Arbor Vitae - Seventh Edition

Page 30

dan tentu perasaan cinta. Feromon merupakan senyawa volatil dan tidak dapat dilihat oleh mata. Feromon diproduksi oleh kelenjar endokrin di beberapa bagian tubuh manusia, misalnya wajah dan ketiak. Lalu, bagaimanakah peran feromon dalam menentukan perasaan cinta? Ketika manusia saling berinteraksi satu sama lain, maka feromon yang selalu dihasilkan akan terdeteksi oleh lawan interaksinya. Dalam hal ini, feromon yang bersifat volatil akan dideteksi oleh VNO (Vomeronasal Organ) di dalam lubang hidung. VNO akan terhubung dengan hipotalamus untuk memberikan tanggapan. Perasaan cinta dan segala gejalanya akan ditimbulkan jika feromon yang terdeteksi adalah feromon yang sesuai. Maka dari itu, istilah cinta pada pandangan pertama lebih tepat didefinisikan sebagai cinta pada bau pertama. Feromon yang sesuai mengindikasikan potensi sebagai pasangan. Dalam hal ini, ada dua macam feromon yang sesuai: feromon dari seseorang sebagai belahan jiwa, dan feromon dari seseorang sebagai pasangan hidup. Cara kerja feromon dari pasangan yang berjenis belahan jiwa mirip seperti salah satu teori sisi cara kerja enzim, yaitu lock and key theory. Sehingga, akan dihasilkan ikatan yang kuat antara feromon dan VNO sehingga akan menimbulkan efek yang lebih daripada feromon dari pasangan yang berjenis pasangan hidup yang hanya memiliki cara kerja serupa teori lain tentang cara kerja enzim, yaitu

induced fit theory. Perbedaannya adalah ketika antar belahan jiwa saling bertemu, maka perasaan cinta akan dengan segera melonjak hingga bahkan “membutakan�, seolah dunia benar-benar hanya milik berdua. Namun ketika antar pasangan hidup bertemu, maka perasaan cinta akan relatif lebih mudah dikontrol sehingga mengurangi kemungkinan “buta� karena cinta. Inilah yang menyebabkan adanya istilah cinta buta. Setelah feromon yang sesuai terdeteksi, maka adrenalin (atau yang juga dikenal sebagai epinefrin) akan bekerja untuk meningkatkan fungsi simpatis seperti memacu kerja jantung dan pernafasan. Rasa gugup pun muncul ketika berhadapan dengan orang yang kita cintai. Organ pencernaan pun akan terhambat oleh fungsi simpatis dan salah satu efeknya adalah berkurangnya nafsu makan. Selain itu, endorfin pun akan menimbulkan perasaan senang yang berlebihan sedangkan serotonin akan menyebabkan kita untuk terus memikirkan orang yang kita cintai. Terakhir, kesetiaan akan dipertahankan oleh vasopressin dan oksitosin. Dalam buku yang berjudul Why We Love: The Nature and Chemistry of Romantic Love, Profesor Antropologi dari Rutgers University, Helen Fisher, menjelaskan bahwa cinta terbagi dalam tiga tahapan. Tahap pertama adalah nafsu. Hormon yang berpengaruh dalam tahap ini adalah testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Tahap selanjutnya adalah ketertarikan, yang dipengaruhi oleh adrenalin, dopamin, dan serotonin. Tahap terakhir adalah keterikatan yang


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Arbor Vitae - Seventh Edition by AMSA-Indonesia - Issuu