ARSITEKTUR ISLAM NUSANTARA

SURVALA SURVEI LAPANGAN ARSITEKTUR

LAPORAN SURVALA MASJID AGUNG BAITUSSALAM PURWOKERTO

Tugas Besar Ini dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Arsitektur Islam Nusantara Dosen Pengampu: Dr., Ardiyan Adhi Wibowo., S.T., M.T. Disusun oleh : Salwa Salsabila (2020130009) Amin Safa’at (2020130010) Desika Romadhoni (2020130029)

BAB I SELAYANG PANDANG KOTA PURWOKERTO

Sejarah Puwokerto Purwokerto berasal dari kombinasi nama kerajaan di pinggir Kali Serayu Purwacarita dan ibukota Kadipaten Pasirluhur Kertawibawa.

Perpaduan nama Purwacarita dan Kertawibawa lalu menjadi Purwa Kerta.

Dari catatan peneliti dan pemerhati sejarah Banyumas, dokter Soedarmadji, sebenarnya ibukota Kadipaten Ajibarang. Berhubung Ajibarang sering diporapondakan oleh bencana angin buting beliung maka ibukota dipindah ke Purwokerto.

Adipati Mertadireja II bisa disebut sebagai pendiri Kota Purwokerto yaitu pada tanggal 6 Oktober 1832, pusat Kota Purwokerto di desa Peguwon di sekitar Kali Pelus. Namun sayang ibukota Kadipaten Ajibarang umurnya hanya empat tahun. Pada 1 januari 1836 Kadipaten Purwokerto digabung dengan Kadipaten Ajibarang dengan ibukotanya di Kota Banyumas. Tanggal 26 Pebruari 1936, ibu kota kabupaten dan karesidenan dipindah ke Purwokerto.

Undang-undang tentang Pemerintah Daerah telah mengalami beberapa pergantian itu tidak banyak mempengaruhi pembagian wilayah (kecamatan dan desa) dalam Kabupaten Banyumas. Kota Purwokerto sebagai tempat kedudukan Pembantu Gubernur Jawa Tengah wilayah Banyumas dan ibukota Kabupaten Banyumas terus mengalami pertumbuhan, karena ditunjang oleh letaknya yang strategis dan lingkungan sekitar beruapa lahan pertanian yang subur. Luas wilayah Kota Purwokerto adalah 3.585,34 ha.

Sejak tahun 2016, HUT Banyumas diperingati pada tanggal 22 Februari setiap tahunnya. Sebelumnya, warga Banyumas merayakan hari jadi Kabupaten Banyumas berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Tingkat II, No. 2 Tahun 1990, yang di dalamnya berisi tentang HUT Banyumas pada tanggal 6 April. Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 6 April 1582 oleh R. Joko Kahiman yang diangkat sebagai Adipati Weerasaba VII dengan gelar Kepala Warga II oleh Sultan Pajang Khadiwijaya dan selanjutnya menjadi Adipati Banyumas yang pertama. Pada tahun. Bupati Banyumas ke-31 Ir. kota. Achmad Husein beliau mengubahnya menjadi tanggal 22 Februari.

taskan di masyarakat.

Bahasa dan Budaya

Karakteristik

Bahasa yang digunakan di Purwokerto adalah bahasa Jawa dialek Banyumasan atau sering disebut Ngapak. Bahasa ini merupakan bahasa kebanggaan yang patut untuk dilestarikan dan dihargai. Dialek dan budaya masyarakatnya memperkaya keanekaragaman Indonesia. Banyak juga yang membuat kamus bahasa Banyumasan dalam berbagai versi.

Purwokerto juga punya alat musik khas yaitu kentongan atau musik thek-thek. Kentongan menjadi kesenian khas dengan alat musik bambu yang dimainkan oleh 20-40 orang. Kentongan tidak lagi hanya berbentuk satu buah bambu yang dipukul, melainkan sudah bernada seperti halnya calung.

Seorang perajin alat kentongan di Banyumas, Sutar mengatakan alat kentong dikombinasikan dengan instrumen calung. Nada yang dihasilkan dari penggabungan dua alat ini menciptakan harmoni dan enak didengar. Untuk menyempurnakan harmonisasi ini dengan memasukkan suling dan angklung. Musik yang dimainkan secara massal ini kerap dipen-

Di Purwokerto memiliki bangunan masjid yang dikenal masyarakat, yaitu Masjid Agung Baitussalam Purwokerto. Masjid Agung Baitussalam Purwokerto terletak dipusat kota Purwokerto yang berdekatan dengan Alun-alun Purwokerto. Masjid Baaitussalam merupakan masjid terbesar dan mampu menampung jamaah terbanyak di wilayah KOTIP Purwokerto. Pengunjung masjid rata-rata tiap harinya kurang lebih 1117 orang. Khusus pada hari Jumat rata-rata kurang lebih sebanyak 4500 orang.

Letaknya yang strategis menjadikannya sebagai salah satu bangunan ciri khas atau pun karakteristik dari Kota Purwokerto.

BAB II MASJID AGUNG BAITUSSALAM PURWOKERTO

Posisi Masjid Agung Baitussalam Purwokerto

Latar Belakang Berdirinya Masjid Agung Baitussalam Purwokerto

Masjid Agung Baitussalam Purwokerto terdapat di Kelurahan Sokanegara Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas yang berada di jalan masjid No. 1 dengan batas-batas sebagai berikut; sebelah Utara: terdapat bangunan milik Umar Hadi S.H.,Cs, sebelah Timur : terdapat jalan masjid sebelah Selatan: terdapat jalan Jendral Soedirman, dan sebelah Barat: terdapat bangunan milik Buntoro, Indriati.

Masjid Agung Baitussalam Purwokerto terletak dipusat Kota Purwokerto yang berdekatan dengan alun-alun Purwokerto. Masjid Agung Baitussalam Purwokerto merupakan masjid terbesar dan mampu menampung jamaah terbanyak di wilayah KOTIP Purwokerto. Pengunjung masjid rata-rata tiap harinya kurang lebih 1117 orang. Khusus pada hari Jumat rata-rata kurang lebih sebanyak 4500 orang (Sumber: Dokumen Arsip Masjid Agung Baitussalam Purwokerto).

Masjid Agung Baitussalam (MAB) Purwokerto yang dulu bernama Masjid Besar Purwokerto dibangun pada tahun 1910 dengan luas 3073 m2. Dimana masyarakat muslim diberikan tanahwakaf oleh Bapak R. Mochamad Dirdjo (Landrad penghulu) suami dari RA. Soemartini Putri dari KPA Mertadiredja III dari garwoMas Adjeng Taloeki Soemarsih, kemudian masyarakat muslim bergotong royong mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Besar Purwokerto.

Masjid Agung Baitussalam dibangun di sebelah Barat alun-alun Purwokerto sebagai Ibu Kota Kabupaten Banyumas setelah perpindahan kota dan pusat pemerintahan dari alun-alun di Banyumas, merupakan masjid kebanggaan masyarakat Banyumas yang secara historis tata letak bangunan pusat pemerintahan kabupaten di wilayah Jawa berada di circle lingkaran di sebelah alun-alun; masjid disebalah Barat, pendopo kabupaten di sebalahUtara dan penjara di sebelah Selatan secara filosofis merupakan united (keterkaitan) antara pendopo bupati, masjid, penjara,

dengan alun-alun ditengahnya sebagai publik area berkumpulnya rakyat.

Nilai historis Masjid Agung Baitussalam (MAB) Purwokerto sebagai simbol religius masyarakat pangiyongan sangat terkait dengan sejarah perkembangan Kota Purwokerto. Kepengurusan takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto pada awalnya memiliki komposisi yang heterogen dari berbagai organisasi masyarakat Islam diangkat oleh Departemen Agama Kabupaten Banyumas dan setelah presiden membentuk Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) maka pembinaan masjid-masjid di Indonesia dibawah naungan BKM dari Pemerintahan Daerah (Pemda) Banyumas merasa memiliki dan bertanggung jawab dengan mengalokasikan anggaran untuk pembangunan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto. Hal ini terlihat dari rehab fisik dan perluasan yang dilakukan oleh pemda dan masyarakat.

Pada periode penggantinya Ir. Ahmad Husein 2014 praktis perhatian eksekutif dan legislatif tidak seperti pemda di kabupaten lain, yang membersihkan anggaran operasional untuk Masjid Agung Baitussalam Purwokerto, sehingga praktis baik pemda maupun legislatif kurang peduli dan tidak memberikan anggaran pendanaan untuk Masjid Agung Baitussalam Purwokerto. Jadi, MAB hanya mengandalkan pendanaan untuk operasional dari kotak infaq jamaah dan para donatur, dan program MAB bisa berjalan dengan baik.

Perkembangan Pemugaran dan Renovasi Masjid Agung Baitussalam Purwokerto Pada tahun 1970 Masjid Agung Baitussalam Purwokerto mengalami rehab fisik, yaitu pembangunan serambi masjid yang dilakukan oleh pemda dan masyarakat yang diresmikan oleh Bupati Soekarno Agung dan Ketua BKM KH. Mukhlis pada tanggal 21 Agustus 1970M/ 19 Jumadil akhir 1390H. Pada tahun 1994 Masjid Agung Baitussalam Purwokerto mengalami rehab fisik kedua yaitu pembangunan total dengan arsitektur bangunan masjid sekarang dengan dua buah kubah besar yang berada di sebelah Barat yang berbahan stainless dan yang di sebelah Timur itu berbahan beton dan semen yang berwarna hijau dan menara yang ada dua sekarang menjadi satu dengan bentuk yang lebih ramping dan lebih tinggi serta melakukan perluasan masjid yang diresmikan oleh Bupati Djoko Sudantoko pada tanggal 16 Agustus 1994M/ 8 Rabiul Awal 1415H. Pada Pemerintahan Bupati Aris Setiyono dan H. Mardjoko 2008 perhatian dari pemda sangat kurang hanya pembangunan paving halaman dan pengecetan jelang peringatan Nuzulul Quran Nasional yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Rabu, 17 September 2008.

Bagian bagian bangunan

Bagian bagian dan fungsi ruang

Bagian bagian dan fungsi ruang Mihrab : sebagai tempat imam memimpin solat dan tempat khotib berdiri menyampaikan khotbah. Mihrab pada Masjid Agung Baitussalam berbentul ceruk persegi dan ada kursi dan mimbar kecil.

Mimbar : sebagai tempat khotbah sebelum dilaksanakannya solat jumat. Biasanya mimbar bersebelahan dengan mihrab disebelah kanannya menghadap ke jamaah. Ada 2 mimbar pada Masjid Agung Baitussalam,yaitu didalam mihrab dan yang kedua berada diatas disamping mihrab dan terbuat dari kayu jati yang dihiasi ukiran.

Liwan : ruangan yang luas tempat jamaah pria melaksanakan solat dan duduk mendegarkan khotbah.

Zawiyah : tempat untuk para jamaah wanita solat dan membaca Al-Quran . Padan Masjid Agung Baitussalam Zawiyah berbentuk persegi dan ditutupi menggunakan gorden berwarna biru.

Perpustakaan : didirikan untuk membantu para pelajar, mahasiswa,peneliti dan lain lain untuk mendapatkan bahan pustaka dan literatur,termasuk kajian islam yang diperlukan.

Kantor UPZ : kantor untuk mengurus penerimaan dan penyaluran Zakat,Infaq,Shodaqoh,dan Waqaf.

Ruang rapat dan Kantor yayasan/takmir Majid Agung Baitussalam Purwokerto : ruang untuk melakukan rapat serta ruang untuk menerima tamu.

Kantor ini terlrtak disebelah kanan masjid.

BAB III LOKASI

Kelebihan Site : Terletak dipusat kota Purwokerto tepatnya di sebelah barat alun alun Purwokerto.

Arah hadap massa ke jalan utama sehingga memudahkan pencapaian.

Akses jalan mudah sehingga memudahkan pengunjung untuk keluar masuk masjid Kekurangan Site : Memiliki tingkat kebisingan yang tinggi karena bangunan berada didekat jalan raya serta dekat dengan alun alun.

Masjid Agung Baitussalam Purwokerto Masjid Agung Baitussalam dibangun disebelah barat Alun-Alun Purwokertosebagai ibukota kabupaten Banyumas setelah perpindahan kota dan pusat pemerintahan dari Alun-Alun di Banyumas, Jl. Masjid No.1, Purwokerto, Sokanegara, Kec. Purwokerto Tim., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53115. Merupakan Masjid kebanggaan masyarakat Banyumas yang secara historis tata letak bangunan pusat pemerintahan Kabupaten di wilayah Jawa berada di circle lingkaran di sebelah Alun-Alun, masjid di sebelah barat, Pendopo Kabupaten di sebelah utara dan penjaradi sebelah selatan secara filosofis merupakan united (keterkaitan) antara pendopo bupati, masjid, penjara, dengan alun-alun di tengahnya sebagai public area berkumpul rakyat.

Posisi Masjid Agung Baitussalam Purwokerto Masjid Agung Baitussalam Purwokerto terdapat di kelurahan Sokanegara kecamatan Purwokeryo Timur Kabupaten Banyumas yang berada di jalan masjid No.1 dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah utara : Bangunan milik Umar Hadi S.H.,Cs; Sebelah timur : Jalan masjid Sebalah selatan : Jalan Jendral Soedirman Sebelah barat : Bangunan milik Buntoro, Indriati (Sumber : Dokumen Kantor Kelurahan Negara)

BAB IV ARSITEKTUR MASJID AGUNG BAITUSSALAM

Kesitimewaan Arsitektur Masjid Agung Baitussalam Purwokerto Kontruksi Bangunan Masjid-masjid tradisonal zaman dahulu biasanya memakai bahan bangunan local yang sesuai dengan kebiasaan setempat. Misalnya dinding dari ayunan bambu, tiang-tiangnya yang terdiri dari kayu serta bagian dari papan (kayu) atau serpihan bambu yang dilebarkan. Lantai yang terdiri dari bahan kayu dan bambu tersebut ada hubungannya dengan bentuk masjid berkolong, suatu corak umum terdapat pada arsitektur tradisional.

Pola masjid terdiri dari ruang utama yang merupakan ruangan berbentuk bujur sangkar yag dibatasi oleh dinding pada setiap sisinya dengan penonjolan pada mihrabnya. Ruang utama yang tersebut digunakan sebagai tempat sholat, yang dalam perkembangan pembagian ruang selanjutnya dipisahkan dengan semacam pemisah yang berbentuk pagar, dengan ruang lainnya yang digunakan sebagai tempat sembahyang para wanita dan anak-anak yang belum akil baligh. Serambi masjid bagian depan biasanya menjadi perantara ruang utama dengan kolam terbuka yang ada di bagian luar masjid. Serambi depan yang berbentuk terbuka ini, di samping fungsinya sebagai tempat pelaksanaan kegiatan keagaam, juga digunakan untuk tempat bedug dan kentongan sebagai alat komunikaso untuk memberikan tanda waktu sholat.

Sebagai akibat perkembangan zaman baik yang disebabkan oleh factor kemampuan masyarakat yang meningkat maupun karena tuntutan kebutuhan, maka terjadilah peningkatan-peningkatan dari masjid-masjid tersebut.

Masjid Agung Baitussalam mempunyai luas 3073 m2, dan luas bangunan seluas 2500m2 yang seluas 2500m2 yang dibangun oleh arsitektur oleh arsitektur jaman dahulu. Masjid Agung Baitussalam didirikan diatas empat tiang pokok atau sokoguru dan tiang tambahan yang berjumlah delapan tiang. Tiang pokok dan tiang tambahan yang berjumalah delapan tiang.

Tiang pokok dan tiang tambahan bangunan masjid dibuat dari beton dan semen yang berukuran 5 m. Bangunan Masjid Agung Baitussalam terdiri dari ruang utama untuk sholat bagi laki-laki dan juga digunakan Sebagian untuk sholat perempuan yang dibatasi oleh gorden. Pada bagian pojok sebelah utara ruang tambahan digunakan untuk takmir dan bagian pojok sebelah selatan digunakan sebagai ruang perpustakaan. Pada bagian luar bangunan masjid yang dulunya digunakan untuk berjualan, sekarang sudah dibangun, bangunan berlantai dua, lantai satu digunakan untuk ruang rapat serta di sebelah timur ruang kesekertariatan digunakan untuk parkir sepeda motor. Pada bagian depan di sebelah selatan dibangun ruang pos kemananan dan bagian belakang ruang kesekertariatan digunakan sebagai tempat wudhu dan kamar mandi/WC.

Gaya Bangunan Masjid Agung Baitussalam Bentuk bangunan Masjid Agumg Baitussalam mulanya berbentuk bangunan sederhana seperti rumah joglo yang berdenah bujur sangkar yang terdiri dari satu unit sembahyang utama, kemudian ditambah dengan serambi, dengan atap yang bersusun dua. Bentuk dan kontruksi jawa tipe masjid atau tajug yaitu atap puncaknya pyramidal, ke empat sisi atau dudur bertemu pada satu titik dengan hiasan mustaka. Dengan dilengkapi dua Menara seperti bangunan Belanda yang atapnya berbentuk berbentuk kubah dengan lengkungan-lengkungan pintu dan jendela yang bergaya arsotektur ghotik. Setelah direnovasi total, bangunan Masjid Agung Baitussalam yang dulu hanya bangunan gaya arsitektur Masjid Agung Baitussalam Purwokerto.

Kubah Masjid Agung Baitussalam Purwokerto memiliki dua kubah yang bergaya arsitektur gothic yang memiliki pengaruh arsitektur yang terbuat dari stainlesss dan satunya terbuat dari semen dan beton yang berwarna hijau yang dihiasi dengan mustaka bertuliskan Allah. Kubah yang stainless meruapakan kubah yang terdaoat di ruang uatam dan kubah yang berwarna hijau merupakan kubah yang terdapat di ruang tambahan. Kubah Masjid Agung Baitussalam berdiamter 5 m.

Menara Masjid Agung Baitussalam hanya ada satu atap yang berbentuk kubah berwarna hijau yang dihiasi dengan mustaka bulan bintang dan adanya lubang-lubang kevil yang berbentuk persegi Panjang yang terdapat pada badan Menara yang digunakan untuk meletakan pengeras suara. Menara Masjid Agung Baitussalam terletak di sebelah utara yang berukuran sekitar 10m.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan : Masjid Agung Baitussalam (MAB) Purwokerto yang dulu bernama Masjid Besar Purwokerto dibangun pada tahun 1910 dengan luas 3073 m2. Dimana masyarakat muslim diberikan tanahwakaf oleh Bapak R. Mochamad Dirdjo (Landrad penghulu) suami dari RA. Soemartini Putri dari KPA Mertadiredja III dari garwoMas Adjeng Taloeki Soemarsih, kemudian masyarakat muslim bergotong royong mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Besar Purwokerto.

Keistimewaan bangunan masjid terpusat pada atap yang bergaya arsitektur barok yang menggambarkan awan yang sangat cerah kuning serta dihiasi oleh ukiran kaligrafi Arab yang begitu indah mempunyai filosofi bahwa langit-langit masjid tersebut sebagai bukti keindahan.

Masjid Agung Baitussalam dibangun di sebelah Barat alun-alun Purwokerto sebagai Ibu Kota Kabupaten Banyumas setelah perpindahan kota dan pusat pemerintahan dari alun-alun di Banyumas, merupakan masjid kebanggaan masyarakat Banyumas yang secara historis tata letak bangunan pusat pemerintahan kabupaten di wilayah Jawa berada di circle lingkaran di sebelah alun-alun; masjid disebalah Barat, pendopo kabupaten di sebalahUtara dan penjara di sebelah Selatan secara filosofis merupakan united (keterkaitan) antara pendopo bupati, masjid, penjara, dengan alun-alun ditengahnya sebagai publik area berkumpulnya rakyat.

Nilai historis Masjid Agung Baitussalam (MAB) Purwokerto sebagai simbol religius masyarakat pangiyongan sangat terkait dengan sejarah perkembangan Kota Purwokerto. Kepengurusan takmir Masjid Agung Baitussalam Purwokerto pada awalnya memiliki komposisi yang heterogen dari berb

agai organisasi masyarakat Islam diangkat oleh Departemen Agama Kabupaten Banyumas dan setelah presiden membentuk Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) maka pembinaan masjid-masjid di Indonesia dibawah naungan BKM dari Pemerintahan Daerah (Pemda) Banyumas merasa memiliki dan bertanggung jawab dengan mengalokasikan anggaran untuk pembangunan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto. Hal ini terlihat dari rehab fisik dan perluasan yang dilakukan oleh pemda dan masyarakat.

Pada periode penggantinya Ir. Ahmad Husein 2014 praktis perhatian eksekutif dan legislatif tidak seperti pemda di kabupaten lain, yang membersihkan anggaran operasional untuk Masjid Agung Baitussalam Purwokerto, sehingga praktis baik pemda maupun legislatif kurang peduli dan tidak memberikan anggaran pendanaan untuk Masjid Agung Baitussalam Purwokerto. Jadi, MAB hanya mengandalkan pendanaan untuk operasional dari kotak infaq jamaah dan para donatur, dan program MAB bisa berjalan dengan baik.

SUMBER Buku sejarah dan arsitektur masjid agung baitussalam purwokerto (19102016) oleh rahmat mujiono-pustaka diniyah

TUGAS BESAR SEMESTER 3

2 2

DIKERJAKAN OLEH :

KETERANGAN AREA MIMBAR

UP

SALWA SALSABILA 2020130009 AMIN SAFA'AT 2020130010 DESIKA R. 2020130029

AREA SHOLAT

DN

4

1

2

4

KANTOR YAYASAN KM/WC

DN

PEPUSTAKAAN

DN DN

DN

POS SATPAM

DOSEN :

KANTOR

Dr. Ardiyan Adhi Wibowo, S.T.,M.T

GUDANG

MK. ARSITEKTUR ISLAM NUSANTARA (SEJARS-1)

BARBER SHOP

PARAF

TEMPAT WUDU PRIA TOKO ALAT TULIS

1

VOID

CATATAN :

2

DENAH MASJID AGUNG BAITUSSALAM PURWOKERTO 1

1 : 500

TANGGAL

JUDUL LEMBAR LEMBAR NO.

SCALE

1

1 : 500

TUGAS BESAR SEMESTER 3

DIKERJAKAN OLEH :

DOSEN :

1 : 250

Dr. Ardiyan Adhi Wibowo, S.T.,M.T

TAMPAK DEPAN 1

MK. ARSITEKTUR ISLAM NUSANTARA (SEJARS-1)

SALWA SALSABILA 2020130009 AMIN SAFA'AT 2020130010 DESIKA R. 2020130029

PARAF

CATATAN :

TANGGAL

TAMPAK BELAKANG 2

1 : 250

JUDUL LEMBAR LEMBAR NO.

SCALE

2

1 : 250

TUGAS BESAR SEMESTER 3

DIKERJAKAN OLEH :

DOSEN :

1 : 250

Dr. Ardiyan Adhi Wibowo, S.T.,M.T

TAMPAK KANAN 1

MK. ARSITEKTUR ISLAM NUSANTARA (SEJARS-1)

SALWA SALSABILA 2020130009 AMIN SAFA'AT 2020130010 DESIKA R. 2020130029

PARAF

CATATAN :

TAMPAK KIRI 2

TANGGAL

1 : 250 JUDUL LEMBAR LEMBAR NO.

SCALE

3

1 : 250

TUGAS BESAR SEMESTER 3

DIKERJAKAN OLEH :

DOSEN : PARAF

CATATAN :

TANGGAL

PERSPEKTIF AREA SAMPING MASJID 2

JUDUL LEMBAR LEMBAR NO.

SCALE

4

Dr. Ardiyan Adhi Wibowo, S.T.,M.T

PERSPEKTIF AREA DEPAN MASJID

1

MK. ARSITEKTUR ISLAM NUSANTARA (SEJARS-1)

SALWA SALSABILA 2020130009 AMIN SAFA'AT 2020130010 DESIKA R. 2020130029