EOTY Muh. Fathi Banna Al Faruqi & Melinda Diah Asmoro - AMSA-UGM Embracing Differences, Promoting Togetherness. Itulah tagline EOTY tahun ini yang bertemakan Autism Spectrum Disorders. AMSA-UGM menyelenggarakan EOTY 2014 ini yang dibagi menjadi tiga kegiatan utama, yaitu kampanye kepada civitas akademika kesehatan di FK UGM, kampanye kepada masyarakat umum di sekitaran Graha Sabha Pramana UGM, dan puncaknya yaitu penyelenggaraan acara sosial di Sekolah Bina Anggita, sebuah sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak yang mengalami ASD (Autism Spectrum Disorders). Di Sekolah Bina Anggita, ada dua kegiatan utama yaitu seminar untuk guru dan orang tua atau wali murid, dan games untuk para murid. Meski penyelenggaraan kegiatan di Sekolah Bina Anggita adalah kegiatan puncak, di mana kegiatan puncak biasanya diletakkan di akhir rangkaian kegiatan, karena pertimbangan dari berbagai hal, termasuk musibah hujan abu dari erupsi Gunung Kelud pada 14 Februari 2014. maka kegiatan pertama yang dilaksanakan adalah di Sekolah Bina Anggita. Hari Pertama. Sabtu, 22 Februari 2014. Para orang tua mulai berdatangan ke ruang seminar sejak pukul 07.30. Kemudian ada penampilan dari Ito yang membawakan lagu Bunda. Ito adalah anak yang mengalami ASD yang dulunya tidak menyukai bahkan terganggu dengan lagu-lagu berbahasa Indonesia. Setelah penampilan Ito, seminar dibuka secara resmi oleh Master of Ceremony (MC) disambung dengan sambutan dari Project Officer AMSA-UGM, Representative AMSAUGM dan Kepala Sekolah Bina Anggita. Sesi materi terbagi menjadi dua, yaitu sesi pertama oleh Dr, Indriana Laksmi Gamayanti tentang seputar informasi mengenai ASD. Sesi kedua diisi oleh Prof. Dr. Endang Ekowarni yang berfokus pada motivasi bagi para orang tua agar tetap memiliki asa yang tinggi dalam memberikan bimbingan dan kasih sayang kepada buah hati mereka yang mengalami ASD. Kedua narasumber menyampaikan materi dengan sangat apik, baik dari segi intonasi bicara, tayangan materi di layar, sisipan humor, dan hal-hal lain yang dapat menarik perhatian peserta seminar. Bahkan diakhir acara banyak peserta yang menyayangkan rangkaian seminar yang hanya 150 menit, dan salah satu efeknya adalah sesi materi yang dirasa masih sangat kurang. Hal ini tak terlepas dari kedua narasumber yang begitu luar biasa dalam menyampaikan materi.