AKTIVIS: Kreasi & Inspirasi

Page 1


01

Salam Redaksi Edisi kedua kami bertema “Kreasi & Inspirasi�. Untuk edisi ini, kami beruntung untuk dapat menggunakan ilustrasi dari Andre Yoga sebagai cover majalah kami. Dalam ilustrasi ini, para pembaca bisa melihat berbagai bangunan yang muncul dari atas kepala lelaki tersebut. Menurut interpretasi kami, bangunanbangunan tersebut bisa melambangkan hasil karya yang bisa kita kembangkan dari hasil pemikiran dan jerih payah kita. Bangunan-bangunan tersebut juga memiliki detail, desain, dan arsitektur yang menarik, yang diharapkan bisa menginspirasi semua orang yang melihatnya. Melalui edisi ini, kami ingin menampilkan berbagai tokoh yang telah bekerja keras untuk menampilkan hasil karya mereka ke dunia. Kami mendapat kesempatan berbicara dengan sineas independen Erick EST, penulis Trinity (The Naked Traveler), dan komunitas seni Pavana Co., yang bercerita mengenai motivasi mereka dalam berkarya. Kami juga membahas mengenai pentingnya kreatifitas dan orisinalitas, sambil menjaga kelestarian budaya Indonesia.

Selain itu, kami juga menampilkan berbagai artikel yang kami harap dapat membuat para pembaca berpikir lebih jauh mengenai isu-isu politik dan sosial kontemporer, seperti mengenai hubungan bilateral Australia-Indonesia, perkembangan teknologi untuk manusia, dan social entrepreneurship. Dari segi bisnis, kami menampilkan profil beberapa pemilik usaha Indonesia yang berhasil memulai bisnis mereka dari nol. Kami berharap melalui artikelartikel yang ditampilkan di edisi ini, para pembaca sekiranya dapat mendapat inspirasi untuk semakin bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang mereka dambakan, atau perubahan yang mereka ingin lihat di masyarakat. Jika para pembaca sekalian memiliki saran atau kritik mengenai edisi kedua ini, kami dengan senang hati menerima pesan-pesan tersebut melalui majalah@ ppi-australia.org, atau halaman Facebook kami (Majalah PPIA). Salam AKTIVIS,

Dea

Ralat untuk edisi pertama “Agen Perubahan�: 1. Pendapat dari Purwono Budi Santoso, salah satu narasumber kami untuk artikel Polemik UU Pilkada, adalah milik beliau sendiri, bukan atas nama Indonesian Islamic Society of Brisbane. 2. Untuk artikel Menuju Pentas OLYMPPIA 2015, terdapat kesalahan penulisan nama untuk salah satu narasumber kami. Tertulis Naufal Lukman, yang seharusnya Nafil Lukman. Atas nama redaksi, kami mohon maaf atas kesalahan tersebut.


02

Tim Redaksi Editor-in-Chief Putu Dea Kartika Putra Managing Editor Lalita Fitrianti Politik & Hukum Alicia Deswandy Joanita Olivia Wibowo Sosial Syarif Odi Hamdi Vania Andreani Pratama Bisnis & Ekonomi Adrian Surya Mohammad Hatta Suprehatin Olahraga, Seni & Budaya Reo Audi Titik Endahyani Desainer Fernanda Santosa Mikhael Geordie Copyeditor Rizal Rickieno


03

Daftar Isi Ilustrasi cover oleh Andre Yoga (Pavana Co.) 01 Salam Redaksi 02 Tim Redaksi 03 Daftar Isi 04 05 12 15 24

Featured Articles Erick Est : Menyampaikan Pesan Melalui Film GIFF : Membawa Film ke Masyarakat Pavana Co.: Mengintip di Balik Sebuah Komunitas Seni Jumat Sore Bersama Trinity: “Follow Your Passion”

31 32 37 43 47

Sosial Dari Australia untuk Indonesia ! Kreasi dan Orisinalitas di Dunia Global Teknologi, Manusia, dan Peradaban Potret Budaya Lokal dari Kota Senja, Teluk Arguni, Papua Barat

55 Politik dan Hukum 57 Sirkus Bilateral Indonesia – Australia: Menjaga Komitmen dan Bersinergi dalam Kreasi 61 "Seratus Hari" Jokowi 69 Sekilas Tentang Kedudukan dan Perkebangan Pidana Mati dalam Hukum Indonesia 74 Opini : Masyrakat Korupsi < Masyarakat Anti Korupsi 80 Seni Budaya dan Olahraga 81 Angklung dan Batik : Kearifan Seni Budaya Lokal yang Menjadi Kekuatan Identitas Bangsa 93 Mengintip Semarak Australia Open 2015 100 Massimo Luongo, Inspirator Kemenangan Austtralia di Asian Cup 2015 104 Peran Desain dalam Pemanfaatan Limbah Kain Konveksi sebagai Pemberdaya Masyarakat Melalui Usaha Mikro dan Kecil 111 Bisnis dan Ekonomi 112 Social Entrepenurship : Menjalin Sinergi Sosial dan Bisnis 116 Dari Sorang Pegawai, Menjadi Seorang Pengusaha Muda : Negarawan Lahir dengan Modal Nekat dan Perhitungan Matang 123 Profil Bisnis : Bake-a-Boo 132 Profil Bisnis : Lucius & Ki 137 Refleksi 138 Belajar Otodidak, Siapa Takut? 142 ICare is Back for its Second Year


Featured Articles




07

Erick EST: Menyampaikan Pesan Melalui Film Ditulis oleh Lalita Fitrianti Pawarisi, fotografi oleh Usha Fatnia Audrinisa


08

Melawan arus memang tidak mudah. Itulah yang umum dirasakan oleh pembuat-pembuat film tanah air. Pada sebuah Kamis siang (5/03), majalah AKTIVIS mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai sineas independen Erick Est. Pembuat film yang berdomisili di Bali ini tampak santai dengan batik dan celana jeans. Sambil menyantap kwetiau goreng yang ditaburi potongan cabe rawit, Erick menceritakan awal perjalanannya. Ternyata ia memulai karirnya sebagai fotografer. “Dulu saya kuliah di Seni Rupa Murni Universitas Udayana [sekarang Institut Seni Indonesia Denpasar–red]. Saya menjadi fotografer untuk majalah surfing, majalah skateboard, untuk beberapa koran juga.” Eskalasinya menjadi pembuat film ditawarkan oleh seorang teman yang mengajaknya ikut Festival Film Independen Indonesia di tahun 2000. “Film pertama tentang narkoba. Karena dananya besar, sampai jual kamera, dan lain-lain. Akhirnya buat film lagi dan sering-sering ikut festival di luar negeri dan menang,” kenang Erick. “Suatu teman-teman band lihat. Akhirnya buat video klip juga. Video klip pertama untuk band Taboo. Video klip itu masuk MTV, dapat nominasi video terbaik.” Saat ini, Erick masih aktif membuat video-video klip yang ia unggah di saluran Youtubenya. Video-video klip yang ia buat mengambil tema sosial, politik dan budaya. Hal ini juga konsisten dengan film-film yang ia garap. Karya terbaru Erick, film dokumenter berjudul Janggan, menyorot budaya Bali melalui layangan tradisional rare angon. “Aku berpikir sebagai filmmaker bahwa aku harus menyampaikan pesan-pesan [bertema sosial dan budaya]. Di Bali, kita sedang menggalakan tolak reklamasi Teluk Benoa.” jelas Erick. Tapi hal tersebut dianggap tidak lazim di industri perfilman Indonesia. Selain pasarnya yang kurang responsif, banyak tantangan legal dan finansial. “[Saya] sudah bangkrut lima kali. Terjerat masalah hukum juga pernah. Sebenarnya ada banyak kesulitan. Tapi kita gak masalah karena memang ada ketertarikan di sana.” Akibatnya, sineas-sineas seperti Erick perlu unjuk gigi di luar negeri terlebih dahulu. Setelah mendapatkan apresiasi di dunia internasional, barulah industri dalam negeri melirik. “Mungkin proses alaminya beda ya. Kaum idealis disuruh ke luar negeri.” Namun, Erick menambahkan penonton pun harus selektif. Ia berargumen bahwa jika penonton lebih kritis, kualitas perfilman Indonesian pun bisa meningkat.


Nama Lengkap Erick Ebert Sabungan Tambunan Tanggal Lahir 7 Februari 1980 Filmografi Video Klip Busur Hujan - Navicula Di Ubud - Merasa Tresna Pedidi di Ubud Khrisna feat. Sutha AFI - Ahir KIS - Secret Lover Ed Eddy & Residivis - Kronologi Pistol dan Amunisi Navicula - Mafia Hukum The Hydrant - Bali Bandidos Film Long Sa’an (2014) Janggan (2014) Saluran Youtube https://www.youtube.com/user/erickestfilm https://www.youtube.com/user/FilmIndonesification


10

“Kalau memang gak suka film horor, gak usah nonton sekalian. Biar pemerintahnya mengerti juga,” jelasnya, “[Sebagai pembuat film] kita gak bisa menyampaikan pesan buat [semua orang]. Tapi setidaknya, mereka harus lebih selektif dalam melihat sebuah karya.” Salah satu contoh yang ia pakai adalah film Avatar garapan James Cameron. “Sebenarnya film Avatar juga film [yang membawa isu] lingkungan. Tapi orang melihat animasinya saja. Sebenarnya filmnya tentang [konservasi hutan].” Meskipun sarat dengan tantangan, Erick tetap ingin bertahan dengan idealismenya. “Ya mungkin aku diciptakan untuk itu.” katanya sambil terkekeh. Erick berharap di kemudian hari banyak pembuat film yang bisa mengikuti jejaknya dalam mempertahankan idealisme. “Anak muda sekarang harus lebih kuat integritasnya biar gak kayak sekarang. Memang sih kita butuh uang, tapi di film bukan itu yang terpenting. Yang terpenting itu adalah apa yang bisa kamu sampaikan ke penonton.” Erick juga menyarankan agar sineas-sineas muda membuat karya yang merepresentasikan tanah air. “Kamu harus mengeksplorasi negaramu sendiri. Film Amerika itu selalu ada bendera Amerika lho. Inggris juga. Eropa juga. Indonesia jarang banget menunjukkan itu. Kita punya banyak suku. Di Kalimantan ada 300 suku dengan 100 bahasa berbeda. Kalau itu [dijelajahi] semua, [tema yang bisa diambil] sangat luas. Jadi, jangan malu jadi orang Indonesia. Kalian harus mengeksplorasi budaya kalian, tapi juga mempertahankannya.” Di penghujung wawancara, Erick mengemukakan optimismenya terhadap masa depan perfilman Indonesia. “Sekarang waktunya Indonesia.”



12

GIFF: Membawa Film ke Masyarakat Ditulis oleh Lalita Fitrianti Pawarisi, fotografi oleh Usha Fatnia Audrinisa



14 Seluruh mata penonton tertuju pada sosok Artika Sari Devi di layar lebar. Lenggak lenggok serta nyanyiannya yang halus mengundang penonton hanyut dalam film Opera Jawa garapan Garin Nugroho. Film yang tidak dirilis secara komersil di tanah air ini memukau dengan koreografi dan musik yang sarat budaya Jawa. Film inilah yang menjadi film pembuka di Griffith Indonesian Film Festival (GIFF) pada hari Minggu (1/03). GIFF adalah hasil kerjasama Griffith Film School (GFS) dan Indonesian Student Association of Griffith University (ISAGU). Acara yang digelar dari tanggal 1-8 Maret 2015 di South Bank ini mengundang sutradara kondang Garin Nugroho dan dokumenter muda Erick EST. “GFS ini memang ingin mengundang sutradara Indonesia dari tahun lalu,” jelas Jose Prabowo selaku ketua panitia GIFF, “Sebenarnya acara screening itu sudah ada dari GFS dari tahun ke tahun [dan] dari berbagai negara. Tapi masyarakatnya kurang terlibat.” Hal itulah yang mendasari dibuatnya GIFF. Jose berpikir bahwa dengan diputarnya filmfilm buatan tanah air di Brisbane, masyarakat Indonesia setempat pun seharusnya ikut serta. “Festival diadakan agar dekat dengan masyarakat Indonesia di Brisbane.” ujarnya. Akhirnya, GIFF menjadi festival film Indonesia pertama di Brisbane. “Ide kita diterima oleh GFS. Mereka mendukung penuh ide kita.” Sesuai dengan bintang tamunya, GIFF melakukan pemutaran film karya-karya Garin Nugroho dan Erick EST. Jajaran film yang diputar di GIFF termasuk Bird Man Tale dan The Poet oleh Garin Nugroho serta Janggan dan Longsa’an oleh Erick EST. Rangkaian acara ini ditutup dengan film Soegija, sebuah biopik tentang pahlawan nasional Albertus Soegijapranata. Selain pemutaran film, Garin dan Erick juga hadir untuk memberikan kuliah umum bagi mahasiswa-mahasiswa GFS. Menariknya, film-film yang diputar sebagian besar belum pernah dirilis secara komersil di Indonesia. Contohnya seperti film Opera Jawa yang diputar di berbagai festival film internasional namun asing di telinga bangsa sendiri. Karena itu, penonton asal Indonesia di GIFF pun seperti menonton film baru. “Coba di Indonesia lebih banyak film seperti ini, pasti tontonan kita lebih berkualitas,” kata salah seorang pengunjung GIFF. Memang, film-film yang ditayangkan di GIFF berada di tempat yang jauh dari jenis film yang umum dipertontonkan di bioskop tanah air. Semua film yang ditayangkan membawa isu-isu sosial, politik dan budaya. Dengan begitu, menonton film bukan hanya menjadi hiburan, tapi juga media informatif. “Aku merasa belajar banyak tentang budaya Jawa di film ini. Bukan hanya tarian dan nyanyian tapi juga kearifan sehari-hari,” kata seorang peserta pemutaran Opera Jawa. Jika memang tujuan GIFF adalah mengajak masyarakat Indonesia mengapresiasi karyakarya bangsa, maka Jose dan sejajaran panitia GIFF boleh bernapas lega. “Respon masyarakat Indonesia [terhadap acara ini] sangat positif.”


15

Pavana Co.: Mengintip di Balik Sebuah Komunitas Seni

Wawancara oleh Putu Dea Kartika Putra, fotografi dan ilustrasi dari Pavana Co.


Wicitra Pradnyaratih (Amplitudes)


17

Untuk edisi kali ini, majalah AKTIVIS cukup beruntung untuk berbincang-bincang dengan Pavana Co., art and design collective atau komunitas seni dari Denpasar, Bali. Apa itu art collective, dan apa yang persisnya mereka lakukan? Apa saja hasil-hasil karya yang telah mereka rilis? Simak perbincangannya berikut ini. Boleh tolong jelaskan apa dan siapa persisnya Pavana Co.? Pavana Co. merupakan sekelompok anak-anak muda kelahiran Bali yang memiliki apresiasi terhadap seni, sehingga kita selalu berusaha untuk mengembangkan segala peluang dalam mewujudkan suatu karya seni. Setiap individu memiliki medium yang berbeda-beda seperti fotografi, seni lukis, desain. Bagaimana persisnya Pavana Co. berbeda dengan komunitas seni lain di Bali dan Indonesia? Kita terdiri dari individual yang memiliki karakteristik, medium, dan perspektifnya masingmasing. Kami mencoba untuk bereksperimen dengan media yang ada di sekitar kami, mulai dari hand drawn, fotografi, video, instalasi, hingga video mapping. Mungkin yang berbeda dari kita dengan komunitas lain hanya pada karakter, sentuhan, yang pastinya setiap komunitas pasti memiliki ide dan karya yang berbeda-beda juga, dan suatu saat nanti kami akan sangat senang jika mendapatkan kesempatan berkolaborasi bersama mereka. Tujuan kami hanya terus berkarya hingga melampaui batas kemampuan yang kami miliki. Namun, kami menyadari bahwa untuk mencapai tujuan kami ini dibutuhkan suatu proses dan kami sangat menikmati proses tersebut. Apakah Pavana Co. banyak berkolaborasi dengan komunitas seni lain di Bali, dan di Indonesia secara umum? Kita telah melakukan kolaborasi dengan beberapa event organizer seperti ArtLab dan Acreators Bali, dimana kami bertemu dengan teman teman seniman dan komunitas lainnya yang kami harap kedepannya bisa berkolaborasi lagi di acara-acara berikutnya. Sejak awal Pavana Co. terbentuk sampai saat ini, kita telah berkerja sama dengan musisi lokal bergenre psychedelic rock yaitu Rollfast. Kita sangat berharap kedepannya kita memiliki kesempatan untuk berkolaborasi dengan artist maupun komunitas seni luar negeri.


Kae (Expectations)


19

Apa saja tema yang sering ditonjolkan dalam karya-karya yang dirilis Pavana Co.? Pavana Co tidak membatasi teman teman untuk berkarya berdasarkan suatu bentuk atau tema, karena setiap individu memiliki buah pikiran yg berbeda-beda. kami memberi kebebasan untuk “bersuara� melalui karya. Selain itu, kami juga menyadari bahwa masingmasing dari kami memiliki karakteristik yang sangat berbeda yang tercermin pada karya yang kami hasilkan. Pavana Co. banyak merilis karya foto dalam format film analog 35mm. Apakah menurut kalian, film photography mulai kembali diminati Indonesia? Apa yang bisa didapat dari film, yang tidak bisa didapat melalui digital photography? Menurut kami kamera analog & film memiliki elemen-elemen yang sangat berbeda dengan digital photography, moment yang kita tangkap dengan kamera analog tidak dapat di ulang, tidak akan sama. It’s unique, exciting and unexpected. Analog fotografi juga meningkatkan skill fotografi. Dasar teknik fotografi adalah ISO, shutter dan aperture, dan dalam kamera film sering sekali hanya ini yang bisa di atur itu melatih kita untuk ‘menjebak’ suatu momen. Lain dengan digital photography yang kita dapat dengan langsung mengakses hasil serta dapat diedit ulang. Ada kepuasan tersendiri jika hasil dari film tersebut sesuai dengan apa yang kita mau. Apakah lokasi Pavana Co. di Bali memberi suasana atau atmosfir yang kondusif untuk berkarya? Bali adalah salah satu tempat di Indonesia yg kaya akan budaya, tradisi, dan arsitektur. Kekayaan alamnya yg sudah terkenal di seluruh dunia sudah sangat jelas memberi kami inspirasi untuk berkarya. Kita memiliki ruang studio yang menjadi wadah untuk kami berkarya, berkumpul, dan bertukar pikiran. Musik adalah salah satu faktor yang jg sangat berpengaruh selagi kami berkarya. Studio musik Rollfast berada di tempat yang sama dengan studio kami. Suasana di lingkungan seperti ini sangat menguntungkan baik untuk kami dan Rollfast. Siapa saja seniman atau komunitas seni yang menurut kalian banyak mempengaruhi karya-karya yang dirilis Pavana Co.? Cukup banyak, setiap individu memiliki idolanya masing-masing mulai dari Salvador Dali, Le Corbusier hingga seniman legendaris dari Bali sendiri yaitu I Gusti Nyoman Lempad. Tetapi inspirasi kami dalam berkarya tidak hanya datang dari seniman atau komunitas seni, tetapi juga inspirasi tersebut datang dari kehidupan disekitar kami, musik, film, arsitektur, alam, budaya, dan sebagainya.


Kae (Intellect)


Pierre (Tropicana)

Pierre (Dreams III)


22

Apakah menurut kalian pengaruh dari luar negeri sangat dominan di kancah seni Indonesia? Bagaimana cara Pavana Co. berusaha untuk mempertahankan budaya lokal Indonesia melalui karya-karya yang dihasilkan? Perkembangan seni di dunia modern ini sangat berkembang pesat dan semua yang terjadi saling mempengaruhi satu sama lain. Kami sangat mengaggumi budaya yang nenek moyang kita berikan, kita tidak bisa terlepas dari budaya kita sendiri karena itu merupakan jati diri kita. Dalam setiap berproses kami selalu mencoba untuk menggabungkan elemen dari budaya lokal dengan sesuatu yang “baru�. Boleh ceritakan lebih lanjut mengenai partisipasi Pavana Co. belum lama ini untuk acara seni Tolak Reklamasi Teluk Benoa? Kami membuat video berdurasi 15 menit yang menyinggung permasalahan reklamasi Teluk Benoa, diiringi alunan musik dari Rollfast. Di acara ini terdapat banyak musisi dan komunitas-komunitas lain yang ikut serta dalam acara Tolak Reklmasi ini. Menurut kami reklamasi Teluk Benoa ini akan membahayakan Bali sendiri karena ini sudah jelas merusak alam. Boleh ceritakan lebih lanjut mengenai pameran terakhir Pavana Co., ArtLab5? ArtLab adalah acara kolaborasi seni yang di selenggarakan oleh Yoka Sara dari Yoka Sara International, dan diselenggarakan di Art Point, Sanur. Di acara ini kami mendapat kesempatan untuk bebas memberikan ide & berkreasi. Ada tiga elemen inti dalam acara ini yaitu visual, musik, dan seni tari. Disini, Pavana Co. mengisi space ArtPoint dengan instalasi dan video mapping yang akan direspon dengan theatrical dancer (dengan body painting), diiringi musik dari Rollfast.


23

Bagaimana tanggapan dari masyarakat umum mengenai karya kalian? Apakah kalian memiliki “target market� tersendiri? Dan apakah karya-karya dari Pavana Co. dijual untuk umum? Sejauh ini kita mendapat tanggapan yang cukup baik dan dukungan dari orang-orang yang kita temui selama Pavana Co. ini terbentuk. Kita tidak menentukan target market. Untuk saat ini showroom kami yang berada di studio kami masih dalam proses pembuatan, kami berharap sebentar kali ruang kreatif yang terbuka ini dapat di nikmati oleh umum. Apakah menurut kalian, komunitas seni dan seniman di Indonesia masih kurang dihargai di masyarakat? Jika begitu, bagaimana kalian meyakinkan masyarakat bahwa seni itu tidak sekedar hanya untuk ‘main-main’ saja? Di Bali seni sangat dihargai, karena seni budaya adalah akar Bali, jadi gak perlu takut dibilang main- main. Apakah kalian memiliki saran untuk seniman-seniman muda Indonesia? Terus berkarya dan nikmati prosesnya. Be curious and keep on sharing it to the world. Apakah Pavana Co. berencana untuk merilis proyek ato pameran dalam waktu dekat ini? Boleh tolong dijelaskan? We are planning an event this coming April. It's going to be a psychedelic and visually stimulating experience. There is no doubt in our minds that it will be amazing and unlike anything you've seen before!

Pavana Co. art+design collective Jalan Imam Bonjol no. 422 Denpasar, Bali - Indonesia +(62)81 337 735 008 pavana.co@gmail.com www.facebook.com/pavana.co


24

Jumat Sore Bersama Trinity: “Follow Your Passion�

Ditulis oleh Lalita Fitrianti Pawarisi, fotografi oleh Areno Papadaki




27

Hanya dengan kaos dan celana pendek, Trinity melangkah turun dari ferry yang mendarat di University of Queensland. Siapapun tak akan menyangka bahwa sosok sederhana ini adalah penyandang gelar Indonesia’s Leading Travel Writer 2010. Bahkan Trinity pun tidak percaya ia sedang ditunggu belasan mahasiswa Indonesia. “Ya ampun, sampai dijemput segala!" Pada sebuah Jumat sore (6/03), Trinity datang ke University of Queensland untuk acara ramah tamah bersama mahasiswa Indonesia di Brisbane. Saat itu, ia sedang diundang oleh Tourism Queensland. Sebagai internet personality yang tenar, Trinity dianggap mumpuni dalam membantu memasarkan potensi pariwisata setempat. Cerita Trinity berawal sederhana. Ia sudah senang travelling dari kecil. Karena selalu diwarnai cerita jenaka, teman-teman Trinity mendorongnya untuk mempublikasikan cerita-ceritanya. “Teman sampai buatin blog. Dulu masih gaptek [gagap teknologi–red.],” kenangnya yang pertama kali membuat situs naked-traveler.com pada tahun 2005. Tak lama kemudian, Trinity merilis cerita-ceritanya dalam buku The Naked Traveler, yang berisi anekdot-anekdot pada setiap perjalanannya. Saat ini, The Naked Traveler adalah buku bertema pariwisata yang paling laku di Indonesia. Menurut The Jakarta Post, buku ini berhasil menginspirasikan kaum muda Indonesia untuk lebih sering travelling, sesuatu yang cukup jarang pada masa itu. “Dulu gue menulis The Naked Traveler ketika masih jadi pegawai kantoran. Trinity adalah [pseudonim] karena gue suka banget The Matrix,” jelas Trinity yang memilih untuk tidak menyebut nama aslinya. Lambat laun, ia mengerti bahwa menggeluti dua dunia tidak mudah. “Kerja terbengkalai, menulis terbengkalai, gak fokus kan.” Semua berubah ketika Trinity berangkat ke Filipina untuk mengemban pendidikan magister. “Trigger-nya waktu aku kuliah di Filipina. Dosenku dulu bilang ‘follow your passion and success will follow you’.”


28

Sejak itu, Trinity memilih jalur sebagai travel writer dan memang, sukses mengikutinya. “Sekarang gue bisa keliling kemana saja, kadang-kadang dibayar juga!” Sekarang, Trinity sudah memijakkan kaki di 65 negara dan 30 propinsi di Indonesia. Kendati begitu, jalan yang dipilih Trinity bukan jalan yang mulus. Suatu ketika, salah satu buku dari serial The Naked Traveler ditarik dari peredaran karena konten yang dianggap kurang pantas untuk bacaan umum. Selain itu, profesinya sebagai freelance membuatnya sulit mengatur jadwal. “Waktu itu pernah diundang untuk jadi pembicara di sebuah kampus. Tapi jadwal yang mereka kasih belum tentu sesuai sama jadwal gue. Bisa saja kan ‘bulan depan gue [ada di suatu tempat]?’” Namun Trinity tetap teguh pada jalurnya karena idealisme yang ia pegang. “Aku percaya bahwa traveling itu gak ada mudharatnya. Manfaat semua. Kayak sekolah, kita belajar banyak banget dalam satu kali travel,” jelasnya. “Semakin banyak kita jalan-jalan kan kita semakin banyak ketemu orang. Kita juga menjadi mudah bertoleransi pada orang lain. Kita belajar bahwa dunia itu tidak selebar daun kelor.” Bahkan Trinity pun tidak tahu kapan ia akan berhenti. “Sampai sekuatnya saja.” Meskipun telah banyak mengunjungi berbagai tempat, Trinity menjelaskan bahwa negara paling indah yang ia kunjungi adalah tanah air. “Indonesia itu bagus banget. Yang kurang hanya infrastruktur. Itu di Indonesia timur kapal-kapal bisa berangkat sebulan sekali. Padahal negara tetangga kayak Filipina fasilitasnya jauh lebih baik lho.” Trinity juga menyayangkan sikap warga Indonesia yang masih kurang menghargai miliknya sendiri. “Buang sampah masih di mana-mana. Coba mereka dibawa ke Singapura. Pasti mereka gak ada yang buang sampah sembarangan.” Ia juga menambahkan bahwa tempat-tempat wisata di Indonesia yang terawat justru garapan perusahaan asing. “Biasanya kalau yang pegang orang kita, justru jadi berantakan,” sesalnya. Namun, ia tetap optimis akan pariwisata Indonesia. “Indonesia masih paling bagus di mana-mana.”



Nama Trinity Pekerjaan Penulis Tahun Aktif 2005-sekarang Pendidikan Sarjana Ilmu Komunikasi – Universitas Diponegoro, Semarang Magister Manajemen – Asian Institute of Management, Manila Bibliografi The Naked Traveler (Catatan Backpacker Wanita Indonesia Keliling Dunia) – Bentang Pustaka, Jun 2007 The Naked Traveler 2 – Bentang Pustaka, Jan 2010 Duo Hippo Dinamis: Tersesat di Byzantium – Bentang Pustaka, Mei 2010 The Journeys, Kisah Perjalanan Para Pencerita – Gagas Media, Apr 2011 The Naked Traveler 3 – Bentang Pustaka, Mei 2011 TraveLove, Dari Ransel Turun ke Hati – Bentang Pustaka, Mei 2012 The Naked Traveler 4 – Bentang Pustaka, Sep 2012 The Naked Traveler, Across the Indonesian Archipelago – Bentang Pustaka, Oct 2013 The Naked Traveler Anthology – Bentang Pustaka, Jul 2014 The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip Part #1 – Bentang Pustaka, Sep 2014 The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip Part #2 – Bentang Pustaka, Sep 2014 Filmografi The Naked Traveler – The Series -- MNC Food & Travel (2013-2014) The Naked Traveler – The Movie (2015)


SOSIAL


32

Dari Australia untuk Indonesia!

Ditulis oleh Putra Agung Prabowo, fotografi oleh Puteri Anetta Komarudin




35

Nelson Mandela, presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan pernah mengatakan, “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world�. Untuk itulah, pendidikan di setiap negara harus menjadi hal yang diprioritaskan dan segera ditangani. Persoalan pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata baik. Di dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Education Development Index, Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara pada tahun 2011. Keterbatasan akses pendidikan yang ditandai dengan ketidaksesuaian jumlah sekolah di daerah terpencil, jumlah tenaga pendidikan yang tidak merata serta kualitas guru yang dinilai kurang menjadi persoalan pelik bagi dunia pendidikan tanah air. Tak kaget jika banyak dari orang tua di Indonesia lebih memilih pendidikan dari lembaga swasta, bahkan tak jarang pendidikan di luar negeri dinilai lebih menjanjikan bagi masa depan anak-anak di kemudian hari. Menurut data pendidikan global UNESCO tahun 2011, setidaknya ada lima negara favorit yang menjadi tujuan belajar mahasiswa Indonesia. Berdasarkan urutan peringkat, kelima negara tersebut adalah Australia, Amerika Serikat, Malaysia, Jepang dan Jerman. Salah satu alasan dasar dipilihnya Australia sebagai negara favorit pertama yang dipilih mahasiswa Indonesia untuk belajar di luar negeri adalah karena biaya kuliah yang tidak semahal biaya di Amerika Serikat ataupun Inggris. Selain itu, pemerintah Australia pun mengizinkan mahasiswa bekerja maksimal 20 jam per minggu per semester dan fulltime job pada waktu liburan. Ini cocok bagi mahasiswa-mahasiswa kita yang ingin mengumpulkan dana sembari sekolah. Alasan selanjutnya adalah karena cara sistem pendidikan Australia yang berbeda dengan tanah air. Mahasiswa diajak untuk berpikir kritis dan logis guna membentuk karakter yang unggul saat menghadapi dunia pasca kampus nanti. Melalui sistem ini, pelajar dituntut untuk menjadi kreatif, inovatif dan mandiri. Dengan demikian, pelajar akan mendapatkan bekal yang cukup untuk menggapai kesuksesan di masa depan. Karena itu, sungguh tidak mengejutkan jika jumlah mahasiswa Indonesia di Australia mencapai angka 10 ribu. Hal ini pun belum termasuk siswa Indonesia yang belajar disana. Kendati demikian, belajar di negeri orang tak menjadikan orang Indonesia lupa akan negaranya sendiri. Banyak sekali tokoh nasional yang dulu mengenyam pendidikan di negeri kangguru kini memangku jabatan strategis di Indonesia. Tokoh–tokoh tersebut diantaranya adalah Boediono (mantan Wakil Presiden RI dan Gubernur Bank Indonesia), Ali Gufron Mukti (Menteri Kesehatan RI), Profesor Ismunandar (guru besar termuda ITB), Profesor Ikrar Nusa Bakti (Ketua Pusat Penelitian Politik LIPI), Muhammad Chatib Basri (Menteri Keuangan RI), dan Bima Arya Sugiarto (Walikota Kota Bogor). Di antara semua lulusan Australia tersebut, Boediono mempunyai peran yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Beliau merupakan alumni University of Western Australia (UWA) dan Monash University yang menduduki posisi penting dalam beberapa kabinet pemerintahan selama bertahun–tahun.


36

Sejak 17 Mei 2008 hingga 17 Mei 2009, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM ini menduduki jabatan strategis sebagai Gubernur Bank Indonesia. Di tahun yang sama pula, peraih penghargaan Distinguished International Alumnus Award dari UWA pada tahun 2007 ini mengundurkan diri dari posisi tersebut terkait pencalonannya sebagai wakil presiden berpasangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia, Boediono menjabat sebagai Menko Perekonomian pada Kabinet Indonesia Bersatu. Pak Bud, demikian sapaan beliau, juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Gotong Royong di masa pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri. Sebelumnya pada Kabinet Reformasi Pembangunan pimpinan Presiden BJ Habibie, Boediono pernah menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Seakan tak habis kontribusinya bagi negara, beliau juga pernah menjabat sebagai Direktur Bank Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto. Boediono dikenal sebagai sosok yang bertangan dingin, humble, penyendiri, jauh dari riuh tepuk tangan, dan tak pandai marah. Namun ditangan beliau, banyak masalah bangsa yang terselesaikan olehnya. Salah satu aksi nyatanya adalah saat krisis moneter tahun 1998 menghempas perekonomian bangsa Indonesia. Kala itu, beliau beserta jajarannya berhasil membuat stabil kurs rupiah di angka kisaran Rp. 9.000 per USD. Menurut Businessweek, beliau mendapatkan predikat menteri paling berprestasi di kabinet kala itu. Dari cerita tersebut, Pak Bud menunjukkan bahwa beliau adalah salah satu contoh hasil sistem pendidikan Australia yang berhasil membuat seorang anak bangsa berdedikasi untuk kemajuan bangsanya sendiri. Beliau merupakan contoh nyata dari seorang teknokrat yang tak lupa asal usulnya. Walaupun jauh dan lama meninggalkan ibu pertiwi, semangatnya untuk membangun Indonesia tetap bersemayam dalam lubuk hatinya. Mungkin itulah yang penulis dan bangsa Indonesia harapkan kepada para pelajar yang ‘mencuri’ ilmu di luar negeri. Dengan track record alumni yang sangat menjanjikan, mungkin akan lebih banyak orang Indonesia yang memilih mengenyam pendidikan di negeri kangguru suatu saat nanti. Mungkin rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri. Namun jangan sampai hal itu membuat lupa bahwa Indonesia juga masih membutuhkan kalian di masa depan.

Putra Agung Prabowo adalah mahasiswa berprestasi Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Tahun 2014. Putra aktif sebagai Koordinator Kebijakan Nasional Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat IPB, Anggota AIESEC IPB, anggota Sharia Economics Student Club dan Anggota Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia. Selain aktif berorganisasi, ia juga acapkali menjadi penulis untuk beberapa media lokal maupun nasional, seperti Radar Bogor, Majalah Agrimag, Okezone, BBC Indonesia, dan Koran Indonesia. Prestasinya di dalam maupun di luar negeri cukup banyak, sehingga selama menempuh jenjang S1 nya di IPB, ia mendapatkan tiga beasiswa dalam kurun waktu yang berbeda, yaitu Tanoto Foundation pada tahun 2012, PPSDSM Nurul Fikri pada tahun 2013, dan saat ini ia memperoleh beasiswa Karya Salemba Empat dari Perusahaan Gas Negara. Kontak: putragungp@gmail.com | Twitter/Line/Instagram: @putragungp



Kreasi dan Orisinalitas di Dunia Global Ditulis oleh Syarif Odi Hamdi, fotografi oleh Galymzhan Abdugalimov


39

Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia yang kita pijak saat ini sudah sangat berbeda dengan dunia pada 100 tahun yang lalu. Terdapat banyak kajian sosial mengenai hal ini. Salah satu tema yang sering diangkat adalah globalisasi dan perannya dalam mempercepat perkembangan peradaban manusia. Pertumbuhan sebuah peradaban yang biasanya butuh waktu berabad-abad menjadi hanya 100 tahun saja. Pada peradaban yang telah terakselerasi ini, ada dua bidang yang terpengaruh secara langsung serta berperan besar dalam perkembangan ekonomi dunia. Dua bidang tersebut adalah lapangan pekerjaan dan komunikasi. Kondisi lapangan pekerjaan saat ini dapat dilihat secara jelas melalui banyaknya perusahaan multinasional. Sementara itu, komunikasi kini berpengaruh besar melalui ditemukannya seri jaringan yang terhubung secara global, atau lebih dikenal dengan nama internet. Bersama, kedua hal ini menghasilkan bidangbidang pekerjaan baru yang belum ada 100 tahun yang lalu, yakni website developer, graphic designer, smartphone app developer, dan seterusnya. Beserta munculnya pekerjaan-pekerjaan tersebut, telah keluar salah satu komoditas yang sekarang banyak dicari oleh pengusaha baik kecil maupun besar. Komoditas tersebut adalah kreativitas. Meskipun komoditas ini tidak bisa diukur dengan angka atau ilmu pengetahuan lainnya, eksistensinya cukup krusial. Kenyataannya, kreativitas dicari oleh siapapun. Perusahaan periklanan butuh kreativitas untuk mendapatkan perhatian calon kliennya. Organisasi kemahasiswaan butuh kreativitas untuk menghasilkan program yang sesuai dengan target. Hal yang sama berlaku untuk para wiraswasta, yang membutuhkan kreativitas untuk memperbesar badan usahanya. Namun, berdasarkan pengertian Oxford Dictionary, kreativitas adalah [diartikan], “penggunaan imajinasi atau ide orisinil untuk menciptakan sesuatu.� Dari definisi ini, seharusnya dapat disimpulkan bahwa untuk menguasai komoditas ini, seseorang harus berpikir orisinil. Namun, kenyataannya tidak semudah itu. Facebook adalah contoh usaha yang sukses dengan minim orisinalitas. Sejak 10 tahun ini, Facebook adalah salah satu perusahaan online terbesar yang sekarang dipakai oleh lebih dari 500 juta orang di dunia. Sebelum situs tersebut diinisiasi, terdapat situs serupa seperti MySpace yang tidak jauh berbeda dengan Facebook dari segi konsep dan popularitas. Dalam waktu satu hingga dua tahun, angka pengguna MySpace menurun drastis sementara angka pengguna Facebook bertambah setiap harinya. Secara definisi, Facebook tidak memunculkan ide orisinil. Bahkan, mungkin jika dibawa ke satu titik ekstrim, bisa dikategorikan sebagai tindakan plagiarisme. Bagaimana perusahaan ini bisa menutup masa kejayaan MySpace, dan Mark Zuckerberg, co-founder Facebook, bisa mempunyai nilai kekayaan sebanyak $34.8 milyar?


40

Menurut Sharin Yofitasari, alumni RMIT University yang sempat bekerja dengan Universal Music Indonesia, Vulture TV, dan MMTH Visual, tidak ada bentuk murni dari orisinalitas. “Setiap ide atau karya pasti terinspirasi dari hal lain. Mau itu terinspirasi dari karya orang lain atau terinspirasi dari alam," ujarnya. Lalu, apakah seluruh kreasi yang kita lakukan pada saat ini, bagaimanapun caranya kita berusaha untuk membuatnya seorisinil mungkin, tidak akan berbentuk otentik pada akhirnya? “Tentunya, sebuah karya tetap bisa dibilang ‘original’, namun saya percaya bahwa tidak ada ide atau karya yang seratus persen orisinil. [Banyak orang] sekarang terinspirasi, [menggabungkan] dan meng-edit material yang sudah ada untuk menciptakan sebuah hal yang baru. Which I think is fine, as long as you don’t rip off completely or copying obviously,” jawab Sharin. Arti dari kata ‘orisinil’ mungkin sudah berubah, namun manusia masih bisa mengubah ide tersebut menjadi ide ‘orisinil’ mereka dengan menambahkan kreativitas mereka ke dalam rumusan tersebut. Facebook berawal sama dengan MySpace, yaitu sebagai platform media sosial. Namun seiring waktu, Zuckerberg berani menerima ide-ide kreatif untuk dimasukkan ke situs tersebut. Penambahan application, mengintegrasikan servis online lainnya seperti email dan media sosial lainnya, dan juga penggunaan tombol ‘Like’, yang mampu mengembangkan situs kecil ini menjadi situs besar yang menghubungkan banyak manusia di seluruh penjuru dunia. Di dalam konteks dunia industri yang didalami Sharin, kreativitas dapat dikeluarkan dalam bentuk desain baik diatas kertas maupun dalam bentuk file komputer. Dia mengatakan bahwa proses mengekspresikan diri atau ide secara visual itu menyenangkan, dimana industri lain cenderung bersifat lebih ketat atau formal dalam mengekspresikan kreativitas. Namun, Sharin tetap mengatakan bahwa orisinalitas adalah hal yang penting untuk dimiliki setiap individu, terutama untuk seniman. “Seniman yang memiliki [orisinalitas] pasti memiliki keunikan tersendiri. Namun, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, tidak ada ide yang seratus persen orisinil. Jadi seniman yang punya keunikan tersendiri atau “[orisinalitas]”, berarti mereka telah terinspirasi halhal lain, [menggabungkan] beberapa hal itu dan menciptakan suatu kreasi baru dengan style-nya sendiri.” Konsep tersebut tidak hanya terikat dalam proses desain, tetapi dapat diaplikasikan juga dalam banyak hal lain, seperti bisnis, organisasi kemahasiswaan, organisasi masyarakat, bentuk pekerjaan lainnya, sampai ke cara belajar. Jadi, tunggu apa lagi? Mulailah berkreasi!



Teknologi, Manusia, dan Peradaban

Ditulis oleh Tauhid Nur Azhar, fotografi oleh Putu Dea Kartika Putra


43

Manusia adalah makhluk yang dilengkapi dengan kemampuan berpikir, membuat gagasan, dan juga menghasilkan inovasi yang menjadi solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi. Saat jumlah populasi mulai tumbuh dan koloni perlu saling bersinergi untuk bertahan hidup, manusia melahirkan bahasa untuk berkomunikasi dan membangun interaksi. Ternyata, interaksi tak selamanya menghasilkan sinergi, ada ekses yang bahkan bisa bersifat destruktif dan kontraproduktif. Oleh karena itu, manusia mengembangkan nilai, etika, budaya, dan norma. Kemudian, aturan sosial tersebut mengikat dan dipatuhi, melahirkan hukum. Di sisi lain, dengan jumlah populasi yang terus bertambah, manusia membutuhkan daya dukung hidup berupa ketersediaan pangan. Muncullah teknologi domestikasi, dimana hewan maupun tumbuhan menjadi sumber pangan sesuai kebutuhan dibudidayakan. Untuk itu, diperlukan lahan dan teknologi budidaya. Biji-bijian serealia, rumput-rumputan seperti Oryza sativa, sampai ayam, sapi, dan domba menjadi bagian tak terpisahkan dari rantai makanan manusia. Tak lama kemudian, teknologi logam untuk kegiatan pertanian lahir. Teknologi seperti sistem perairan beserta infrastrukturnya pun mengikuti. Manipulasi terhadap bentang alam mulai terjadi demi mengoptimasi tujuan. Sebagaimana tertera dalam prasasti Tugu, pada abad kelima, Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara telah membangun kanal irigasi dan air baku yang dinamai sodetan Candrabhaga dan Gomati. Saat ini, daerah tersebut merupakan kecamatan Koja, Jakarta Utara. Pembukaan lahan baru untuk pertanian dan peternakan yang disertai dengan pembangunan infrastruktur penunjang, melahirkan berbagai teknologi dasar dan terapan dalam bidang perencanaan dan konstruksi. Kini, kita bisa melihat jejaknya di berbagai petilasan yang sangat mengagumkan seperti di Machu Picchu, Candi Borobudur, sampai Piramida di Giza. Namun, ada hal sangat mendasar yang kemudian menjadi konsekuensi tak terelakkan dari berbagai inovasi berbasis teknologi ini. Apakah itu? Setiap solusi akan hadirkan dampak yang tak diinginkan. Majunya teknologi perkakas, permukiman, pertanian, peternakan, dan juga bahan pakaian dapat menghasilkan ledakan populasi yang jauh di luar perkiraan. Thomas Robert Malthus, anak Surrey yang kelak menjadi pendeta Anglikan, menulis esai berjudul An Essay on the Principle of Population pada tahun 1798. Ia memprediksi bahwa laju pertumbuhan populasi akan jauh lebih kencang dari kemampuan manusia untuk menyediakan kebutuhan pangan.


44

Ternyata, ramalan Malthus ini terbukti cukup akurat. Tidak hanya kebutuhan akan lahan dan pangan saja, manusia pada masa berikutnya akan terperangkap dalam jerat kebutuhan sumber daya. Semua itu pada gilirannya akan melahirkan konflik atas nama penguasaan sumber daya. Ironisnya, proses konflik itulah yang kemudian berkontribusi untuk melahirkan sistem dan teknologi baru yang menjadi bagian dari solusi. Optimasi dan efisiensi pemanfaatan sumber daya ini kemudian melahirkan revolusi industri. Industri transportasi pun lahir dari semangat eksplorasi untuk mengekspansi pendapatan sumber daya. Tentu saja, pencarian dan penggunaan sumbar daya tidak berhenti di sana. Perang menghadirkan kesempatan untuk memanfaatkan hidrokarbon, nitrat, sampai nuklir. Intensifikasi lahan ‘memaksa’ Haber-Bosch dari BASF untuk ‘memanen’ nitrogen dari udara demi memproduksi pupuk urea. Penjuru dunia, dengan bantuan dengan teknologi survei seismik dan geomagnetik, berbondong-bondong mencari minyak di satu titik. Lalu, sampailah kita pada era dimana dunia ‘mengecil’. Sempit, gaduh, dan penuh dengan dinamika beraroma kepentingan. Kerusakan alam mulai menggejala, pemanasan global menjadi nyata, cemaran pupuk, emisi gas buang, dan limbah berbahaya kini ada di manamana. Terumbu karang di Great Reef Barrier kian memutih, pantai-pantai utara Jerman menderita ledakan alga, hutan di Kalimantan menyusut secara perlahan. Di sisi lain berbagai kenyamanan yang dulu utopis, kini menjadi keniscayaan. AmsterdamJakarta cukup 13 jam saja. Bertatap muka lima benua bisa dilakukan sambil tertawa-tawa di warung kopi cap putri duyung di riuhnya kota. Ginjal rusak tinggal dicetak ulang dengan sel punca. Bahkan tukang sayur lapaknya pun multimedia. Jika boleh disimpulkan, pada hakikatnya solusi itu selalu sementara, akan ada masalah baru yang menyertainya. Inilah hunger games yang sesungguhnya, dimana manusia menjadi ‘hidup’ karena otaknya dipaksa untuk terus bekerja, tidak saja harus cerdas tapi juga harus bijaksana.

Dr. dr. Tauhid Nur Azhar, M.Si.Med, M.Kes, PhD. menempuh pendidikan S1 Universitas Diponegoro dan S2 Universitas Indonesia dan meraih kehormatan sebagai the best graduate from Diponegoro University post graduate program 2000 (cum laude with GPA 3.82). Tak lama setelah itu, pada 2001 Tauhid mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan program doktoral di Health Science Technology Harvard-MIT, dan menyelesaikan S3-nya di Medical Microbiology and Immunology di Fakulti Perubatan Universiti Kebangsaan Malaysia (2001). Tauhid adalah penulis lebih dari 30 buku sains populer, artikel ilmiah di beberapa jurnal sains di berbagai media, konseptor beberapa aplikasi seluler, dan pembimbing berbagai kejuaraan ICT. Selain sebagai anggota dari International Brain Research Organization (BRO), dan juga konsultan berbagai perusahaan dan institusi pendidikan, saat ini Tauhid berprofesi sebagai dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, dan ketua MD Project jurusan Informatika dan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung. Pembaca dapat menghubungi Tauhid melalui email tauhid.nurazhar@gmail.com



Potret Budaya Lokal dari Kota Senja, Teluk Arguni, Papua Barat Fotografi oleh Gede Mahendra Wijaya, teks oleh Syarif Odi Hamdi






Papua Barat secara umum masih bersifat begitu asing bagi banyak masyarakat Indonesia – jauh dari hiruk pikuk kota-kota besar di Jawa dan ibukota pulau-pulau lainnya, tenang di sisi lain negara kepulauan terbesar di muka bumi. Kaimana, rumah dari gelar “Kota Senja Indah”, terletak di sisi Teluk Arguni dan menyimpan lebih dari hanya sekedar inspirasi bagi lagu Surni Warkiman. Kaimana adalah tempat tinggal dari banyak penduduk Indonesia dan kisah-kisah mereka dalam menghidupi keseharian mereka, selain dari melanjutkan budaya dan tradisi orangtua mereka sebelumnya. Kabupaten tersebut mengawasi penduduknya dalam perjalanan mereka keluar rumah dan datang ke pesisir teluk, mendorong perahu dan jaring ikan di tangan. Beberapa dari mereka datang sendiri, dan beberapa dari mereka datang beramairamai, namun dengan niat yang sama. Saat matahari mulai beranjak ke atas langit, anakanak mulai bermain di pantai, kadang diawasi oleh orangtua mereka. Salah satu bentuk penghargaan warga Kaimana terhadap lingkungannya adalah tradisi buka sasi, yang berarti “membuka laut untuk diambil hasilnya”. Ritual ini berkaitan erat dengan agrikultur daerah ini yang berdasar dari perairan. Tradisi ini merupakan perwujudan dari pola pikir dan moral budaya lokal sasi nggama yang berarti “hasil laut tertentu hanya dapat diambil pada saat-saat tertentu saja”. Tradisi ini bukan hanya menanamkan pola pikir nonkonsumtif, tapi juga berguna sebagai praktek pelestarian alam. Dalam ritual buka sasi, baik laki-laki dan perempuan menyelam ke dalam laut dan memanen berbagai hasil laut, lalu ditutup dengan upacara berkumpul dan bergembira. Tentunya kita tidak harus selalu melihat figur-figur besar di kota metropolitan sebagai panutan. Mungkin warga lokal Kaimana, sebuah kabupaten di Papua Barat, dapat memberikan kita pelajaran mengenai kehidupan sederhana dan untuk selalu memberi kembali ke alam, dibandingkan dengan hanya mengambil.




Gede Mahendra Wijaya adalah lulusan ilmu dan teknologi kelautan IPB. Gede merupakan seorang peneliti junior di Institut Pertanian Bogor. Gede menyukai topik-topik sosial, budaya, dan lingkungan. Gede juga aktif dalam mengembangkan teknologi bioakustik untuk perikanan dan teknologi kelautan. Prestasi di bidang ini pernah diraih Gede dalam 104 inovasi Indonesia tahun 2012. Saat ini Gede merupakan Marine Mammal Observer di Quest Geophysical Asia. Selain itu, Gede juga sedang mempersiapkan untuk studi PhD di Strathclyde University.


POLITIK & HUKUM


“Global partnerships, Indonesia� Josh Estey (Department of Foreign Affairs and Trade Australia) (Creative Commons, https://www.flickr.com/photos/ dfataustralianaid/10698392453) Foto ini tidak diedit


57

Sirkus Bilateral Indonesia – Australia: Menjaga Komitmen dan Bersinergi dalam Kreasi Ditulis oleh Muhammad Arif


58

Kasus gembong narkoba Bali Nine telah memvonis eksekusi mati dua warga negara Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Di sisi Indonesia, kasus Bali Nine menjadi sebuah aksi ketegasan akan kedaulatan hukum Indonesia dan juga merefleksikan sikap pemerintahan Indonesia dalam perang melawan peradaran narkoba di NKRI. “Sikap kita jelas, aturan hukum kita tidak dapat di-intervensi,” ucap Presiden Jokowi merespon permintaan Tony Abbott selaku Perdana Menteri Australia untuk membatalkan eksekusi mati kedua warga negara Australia tersebut. Di lain sisi, Australia melihat kasus ini sebagai perlindungan hak kemanusiaan warga negara mereka. Tony Abbott melakukan diplomasi langsung via telepon kepada Presiden Jokowi untuk memohon memberi keringanan hukuman terhadap ke dua warga Negara Australia tersebut. Beberapa langkah diplomasi lainnya, seperti wacana “boikot Bali” dan evaluasi sinergi Indonesia–Australia telah menjadi kekuatan diplomasi dari pihak pemerintah Australia. Kasus ini telah menambah runtutan pasang surut hubungan bilateral Indonesia– Australia, setelah beberapa kasus penting seperti Bom Bali I, II dan kasus sadap oleh inteligensi Australia terhadap mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Melihat dari sejarah, hubungan bilateral Indonesia–Australia sudah terjalin lama sejak kemerdekaan Indonesia. Australia adalah salah satu negara pertama di dunia yang mengakui hak kemerdekaan Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, Indonesia–Australia mengalami pasang surut hubungan bilateral yang dikarenakan perbedaan sistem politik, keadaan sosial, ekonomi dan kebudayaan. Namun, fakta geografis menunjukkan kedua negara adalah negara bertetangga yang mendorong agar kedua belah pihak memiliki integrasi dan kerjasama yang kondusif untuk menjaga stabilitas kawasan. Ada perlu nya kerjasama demi keamanan dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah Indonesia dan Australia telah menandatangani “The Lombok Treaty”, yakni perjanjian kerangka kerjasama keamanan (Agreement between the Republic of Indonesia and Australia on the Framework for Security Cooperation) pada tanggal 13 November 2006, Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Perjanjian ini mempunyai arti penting dalam mempererat hubungan bilateral kedua Negara yang memuat prinsip dasar pelaksanaan kerjasama antara Indonesia – Australia. Prinsip yang tertera dalam perjanjian ini antara lain mengedepankan kerjasama yang mengutamakan kesetaraan dan saling menguntungkan. Lalu, menghargai kedaulatan, integritas wilayah, kesatuan nasional dan kemerdekaan politik. Mengacu terhadap prinsip dari perjanjian ini, Indonesia memiliki delik yang kuat atas konsistensi sikap hukum terhadap vonis eksekusi mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.


“LOMBOK plaque” Josh Estey (Department of Foreign Affairs and Trade Australia) (Creative Commons, https://www.flickr.com/photos/dfataustralia naid/10708612205) Foto ini tidak diedit


60

Apa yang dilakukan Indonesia adalah menjaga konsistensi komitmen yang telah di sepakati dalam kerangka kerjasama dalam bidang keamanan bersama dengan Australia. Ketegasan pemerintah Indonesia melawan peredaran narkoba dan menjaga integritas wilayah diharapkan dapat diterima pemerintah Australia untuk menghargai kedaulatan Indonesia sesuai dengan kesamaan prinsip yang tertera dalam perjanjian kerjasama tersebut. Dan yang diharapkan adalah bagaimana kedua negara dapat bersikap konsisten menggunakan prinsip yang sudah bersama dibuat untuk menanggapi kasus Bali Nine ini, ataupun konflik bilateral serupa di masa mendatang. Di lain sisi, masih terlihat banyak kesenjangan hubungan antara Indonesia–Australia yang belum dijamah oleh kedua belah pihak. Perbedaan terbesar adalah budaya. Indonesia dan Australia sebagai negara bertetangga memiliki struktur budaya yang amat berbeda, dengan berbagai macam varian budaya di dalamnya. Budaya dapat menjadi sebuah wadah untuk Indonesia dan Australia saling berinteraksi dan mengenal satu sama lain. Hubungan bilateral Indonesia–Australia terbelenggu oleh fokus yang berlebih di skala pemerintahan, dan kadang kita lupa bahwa sebagai negara bertetangga, masyarakat menjadi ujung tombak relasi antar negara. Berdasarkan statistik, salah satu ujung tombak relasi Indonesia–Australia adalah pelajar. Besarnya populasi pelajar Indonesia di Australia, menjadikan mereka personal ambassadors bagi Indonesia. Ruang lingkup dan jangkauan pelajar Indonesia untuk berinteraksi kepada masyarakat Australia sangat besar dan cenderung fleksibel. Ruang integrasi antara pelajar Indonesia dan Australia untuk membuat kreasi bersama menjadi titik vital dalam tercipta nya pemahaman budaya secara bilateral. Dengan adanya organisasi perhimpunan pelajar, budaya dan organisasi antar negara (Indonesia–Australia), hubungan antar masyarakat akan tercipta seiring dengan proses yang terjadi di dalam organisasi atau ruang intergrasi tersebut. Pemahaman budaya bisa berarti pemahaman etika kerja, sosiologi, cara pandang dan berbagai macam perspektif fundamental lainnya. Apabila kesenjangan ini dapat di persempit, diharapkan tensi yang ada antara pemerintah Indonesia dan Australia dapat berkurang dan masyarakat selaku elemen fundamental dalam hubungan bernegara dapat melihat sebuah permasalahan bilateral dengan kacamata yang sama karena ada nya pemahaman antar budaya. Mengutip kembali pepatah lama “tak kenal maka tak sayang”, dengan kunci sinergi dalam kreasi (budaya), diharapkan komitmen bilateral dapat dijaga dan stabilitas wilayah menjadi kondusif secara kepemerintahan maupun secara fundamental yaitu, masyarakat.

Muhammad Arif sedang menempuh pendidikan S1nya di University of Melbourne, Australia, dalam bidang Media and Communication & Politics and International Studies. Ia juga menjabat sebagai Ketua ASCA (ASEAN Student Council in Australia) 2014/2015 dan sebagai Wakil Eksternal dalam kepengurusan PPIA Victoria 2014/2015. Selain kedua organisasi ini, ia juga sibuk mengelola Fresher Globe; sebuah media konten berbasis online yang ditujukan kepada para Generasi - Y (Millenials). Arif dapat dikontak di: arif@fresherglobe.com


61

"Seratus Hari" Jokowi Ditulis oleh Agung Wasono


62

Judul artikel singkat ini sengaja tidak membubuhkan nama Jusuf Kalla (JK) sehingga menjadi “Seratus Hari Jokowi–JK�, karena selain pusat perhatian publik baik sebelum maupun sesudah Pemilu 2014 fokus ke Jokowi, peran JK sepertinya tidak terlalu signifikan dalam 100 hari pemerintahan Jokowi ini. Entah apa yang membuatnya demikian, padahal di era Susilo Bambang Yudhoyono, JK sangat aktif dan menyedot perhatian yang sama besarnya dengan SBY kala itu. Tidak terlalu jelas dari mana angka seratus ini bisa menjadi salah satu alat ukur keberhasilan sebuah pemerintahan yang dirancang untuk jangka waktu lima tahun. Kita tidak perlu ketat pada hitungan seratus hari itu, karena toh belum ada sandarannya secara metodologi. Selain itu, karena Jokowi dilantik menjadi Presiden pada tanggal 20 Oktober 2014, maka seratus hari Jokowi sudah jatuh pada tanggal 27 Januari 2015 yang lalu. Seratus hari memang terlalu singkat untuk menilai berhasil atau tidaknya sebuah pemerintahan, tetapi dalam waktu seratus hari itulah sebenarnya masyarakat bisa melihat beberapa pondasi yang dibangun Jokowi untuk menjalankan roda pemerintahannya lima tahun ke depan. Pada masa awal pemerintahannya, Jokowi menghabiskan waktunya untuk mendesain komposisi kementerian dan kabinet dan juga menyiapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk lima tahun kedepan (2015– 2019). Sampai saat ini, setidaknya ada beberapa indikator yang bisa kita analisis untuk memberikan penilaian apakah pemerintahan Jokowi ini berada di jalur yang benar atau justru sedang melenceng jauh dari janji semasa kampanye. Janji atau visi-misi ketika kampanye menjadi penting karena itulah yang harus mampu dipenuhi dan menjadi program kerja seluruh kementerian atau lembaga yang dituangkan dalam RPJMN. Kabinet Kerja Jokowi pada beberapa kesempatan kampanye berjanji akan menyusun kabinet kerja dan bukan bagi-bagi kursi ke partai politik. Meskipun demikian, apabila kita lihat komposisi kabinet di 34 kementerian, maka kita bisa melihat bahwa representasi partai politik cukup dominan dengan 16 orang dari partai dan 18 orang dari kalangan profesional. Sementara kalau dilihat lebih teliti, sebenarnya ada 20 menteri profesional , 14 partai yang merupakan kader dan rekomendasi partai politik. Meski demikian, ada hal baru yang dilakukan Jokowi dalam rangka memberikan jaminan agar kabinetnya diisi orang-orang yang bersih. Jokowi bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melakukan pemeriksaan terhadap nama-nama calon menteri, dan akibatnya delapan calon menteri batal dilantik karena diduga melakukan korupsi dan berpotensi menjadi tersangka. Bahkan cara a la Jokowi ini bisa dilembagakan dan menjadi norma baru dalam pengangkatan posisi-posisi penting di pemerintahan.


“Jokowi blusukan� Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Wikimedia Commons: http://commons. wikimedia.org/wiki/File:Jokowi_blusukan. jpg#filelinks) Foto ini tidak diedit



65

Reformasi Birokrasi Meski tidak mudah untuk dilakukan, tetapi Jokowi berhasil melakukan beberapa perombakan di kementerian dengan melakukan peleburan beberapa kementerian dan badan seperti penggabungan Kementerian Riset dan Teknologi dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Dasar Menengah dan Kebudayaan, Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Penggabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), peleburan Badan REDD+ dan Dewan Nasional Perubahan Iklim dibawah KLHK, juga pembubaran kantor-kantor khusus yang dibentuk pada masa pemerintahan SBY. Hal ini merupakan langkah positif karena akan berdampak pada efisiensi anggaran pemerintah dan juga efektifitas kerja masing-masing sektor. RPJMN Menyimpang dari Nawa Cita Nawa Cita atau Sembilan Agenda Prioritas yang menjadi visi-misi Jokowi seharusnya menjadi panduan utama dalam penyusunan RPJMN. Kesembilan program strategis tersebut adalah: (1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara (2), Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya (3), Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan (4), Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya (5), Meningkatkan kualitas hidup manusia rakyat Indonesia (6), Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional (7), Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestikdomestik (8), Melakukan revolusi karakter bangsa (9), Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Apabila dibaca lebih jauh, Nawa Cita juga sudah mempunyai target dan indikatornya masing-masing. Namun sayang, Nawa Cita yang hampir sempurna sebagai sebuah janji politik tidak mampu menjadi dokumen perencanaan pembangunan lima tahun ke depan.


66

Dalam beberapa forum presentasi dan diskusi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan Koalisi Masyarakat Sipil Pengawal Nawa Cita, sebuah koalisi bersifat sukarela yang terbentuk dari berbagai individu, akademisi dan Lembaga Swadaya Masyarakat, pada Desember 2014, Koalisi menyampaikan beberapa temuan bahwa rancangan RPJMN menyimpang dari Nawa Cita. Namun dalam pertemuan tanggal 29 Desember 2014, Bappenas menyatakan bahwa Nawa Cita terlalu ambisius dan tidak realistis dilaksanakan sehingga target sengaja diturunkan. Hal ini tentu menyalahi norma bahwa seluruh Kementerian, termasuk Bappenas, mempunyai tanggung jawab untuk membantu presiden mewujudkan visi-misinya, karena itulah esensi dari dilaksanakannya Pemilihan Umum. Beberapa janji Jokowi dalam Nawa Cita yang akhirnya kandas dalam perencanaan pembangunan nasional itu diantaranya yakni: target pengurangan ketimpangan dengan gini rasio 0..30, pengurangan impor bahan baku 5% per tahun, rasio pajak 16% terhadap GDP, target penurunan kematian ibu dan anak sampai 102:100.000, wajib belajar 12 tahun, pendidikan gratis, dan target gizi buruk sebesar 0%. Hal lain yang nampaknya belum berada di jalur yang tepat adalah janji melakukan reformasi Polri, penguatan peran KPK dan Negara yang hadir untuk menuntaskan agenda perang terhadap Korupsi. Pada awal Februari 2015, Indonesia Beragam, sebuah aliansi yang terdiri dari 143 organisasi perempuan, juga mengeluarkan rapor merah sebagai penilaian kinerja 100 hari Jokowi– JK yang menandakan bahwa arah pemerintahan Jokowi cenderung melenceng dari Nawa Cita. New Kids on the Block Pada diskusi yang sering diadakan oleh koalisi pengawal Nawa Cita, kesimpulan yang muncul adalah Jokowi saat ini dilumpuhkan oleh para eselon 1 yang masih status quo di beberapa kementerian. Pelumpuhan tersebut sangat mungkin terjadi karena menterimenteri Jokowi banyak yang merupakan orang baru dan awam di pemerintahan. Bahkan beberapa orang menyebut mereka sebagai new kids on the block. Menteri-menteri ini tidak mempunyai kekuatan untuk melakukan konsolidasi ke dalam institusinya masing-masing. Hal lain adalah terjadinya distorsi informasi dan instruksi dari Presiden–Menteri–Eselon 1–Eselon 2–Eselon 3 dan seterusnya, yang mengakibatkan rencana strategis kementerian atau lembaga seringkali tidak sesuai dengan visi-misi presiden.


“Pelantikan Presiden Terpilih Joko Widodo -- M. Jusuf Kalla� Yulian Hendriyana (Creative Commons: https://www.flickr.com/ photos/yulianfh/15398184098) Foto ini tidak diedit


68

Indonesia bukan Solo Ekspektasi publik yang tinggi terhadap Jokowi yang dikenal sebagai Walikota Solo yang sukses karena pendekatan sosial kemasyarakatannya ternyata tidak terpenuhi dengan baik. Salah satu prestasinya sebagai walikota yang paling fenomenal adalah memindahkan lebih dari 900 pedagang dari Taman Banjarsari ke Pasar Klithikan tanpa protes berlebih, bahkan acara perpindahan pedagang dirayakan dengan pawai budaya. Namun, ‘diplomasi meja makan’ yang dilakukan Jokowi kala itu adalah diplomasi jangka panjang, karena Jokowi mengaku mengundang para PKL itu untuk makan bersama lebih dari 50 kali. Berbeda dengan Solo, masalah yang dihadapi di Indonesia lebih kompleks dan membutuhkan penanganan dengan segera. Namun, Jokowi sepertinya masih menggunakan strategi ‘alon-alon waton klakon’ atau biar lambat asal selamat. Kasus yang masih panas adalah konflik kelembagaan yang terjadi antara KPK dengan Polri. Konflik lembaga ini menjadi ujian kepemimpinan Jokowi, namun sikap Jokowi yang tidak tegas dan cenderung tidak mempunyai solusi membuktikan bahwa Jokowi memang belum mampu mengimbangi dinamika yang begitu cepat terjadi di tingkat nasional dan cenderung tunduk pada kekuatan oligarki di sekitarnya. Kembali ke Nawa Cita Satu-satunya cara yang harusnya dilakukan Jokowi adalah kembali kepada janji-janji politiknya ketika kampanye. Janji-janji itulah yang telah membuat puluhan barisan relawan bekerja untuk kemenangan Jokowi pada Pemilu 2014 dan membuatnya memang pemilu. Salah satu jargon Nawa Cita adalah “negara yang hadir” dalam setiap problem yang dihadapi bangsa ini baik itu sosial, politik, ekonomi, budaya, kemaritiman, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Selain itu, penting bagi Jokowi untuk tidak tunduk pada kepentingan oligarki atau kelompok pemburu rente. Jokowi perlu mengingat bahwa sebagai Presiden dirinya dipilih oleh rakyat bukan dengan cek kosong, tetapi ada mandat yang harus dilaksanakan.

Agung Wasono adalah Direktur Eksekutif di LANSKAP Indonesia (Lembaga Analisis Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik), dan sebelumnya adalah Program Manager di Partnership for Governance Reform (NGO di Jakarta). Agung lulus dari Fakultas Syariah dan Hukum di UIN Yogyakarta, Pro Poor Integrity di Central European University (CEU) Budapest Hungary, Magister Perencanaan Kebijakan Publik di Universitas Indonesia, dan saat ini sedang kuliah di UNSW. Agung juga aktif sebagai Anggota Koalisi Masyarakat Sipil Pengawal Nawa Cita, Mantan Koordinator Nasional Pemantau Pemilu 2014 (Kemitraan, terakreditasi di KPU). Kontak: agung.wasono@gmail.com | Twitter: @agungwasono


69

Sekilas Tentang Kedudukan dan Perkembangan Pidana Mati dalam Hukum Ditulis oleh Muhammad Taufan, ilustrasi oleh Sylvia Leo

Muhammad Taufan, atau yang biasa dipanggil Taufan adalah kandidat PhD di School of Law, Flinders University, Adelaide dan merupakan anggota Australia-New Zealand Society of International Law (ANZSIL). Taufan menyelesaikan pendidikan S2 di IMO-International Maritime Law Institute, Malta pada tahun 2012 dan di Universitas Indonesia pada tahun 2010. Dengan sederet pengalaman organisasi Taufan di Indonesia dan Australia, seperti menjadi wakil Ketua PPI South Australia, mengepalai divisi Akademik PPIA Flinders University, menjadi Ketua KPPSLN Pilpres South Australia, Director of Volunteer-Indofest 2014, dan juga menjadi anggota Group Kesenian Singo Sarjono dan Rebana Al Musafir di Adelaide, Taufan diamanahkan untuk menjadi Wakil Ketua Umum PPI Australia 2014-2015. Taufan dapat dikontak di: muhammad.taufan@ppi-australia.org


70

Dalam hukum Indonesia, pidana mati hingga saat ini masih berlaku dan dianggap sebagai ultimum remedium, yakni hukuman paling tinggi yang dapat diterapkan bagi suatu tindak pidana manakala unsur-unsurnya telah terpenuhi. Pidana mati diyakini merupakan salah satu hukuman pokok yang dapat dijatuhkan berdasarkan peraturan perundang-undangan (contoh KUHP) dan keyakinan hakim. Jenis-jenis tindak kejahatan yang diancam pidana mati, antara lain: 1. Makar dengan maksud membunuh Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 104 KUHP); 2. Melakukan hubungan dengan negara asing sehingga terjadi perang (Pasal 111 ayat (2) KUHP); 3. Pengkhianatan memberitahukan kepada musuh diwaktu perang (Pasal 124 bis KUHP); 4. Menghasut dan memudahkan terjadinya huru-hara (Pasal 124 bis KUHP); 5. Pembunuhan berencana terhadap kepala negara sahabat (Pasal 140 ayat (3) KUHP); 6. Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP); 7. Pencurian dengan kekerasan secara bersekutu mengakibatkan luka berat atau mati (Pasal 365 ayat (4) KUHP); 8. Pembajakan di laut yang menyebabkan kematian (Pasal 444 KUHP), dan 9. Kejahatan penerbangan dan sarana penerbangan (Pasal 149 K ayat (2), Pasal 149 O ayat (2) KUHP). Adapun contoh ancaman pidana mati yang terdapat di luar KUHP (tindak pidana khusus) yakni antara lain: 1. Tindak Pidana tentang Senjata Api, Amunisi, atau sesuatu Bahan Peledak (UU No. 12/ DRT/1951); 2. Tindak Pidana Ekonomi (UU No. 7/DRT/1955); 3. Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika (UU No. 22/1997 dan UU No. 5/1997), dan 4. Tindak Pidana Terorisme (Perpu No. 1 Tahun 2002). Dalam perkembangannya, keberadaan pidana mati tersebut, khususnya yang terdapat pada UU No. 22/1997 tentang Narkotika, pernah dilakukan uji materiil keabsahannya ke Mahkamah Konstitusi (MK). Namun demikian, sejak dikeluarkannya Putusan MK atas gugatan terhadap penerapan mati dalam UU tersebut,maka keberlakuan pidana mati di Indonesia semakin kuat secara hukum (legal). Lebih lanjut, saat ini kita juga mengetahui bahwa tengah dilakukan pembaharuan hukum pidana nasional yang telah dimulai sejak lama, meskipun demikian diperkirakan usaha pembaharuan tersebut belum akan mencapai hasil besar dalam waktu dekat, mengingat tarik ulur kepentingan baik politik maupun hukum yang tidak kunjung selesai, dan juga terkait dengan rumit/banyaknya hal-hal yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang baru.


71

Pembaharuan tersebut utamanya adalah dengan melakukan penyusunan KUHP dan KUHAP yang baru. Memperhatikan penyusunan konsep rancangan KUHP yang baru, tampaknya para penyusun rancangan tersebut, yang melibatkan unsur-unsur pemerintah, legislatif, akademisi dan masyarakat, masih tetap mempertahankan keberadaan pidana mati dengan segala penyesuaian yang ada. Hal tersebut, baik keputusan mempertahankan dan juga penyesuaian, dilakukan setelah mempertimbangkan kajian-kajian serta kepentingan/ pendapat yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai hasilnya, meskipun pidana mati tetap berlaku namun sifatnya telah berubah dari pidana pokok menjadi pidana khusus (eksepsional). Dalam Pasal 63 konsep RKUHP tahun 2004 ditegaskan bahwa “Pidana mati merupakan pidana pokok yang bersifat khusus dan selalu diancamkan secara alternatif �. Adapun, Pasal 87 rancangan RKUHP menjelaskan “jika permohonan grasi terpidana mati ditolak dan pidana mati tidak dilaksanakan selama 10 (sepuluh) tahun bukan karena terpidana melarikan diri, maka pidana tersebut dapat diubah menjadi pidana seumur hidup dengan Keputusan Presiden�. Ke depan, dapat diperkirakan bahwa diskursus tentang penerapan pidana mati di Indonesia akan terus ada, termasuk di antara para praktisi dan pemikir hukum sendiri. Posisi pro dan kontra masing-masing memiliki argumentasinya yang umumnya berkisar tentang hak hidup seseorang yang bersifat non derogable rights (tidak bisa dikesampingkan), dan unsur keadilan dalam masyarakat secara luas. Para pemikir hukum seperti Van Bemmelen, Ernest BowenRowlands, Polak, Roeslan Saleh dan J. E. Sahetappy berpendapat bahwa pidana mati tidak perlu diterapkan, diantaranya karena bersifat destruktif dan diragukan keefektifannya. Di lain pihak, academia seperti Lombrosso dan Garofalo, Bismar Siregar, Oemar Seno Adji, dan Hartawi A. M. mendukung penerapan pidana mati karena adanya keperluan untuk menanggulangi kejahatan luar biasa, dan untuk perlindungan masyarakat (sosial). Dalam kesempatan ini, penulis berpendapat bahwa keberadaan pidana mati dalam sistem hukum Indonesia masih perlu dan relevan. Hal ini didasarkan atas legalitas dan keselarasan dengan UUD 1945, atau dengan kata lain hukuman mati telah sesuai dengan konstitusi. Pandangan ini juga sejalan dengan keputusan MK No. 2-3/PUU-V/2007. Pada intinya dalam keputusan tersebut, Mahkamah memutuskan menolak secara keseluruhan permohonan penghapusan pidana mati pada UU Narkotika. Keputusan itu diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan, antara lain, bahwa penerapan hukuman mati tidak bertentangan dengan UUD 1945, khususnya Pasal 28A dan Pasal 28I ayat (1) tentang hak untuk hidup, dan hukuman tersebut sesuai dengan aspek keadilan sosial (masyarakat). Diuraikan dalam keputusan di atas bahwa, pertama, hak untuk hidup, dalam kaitannya dengan penerapan hukuman mati bagi pelaku kejahatan tertentu, harus juga dilihat dari sudut pandang korban kejahatan tersebut, dan juga masyarakat luas agar memenuhi rasa keadilan, sehingga tidak semata-mata hak untuk hidup pelaku kejahatan. Oleh karena itu, penerapan hukuman mati perlu dilihat sebagai upaya mengembalikan keadilan di tengah masyarakat, khususnya di tempat (negara) suatu kejahatan tersebut dilakukan.



73

Berikutnya, dijelaskan pula terkait dengan Pasal 28A dan 28I ayat (1) UUD 1945, bahwa berdasarkan sejarah penyusunan Pasal 28I (dengan rujukan Ketetapan MPR Nomor XVII/ MPR/1998), Pasal tersebut memiliki spirit penerapan HAM yang bukan tanpa batas (tidak absolut). Dengan dasar inilah kemudian terdapat Pasal 28J yang menegaskan kewajiban untuk menjalankan HAM dengan bertanggung jawab (pembatasan). “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memnuhi tuntutan yang adil serta sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis�. Selain itu, didiskusikan pula, dalam Keputusan tersebut, keterkaitan penerapan hukuman mati di Indonesia dengan Konvensi Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (ICCPR), serta trend penerapan hukuman mati di dunia yang cenderung menurun. Atas kedua hal tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa ICCPR tidak melarang secara keseluruhan penerapan pidana mati di suatu negara (Pasal 6 ayat (2) ICCPR), dan mengenai tren moratorium hukuman mati di negara-negara lain adalah bukan sebagai faktor utama yang dapat mempengaruhi/menentukan sah atau tidaknya pidana mati di Indonesia. Mengingat keterbatasan yang ada, penulis hanya dapat menyampaikan apa yang menjadi pokok-pokok pandangan MK dalam kaitannya dengan kasus tersebut. Secara lebih lengkap, para pembaca dapat mengetahui tentang argumentasi baik para pihak yang menolak ataupun mendukung pidana mati dalam risalah keputusan MK di atas. Sebagai penutup, penulis juga menggaris bawahi bahwa penerapan hukum (positif) harus sebisa mungkin memenuhi rasa keadilan baik pelaku tindak kejahatan, korban dan masyarakat umum. Di saat yang sama, hukum juga tidak boleh terlepas dari konteks waktu dan ruang, sehingga penting untuk memperhatikan perkembangan atau dinamika sosial yang terjadi. Oleh karena itu, dalam kasus pidana mati, saat ini tengah diajukan perubahan dari sifatnya sebagai pidana pokok menjadi pidana alternatif. Semoga dengan adanya sedikit ulasan terkait kedudukan dan perkembangan pidana mati dalam sistem hukum Indonesia ini, dapat memberikan gambaran serta informasi kepada para pembaca tentang suatu isu yang saat ini sedang ramai diperbincangkan, khususnya di Australia.


74

Opini : Masyarakat Korupsi < Masyarakat Anti Korupsi Ditulis oleh Puteri Anetta Komarudin, fotografi oleh Putu Dea Kartika Putra


75

Konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang mengawali tahun 2015 ini adalah sebuah catatan kelam bagi para penegak hukum yang seharusnya berada di garis depan pemberantasan korupsi. Perseteruan ini berlanjut dengan dilema hukum antara Presiden Jokowi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai penunjukan Kepala Polri. Perdebatan ini (lagi-lagi) menjadi tontonan publik dan membuat masyarakat mempertanyakan kesanggupan pemerintah dalam menanggulangi korupsi – seringkali para politisi dan penegak hukum yang berkoarkoar mengenai pemberantasan korupsi berakhir sebagai tersangka. Sebut saja kasus pemalsuan dokumen administrasi kependudukan dengan terlapor Feriyani Lim, yang melibatkan Ketua KPK, Abraham Samad, seorang tokoh yang mestinya berada di garis depan pemberantasan korupsi. Abraham Samad ditetapkan sebagai tersangka karena diduga telah memasukkan identitas Feriyani ke dalam Kartu Keluarga-nya, meski banyak pihak yang menduga bahwa penetapan Abraham Samad sarat dengan campur tangan pihak kepolisian yang sedang berseteru dengan KPK. Belum lagi pencalonan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri, yang mengawali konflik KPK-Polri karena Budi Gunawan terbukti mempunyai rekening “gendut” yang diduga berasal dari korupsi. Belum lagi jumlah kasus suap para hakim pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor) dan masih banyak kasus lainnya. Daftar panjang ini membuktikan bahwa para pemberantas korupsi pun bisa terseret kasus korupsi dan terbawa arus dalam sistem yang korup. Korupsi di Indonesia bisa dikategorikan sebagai penyakit sosial. Sebagian besar penduduknya, dari berbagai lapisan masyarakat, pernah menjadi pelaku korupsi, dari yang jumlahnya puluhan ribu hingga ratusan milyar rupiah. Menurut data dari Indonesian Corruption Watch (ICW), di semester pertama 2014, tercatat total kerugian negara secara keseluruhan mencapai 3,7 triliun rupiah. Kerugian ini berasal dari, diantaranya, penyalahgunaan anggaran (jenis kasus terbanyak pada periode tersebut), kasus modus laporan fiktif dan kasus penggelapan. Tentu kerugian uang ini tidak sebanding dengan demoralisasi para masyarakat, terutama generasi muda, yang melihat para pemimpinnya menyalahgunakan jabatan dan berebut kekuasaan serta uang. “Mau dibawa kemana bangsa ini?” merupakan pertanyaan yang selalu terlintas di benak masyarakat Indonesia. Bung Karno pernah berkata bahwa “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri.” Dalam hal ini, seharusnya kita teringat kepada faktor utama penyebab krisis moneter di tahun 1998, yang tak lain adalah korupsi. Ambang kebangkrutan bangsa yang diakhiri dengan suntikan dana dari Dana Moneter Internasional (IMF). Pembelajaran akan efek negatif dari krisis moneter terhadap pembangunan Indonesia, terhadap sektor ekonomi, politik, hubungan internasional, dan masih banyak sektor lainnya seperti tidak cukup untuk menghentikan tangan-tangan jahil para pelaku korupsi. Rendahnya moralitas dan rasa malu hanya berujung kepada kerakusan dan penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan sendiri – sifat yang merujuk pada artian dari kata korupsi itu sendiri.


76

Menurut Amien Rais, salah satu tokoh reformasi Indonesia, seperti dikutip dalam buku Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu (1) korupsi ekstortif, atau korupsi berupa “uang pelicin� dari para pengusaha kepada pemerintah, (2) korupsi manipulatif, atau permintaan dari para aktor ekonomi kepada aktor eksekutif atau legislatif untuk membuat undangundang yang menguntungkan usaha ekonominya, (3) korupsi nepotistik, yaitu korupsi yang disebabkan oleh ikatan kekeluargaan dan pertemanan dan (4) korupsi subversif, yaitu penyalahgunaan kewenangan untuk mengambil kekayaan negara dan menyerahkannya kepada pihak asing dengan imbalan untuk pribadi. Untuk keempat kategori yang telah disebutkan diatas, tidak terhitung jumlah kasus yang telah diadili maupun yang sedang dalam proses di pengadilan. Yang saya ingin garisbawahi disini adalah tindakan-tindakan sehari-hari yang sering kita lihat atau pernah lakukan. Salah satu contoh paling nyata dari korupsi kategori pertama, ekstortif, adalah memberikan uang pelicin kepada petugas kelurahan untuk pembuatan Kartu Tanda Pengenal, Kartu Keluarga, akta kelahiran dan akta kematian. Seharusnya pengurusan dokumen-dokumen tersebut tidak dipungut biaya, sesuai hasil dari revisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan (efektif mulai 1 Januari 2014). Meski begitu, banyak petugas administratif yang masih memungut biaya dengan jaminan proses pengurusan yang cepat dan tidak harus mengantri. Banyak warga yang akhirnya memilih untuk memberikan uang pelicin yang beragam besarnya agar tidak dipersulit para petugas. Bahkan berdasarkan pengalaman dari seorang teman, banyak petugas di kelurahan yang menjadi calo dan menyediakan jasa “antar jemput�. Jasa ini meliputi proses pengambilan data dan foto untuk KTP dirumah warga yang bersangkutan, sehingga mereka tidak harus mengantri di kantor kelurahan, sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Tentu jasa ini tidak gratis, dan biaya yang dipungut bisa mencapai jutaan rupiah. Ketika praktek ini berlanjut, warga yang selalu mengeskpresikan kekecewaannya mengenai korupsi secara langsung menjadi pendukung tindak korupsi sekaligus pelaku. Tabiat seperti ini mungkin tidak kita sadari, atau tidak mau ambil pusing karena dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak membahayakan orang-orang di sekitar. Apabila dokumen yang sifatnya administratif penduduk saja memerlukan uang pelicin, bisa dibayangkan dokumen-dokumen lain yang apabila disalahgunakan bisa merugikan orang banyak, seperti dokumen pajak dan sertifikat tanah.


"Korupsi Waktu"


78

Salah satu janji kampanye Presiden Jokowi adalah untuk mengimplementasikan program revolusi mental. Pemimpin yang efektif dan mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya adalah salah satu faktor penting dalam usaha pemberantasan korupsi. Meskipun akhirnya, program ini mengundang kontroversi dikarenakan proposal anggaran yang mencapai 149 miliar rupiah untuk membuat program dan sosialiasi yang meliputi pembuatan iklan, film dan dialog publik, dan distribusi ke beberapa kementerian, diantaranya Kementerian Agama, Kementerian Sosial, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dana sebesar ini akan bisa efektif apabila tidak ada politik transaksional dan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Tentu kita tidak tahu apa yang akan terjadi apabila anggaran dana ini disetujui oleh DPR dan tidak ada tranparansi dari pemerintah mengenai penggunaannya. Lagi-lagi rakyat harus menebak-nebak. Yang lebih penting, kita juga harus ingat bahwa pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Mari kita renungkan, apakah perilaku kita sehari-hari bisa dikategorikan bersih dan jauh dari korupsi? Karena itu, saya yakin, generasi muda Indonesia akan berperan penting dalam mewujudkan Indonesia yang bersih, makmur dan terdidik. Generasi muda yang mampu dan kreatif untuk memperbaiki sistem yang sudah ada. Tentu saja apa yang terjadi di pemerintahan saat ini masih di luar kuasa kita, para calon pemimpin Indonesia. Tetapi yakinlah bahwa sebuah usaha kecil yang berkelanjutan bisa membawa dampak yang besar di kemudian hari. Revolusi mental tentu bisa dimulai dari diri sendiri, tanpa dipungut biaya. Salah satu sasaran untuk revolusi mental adalah budaya – menciptakan budaya kerja yang lebih disiplin dan bertanggung jawab, sesuai dengan pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, pendidikan berbudi pekerti luhur, dan pendidikan demokrasi dan sadar hukum. Revolusi ini bisa kita terapkan kepada diri sendiri melalui penerapan pendidikan dan kedisiplinan untuk tidak terbawa arus. Selama ini, tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan yang kita dapat di sekolah ditekankan dengan konsep teori dan bukan praktek. Apabila kita menerapkan pendidikan-pendidikan tersebut dalam perilaku sehari-hari, tentu dapat memantapkan pandangan anti-korupsi. Sekiranya ketika godaan untuk berkorupsi datang, walaupun berskala ringan seperti uang pelicin untuk KTP, kita bisa membayangkan dampak negatif yang akan terjadi dan kerugian yang orang lain alami karena tindakan tersebut. Rasa empati perlu kita tunjukkan kepada saudara-saudara kita, 27,73 juta penduduk yang masih berada di garis kemiskinan (Badan Pusat Statistik), para warga yang menjadi korban dari pelaku-pelaku korupsi yang hanya mengedepankan keuntungan dirinya sendiri.


79

Selain itu, gerakan anti-korupsi melalui dunia kreatif yang digawangi oleh KPK di tahun 2014 adalah metode lain yang bisa dilakukan kita, para pemuda. Beberapa kegiatannya adalah pemutaran film-film bertema anti-korupsi (Anti-Corruption Film Festival), seminar, workshop Video Citizen Journalism dan juga kompetisi film kreatif serta pembuatan iklan/ media kreatif yang bisa menyampaikan pesan anti-korupsi. Dengan dimulainya gerakan ini, kita bisa melanjutkan apa yang sudah dilakukan KPK dengan berkreasi sesuai kemampuan masing-masing. Kita harus ingat bahwa people power atau kekuatan rakyatlah yang mengantarkan Presiden Jokowi ke istana – dengan begitu, kita mempunyai harapan bahwa kekuatan yang sama bisa mengantarkan Indonesia menjadi bersih dari korupsi. Kontribusi beragam dalam bentuk lagu-lagu dan puisi, lelucon, teater dan atraksi jalanan, atau dongeng kepada anak-anak juga dilakukan oleh Future Leader for Anti-Corruption, organisasi gabungan dari sejumlah universitas ternama di seluruh tanah air. Penanaman nilai-nilai anti-korupsi harus dimulai sejak dini, dan ini bukan hanya tanggung jawab para pendidik tetapi juga kita sebagai warga terdidik. Menaati hukum adalah istilah yang rasanya asing untuk kita. Berbagai pelanggaran hukum seperti sudah lazim kita lakukan melalui pengabaian berbagai peraturan: seperti larangan bagi para warga yang membuang sampah sembarangan, bagi pengemudi yang tidak memakai sabuk pengaman atau tata tertib mengemudi lainnya, bagi para pejalan kaki yang menyebrang tidak pada tempatnya, dan masih banyak lainnya. Menaati hukum yang berlaku adalah langkah awal yang penting untuk menjauhi korupsi, dimulai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi masyarakat yang sadar dan taat hukum tentunya tidak mudah, tetapi bukan mustahil. Di era digital ini, database peraturan perundang-undangan sangat mudah untuk diakses, lengkap dengan tata cara pelaksanaannya. Pengetahuan akan hukum juga sangat penting apabila kita terlibat kasus dengan para pejabat yang menyalahgunakan wewenangnya. Masyarakat yang teratur dan disiplin akan membawa pengaruh besar terhadap pembangunan negara. Seperti yang pernah dikatakan mantan presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, “Jangan tanya apa yang bisa dilakukan negaramu untukmu, tanyalah apa yang bisa kamu berikan untuk negaramu�. Dengan kesadaran dan introspeksi dari diri masing-masing, kita bisa bersama-sama mengobati dan mencegah penyakit korupsi.

Puteri Komarudin, atau biasa disapa Puteri saat ini tengah mengambil program Bachelor of Commerce (Majoring in Finance dan Management) di University of Melbourne. Penerima beasiswa dari fakultas Business and Economy University of Melbourne ini memulai pengalaman kepemimpinannya di level universitas sebagai anggota divisi eksternal untuk PPIA ranting Melbourne University, dan media officer untuk PPIA cabang Victoria di tahun 2012. Di tahun 2013, Puteri diamanahkan untuk menjadi Ketua PPIA ranting Melbourne University, dan juga menjadi marketing officer untuk Asean-Australia Youth Summit (AAYS) 2013. Pada saat ini, pemudi yang menyukai traveling, hiking, membaca dan bermain tenis ini menjadi section editor untuk seksi Bisnis & Ekonomi di majalah Perspektif, serta aktif di Biro Pers PPI Dunia, dan di Australia-Indonesia Centre. Kontak Puteri di: puteri@ppi-australia.org


SENI BUDAYA & OLAHRAGA


81

Angklung dan Batik: Kearifan Seni Budaya Lokal yang Menjadi Kekuatan Identitas Bangsa Ditulis oleh Titik Endahyani

Tulisan ini merupakan hasil wawancara tertulis dengan Ferry Chandra (Adelindo Angklung), Andri Wardiana (Koordinator Angklung GAIB G20), Methasari Dhamayanti (Batik House), tim SoD Binus (Danendro Adi & Mita Purbasari) dan diintisarikan oleh Titik Endahyani.


82

Berkembangnya seni dan budaya lokal yang semakin mendapat perhatian dari dunia internasional saat ini tentunya terkait erat dengan peran serta masyarakat, praktisi, industri dan akademisi yang telah turut melakukan tindakan nyata ke arah yang positif. Seperti diungkapkan oleh para praktisi dan akademisi di bidang seni dan desain, peran serta dan kontribusi berbagai golongan masyarakat tersebut dapat membawa angin segar pembaharuan yang diperlukan bagi perkembangan seni dan budaya lokal. Pembaharuan ataupun perubahan tersebut telah dilakukan mulai dari perorangan, lingkungan sekitar dan beragam komunitas masyarakat ataupun institusi lainnya melalui penyesuaian dan optimalisasi atas potensi diri atau kelompok masyarakat tersebut. Pada akhirnya pembaharuan tersebut dapat membawa seni budaya lokal berkembang menjadi beragam kegiatan yang dapat berdampak terhadap lingkungan, mampu mengikuti perkembangan jaman yang disertai oleh perbaikan perilaku yang mendasar, seperti budi pekerti, disiplin, mentalitas, dan integritas. Seni dan budaya sebagai kekayaan warisan leluhur kita sudah selayaknya terus dilestarikan sehingga dapat memperkuat identitas bangsa. Menurut Suyono S. yang diutarakan dalam laman Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kearifan lokal merupakan suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup yang mengakomodasi kebijakan dan kearifan hidup. Di Indonesia, kearifan lokal merupakan filosofi dan pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan serta bersifat lintas budaya atau lintas etnik, dapat sebagai dipandang identitas bangsa yang bersifat nasional. Sedangkan menurut Marcus J. P., kearifan lokal mengandung norma dan nilai-nilai sosial yang memiliki aturan dalam membangun keseimbangan antara kebutuhan manusia dan daya dukung lingkungan alam dengan gaya hidup. Keduanya berpendapat bahwa kearifan lokal, termasuk kandungan nilai moral dan etika lahir, berkembang dan diajarkan turun-temurun antar dan lintas generasi serta memegang peranan sebagai pemersatu bangsa. Disamping memperkuat identitas bangsa, seni dan budaya dapat menjadi wadah beragam aktivitas yang dapat berdampak positif bagi masyarakat. Angklung dan batik sebagai dua ikon identitas seni budaya khas Indonesia yang diakui dunia internasional melalui UNESCO merupakan hasil seni dan budaya yang erat terkait dengan masyarakat dan budaya lokal. Aktifitas seni dan budaya angklung serta batik tersebut telah turut memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal. Angklung dan batik saat ini telah memiliki nilai lebih dari hanya sekedar produk kerajinan rakyat yang fungsional dan estetis semata. Saat ini, angklung dan batik telah mampu menjadi produk lokal yang memiliki aspek fungsional, estetis, serta memiliki nilai tambah tersendiri, karena mampu berperan sebagai pemberdaya masyarakat lokal serta menjadi produk seni berkelas yang sangat layak ditampilkan di ajang internasional sebagai identitas bangsa dan diplomasi budaya maupun dimanfaatkan oleh para desainer sebagai bagian dari penciptaan hasil karya seni yang bercita rasa tinggi.


Suasana Pemecahan Rekor "Guiness World Records" dengan Memainkan Angklung Terbanyak di Dunia (6358 peserta), Tanggal 13 September 2014 di Royal Adelaide Show (Grup Angklung Adelindo)


84

Angklung Menurut Ferry Chandra, pimpinan angklung Adelindo di Adelaide, angklung yang ada saat ini merupakan angklung modern (padaeng) yang memiliki fungsi tambahan sebagai sarana pendidikan musik. Angklung modern mulai diperkenalkan pada masyarakat internasional di tahun 1946 pada malam hiburan perundingan Linggar Jati dan pada Konferensi Asia Afrika di tahun 1950 dan 1955. Sebagai sarana pendidikan, angklung dapat memupuk keterampilan, disiplin, kerjasama, ketelitian dan tanggung jawab. Angklung juga membantu pendidikan dasar dalam musik karena dapat menarik perhatian sekaligus menghidupkan dan mengembangkan bakat serta pengetahuan dalam musik seperti melodi, ritme dan harmoni. Musik angklung juga mampu menyampaikan pesan moral tersendiri, yaitu mengajarkan kebersamaan, kerjasama yang baik serta betapa pentingnya kontribusi setiap orang yang memainkan tiap nada angklung. Tiap nada dari angklung yang dimainkan dengan baik dan berimbang sesuai aransemen musik akan menghasilkan suatu karya alunan lagu yang harmonis. Begitu juga halnya dalam kehidupan, satu tindakan kecil positif yang dilakukan seseorang akan berdampak besar bagi keharmonisan suatu kelompok masyarakat ataupun bangsa bila dilakukan sesuai aturan melalui kerjasama yang baik. Diutarakan pula oleh Ferry, angklung akhirnya dinyatakan sebagai alat pendidikan musik nasional oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 182/1967 tertanggal 23 Agustus 1968. Angklung menyebar luas ke berbagai negara sejak pemerintah Indonesia menjadikan angklung sebagai sarana program diplomasi budaya mulai tahun1971. Kemudian sejak tahun 2002, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia memberikan kesempatan bagi siswa-siswi dari mancanegara untuk belajar dan mengenal angklung di Indonesia. Saat ini disamping berperan sebagai alat musik kebanggan Indonesia, angklung telah menjadi media untuk meningkatkan persabatan antar bangsa di dunia. Di Korea Selatan, hingga kini tercatat lebih dari 8.000 sekolah memainkan angklung, sedangkan angklung telah menjadi mata pelajaran intrakurikuler yang menarik bagi siswa di Argentina dan Skotlandia. Dalam hal ini ini seni dan budaya melalui angklung telah turut membantu mengangkat nilai-nilai kearifan lokal yang memperkuat identitas bangsa. Saat ini keberlangsungan aktivitas musik tradisional angklung yang berkualitas di kancah dunia internasional tak lepas dari peran serta grup-grup angklung yang berada di luar negeri. Grup Angklung Adelindo di Adelaide dan grup angklung Gabungan Angklung Indonesia Brisbane (GAIB) di Brisbane merupakan dua grup Angklung di Australia yang telah turut mengharumkan nama Indonesia. Grup Adelindo dengan sukses telah mengadakan aktivitas memainkan alat musik angklung dengan peserta terbanyak di dunia, sedangkan grup angklung GAIB turut serta memeriahkan acara Internasional G20. Terwujudnya aktivitas ini sangat erat terkait dengan kontribusi para relawan yang terdiri dari para pelajar Indonesia di Australia, maupun masyarakat Indonesia lainnya. Namun tantangan yang dihadapi grup angklung tersebut saat ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat luas lainnya, karena kesuksesan grup angklung khususnya yang berada di luar negeri selain sebagain sarana mempererat persahabatan antar negara, juga dapat berdampak pada peningkatan wisata ke Indonesia serta peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat lokal perajin angklung di Indonesia.


Tim Angklung GAIB Saat Event G20 (Hendry Baiquni)


Suasana Saat Event G20 (Hendry Baiquni)


Sebagian Tim Pawai Indonesia Saat Event G20 (Hendry Baiquni)


88

Tantangan serius yang dihadapi kedua grup angklung tersebut meliputi jumlah dan kualitas alat musik angklung yang dimiliki, aransemen musik khusus angklung, fleksibilitas sistem penyimpanan serta pendanaan bagi tiap aktivitas pertunjukan yang membawa nama Indonesia. Permasalahan tersebut menjadi hal sangat penting ketika grup angklung yang berada di luar Indonesia tersebut harus tampil berulang kali diberbagai lokasi dan acara. Menurut Andri Wardiana, koordinator grup angklung GAIB, semakin berkurangnya jumlah alat musik angklung akibat rusak atau telah menurunnya kualitas alat yang didapat sejak belasan tahun lalu dapat mengakibatkan kurang optimalnya penampilan grup, karena banyaknya jumlah setiap nada yang dimainkan kadang menjadi kurang berimbang sehingga dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas tampilan. Teknik penyimpanan angklung juga telah cukup menjadi masalah serius. Saat ini, fasilitas penyimpanan angklung yang dimiliki grup belum didesain secara khusus yang dapat memudahkan penyimpanan dengan mobilitas yang tinggi, seperti dibawa keberbagai lokasi latihan dan acara dengan aman. Sedangkan Ferry maupun Nugroho Setyo Utomo (anggota grup angklung GAIB) mengutarakan keprihatinannya terhadap kondisi minimnya jumlah aransemen musik khusus angklung sehingga mengakibatkan lagu yang ditampilkan akhirnya menjadi sangat terbatas dan kurang bervariasi. Hal ini dikhawatirkan dapat menurunkan perhatian atas musik tradisional angklung baik dari para relawan yang turut berpartisipasi memainkan angklung maupun dari pendengar masyarakat internasional. Terbatasnya aransemen musik juga mengharuskan para pelajar yang terlibat dalam grup angklung untuk meluangkan waktu dengan suka rela membuat aransemen musik khusus angklung dari berbagai jenis lagu sehingga lagu-lagu yang ditampilkan lebih bervariasi dan dapat disesuaikan dengan pendengar atau jenis acara. Sampai saat ini, belum ada pendokumentasian maupun apresiasi atas hasil karya aransemen musik khusus angklung tersebut. Dari segi pendanaan, walaupun grup menerima bantuan pendanaan, namun tentunya jumlahnya sangat terbatas. Dalam hal ini kekompakan para relawan anggota grup yang umumnya para pelajar menjadi hal yang penting. Para anggota grup dengan sukarela bahu membahu memenuhi kekurangan biaya operasional khususnya biaya selama latihan maupun menjelang pertunjukan. Dengan demikian, jumlah alat musik angklung yang memadai disertai dengan kualitas material bambu dan proses produksi yang baik tentunya menjadi hal penting bagi grup angklung untuk menghasilkan tampilan yang berkualitas. Adanya fasilitas penyimpanan yang efektif dan fleksibel juga sangat diperlukan bagi grup dengan mobilitas tinggi, karena angklung diharapkan dapat mudah dibawa, dibongkar dan disimpan di berbagai tempat tanpa merusak kondisi fisik Angklung. Sebagai upaya keberlanjutan musik tradisional Angklung dimasa depan, khususnya yang berada di luar Indonesia, kemampuan mengikuti perkembangan zaman sehingga bersifat fleksibel bagi beragam pendengar sangat penting untuk diperhatikan. Sehingga, aransemen musik khusus angklung seyogyanya tidak hanya mengandalkan dari sukarelawan di grup saja, tapi hendaknya dapat dijembatani dengan pertukaran aransemen lagu dari berbagai grup angklung Indonesia di berbagai negara, maupun bantuan dari kalangan musisi di dalam negeri yang bersedia menyumbangkan aransemen musik khusus angklung.


Perajin Batik Tulis yang Didominasi Para Wanita (Methasari Dhamayanti)


90

Batik Menurut Antara News, batik Indonesia memenuhi kriteria UNESCO, antara lain karena �‌ kaya dengan simbol-simbol dan filosofi kehidupan rakyat Indonesia dan memberi kontribusi bagi terpeliharanya warisan budaya tak benda pada saat ini dan di masa mendatang�. UNESCO pun mengakui bahwa batik Indonesia memiliki teknik dan simbol budaya yang menjadi identitas rakyat Indonesia, seperti adanya penggunaan motif batik khusus untuk peristiwa tertentu seperti kelahiran dan meninggal dunia. Sejak diakui sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO, banyak daerah di Indonesia yang lebih mengembangkan batik, menurut Y. Anshori dan A. Kusrianto. Daerah yang sudah memiliki ciri khas batik melakukan pemeliharaan lebih lanjut, seperti mengumpulkan kain batik kuno agar lebih dikenal sebagai daerah batik klasik dengan potensi yang layak ditiru. Sedangkan daerah yang masih dalam taraf penggalian potensi, berusaha mencari identitas batik daerahnya. Proses pembuatan batik, khususnya batik tulis merupakan proses panjang penciptaan karya seni yang membutuhkan kesabaran, ketelitian dan ketenangan pembuatnya agar dapat menghasilkan motif yang sempurna di tiap lembaran kain. Tiap motif batik memiliki simbol makna tersendiri yang merupakan cerminan dari cara berpikir masyarakat lokal pembuatnya, antara lain motif yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan, kesucian dan umur panjang, kelancaran, dan kebahagiaan. Menurut Methasari Dhamayanti, founder Batik House yang memiliki galeri di Brisbane, Perth dan Adelaide, budaya sudah sepatutnya menjadi suatu alat penuntun kehidupan berbangsa, sehingga bangsa yang bersangkutan tetap dapat berpijak pada tuntunannya seiring dengan perubahan dan perkembangan jaman. Hal ini tampak pada perkembangan makna batik sebagai status sosial. Dahulu, motif batik jenis tertentu hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu pula seperti bangsawan atau ningrat. Namun seiring dengan berjalannya waktu, beragam motif batik dapat digunakan oleh siapapun—termasuk generasi muda—tanpa memandang kelas sosial. Dengan latar belakang adat Solo-Jawa, Metha yang gemar mengumpulkan kain batik tulis kuno ini terinspirasi untuk menularkan kecintaan akan batik kepada lingkungan disekitarnya. Sebagai upaya mengedukasi dan mempopulerkan batik di dunia internasional, Metha kemudian berupaya memperkenalkan batik melalui beragam motif, bentuk dan manfaat agar dapat diterima dan dinikmati oleh berbagai kalangan. Tantangan yang dihadapi Metha dalam menjalankan bisnis batik adalah dibutuhkannya kesabaran, keuletan serta kemampuan untuk berkreasi dengan cita rasa seni tinggi terutama dalam hal merencanakan produk yang disesuaikan dengan motif batik namun tetap memenuhi selera pasar. Minimnya pekerja terampil Indonesia di Australia yang memiliki pengetahuan, kecintaan dan kebanggaan akan batik dan berminat untuk menekuni proses produksi Batik secara menyeluruh juga merupakan kendala lain dalam bisnis sehingga saat ini proses desain dan produksi masih ditangani oleh Metha.


Produk Aksesoris Batik House (Methasari Dhamayanti)


92

Sebagai upaya pemberdayaan masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan bagi para pengrajin batik yang berperan banyak dalam bisnis, proses produksi Batik House melibatkan remaja berkebutuhan khusus (tuna rungu) yang tidak mampu sekolah dan para ibu di desa yang memiliki keterampilan menjahit. Para remaja dan ibu-ibu tersebut kemudian diberikan pelatihan dan pendampingan untuk membuat beberapa produk berkualitas khas Batik House. Para pekerja Batik House juga berasal dari berbagai kota antara lain Yogyakarta, Kudus, Bandung dan Bogor. Saat ini produk Batik House sudah menyebar ke berbagai negara seperti Singapura, Kanada, Inggris dan Australia. Adapun aktivitas sosial lainnya yang dilakukan Batik House adalah melakukan kerjasama fundraising dengan komunitas masjid dan gereja di Brisbane dengan memberikan seluruh keuntungan dari hasil penjualan kepada komunitas tersebut. Sedangkan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, Batik House juga merancang beragam produk dengan material dari kain limbah batik yang berasal dari sisa kain hasil proses produksi pakaian. Limbah kain ini kemudian diproduksi menjadi beragam produk aksesoris yang bercita rasa tinggi, seperti kalung, bando, bros, dan sandal. Hal ini dilakukan Batik House dalam upaya meminimalkan limbah kain dari hasil proses produksinya. Semua upaya yang dilakukan Batik House adalah agar batik Indonesia (dengan nilai lebih pada proses produksinya) dapat membangkitkan minat generasi muda untuk lebih memahami, mencintai dan mendalami batik sehingga batik dapat lebih mendunia dan diakui oleh masyarakat dunia. Pada akhirnya, kita perlu memahami bahwa selayaknya hasil kreasi seni dan budaya tidak hanya mengejar hasil semata, namun perlu juga untuk memahami bahwa nilai-nilai kearifan lokal memiliki potensi untuk dieksplorasi secara kreatif dan diharapkan secara berkelanjutan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.


93

Mengintip Semarak Australian Open 2015 Tulisan dan fotografi oleh Nurul Silva Lestari



95

Australian Open merupakan salah satu ajang olahraga yang paling ditunggu oleh penggemar tenis di seluruh dunia. Sebagai turnamen grand slam pembuka yang digelar di awal tahun, event ini selalu menarik perhatian para pecinta olahraga tenis. Oleh sebab itu, menonton Australian Open termasuk dalam salah satu to-do list saya selama berkuliah di Melbourne. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Melbourne tahun lalu, saya sudah mencari info tentang Australian Open. Saat itu saya diberi tahu oleh seorang teman yang sudah lebih dahulu bersekolah di sini bahwa tiket Australian Open untuk babak semifinal dan final cukup mahal untuk kantong pelajar. Namun, kita bisa membeli tiket pre-sale yang harganya lebih bersahabat. Tiket pre-sale biasanya dibuka pada bulan Oktober, maka saya diminta untuk rajin mengecek website Australian Open pada saat tersebut karena peminat tiket pre-sale jumlahnya sangat banyak. Terlambat sedikit saja, kemungkinan besar akan tiket akan habis. Oleh karena itu, sejak jauh hari, saya membulatkan tekad untuk mengikuti 'pertarungan' memperebutkan tiket murah itu. Namun, niat tinggallah niat. Oktober adalah salah satu bulan dengan tugas kuliah paling padat karena menjelang akhir semester. Saya sama sekali tidak ingat dengan tiket pre-sale Australian Open sudah mulai dijual. Niatan untuk membeli tiket baru saya ingat pada awal bulan Desember. Sadar bahwa saya ketinggalan tiket pre-sale membuat saya menyesal bukan kepalang. Apalagi melihat harga tiket semifinal yang sudah mencapai 400 AUD. Ada beberapa jenis tiket yang dijual di website Australian Open. Satu yang paling murah adalah tiket ground pass, dimana pemegang tiket ini memiliki akses ke semua lapangan luar dan Hisense Arena. Tiket ground pass dijual seharga 39 AUD. Pihak penyelenggara tidak menetapkan kuota untuk tiket ground pass sehingga kita bisa membeli tiket tersebut kapan saja. Selain tiket ground pass, tersedia juga tiket single pass untuk menonton pertandingan tenis di Rod Laver Arena dan Margaret Court Arena. Berbeda dengan tiket ground pass, tiket single pass untuk Rod Laver Arena dan Margaret Court Arena memiliki kuota karena jumlah tempat duduk yang terbatas. Tiket single pass untuk kedua arena ini dijual dengan harga 80 AUD. Setelah browsing mengenai pengalaman beberapa orang yang sudah pernah menonton Australian Open, saya pun memutuskan untuk membeli tiket ground pass untuk babak pertama. Dari beberapa blog yang saya baca, dengan tiket ground pass ada kemungkinan kita bisa melihat pemain tenis terkenal bertanding atau sedang latihan di lapangan luar.


96

Dengan tiket ground pass, saya menonton babak pembuka Australian Open pada tanggal 19 Januari 2015. Semua pertandingan Australian Open diselenggarakan di Melbourne Park. Untuk mencapai lokasi pertandingan, pengunjung tidak perlu kebingungan karena terdapat layanan tram gratis di Flinders Street. Meskipun frekuensi tram gratis tersebut cukup sering, penumpangnya selalu saja penuh. Ini menunjukkan bahwa animo masyarakat untuk menonton Australian Open sangat besar. Saya pun turut berdesakan dengan para penonton lainnya di dalam tram menuju Melbourne Park tersebut. Tram berhenti tak jauh di pintu gerbang Australian Open. Sesampainya di sana saya segera masuk ke dalam kompleks Melbourne Park dengan menunjukkan e-ticket yang ada di telepon genggam saya. Memasuki kompleks Melbourne Park, suasana hajatan besar tenis terasa sangat kental. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun ikut dalam keramaian tersebut. Di dalam kompleks ini terdapat 3 stadion besar yaitu Hisense Arena, Rod Laver Arena dan Margaret Court Arena, serta belasan lapangan tenis di luar arena tersebut. Selain itu banyak juga terdapat booth makanan, merchandise, serta beragam permainan yang disediakan oleh sponsor. Pihak penyelenggara juga menyediakan hiburan berupa live music di panggung-panggung yang telah tersedia. Beberapa layar raksasa untuk menonton pertandingan juga dipasang di sejumlah titik. Tempat pertama yang saya tuju adalah Hisense Arena. Sebagai informasi, pada tahun-tahun sebelumnya pemegang tiket ground pass tidak memiliki akses memasuki Hisense Arena. Namun untuk tahun ini, pemegang tiket ground pass dapat menikmati pertandingan di dalam arena berkapasitas 11.000 penonton tersebut secara cuma-cuma. Sambil menonton pertandingan tenis di Hisense Arena, saya melihat jadwal pertandingan hari itu. Pada hari yang sama ternyata Rafael Nadal dan Anna Ivanovic bertanding di Rod Laver Arena. Saya pun tergoda untuk meng-upgrade tiket ground pass ke single pass dengan akses ke Rod Laver Arena. Setelah antre selama kurang lebih satu setengah jam, akhirnya saya berhasil mendapatkan tiket yang saya inginkan. Saya cukup beruntung karena masih ada beberapa tiket tersisa. Memasuki Rod Laver Arena, atmosfer yang berbeda sangat terasa. Stadion ini adalah stadion terbesar di kompleks Melbourne Park dan digunakan sebagai tempat pertandingan pemain-pemain terkenal. Kesan megah sungguh terasa di dalam stadion berkapasitas 15.000 penonton tersebut. Mendapat tempat duduk di bagian belakang dan cukup jauh dari lapangan, tidak mengurangi kepuasan saya menonton pertandingan. Penataan tempat duduk yang diatur sedemikian rupa membuat penonton dapat menikmati pertandingan dari berbagai tempat.




99

Pada sesi pertama di arena itu saya menonton pertandingan antara petenis unggulan kelima Anna Ivanovic melawan petenis non unggulan Lucie Hradecka yang berasal dari Republik Ceko. Tampil bagus di babak pertama, Ivanovic terlihat kehilangan ritme permainannya pada babak kedua dan ketiga. Di luar dugaan Hradecka mampu memimpin sepanjang sisa pertandingan hingga akhirnya menang dengan skor 1-6, 6-3, dan 6-2. Pertandingan selanjutnya antara unggulan ketiga Rafael Nadal melawan petenis non unggulan Mikhail Youzhny berlangsung dengan cepat. Nadal menang dengan cukup mudah dengan skor 6-3, 6-2, dan 6-2. Fans Nadal yang menonton pertandingan ini cukup banyak. Hal itu terdengar dari teriakan-teriakan dan yel-yel yang memanggil nama Nadal sepanjang pertandingan berlangsung. Selain menonton kedua pertandingan tersebut, saya juga berkeliling melihat Margaret Court Arena dan menonton pertandingan di beberapa lapangan luar. Setelah seharian menghabiskan waktu di Melbourne Park, saya pun pulang dengan hati puas. Sebagai salah satu turnamen grand slam bergengsi di dunia, Australian Open mampu menyediakan tontonan olahraga yang berkualitas sekaligus menyajikan berbagai hiburan bagi para penonton bahkan sejak babak pertama. Bagi para pecinta tenis yang sedang belajar di kota Melbourne, ajang ini sayang sekali untuk dilewatkan. Melihat petenis-petenis top dunia berlaga di stadion besar sungguh merupakan pengalaman tersendiri yang belum tentu bisa dinikmati di tempat lain. Jangan lupa untuk menyempatkan diri berburu tiket pre-sale untuk mendapatkan tiket yang lebih terjangkau kantong. Khusus bagi anda yang kurang menyukai olahraga ini, tidak ada salahnya menonton Australian Open dan berbaur dengan ribuan pengunjung lainnya untuk merasakan atmosfer salah satu perhelatan akbar di dunia olahraga.

Nurul Silva Lestari adalah mahasiswi semester tiga program Master of Environment, University of Melbourne. Selain mendalami bidang kehutanan, ia juga tertarik dengan isu sosial, ekonomi dan kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Penerima beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS) ini menyukai traveling dan fotografi. Hobi tersebut dijalaninya sejak berkuliah di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Di waktu luangnya, ia juga suka membaca novel dan menonton film.


100

Massimo Luongo, Inspirator Kemenangan Australia di Asian Cup 2015

Tulisan dan fotografi oleh Reo Audi, ilustrasi oleh Mikhael Geordie


101

Usianya masih tergolong muda untuk ukuran pemain sepak bola, 22 tahun. Namun, ia sudah berhasil mengantarkan Australia menjadi juara baru Asia dengan andil gemilang. Tak tanggung-tanggung, ia dinobatkan sebagai pemain terbaik turnamen FIFA Asian Cup 2015 yang usai akhir Januari lalu. Dialah Massimo Luongo, sang inspirator kemenangan Australia. Sebelum turnamen dimulai, tak banyak pecinta sepak bola yang mengenal pemuda kelahiran 25 September 1992 ini. Namun, setelah peluit akhir partai final dibunyikan tanda turnamen usai, nama Luongo bahkan masih terus dinyanyikan para suporter sambil meninggalkan Stadion Australia, Sydney, tempat digelarnya partai pamungkas. Wajar saja, di pertandingan ini, tuan rumah Australia berhasil mengandaskan perlawanan Korea Selatan dengan skor akhir 2-1 setelah perpanjangan waktu dengan Luongo sebagai pencetak gol pertama. Bukan saja menjadi motor serangan Australia, Luongo menjadi insiprator kemenangan Socceroos di partai final lewat gol pembuka. Inilah kali pertama dalam turnamen Asian Cup 2015 gawang Korea Selatan bergetar. Hingga babak final, Korea Selatan menjadi satusatunya tim yang belum pernah merasakan kebobolan. Luongo menjadi orang pertama yang berhasil menyudahi prestasi fantastis tim negeri ginseng tersebut. Melalui gol pembuka ini, Luongo berperan sebagai inspirator bagi Australia untuk membuka peluang mereka menjadi juara Asia pertama kalinya dalam sejarah, hingga akhirnya peluang itu benarbenar menjadi nyata usai wasit meniup peluit panjang setelah perpanjangan waktu. Kegemilangan performa Luongo di partai puncak bukan datang tiba-tiba. Sepanjang turnamen, Luongo memang menjadi kunci permainan Australia yang ditunjukkan dengan dua kali menjadi man of the match, masing-masing ketika membawa Socceroos menang atas Kuwait dan Uni Emirat Arab. Ia juga berhasil mencetak gol saat Australia mengalahkan Kuwait di partai pembuka Asian Cup 2015. Berposisi di lini tengah dan diplot sebagai gelandang kreatif, Luongo total mengemas dua gol dan menyumbang empat assists sepanjang gelaran turnamen. Jumlah 4 assists ini menempatkan Luongo menjadi pengumpan terbanyak di Asian Cup 2015 bersama dengan Omar Abdulrahman dari Uni Emirat Arab. Perjalanan karir Luongo bermula di klub lokal Sydney, APIA Leichhardt Tigers. Potensi besarnya saat masih belia membuat klub besar Inggris, Tottenham Hotspurs, merekrutnya di tahun 2011. Untuk menambah jam terbangnya, Spurs meminjamkan Luongo muda ke Ipswich Town dan Swindon Town pada musim kompetisi 2012/2013. Di bulan Agustus 2013, Swindon mempermanenkan kontrak Luongo untuk 3 tahun kedepan. Kini, berkat kegemilangannya membawa Australia sebagai juara Asia dan menjadi pemain terbaik turnamen, pamornya dipastikan melambung tinggi. Luongo mendapat tawaran dari beberapa klub asal Turki, Timur Tengah, dan juga Cardiff City yang notabene merupakan rival klubnya saat ini. Namun, sang bintang muda telah menentukan sikapnya untuk tetap bertahan di Swindon Town, sebuah klub sepak bola di Divisi Dua Liga Inggris.



103

Siapa sangka, Luongo memiliki darah Indonesia. Nama Massimo sendiri berbau asing, bukan nama asal Australia. Luongo merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, kakaknya bernama Angela dan Tiziano. Ayahnya adalah seorang chef asal Italia dan ibunya masih terdaftar sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Kedua orang tuanya bertemu di sebuah restoran Italia di kawasan Bondi, Sydney, Australia. Luongo pun lahir dan tumbuh besar di Sydney. Dengan fakta ini, Luongo bisa memilih untuk memperkuat salah satu tim nasional dari tiga negara: Italia, Indonesia, dan Australia. Sebenarya, bisa saja Luongo menjadi punggawa tim nasional Merah Putih karena ia memiliki darah Indonesia dari sang ibunda, Ira, yang lahir di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Dari garis keturunan ibunya, Luongo bahkan merupakan keturunan ningrat. Kakek buyut Luongo adalah AA. Sirajuddin yang merupakan Sultan dari Kerajaan Bima dan Dompu di Pulau Sumbawa. Ada pula kemungkinan bagi Luongo untuk memilih bergabung dengan juara dunia 4 kali, Italia, dari garis keturunan sang ayah, Mario, yang merupakan imigran Italia di Australia. Namun, pada akhirnya Luongo memilih Australia, tanah kelahirannya, sebagai tempat mengembangkan karir sepak bolanya. Mungkin ini adalah pilihan yang mudah baginya. Jelas saja, Luongo lahir dan besar di Sydney. Sebuah pilihan yang kini membawa hasil yang mungkin Luongo sendiripun tak pernah membayangkan sebelumnya. Luongo berhasil mencetak sejarah dengan membawa negaranya menjadi juara Asia untuk pertama kalinya dengan status sebagai pemain terbaik turnamen. Sebuah prestasi yang belum tentu ia raih jika saja ia memutuskan membela tim nasional lainnya. Boleh rasanya kita ikut berbangga, satu lagi pemuda berdarah Indonesia berhasil mencetak prestasi gemilang di pentas internasional, kali ini di Asian Cup 2015 lewat Massimo Luongo. Semoga kelak akan datang pemuda berdarah Indonesia lainnya yang nantinya membawa tim nasional Indonesia mengukir prestasi gemilang di masa depan.


104

Peran Desain dalam Pemanfaatan Limbah Kain Konveksi sebagai Pemberdaya Masyarakat Melalui Usaha Mikro dan Kecil Ditulis oleh Danendro Adi, Anita Rahardja, Mita Purbasari, Sari Wulandari, Titik Endahyani

Artikel ini merupakan hasil intisari dari Laporan Hasil Penelitian desain dengan kategori pengabdian kepada masyarakat yang ditulis bersama antara tim Peneliti dari School of Design (SoD) Binus University dan Titik Endahyani. Penelitian ini bekerjasama dengan pemerintah dan komunitas masyarakat lokal dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui program pembelajaran desain yang dapat turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui usaha mikro dan kecil. Tim peneliti dari SoD adalah Danendro Adi, S.Sn., M.Arts (Dekan), Sari Wulandari, S.Sn., M.Sn (Ketua Jurusan New Media), Anita Rahardja, S.Sn (Dosen), Mita Purbasari, MFA (Research Coordinator). Sedangkan Titik Endahyani, S.Sn., MM adalah PhD student dari Creative Industry Faculty di QUT University yang telah melakukan publikasi penelitian desain yang telah diterbitkan Jurnal Humaniora (Binus University), terkait dengan kesuksesan pengembangan desain kerajinan menjahit aplikasi dengan memanfaatkan limbah kain perca bagi industri rumah tangga.


105

Tulisan ini diintisarikan berdasarkan laporan hasil penelitian desain dengan kategori pengabdian kepada masyarakat, yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa desain, bekerja sama dengan pemerintah dan komunitas masyarakat lokal dalam upaya pemberdayaan masyarakat, melalui program pembelajaran desain yang dapat turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya pertumbuhan industri tekstil di Indonesia berdampak serius pula pada meningkatnya limbah kain konveksi dari berbagai industri produk tekstil yang berpotensi mencemarkan lingkungan. Saat ini, limbah kain berupa sisa-sisa potongan kain umumnya digunakan terbatas sebagai barang yang kurang bernilai ekonomis dan berpotensi menghasilkan limbah baru yang dapat merusak lingkungan. Di lain pihak, limbah kain merupakan sumber alternatif material yang potensial bila dikelola dan diolah dengan metode yang tepat. Limbah kain pun bahkan dapat merupakan alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat antara lain dengan menjadikan limbah kain menjadi alternatif produk baru melalui pemberdayaan masyarakat di sekitar limbah. Pengolahan limbah hasil industri konveksi tersebut sejalan dengan tujuh isu strategis dan visi pemerintah dalam pengembangan ekonomi kreatif nasional yang terkait dengan: (1) tersedianya sumber daya kreatif yang profesional dan kompetitif; (2) tersedianya sumber daya alam yang berkualitas, beragam, dan kompetitif dan dapat diakses secara mudah; (3) adanya industri yang berdaya saing, bertumbuh, dan beragam; (4) tersedianya pembiayaan yang sesuai, mudah diakses dan kompetitif; (5) diperluasnya pasar bagi karya kreatif; (6) tersedianya infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif; dan (7) adanya lembaga yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif. Sedangkan berlandaskan isu strategis, pemerintah menetapkan visi pengembangan ekonomi kreatif nasional ke depan berupa Indonesia yang berkualitas hidup, berbudaya, dinamis, kreatif dan berdaya saing secara berkelanjutan dengan tiga misi utama, yaitu: (1) optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis dan berkelanjutan; (2) pengembangan industri kreatif yang berdaya saing, tumbuh & beragam; (3) pengembangan lingkungan yang kondusif dengan mengutamakan kreativitas dalam pembangunan nasional yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Dengan demikian, pemanfaatan limbah hasil industri konveksi menjadi produk lain yang memiliki nilai ekonomis juga turut mendorong tumbuhnya industri kreatif nasional. Aktivitas pengolahan limbah kain ini erat terkait dengan isu strategis dan visi pemerintah nasional, khususnya dalam hal pengembangan ekonomi kreatif yang berdaya saing, tumbuh dan beragam.


106

Limbah Kain Konveksi Limbah kain konveksi, yang kadang dikenal juga dengan kain perca, merupakan sisa potongan pada proses pengguntingan kain bahan baku industri konveksi. Umumnya industri konveksi besar berkualitas eksport akan menghasilkan limbah kain perca yang berkualitas baik. Kain perca jenis inilah yang potensial untuk dimanfaatkan menjadi produk baru yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi. Saat ini, banyak komunitas di masyarakat maupun Usaha Kecil Menengah (UKM) yang telah menjalankan aktifitas memproduksi limbah kain menjadi produk baru yang dapat dipasarkan dan menjadi tambahan penghasilan bagi masyarakat. Namun produk yang dihasilkan masih belum optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat disebabkan antara lain terbatasnya kreatifitas seni dan desain sehingga menghasilkan rangkaian desain yang kurang memiliki daya jual terhadap peluang pasar yang ada. Koperasi Wanita Melati Salah satu UKM yang mengolah limbah kain menjadi keset (alas lantai pembersih kaki, umumnya terbuat dari sabut kelapa) dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga adalah Koperasi Wanita Melati yang dirintis oleh Ibu Rohprihati. Koperasi ini berlokasi di Desa Pringapus kabupaten Ungaran, Jawa Tengah. Desa Pringapus merupakan salah satu industri konveksi di Semarang yang banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya. Sayangnya, banyak pekerja wanita di desa Pringapus yang terampil menjahit terpaksa harus berhenti bekerja setelah berkeluarga. Para ibu yang memiliki keterampilan dasar menjahit tersebut itulah yang kemudian dibina untuk dapat mengerjakan kerajinan keset dengan memanfaatkan limbah industri konveksi. Dengan konsep kerja yang fleksibel, para ibu yang merupakan tenaga kerja potensial tersebut tetap dapat menambah penghasilan keluarga dan mengurus keluarga serta mengisi waktu luang di kala anak pergi sekolah dan suami pergi bekerja. Pada awalnya para perajin kurang memiliki keterampilan dalam mendesain pola, mengkombinasikan atau memadu-padankan warna dan motif sehingga produk keset kain yang dihasilkan memiliki tampilan yang kurang serasi dan melemahkan daya tarik dan daya jual produk. Namun disisi lain para perajin memiliki keterampilan teknis yang baik dalam membentuk dan menjahit sehingga produk terlihat rapi. Mengingat meningkatnya penghasilan perajin juga turut berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas, maka Permodalan Nasional Madani (PNM) bekerjasama dengan mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) School of Design dari Binus University memberikan program penyuluhan dan pelatihan dalam hal pengembangan desain, keterampilan padu padan warna dan motif serta pengetahuan dasar tentang merk dan kemasan. Sementara itu, pengurus Koperasi Melati berperan dalam menyediakan fasilitas kerja seperti mesin dan alat jahit.


107

Limbah Kain Perca (Sari Wulandari)

Produk Awal Pengrajin (Ibu Rohprihati)


108

Program Pelatihan Tujuan program pelatihan ini antara lain memberikan alternatif solusi atas permasalahan tentang metode pengajaran serta bahan ajar yang tepat-guna bagi peningkatan kemampuan, keterampilan dan kreatifitas masyarakat dalam mengembangkan produk kerajinan, khususnya yang berasal dari limbah industri produk tekstil sehingga dapat menjadi produk baru yang kreatif, memiliki daya jual dan daya pakai yang tinggi. Meningkatnya ketrampilan dan kreatifitas masyarakat diharapkan selain membentuk wirausaha baru sebagai upaya mengurangi pengangguran juga turut memberdayakan masyarakat, antara lain dengan menciptakan sumber penghasilan baru bagi para ibu rumah tangga dan komoditi baru di kawasan sekitar industri konveksi. Hal penting lainnya, pengolahan limbah hasil industri konveksi ini dapat menjadi alternatif solusi mengatasi pengolahan limbah industri sekaligus menjaga kebersihan dan pelestarian lingkungan. Program ini dijalankan dengan menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan, yaitu suatu program penelitian yang ditindaklanjuti dengan program pengembangan untuk perbaikan atau penyempurnaan. Tahapan pengembangan produk limbah kain ini ditempuh antara lain dengan melakukan studi pustaka dan analisis kebutuhan, merencanakan pengembangan produk, melakukan sosialisasi tentang produk, khususnya produk aksesoris rumah tangga serta pembuatan produk bersama masyarakat secara langsung di Desa Pringapus. Di proses awal pembuatan, para mahasiswa telah dibekali melalui workshop khusus tentang penerapan pengetahuan dasar prinsip desain, seperti balance (keseimbangan), contrast (kontras), rhythm (irama), depth (kedalaman), emphasis (penekanan), dan unity (kesatuan). Para mahasiswa dengan dibantu dosen, membuat desain keset dengan motif berbentuk geometris yang dapat diaplikasikan secara fleksibel untuk berbagai kombinasi warna. Sedangkan para perajin memperoleh pelatihan mengenai padu-padan warna dan dibekali dengan panduan dasar untuk dapat menerapkan empat kategori kombinasi warna untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan fungsi maupun sasaran konsumen/pasar. Perajin diberi pula pengetahuan tentang merk dan pengemasan selain untuk melindungi produknya juga agar produk lebih berdaya jual, khususnya saat produk dipamerkan di berbagai pameran atau toko khusus. Produk keset yang dihasilkan kemudian dijual melalui toko-toko di sekitar Ungaran dan tidak jarang pula distribusinya meluas sampai kota-kota di Jawa Tengah. Langkah awal program pelatihan di desa Pringapus ini diharapkan dapat memberi motivasi dan inspirasi yang berkesinambungan bagi para perajin setempat maupun masyarakat perajin lainnya untuk terus berkarya menghasilkan rangkaian produk baru dari limbah industri yang dapat diterima dengan baik oleh pasar. Dengan diterimanya produk oleh pasar, maka diharapkan dapat turut membantu meningkatkan penghasilan perajin lokal maupun masyarakat perajin lainnya.


109

Aktivitas Proses Penerapan Desain (Sari Wulandari)

Desain Merk dan Kemasan Hasil Program Pelatihan (Sari Wulandari)


110

Desain oleh mahasiswa Jurusan New Media, School of Design Binus University: Ivana Cerelia Suryo, Calvin Samuel Hadi, Emanuella Andriani, Jonathan Edward Lee, Ellena Ekarahendy, Arly Mursalin, Fadillah Sari Jutiara.


BISNIS & EKONOMI


112

Social Entrepreneurship: Menjalin Sinergi Sosial dan Bisnis Ditulis oleh Ari Margiono, fotografi oleh Ondrej Supitar


113

Wirausaha sosial, atau kerap disebut social entrepreneurship, menjadi sebuah buzzword baru dalam kajian kewirausahaan dan organisasi. Banyak pihak bertanya-tanya dan mencoba memahami fenomena yang mulai menjadi perhatian akademisi. Meskipun ada banyak definisi, wirausaha sosial secara umum dapat dipahami sebagai upaya pengusaha untuk mengatasi masalah sosial dengan cara berbisnis. Berbeda dengan wirausaha pada umumnya, wirausaha sosial menempatkan keuntungan pada urutan kedua. Di sisi lain, wirausaha sosial juga berbeda dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) karena menggunakan metode-metode berbasis entrepreneurship untuk mencapai tujuannya. Salah satu contoh bentuk wirausaha sosial antara lain adalah Kiva (www.kiva.org). Kiva merupakan organisasi crowdfunding yang bertujuan memberikan pinjaman bagi pengusahapengusaha UMKM di negara berkembang. Hal yang menjadi inovasi di sini adalah cara Kiva mengumpulkan dana pinjaman. Berbeda dengan pinjaman-pinjaman yang umumnya berasal dari bank atau investor besar, Kiva memiliki target berupa masyarakat umum. Menggunakan media sosial sebagai perantara, Kiva mengajak masyarakat modern untuk memberikan pinjaman dengan jumlah yang relatif kecil. Namun karena menggunakan konsep crowdfunding, Kiva mampu menghasilkan jumlah pinjaman yang besar. Organisasi wirausaha sosial dijalankan seperti layaknya sebuah bisnis. Artinya, organisasi tidak boleh rugi dan harus memiliki keberlanjutan finansial. Hanya saja, berbeda dengan bisnis pada umumnya, organisasi ini memilih untuk tidak membagi keuntungannya untuk para pemilik saham. Organisasi kewirausahaan sosial lebih beriorientasi kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) dan penerima manfaat (beneficiaries) daripada pemilik saham (shareholders). Berdasarkan alasan tersebut, program-program corporate social responsiblity (CSR) yang sering dilakukan oleh banyak perusahaan tidak dapat dikategorikan dengan mudah sebagai wirausaha sosial. Alasan utamanya adalah karena tujuan dasar perusahaan pada umumnya mencari keuntungan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan tersebut. Banyak literatur di bidang CSR yang memperkuat hal ini. Wirausaha sosial biasanya melibatkan pengusaha sosial yang memiliki karakteristik berbeda dengan pengusaha umum. Beberapa studi menunjukkan bahwa pengusaha sosial memiliki jiwa sosial dan altruisme yang tinggi. Secara psikis, seorang pengusaha sosial cenderung memiliki keinginan besar untuk menolong dan membantu lingkungan sekitarnya. Pengusaha sosial juga memiliki keterampilan bisnis dan inovasi yang cukup mumpuni. Terdapat juga tren menarik bahwa mereka cenderung tidak tertarik untuk mendapatkan dividen. Studi menunjukkan bahwa pengusaha sosial puas dengan pendapatan yang diperoleh sebagai direktur atau pimpinan organisasi.



115

Beberapa studi seputar kewirausahaan sosial menyampaikan bahwa keberadaan wirausaha sosial umumnya berkorelasi positif dengan presensi bidang yang terabaikan. Bidang ini muncul karena pemerintah tak sanggup memberikan layanan yang seharusnya diberikan kepada masyarakat. Selain itu, sektor swasta juga tidak tertarik untuk berinvestasi di area tersebut karena dinilai tidak menguntungkan. Wirausaha sosial sesungguhnya bukan fenomena baru. Sebuah studi menunjukkan bahwa wirausaha sosial sudah hadir sejak masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Beberapa upaya yang dilakukan untuk melawan penjajahan dibiayai secara berkelanjutan melalui wirausaha sosial. Sebagai contoh, Kartini memperoleh pendanaan untuk perjuangannya melalui usaha bisnis mebel yang ditekuni keluarganya di Jepara. Terbatasnya kajian secara sistematis seputar wirausaha sosial menyebabkan kerdilnya perkembangan organisasi bidang tersebut. Pengusaha sosial juga acapkali mengalami mission drift, yaitu pergeseran tujuan atau misi sosial. Hal ini bisa disebabkan oleh kesibukannya dalam menata bisnis atau kesulitan dalam menjembatani tujuan sosial dengan suasana bisnis yang kompetitif. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan studi organisasi wirausaha sosial, baik di negara maju maupun negara berkembang. Dukungan untuk mengembangkan wirausaha sosial juga harus ditingkatkan oleh pemerintah. Beberapa negara, seperti Inggris, sudah secara serius mengembangkan kewirausahaan sosial. Thailand juga mulai melirik potensi wirausaha sosial dan memutuskan untuk mendirikan institusi yang membantu meningkatkan wirausaha sosial. Di Indonesia, seharusnya organisasi wirausaha sosial dapat menjadi mitra untuk menyelenggarakan layanan publik. Selain melakukan privatisasi atau outsourcing pada sektor swasta, organisasi wirausaha sosial memiliki tujuan yang serupa dengan pemerintah, namun mampu bergerak lebih gesit karena absennya birokrasi. Di beberapa negara, wacana social procurement sudah mulai berkembang dan pengusaha sosial memiliki posisi yang kompetitif sebagai tender pengadaan jasa yang dibutuhkan pemerintah. Di saat yang bersamaan, social investors juga mulai menjamur. Mulai banyak social venture capital yang bersedia untuk memberikan modal pada pengusaha sosial dengan bunga di bawah pinjaman komersil. Umumnya, venture capital macam ini juga memiliki idealisme yang sejalan dengan pengusaha sosial. Yayasan Bill and Melinda Gates adalah salah satu social investors yang membantu banyak organisasi wirausaha sosial. Akhir kata, wirausaha sosial menjanjikan revolusi moral dalam berbisnis. Ia tidak lagi dilandasi oleh kerakusan yang sering menjadi tulang punggung pengusaha, melainkan oleh sinergi positif dengan berbagai pihak di masyarakat. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika kewirausahaan sosial dilihat sebagai awal dari terbentuknya tatanan masyarakat di masa depan yang lebih memberdayakan.

Ari Margiono adalah kandidat doktor di QUT Business School. Topik penelitiannya adalah model bisnis organisasi wirausaha sosial.


116

Dari Seorang Pegawai, Menjadi Seorang Pengusaha Muda: Negarawan Lahir dengan Modal Nekat dan Perhitungan Matang Ditulis oleh Mahanugra Kinzana, fotografi dokumentasi Negarawan



118

Negarawan adalah brand tenun dan batik besutan penulis yang akhirnya mampu diwujudkan dari mimpinya semasa kuliah. Bermula dari cita-cita menjadi seorang wirausahawan muda yang ingin berkontribusi terhadap kemajuan ekonomi makro Indonesia, alumnus universitas di Australia ini mencetuskan sebuah bisnis start-up di bidang tekstil Tenun dan Batik nusantara. Simak ceritanya berikut ini. Terlahir dari keluarga yang berlatar belakang non-pengusaha, saya dididik orang tua untuk menjadi seorang pegawai profesional di perusahaan multinasional. Namun, keinginan saya berbanding terbalik 180 derajat dengan keinginan orang tua. Saya selalu mendambakan bisa membangun sebuah dinasti bisnis yang dapat memberikan sumbangsih terhadap kemajuan ekonomi nasional. Setelah tiga tahun bekerja dari level paling yunior hingga mendapatkan promosi ke level manajer menengah, saya memutuskan untuk melanjutkan studi di jenjang S2. Pasca S2 ini saya bekerja di perusahaan retail asal Perancis di Jakarta. Nah, di tempat ini lah kesadaran atas pentingnya memulai berbisnis sedini mungkin ini muncul. Logika dan intuisi saya ketika itu mengatakan: “Working for a large company is super boring, as my boss is suppressing my aspirations! What will happen if I create a product that touches peoples’ lives? I can let my crazy ideas flowing and the satisfaction I will get from building a business might be more interesting. It’s a very big maybe and probably too risky. Oh but whatever, I’m going to give this a try!” “Bekerja untuk sebuah perusahaan besar tidak memberikan saya ruang untuk berkembang, karena atasan saya menekan aspirasi saya! Apa yang akan terjadi apabila saya bisa berdiri sendiri dan menghasilkan produk yang bisa memberi sentuhan berarti terhadap hidup orang lain? Terlebih lagi, saya bisa menyalurkan ide-ide kreatif yang selama ini tertahan di kepala saya kepada pembangunan bisnis tersebut, yang tentunya akan memberikan kepuasaan tersendiri. Memang semua kemungkinan bisa terjadi dan beresiko tinggi. Apa pun itu, saya harus tetap teguh pada pendirian. Saya akan mencobanya!” Hanya itu yang ada di dalam pikiran saya. Dan akhirnya hanya bermodal nekat dengan perhitungan matang, saya beranikan diri untuk berhenti bekerja di perusahaan tadi dan mencari jalan agar bisa berdiri sendiri. Dari sinilah lantas sampai kepada keputusan membangun “Negarawan”. Mengulas sedikit tentang bisnis saya sekarang, Negarawan adalah merek siap pakai tenun dan batik untuk pria dengan keunggulan corak yang eksklusif, modern, dan yang paling penting harga yang terjangkau. Target market utama Negarawan adalah para pria muda dewasa yang baru memulai karir dan ingin berpenampilan profesional dan kharismatik.


119

Ide mendirikan sebuah bisnis terkadang terasa sulit. Tapi saya meyakini ada banyak cara untuk memunculkan ide yang kreatif. Negarawan sebetulnya muncul dari permasalahan saya dalam menemukan tenun dan batik yang sesuai dengan selera dari segi harga dan model. Jadi, yang namanya ide bisnis itu datangnya tak terduga, tidak peduli waktu dan tempat, tiba-tiba terbesit seketika. Setelah melakukan riset pasar, ternyata benar terbukti bahwa yang memiliki permasalahan seperti saya ini jumlahnya tidak sedikit. Artinya, akan ada pasar yang aktif jika saya benar-benar meluncurkan brand Negarawan. Berdirinya Negarawan hingga saat ini tentunya bukan aksi tunggal saya semata. Di masa pra pendirian perusahaan, saya mengajak teman kuliah yang saya nilai sangat smart dan berdedikasi tinggi di bidang keuangan. Akhirnya teman baik saya itu, Angga Ajiputra (Aji), setuju untuk bergabung membangun Negarawan. Alhamdulilah, Aji memiliki visi yang sama seperti saya dalam hal bisnis. Sekarang, Negarawan sudah berumur enam bulan sejak pertama kali kami memutuskan untuk terjun membangun bisnis ini. Diawal masa pembangunan bisnis seperti ini, tekanan, kendala, dan permasalahan tanpa henti terus menguji ketahanan mental para pemilik beserta seluruh jajaran tim inti Negarawan. Kadang saya berpikir, “Membangun perusahaan start-up begini kok rasanya seperti bermain teka-teki yang tidak akan ketemu solusinya ya?� Masalah satu selesai, muncul lagi sepuluh masalah baru. Namun, itu lah yang dinamakan dengan berbisnis dan berdiri dengan kaki sendiri. Semua masalah harus di hadapi, dicerna, dan dicari jalan keluarnya. Justru saya punya prediksi bahwa kelak bertambah besarnya skala usaha saya, semakin banyak masalah yang akan mengikuti. Itu lah tantangan yang di hadapi oleh semua pebisnis. Bagaimana pun juga, saya tidak pernah berkecil hati dan tunduk kepala menghadapi segala tantangan dan persaingan ketat industri. Kami yakin jika kita mengoptimisasi bisnis kita setiap hari dengan tekun, perlahan-lahan gol utama perusahaan ini akan tercapai. “If you repeat and optimise a business process on a daily basis, it is bound to succeed. It is simply the theory of physics.� Pola pikir seperti ini yang sering saya tanamkan ke seluruh tim Negarawan.



121

Kita juga percaya bahwa hal yang membedakan antara pebisnis yang sukses dan yang tidak adalah ketika kita mau melakukan hal melelahkan yang tidak mau dilakukan orang lain. Tidak perlu menjadi pribadi yang super jenius untuk berhasil. Kemauan dan ambisi yang besar itu lebih penting dari hanya modal pintar semata. Ilustrasinya begini, untuk sebagian orang, masuk ke daerah-daerah pelosok nusantara dengan infrastruktur minim untuk mencari pemasok bahan mentah adalah hal yang merepotkan dan sangat melelahkan, sehingga mereka enggan untuk melakukan hal tersebut. Akan tetapi, jika kita rela dan semangat untuk melakukan hal tersebut, kita akan menemukan pemasok bahan yang sesuai dengan keinginan kita. Bergerak maju atau tinggal diam, itu semua tergantung seberapa besar keinginan kita untuk berhasil. Negarawan memiliki tujuan besar ke depan untuk menjadi yang terdepan di pasar tenun modern dan pakaian batik. Tujuan yang akan lebih membanggakan lagi adalah jika bisa memperkenalkan tenun dan batik sebagai pakaian formal untuk para eksekutif muda di pasar internasional. Alhamdulilah, strategi tersebut sudah mulai mendapat minat dari pasar internasional. Negarawan saat ini sedang menjalin hubungan dengan para re-seller di Singapura dan Los Angles, Amerika Serikat. Yang lebih mengagetkan lagi adalah ketika mereka menyatakan bahwa Tenun dan Batik Negarawan “sangat keren�, hanya dengan melihat branding kita melalui Instagram. Namun, untuk merealisasikan distribusi produk ke pasar-pasar tersebut tentunya tim Negarawan harus bekerja keras untuk memastikan bahwa daya produksi dan sistem distribusi kami ada di level yang solid dan siap merambah pasar internasional. Bapak Jusuf Kalla pernah bicara mengenai kurangnya jumlah pengusaha di seluruh dunia ini. Beliau sudah sejak lama mendorong para pemuda untuk menjadi pengusaha mengikuti jejak Nabi Muhammad, daripada beramai-ramai hanya menjadi pegawai. Sama seperti Bapak JK, saya ingin ikut menginspirasi para pelajar dan calon pebisnis muda untuk ikut terjun memajukan ekonomi Indonesia. Follow Negarawan di Instagram @sayanegarawan, twitter @negarawan_id and kunjungi www. NegarawanIndonesia.com.

Mahanugra Kinzana adalah co-founder dan managing director of sales, marketing, and operations di Negarawan. Mahanugra mendapatkan gelar Master of Commerce dari Binus Business School Jakarta dan Macquarie University pada tahun 2014. Sebelum itu, Mahanugra lulus dari Binus Business School dengan gelar Magister Manajemen pada tahun 2013. Mahanugra juga lulus dari Deakin University pada tahun 2011 dengan gelar Bachelor of Management (Majoring in Marketing).



123

Profil Bisnis: Bake-a-Boo Ditulis oleh Adrian Surya Mohammad Hatta, fotografi dokumentasi Bake-a-Boo



125 Bake-a-Boo adalah sebuah impian yang menjadi kenyataan. Sesuatu yang berawal dari hobi yang kemudian dikembangkan dengan serius ternyata mampu menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Pencarian sebuah ciri khas dan resep sama halnya dengan sebuah usaha untuk mengekspresikan diri. Dalam kesempatan kali ini, AKTIVIS berkesempatan untuk berbagi inspirasi bersama Chef Myranda Ambarsari, pendiri dari Bake-a-Boo. Dari mana Chef Myra mendapatkan ide untuk memulai bisnis cupcakes Bakea-Boo ini? Idenya pertama kali datang atas dasar kesukaan terhadap cupcakes. Lalu, terbesit keinginan untuk bisa membuat juga. Jadi akhirnya saya mengambil keputusan untuk sekolah masak di La Cordon Blue di Sydney untuk belajar, dengan tujuan akhir ingin membuka sebuah toko pastry. Setelah saya selesai sekolah setahun lamanya, saya mencoba untuk mengajar masak selama setahun. Sewaktu mengajar itulah saya baru menyadari kalau ternyata membuat cupcakes itu menyenangkan. Menurut Chef Myra sendiri, apa aset terbesar dari Bake-a-Boo? Resepnya adalah hal yang paling penting. Selama saya mengajar, saya mulai mengumpulkan resep dan mencobanya satu per satu, dan saya menyadari kalau ada bermacam-macam tipe dari cupcakes yang sebenarnya tidak mudah untuk dibuat. Jadi, proses paling lama adalah pencarian resep dan memasukkan personality saya di dalamnya. Kalau dijumlah, proses pembuatan resepnya sendiri memakan waktu kira-kira setahun. Apa sebenarnya hal pendorong yang paling penting untuk bisa memulai sebuah bisnis? Hal yang paling penting adalah keinginan dan niat. Dalam prosesnya, muncul perasaan ingin berbagi kepada orang lain. Sebuah keinginan yang kuat untuk bisa membuat khalayak umum menyadari lezatnya sebuah cupcakes. Keinginan untuk bisa membuat orang lain senang. Jadi saya percaya bahwa apabila customer itu bisa mengerti kelezatan dari sebuah cupcakes ciptaan Bake-a-boo, sisi bisnisnya akan datang dengan sendirinya. Apa hal terberat yang menjadi penghalang untuk memulai bisnis Bake-a-Boo ini? Apa saja kendala yang dihadapi dalam perjalanannya? Hal terberatnya adalah pertimbangan harga. Kami tidak tahu apakah harga cupcakes yang kami jual di Yogyakarta dan sekitarnya itu bisa diterima dengan baik oleh pembeli atau tidak. Di Yogyakarta, segalanya murah, dan itu menjadi sebuah tantangan terbesar dari Bake-aboo untuk dapat bersaing dengan pilihan makanan yang relatif lebih murah. Ditambah lagi, biaya produksi juga menjadi sebuah penghalang. Harga bahan baku merupakan komponen terbesar daripada harga cupcakes itu sendiri sehingga penentuan harga jual sebuah cupcake menjadi tidak fleksibel.


Bake a Boo Jl. Kaliurang km 5, CT 3, no. 4 Yogyakarta 087888002131 Instagram: @bymyranda




129 Human resources juga merupakan sebuah kendala tersendiri, utamanya dalam proses pelatihan asisten koki. Pegawai di dapur berhubungan langsung dengan kualitas produksi dari cupcakes itu sendiri yang cukup teknis. Demi menjaga kualitas dari cupcakes Bake-a-Boo, saya sangat memerhatikan kemampuan dari karyawan-karyawan yang di dapur. Sementara itu, frontliner di kafe dan toko sendiri tidak terlalu sulit dalam hal pelatihannya. Dalam hal ekspansi juga banyak kendalanya. Harga merupakan sebuah faktor penting, tetapi proses produksi juga memberikan tantangan lebih besar. Di kala sebuah bisnis itu mulai membesar, kerahasiaan adonan dan seluruh proses masak itu sulit untuk dijaga dan dilindungi. Sangat tidak masuk akal apabila saya sendiri yang harus membuat adonannya di berbagai tempat secara bersamaan. Bagaimana dengan resep? Apakah Chef Myra mengajarkan stafnya untuk membuat cupcakes atau proses pembuatannya dikerjakan sendiri? Dalam hal peracikan dan pembuatan adonan, saya melakukannya sendiri. Itu termasuk pembuatan adonan, takaran, hingga semua bahan siap proses, itulah yang saya kerjakan sendiri. Tetapi proses heating di ovennya diserahkan kepada karyawan-karyawan di dapur. Itu memang yang ingin saya capai untuk saat ini. Rahasia racikan harus tetap saya pegang, tetapi proses cooking-nya bisa saya delegasikan. Karena saya percaya cita rasa sebuah produk kuliner itu mayoritas berasal dari adonannya. Apa rahasia Chef Myra bisa membuat sebuah hobi dan passion menjadi sebuah peluang bisnis? Sebenarnya dari dulu saya suka masak. Saya nggak suka mengerjakan sesuatu yang monoton, [seperti pegawai kantor]. Nah, dari hobi yang masak tadi lalu saya memiliki kesempatan untuk mendalami cooking skill-nya. Jadi perkembangannya terjadi dari sebuah hobi yang ditekuni, dan didalami lagi, baru benar-benar menjalani dengan fokus di hobi tersebut. Jadi prosesnya itu panjang dan lama. Di tengah jalan pun kendalanya banyak. Hobi itu kan menyenangkan, tetapi begitu dijadikan profesi, bukankah nilai fun-nya berkurang? Berkurang sih iya. Kalau dulu hobi, tapi tidak ada beban. Kalau sekarang ada beban, seperti kualitas produksi, beban karyawan, dan lain-lain. Semuanya tetap menyenangkan, tetapi karena ada tanggung jawab tadi itulah, jadi berkurang kesenangannya. Tapi tentu saja itu akan kembali lagi kepada bagaimana kita mengaturnya. Intinya, apapun itu, selama kita tekun dan maksimal dalam menjalaninya, semua pasti bisa dilakukan. Apakah Chef Myra memiliki saran bagi teman-teman AKTIVIS dalam memulai dan membesarkan sebuah bisnis? Saranku, kalau sudah jadi hobi, sudah suka, pasti menjalaninya lebih mudah, dan lebih mudah. Jadi [seperti apa pun] perjalanannya, jika dikerjakannya dari dalam hati, pasti akan tetap bahagia. Tapi tentu saja semua itu harus diserai dengan sebuah niat, tekad, serta usaha yang keras. Jika tidak, apa pun itu yang kita lakukan, tidak akan berjalan dengan baik.




132

Profil Bisnis: Lucius & Ki Ditulis oleh Adrian Surya Mohammad Hatta, fotografi dari Lucius & Ki


Lucius & Ki Watches Phone : +62 - 8568 0402 71 Email : sales@luciusandki.com


134 Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sumber daya dan keanekaragaman budaya. Sebuah kombinasi yang sangat menarik yang tentunya akan semakin berarti apabila ditambah dengan talenta dari warga negaranya. Kombinasi dari ketiga unsur tersebut tergambar dalam sebuah produk anak bangsa dengan merek Lucius & Ki (L&K). Sebuah merek jam tangan premium karya anak bangsa yang merupakan hasil karya seni pahat khas Indonesia dipadukan dengan bahan kayu lokal yang dikombinasikan dengan movement engine dari Swiss. Kali ini AKTIVIS berkesempatan langsung untuk bisa berbagi inspirasi dengan salah satu pendiri L&K, Bapak Lucius Leon Worang. Apa Pak Leon bisa menceritakan sedikit tentang latar belakang Bapak? Saya lahir di Jakarta, tapi lama menetap di Inggris untuk studi dan kerja. Saya juga pernah bekerja di Amerika Serikat dan Australia walaupun tidak lama. Bagaimana awalnya Pak Leon bisa terjun ke dalam bisnis timepiece ini? Apa yang membuat Bapak tertarik bergelut di industri ini? Awalnya saya hanyalah seorang pencinta jam tangan. Lalu kebetulan saya bertemu teman yang juga mempunyai hobi dan passion yang sama. Dikombinasikan dengan kesukaan kami terhadap hasil seni terutama kayu dan kerajinan lokal, maka akhirnya ide tersebut kami integrasikan dengan jam tangan. Yang membuat kami tertarik adalah fun dan tantangan untuk menjalankan bisnis yang menurut saya masih sebatas hobi. Saya tidak menganggap ini sebagai bisnis karena mentalitas kita yang sejujurnya kurang begitu pusing dengan yang namanya jualan. Kita hanya menjalankan karena kita enjoy saja. Jika dibeli orang dan dihargai, buat kami itu bonus. Membangun sebuah brand itu tidaklah mudah dan akan membutuhkan banyak sumber daya, terutama untuk segmen luxury products. Apa yang menginspirasi L&K untuk memilih terjun di dalam segmen luxury timepieces? Pendorong kami untuk terjun adalah seperti yang dibahas sebelumnya yaitu kecintaan terhadap jam tangan dan kerajinan lokal. Pada awalnya kita tidak ada rencana sama sekali untuk masuk ke dalam segmen luxury market. Ini lebih merupakan sebuah visualisasi dari jati diri dan apresiasi kita terhadap apa yang kita lakukanlah yang mendorong kita masuk di golongan ini. Prinsip bisnis kami pada dasarnya adalah kesempurnaan. Kami ingin agar setiap produk yang kami buat itu berkualitas tinggi. Namun, menghasilkan timepiece yang berkualitas tidaklah murah. Oleh karena itu kami mencoba menggabungkannya dengan kerajinan bangsa Indonesia yang nilainya sangat tinggi. Disaat kita mengawinkan kesempurnaan dan karya seni bangsa Indonesia, maka tinggilah harganya. Jadi sebenarnya kami pun secara tidak sadar sudah menempatkan produk kami di pasar barang-barang mewah tersebut. Ditambah lagi, produk jam kami bukanlah hasil mass-produced atau bisa dibilang bespoke [dibuat sesuai permintaan pelanggan–red].


135

Mungkin boleh sedikit diceritakan mengenai brand identity dari L&K. Menurut Pak Leon, bagian mana dari produk L&K yang nuansa Indonesianya paling kental? Sejauh mana brand L&K ini sudah dikenal di pasaran? Apakah pasar Indonesia sendiri memiliki potensial untuk digarap? [Identitas L&K dapat dilihat] dari dial kayu yang bertema budaya Indonesia, seperti karakter wayang dan pendopo yang mempunyai nilai filosofi masing-masing. Dua hal ini sudah merupakan ciri khas dari L&K. Ciri khas ini dapat dilihat pada setiap produk dari L&K. Kalau perihal potensi itu pasti ada, tapi pertanyaannya lebih kepada apakah pasar domestik sudah siap untuk menerima kelebihan sendiri yang dihargai premium. Bangsa kita adalah bangsa yang cukup superficial dan brand-minded dalam realitanya, jadi jujur sedikit sulit bergerak di dalam negeri dikarenakan brand kami yang masih berada dalam proses pembangunan. Tapi semakin lama, sudah semakin membaik dan kecintaan terhadap produk lokal pun sudah meningkat. Merek kami sayangnya lebih dikenal di luar negeri daripada di dalam negeri sendiri. Namun itu tidak akan menyurutkan niat kami. Kami akan terus bergerak untuk meningkatkan reputasi dan brand awareness kami di pasar dalam negeri. Untuk proses produksinya sendiri, mungkin boleh diceritakan sedikit proses pembuatan dari sebuah timepiece oleh L&K? Sejauh mana quality control (QC)nya terjaga? Mesin kami adalah mesin yang kami impor langsung dari Swiss. Mesin tersebut kami bongkar dan ukir satu per satu sebelum dimasukkan ke dalam casing kami. Proses yang paling sulit adalah pembuatan dial kayu tersebut. Dari balokan kayu Sumatera yang besar, kami harus mengikisnya hingga ketebalan 0.9-1mm dengan tangan. Proses tersebut bisa memakan waktu sembilan jam jika tidak patah dan dikerjakan tanpa henti. Jika balokan kayu patah, maka harus mengulang dari awal. Pada realitanya, pengrajin tidak akan bisa bekerja sembilan jam dengan fokus tanpa istirahat. Jadi proses produksinya sendiri memang sangat lama. Tentunya pelanggan akan ikut serta dalam proses pemilihan kayu yang akan digunakan. Untuk proses QC sendiri memakan waktu satu minggu untuk menjamin kualitas dari sebuah jam L&K. Tes seperti tes tekanan, tes posisi kemiringan, tes kekedapan, tes tahan air dan lain-lain harus dijalankan dengan baik dan berhati-hati agar hasilnya maksimal.


136

Apa ciri khas dari L&K timepieces ini yang unik dan menjadi pembeda dibandingkan timepieces merek-merek lainnya? Pertama, setiap jam produksi kami adalah handmade dan bespoke. Produk jam kami yang paling kami banggakan menggunakan unsur kayu yang native dari Sumatera dan kemudian diolah oleh tangan seniman lokal. Unsur kayu tersebut dikombinasikan dengan movement machine buatan Swiss kelas satu yang umumnya dipakai oleh merek-merek besar. Kita mengakui bahwa di dunia ini tidak ada dua individu yang sama. Kami mengakomodasi hal ini di dalam filosofi bisnis kami. Kami berusaha menciptakan setiap timepiece dengan berbeda. One watch for one man. Kayu Sumatera dan proses produksi kamilah yang akan merepresentasikan filosofi tersebut. Dalam pembuatannya pula, pembeli akan diberikan pilihan corak dan warna kayu yang mereka suka sehingga barang kami akan menjadi sangat personal. Setiap orang yang mempunyai resources bisa membeli jam Rolex atau Patek Philippe yang bisa saja identical, namun setiap timepiece dari L&K kami jamin akan berbeda. Ditambah lagi, kami memberikan sentuhan kepribadian di dalamnya. Seni Indonesia sering dianggap sepele dan dipandang sebelah mata oleh bangsa sendiri. Namun di mata mancanegara, karya seni Indonesia diakui hebat. Kami ingin mengangkat nilai tersebut. Mungkin, kami tidak memiliki teknologi produksi sekelas Rolex atau Patek Philippe. Tetapi, ada hal yang kami miliki yang tidak ada pada produk mereka. Yaitu sebuah nilai seni kayu yang tinggi. Untuk penetrasi pasar sendiri, branded dan luxury timepieces itu kan pasarnya sudah cukup penuh dan banyak pemainnya disana. Contohnya, Rolex, Breitling, IWC, Panerai, ataupun Patek Philippe. Menurut Pak Leon, di mana Bapak ingin menempatkan L&K ini diantara para pesaingnya? Dan apa strategi yang digunakan L&K dalam menyukseskan visi marketing tersebut? Selalu ada pasar untuk setiap hal yang berbeda menurut saya, jadi kami tidak perlu khawatir. Produk kami memang niche, tetapi disinilah kami berada dan inilah identitas dari L&K. Tentunya kami ingin menempatkan L&K diatas para pesaingnya. Tetapi intinya kami berusaha untuk membuat sebuah produk yang berbeda dari yang lain, karena kami memang berbeda. Untuk visi marketing ini cukup unik dan susah dijawab bahkan mungkin tidak akan bisa dimengerti oleh banyak orang. L&K ini adalah realisasi dari sebuah hobi yang menjadi bisnis. Jadi esensinya, kami tidak pernah punya strategi marketing apa pun dari awal kami memulai.


137

Sejujurnya, kami merasa beruntung cerita kami ini bisa diangkat dan dihargai oleh media mancanegara hingga kini. Strategi kita di L&K adalah hasilkan yang terbaik, terunik dan aim for perfection. [Dengan ini] cerita dan reputasi akan datang dengan sendirinya. Inilah yang sampai sekarang kami jalani dan alami. Tidak ada sepeser pun dana kita keluarkan untuk marketing. Semua hanya berawal dari cerita kawan dari mulut ke mulut, sampai ke penghobi, lalu media lokal ke media international hingga televisi mancanegara. Jujur kami tidak menyangka untuk bisa menjadi seperti sekarang. Dari awal kami hanya fokus untuk menghasilkan dan berkarya dengan passion. Kami percaya hasilnya pasti akan mengikuti. Dalam hal desain, bagaimana sih prosesnya dalam perancangan sebuah timepiece itu sendiri? Apakah L&K memiliki tim khusus untuk merancang produk-produk tersebut? Tidak. Hanya saya, Lucius Leon Worang, dan Hocky Eka Santha yang mengerjakan perancangan dan ide-ide jam tangan. Kami senang mengerjakan semua sendiri. Di luar pekerjaan utama kami di dalam perusahaan, proses perancangan ini sangatlah liberating dan menyenangkan. Kalau dalam hal corporate social responsibility, apakah L&K sudah memiliki konsep sejenis di dalam business model-nya? Sudah. Kayu kami berasal dari hutan yang proses penebangan dan pemeliharaannya terkontrol. Jadi, kayu tersebut berasal dari area yang ditanam khusus untuk diolah dan bukan hasil tebang pohon yang ilegal. Selain itu, kami juga berencana membangun sekolah pembuatan jam untuk mendidik anak-anak terlantar secara gratis. Intinya, kami ingin secara proaktif dapat membantu komunitas. Menurut Pak Leon, apa yang sebenarnya paling penting dalam menjadi seorang entrepreneur? Yang paling penting adalah good heart and good brain. Ditambah lagi, seorang entrepreneur haruslah memiliki passion terhadap bisnis apa pun yang dilakukan. Selain itu, apa pun jenis bisnisnya, seorang entrepeneur haruslah melakukannya dengan sepenuh hati, jiwa dan raga. Seiring dengan prinsip-prinsip itu juga, sebagai seorang social entrepreneur saya khususnya harus memikirkan kepentingan sosial dan komunitas dimana saya dan bisnis saya berada. Sebisa mungkin berkontribusi untuk bersama-sama maju dengan semua stakeholders. Sebagai penutup, mungkin Pak Leon dapat memberikan beberapa saran kepada teman-teman AKTIVIS tentang bagaimana menjadi seorang entrepreneur? Seperti jawaban diatas hehe‌ good heart and good brain. Kalau kita mau melakukan sesuatu jangan setengah-setengah.


138

Refleksi: Belajar Otodidak, Siapa Takut? Ditulis oleh Vania Andreani Pratama, fotografi oleh Rayi Christian Wicaksono



140

Siapa yang sebelumnya sudah mengetahui keberadaan Kampung Desain Grafis? Desa Kaliabu yang berada di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini dijuluki Kampung Desain Grafis atau Kampung Pengrajin Logo, dikarenakan oleh sebagian besar penduduk desa ini yang sudah menjadikan profesi desainer logo sebagai mata pencaharian utama. Pada mulanya, hanyalah sekelompok kecil yang menyebut dirinya sebagai komunitas Reworewo, mencoba menyalurkan bakat mereka di dalam dunia seni kreatif mendesain logo. Tanpa disangka, karya mereka ini dilirik oleh perusahaan-perusahaan besar dari berbagai belahan dunia. Mereka pun mulai mengirimkan hasil karya tersebut secara online untuk dilombakan dengan logo-logo yang dikirimkan oleh peserta di seluruh dunia. Kerja keras mereka akhirnya membuahkan hasil. Prestasi yang mereka dapatkan pun tidak main-main, mereka bisa memenangkan kompetisi tersebut di kancah internasional. Yunan Hamami, warga setempat, memberikan komentarnya, “Jika menang kompetisi itu bisa dapat hadiah puluhan sampai ratusan dolar.� Siapa yang tidak tergiur dengan hadiah yang bisa mencapai puluhan juta tersebut? Seiring perjalanan waktu, jumlah anggota komunitas semakin bertambah hingga mencapai ratusan orang, semuanya merupakan warga Desa Kaliabu. Mamik, panggilan akrab Yunan Hamami, menceritakan bahwa salah satu penggagas komunitas ini dulunya berprofesi sebagai supir bus malam. Namun, dia mengganti haluan menjadi desainer logo, mengajak saudara serta para tetangga untuk belajar mendesain sekaligus mecari uang dari hasil karya tersebut. Salah satu hal yang patut ditekankan dari anggota Komunitas Rewo-rewo adalah mereka tidak mempunyai sumber daya yang mencukupi. Dari segi pendidikan, banyak dari mereka tidak mengenyam pendidikan tinggi, apalagi sekolah khusus desain. Mereka belajar softwaresoftware yang dibutuhkan seperti misalnya Corel Draw dan Adobe Photoshop secara otodidak, lalu mencari informasi berbagai lomba desain dari seluruh dunia. “Modal kami cuma Google Translate karena kami tidak bisa bahasa Inggris untuk memahami petunjuk lomba,� ujar Mamik.


141

Namun, kekurangan yang dimiliki tersebut tidak dapat mengurangi hasil karya yang mereka bisa peroleh. Didukung dengan rasa kekeluargaan yang sangat erat, mereka saling membantu dan mendukung satu dengan yang lain untuk berkompetisi secara sehat. Jika ada warga Desa Kaliabu yang sedang mengalami kesulitan, mereka pun bahu membahu untuk menyisihkan hadiah yang sudah didapat supaya bisa membantu mereka yang membutuhkan. Sebagai salah satu praktisi desain sendiri, saya pun cukup terkagum setelah membaca berita ini di artikel situs Kompas tertanggal 9 Januari silam. Dengan keterbatasannya, mereka bisa mengubah hal tersebut menjadi hal positif yang bisa meningkatkan kesejahteraan Desa Kaliabu. Mereka dapat mengubah citra desa tersebut, yang dulunya dikenal sebagai desa preman, sekarang dijuluki Kampung Desain Grafis dan memiliki reputasi hingga di kancah internasional. Seakan diingatkan oleh artikel ini, saya pun tersentak karena sebagai mahasiswi yang tinggal di Sydney, mempunyai koneksi internet yang stabil dan lancar, mempunyai kemampuan berbahasa Inggris dan juga sedang menempuh pendidikan tinggi di dalam bidang desain. Semua hal yang saya miliki terkesan sangat mewah jika dibandingkan dengan komunitas Rewo-rewo dengan sumber daya yang seadanya. Namun, mereka bisa memberikan hasil yang sangat besar dan memberikan dampak positif di sekitarnya. Sesuatu yang belum bisa saya capai hingga sekarang ini. Semoga cerita komunitas Rewo-rewo ini dapat memacu para pembaca yang mempunyai ketertarikan di bidang apapun untuk tidak pernah menyerah hanya karena keterbatasan sumber daya. Ubah kekurangan tersebut agar bisa memberikan semangat yang lebih besar, supaya kita bisa meraih apa yang kita impikan. Sumber: http://regional.kompas.com/read/2015/01/09/18185831/Belajar.Otodidak. Para.Pemuda.Desa.Ini.Kerap.Juarai.Lomba.Desain.Tingkat.Dunia


142

ICarE is Back for its Second Year Ditulis oleh Regina Davia Tunru


143

Dewasa ini, banyak pelajar Indonesia yang meneruskan pendidikan mereka di luar negeri, bukan hanya demi mendapatkan kualitas dan sistem pendidikan yang lebih baik, tetapi juga untuk memperoleh pengalaman yang sangat berbeda, mengingat banyaknya peluangpeluang untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan pribadi dan sosial. Maka dari itu, muncul kekhawatiran bahwa pelajar Indonesia yang telah menimba ilmu di luar negeri cenderung memilih untuk bekerja dan menetap di sana dan menolak untuk kembali untuk berkontribusi dalam memajukan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan kesadaran pelajar Indonesia di Australia akan pentingnya peranan mereka terhadap pembangunan Indonesia, Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) Melbourne University kembali menyelenggarakan Indonesian Career Expo, atau yang sering dikenal dengan sebutan ICarE. Acara yang akan berlangsung pada tanggal 15 dan 16 Mei 2015 ini hadir dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan karir pelajar Indonesia di Australia dan kebutuhan perusahaan-perusahaan di Indonesia akan tenaga kerja yang berkualitas. Maka dari itu, ICarE menyediakan sarana yang dapat menginformasikan pelajar Indonesia akan peluang karir di tanah air dengan berbagai program acara yang menarik selama dua hari. ICarE akan dimulai dengan The Premiere pada tanggal 15 Mei 2015, yakni sebuah acara yang menghadirkan berbagai pembicara ternama dengan background yang berbeda untuk memberikan pesan dan inspirasi kepada seluruh pelajar Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Melbourne, Australia. Pengunjung dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh terkemuka yang telah berkontribusi dalam pembangunan bangsa ini. Salah satu pembicara influential yang akan hadir adalah Bapak Emir Satar yang akan mengajak kita semua untuk berdiskusi mengenai bisnis dan perekonomian, dan juga Dr. Lie Augustinus Dharmawan, pendiri doctorSHARE Foundation, yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia yang kurang mampu dengan menyediakan layanan kesehatan bebas biaya bagi mereka yang membutuhkan. Tanpa diragukan lagi, acara ini merupakan sebuah platform yang dapat memberikan kesempatan langka bagi seluruh pelajar Indonesia untuk dapat berdiskusi dan membangun koneksi dengan representatif-representatif dari berbagai industri di Indonesia.

ACARA PPIA



145

Acara Career Expo sendiri akan berlangsung pada tanggal 16 Mei 2015 dan akan diselenggarakan di State Library of Victoria. Dalam expo ini, berbagai perusahaanperusahaan terkemuka Indonesia akan hadir dan memberikan kesempatan bagi pelajar Indonesia untuk mengenal lebih baik lapangan pekerjaan dan juga peluang kerja yang dapat mereka peroleh. Mengingat banyaknya keanekaragaman dalam bidang pendidikan, ICarE berusaha untuk menyediakan kesempatan yang sama bagi seluruh pelajar Indonesia dengan mendatangkan perusahaan-perusahaan dari berbagai macam industri. Bersamaan pada tanggal 16 Mei tersebut akan dilangsungkan beberapa seminar yang akan dibawakan oleh representatif dari beberapa perusahaan yang berpartisipasi dengan tujuan untuk memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai perusahaan itu sendiri. Bukan hanya itu, beberapa perusahaan juga akan mengadakan wawancara dan proses rekrutmen bagi pengunjung yang berminat untuk bekerja ataupun magang di perusahaan tersebut. Pelajar Indonesia juga akan diberikan kesempatan untuk menghadiri Insight Dinner, yang akan berlangsung pada tanggal 16 Mei 2015. Dalam acara semi formal ini, peserta dapat memperoleh peluang untuk berbincang dan berdiskusi langsung dengan para representatifrepresentatif dari berbagai perusahaan sambil menikmati makan malam. Dengan suasana yang lebih rileks sangat diharapkan bahwa peserta dan representatif perusahaan dapat saling mengenal dengan lebih baik, membangun hubungan dan jaringan yang lebih dalam, sembari berteguh pada tujuan yang sama, yaitu untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

ACARA PPIA


2015


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.