ANOTASI PUTUSAN MK No. 45/PUU-IX/2011 MENGENAI PENGUJIAN KONSTITUSIONALITAS KAWASAN HUTAN DALAM PASAL 1 ANGKA 3 UU No. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN
Yance Arizona, SH., MH., Siti Rakhma Mary SH., MSi., dan Grahat Nagara, SH 15 Maret 2012
I. POSISI KASUS Perkara No. 45/PUU-IX/2011 adalah perkara pengujian undang-undang yang diajukan oleh lima orang bupati dari Kalimantan Tengah dan satu orang wiraswasta untuk menguji konstitusionalitas kawasan hutan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (UU Kehutanan). PEMOHON
Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan
“Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.” Pada mengajukan
intinya, permohonan
No
Nama
1
Muhammad Mawardi (Bupati Kapuas)
2
Duwel Rawing (Bupati Katingan)\
3
H. Zain Alkim (Bupati Barito Timur)
4
H. Ahmad Dirman (Bupati Sukamara)
pemohon
5
Hambit Bintih (Bupati Gunung Mas)
karena
6
Akhmad Taufik (Wiraswasta)
mendalilkan bahwa berlakunya Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan, khususnya frasa “ditunjuk dan atau” menyebabkan kerugian hak konstitusional pemohon, antara lain menyebabkan: (1) tidak adanya jaminan kepastian hukum dalam menjalankan kewenangannya, khususnya terkait dengan pemberian izin baru maupun perpanjangan izin yang telah ada sebelumnya di bidang perkebunan, pertambangan, perumahan, dan permukiman, maupun sarana dan prasarana lainnya; (2) Tidak dapat menjalankan otonomi seluas-luasnya karena kawasan yang akan dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti perkebunan, pertambangan, perumahan, dan permukiman, maupun sarana dan prasarana lainnya seluruh wilayah yang akan dimanfaatkan masuk sebagai kawasan hutan; (3)
Page 1 of 13