan cara kompresi dada dan bantuan
readiness to perform cardiopulmonary resuscitation
nafas. Indonesia merupakan negara rawan bencana baik
during covid-19 pandemi. Jurnal Ilmu Keperawatan
itu bencana alam, non alam, maupun bencana sosial.
Medikal Bedah, 4, 48-56.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
6. Laoh, J. M., Kiling, M., Isworo, & Bobaya, J. (2021).
dampak dari bencana alam adalah dengan pertolongan
Peningkatan pengetahuan siaga bencana melalui
gawat darurat yang cepat, tepat, dan cermat. CPR
media audio visual pada masyarakat di desa kalasey
menjadi komponen penentu korban henti jantung yang
ii. Jurnal Pengabmas Komunitas Kesehatan, 1, 17–
mana masa tersebut dikenal sebagai masa emas yaitu
23.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 36
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
7. Ngirarung, S., Mulyadi, N., & Malara, R. (2017). Pengaruh simulasi tindakan resusitasi jantung paru (RJP) terhadap tingkat motivasi siswa menolong korban henti jantung di sma negeri 9 binsus manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 108532. 8. Ngurah, I. G. K. G., & Putra, I. G. S. (2019). Pengaruh pelatihan resusitasi jantung paru terhadap kesiapan sekaa teruna teruni dalam memberikan pertolongan pada kasus kegawatdaruratan henti jantung. Jurnal Gema Keperawatan, 12(1), 12–22. 9. Saddam, S., Lestanata, Y., Isnaini, I., Ihsan, I., Saoki, M., & Jafar, M. U. A. (2018). Pelatihan pertolongan pertama search and rescue (PP-SAR) air nasional korps sukarela palang merah indonesia dan relawan perguruan tinggi se-indonesia. JMM (Jurnal
Masyarakat
Mandiri),
2(1),
43.
https://doi.org/10.31764/jmm.v2i1.1339 10. Winarti
W.,
&
Rosiana.
(2020).
Persepsi
perlindungan hukum dan aspek etik terhadap keinginan perawat IGD melakukan CPR pada outof-hospital
cardiac
arrest
(OHCA).
Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia, 6 (2), 128-136. Xia, R., Li, S., Chen, B., Jin, Q., & Zhang, Z. (2020). Evaluating the effectiveness of a disaster preparedness
nursing
education
program
in
Chengdu, China. Public Health Nursing, 37(2), 287–294. https://doi.org/10.1111/phn.12685
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 37
Artikel Terbaik
ARTIKEL TERBAIK
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 38
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Resusitasi Jantung Paru Selama Pandemi Covid-19 : Literatur Review Try Septian Mustika Saragih
1
Shela Esteria Simanjuntak 2 1
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara 2
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Tingginya angka kematian yang tinggi tersebut
Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan suatu
disebabkan
prosedur yang dapat dilakukan sebelum kedatangan
pertolongan pertama di luar rumah sakit. Henti jantung
ambulans yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa
yang sering terjadi di luar fasilitas kesehatan
pasien yang sedang mengalami henti jantung. Di masa
memerlukan tindakan segera untuk menyelamatkan
pandemi Covid-19, RJP yang aman tetap dibutuhkan
nyawa pasien. Tindakan pertolongan yang segera pada
dengan mempertimbangkan keselamatan pasien dan
pasien dengan henti jantung dapat meningkatkan
penolong. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
peluang hidup pasien (Hassellqvist, 2015) (MvNally,
metode terbaik untuk melakukan RJP selama pandemi
2011). Selain itu, penyebab tingginya angka kematian
Covid-19. Metode yang digunakan adalah literature
serangan
review, dengan database yang digunakan adalah
kesehatan dan fasilitas kesehatan yang sulit dijangkau
Google Scholar dan Pubmed yang diperoleh 9 artikel.
(Wirasakti, 2020).
karena
jantung
korban
juga
tidak
disebabkan
mendapatkan
oleh
tenaga
Hasil yang diperoleh adalah melakukan CPR dengan menggunakan alat pelindung diri, meminimalkan
Oleh karena itu, diperlukan seseorang yang memiliki
penyediaan ventilasi, menggunakan masker bedah dan
pengetahuan yang memadai baik kognitif, afektif
menggunakan bantuan LUCAS 3 untuk kompresi dada.
maupun psikomotorik mengenai tindakan awal untuk
masker bedah untuk penolong dan korban, hanya
menangani pasien dengan henti jantung, sehingga
melakukan kompresi dada tanpa memberikan ventilasi
mereka akan cenderung berperilaku sesuai dengan apa
dan siklus kompresi untuk 2 penolong dilakukan secara
yang mereka dapatkan, dan mereka dapat melakukan
bergantian setelah 2-3.
pertolongan dengan cepat dan tepat (Wirasakti, 2020).
Kata Kunci : Resusitasi Jantung Paru, Covid-19 Menurut Atmojo dkk, Resusitasi Jantung Paru yang
PENDAHULUAN
dilakukan
sebelum
kedatangan
ambulans
akan
Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan tindakan
meningkatkan peluang bertahan hidup hingga tiga kali
yang dapat dilakukan sebelum datangnya bantuan
lipat.Namun, ada kekhawatiran bagi petugas kesehatan
emergensi yang bertujuan untuk meningkatkan peluang
untuk tertular virus Sindrom Pernafasan Akut Corona-
kelangsungan hidup seseorang yang pernah mengalami
Virus 2 (SARS-CoV-2) atau dikenal dengan Covid-19
henti jantung. Henti jantung merupakan salah satu
saat melakukan RJP, namun di sisi lain, henti jantung
penyebab kematian terbesar di dunia Ewy, 2017).
memerlukan penanganan yang cepat (Wirasakti, 2020).
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 39
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Menurut Neumar dkk, sembilan puluh dua persen
METODE
korban yang mengalami henti jantung di luar rumah
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sakit atau Out-of-Hospital Cardiac Arrest (OHCA),
Literatur Review. Penelusuran literatur dilakukan di
berisiko tinggi meninggal sebelum tiba di Instalasi
database Google Scholar dan Pubmed terbitan 2015
Gawat Darurat. Sehubungan dengan pandemi Covid-19
hingga 2020. Kriteria inklusi adalah artikel full text,
saat ini dan penularannya melalui droplet yang
dan artikel tentang RJP selama pandemi Covid-19.Kata
mengandung
(aerosol),
kunci yang digunakan dalam literature review ini
merupakan jalur utama yang menyebabkan virus
adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yaitu
menyebar.Ini memiliki penularan yang tinggi selama
“Resusitasi Jantung Paru dan Pandemi Covid-19”. Ada
pandemi, sehingga sangat penting untuk mengontrol
3.900 artikel dari Google Scholar dan setelah disaring,
sumber infeksi. Di Indonesia hingga 26 Mei 2020
hasilnya 3.410 artikel, dan akhirnya disaring sesuai
tercatat 23.165 kasus dengan angka kematian 1.418
kriteria, ada 7 artikel. Ada 38 artikel dari PubMed dan
orang, hasil ini menjadikan Indonesia sebagai negara
setelah disaring diperoleh 2 artikel. Setelah artikel
dengan angka kematian CFR 6,12% (case fatality rate)
disaring dan dievaluasi sesuai kriteria yaitu resusitasi
tertinggi di ASEAN akibat Covid-19 (Neumar, 2010).
jantung paru selama pandemi Covid-19, 9 artikel
virus
atau
aliran
udara
dianalisis dan ditinjau.Teori lain juga digunakan dalam Oleh
karena
itu,
sangat
penting
untuk
lebih
memperkuat upaya pencegahan, pengendalian, dan penyelamatan klinis dalam situasi pandemi Covid- 19,
tinjauan pustaka ini untuk memperkuat alasan literatur yang diteliti.
khususnya penanganan pasien dengan penyakit kritis
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan henti jantung. Hal ini bertujuan untuk menurunkan
Di tengah wabah Covid-19 muncul fenomena sosial
angka kematian dan tingkat penularan infeksi pada
yang berpotensi memperparah keadaan yaitu stigma
masyarakat umum dan tenaga kesehatan. Karena hal di
sosial atau pergaulan negatif bagi seseorang atau
atas bisa berbahaya ketika ada kombinasi ketakutan
sekelompok orang yang mengalami gejala atau
dan informasi yang salah mengenai tindakan yang
mengidap penyakit tertentu. Covid-19 yang menyebar
sesuai dengan kondisi di masa pandemi Covid-19
dengan cepat membuat masyarakat tidak lagi berani
seperti sekarang. Selain itu juga dapat mengurangi
menolong orang lain melalui sentuhan fisik meskipun
kesediaan seseorang untuk memberikan pertolongan
ada yang tiba-tiba sakit dan tiba-tiba jatuh di tempat
kepada pasien yang mengalami keadaan darurat seperti
umum, sehingga dalam kondisi seperti ini, peran
henti jantung yang tiba-tiba pingsan di tempat umum.
masyarakat untuk menolong korban sebelum datangnya tenaga kesehatan sangat penting. Adanya pelatihan RJP
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis membuat
pada masa Pandemi Covid-19 merupakan salah satu
kajian literatur terkait cara melakukan RJP pada pasien
cara yang dapat dilakukan untuk mengubah stigma dan
henti jantung, di masa pandemi Covid-19 seperti
memberikan
sekarang ini. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah
khususnya dalam mempelajari resusitasi jantung paru
untuk mengetahui cara melakukan RJP pada pasien
(RJP) di era pandemi Covid 19 yang diberikan oleh
henti jantung selama masa pandemi Covid-19.
perawat, dokter, atau orang yang terlatih. Oleh karena
pengetahuan
kepada
masyarakat
itu, langkah-langkah RJP ini perlu diperhatikan
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 40
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
dan dipahami perbedaan antara RJP sebelum pandemi
akibat
penggunaan
APD
yang
lengkap
dapat
Covid 19 dan setelah pandemi Covid 19 muncul.
mengakibatkan berkurangnya efektivitas seluruh proses
Bukan hanya masyarakat biasa saja yang harus
RJP (Malysz, 2020).
mengetahui perbedaannya, namun tenaga kesehatan juga harus mengetahui bagaimana perbedaan RJP
Penggunaan APD Selama RJP Dan Pengamatan
sebelum dan sesudah pandemi Covid-19. Berdasarkan
Menggunakan LUCAS 3
beberapa artikel yang telah dianalisis, terdapat
Selama pandemi Covid-19 demi keselamatan, baik bagi
beberapa perbedaan tindakan RJP sebelum dan sesudah
penolong
pandemi Covid-19, terutama bagi pekerja, kesehatan
membutuhkan tindakan kompresi dada atau jalan
dan masyarakat umum (Dnkes, 2020).
napas,
itu RJP
sendiri harus
lengkap.Kompresi
maupun dilakukan
dada
harus
pasien dengan
yang APD
dilakukan
dengan
Durasi Siklus RJP Dari 2 Menit Menjadi Siklus 1
parameter berikut: kedalaman kompresi: 5–6 cm, laju
Menit
kompresi dada: 100–120 x / menit. Juga, rekoil dada
Dan
Penggunaan
Automated
Chest
Compression Device (ACCD)
penuh harus dilakukan, dan gangguan pada kompresi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
dada harus diminimalkan. Selama simulasi RJP dengan
Malysz, Dabrowski, Böttiger, & Smereka terhadap 35
LUCAS 3 atau dengan kompresi manual serta
mahasiswa kedokteran yang telah menyelesaikan
perangkat umpan balik RJP yang benar secara
pelatihan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) di
substansial
pusat
Lazarski
perangkat LUCAS 3 digunakan, ternyata laju RJP yang
Kedokteran
diamati paling konstan dan tercepat masih kompresi
Universitas Poznan (Poznan, Polandia), Automated
manual. Pedoman merekomendasikan kompresi dada
Chest Compression Device (ACCD) sangat diperlukan
pada
untuk melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada
ditunjukkan oleh AHA dan ERC bahwa ada korelasi
pasien yang diduga/terkonfirmasi Covid-19.8 Dengan
positif antara jumlah kompresi yang diberikan per
tidak adanya Automated Chest Compression Device,
menit dan keberhasilan resusitasi, dan kecepatan 120
tampaknya perlu untuk mengubah algoritma resusitasi
BVM atau lebih tinggi. atau kurang dari 100x/menit
jantung
dikaitkan
simulasi
(Warsawa,
medis
Polandia)
paru
(untuk
suspek/konfirmasi
di dan
Universitas Fakultas
konteks
Covid-19)
pasien
dengan
dengan
meningkatkan
kecepatan
dengan
100-120x
kualitas
/menit,
penurunan
RJP.
Ketika
seperti
peluang
yang
bertahan
mengurangi
hidup.Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
durasi siklus resusitasi jantung paru dari siklus 2 menit
Idris, dkk menegaskan bahwa tingkat kompresi 100-
menjadi 1 menit. Kualitas kompresi menurun secara
120x/menit dikaitkan dengan kelangsungan hidup
signifikan setelah 2 menit karena kompresi terus
terbesar.
menerus yang dilakukan oleh penyelamat yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk
Penggunaan APD saat RJP di era pandemi Covid-19
prosedur yang berisiko munculnya prosedur penghasil
sangat mempengaruhi kualitas RJP yang diberikan
aerosol sehingga lebih mudah lelah dan berdampak
kepada korban/pasien.Hasil ini konsisten dengan
pada kualitas kompresi dada yang rendah. Sejalan
penelitian lain dan berlaku untuk paramedis, dokter,
dengan penelitian Malysz dkk, kelelahan yang
dan perawat. Juga, terlihat bahwa kedalaman kompresi
berlebihan pada partisipan yang melakukan kompresi
dada yang dilakukan oleh paramedis yang memakai
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 41
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
APD berkurang secara signifikan setelah menit pertama
mask (FFR) (yaitu N95, FFP2, FF3), masker respirator
intervensi, dengan mempertimbangkan pedoman RJP
setengah wajah elastomer, dan masker respirator
mengenai perubahan penolong dalam siklus 2 menit
setenga wajah elastomer. Berbagai jenis masker
(mungkin dianggap memperkenalkan, algoritma RJP
memiliki efek yang berbeda, seperti masker yang
untuk pasien yang terduga/konfirmasi COVID-19),
berbeda memiliki efektifitas yang baik dibandingkan
mengurangi durasi siklus RJP dari 2 menjadi 1 menit.
dengan masker lainnya karena masker bedah tidak
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Kılıç
mempengaruhi kualitas RJP dan tidak menimbulkan
dkk yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
kelelahan pada penolong saat melakukan kompresi,
pengukuran kualitas kompresi dada antara siklus 1 dan
namun dalam penggunaan masker FFR dan masker
2 menit pada skenario normal (tanpa APD) maupun
setengah wajah memberikan efek kelelahan yang
perubahan durasi RJP 1 atau 2 menit, masih tidak ada
meningkat secara signifikan dan kualitas kompresi
perbedaan dari segi kualitas. Kompresi dada. Seperti
dada berkurang (Serin, 2020).
yang diungkapkan oleh Chen dkk, penggunaan APD dapat mengurangi tingkat kompresi dada. Kecepatan
bahwa
kompresi
dapat
dilakukan sesuai prosedur yang tepat. Dalam artikel
meningkatkan perfusi organ tetapi tidak meningkatkan
tersebut dijelaskan bahwa ada prinsip-prinsip yang
kelangsungan hidup. Hal ini dapat menyebabkan
dianjurkan dalam melakukan RJP di pra-rumah
kelelahan
yang
sakit.Sebelum melakukan tindakan, penolong wajib
mengakibatkan kualitas kompresi dada yang lebih
memakai masker N95, memastikan pasien tidak ada
rendah. Recoil dada penuh juga menunjukkan efek
denyut nadi dan napas yang diikuti dengan kompresi,
yang signifikan pada peningkatan kelangsungan hidup
serta memastikan pasien tidak terinfeksi Covid-19.
dan hasil neurologis yang menguntungkan.Rekoil dada
Selain prosedur pra rumah sakit, juga menjelaskan
penuh dikombinasikan dengan kompresi dada pada
prinsip-prinsip melakukan RJP di rumah sakit, ketika
kedalaman yang sesuai sangat penting untuk tekanan
melakukan RJP di dalam ruangan harus sendiri dan di
perfusi yang optimal. Lee dkk. dalam Kundra &
ruangan tertutup, setelah melakukan RJP, ruangan
Vinayagam menampilkan recoil dada yang jauh lebih
harus segera didesinfeksi untuk disterilkan. Selain
lengkap dengan kecepatan lebih dari 120x/menit
ruang yang harus diperhatikan, APD penolong juga
dibandingkan kecepatan lainnya. Dalam hal kompresi
harus sesuai, seperti memakai sarung tangan, masker
dada manual yang dilakukan oleh paramedis yang
N95, gaun pelindung, dan pelindung mata. Hal ini
memakai APD, disarankan untuk mengganti penolong
dilakukan untuk meminimalisir adanya aerosol dari
setiap 1 menit untuk meminimalkan kelelahan bagi
korban ke penolong. Dalam pelaksanaan pemberian
setiap penolong (Kundra, 2020).
RJP khususnya dalam memberikan ventilasi, beberapa
lebih
tinggi
penolong
dari
yang
120x/menit
lebih
cepat,
melakukan
RJP
selama
pandemi
harus
hal yang perlu diperhatikan yaitu saat menilai Penggunaan Masker Saat RJP
pernafasan, tidak menempatkan wajah penolong di
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Serin &
dekat mulut dan hidung korban, dalam keadaan Covid-
Caglar, APD yang digunakan pada masa pandemi
19 disarankan hanya mengompres tidak dengan
Covid-19 saat melakukan RJP terdiri dari berbagai
memberikan ventilasi karena meminimalkan risiko
jenis masker medis (bedah), respiratory filtering raptor
penyebaran virus.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 42
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Disarankan untuk menggunakan bantalan khusus untuk
kepada
defibrilasi, untuk memberikan kejutan tanpa kontak
bermanfaat untuk menambah jumlah masyarakat yang
langsung antara operator defibrilator dan korban. Jika
terlatih melakukan RJP sehingga dapat menjadi
intubasi
penolong di lingkungannya masing-masing.Hal ini juga
akan
diberikan,
beberapa
hal
perlu
masyarakat
dan
cepat dengan alat pelindung diri (APD) yang sesuai,
Krammel dkk, yang menyatakan bahwa tingkat
melanjutkan langsung ke intubasi endotrakeal pada
pengetahuan dalam menangani pasien gawat darurat
pasien dengan gagal napas akut dapat dipertimbangkan,
merupakan
menghindari,
yang
menentukan keberhasilan pertolongan kecelakaan.
menghasilkan aerosol (misalnya, ventilasi tekanan
Kesalahan atau ketidaktepatan dalam memberikan
positif noninvasif, nebulizer), dan menggunakan filtrasi
pertolongan pertama pra-rumah sakit dalam membantu
filter HEPA (Taha, 2020).
dapat menyebabkan kecacatan atau kematian pasien
prosedur
faktor
yang
yang
penting
sejalan
mungkin,
penelitian
sangat
dipertimbangkan, yaitu dapat digunakan intubasi urutan
sedapat
dengan
awam
sangat
dilakukan
penting
oleh
dalam
gawat darurat. Upaya yang harus dilakukan untuk Kundra & Vinayagam (2020), menjelaskan modifikasi
meminimalkan angka kematian pasien gawat darurat
pedoman
pedoman
harus mempersingkat waktu tanggap. Namun, tingkat
Liaison
pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
Committee on Resuscitation (ILCOR), American Heart
tetap harus dilatih untuk mengingat langkah-langkah
Association (AHA), UK Resuscitation Council, dan
dan dapat meningkatkan keterampilan RJP kembali.
European Resuscitation Dewan (ERC).Dari 4 pedoman
Sejalan dengan Krammel dkk, kemampuan atau
internasional tersebut menjelaskan bahwa selama masa
keterampilan dapat ditingkatkan melalui pelatihan
pandemi Covid- 19, pelaksanaan RJP bagi korban henti
rutin, pengetahuan otodidak, dan teknik yang benar
jantung harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
(Krammel, 2018).
RJP
internasional
selama
yaitu
dari
pandemi,
4
International
minimal menggunakan masker untuk penolong dan korban sendiri, dan saat korban tidak memakai masker,
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aswad dkk,
hidung dan mulut harus dilapisi dengan kain atau
terbukti
handuk dan RJP ini hanya dilakukan dengan
keterampilan anggota Karang Taruna Kelurahan
melakukan kompresi dada dan meminimalkan untuk
Dulomo
melakukan ventilasi, sedangkan untuk pasien positif
pengetahuan dan keterampilan kurang menjadi tingkat
Covid-19 yang akan melakukan RJP, penyelamat harus
pengetahuan dan keterampilan baik setelah presentasi
menggunakan APD level 3, dan seluruh tubuh pasien
dan simulasi RJP (Aswad, 2021). Tingkat pengetahuan
tubuh harus ditutup dengan plastik bening dan
dan keterampilan peserta diukur melalui pre dan post
meminimalkan ventilasi dan lebih baik dianjurkan
test berupa Google Form, dan peserta mampu
menggunakan oksigen dengan nonrebreathing mask
melakukan Basic Life Assistance (RJP) bagi korban
(NRM) atau menggunakan bag valve mask (BVM).
henti jantung pada masa pandemi Covid-19 yaitu
terjadi Utara
peningkatan Kota
pengetahuan
Gorontalo,
dari
dan
tingkat
dengan mengajarkan peserta mempraktekkan langkahTidak
Memberikan
Bantuan
Ventilasi
bagi
langkah RJP tanpa bantuan nafas/ventilasi untuk
Penolong Awam
memperkecil
Pemberian simulasi Resusitasi Jantung Paru (RJP)
keuntungan dari penelitian ini adalah dapat mengubah
kemungkinan
terpapar.
Selain
itu,
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 43
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
stigma negatif pada pasien atau keluarga yang terpapar
saat melakukan RJP di masa pandemi Covid-19 yaitu
Covid-19, terutama saat RJP diperlukan. Senada
durasi siklus kompresi yang dalam durasi kompresi ini
dengan penelitian Mauri dkk, sangat perlu mengajarkan
dijelaskan juga ada 2 asisten setiap 2-3 siklus dengan
keterampilan RJP kepada siapa saja, terutama orang
rotasi, dijelaskan untuk mengurangi tingkat kelelahan
dewasa.
semua
pada penolong, dimana penolong memakai APD,
membutuhkan peningkatan jumlah peserta pelatihan
penggunaan APD dijelaskan untuk kejadian diluar
RJP di masyarakat (Mauri, 2016).
rumah sakit, penolong harus menggunakan APD
Senada dengan penelitian Cristhenson, terkadang
minimal seperti masker dan untuk pasien, mulut dan
penolong takut untuk memberikan bantuan hidup dasar
hidung harus ditutup dengan kain atau diberi masker
kepada
dalam
untuk mencegah aerosol saat kompresi, kompresi
memberikan bantuan pernapasan (Cristhenson, 2013).
menggunakan LUCAS3 adalah mesin otomatis untuk
Seorang penolong seringkali takut tertular infeksi atau
melakukan kompresi yang bisa diberikan kepada pasien
penyakit menular yang diderita oleh korban henti
positif Covid-19 tetapi penggunaan mesin kompresi
jantung. Namun kini penolong tidak perlu khawatir
otomatis ini tidak dianjurkan untuk digunakan secara
akan hal ini karena berbagai penelitian menunjukkan
rutin, penggunaan masker khusus bagi petugas di
bahwa hanya memberikan kompresi dada tanpa
rumah sakit dalam melakukan RJP, masker medis lebih
bantuan pernasfasan sama efektifnya dengan RJP
efektif daripada masker N95 karena masker N95 dapat
konvensional menggunakan bantuan pernafasan.Tidak
menyebabkan
ada perbedaan yang signifikan antara kedua hal
melakukan RJP, kompresi tanpa ventilasi di luar rumah
tersebut, sehingga bantuan penolong sangat dibutuhkan
sakit
demi keselamatan nyawa korban henti jantung.Menurut
meminimalkan
Ewy, yang membahas tentang RJP tanpa bantuan
memberikan kompresi dada yang saat ini sangat
pernafasan, AHA menyatakan bahwa RJP tanpa
dianjurkan selama pandemi Covid-19.
Dalam
korban
hal
henti
ini,
berarti
jantung,
kita
terutama
bantuan pernafasan dapat diberikan kepada korban henti jantung oleh penolong awam dan hal ini tidak
dan
kelelahan
jika
di
bagi
dalam
ventilasi.
penolong
rumah RJP
sakit
hanya
yang harus dengan
DAFTAR PUSTAKA
akan mengurangi efektivitas pemberian RJP, apalagi 1. Ewy, G. A. (2017). Cardiocerebral and jika kita menjumpai korban yang tidak kita kenal di cardiopulmonary resuscitation - 2017 update. Acute pinggir jalan atau di tempat umum dan boleh saja kita Medicine & Surgery, 4(3), 227–234. memberikan kompresi dada untuk meminimalisir 2. Hasselqvist-Ax, I., Riva, G., Herlitz, J., Rosenqvist, resiko penyebaran infeksi ke penolong karena menurut M., Hollenberg, J., Nordberg, P., Ringh, M., Jonsson, AHA strategi terbaik untuk meningkatkan peluang
hidup bagi korban henti jantung adalah dengan mulai RJP sesegera mungkin dan meminimalkan penghentian kompresi dada (Ewy, 2016).
M., Axelsson, C., Lindqvist, J., Karlsson, T., & Svensson,
L.
(2015).
Early
Cardiopulmonary
Resuscitation in Out-of- Hospital Cardiac Arrest. New England Journal of Medicine, 372(24) 3. McNally, B., Robb, R., Mehta, M., Vellano, K.,
KESIMPULAN
Valderrama, A. L., Yoon, P. W., Sasson, C., Crouch,
Dari sepuluh artikel yang kami analisis, didapatkan
A., Perez, A. B., Merritt, R., & Kellermann, A.
hasil bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
(2011). Out-of-Hospital Cardiac Arrest Surveillance
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 44
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Cardiac Arrest Registry to Enhance Survival
11. Taha, H. S., Shaker, M. M., & Abdelghany, M. M.
(CARES), United States, October 1, 2005–
(2020). Cardiopulmonary resuscitation during the
December 31, 2010. Centers for Disease Control &
COVID-19 pandemic : a scientific statement on
Prevention (CDC), 60(8), 1–19.
CPR management protocol of Kasr Al- Ainy
4. Wirasakti, G., & Wulansari, Y. W. (2020). PENGARUH
PEMBELAJARAN
12. Krammel, M., Schnaubelt, S., Weidenauer, D.,
CARDIOPULMONARY
Winnisch, M., Steininger, M., Eichelter, J., Hamp,
METODE
MULTIMEDIA RESUSCITATION
University Hospital is presented. 0–4.
(CPR)
PADA
HIGH-
QUALITY CPR. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi.
T., Van Tulder, R., & Sulzgruber, P. (2018). Gender and
5. Atmojo, J. T., Arradini, D., Widiyanto, A., & Darmayanti, A. T. (2020). Resusitasi jantung paru di era pandemi covid-19. Jurnal Keperawatan.
age-specific
aspects
of
awareness
and
knowledge in basic life support. PLoS ONE, 13(6) 13. Aswad, Y., Luawo, H. P., & Ali, S. M. (2021). Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Karang
6. Neumar, R. W., Otto, C. W., Link, M. S., Kronick,
Taruna melalui Pelatihan Bantuan Hidup Dasar
S. L., Shuster, M., Callaway, C. W., Kudenchuk, P.
(CPR) pada Masa Pandemi Covid-19 di Kecamatan
J., Ornato, J. P., McNally, B., Silvers, S. M.,
Kota Utara, Kota Gorontalo. Jurnal Andidas.
Passman, R. S., White, R. D., Hess, E. P., Tang, W.,
14. Mauri, R., Burkart, R., Benvenuti, C., Caputo, M.
Davis, D., Sinz, E., & Morrison, L. J. (2010). Part 8:
L., Moccetti, T., Del Bufalo, A., Gallino, A., Casso,
Adult advanced cardiovascular life support: 2010
C., Anselmi, L., Cassina, T., Klersy, C., &
American
for
Auricchio, A. (2016). Better management of out-of-
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
hospital cardiac arrest increases survival rate and
Cardiovascular Care. Circulation.
improves neurological outcome in the Swiss Canton
7. Dinkes,
Heart
K.
Association
K.
(2020).
Guidelines
Upaya
Pencegahan
Pemberian Stigma Negatif pada Pasien Covid-19.
Ticino. Europace, 18(3). 15. Cristhenson, J. (2013). Bystander CPR Improves
http://diskes.karangasemkab.go.id/upaya-
Survivor
pencegahan-
Emergency Medicin.
pemberian-stigma-negatif-pada-
pasien-covid-19/
Quality
of
Life.
Journal
Wathch.
Ewy, G. A. (2016). Chest Compression only
8. Malysz, M., Dabrowski, M., Böttiger, B. W., & Smereka, J. (2020). Resuscitation of the patient with
16. Cardiopulmonary Resuscitation for Primary Cardiac Arrest. Circulation, 134(10), 695–697.
suspected / / confirmed COVID-19 when wearing personal protective equipment. 9. Kundra, P., & Vinayagam, S. (2020). COVID-19 cardiopulmonary resuscitation : Guidelines and modifications. 36, 39–44. 10. Serin, S., & Caglar, B. (2020). The Effect Of Different Personal Protective Equipment Masks On Health
Care
Workers’
Cardiopulmonary
Resuscitation Performance During The Covid-19 Pandemic.
Journal
of
Emergency
Medicine,
November, 1–7.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 45
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Tinjauan Literatur Pengaruh Antioksidan Vitamin C terhadap Penurunan Proses Pro Inflamasi pada COVID-19 Nur Rauufi Salsabila 1 Siti Zulaikha Risqiyani 2 1
Fakultas Kedokteran Universitas Hangtuah Surabaya 2
Fakultas Kedokteran Universitas Jember
ABSTRAK
dilakukan secara acak ditetapkan sebagai rasio 1: 1
Pendahuluan : COVID-19 merupakan suatu pandemik
untuk pemberian vitamin C intravena dosis tinggi
baru yang telah banyak memakan korban jiwa di
(HDIVC) atau plasebo. Kelompok HDIVC menerima
banyak negara. Pandemik ini disebabkan oleh virus
12 g vitamin C / 50 ml setiap 12 jam selama 7 hari
corona SARSCoV2. Sampai saat ini, belum ada obat
dengan takaran 12 ml / jam, dan kelompok plasebo
antivirus khusus atau vaksin terhadap infeksi COVID-
menerima air bakteriostatik untuk injeksi dengan cara
19 untuk terapi potensial pada manusia. Virus ini dapat
yang sama. Pemberian HDIVC menunjukan penurunan
menyebabkan terjadinya badai sitokin yang dapat
pada marker inflamasi dibandingkan dengan placebo.
memperparah
karena
Kesimpulan dari penelitian ini adalah vitamin C dosis
ketidakseimbangan antara produksi oksidan yang
tinggi memiliki peran dalam penurunan kadar sitokin
meningkat dengan antioksidan yang tersedia. Vitamin
pro inflamasi
C adalah salah satu antioksidan penting yang
Kata kunci : COVID-19, vitamin C, sitokin pro
melindungi tubuh dari berbagai efek buruk radikal
inflamasi.
gejala
pada
penderita
bebas. Pada konsentrasi tinggi vitamin C memainkan peran penting dalam imunomodulasi. Penelitian ini
PENDAHULUAN
dilakukan untuk mengetahui pengaruh vitamin C dosis
Coronavirus 2019 (COVID-19), muncul pada bulan
tinggi terhadap kadar sitokin pro inflamasi pada
Desember 2019, telah menyebar dengan cepat, dengan
COVID-19.
kasus-kasus yang sekarang dikonfirmasi di beberapa
Metode : Jenis penelitian ini adalah studi literatur.
negara. Pada 16 Februari 2020, virus ini telah
Populasi pada penelitian ini adalah jurnal tentang
menyebabkan 70.548 infeksi dan 1.770 kematian di
COVID-19, vitamin C, antioksidan dan radikal bebas,
Cina dan 413 infeksi di Jepang (Gao, Tian & Yang,
reaksi inflamasi akibat infeksi virus dengan sampel
2020).
yang
yang
Kemenkes RI terhitung tanggal 28 april 2020 kasus
dipublikasikan dari tahun 2015 sampai dengan 2020.
positif sebanyak 9.511. Pasien yang terinfeksi COVID-
Dari 15 jurnal tersebut terdapat jurnal yang memuat
19 menunjukkan jumlah leukosit yang lebih tinggi,
tentang uji klinis vitamin c dosis tinggi terhadap
temuan pernapasan abnormal, dan peningkatan kadar
inflamasi pada COVID-19.
sitokin pro-inflamasi plasma. Patogenesis utama infeksi
diambil
dari
15
jurnal
terindeks
Hasil : Hasil penelitian pada uji klinis yang dilakukan terhadap 54 pasien yang terdaftar di 3 rumah sakit yang
Sedangkan
di
Indonesia
menurut
data
COVID-19 sebagai virus yang menyerang sistem pernapasan adalah pneumonia berat, RNAaemia
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 46
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
dikombinasikan
dengan
kejadian
ground-glass
dan mampu menetralisir radikal bebas. Antioksidan
opacities, dan cedera jantung akut (Rothan &
non
Byrareddy, 2020). Beberapa kasus parah yang dirawat
perlindungan besar terhadap stres oksidatif dengan
di unit perawatan intensif menunjukkan kadar tinggi
menetralkan atau mengikat spesies reaktif atau dengan
sitokin pro-inflamasi yang mendorong peningkatan
memecah reaksi berantai (Biswas, 2016).
spesies oksigen reaktif yang menyebabkan kerusakan
Sejumlah penelitian oleh Castellani, Balza dan
luas pada seluler lapisan pembuluh kecil (kapiler).
Rubartelli, 2014 dan Mittal et al., 2014 mendukung
Stres oksidatif pada organisme yang terinfeksi virus
hubungan yang saling tergantung antara peradangan
influenza memprovokasi oksidasi radikal bebas dari
dan stres oksidatif. Selama proses inflamasi, sel-sel
rantai lipid tak jenuh dalam membran sel yang
fagositik teraktivasi seperti neutrofil dan makrofag
meningkatkan keparahan penyakit. Saat ini, belum ada
menghasilkan sejumlah besar ROS dan spesies reaktif
obat antivirus khusus atau vaksin terhadap infeksi
nitrogen dan klorin termasuk juga dioksida, hydrogen
COVID 19 untuk terapi potensial pada manusia
peroksida, hidroksil free radikal, nitric oksida, peroksi
(Rothan & Byrareddy, 2020)Untuk itu berbagai macam
nitrit, dan hipo klorida agen penyerang. Di bawah
usaha seseorang agar terhindar dari virus covid salah
kondisi inflamasi patologis mungkin terdapat generasi
satunya adalah dengan meningkatkan imunitas. Usaha
berlebihan spesies reaktif dan beberapa spesies reaktif
peningkatan imunitas dengan berbagai macam cara
tersebut berdifusi keluar dari sel fagositik dan dengan
dicoba mulai dari mengkonsumsi tanaman herbal
demikian mereka dapat menginduksi stres oksidatif
sampai
salah
terlokalisasi dan cedera jaringan. Namun, terlepas dari
satunya vitamin C sebagai vitamin antioksidan yang
produksi langsung spesies reaktif oleh sel fagosit
belum tahu secara fungsi dan khasiat efektif untuk
profesional, sel nonfagosit juga dapat menghasilkan
melawan sebuah virus.
spesies reaktif dalam menanggapi sitokin proinflamasi.
mengkonsumsi
multivitamin
yang
enzimatik
seperti
vitamin
C
memberikan
Karena proses inflamasi dapat menginduksi stres Antioksidan dapat berupa antioksidan enzim dan
oksidatif, stres oksidatif juga dapat menginduksi
vitamin. Antioksidan vitamin terdiri dari vitamin A, C
inflamasi melalui aktivasi berbagai jalur (Castellani,
dan E. Vitamin C dan vitamin E merupakan protektor
Balza & Rubartelli, 2014 dan Mittal et al., 2014 disitasi
(antioksidan) yang secara terus menerus akan bertindak
dalam Biswas, 2016). Temuan penting pada pasien
sebagai scavanger terhadap radikal bebas yang
COVID-19 adalah parameter inflamasi sangat tinggi,
terbentuk
terjadi
termasuk protein reaktif C (CRP) dan sitokin
gangguan keutuhan dan fungsi sel. Vitamin C
proinflamasi (IL-6, TNFα IL-8). Badai sitokin sangat
merupakan antioksidan non enzimatik yang mudah
umum pada pasien dengan COVID-19 yang parah.
larut dalam air sehingga vitamin ini terdapat dicairan
Badai sitokin mengacu pada pelepasan sitokin pro-
extra seluler sedangkan vitamin E sebagai antioksidan
inflamasi yang berlebihan dan tidak terkontrol (Zhang
yang larut dalam lemak. Vitamin C mempunyai sifat
dkk., 2020).
sehingga
dimungkinkan
tidak
polaritas yang tinggi karena banyak mengandung gugus hidroksil sehingga membuat vitamin ini akan mudah
Virus
influenza
diubah tubuh. Oleh karena itu vitamin C dapat bereaksi
penghasil
dengan radikal bebas yang bersifat aqueous
antioksidan, menyebabkan perubahan aktivitas enzim
ROS
diketahui dan
menginduksi
mengganggu
enzim
pertahanan
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 47
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
antioksidan dan penurunan antioksidan endogen berat
peneliti
molekul rendah. Sistem antioksidan epitel paru-paru
pemberian vitamin C dosis tinggi terhadap kadar
terdiri dari beberapa molekul antioksidan seperti GSH,
sitokin pro inflamasi pada COVID-19. Sampel akan
α-tokoferol ( vitamin E ), asam askorbat (vitamin C).
diambil dari jurnal internasional yang terindeks
Dalam kondisi normal, sistem antioksidan paru-paru
Scopus, Thomson Reuters, Web Science dan Scimago
melindungi sel-selnya dari agen oksidatif yaitu ROS
atau jurnal nasional terindeks sinta, google scholar
dan RNS melalui interaksi sistem yang kompleks dan
pada tahun terbit 2015-2020.
terkoordinasi. Kekuatan antioksidan vitamin C terkait
dalam
penelitian
ini
adalah
pengaruh
dengan sifat transpor elektronnya seperti mentransfer
HASIL DAN PEMBAHASAN
elektron ROS yang tidak berpasangan ke dirinya
Mekanisme vitamin C menurunkan pro inflamasi
sendiri. Menurut penelitian Bezerra et al 2006
pada COVID-19
menunjukkan bahwa vitamin C menurunkan respons
Vitamin C adalah nutrisi yang larut dalam air yang
inflamasi paru dengan menghambat pelepasan TNF-α
tidak dapat disintesis sendiri oleh tubuh manusia.
dan NF-κB. Bukti histopatologis kelompok vitamin C
Vitamin C bertindak sebagai anti-oksidan yang dapat
menunjukkan
infiltrasi
mengais spesies oksigen reaktif (ROS), dengan
neutrofil yang parah (Bezerra et al 2006 disitasi dalam
demikian dapat melindungi biomolekul seperti protein,
Erol dkk., 2019).
lipid, dan nukleotida dari kerusakan dan disfungsi
bahwa
terjadi
penurunan
oksidatif. Vitamin C terakumulasi dalam leukosit, Mekanisme pertahanan antioksidan, termasuk enzim
dalam konsentrasi 50-100 kali lipat lebih tinggi
seperti superoksida dismutase, katalase, dan molekul
daripada di plasma. Selama infeksi, vitamin C yang ada
kecil seperti vitamin C dan E dan glutathione,
dalam leukosit digunakan dengan cepat. Gangguan
melindungi jaringan terhadap oksidan. Untuk itu
keseimbangan antara pertahanan antioksidan dan
pemanfatan vitamin C berdasarkan dosis yang efektif
pembentukan oksidan dapat mengubah beberapa jalur
untuk mencegah atau membantu meredakan suatu
pensinyalan yang melibatkan faktor transkripsi pro-
inflamasi khususnya inflamasi virus covid sedikit yang
inflamasi, yakni NF-кB. Peningkatan kadar oksidan
diketahui dan perlu dilakukan suatu kajian. Oleh karena
menyebabkan
itu penulis bermaksud melakukan kajian berupa studi
pensinyalan, dengan hasil akhir produksi lebih lanjut
literatur terhadap efek antioksidan vitamin C dosis
spesies oksidatif dan mediator inflamasi. NF-кB
tinggi terhadap penurunan proses pro inflamasi pada
terlibat dalam respon inflamasi, patogenesis penyakit
COVID-19.
tertentu dan infeksi virus. Penghambatan NF-кB dapat
aktivasi
NF-кB,
memicu
kaskade
menjadi mode terapi melawan infeksi virus (Shakoor
METODE
dkk., 2021).
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dan yaitu
Pada konsentrasi tinggi vitamin C memainkan peran
penelitian yang dimaksudkan untuk mengangkat fakta,
penting dalam imunomodulasi. Vitamin C dapat
keadaan dan variabel yang terjadi selama penelitian
menghambat aktivasi NFkB, yang merupakan faktor
berlangsung dan menyajikan apa adanya (Alaydrus,
transkripsi proinflamasi utama, dan memainkan peran
2017). Fakta dan keadaan yang ingin digambarkan oleh
penting dalam keseluruhan imunitas, termasuk regulasi
menggunakan
desain
penelitian
deskriptif
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 48
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
genetik dari kemokin, sitokin, molekul adhesi,
simpleks 1, virus polio tipe 1 dan virus influenza A
mediator inflamasi dan penghambat apoptosis. Vitamin
secara in vitro (Liu dkk., 2020).
C dapat menghambat produksi IL-6 dan TNF-α. Vitamin C dapat mengurangi respons pensinyalan GM-
Sinergisme Vitamin C Dengan Vitamin dan Zat
CSF yang berfungsi sebagai pengatur transduksi sinyal
Lainnya
redoks sitokin dalam sel pertahanan tubuh dan
Vitamin C dapat membalikkan oksidasi glukokortikoid
memiliki peran yang mungkin dalam mengontrol
reseptor dan mengembalikan aktivitas glukokortikoid.
respons inflamasi. Selain itu, vitamin C dosis tinggi
Begitu pula sebaliknya, glukokortikoid merangsang
dapat mengatur proliferasi dan fungsi sel T, sel B, dan
ekspresi SVCT2, yang secara aktif mengangkut
sel natural killer (NK). Hal ini dapat membantu
vitamin C ke dalam sel jaringan. Defisiensi tiamin
menghambat
dan
sering terjadi pada septic pasien karena peningkatan
meningkatkan imunitas inang (Liu dkk., 2020).
konsumsi dan bisa meningkatkan reduksi glioksilat
Vitamin C juga diketahui dapat meningkatkan sitokin
menjadi oksalat daripada oksidasi menjadi CO2,
anti inflamasi (IL-10). Studi klinis telah menunjukkan
sehingga dapat meningkatkan hiperoksaluria. Selain
bahwa asupan 1 g / hari vitamin C meningkatkan
itu,
sekresi IL-10 oleh sel mononuklear perifer. IL-10
metabolisme
bekerja sebagai mekanisme umpan balik negatif
menyebabkan disfungsi mitokondria dan oksidatif
dengan IL-6 dan mengontrol peradangan, penting
stres.
dalam COVID-19 (Shakoor et al., 2020).
hiperoksaluria dan bertindak secara sinergis dengan
perkembangan
badai
sitokin
tiamin
merupakan energi,
Suplementasi
kofaktor dan
penting
defisiensi
tiamin
bisa
dalam tiamin
mengurangi
hidrokortison dan vitamin C untuk mengurangi Vitamin C dapat menghambat stres oksidatif, bagian
disfungsi organ (Spoelstra-De Man, Elbers and
penting dari respon imun bawaan terhadap infeksi virus
Oudemans-Van Straaten, 2018).
pernapasan yang berkontribusi pada cedera paru dan
Vitamin E juga telah terbukti mengatur pematangan
disfungsi barrier. Vitamin C dapat memperbaiki
dan fungsi sel dendritik, yang penting untuk menjalin
kerusakan oksidatif pada epitel bronkial manusia
sistem imun bawaan dan adaptif untuk mengatur
dengan memodulasi pembentukan spesies oksigen
respon imun. Selain meningkatkan aktivitas sel NK,
reaktif (ROS) dan ekspresi inflamasi serta dapat
dengan memodulasi level NO, pemberian vitamin E
mencegah kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh
memperkuat respons humoral (sel B) serta antibodi,
ROS (Liu dkk., 2020).
baik pada hewan maupun manusia. Vitamin E telah terbukti meningkatkan pembentukan sinaps imun sel-T
Vitamin C dapat mengatur pembersihan cairan alveolar
naif dan memulai sinyal aktivasi sel-T. Untuk
dengan meningkatkan fungsi barrier epitel paru
memperkuat efek antioksidannya, vitamin E bekerja
melalui peningkatan epigenetik dan transkripsi saluran
secara sinergis bersama dengan vitamin C, di mana
protein yang mengatur pembersihan cairan alveolar,
radikal tokoferoksilnya direduksi oleh vitamin C (Iddir
oleh karena itu vitamin C dapat membantu mengurangi
dkk.,
gejala ARDS dan meningkatkan fungsi pernapasan.
mengurangi kerusakan oksidatif pada kulit bila
Vitamin C mungkin memiliki efek antivirus. Vitamin C
digunakan bersama dengan vitamin E. Ini sesuai
telah dilaporkan menghambat replikasi virus herpes
dengan fungsinya yang diketahui sebagai regenerator
2020).
Vitamin
C
sangat
efektif
untuk
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 49
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
vitamin E yang teroksidasi, sehingga secara efektif
hidrasi yang memadai, pengenceran yang tepat dan
mendaur ulang pembersih radikal yang larut dalam
kecepatan infus yang lambat direkomendasikan untuk
lemak ini dan membatasi kerusakan oksidatif pada
pemberian dosis tinggi vitamin C (Liu dkk., 2020).
struktur membran sel. Jadi vitamin E dan C, dan glutathione bekerja sama secara sinergis dalam
Kondisi yang Menyebabkan Vitamin C Menjadi
pembersihan radikal bebas dan regenerasi antioksidan
Pro-oksidan
yang tereduksi. Vitamin E ada di fraksi lipid sel,
Secara kimiawi, vitamin C adalah donor elektron, atau
sedangkan vitamin C dan glutathione larut dalam air
agen pereduksi, karena elektron dari vitamin C dapat
dan ada di sitosol (Pullar dkk., 2017).
mereduksi spesies teroksidasi, atau oksidan, vitamin C sering disebut antioksidan, tetapi terminologi ini
Rekomendasi Dosis Vitamin C
menyesatkan. Elektron dari askorbat dapat mereduksi
Asupan makanan normal asam askorbat (≈40 mg per
logam seperti tembaga dan besi, menyebabkan
porsi buah dan sayuran, 2∼5 porsi setiap hari)
pembentukan superoksida dan hidrogen peroksida, dan
menghasilkan rentang referensi yang diakui untuk
generasi berikutnya dari spesies oksidan reaktif. Jadi,
konsentrasi asam askorbat plasma mulai dari 27 hingga
dalam beberapa keadaan askorbat, melalui aksinya
100 μmol / L, yang memungkinkan vitamin C
sebagai agen pereduksi, akan menghasilkan oksidan.
memainkan
sebagai
Reaksi ini terjadi secara in vivo ketika konsentrasi
kofaktor enzimatik atau antioksidan. Konsumsi lebih
askorbat farmakologis, dalam kisaran milimolar,
banyak
akan
dicapai dalam plasma dan dalam cairan ekstraseluler,
menghasilkan konsentrasi yang lebih tinggi secara in
dan juga dapat terjadi dengan konsentrasi fisiologis
vivo,
askorbat dalam media kultur sel ketika logam hadir
peran
vitamin namun
menghasilkan
fisiologis C
dari
pemberian konsentrasi
normalnya
makanan
tidak
askorbat plasma
pada
intravena tingkat
(Padayatty dan Levine, 2016).
milimolar yang tidak dapat dicapai melalui pemberian oral (Mei dan Tu, 2018).
Aktivitas pro-oksidatif asam askorbat dikaitkan dengan interaksi dengan ion logam transisi (terutama besi dan
Efek Samping Penggunaan Vitamin C Dosis Tinggi
tembaga).
Banyak efek samping yang dilaporkan dari vitamin C
milimolar yang tinggi, vitamin C mengkatalisis reduksi
dosis tinggi tidak signifikan dan jarang dan dengan
ion
konsekuensi kecil. Dilaporkan bahwa vitamin C dosis
pembentukan radikal oksigen. Ion besi tereduksi
tinggi terkait dengan hemolisis pada defisiensi glukosa-
bereaksi dengan hidrogen peroksida untuk membentuk
6-fosfat dehidrogenase (G-6- PD), cedera ginjal akut
radikal hidroksil reaktif atau ion peroksida. Reaksi ini
(AKI) dan nefropati oksalat akut. Namun, efek
terjadi dengan adanya oksigen. Aktivitas pro-oksidatif
samping sebagian besar dilaporkan dalam beberapa
vitamin C bergantung terutama pada ketersediaan Fe.
kasus dan terkait dengan dosis yang terlalu besar,
Besi yang direduksi oleh askorbat menjadi Fe2 +
pemberian nonstandar atau penyakit yang mendasari
mudah bereaksi dengan oksigen, yang dalam reaksi
risiko tinggi. Untuk pasien dengan hemokromatosis,
Fenton mengarah pada pembentukan spesies oksigen
defisiensi G-6- PD, disfungsi ginjal, batu ginjal atau
reaktif dan H2O2 yang dalam reaksi dengan Fe2 +
oksaluria, vitamin C harus diberikan dengan hati-hati;
menghasilkan radikal hidroksil yang sangat reaktif.
logam
Dalam transisi
kondisi bebas,
konsentrasi yang
askorbat
menyebabkan
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 50
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Namun demikian, diyakini bahwa dalam keadaan
KESIMPULAN
normal H2O2 digunakan secara efisien dan cepat oleh
Dari hasil studi litertur dapan disimpulkan bahwa pada
sistem enzim yang tepat yang gagal dalam sel kanker.
konsentrasi tinggi vitamin C memainkan peran penting
Dalam sel tumor, penghambatan aktivitas enzim yang
dalam imunomodulasi. Vitamin C dapat menghambat
menetralkan stres oksidatif misalnya, katalase dan
aktivasi NFkB, yang merupakan faktor transkripsi
superoksida dismutase, oleh karena itu potensi pro-
proinflamasi utama, dan memainkan peran penting
oksidatif askorbat dipertimbangkan dalam konteks sel
dalam keseluruhan imunitas, termasuk regulasi genetik
dengan metabolisme yang terganggu, misalnya, sel
dari kemokin, sitokin, molekul adhesi, mediator
kanker (Kaźmierczak-Barańska dkk., 2020).
inflamasi dan penghambat apoptosis. Vitamin C dapat menghambat produksi IL-6 dan TNF-α. Vitamin C
Askorbat kehilangan elektron secara berurutan. Ketika
dapat mengurangi respons pensinyalan GM-CSF yang
satu elektron hilang, produk pertama adalah radikal
berfungsi sebagai pengatur transduksi sinyal redoks
askorbat. Sebagian besar spesies radikal memiliki umur
sitokin dalam sel pertahanan tubuh dan memiliki peran
pendek kurang dari 1 milidetik. Radikal askorbat
yang mungkin dalam mengontrol respons inflamasi.
berbeda, waktu paruhnya bisa dalam beberapa detik,
Selain itu, vitamin C dosis tinggi dapat mengatur
atau bahkan menit, tergantung pada tidak adanya
proliferasi dan fungsi sel T, sel B, dan sel natural killer
oksigen dan akseptor elektron, terutama besi. Ketika
(NK).
elektron kedua hilang, spesies yang lebih stabil
perkembangan
terbentuk, dibandingkan dengan radikal bebas askorbat.
imunitas inang. Vitamin C dapat meningkatkan sitokin
Spesies yang terbentuk adalah asam dehydroascorbic
anti inflamasi (IL-10). Dengan kemampuan yang
(DHA), yang ada dalam bentuk terhidrasi dan anhidrat.
dimilikinya tersebut vitamin C berperan penting untuk
DHA memiliki keutamaan untuk pengangkut glukosa
mengurangi badai sitokin pada COVID-19.
yang difasilitasi (GLUT) dan diangkut oleh sejumlah
Vitamin C memiliki aktivitas pro-oksidatif bergantung
dari mereka (Padayatty dan Levine, 2016).
terutama pada ketersediaan Fe yang mengarah pada
Hal
ini
dapat
badai
membantu
sitokin
dan
menghambat meningkatkan
pembentukan spesies oksigen reaktif dan H2O2 yang DHA dapat direduksi kembali secara berurutan menjadi
dalam reaksi dengan Fe2 + menghasilkan radikal
asam askorbat radikal oleh glutathione atau langsung
hidroksil yang sangat reaktif. Namun demikian,
menjadi asam askorbat dengan mekanisme yang
diyakini
bergantung pada enzim. Waktu paruh DHA hanya
digunakan secara efisien dan cepat oleh sistem enzim,
beberapa menit, karena pecahnya cincin hidrolitik.
katalase dan superoksida dismutase. Vitamin E,
Setelah struktur cincin hilang, produk 2,3-asam
vitamin C, dan glutathione bekerja sama secara sinergis
diketogulonat
kembali
dalam pembersihan radikal bebas dan regenerasi
prekursornya DHA, radikal askorbat, dan askorbat.
antioksidan yang tereduksi Vitamin C juga dapat
DHA mengalami hidrolisis, menghasilkan produk
meningkatkan fungsi antioksidan lain seperti vitamin
metaboliknya termasuk oksalat, treonat, dan mungkin
E. Begitupula vitamin C efektivitas fungsinya dapat
xilosa, asam xylonic, dan asam lynxonic. Asam oksalat
dibantu dengan adanya glukokortikoid, dan tiamin
adalah produk metabolisme yang signifikan secara
untuk mengurangi resiko terbentuknya oksalat pada
klinis pada manusia (Padayatty dan Levine, 2016).
dosis tinggi vitamin C.
tidak
dapat
membentuk
bahwa
dalam
keadaan
normal
H2O2
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 51
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
1. Alaydrus, S. 2017. Profil penggunaan obat pada pasien hipertensi di Puskesmas Marawola periode Januari - Maret 2017. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia. 2. Biswas, S. K. 2016. Does the Interdependence between Oxidative Stress and Inflammation Explain the Antioxidant Paradox? Oxidative Medicine and Cellular Longevity. 2016. 3. Erol, N., L. Saglam, Y. S. Saglam, H. S. Erol, S. Altun, M. S. Aktas, dan M. B. Halici. 2019. The protection potential of antioxidant vitamins against acute respiratory distress syndrome: a rat trial. Inflammation 4. Gao, J., Z. Tian, dan X. Yang. 2020. Breakthrough: Chloroquine
Phosphate
Has
Shown
Apparent
Efficacy in Treatment of COVID-19 Associated Pneumonia in Clinical Studies. BioScience Trends. 2020. 5. Iddir, M., A. Brito, G. Dingeo, S. S. F. Del Campo, H. Samouda, M. R. La Frano, dan T. Bohn. 2020. Strengthening the immune system and reducing inflammation and oxidative stress through diet and nutrition: considerations during the COVID-19. 6. Kaźmierczak-Barańska, J., K. Boguszewska, A.
10. Pullar, J. M., A. C. Carr, dan M. C. M. Vissers. 2017. The Roles of Vitamin C in Skin Health. Nutrients. 2017. 11. Rothan, H. A. dan S. N. Byrareddy. 2020. The Epidemiology and Pathogenesis of Coronavirus Disease
(COVID-19)
Outbreak.
Journal
of
Autoimmunity. 2020. 12. Shakoor, H., J. Feehan, A. S. Al Dhaheri, H. I. Ali, C. Platat, L. C. Ismail, V. Apostolopoulos, dan L. Stojanovska. 2021. Immune-Boosting Role of Vitamins D, C, E, Zinc, Selenium and Omega-3 Fatty Acids: Could They Help against COVID-19? Maturitas. 2021. 13. Spoelstra-De Man, A. M. E., P. W. G. Elbers, dan H. M. Oudemans-Van Straaten. 2018. Vitamin C: Should We Supplement? Current Opinion in Critical Care. 2018. 14. Zhang, W., Y. Zhao, F. Zhang, Q. Wang, T. Li, Z. Liu, J. Wang, Y. Qin, X. Zhang, X. Yan, X. Zeng, dan S. Zhang. 2020. The Use of Anti-Inflammatory Drugs in the Treatment of People with Severe Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): The Experience of Clinical Immunologists from China. Clinical Immunology. 2020.
Adamus-Grabicka, dan B. T. Karwowski. 2020. Two Faces of Vitamin c—Antioxidative and proOxidative Agent. Nutrients. 2020. 7. Liu, F., Y. Zhu, J. Zhang, Y. Li, dan Z. Peng. 2020. Intravenous high-dose vitamin c for the treatment of severe COVID-19: study protocol for a multicentre randomised controlled trial. BMJ Open. 10(7) 8. Mei, H. dan H. Tu. 2018. Vitamin c and helicobacter pylori infection: current knowledge and future prospects. Frontiers in Physiology. 9(AUG):1–12. 9. Padayatty, S. J. dan M. Levine. 2016. Vitamin c: the known and the unknown and goldilocks. Oral Diseases.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 52
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Tinjauan Literatur Pengaruh Terapi Air Hangat terhadap Penurunan Hipertensi dalam Kehamilan Nurhida Indayu Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Faletehan
ABSTRAK
terapi yang ke empat, hal ini menunjukkan adanya
Pendahuluan : Tekanan darah tinggi merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil dan salah satu penyebab utama meningkatnya Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI/AKB) yang diakibatkkan karena keterlambatan mencari pertolongan setelah gejala klinis berkembang
menjadi
preeklamsi
dan
eklamsi.
Sehingga, pengobatan farmakologis untuk penanganan
pengaruh dari penerapan terapi rendam kaki air hangat. Kesimpulan dari tinjauan literatur ini adalah terapi air hangat memiliki peran untuk menurunkan hipertensi pada ibu hamil. Kata kunci : Hipertensi dalam kehamilan, terapi air hangat.
hipertensi saat kehamilan perlu dikembangkan karena
PENDAHULUAN
aman terhadap ibu dan janin.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan suatu
Metode : Metode yang digunakan adalah studi tinjauan
keadaan sistolik mengalami peningkatan 140 mmHg
(literature review) yang mencoba menggali informasi
atau lebih dan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih
mengenai
dan merupakan masalah kesehatan yang sangat perlu
pengaruh
terapi
air
hangat
terhadap
penurunan hipertensi pada ibu hamil. Sumber untuk
diwaspadai,
khususnya
pada
ibu
hamil
karena
melakukan tinjauan literature ini meliputi studi
merupakan masalah yang sering terjadi pada ibu hamil
pencarian sistematis database terkomputerisasi dalam
dan salah satu penyebab utama meningkatnya Angka
bentuk jurnal penelitian yang berjumlah 10 jurnal.
Kematian Ibu dan Bayi (AKI/AKB).
Sampel yang diambil dari 10 jurnal terindeks yang dipublikasikan dari tahun 2012-2020. Dari 10 jurnal
Penyakit tekanan darah tinggi dalam kehamilan adalah
tersebut terdapat jurnal yang memuat tentang uji
penyakit tekanan darah tinggi yang terjadi saat
pengaruh terapi air hangat terhadap penurunan
kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan
hipertensi pada ibu hamil. Penulisan artikel ilmiah ini
terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia
menggunakan penulisan daftar pustaka American
kehamilan, tekanan darah mencapai nilai 140/90
Psychological Association (APA Format 6th Ed).
mmHg, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan
Hasil : Hasil penelitian yang dilakukan pada ibu hamil
tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal
dengan masalah hipertensi dengan usia kehamilan ≥ 20
(Ummiyati & Asrofin, 2019). Tekanan Darah Tinggi
minggu dan tekanan darahnya ≥ 140/90 mmHg yang
dalam Kehamilan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu
sudah dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali dengan
Hipertensi kronis (atau yang sudah ada sebelumnya)
jarak pengukuran 1 jam dan di dapatkan hasil yaitu dua
dan Hipertensi gestasional (hipertensi sementara pada
ibu hamil dengan hipertensi menunjukkan kedua pasien
kehamilan atau hipertensi kronis yang ditemukan pada
sudah mengalami penurunan tekanan darah mulai dari
paruh kedua kehamilan) preeklamsia/eklamsia (Vest &
pemberian terapi yang pertama hingga pemberian
Cho, 2012).
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 53
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Salah satu dari tiga komponen penyebab kematian ibu
Sedangkan, penatalaksanaan non farmakologi bisa
dalam bidang obstetrik adalah hipertensi dalam
dilakukan dengan hidroterapi yaitu cara pengobatan
kehamilan, dimana penyebab epidemiologi penderita
luar dengan mengunakan air panas atau air dingin
hipertensi dalam kehamilan masih tinggi karena
(Kanisius, 2008) dalam (Nurpratiwi & Novari, 2021).
ketidaktahuan
mencari
Adapun pengobatan air panas yaitu salah satunya
pertolongan setelah gejala klinis berkembang menjadi
adalah terapi rendam kaki yang merupakan terapi
preeklamsia
dengan air hangat untuk melebarkan jaringan otot
dan berat
sering dengan
terlambat segala
komplikasinya
(Ranghupaty, 2013) dalam (Ambarsari et al., 2020).
pembuluh darah agar peredaran darah lancar (Solechah, Masi, & Rottie, 2016) dalam (Wantiyah et al., 2019).
Menurut (Aryani & Zayani, 2020) Hipertensi telah dilaporkan menjadi penyebab kesakitan dan kematian
Terapi rendam kaki dengan air hangat yaitu salah satu
bagi ibu dan janin saat melahirkan. Secara global, 80%
terapi yang dapat menurunkan tekanan darah yang
kematian ibu hamil yang tergolong dalam penyebab
dilakukan pada batas 10-15 cm atau diatas mata kaki
kematian ibu secara langsung disebabkan oleh
dengan menggunakan air hangat dengan cara kerjanya
perdarahan (25%), aborsi (13%), hipertensi pada
yaitu memperlancar sirkulasi darah, aliran darah
wanita hamil (12%), partus macet (8%), dan sebab lain
menjadi stabil dan faktor pembebanan di dalam air
(7%).
akan menguatkan otot-otot serta kerja jantung dan ligamen dapat mempengaruhi sendi tubuh. Selain itu,
Gangguan hipertensi pada kehamilan menempati
terapi rendam kaki air hangat dapat membuat tubuh
urutan kedua penyebab kematian ibu langsung yang
terasa rileks, mengurangi beban pada sendi dan bisa
paling umum di negara maju dan merupakan
mengurangi penompang berat badan serta dapat
komplikasi medis yang paling umum ditemui selama
melancarakan
kehamilan (Braunthal & Brateanu, 2019). Maka,
Widyastuti, 2021).
sirkulasi
paru-paru
(Ikhtiari
&
diperlukan penatalaksanaan hipertensi yang bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas
Adapun prinsip rendam air hangat adalah konduksi
normal dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan
atau perpindahan panas dari air ke tubuh, kemudian
janin selama kehamilan. Secara umum penatalaksanaan
meningkatkan elastisitas, tepi vasodilatasi tekanan
hipertensi dibagi menjadi terapi farmakologis yaitu
darah, aliran darah dan menurunkan ketegangan otot.
pengontrolan tekanan darah ibu dengan ibu dengan
Perendaman
antihipertensi penting untuk menurunkan insidensi
vasodilatasi arteriol yang berdampak pada penurunan
perdarahan serebral dan mencegah terjadinya stroke
resistensi perifer dan penurunan beban kerja jantung
maupun komplikasi serebrovaskular (Sidani, 2011)
yang menyebabkan tekanan darah turun (Murwidi &
dalam (Ummiyati, 2020). Namun, terapi obat memiliki
Abdullah, 2019).
resiko masuk ke sirkulasi darah janin yang dapat
dalam
air
hangat
menyebabkan
menyebabkan kelainan pada janin, sehingga pemilihan
METODE
obat selama kehamilan perlu mempertimbangkan
Metode
manfaat dan resiko untuk menghasilkan terapi yang
(literature review) yang mencoba menggali informasi
dan rasional (Schellack G, Schellack N. 2011).
mengenai pengaruh terapi air hangat terhadap
yang
digunakan
adalah
studi
tinjauan
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 54
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
Sumber untuk melakukan tinjauan literature ini
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ikhtiari &
meliputi
Widyastuti, 2021) didapatkan hasil yaitu pada ibu
studi
pencarian
sistematis
database
terkomputerisasi dalam bentuk jurnal penelitian yang
hamil
berjumlah 10 jurnal. Sampel yang diambil dari 10
kehamilan ≥ 20 minggu dan tekanan darahnya ≥
jurnal terindeks yang dipublikasikan dari tahun 2012-
140/90 mmHg yang sudah dilakukan pengukuran
2020. Dari 10 jurnal tersebut terdapat jurnal yang
sebanyak 2 kali dengan jarak pengukuran 1 jam dan di
memuat tentang uji pengaruh terapi air hangat terhadap
dapatkan hasil yaitu dua ibu hamil dengan hipertensi
penurunan hipertensi pada ibu hamil. Penulisan artikel
menunjukkan
ilmiah
penurunan tekanan darah mulai dari pemberian terapi
menggunakan
daftar
pustaka
American
Psychological Association (APA Format 6th Ed).
dengan
masalah
kedua
hipertensi
pasien
dengan
sudah
usia
mengalami
yang pertama hingga pemberian terapi yang ke empat, hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari penerapan
HASIL DAN PEMBAHASAN
terapi rendam kaki air hangat.
Efektivitas Pemberian Terapi Air Hangat untuk
Maka, dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan
Menurunkan Hipertensi pada Ibu Hamil
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian
Menurut (Ikhtiari & Widyastuti, 2021) hasil penerapan
terapi air hangat untuk menurunkan tekanan darah
terapi rendam kaki dengan air hangat yang dilakukan
tinggi pada ibu hamil.
pada dua ibu hamil dengan hipertensi menunjukkan kedua pasien sudah mengalami penurunan tekanan
Prosedur Pemberian Terapi Air Hangat untuk
darah mulai dari pemberian terapi yang pertama hingga
Menurunkan Hipertensi pada Ibu Hamil
pemberian terapi yang ke empat. Pada pasien I terjadi
Mekanisme
penurunan tekanan darah sebanyak 23/18 mmHg,
(Ambarsari et al., 2020) yaitu sebelum melaksanakan
sedangkan pada pasien II terjadi penurunan tekanan
intervensi,
darah 30/24 mmHg.
terlebih dahulu dan dicatat pada lembar observasi.
yang
dilakukan
dilakukan
dalam
pengukuran
penelitian
tekanan
darah
2020)
Kemudian penelit i mengukur suhu air hangat terlebih
perendaman kaki dengan air hangat dapat menurunkan
dahulu menggunakan termometer. Suhu air hangat
tekanan darah sistolik dan diastolik pada wanita hamil
disesuaikan pada rentang suhu 39 °C – 42 °C. Suhu
hipertensi trimester satu sampai tiga. Data hasil
tersebut dinilai optimal dalam penelitian dikarenakan
penelitian dari 15 wanita hamil hipertensi menunjukkan
selama 15 menit pelaksanaan intervensi, penurunan
bahwa
efektif
suhu air setiap 5 menit adalah 1 - 20 °C, sehingga suhu
menurunkan tekanan darah rata - rata sistolik tertinggi
air hangat masih berada pada kategori yang baik yaitu
dari 158 mmHg menjadi 145 mmHg dan terendah dari
pada suhu minimal 35 °C (Ilkafah, 2016). Adapun cara
127 mmHg menjadi 111 mmHg. Pemberian terapi
perendaman kakinya yitu air hangat diberikan 15 cm
rendam kaki menggunakan air hangat pada wanita
diatas mata kaki.
Menurut
penelitian
terapi
(Aryani
rendam
kaki
&
air
Zayani,
hangat
hamil hipertensi juga efektif menurunkan tekanan darah rata-rata diastolik tertinggi dari 102 mmHg
Menurut (Ikhtiari & Widyastuti, 2021) prosedur
menjadi 93 mmHg dan terendah dari 80 mmHg
pemberian
menjadi 72 mmHg. Rentang penurunan sistolik terjadi
pengukuran tekanan darah pada ibu hamil sebanyak 2
13 - 16 mmHg dan diastoliknya 8-9 mmHg.
kali dengan jarak pengukuran 1 jam dan terapi
terapi
air
hangat
yaitu
melakukan
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 55
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
dilakukan selama 4 kali selama 15 menit dalam sehari
hangat yang dapat menyebabkan zat cair, padat, dan
selama 2 minggu pada jam 10 s/d 17.00 WIB.
gas mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan terjadi
Mekanisme Kerja Terapi Air Hangat dalam
metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran
Menurunkan Hipertensi pada Ibu Hamil
antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek
Mekanisme kerja air hangat pada kaki saat perendaman
biologis panas/hangat dapat menyebabkan pelebaran
adalah menstimulasi syaraf kaki untuk merangsang
pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan
baroreseptor sinus kortikus dan arkus aorta yang akan
peredaran darah. Secara fisiologis respon tubuh
menyampaikan impuls ke otak. Respon dari impuls
terhadap
meningkatkan aktivitas syaraf parasimpatik yang
pembuluh
mensekresikan asetikolin sehingga denyut jantung
menurunkan spasme otot, meningkatkan metabolisme
berkurang,
terjadi
jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler (Perry
vasodilatasi pembuluh darah. Hal ini menyebabkan
& Potter 2006 dalam Putri 2015) dalam (Ummiyati &
aliran darah kembali lancar sehingga terjadi penurunan
Asrofin, 2019).
diameter
arteri
melebar
dan
tekanan darah. Pelebaran pembuluh darah mendorong
panas darah,
yaitu
menyebabkan
menurunkan
pelebaran
viskositas
darah,
darah masuk ke jantung yang menurunkan tekanan
KESIMPULAN
sistolik saat ventrikel berkontraksi. Aliran darah yang
Dari hasil tinjauan literature menunjukan bahwa
sudah kembali lancar menurunkan tekanan darah
terdapat pengaruh terapi air hangat terhadap penurunan
diastolik pada saat ventrikel berelaksasi (Aryani &
tekanan darah pada ibu hamil karena efek biologis
Zayani, 2020).
panas/hangat dapat menyebabkan panas berpindah dari air hangat ke dalam tubuh, sehingga pembuluh darah
Menurut (Ambarsari et al., 2020) prinsip teori kerja
mengalami pelebaran dan melancarkan peredaran darah
terapi rendam kaki dalam air hangat adalah prinsip
ke seluruh tubuh yang dapat memengaruhi tekanan
secara konduksi dan konveksi, dimana kedua hal ini
arteri (baroreseptor) yang ada di sinus kortikus dan
menyebabkan panas berpindah dari air hangat ke dalam
arkus aorta dimana impuls akan dibawa oleh serabut
tubuh sehingga pembuluh darah mengalami pelebaran
saraf yang membawa informasi dari seluruh tubuh
dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh
untuk disampaikan kepada otak mengenai volume
(Lalage,
darah
darah, tekanan darah, dan kebutuhan seluruh organ ke
memengaruhi tekanan arteri (baroreseptor) yang ada di
pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan
sinus kortikus dan arkus aorta dimana impuls akan
merangsang tekanan sistolik atau regangan otot
dibawa oleh serabut saraf yang membawa informasi
ventrikel yang akan merangsang ventrikel berkontraksi.
2015).
Pelebaran
pembuluh
dari seluruh tubuh untuk disampaikan kepada otak mengenai volume darah, tekanan darah, dan kebutuhan
KESIMPULAN
seluruh organ ke pusat saraf simpatis ke medulla
1. Ambarsari, E. M., Ermiati, E., & Hidayati, N. O.
sehingga akan merangsang tekanan sistolik atau
(2020). Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat dan
regangan otot ventrikel yang akan merangsang
Musik Klasik terhadap Tekanan Darah Ibu Hamil
ventrikel berkontraksi (Batjun.M.T, 2015). Merendam
dengan Hipertensi. Journal of Nursing Care, 3(3),
kaki dengan air hangat mempunyai efek fisik panas /
221–228
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 56
ARTIKEL AOMKI 1 VOLUME 1
2. Aryani, N., & Zayani, N. (2020). Penurunan Tekanan Darah Wanita Hamil dengan Perendaman Kaki Air Hangat. Jurnal Sehat Mandiri, 15(2), 80–88. 3. Braunthal, S., & Brateanu, A. (2019). Hypertension in Pregnancy : Pathophysiology and Treatment. SAGE Open Medicine, 7, 1–15. 4. Ikhtiari, N. D., & Widyastuti, W. (2021). Penerapan Terapi Rendam Kaki Air Hangat untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Ibu Hamil Hipertensi pada Ibu Hamil Hipertensi di Wilayah Petarukan. Seminar Nasional Kesehatan, 709–714. 5. Murwidi, I. C., & Abdullah, F. (2019). Effectiveness of Warm Water Foot Soak and Benson Relaxation Techniques Combination in Reducing Blood Pressure of Hypertensive Patients. International Journal of Health, Economics, and Social Sciences (IJHESS), 6. Nurpratiwi, & Novari, E. (2021). Pengaruh Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Sp 4 Setuntung Kecamatan Belitang Kabupaten Sekadau. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(2), 523. 7. Ummiyati, M. (2020). Pengaruh Pemberian Terapi Air Hangat Dan Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Tekanan
Darah
Pada
Ibu
Hamil
Hipertensi. Jurnal Kebidanan, 9(1), 24–29. Ummiyati, M., & Asrofin, B. (2019). Efektifitas Terapi Air Hangat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Ibu Hamil Hipertensi. Conference on Innovation
and
Application
of
Science
and
Technology, 163–170. 8. Vest, A. R., & Cho, L. S. (2012). Hypertension in Pregnancy. Cardiology Clinics, 30(3), 407–423. 9. Wantiyah, Husada, B. A., & Susumaningrum, L. A. (2019). Foot Soaking Therapy with Warm Water Decrease
Blood
Pressure
of
Patients
with
Hypertension. 89–93.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 57
Quiz Aomki
QUIZ AOMKI
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 58
Quiz Aomki
QUIZ AOMKI Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan hadiah special dari AOMKI melalui Quiz AOMKI !
https://rebrand.ly/QuizArtikelAOMKI Terakhir : 25 Maret 2022
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 59
Quiz Aomki
QUIZ AOMKI PERATURAN QUIZ AOMKI
1. Quiz AOMKI hanya boleh diikuti oleh Mahasiswa Kesehatan yang ada di Indonesia. 2. Quiz AOMKI dapat di akses melalu link di bawah ini : https://rebrand.ly/QuizArtikelAOMKI 3. Menjawab pertanyaan Quiz AOMKI dengan jujur tanpa kecurangan. 4. Setelah menyelesaikan pertanyaan di link yang sudah di sediakan oleh penyusun, peserta wajib mengirimkan screenshoot ke link : https://rebrand.ly/BuktiPengisianQuizAOMKI 5. Pemenang yang tidak mengirimkan screenshot bukti akan dianulir. 6. Penilaian pemenang berdasarkan waktu dan ketepatan pengisian. 7. Submisi dibuka mulai 18 – 24 Maret 2022 pukul 23.59 WIB. 8. Pengumuman pemenang akan dilaksanakan melalui Instagram AOMKI (@_aomki) pada tanggal 25 Maret 2022. 9. Pemenang dapat menghubungi Robert Kristianto selaku Koordinator Divisi Pendidikan AOMKI dengan nomor telepon 0812 8062 8586. 10. Keputusan hasil pemenang Quiz AOMKI tidak dapat di ganggu gugat.
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 60
Feedback Form
FEEDBACK FORM
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
Halaman 61
Feedback Aomki
FEEDBACK AOMKI Kami segenap penyusun Artikel AOMKI 1 Volume 1 mengucapkan terima kasih atas antusiasme pembaca. Dalam rangka menyediakan majalah ilmiah dan bertopik kesehatan maupun isu kesehatan yang lebih baik di kemudian hari, dengan sangat terbuka dan senang hati menerima setiap komentar, kritik, dan saran melalui Feedback Form Artikel AOMKI 1 Volume 1 yang dapat di akses pada link berikut :
Feedback Form : https://rebrand.ly/FeedbackformArtikel
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
ALIANSI ORGANISASI MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA