
56 minute read
Budidaya Sayuran pada Lahan Pekarangan dengan Teknik Vertikultur untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan di Kecamatan Trenggalek
BUDIDAYA SAYURAN PADA LAHAN PEKARANGAN DENGAN TEKNIK VERTIKULTUR UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN TRENGGALEK
Selina Meilinda Sujito
Advertisement
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang Surel : selinameilinda20@gmail.com
ABSTRAK : Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara budidaya sayuran pada lahan pekarangan dengan teknik vertikultur. Bertambahnya jumlah penduduk merupakan tantangan bagi ketersediaan pangan. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kecukupan, ketahanan, dan kemandirian pangan tersebut adalah melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Di perkotaan, kendala yang dihadapi dalam upaya pemanfaatan lahan pekarangan adalah keterbatasan luas lahan dan memiliki lahan terbuka yang sempit dan halamannya didominasi oleh paving blok atau lantai semen. Lantai semen atau paving block menjadikan halaman bersih dan tidak menggenang pada musim penghujan, namun demikian keberadaannya juga dapat menimbulkan masalah lingkungan. Salah satu teknik budidaya yang dapat diterapkan pada lahan terbatas adalah budidaya sayuran dengan teknik vertikultur.
Kata-kata kunci: budidaya, Kecamatan Trenggalek, ketahanan pangan, lahan pekarangan, sayuran, vertikultur
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi manusia. Pemenuhan kebutuhan atas pangan diamanatkan pada UU Nomor 7 Tahun 1996 yang menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik pada jumlah mutu, aman, merata, dan terjangkau. Proses produksi, penyediaan,
347
perdagangan serta berperan sebagai konsumen berdasarkan amanat undang undang diselenggarakan oleh masyarakat, sedangkan pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan. Santosa PB (2013), menyatakan bahwa tantangan untuk menciptakan ketahanan pangan yang mengarah kepada kedaulatan pangan pada masa-masa mendatang akan terasa berat, kalau pangan di Indonesia tidak ditangani secara serius. Penurunan luas lahan pertanian produktif dan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian menyebabkan persoalan serius bagi Indonesia dalam penyediaan lahan. Meskipun Bank Dunia pada tahun 2012, menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang secara umum tidak bermasalah dengan ketahanan pangan, akan tetapi tetap harus waspada dalam penyediaan pangan kedepan. Secara umum kondisi ketahanan pangan dapat dicapai melalui empat komponen, diantaranya kecukupan ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi, aksesibilitas atau keterjangkauan terhadap pangan, dan kualitas atau keamanan pangan. Pekarangan rumah di komplek perumahan perkotaan umumnya memiliki lahan terbuka yang sempit dan halamannya didominasi oleh paving block atau lantai semen. Lantai semen atau paving block menjadikan halaman bersih dan tidak menggenang pada musim penghujan namun demikian keberadaannya juga dapat menimbulkan masalah lingkungan diantaranya adalah mengurangi resapan air hujan ke dalam tanah, permukaan lantai semen yang berwarna cerah dapat memantulkan radiasi matahari sehingga menimbulkan peningkatan suhu udara di sekitarnya. Desa Tamanan, Kecamatan Trenggalek,
348
Kabupaten Trenggalek pekerjaan warganya beragam seperti: pegawai negeri, wiraswasta dan ibu rumah tangga. Sasaran kegiatan adalah ibu rumah tangga di RT tersebut. Sumberdaya manusia, khususnya ibu rumah tangga di RT tersebut memiliki tingkat pendidikan dan pekerjaan yang sangat bervariasi, sehingga kemampuan mereka dalam hal budidaya tanaman sangat beragam dan masih minim. Kondisi pekarangan pada umumnya memiliki sedikit vegetasi. Sedikitnya vegetasi, buruknya resapan air ke dalam tanah, dan rapatnya jarak antar rumah menciptakan sirkulasi udara kurang baik disekitarnya, suasana gersang, dan meningkatnya suhu udara yang menyebabkan masalah lingkungan seperti banjir pada saat hujan dan panas ketika cuaca cerah. Salah satu upaya kreatif, inovatif dan ramah lingkungan untuk mengatasi masalah lingkungan di komplek perumahan tersebut adalah budidaya tanaman sayuran dengan teknik vertikultur dengan memanfaatkan pekarangan di sekitar rumah. Kebutuhan sayuran semakin meningkat khususnya di daerah perkotaan. Upaya dalam mendukung program ketahanan pangan dan gizi dengan budidaya sayuran di sekitar pekarangan terbentur dengan lahan pekarangan yang semakin sempit, terutama di perkotaan. Salah satu alternatif untuk menyiasati terbatasnya lahan budidaya adalah dengan menggunakan teknologi hidroponik. Menurut Lonardy MV(2006), penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan produktivitas yang sama. Menurut Maya, R (2012), sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Kelebihan dari sistem pertanian vertikultur adalah
349
efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan pemakaian pupuk dan pestisida, kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil, dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, dan mempermudah monitoring / pemeliharaan tanaman. Salah satu produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah sayuran. Melihat dari semakin sempitnya lahan dan meningkatnya kebutuhan pangan dan gizi masyarakat perlu dilakukan penelitian kajian sistem hidroponik dan vertikultur dengan memanfaatkan pekarangan di sekitar rumah.
KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN TRENGGALEK
Ketahanan pangan merupakan isu global. Bertambahnya jumlah penduduk memiliki konsekuensi terhadap peningkatan kebutuhan pangan. Thomas Malthus pada tahun 1798, mengatakan penduduk bertambah seperti deret ukur sedangkan laju pertumbuhan penduduk seperti deret hitung, artinya jumlah penduduk meningkat jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ketersediaan pangan. Pentingnya pangan sebagai kebutuhan paling mendasar bagi setiap manusia menjadikan pemenuhan kebutuhan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan. Ketahanan pangan mencakup faktor ketersediaan, distribusi dan konsumsi. Ketersediaan berarti tercukupinya pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Faktor distribusi adalah mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin masyarakat agar dapat memperoleh pangan dalam jumlah, kualitas dan dengan harga yang terjangkau. Sedangkan konsumsi berrati mengarahkan pola pemanfaatan pangan
350
agar memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi dan kehalalannya (Prabowo, R 2010). Upaya pemenuhan kebutuhan pangan mendapatkan banyak tantangan dan rintangan akibat perubahan kondisi lingkungan, seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan semakin semakin banyaknya kasus serangan hama dan penyakit tanaman yang menyebabkan terjadinya penurunan hasil panen. Oleh karena itu, perlu dikembangan strategi baru dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan untuk meningkatkan kecukupan, ketahanan, dan kemandirian pangan masyarakat. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kecukupan, ketahanan, dan kemandirian pangan tersebut adalah melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Pekarangan dinilai memiliki fungsi dan manfaat yang penting bagi setiap rumah tangga sehingga Kementerian Pertanian pada tahun 2011 mengembangkan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL adalah sebuah konsep pengelolaan lahan pekarangan dengan menerapkan prinsip ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal konservasi tanaman dan peningkatan kesejahteraan keluarga (Andrianyta & Mardiharini, 2015). Lahan pekarangan memiliki potensi apabila dikelola secara optimal dan terencana. Lahan pekarangan dapat memberikan manfaat dalam menunjang kebutuhan gizi keluarga sekaligus untuk keindahan (estetika) (Rauf, Rahmawaty, & Budiati, 2013). Keterbatasan lahan pertanian di daerah perkotaan disebabkan pesatnya pembangunan yang berakibat peruntukkan lahan menjadi berkurang. Lebih lanjut Suryani, et al (2017), menyatakan bahwa budidaya sayuran di perkotaan memiliki peran penting dalam menjamin pasokan pangan
351
berkesinambungan untuk penduduk kota. Jenis tanaman 90 budidaya sayuran dengan teknik vertikultur untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga di perkotaan yang dapat ditanam di lahan pekarangan diantaranya adaalah tanaman sayur-sayuran, buahbuahan, obat-obatan, tanaman hias dan sebagainya. Selain dapat digunakan untuk konsumsi sehari-hari, hasil panen dari lahan pekarangan juga dapat dijual untuk sebagai usaha sampingan anggota keluarga (Dwiratna, et al, 2016). Di perkotaan, kendala yang dihadapi dalam upaya pemanfaatan lahan pekarangan adalah keterbatasan luas lahan. Dengan semakin mahalnya harga lahan di perkotaan, kepemilikan lahan pekarangan menjadi sangat terbatas. Begitu pula fenomena di Desa Tamanan Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek, dengan luas wilayah sekitar 200,5 Ha, hampir 80% dari luasan tersebut digunakan sebagai pemukiman penduduk. Satu rumah tangga rata-rata hanya memiliki lahan pekarangan kurang dari 10 m2. Salah satu teknik budidaya yang dapat diterapkan pada lahan terbatas adalah budidaya sayuran dengan teknik vertikultur. Vertikultur merupakan teknik bercocok tanam diruang/lahan sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat. Upaya menghidupkan kembali lahan pekarangan sebagai sumber gizi keluarga di Desa Tamanan Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek ditempuh melalui pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kemandirian dan kapasitas masyarakat untuk berperan aktif dalam mewujudkan ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan dari waktu kewaktu. Untuk itu penting untuk dilakukan pelatihan partisipatif budidaya tanaman sayuran dengan teknik vertikultur untuk meningkatkan
352
ketahanan pangan keluarga sebagai salah satu upaya untuk memberdayakan masyarakat, baik komunitas maupun secara kelembagaan. Tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini adalah ibuibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok PKK dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam membudidayakan tanaman sayuran dengan teknik vertikultur, sehingga mereka dapat mempraktekannya di rumah masing-masing dan juga menularkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki kepada warga di sekitar tempat tinggal mereka. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mitra yang diperlukan untuk menangani berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan dalam rangka mendukung peningkatan keterampilan budidaya tanaman sayuran dengan teknik vertikultur.
BUDIDAYA SAYURAN DENGAN TEKNIK VERTIKULTUR
Teknik budidaya vertikultur merupakan teknik budidaya tanaman dimana cara bertanamnya dilakukan dengan menempatkan media tanam di dalam pot/pralon yang disusun secara horizontal maupun vertikal / bertingkat pada lahan yang terbatas atau halaman rumah. atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah vertical. Kelebihan sistem pertanian hidroponik vertikultur adalah: 1. Efisiensi penggunaan lahan 2. Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida 3. Kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil 4. Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu
353
5. Mempermudah pemeliharaan tanaman Teknik vertikultur merupakan salah satu teknik budidaya tanaman yang cocok untuk lahan sempit seperti pekarangan perumahan, khususnya di perkotaan. Tanaman yang dapat ditanam dengan teknik vertikultur diusahakan untuk menanam tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, atau tanaman semusim, seperti selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, tomat, pare, kacang panjang, mentimun, ataupun bunga-bungaan seperti petunia. Pemanfaatan pekarangan rumah untuk tanaman pangan juga dapat dijadikan sebagai bagian dari gaya hidup (life Style) dalam memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga, dengan sikap seperti ini maka kemandirian pangan dalam skala rumah tangga dapat dicapai (Noorsya dan Kustiwan, 2012). Dalam pemanfaatan lahan pekarangan ini yang perlu diperhatikan diantaranya adalah luas lahan pekarangan, pengembangan komoditas dan teknologi pertanian ramah lingkungan serta penyuluhan (Sampellilling, Sitorus, Nurisyah, dan Pramudya, 2012). Tanaman dapat tumbuh baik dimana perakaran cukup udara, air, unsur hara, dekomposisi akar yang mati terjadi secara aerob berjalan lancar, pembuangan C02 hasil pernafasan akar dan bakteri berlangsung baik. Suhu lingkungan terjaga dan bebas dari organisme pengganggu tanaman. Langkah – langkah Pengerjaan Budidaya Tanaman secara Vertikultur:
1. Memperhatikan kondisi lahan yang akan digunakan untuk budidaya tanaman (luas lahan)
354
2. Penyiapan wadah media tanam sesuai dengan kondisi yang ada (dapat berupa bambu, pipa paralon/PVC, talang air, pot plastic, kaleng bekas, polybag, plastik kresek, dll) 3. Pembuatan bangunan vertikultur 4. Penyiapan media tumbuh tanaman (pupuk organik dan tanah) 5. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, tergantung kepada besar tajuk tanaman, kebutuhan sinar matahari, dan wadah yang dipilih sebagai tempat penanaman. Ketiga faktor ini harus diperhitungkan jika dalam satu unit bangunan vertikultur dibudidayakan beberapa jenis tanaman sekaligus. 6. Budidaya tanaman (persemaian, pembibitan, pemeliharaan, panen dan pasca panen) Menurut Hoidn and Gilbert (2007), ada tiga hal penting dalam active learning (AL), yaitu; AL memacu berpikir independent (mandiri), kritis dan kreatif; AL merangsang kolaborasi; AL meningkatkan motivasi, investment dan performansi. Sebagian kecil ibu-ibu RT 05 yang telah mengenal teknik vertikultur sebelum kegiatan dimulai, dan bahkan mereka ada yang belum mengenal betul tentang vertikultur. Hasil evaluasi setelah kegiatan pengabdian diketahui bahwa semua ibu-ibu RT 05 mengetahui tentang teknik budidaya dengan vertikultur. Penggunaan gambar dan peragaan dalam kegiatan penyuluhan mendorong Ibu-Ibu memahami materi budidaya tanaman dengan teknik vertikultur secara baik. Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa ibu-ibu di RT 05 mulai mengetahui bahwa tanaman memerlukan pemeliharaan agar supaya tumbuh subur dan berkualitas baik serta memiliki nilai gizi tinggi. Kemudahan memahami pentingnya perawatan tanaman dalam
355
budidaya tanaman dengan teknik vertikultur, didukung oleh pengalaman ibu-ibu yang sebagian besar telah melakukan budidaya tanaman, terutama tanaman hias meskipun dengan menggunakan pot biasa. Pengetahuan itu diikuti oleh kesadaran mereka tentang perlunya unsur hara dalam budidaya tanaman dengan teknik vertikultur. Keterampilan ibu-ibu juga dibangun dalam kegiatan pengabdian yaitu dengan melibatkan secara aktif mereka dalam melaksanakan budidaya sayuran dengan teknik vertikultur yang dapat menggunakan bahan kaleng bekas cat dan botol bekas. Budidaya daya sayuran dengan vertikultur menggunakan kaleng bekas cat juga dilakukan dengan melibatkan mereka secara aktif. Keterbatasan budidaya tanaman sayuran di komplek perumahan perkotaan adalah lahan yang sempit dan “semenisasi” halaman atau
pekarangan rumah, untuk itu penanaman sayuran menggunakan pot atau poly bag dengan teknik vertikultur merupakan salah satu pilihan warganya. Media tanam dengan teknik vertikultur perlu dibuat sesubur mungkin untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejak pembibitan hingga panen, salah satunya dengan aplikasi bahan atau pupuk organik dan anorganik. Penggunaan bahan berupa pupuk organik berguna untuk meningkatkan ketersediaan makro dan mikro nutrisi bagi tanaman, hal ini sangat baik apabila digunakan dalam budidaya tanaman di dalam pot. Pertumbuhan tanaman dalam pot dengan vertikultur terbatas karena nutrisi di medium tanam terbatas, dengan tambahan bahan organik sebagai sumber unsur hara ke dalam media tanam maka pertumbuhan dan perkembangan akar menjadi lebih baik.
356
Kegiatan pelatihan diawali dengan ceramah di kelas mengenai budidaya tanaman sayuran dengan teknik vertikultur. Materi yang diberikan adalah mengenai: 1. Gambaran umum teknik vertikultur
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat wadah tanaman dalam teknik vertikultur
3. Persiapan media tanam 4. Pembibitan tanaman sayuran 5. Pemeliharaan tanaman sayuran dalam teknik vertikultur
Setelah kegiatan ceramah di kelas, pelatihan dilanjutkan dengan kegiatan praktek budidaya tanaman sayuran dengan teknik vertikultur. Dalam kegiatan ini peserta diajak untuk mempraktekan langsung kegiatan: 1. Menyiapkan media tanam yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kompos dan arang sekam 2. Menyemai beberapa jenis tanaman sayuran seperti kangkung, bayam, selada dan pakcoy 3. Penyapihan tanaman 4. Pemindahan tanaman sayuran dari tempat persemaian ke dalam wadah
Peserta pelatihan partisipatif mengikuti kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir dan terlibat aktif dalam praktek budidaya tanaman sayuran dengan sistem vertikultur. Secara umum seluruh peserta dapat mempraktekkan teori yang sudah didapatkan di dalam kelas. Selain pengetahuan dan keterampilan peserta, ketersediaan bahan baku untuk budidaya tanaman sayuran merupakan aspek penting untuk menjamin keberlanjutan kegiatan ini. Dari hasil analisis dan
357
wawancara dengan beberapa orang peserta kegiatan diketahui bahwa bahan baku yang tersedia di lokasi kegiatan ini dilaksanakan cukup melimpah, baik bahan baku maupun sumber daya manusia. Bahan baku tersebut antara lain:
1. Tanah sebagai media tanam. Jenis tanah yang terdapat di lokasi pelatihan memiliki struktur yang merah dan liat. Tanah jenis tersebut sebetulnya kurang baik digunakan sebagai media tanam sayuran, namun hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian bahan organik dengan komposisi yang lebih banyak 2. Arang sekam. Meskipun kegiatan ini dilaksanakan di daerah pemukiman yang padat penduduk dan tidak terdapat lokasi persawahan di sekitarnya, namun arang sekam mudah diperoleh di toko atau kios-kios yang menjual berbagai tanaman hias 3. Kompos. Sebelumnya kader PKK di Kelurahan Antapani Kidul sudah pernah mengikuti pelatihan membuat kompos, dan ada pula yang sudah mempraktekkan pembuatan kompos 4. Benih tanaman sayuran, cukup mudah diperoleh di toko pertanian setempat.
Setelah kegiatan pelatihan dilaksanakan, dilakukan evaluasi untuk mengetahui capaian dari indikator keberhasilan kegiatan ini. Dalam aspek kognitif, indikator keberhasilan diukur berdasarkan jumlah peserta yang memahami tiap-tiap materi yang diberikan. Menanam sayuran dengan teknik vertikultur dapat menambah keindahan di pekarangan rumah. Peserta juga memahami bahwa beragam bahan dapat digunakan sebagai wadah tanam. Wadah tanam untuk vertikultur bisa terbuat dari bambu, paralon dan juga talang air, bahkan dapat memanfaatkan botol plastik bekas minuman untuk
358
dibuat menjadi pot. Untuk persiapan media tanam sebagian besar peserta memahami bahwa media tanam untuk vertikultur sebaiknya tidak terlalu padat, dan media tanam yang digunakan dapat menggunakan campuran antara tanah, pupuk kompos dana arang sekam. Dalam kegiatan pembibitan dan pemeliharaan,sebagian besar peserta juga telah memahami bagaimana cara pembibitan mulai dari benih, kemudian penyapihan dan pemindahan ke wadah tanam.
Dalam aspek psikomotorik, kegiatan pelatihan ini juga dinilai cukup berhasil dalam menambah keterampilan peserta. Pada kegiatan praktek budidaya tanaman sayuran, para peserta juga sangat antusias untuk berpartisipasi aktif. Peserta bersama-sama dengan pemateri ikut mempraktekkan langsung untuk menyiapkan media tanam, melakukan pembibitan dalam baki dan juga menyapih tanaman yang sudah berumur kurang lebih 2 minggu, sehingga berdasarkan indikator keberhasilan, peserta dinilai sudah cukup terampil untuk membudidayakan tanaman sayuran dengan teknik vertikultur. Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat, khususnya dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Dengan budidaya tanaman sayuran di pekarangan, setidaknya dapat mempermudah akses masyarakat untuk mengkonsumsi bahan pangan yang sehat. Hasil kajian Andrianyta & Mardiharini (2015) , menyatakan di perkotaan dengan luas lahan yang terbatas mengakibatkan volume panen juga tidak banyak. Oleh karena itu, hasil panen dari lahan pekarangan biasanya hanya untuk konsumsi sendiri dan bagi masyarakat dengan pendapatan tinggi. Pemaanfaatan lahan pekarangan merupakan salah satu upaya untuk mewariskan lingkungan sehat ke generasi selanjutnya. Terkait dengan
359
isu lingkungan, upaya pemanfaatan lahan pekarangan dinilai sebagai upaya mempertahankan keanekaragaman hayati dan memperbaiki kondisi ekologis (Rauf et al., 2013). Kedepannya, apabila hendak dijadikan kegiatan komersil, pemanfaatan lahan pekarangan dapat dikembangkan berdasarkan pendekatan konsep nanosociopreneur, yang berangkat dari hal-hal kecil dan diharapkan berdampak pada manfaat besar dalam ruang lingkup yang lebih luas (Muttaqin & Sari, 2017). Kegiatan budidaya tanaman sayuran di pekarangan dapat dilakukan secara kolaboratif untuk memenuhi kebutuhan warga sehingga dapat menunjang ketahanan pangan nasional.
PENUTUP
Simpulan
Budidaya tanaman sayuran dengan teknik vertikultur dan hidroponik merupakan salah satu solusi praktis dalam mengatasi masalah budidaya di lahan terbatas terutama didaerah perkotaan sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Trenggalek. Selain itu, budidaya tersebut juga dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga dalam mengkonsumsi sayuran dan bertambahnya keterampilan menanam sayuran dengan sistem vertikultur.
Saran
Penelitian dalam artikel ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan adanya penelitian lebih dalam dan lebih lanjut tentang budidaya sayuran dengan teknik vertikultur dan hidroponik agar bisa mengetahui lebih dalam tentang
360
hal tersebut. Peneliti juga mengharapkan saran, kritikan dan masukan dari pembaca demi perbaikan penelitian yang akan datang.
DAFTAR RUJUKAN
Andrianyta, H., & Mardiharini, M. 2015. Sosial ekonomi pekarangan berbasis kawasan di perdesaan dan perkotaan tiga provinsi di indonesia. Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 18(3), 225–236.
Dwiratna, N. P. S., Widyasanti, A., & dan Rahmah, D. M. 2016. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan menerapkan konsep kawasan rumah pangan lestari. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 5(1), 19–22.
Hoidn, S. and Gilbert, D. 2007. Handbook of The Center for Teaching and Learning, Stanford University.
Lonardy MV. 2006. Respons tanaman tomat (Lycopersicon esculentum mill.) terhadap suplai senyawa nitrogen dari sumber berbeda pada sistem hidroponik. Skripsi. Universitas Tadulako.
Maya R. 2012. Budidaya tanaman sayuran secara vertikultur sederhana. Bangka Belitung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung.
Muttaqin, Z., 1, Sari, dan D. S.,2017. Nanosociopreneur cengek: design thinking bisnis hijau berkelanjutan di desa sayang kecamatan jatinangor. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 6(3), 254–257.
361
Noorsya, A. O., & Iwan Kustiwan. (2012). Potensi Pengembangan Pertanian Perkotaan untuk Mewujudkan Kawasan Perkotaan Bandung yang Berkelanjutan. Bandung.
Prabowo, R. 2010. Kebijakan pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia Mediagro, 6(2), 62–73.
Rauf, A., Rahmawaty, & Budiati, D. 2013. Sistem pertanian terpadu di lahan pekarangan mendukung ketahanan pangan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Jurnal Online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU, 1(1), 1–8.
Saito K, Furue K, Kametani H, Ikeda M. 2013. Roots of hydroponically grown tea (Camellia sinensis) plants as a source of a unique amino acid, theanine. American J Exp Agric 4(2): 125-129.
Sampellilling, S., Sitorus, S. R. P., Nurisyah, S., & Pramudya, B. (2012). Pengembangan Pertanian Kota Berkelanjutan Studi Kasus di DKI Jakarta. J. Analisis Kebijakan Pertanian, 10(3), 257–267.
Santosa PB. 2013. Tantangan Masalah Pangan. http://www.neraca.co.id/article/32622/ tantangan-masalahpangan-oleh-prof-purbayu-budi-santosa-guru-besar-fakultasekonomika-dan-bisnis-undip. 6/9/2013. Konsepsi SPI tentang Kedaulatan.
Savvas D, Passam HC, Olympios C, Nasi E, Moustaka E, Mantzos N, Barouchas P. 2006. Effects of ammonium nitrogen on lettuce
362
grown on pumice in a closed hydroponic system. Hort Sci 41(7): 1667-1673.
Suryani, Nurjasmi, R., Sholihah, S. M., & Kusuma, A. V. C. 2017. Pelatihan pertanian perkotaan. Jurnal Pelayanan Dan Pengabdian Masyarakat, 1(1), 69–81.
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996, Tentang Pangan.
363
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN BASAH DENGAN SISTEM MINA PADI DI KABUPATEN TRENGGALEK
Siti Nurdiana
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang Surel: sitidiana579@gmail.com
ABSTRAK: Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan sistem mina padi pada lahan basah di Kabupaten Trenggalek. Sistem mina padi merupakan salah satu tegnologi tepat guna yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas pada lahan basah. Lahan basah yang berupa lahan sawah pada umumnya hanya digunakan untuk budidaya tanaman padi saja sehingga dengan penerapan sistem ini produktivitas pada satu luasan lahan yang sama dapat menghasilkan dua komoditas yang berbeda.
Kata-kata kunci: Kabupaten Trenggalek, lahan basah, peningkatan produktivitas, sistem mina padi
Kabupaten Trenggalek merupakan Kabupaten yang terletak di bagian selatan dari wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Trenggalek memiliki luas wilayah 126.140 Ha yang terbagi menjadi 14 Kecamatan. Wilayah Kabupaten Trenggalek didominasi oleh wilayah yang berupa pegunungan dan perbukitan. Hal itu menjadikan mayoritas penduduknya bekerja disektor pertanian bahkan jumlahnya mencapai 55, 74% dari total penduduk yang bekerja. Pada umumnya petani memiliki lahan pertanian sendiri ataupun menyewa untuk berbudidaya. Menurut FAO (1995), lahan merupakan bagian dari bentangan alam (landscape) yang mencangkup pengertian lingkungan fisik, termasuk iklim, topografi, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi
364
alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan pertanian dibagi menjadi dua jenis yaitu pertanian lahan kering dan lahan basah. Pertanian lahan kering biasanya dimanfaatkan untuk budidaya sayuran, tanaman palawija, kacang-kacangan, perkebunan dan lain sebagainya. Sedangkan pertanian lahan basah biasanya berupa persawahan, rawa, lahan gambut daerah payau, dan hutan bakau. Di daerah Kabupaten Trenggalek pada umumnya lahan basah berupa persawahan yang dimanfaatkan petani untuk berbudidaya tanaman padi. Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian dibidang pertanian, namun selama ini produktivitas lahan sawah masih belum maksimal.
Seiring pertumbuhan penduduk di Kabupaten Trenggalek yang sangat pesat, dapat menyebabkan adanya alih fungsi lahan menjadi pemukiman. Hal itu tentu saja akan mempersempit areal lahan untuk kegiatan pertanian dan perikanan sehingga perlu adanya upaya pengoptimalan penggunaan lahan tersebut agar tetap mampu berproduksi secara optimal dan menyediakan pangan bagi penduduk Kabupaten Trenggalek. Namun sampai saat ini mayoritas petani menggunakan lahan persawahan hanya untuk budidaya padi saja sehingga produktivitas lahan tersebut belum cukup maksimal. Untuk meningkatkan produktivitas lahan persawahan perlu adanya alternative pengelolaan lahan menjadi dua fungsi sekaligus pada satu kali musim tanam yaitu untuk kegiatan pertanian dan perikanan. Salah satu teknik yang dapat digunakan yaitu sistem mina padi.
365
Sistem mina padi merupakan perubahan sistem pertanian monokultur kearah diversifikasi pertanian. Sistem mina padi cukup efisien dan efektif diterapkan pada sawah irigasi yang memiliki ketersediaan air yang cukup selama pertumbuhan padi dan ikan. Menurut Kurniasih dkk (2003), keberadaan ikan dalam sistem mina padi diduga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan seperti meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan produksi tanaman padi, meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan, pertumbuhan padi dan ikan lebih terkontrol serta memenuhi kebutuhan protein hewani. Menurut Ardiwinata (1987), sistem usaha tani memelihara ikan bersama padi di sawah atau mina padi telah dikembangkan di Indonesia sejak satu abad yang lalu.
LAHAN BASAH DI KABUPATEN TRENGGALEK
Lahan basah atau wetland merupakan wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadangkadang digenangi oleh lapisan air yang dangkal. Lahan basah memiliki ciri iri dan karaekteristik seperti memiliki kadar air yang tinggi, sebagian atau seluruh wilayahnya digenangi air, Lahannya bersifat cenderung menetap, namun ada beberapa yang merupakan lahan basah musiman, lahan basah memiliki kontur tanah yang lembek dan labil serta merupakan daerah pertanian yang subur dan kandungan airnya tinggi. Lahan basah dibedakan menjadi dua yaitu lahan basah alami dan buatan. Lahan basah alami meliputi rawa-rawa air tawar, hutan
366
bakau (mangrove), rawa gambut, hutan gambut, paya-paya dan tepian sungai. Sedangkan lahan basah buatan meliputi waduk, sawah, saluran irigasi, dan kolam. Di Kabupaten Trenggalek lahan basah mayoritas berupa lahan sawah. Lahan sawah merupakan lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan) dan saluran untuk menahan atau menyalurkan air yang biasanya ditanami padi tanpa memandang dimana diperoleh/status lahan tersebut. Pada tahun 2017 di Kabupaten Trenggalek lahan yang digunakan untuk lahan sawah seluas 12,638 hektar. Para petani umumnya memanfaatkan lahan sawah untuk berbudidaya padi saja, yang biasanya hanya dapat dilakukan satu sampai dua kali tanam per tahunnya sehingga produktivitas lahan tersebut belum cukup maksimal, jika dilihat dari kebutuhan pangan yang semakin meningkat dan lahan pertanian terancam dialih fungsikan karena pertumbuhan penduduk yang tinggi.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN BASAH DENGAN SISTEM MINA PADI DI KABUPATEN
TRENGGALEK
Menurut Husein Umar dalam Muhyi Muammam dkk 2003: 9, produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Sedangkan produktivitas lahan merupakan kemampuan atau daya dukung lahan pertanian dalam memproduksi tanaman. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian yakni sebagai berikut: 1. Intensifikasi Pertanian
367
Merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil pertanian yang dilakukan dengan cara mengoptimalkan lahan pertanian yang telah ada dan dilakukan melalui program Panca Usaha tani yang dilanjutkan dengan program Sapta Usaha Tani. 2. Ekstensi Pertanian
Merupakan usaha meningkatkan produktivitas lahan pertanian dengan melakukan perluasan lahan pertanian baru. Seperti membuka hutan, semak belukar, hingga sekitar rawa. 3. Diversifikasi Pertanian
Merupakan pengelolaan beragam sumber daya pertanian yang meliputi pada aktivitas tanaman, penyuburan, serta pergantian dalam berbagai tumbuhan yang menghasilkan. Pada lahan basah yang berupa persawahan di Kabupaten Trenggalek peningkatan produktivitas pertanian dapat dilakukan dengan menerapkan diversifikasi pertanian dengan sistem mina padi. Menurut Damayanti dalam Ali, 2017: 28-38, sistem mina padi adalah usahatani ikan yang dikembangkan di dalam areal persawahan atau dengan kata lain sistem usaha tani mina padi adalah usahatani terpadu yang meningkatkan produktivitas lahan sawah yang menghasilkan padi dan ikan. Sistem mina padi termasuk salah satu teknologi tepat guna yang digunakan untuk mengoptimalkan produktivitas lahan sawah. Konsep budidaya dengan sistem mina padi ini mengintegrasikan antara budidaya ikan dan tanaman padi, dimana ikan dapat menyediakan nutrisi bagi padi serta menyediakan pupuk dan memperbaiki struktur tanah melalui hasil metabolisme (feses) dan sisa pakan yang tidak terkonsumsi, sedangkan padi menyediakan oksigen dan tempat berlindung bagi ikan.
368
Menurut Suriapermana, dkk. dalam Dwi Setyorini, dkk 2011, keuntungan yang didapat dari usahatani mina padi berupa peningkatan produksi padi dan ikan, pengurangan penggunaan pestisida, pupuk anorganik, penyiangan dan pengolahan tanah. Sedangkan keunggulan dari sistem mina padi yaitu meningkatkan produksi padi dari 5-6 ton/Ha/panen menjadi 8-10 ton/Ha/panen, efisiensi penggunaan pupuk, bibit padi dan pakan ikan, efisiensi pemanfaatan lahan padi 80%, penambahan pendapatan petani 15-60 juta/Ha, padi bebas pestisida kimia dan menghasilkan produk organik, resiko serangan hama rendah, mempercepat perbaikan lingkungan, pengaturan air irigasi mudah, memperbaiki kesuburan dan tekstur tanah serta meningkatkan pendapatan petani. Menurut Anonim (1985), sistem usaha tani mina padi digolongkan menjadi tiga yakni: 1. Budidaya Ikan Sebagai Penyelang Tanaman Padi Pemeliharaan ikan sebagai penyelang, dilakukan setelah tanah sawah dikerjakan sambil menunggu penanaman padi.Lamanya pemeliharaan biasanya 20-30 hari, sampai pada saat benih siap untuk ditanam. Pada sistem ini, biasanya hanya dilakukan untuk pendederan benih ikan (ukuran 1-3 cm) dengantujuan: setelah umur 20-30 hari, hasil dederan berubah menjadi anak ikan yang siap ditebarkan di kolam (ukuran 3-5 cm atau benih glondongan). 2. Budidaya Ikan Bersama Padi Merupakan pemeliharaan ikan di sawah yang dilakukan bersama dengan tanaman padi.Lamanya pemeliharaan adalah sejak benih padi ditanam sampai dengan penyiangan pertama, penyiangan kedua, atau sampai tanaman padi berbunga
369
(mulaiterbentuk), bahkan sampai pengeringan. Hasil panenan dapat berupa ikan berukuran 100 gram/ ekor. 3. Budidaya Ikan Sebagai Pengganti Palawija
Pemeliharaan ini dilakukan sebagai pengganti tanaman palawija dalam pola pergiliran padi palawija padi.Tujuannya untuk mengembalikan kesuburan tanah sawah.Pada umumnya, pemeliharaan ikan sebagai palawija, dilakukan setelah dua kali masa tanam padi berturut-turut, atau padi- padi-ikan. Penerapan sistem mina padi meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemilihan Lokasi
Lokasi tempat budidaya menggunakan sistem mina padi harus memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut: a. Lokasi budidaya harus memiliki sumber dan ketersediaan air yang cukup dan bebas bahan pencemar b. Kawasan persawahan irigasi teknis dan non teknis bebas banjir dan bahan pencemar serta sesuai rencana tata ruang dan wilayah c. Jenis tanah liat sedikit ber3pasir dan tidak porous d. Ketinggian lahan 0-700 mdpl dan kemiringan tanah relatif rendah e. Akses jalan mudah dan terjangkau 2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan gulma dan sisa sisa tanaman serta mengolah tanah secara sempurna sampai kedalaman 15-20 cm hingga perbandingan lumpur dan air 1:1. Pematang sawah dibuat padat dan kokoh agar tidak mudah bocor dan longsor. Ukuran lebar dasar pematang 40-50 cm, lebar atas 30-40 cm dan tinggi 30-40 cm. Gulma yang ada dipematang dibersihkan agar
370
tidak menjadi sarang hama padi maupun ikan. Pematang dilapisi dengan lumpur secara berkala agar bersih dan rapi. Setelah kering lumpul pelapis pematang akan mengeras sehingga gulmaa tidak mudah tumbuh.
Caren dibuat sebelum pengolahan tanah dimulai diukur secara baik sehingga kedalamannya sesuai yang dikehendaki karena fungsi caren sebagai media hidup ikan, tempat memberi makan ikan, memudahkan ikan bergerak ke seluruh petakan, memudahkan pemanenan ikan serta sebagai tempat berlindung ikan pada saat pengaplikasian pupuk atau pengendalian hama penyakit. Pada setiap pintu pemasukan dan pengeluaran air pada setiap petakan dipasang kawat dan slat pengatur tinggi permukaan air menggunakan bambu. 3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk menambah kesuburan tanah serta menumbuhkan plankton plankton sebagai pakan alami ikan. Pemupukan diberikan dua kali yakni: a. Pemupukan dasar
Pemupukan dasar biasa diberikan pada saat awal pengolahan dan persiapan lahan biasanya menggunakan pupuk kandang/kotoran ayam 1-2 ton/ha sebagai pupuk dasar diberikan setelah pengolahan tanah. Pupuk buatan dapat menggunakan pupuk NPK dengan takaran pupuk P dan K berdasarkan kadar hara unsur P dan K pada tanah. Untuk tanah dengan kandungan P rendah, dapat diberikan pupuk SP 36 sebanyak 125 kg/ha. Jika kandungan unsur P sudah tinggi hanya dibutuhkan pupuk SP 36 sebanyak 50 kg/ha. Pupuk ini diberikan pada saat tanam atau paling lambat 3 minggu setelah tanam. Sedangkan pupuk K hanya diberikan jika unsur hara K pada tanah rendah yang diberikan pada saat
371
tanam bersamaan dengan pemberian pupuk urea dan SP 36 atau paling lambat umurr 40 hari atau menjelang fase primordial. b. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan merupakan pemupukan yang dilakukan setelah tanaman ditanam di lahan bertujuan untuk mensuplai kebutuhan nutrisi selama tanaman tumbuh dan berkembang. Pada sistem mina padi umumnya menggunakan pupuk urea sebanyak 50 kg/ha dan diberikan 2 minggu kemudian setelah pemberian pupuk dasar dengan cara disebar. 4. Syarat Wadah Mina Padi a. Wadah pembesaran berupa petakan sawah yang mampu menampung air b. Wadah dapat dikeringkan dengan sempurna c. Pintu air masuk dan keluar terpisah d. Dasar caren miring kearah saluran pengeluaran e. Luasan petakan sawah minimal 500 m2 f. Pematang sawah harus kuat untuk menahan air minimal 30 m dari pelataran sawah dengan lebar minimal 50 cm g. Lebar caren minimum 1,5 m dengan kedalaman minimum 0,5 cm h. Ukuran kobakan minimum 1,5 m x 1,5 m x 0,5 m 5. Pemilihan Benih Ikan
Jenis ikan yang dibudidayakan harus memenuhi kriteria benih yaitu ikan memiliki pertumbuhan cepat, disukai konsumen, nilai ekonominya tinggi, tahan terhadap perubahan lingkungan dan diutamakan yang tidak berwarna cerah untuk menghindari serangan hama terutama hama burung. Jenis ikan yang dapat dipelihara dengan sistem mina padi yaitu ikan mas, nila, mujair, lele, karper, ikan tawes dan lain sebagainya. Ikan
372
nila merupakan jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah, karena ikan tersebut dapat hidup di air dangkal dan lebih tanah terhadap matahari.
6. Pemilihan Varietas Benih Padi
Varietas benih padi yang cocok untuk sistem mina padi adalah benih yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Perakan dalam, agar padi yang ditanam tidak mudah roboh sehingga menghambat pergerakan ikan b. Cepat beranak, untuk menghindari keterlambatan pertumbuhan tunas akibat genangan air. Memiliki batang yang kuat dan tidak mudah rebah, untuk menghindari pertumbuhan batang yang lemah akibat serapan air ketanaman yang cukup tinggi c. Tahan genangan pada awal pertumbuhan. Memiliki daun yang tegak untuk memperbanyak sinar matahari yang dapat diterima oleh permukaan daun, sehingga proses fotosintesis lebih baik dan pertumbuhan padi akan meningkat d. Varietas padi tahan terhadap hama dan penyakit, produksi tinggi serta memiliki rasa yang enak dan disukai oleh masyarakat serta benih varietas unggul (bersertifikat)
Berdasarkan kriteria tersebut banyak petani yang memilih varietas padi Ciherang. Untuk lahan seluas 1 hektar biasanya memerlukan benih 25 kg. Sebelum ditanam di lahan benih padi disemai terlebih dahulu selama 15-21 hari.
7. Model Tanam Padi
Model tanam padi yang digunakan untuk berbudidaya dengan sistem mina padi yakni:
373
a. Model tanam jajar legowo dengan perbandingan 2:1, 4:1 dan 6:1.
Artinya, setiap dua, empat, dan enam baris padi yang di tanam dipetakan sawah, diberikan satu baris kosong (tanpa ditanami bibit padi) yang bertujuan untuk memberi ruang yang luas untuk ikan dan agar sinar matahari dapat langsung mengenai petakan sawah sehingga dapat meningkatkan produksi padi sebesar 12-22% b. Model tegel yang dilengkapi parit/caren. Perbedaan model ini terletak pada jarak padi 20 cm, sehingga harus dilengkapi caren/parit. Letak caren/parit pada petakan sawah yaitu caren/parit keliling, tengah, diagonal dan ada yang dilengkapi dengan petak pengungisan. Fungsi parit/kemalir untuk melindungi ikan dari kekeringan saat terjadi kebocoran, memudahkan pemanenan ikan, tempat memberi makan ikan dan memudahkan ikan bergerak ke seluruh petakan c. Model dalam kolam merupakan model tanam padi jajar legowo atau tegel yang dilengkapi parit/caren dalam dengan ukuran caren lebar minimal 1 meter dan kedalaman 0,8-1 meter. 8. Penebaran Benih Ikan
Benih ikan ditebar pada saat tanaman padi berumur 30 HST (Hari Setelah Tanam) yaitu setelah penyiangan pertama dan pemupukan dasar. Penebaran ikan dilakukan pada waktu pagi atau sore hari dengan tujuan menghindari obat-obatan atau pupuk. Jumlah benih ikan tebar padat dengan ukuran 5-8 cm kurang lebih 1000-2000 ekor/ha. 9. Pengelolaan Air
Setelah penebaran benih air diatur dengan ketinggian mengikuti pertumbuhan tanaman. Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air diberi saringan atau anyaman bambu untuk mencegah ikan peliharaan
374
keluar dan ikan liar masuk ke petakan sawah. Pada pintu penegluaran air diatur sedemikian rupa untuk menahan air sesuai dengan kebutuhan dan membuang air yang berlebihan saat hujan. Pengelolaan kualitas air untuk produksi ikan konsumsi dengan sistem mina padi harus memperhatikan monitoring parameter kualitas air yang diukur sesuai kebutuhan dan pemantauan kesehatan ikan minimal 10 hari sekali. Data hasil monitoring dicatat dan disimpan secara baik sebagai dasar dalam pengendalian kualitas air, kesehatan dan pertumbuhan ikan. Serta melalukan pengamatan pematang sawah untuk mneghindari kebocoran pada petakan sawah. Di bawah ini merupakan tabel kualitas air untuk budidaya mina padi.
No Parameter Satuan Kisaran
1 Suhu ºC 25 – 31
2 pH - 5 – 8
3 DO Mg/l > 3
4 Amoniak total (TAN) Mg/l Maks. 1
10. Pemeliharaan Ikan
Pemberian pakan ikan dapat dilakukan 3 hari setelah benih ikan ditebar dengan pakan apung yang mengandung kadar protein 28-32%. Pemberian pakan menggunakan sistem ad libitum yaitu pemberian pakan dihentikan setelah nafsu makan ikan berkurang. Periode pemberian pakan yaitu 2 kali sehari pada waktu pagi dan sore hari. Untuk memelihara kesuburan padi dapat diberikan pupuk kandang setelah ikan berumur 2-3 minggu dengan cara ditebar dan dosis kurang lebih 0, 25 kg/m2.
375
11. Panen
Panen paling tepat dilakukan ketika 90% gabah menguning. Panen ikan dilakukan 10 hari sebelum panen padi dengan cara mengeringkan petakan sawah. Pada waktu pemanenan sebaiknya dimasukkan air segar ke dalam petakan sawah dan pemanenan dilakukan pagi atau sore hari. Air dibuang melalui saluran pembuangan di dalam sawah hingga seluruh ikan dapat berkumpul di dalam kobakan dan selanjutnya ditangkap menggunakan serok. Ikan-ikan yang telah ditangkap ditampung di tempat penampungan yang berisi air bersih. 12. Pengemasan
Pengemasan dan pengangkutan ikan hasil panen bisa dilakukan dalam keadaan mati maupun hidup. Pengemasan ikan dalam keadaan hidup dilakukan dengan menurunkan suhu agar tingkat metabplisme dan aktivitas ikan menurun. Pengemasan ikan dalam keadaan segar dilakukan dalam wadah dan dicampur dengan es curah. Sebelum dikemas ikan perlu dicuci dahulu hingga bersih. Penanganan/pengemasan dalam suhu dingin (prinsip rantai dingin) dan bersih dilakukan untuk menjaga mutu ikan tetap segar. Pencucian dimaksudkan untuk membersihkan kotoran dan ender yang dapat mendorong timbulnya sumber penyakit. Setelah pencucian selesai, ikan siap dikemas dalam kantong plastik dan disusun dalam kendaraan transportasi untuk diangkut.
PENUTUP Simpulan
Sistem mina padi merupakan usaha ikan di sawah yang dilakukan secara bersamaan dengan tanaman padi dalam suatu areal lahan yang sama. Sistem ini merupakan salah satu teknologi tepat guna yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas lahan basah. Dalam satu
376
kali periode tanam, lahan basah dalam satu areal lahan dapat menghasilkan dua komoditas pertanian yang berbeda yaitu padi dan ikan. Menurut Anonim (1985), sistem mina padi digolongkan menjadi tiga yaitu budidaya ikan sebagai penyelang tanaman padi, budidaya ikan bersama padi dan budidaya ikan sebagai pengganti palawija. Sistem mina padi memiliki banyak keuntungan seperti peningkatan produktivitas ikan dan padi dan mengurangi penggunaan pupuk serta pestisida.
Saran
Diharapkan tulisan ini dapat memberikan alternatif bagi para petani dan masyarakat khususnya di Kabupaten Trenggalek untuk meningkatkan produktivitas lahan basah. Disamping pertumbuhan penduduk di Kabupaten Trenggalek yang tinggi pasti akan ada ancaman terjadinya alih fungsi lahan menjadi pemukiman. Sehingga disarankan kepada petani untuk menerapkan sistem mina ada agar produktivitas lahan meningkat dan kebutuhan pangan di Kabupaten Trenggalek tetap terpenuhi meskipun lahan pertanian semakin sempit.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, Ali. 2017. Peran Intensifikasi Padi dalam Menambah Pendapatan Petani Padi Sawah di Gampong Gegarang Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal S. pertanian 1 (1): 28-38.
Anonim. 1985. Petunjuk Budidaya Ikan di Sawah. Proyek Peningkatan Produksi Perikanan Jawa Barat. UPP Budidaya Air Tawar.
Ardiwinata, 1987. Usaha Tani Mina Padi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
377
FAO. 1995. Planning for Sustainable Use of Land Resources. Towad a New Approach. FAOLand and Water Bulletin. Rome: FAO.
Kurniasih A, dkk. 2003. Pengaruh Sistem Tanam Padi (Oryza sativa L.) dan Populasi Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi pada Sistem Mina Padi. Jurnal. Gakuryoku 9. 1:36-42.
Muammmam, Muhyi. dkk. Hubungan Motivasi Kerja dengan Produktivitas Kerja Karyawan PT. Yamaha Bintang Motor di Situbondo.
(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/58762 /Muhyi%20Muammam.pdf?sequence=1&isAllowed=y, diakses: 22 Januari 2021).
Setyorini, Dwi. dkk. 2011. Pengkajian Rakitan Teknologi Usahatani Minapadi- Azolla dengan Pemanfaatan Biomasa di Lahan Sawah Irigasi. (https://media.neliti.com/media/publications/139282-nonecaefa1a7.pdf, diakses : 23 Januari 2021).
378
PEMBIBITAN LAMBTORO ATAU PETAI CINA (LEUCAENA LEUCOCEPHALA) UNTUK HIJAUAN PAKAN TERNAK DI NUSA TENGGARA TIMUR
Vicensia Fatima Da Conceicao
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang Email: vincensiadaconceicao162@gmail.com
Abstrak: Artikel ini bertujuan menjelaskan bagaimana pembibitan lambtoro atau petai cina di daerah NTT dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kaidah-kaidah yang di terapkan dan dari pembibitan lambtoro bisa juga di pahami oleh para petani maupun peternak dalam membudidayakannya. Pembibitan lambtoro sangat penting bagi seorang petani yang menyiapkan hijauan untuk di berikan kepada para peternak sebagai bahan makanan ternak mereka, banyak orang belum mengetahui menfaat dari lambtoro atau petai cina sendiri, di daerah saya desa manusak Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur sangat mengandalkan lambtoro untuk dijadikan pakan ternak, dari tanaman lambtoro sendiri juga sangat bermanfaat dalam kesehatan ternak dan daya tahan tubuh ternak baik itu ternak sapi babi kambing dan lainnya. Artikel ini bertujuan menjelaskan bagaimana pembibitan lambtoro atau petai cina di daerah NTT dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kaidah-kaidah yang di terapkan dan dari pembibitan lambtoro bisa juga di pahami oleh para petani maupun peternak dalam membudidayakannya.
Kata-kata kunci : di NTT, hijauan pakan ternak, pembibitan lambtoro
Lambtoro atau petai cina adalah tanaman yang berasal dari Amerika Tengah dan hingga saat ini sudah banyak menyebar di wilayah Indonesia. Lambtoro pada dasarnya termasuk tanaman yang mudah beradaptasi, sehingga membudidayakannya termasuk mudah. Pada umumnya tanaman lambtoro akan tumbuh baik di darah dataran rendah sampai dataran menengah. Lambtoro adalah jenis tanaman
379
semak yang memiliki tinggi hingga dapat mencapai 10 meter. Percabangan lambtoro cukup banyak dan kuat. Tanaman lambtoro memiliki daun dengan ukuran kecil-kecil dan bersirip 2. Buah dari tanaman lambtoro adalah petai cina yang sering dijadikan sebagai makanan. Pohon ini sering ditanam dalam jalur-jalur berjarak 3–10 m, di antara larikan-larikan tanaman pokok. Kegunaan lainnya adalah sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-tanaman yang melilit seperti lada, vanili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi dan kakao. Di hutan-hutan tanaman jati yang dikelola Perhutani , lambtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah. Perakaran lambtoro memiliki nodul-nodul akar
tempat mengikat nitrogen dan banyak menghasilkan daun sebagai sumber organik. Dari bagian-bagian pada lambtoro hampir semua digunakan. Bagian Kayu Lambtoro sangat disukai sebagai penghasil kayu api. Kayu lamtoro memiliki nilai kalori sebesar 19.250 kJ/kg, terbakar dengan lambat serta menghasilkan sedikit asap dan abu. Arang kayu lambtoro berkualitas sangat baik, dengan nilai kalori 48.400 kJ/kg. Kayunya termasuk padat untuk ukuran pohon yang lekas tumbuh (kepadatan 500–600 kg/m³) dan kadar air kayu basah antara 30—50%, bergantung pada umurnya. Lambtoro cukup mudah dikeringkan dengan hasil yang baik, dan mudah dikerjakan. Sayangnya kayu ini jarang yang memiliki ukuran besar; batang bebas cabang umumnya pendek dan banyak mata kayu, karena pohon ini banyak bercabang-cabang. Kayu terasnya berwarna cokelat
380
kemerahan atau keemasan, bertekstur sedang, cukup keras dan kuat sebagai kayu perkakas, mebel, tiang atau penutup lantai. Kayu lambtoro tidak tahan terhadap serangan rayap dan agak cepat membusuk apabila digunakan di luar ruangan, akan tetapi mudah menyerap bahan pengawet. Sebagai kayu, lambtoro juga dimanfaatkan sebagai kayu bakar, arang, dan juga pagar. Bagian Daun dan lainnya Daun-daun dan ranting muda lambtoro merupakan pakan ternak dan sumber protein yang baik, khususnya bagi ruminansia. Daun-daun ini memiliki tingkat ketercernaan 60 hingga 70% pada ruminansia, tertinggi di antara jenis-jenis polong-polongan dan hijauan pakan ternak tropis lainnya. Lambtoro yang ditanam cukup rapat dan dikelola dengan baik dapat menghasilkan hijauan dalam jumlah yang tinggi. Namun pertanaman campuran lambtoro (jarak tanam 5–8 m) dengan rumput yang ditanam di antaranya, akan memberikan hasil paling ekonomis
HIJAUAN PAKAN TERNAK DI NTT
Ternak sapi dan kambing menghasilkan pertambahan bobot yang baik dengan komposisi hijauan pakan berupa campuran rumput dan 20—30% lambtoro. Meskipun semua ternak menyukai lambtoro, akan tetapi kandungan yang tinggi dari mimosin dapat menyebabkan kerontokan rambut pada ternak non-ruminansia, seperti kuda dan babi, yang biasanya diberikan dalam bentuk segar. Selain itu, apabila sapi diberi lambtoro selama 6 bulan terusmenerus, maka si sapi yang bersangkutan akan mengalami kehilangan rambut, penurunan fertilitas (kesuburan), gangguan pada kelenjar tiroid, dan katarak. Mimosin, sejenis asam amino,
381
terkandung pada daun-daun dan biji lambtoro hingga sebesar 4% berat kering. Pada ruminansia, mimosin ini diuraikan di dalam lambungnya oleh sejenis bakteria, Synergistes jonesii. Pemanasan dan pemberian garam besi-belerang pun dapat mengurangi toksisitas mimosin. Daun, tunas bunga, dan polong yang muda biasa dilalap oleh ternak. Biji lambtoro memiliki kandungan 909 gizi yang hampir menyamai kedelai. Karbohidrat yang terkandung pada gula reduksi adalah 164,29 mg/g sedang patinya 179,50 mg/g. Protein mencapai 208,56 mg/g. Sedangkan, lemaknya mencapai 80,86 mg/g, masih kalah dengan kadar lemak yang mencapai 141,05 mg/g. Daundaunnya juga kerap digunakan sebagai mulsa dan pupuk hijau. Daundaun lambtoro lekas mengalami dekomposisi. Peternakan merupakan salah satu sektor unggulan di NTT. Tersedianya areal padang penggembalaan memungkinkan penggembalaan ternak bebas mendominasi sistem peternakan di NTT. Namun, saat ini daya dukung lahan semakin terbatas, terlebih pada musim kemarau. Untuk memaksimalkan daya dukung lahan di musim kemarau maka BPTP Balitbangtan NTT mengembangkan salah satu varietas lamtoro yang sudah berkembang baik di NTT yaitu varietas taramba. tim Peneliti BPTP Balitbangtan NTT melaksanakan Bimbingan Teknis tentang Budidaya dan Pengembangan Lambtoro Taramba sebagai Pakan Ternak di Wilayah Perbatasan RDTL-RI lokasi di Talikabas, Desa Sadi, Kec. Tasifeto Timur, Kab. Belu, banyak kelompok tani juga yang menggikuti kegiatan ini Kelompok tani-ternak yang menghadiri kegiatan ini mempunyai semangat dan inovasi cerdas, hal ini telah dibuktikan pada tahun 2017 mulai
382
membudidayakan kebun Lambtoro Taramba seluas 11,4 Ha. Setelah acara Bimtek ini pada musim penghujan akan dilakukan perluasan dan pengembangan tanaman lambtoro taramba di lahan seluas 15 Ha. Dalam Bimtek ini Dr. Ir. Sophia Ratnawaty,M.Si menjelaskan keunggulan lambtoro, antara lain: mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi (23.7% - 34%), mudah didapat sepanjang tahun, mengandung tannin sehingga dapat mencegah kembung pada ruminansia, mempunyai palatabilitas tinggi, tahan terhadap hama kutu loncat serta tahan pada musim kering yang sangat cocok dikembangkan di wilayah perbatasan RI-RDTL seperti di Kec. Tasifeto Timur.
Cara budidaya lambtoro yang perlu diperhatikan ada 3 tahap, yaitu: pembibitan, penanaman, dan panen. Pembibitan lambtoro dapat dipersiapkan dengan anakan yang dikoker (pot seeded) kurang lebih selama 2 bulan. Pada saat anakan sudah mencapai tinggi tanaman 75100 cm, maka dipindahkan di lahan untuk dilakukan penanaman. Sistem pola penanaman dapat dalam bentuk monokultur khusus untuk kebun pakan, dalam bentuk pertanaman lorong, atau tanaman konservasi tanah dan air pada lahan berkelerengan maupun dalam larikan-larikan lebar dengan baris ganda untuk digembalakan ternak secara langsung. Tanaman lambtoro sudah siap dipanen ketika memasuki musim hujan ke dua setelah penanaman. Jika dibudidayakan untuk tujuan penggembalaan, tanaman perlu dipangkas setinggi 50 cm atau 1 meter setiap 4 tahun sekali untuk memudahkan bagi jangkauan ternak gembala. Pemberian lambtoro ke ternak dapat diberikan sebagai pakan tunggal 100%, atau dengan kombinasi 60% rumput + 40% lambtoro, atau 60% rumput + 40%
383
lambtoro + sedikit pakan sumber energi seperti jagung, dedak padi atau umbi-umbian sebanyak 0,2% - 0,3% BK dari berat badan ternak.
PEMBIBITAN LAMTORO ATAU PETAI CINA
Menanam lamtoro menggunakan benih sebaiknya memilih benih yang sudah tua dengan kualitas yang baik. Ciri benih yang baik berwarna cokelat gelap dan memiliki ukuran sedang hingga besar. Berikut dibawah ini cara budidaya tanaman lamtoro yaitu: 1. Merendam Benih Lambtoro
Tahap pertama untuk menanam lamtoro yaitu dengan merendam biji menggunakan air bersih selama kurang lebih 6 jam. Sebaiknya air yang digunakan untuk merendam biji ialah air matang. Selanjutnya ambil biji dengan menggunakan saringan dan cuci kembali dengan air bersih. Kemudian biarkan biji mengering dengan sendirinya, Hanya gunakan benih yang tenggelam dalam air saat direndam. 2. Penyemaian Benih Lambtoro
Penyemaian benih lambtoro perlu dilakukan dengan cara menyiapkan wadah dan memberinya lubang pada bagian bawahnya. Masukan biji lambtoro ke media semai dan ditutup dengan tanah. Kemudian tutup wadah semai dengan plastik dan diletakan ditempat yang teduh. Apabila benih mulai berkecambah maka plastik dapat dibuka dan dipindahkan di tempat yang terang. 3. Penanaman Bibit Lambtoro
Siapkan wadah atau tempat untuk melakukan penanaman lamtoro. Wadah yang bisa digunakan diantaranya ialah pot besar atau drum. Pastikan wadah yang digunakan untuk penanaman bawahnya harus terdapat lubang dan dimasukan batu keci- kecil pada wadah. Wadah
384
kemudian diberi tanah, pasir, dan sekam dengan perbandingan 2:1:1 dan masukan benih kedalam. Setelah itu letakan pot ditempat yag terang agar memperoleh cahaya matahari secara langsung. 4. Merawat Tanaman Lambtoro
Perawatan tanaman lambtoro perlu dilakukan agar tumbuhan ini bisa berkembang dan tumbuh dengan baik. Tahap yang dilakukan untuk perawatan yaitu penyiraman setiap pagi dan sore hari. Tahap kedua yaitu pemupukan, dan selanjutnya ialah penyiangan agar tumbuhan terhindar dari gulma. 5. Panen Lambtoro
Tahap terakhir dari budidaya tanaman lambtoro yaitu panen. Apabila tanaman lambtoro sudah dilakukan perawatan dari awal hingga akhir dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik maka proses panen dapat dilakukan dengan baik pula. Perlu diketahui bahwa panen lambtoro bisa dilakukan pada saat tanaman ini berumur sekitar 9 hingga 2 tahun.
Manfaat Lambtoro Atau Petai Cina
Tanaman lambtoro memiliki beragam manfaat yang baik untuk kesehatan tubuh. Berikut dibawah ini yang termasuk kegunaan lambtoro yaitu: (1) Mengatasi penyakit cacingan, bengkak, dan radang ginjal, Lambtoro dapat digunakan untuk meredakan penyakit cacingan, bengkak, dan radang ginjal. Cara mengolah lambtoro untuk mengatasi beberapa penyakit diatas yaitu dengan menyiapkan serbuk biji lambtoro yang sudah kering dan air panas.Rebuslah 3 hingga 5 gr serbuk biji lambtoro dengan sedikit air panas sekitar 1 cangkir. Setelah itu minum air lambtoro yang sudah matang maksimal sehari 3 kali. (2) Mencegah diabetes, Kandungan flavonoid pada tanaman
385
memiliki khasiat untuk menurunkan resiko diabetes. Selain itu, lambtoro juga mengandung saponin yang bisa digunakan untuk menurunkan gula darah, lipid darah, dan glukosa darah. Langkah atau cara penggunaan lamtoro sebagai obat alternatif untuk mencegah diabetes ialah menyiapkan bubuk biji lambtoro sebanyak 5 gram.Setelah itu seduh bubuk dengan menggunakan 100 c air panas. Minuman lambtoro dapat diminum secara rutin sebanyak dua kali sehari. (3) Menyehatkan kulit, Tanaman lambtoro memiliki sifat anti bakteri, anti jamur, dan antivirus yang mana hal ini membuat lambtoro bermanfaat untuk kesehatan kulit. Lambtoro juga bisa digunakan untuk mengatasi penyakit kulit yang disebabkan psoriasis. Mengkonsumsi biji lambtoro akan membuat rasa nyeri dan peradangan pada kulit sedikit berkurang. Untuk memperoleh manfaat yang makismal maka usahakan untuk mengkosumsi lambtoro secara rutin.(4) Meluruhkan haid, Tanaman lamtoro sangat berkhasiat untuk wanita yang sedang mengalami masalah menstruasi. Lambtoro juga diketahui dapat meluruhkan haid. Cara mengolahnya yaitu dengan merebus akar lambtoro sekitar satu genggaman. Rebus akar dengan 3 gelas air, dan biarkan rebusan mendidih hingga tersisa satu gelas saja. Kemudian minum air rebusan yang sudah dingin.(5) Detoksifikasi tubuh, tumbuhan lambtoro berguna untuk mendetoksifikasi tubuh dengan cara mengeluarkan racun pada tubuh. Hal ini dikarenakan lambtoro mempunyai kandungan alkaloid yang mampu untuk menetralisir racun tubuh. Selain itu kandungan flavonoid pada lambtoro juga dapat digunakan untuk meningkatkan antivirus dan antibakteri. Hal ini berdampak pada terjaganya fungsi vital seperti ginjal, pencernaan, dan hati.
386
PENUTUP Simpulan
Dari pembibitan lambtoro atau petai cina dapat membantu para peternak dan petani. Lambtoro pada dasarnya termasuk tanaman yang mudah beradaptasi, sehingga membudidayakannya termasuk mudah. Pada umumnya tanaman lambtoro akan tumbuh baik di darah dataran rendah sampai dataran menengah, pemanfaatan tanaman lambtoro di NTT juga sangat membantu para masyarakat di bidak peternak, dari pemanfaatan lambtoro juga sangat baik untuk kesehatan ternak yang di mana Pemberian lambtoro ke ternak dapat diberikan sebagai pakan tunggal 100%, atau dengan kombinasi 60% rumput + 40% lamtoro, atau 60% rumput + 40% lamtoro + sedikit pakan sumber energi seperti jagung, dedak padi atau umbi-umbian sebanyak 0,2% - 0,3% BK dari berat badan ternak.
Saran
Dalam pembibitan lambtoro para petani maupun peternak harus rutin dalam penyiraman karena lambtoro atau petai cina mudah menyerap air dan itu berarti lambtoro bersifat panas, dan juga dalam pembibitan lambtoro harus memerhatikan hama dan penyakitt yang menyerang supaya dapat megatasi terjadiya gejala-gejala tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
AGRONET. (2018). Budi Daya Lambtoro untuk Dikonsumsi dan Dijual,(https://www-agronet-coid.cdn.ampproject.org/v/s/www.agronet.co.id/amp/2784-budi-
387
daya-lamtoro-untuk-dikonsumsi-dan dijual?usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D&_js_v =0.1#aoh=16064308176491&csi=1&referrer=https%3A%2 F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&s hare=https%3A%2F%2Fwww.agronet.co.id%2Fdetail%2Fb udi-daya%2Fpertanian%2F2784-Budi-Daya-Lamtoro-untukDikonsumsi-dan-Dijual, diakses: 20 desember 2020).
Irvan Yoga pratama. (2020). Tanaman Lamtoro, Klasifikasi, Ciri Morfologi, Manfaat, dan Cara Budidaya. (https://dosenpertanian.com/tanaman-lamtoro/, diakses: 20 Desember 2020).
Sarah R. Megumi .(2018). Lamtoro, Petai Berbiji Kecil Pencegah Erosi. (https://www.greeners.co/flora-fauna/lamtoro-petaiberbiji-kecil-pencegah-erosi/, diakses: 21 desember 2020).
Rita Azqia Robiatul Adawiah .(2018). Potensi ekstrak daun lambtoro sebagai bioherbisida terhadap pertumbuhan beberapa jenis gulma, (https://core.ac.uk/download/pdf/157583577.pdf.20, diakses: 21 Desember 2020) .
388
BUDIDAYA KOMODITAS LOKAL JAMBU BOL GONDANGMANIS SEBAGAI PELUANG AGROWISATA DI KABUPATEN JOMBANG
Wanda Meylia Frasisca
Politeknik Pembangunan Pertanian Malang Surel: wandamey05@gmail.com
ABSTRAK: Artikel ini bertujuan mendeskripsikan prosedur budidaya komoditas lokal asal Kabupaten Jombang, Jawa Timur, yaitu jambu bol gondangmanis dengan cara yang tepat sebagai wujud kebanggaan dan pelestarian produk pangan lokal. Budidaya ini diharapkan akan membantu pengembanganbiakan jambu bol gondangmanis dengan baik, mulai dari pemilihan bibit, pemilihan media tanam, cara penanaman, dan perawatannya. Dalam budidaya ini juga dapat mengambil peluang bisnis dengan menciptakan agrowisata jambu bol gondangmanis sebagai kawasan agrowisata berdaya usaha desa yang menjanjikan.
Kata-kata kunci: agrowisata, budidaya, jambu bol gondangmanis, Kabupaten Jombang, komoditas lokal
Dalam rangka dalam mewujudkan tujuan dari pembangunan pertanian di Indonesia yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan kebutuhan pangan dalam negeri yang tercukupi. Pemerintah mengembangkan komoditas yang diunggulkan pada tiaptiap daerah. Buah lokal Indonesia adalah jenis buah-buahan lokal yang tumbuh secara alami dan yang berasal dari kawasan Indonesia (Uji, 2007). Jombang merupakan wilayah dengan kemiringan tanah bervariasi dari datar hingga terjal 2-5% dengan morfologi dataran alluvial elevasi 21-100 meter dpal. Tipe topografi tersebut memungkinkan wilayah Jombang cukup berpotensi dalam mengembangkan agribisnis khususnya holtikultura. Produk
389
hortikultura khususnya buah-buahan yang sudah dapat diproduksi. Buah-buahan sebagian tergolong dalam sifat musiman dan sebagian juga masih bergantung pada alam. Kebutuhan buah-buahan merupakan kebutuhan yang tidak pernah hilang karena menjadi pelengkap konsumsi dan perbaikan gizi masyarakat. Jumlah permintaan pemenuhan kebutuhan akan buahbuahan terbukti dengan membludaknya buah impor baik dari jenis buah dan volumenya. Sumarwan (1999), menyampaikan bahwa membanjirnya buah impor pada saat sebelum krisis moneter telah memojokkan buah-buahan lokal. Persaingan yang datang dari luar serta kebijakan pemarintah yang kurang kondusif menyebabkan banyak petani yang semakin terpuruk. Pada saat krisis moneter melanda, seharusnya menjadi momentum untuk bisa mengembangkan buah lokal baik sebagai produk unggulan kualiatas tinggi baik itu sebagai konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor nantinya. Stigma masyarakat yang terpaku bahwa di desa tidak bisa berbisnis harus dipatahkan. Bukan hanya di kota saja, desa juga memiliki peluang tidak kalah luasnya dalam membuka peluang bisnis. Banyak peluang usaha desa yang menjanjikan bahkan dapat membawa kesuksesan bagi pelaku usaha. Salah satunya adalah usaha agrowisata. Usaha tersebut menjadi peluang usaha desa karena hal ini merupakan cara baru yang bisa dilakukan oleh petani untuk mendapatkan untung selain dari menjual hasil tani atau kebun mereka. Dengan adanya usaha agrowisata ini, diharapkan dapat meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan petani serta menjadi daya
390
tarik sendiri bagi masyarakat perkotaan untuk mendapatkan ilmu dan keahlian dalam bertani dan berkebun.
Berdasarkan uraian di atas, maka diambil judul “Budidaya
Komoditas Lokal Jambu Bol Gondangmanis Asal Kabupaten Jombang sebagai Peluang Agrowisata” sebagai referensi bahwa
budidaya jambu bol gondangmanis dapat menjadi peluang usaha desa sebagai kawasan agrowisata. Diharapkan mampu memperkenalkan komoditas asal daerah Kabupaten Jombang sebagai wujud pelestarian produk lokal serta mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan desa.
POTENSI KAWASAN AGROWISATA DI KABUPATEN
JOMBANG
Pengembangan potensi kawasan yang agrowisata memerlukan suatu proses dan tahap yang panjang. Proses tersebut tentu saja tidak dapat terjadi secara cepat atau lambat, tergantung dari berbagai faktor eksternal seperti dinamika pasar, situasi politik, ekonomi makro, dan faktor eksternal di tempat yang bersangkutan, kreatifitas dalam mengolah aset yang dimiliki, dukungan pemerintah dan masyarakat (Gunawan dalam Wahyudi, 1999). Pembangunan kawasan pariwisata membutuhkan perancangan yang baik. Menurut Mutiara Ekasari (2011), pembangunan daerah merupakan upaya yang memperhatikan pola kehidupan yang sedang berlangsung di masyarakat. Pembangunan daerah didasarkan pada kondisi, potensi, serta karakteristik wilayah yang memerlukan keikutsertaan masyarakat dan keterlibatan serta mendorong kemampuan dan tanggung jawab perangkat pemerintah daerah.
391
Pemerintah dalam hal ini memiliki peran aktif untuk membantu mewujudkan usaha agrowisata desa ini. Pemerintah berkewajiban mengatur pemanfaatan ruang melalui distribusi dan alokasi kebutuhan desa yang menjadi target. Pemerintah diharapkan dapat memberdayakan, mengayomi dan memberlakukan peraturanperaturan, tidak sekedar untuk mengarahkan perkembangan, melainkan juga untuk perintisan atau untuk mendorong sektor-sektor pendukung dalam mewujudkan pengembangan pariwisata, yaitu mempunyai fungsi koordinasi, pemasaran, termasuk di dalamnya promosi, pengaturan harga untuk komponen-komponen tertentu, pengaturan sistem distribusi ataupun penyediaan informasi. Kebijakan pengelolaan dalam tata ruang tidak hanya mengatur mengenai yang boleh dan yang tidak boleh dibangun, namun terkandung banyak aspek kepastian arah pembangunan yang perlu diperhatikan. Menurut Wahyudi (2017), merubah potensi ekonomi menjadi peluang nyata, memproteksi ruang terbuka hijau bagi keseimbangan lingkungan, merupakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya pengalokasikan ruang. Pengelolaan kepariwisataan pada dasarnya melibatkan tiga kelompok pelaku, yaitu sektor bisnis, sektor nonprofit dan sektor pemerintah. Kabupaten Jombang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki banyak potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan. Potensi sumber daya alam Kabupaten Jombang sangat beragam, seperti pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan serta perkebunan. Pertanian di Kabupaten Jombang, berdasarkan pada potensi sumberdaya lahan di Kabupaten Jombang ternyata jenis penggunaan lahan sawah dan tegalan masih cukup luas
392
yaitu 50.098 Ha atau 44,78 % dari luas wilayah Kabupaten Jombang. Dari sektor pertanian ini menghasilkan beberapa komoditi seperti padi, jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan, kedelai, buah-buahan, dan sayur-sayuran; Perikanan, dengan semakin berkembangnya usaha perikanan maka kebutuhan benih ikan juga semakin meningkat oleh karena itu peluang investasi komoditi perikanan tidak hanya budidaya ikan melainkan pembenihan ikan dan juga olahan hasil perikanan. Dengan hasil komoditi seperti gurame, lele, patin, tombro, dan lainlain; Peternakan, pengembangan usaha peternakan cukup potensial dimana daya dukung wilayah masih cukup besar dengan ketersediaan pakan. Komoditi peternakan yang potensial dikembangkan ada tujuh komoditas yaitu sapi potong, sapi perah, kambing, domba, ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, dan itik; Perkebunan, tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditi yang dijadikan bahan baku sektor industri pengolahan. Adapun jenis tanaman perkebunan yang menonjol di Kabupaten Jombang yaitu meliputi: tebu, tembakau, kelapa, kapuk randu, jambu mete, cengkeh, kopi, kakao dan pandan; Kehutanan, keberadaan hutan di Kabupaten Jombang dengan luas mencapai 16.787 Ha yang terdiri dari hutan produksi seluas 14.535 Ha (86,58 persen), hutan lindung seluas 873 Ha (5,20 persen), hutan tebang pilih seluas 296 Ha (1,76 persen) dan suaka alam/ hutan wisata/ taman nasional seluas 1083 Ha (Novitasari, 2014).
Kabupaten Jombang sekarang ini masih memerlukan peningkatan daerah kawasan agrowisata. Masyarakat awam yang kurang tahu mengenai dunia pertanian dapat mempelajari melalui program wisata tersebut. Pengembangan agrowisata akan mempunyai
393
manfaat ganda apabila dibandingkan hanya mengembangkan pariwisata dengan obyek dan daya tarik keindahan alam, seni dan budaya. Disamping petani dapat mendapat pendapatan dari pelayanan jasa wisata, sekaligus akan menuai hasil dari penjualan budidaya tanaman agro, sehingga disamping akan memperoleh pendapatan dari sektor jasa sekaligus akan memperoleh pendapatan dari penjualan komoditas pertanian.
BUDIDAYA KOMODITAS LOKAL JAMBU BOL GONDANGMANIS
Jambu bol (Syzygium malaccense ) termasuk famili Myrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara yang keberadaannya terbatas di Jawa, Sumatra, dan Semenanjung Malaysia. Beberapa bagian dari tanaman kelompok Syzygium ini digunakan dalam obatobatan tradisional karena memiliki aktivitas antiobitik. Khususnya kulit batang, daun dan akar jambu bol sering digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Salah satu varietas jambu bol yang telah menjadi varietas unggul nasional yang mulai dikenal dan pasarnya tinggi di swalayan yaitu jambu bol gondangmanis dari Kabupaten Jombang. Jambu bol gondangmanis telah dikenal oleh masyarakat Jombang dan sekitarnya sejak ratusan tahun yang lalu namun perkembangan hingga menjadi sentra produksi di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bandarkedungmulyo sekitar 30 tahun yang lalu (Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, 2012). Jambu bol ini merupakan produk unggulan Jombang karena memiliki potensi antara lain nilai ekonomis cukup tinggi serta warna buah yang sangat
394
menarik (ungu kehitaman jika buah telah tua dan merah muda keunguan jika buah masih muda), bentuk dan ukuran buah sedang, rasa buah segar, warna daging buah putih bersih dan tekstur dalam buah lunak seperti diselimuti kapas sertaa aroma buah yang harum. Konsumen sangat menyukai rasa segar sedikit asam, daging buah tebal dan kenyal serta penampilan jambu bol yang khas. Uniknya, jambu bol gondangmanis jika ditanam dan dikembangkan di daerah lain, maka rasanya akan berubah. Saat ini tanaman jambu bol yang ada masih ditanam dan dikembangkan di pekarangan. Jumlah tanaman yang ada di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang sekitar 600 pohon dengan kisaran umur 10 hingga 30 tahun. Nampaknya di Jawa Timur pertanaman jambu bol yang ada dalam satu kawasan atau dalam satu desa dan telah diusahakan hingga peluang pasar sampai pasar swalayan hanya jambu bol gondangmanis. Pada umumnya tanaman jambu bol tumbuh dan berproduksi pada dataran rendah hingga ketinggian 1200 m dari permukaan laut dengan lingkungan yang baik dan ternaungi dan cenderung tumbuh di daerah tropis basah. Jambu bol gondangmanis tumbuh baik, pada ketinggian tempat 50 m dpl dan kondisi agak lembab. Oleh karena rata-rata tanaman telah berumur lebih dari 20 tahun maka kondisi
kebun atau pekarangan menjadi lebih lembab. Potensi jambu bol gondangmanis terletak pada kualitas buah yang unggul, produksi tinggi serta nilai ekonomis yang tinggi. Pohon jambu bol yang baru pertama kali berbuah asal dari biji (umur 4 tahun) dapat menghasilkan buah sebanyak 40-50 kg, pada umur 20 tahun
395
menghasilkan 200 – 300 kg per pohon dalam kurun satu tahun dengan dua kali musim panen. Budidaya tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat maupun hasil panennya, misalnya budidaya tanaman buah. Menurut I Wayan Wiraatmaja (2017), tanaman buah adalah tanaman yang menghasilkan buah yang dimakan (komsumsi) dalam keadaan segar, baik sebagai buah meja atau bahan terolah dan secara umum tidak tahan disimpan lama. Dalam budidaya tanaman buah tentu saja ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan agar buah dapat tumbuh dengan baik dan layak dikonsumsi. Menurut Plantus (2010), teknik budidaya tanaman buah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Pemilihan Bibit Tanaman Buah
Dalam pemilihan bibit tanaman buah harus benar-benar baik, bermutu, dan sehat. Bibit tanaman secara umum diperoleh dengan 2 cara yaitu: (1) Pembiakan generatif, yaitu dengan menggunakan biji. Cara ini menhasilkan tanaman yang lama lama untuk berproduksi. (2) Pembiakan vegetatif, yaitu bibit yang diperoleh tidak dengan menggunakan biji namun dengan penyambungan tanaman sejenis antara batang atas dengan batang bawah, cangkokan dan lain-lain. Dengan cara ini tanaman akan cepat berproduksi dengan mengkombinasi sifat-sifat unggul suatu varietas. 2. Penanganan Bibit Sebelum Ditanam Bibit yang baru dibeli sebaiknya tidak langsung ditanam karena akan menyebabkan stres akibat suhu dan goncangan sewaktu pengangkutan. Perlu ada jangka waktu untuk mengembalikan bibit ke normal kembali. Bibit ditempatkan pada kondisi yang teduh tetapi
396
masih cukup cahaya matahari (30 % cahaya) selama 2 minggu sampai 1 bulan tergantung pada kondisi kesegarannya yang bisa dilihat dari adanya tanda-tanda pertumbuhannya. Namun bila waktu penanamannya masih lama, sebaiknya selain disiram – diberi pupuk daun seperti Forest, Supermes, atau Algafer dengan konsentrasi sesuai dengan petunjuk kemasannya. 3. Persiapan Lahan Semua gulma tentu seharusnya dibersihkan terlebih dahulu sebelun lahan diolah lebih lanjut. Setelah itu, tanah dicangkul dan akar-akar tanaman dikumpulkan terpisah. Pencangkulan perlu dilakukan supaya tanah menjadi gembur sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik. Untuk lahan yang luas, kurang praktis jika seluruh lahan dicangkul, disarankan pengolahan terbatas pada titiktitik tertentu dimana bibit akan ditanam.
4. Sistem Penanaman dan Pembuatan Lubang Tanam Membuat peta kebun dengan memperhitungkan sistem dan jarak tanam. Peta ini dijadikan patokan kerja untuk melakukan pengajiran, yaitu pemberian tanda pada lahan yang akan ditanami. Sedangkan jarak tanam tergantung pada jenis dan sifat tajuk tanaman. Penggalian lubang tanam, dilakukan pemisahan tanah galian. Setengah bagian tanah lapisan atas ditaruh di sebelah kiri lubang dan setengah bagian tanah lapisan bawah disebelah kanan lubang. Lubang kemudian dibiarkan terangin-angin dan terkena sinar matahari sekitar 2 minggu. Dengan cara ini, gas beracun yang mungkin ada disela-sela tanah terbawa angin sehingga dapat diganti dengan oksigen dari udara. Setelah masa dua minggu lubang tanam ditimbun lagi. Tanah bagian bawah dikembalikan ke bagian bawah lubang tanam,
397
sedangkan tanah bagian atas dicampur dengan satu karung (20 Kg) pupuk kandang yang sudah masak, lalu dikembalikan pula ke bagian atas lubang tanam. Tanah yang dikembalikan ini akan membentuk gundukan cembung. Tepat di tengah-tengah gundukan itu diberi ajir sebagai tanda lokasi yang akan ditanam. Gundukan tanah yang cembung ini dibiarkan selama kira-kira satu minggu agar permukaan tanahnya turun dengan sendirinya secara perlahan-lahan. 5. Penanaman
Pemindahan bibit dari persemaian ke lapangan memerlukan perhatian khusus. Mula-mula pada tempat yang yang ditancapi ajir dibuat lubang kecil dengan ukuran sedikit lebih besar dari ukuran polibag bibit yang akan ditanam. Bibit yang sudah disiapkan lalu dikeluarkan dari polybag dengan merobek dari tepi atas sampai ke dasar. Bibit dengan tanahnya kemudian dimasukkan dengan hati-hati ke lubang tanam dengan posisi tegak lurus terhadap permukaan tanah dan dihindari agar akar jangan sampai terganggu. Bibit yang sudah ditanam ditimbun secara perlahan dengan sedikit menekan tanah agar posisi bibit menjadi mantap tapi tidak terlalu padat. Untuk menghindari serangan hama rayap, ulat, dan serangga tanah lain disekitar bibit ditaburi pestisida berbahan aktif Carbofuran seperti Furadan, Curaterr, dan Indofuran. Penanaman diakhiri dengan menyiram sekaligus memberi mulsa untuk menahan derasnya air hujan sehingga tanah tidak cepat memadat, mengurangi penguapan tanah (evaporasi) sehingga tanah tetap lembab. Mulsa ini jika sudah membusuk akan menambah bahan organik bagi kesuburan tanah. 6. Pemberian Naungan dan Pelindung
398
Dilakukan jika memang kondisi tanaman yang masih muda, belum punya perakaran yang kuat sehingga kemampuan untuk menyerap air masih terbatas. Tujuannya adalah untuk mengurangi penguapan dari daun (transpirasi) pada siang hari yang terik dan menjamin kelembapan udara di sekitar tajuk bibit selama proses adaptasi lingkungan. Bahan dan teknik pemberian naungan bisa bermacam-macam.
7. Pemupukan Pupuk harus diberkan dari luar, karena kondisi tanah di berbagai tempat tentu berbeda-beda kadar unsur haranya. Hal ini untuk menunjang sehatnya tanaman, tumbuh subur, dan berbuah lebat dengan kualitas buah yang baik. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Contoh pupuk organik adalah pupuk kandang, kompos atau humus. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk buatan pabrik yang disebut juga pupuk kimia. Pupuk organik sangat baik untuk memperbaiki sifat fisik tanah sehingga menjadi lebih gembur, mudah menyerap dan menyimpan air, serta meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah. Unsur makro dan mikro yang dibebaskan oleh pupuk organik jumlahnya relatif sedikit, maka kekurangannya bisa ditambah dengan pupuk anorganik, seperti Urea, TSP, KCl, dan lain sebagainya. Dosis yang diberikan tergantung pada jenis dan umur tanaman. 8. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan terhadap dahan dan ranting yang kering atau terkena HPT, dan tunas air yang menyebabkan pertumbuhan vegetatifnya dominan. Dengan pemangkasan yang tepat, energi pertumbuhan yang tersedia akan diarahkan untuk
399
produksi buah sehingga hasil panen meningkat. Saat yang tepat adalah segera setelah panen buah berakhir agar tanaman lebih siap memulai pertumbuhan vegetatif baru. 9. Pengendalian Hama dan Penyakit (HPT) Untuk pengendalian HPT tergantung pada jenis dan populasi serangan hama yang menyerang pada tanaman tersebut. Dalam upaya budidaya yang dilakukan, suatu desa dapat memanfaatkannya untuk memajukan pendapatan dan kesejahteraannya dengan mengunggulkan komoditas lokal daerah. Desa dapat berorientasi bisnis dengan menggunakan komoditas lokal daerahnya untuk usaha tani berbasis wisata. Komositas lokal daerah yang diunggulkan dapat menjadi salah satu pintu membangun daerah otonomi yang maju dan menyumbang dalam pembangunan khususnya di sektor pertanian. Tidak perlu diragukan lagi manfaat ganda yang diperoleh dari pengembangan agrowisata komoditas lokal daerah ini.
Komoditas adalah bahan mentah yang dapat digolongkan menurut mutunya sesuai dengan standar perdagangan internasional (F. Rahardi, 2004). Sedangkan komoditas lokal adalah bahan mentah yang merupakan hasil bumi asli dari daerah tersebut. Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan bebas adalah kebijakan pengembangan ekonomi lokal. Kebijakan pengembangan ekonomi lokal pada hakekatnya merupakan kebijakan pembangunan di daerah yang didasarkan pada pengembangan sektor-sektor yang menjadi prioritas
400
unggulan yang diusahakan dalam wadah aktivitas ekonomi masyarakat lokal (Wiranto, 2007). Strategi pengembangan komoditi unggulan lokal dapat dilakukan dengan kerjasama yang baik antar semua pihak terkait. Bentuk upaya pengembangan komoditi tersebut antara lain: meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dengan meningkatkan keahlian SDM yang ada melalui pembinaan dan pelatihan dalam pengelolaan lahan, input dan teknik budidaya, serta meningkatkan hubungan antara kelompok tani dengan perusahan mitra untuk memperluas pasar,meningkatkan hubungan dengan berbagai pihak terutama dengan perusahaan mitra dan pemerintah untuk memenuhi permodalan petani dan sarana prasarana, serta meningkatkan manajemen usaha tani dengan pembinaan secara berkelanjutan dengan perusahan mitra, meminimalkan biaya yang dikeluarkan dengan masih memperhatikan kualitas produk, diversivikasi pasar dengan mengoptimalkan kualitas produk, mengadakan pertemuan rutin intra kelompok tani guna mengantisipasi perubahan iklim, perhatikan waktu penanamanserta pelatihan teknologi, manajemen, controling, evaluasi secara berkala setiap musim tanam untuk mengantisipasi perubahan iklim, serta mengatur permodalan yang digunakan dalam usahatani. Kabupaten Jombang merupakan daerah dataran rendah dengan potensi tanah yang subur karena dilintasi sungai besar Brantas. Tidak heran jika sektor pertanian di Kabupaten Jombang terbilang cukup potensial. Salah satu yang dapat diunggulkan adalah komoditas lokal jambu bol gondangmanis. Jambu ini merupakan komoditas lokal asal Kabupaten Jombang. Jambu bol gondangmanis
401
mampu tumbuh dan berkembang di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bandar kedungmulyo, Kabupaten Jombang. Berdasarkan asalusulnya merupakan tanaman yang sudah ada sejak sekitar 90 tahun yang lalu pada masa zaman Belanda dan berdasarkan cerita masyarakat di sekitar lokasi, buah jambu tersebut dimakan oleh orang Belanda. Selanjutnya salah seorang pegawainya yang bernama Pak Toha menanam biji jambu tersebut dan berkembang hingga saat ini. Tanaman yang pertama tumbuh yaitu milik Bapak Toha yang selanjutnya menjadi lurah dari desa Gondangmanis saat itu. Saat ini tanaman induk milik bapak Toha telah musnah dan pertanaman yang berkembang saat ini merupakan hasil perbanyakan dari biji yang berasal dari tanaman induk tersebut.
PENUTUP Simpulan
Komoditas lokal unggulan asal Kabupaten Jombang seperti jambu bol gondangmanis ini perlu adanya pelestarian dan pengembangan yang sinergis. Petani dapat memanfaaatkan ini sebagai peluang budidaya dan agrowisata. Selama ini sebagian besar usaha tani hanya berorientasi pada pemenuhan hidup saja. Berpedoman pada tujuan dalam meningkatkan ketahanan pangan, maka agrowisata merupakan salah satu langkah strategis dalam mewujudkannya. Petani dapat memperoleh keuntungan ganda. Disamping dapat melakukan kegiatan menanam dan melestarikan bibit generatif jambu bol gondangmanis, petani juga dapat memperolah keuntungan dari pengembangan agrowisata. Peran pelaku usaha yang terkait sangat mempengaruhi keberhasilan pengembangan kawasan agrowisata ini. Pengembangan kawasan
402
agrowisata ini masih memerlukan perhatian pemerintah daerah terhadap pengetahuan dan pendampingan teknologi, potensi sumberdaya manusia petani, penyuluhan perbanyakan biji generatif maupun vegetatif, dan kondisi biofisik lahan.
Saran
Diharapkan artikel yang saya tulis ini dapat memberikan alternatif bagi para pelaku usaha tani khususnya petani dalam memanfaatkan sektor pertanian dalam ruang lingkup bisnis. Dalam pembuatan artikel ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki kekurangan dengan berpedoman pada banyak sumber lainnya dan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR RUJUKAN
Dinas Pertanian Kabupaten Jombang. 2012. Jambu Bol Varietas Gondangmanis. Pelita Petani. Jombang: Badan Litbang Pertanian.
Ekasari, Mutiara, 2011. Perencanaan Pengembangan Sektor Pertanaian Dalam Upaya Peningkatan Perekonomian Kabupaten Temanggung.
F. Rahardi. (2004). Kiat Memilih Komoditas Agro. Agro Media Pustaka: Jakarta.
Novitasari, D. 2014. Analisis Kebijakan terhadap Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Kebijakan dan Manajemen Publik 1(1):1-2.
403
Plantus. (2010).Petunjuk Praktis Budidaya Tanaman Buah. (https://anekaplanta.wordpress.com/2010/01/27/petunjukpraktis-budidaya-tanaman-buah/, diakses: 21 Januari 2021).
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Penerbit Kerja Sama : PT. Ghalia Indonesia dengan MMA Institut Pertanian Bogor.
Uji, T. 2007. Review. Keanekaragaman Jenis Buah-Buahan Asli Indonesia dan Potensinya. Biodiversitas 8(2):157-167.
Wahyudi, I. 2017. Metode Pengembangan Kawasan Wisata. Inspire Group. Kota Malang : CV. Inspiring Consulting.
Wiraatmaja, I Wayan. 2017. Teknologi Budidaya Tanaman Buahbuahan.
Wiranto, T. (2007). Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut dalam Kerangka Pembangunan Perekonomian Daerah. (http://www.bappenas.go.id. diakses: 21 Januari 2021).
404