
8 minute read
Konsep Membuat Lampu Lava halaman
5 KONSEP MEMBUAT LAMPU LAVA Agustina Kadiani
“Anak-anak, ada yang tahu apa itu lampu lava?” tanya pak Dewantara. Semua temanku terdiam dan berbisik-bisik. “Lampu lava? Apa itu?” “Seperti banyak yang tidak tahu lampu lava, ya? Baiklah, Bapak akan bercerita dulu apa itu lampu lava.” Kelas terasa hening. Aku dan teman-temanku fokus dengan cerita Pak Dewantara. “Jadi zaman dulu ada orang Inggris namanya Edward C. Walker yang menemukan lampu lava atau dulu disebut Astro Lamp. Kenapa disebutnya lava? Karena katanya cairan yang gerak-gerak di dalam seperti lava yang keluar dari gunung. Edward terinspirasi ketika melihat timer untuk memasak telur yang bentuknya aneh di sebuah kafe. Akhirnya Edward ingin mendesain lampu warnaAgustina Kadiani warni yang naik turun dengan bahan dari lilin parafin dan minyak. Sebenarnya lampu ini adalah aksesori dekorasi rumah yang sempat nge-trend zaman tahun kakek dan nenek kita dulu. Dengan IPA, kita dapat membuat kesenian seperti ini.” “Kita juga bisa kok membuat lampu lava seperti Edward dengan bahanbahan yang gampang. Tapi sebelum kita membuat lampu lava, Bapak ingin kita main tebak-tebakan dulu. Gampang kok, cuma menebak benda yang Bapak tunjukkan ini bisa tenggelam atau mengapung. Setuju, anak-anak?” sambung Pak Dewantara. “Setujuuuu.”
Advertisement

Mengamati dan Berdiskusi
Di atas meja Pak Dewantara telah menyiapkan berbagai macam benda dan baskom berisi air. “Anak-anak, coba tebak… apa yang akan kita lakukan sekarang dengan barang-barang ini? Siapa yang mau jawab?” Bumi mengacungkan tangan. “Barang-barang itu akan dimasukkan ke air lalu kita lihat apa yang terjadi.” “Betul sekali, Bumi. Nanti kita coba main tebak-tebakan, yang akan dicelupkan ini tenggelam atau mengapung. Oke, mungkin Bapak minta sukarelawan maju ke depan untuk membantu Bapak. Siapa yang mau?” “Saya, Pak!” jawabku sambil mengacungkan tangan. “Baiklah anak-anak, sebelum kita mulai memasukkan ke dalam air, Bapak sudah buatkan tabel pengamatan. Nanti kita catat hasil yang kita amati ini di dalam tabel, ya.” No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Barang yang dicelupkan
Tenggelam / Mengapung Alasan Tabel Laporan Sendok plastik Sendok logam Kaleng minuman yang kosong Agustina Kadiani Aluminum foil yang diremas sedikit Aluminum foil diremas sekuatkuatnya hingga jadi kecil
Buah jeruk tanpa dikupas kulitnya
Jeruk yang dikupas kulitnya
“Sekarang, ayo kita mulai. Riko coba tolong masukkan sendok plastik dan sendok logam ke dalam air. Coba kita lihat, mana yang tenggelam dan mana yang mengapung.” Aku memasukkan sendok-sendok itu ke dalam baskom yang berisi air. Meskipun sama-sama sendok, ternyata sendok plastik akan mengapung dan sendok logam akan tenggelam. “Coba siapa yang tahu kenapa sendok plastik tenggelam dan sendok logam tidak? Riko tahu alasannya?” tanya Pak Dewantara padaku. “Mungkin karena plastik itu ringan jadi mengapung, tapi kalau logam itu berat jadinya tenggelam.” “Benar sekali. Tapi apakah benda yang terbuat dari logam itu selalu Agustina Kadiani berat dan tenggelam ke air? Coba kita lihat yang lain. Bagaimana kalau kaleng minuman yang kosong? Sebagian besar bahan untuk membuat minuman kaleng ini adalah aluminium, jadi ini termasuk logam. Nah, ini kira-kira tenggelam atau mengapung?” Teman-temanku saling berbisik dan mencoba menebak apakah akan tenggelam atau mengapung.

“Baiklah kalau begitu. Coba Riko tolong masukkan ke dalam air.” Ternyata kaleng minumannya mengapung. Kemudian Pak Dewantara menyuruhku memasukkan aluminium foil yang diremas sedikit dan bertanya kepada anak-anak di kelas. Dan mereka serempak menjawab, “Mengapung...!” Dan memang benar aluminium foil ini mengapung, sama seperti kaleng minuman yang kosong tadi. “Lalu… bagaimana kalau aluminium foil ini Bapak remas-remas dengan kuat sampai menjadi kecil, kira-kira akan tenggelam atau tidak?” Pak Dewantara memasukkan aluminium foil yang sudah diremas itu ke dalam baskom air. “Foil yang kecil ini akan jadi tenggelam. Kenapa bisa tenggelam? Karena udara yang ada di dalam aluminium foil ini keluar, sehingga aluminium foil akan lebih padat dan berat jenisnya menjadi lebih besar.” Agustina Kadiani

Penjelasan Pak Dewantara
Pada dasarnya memang benda yang berat akan tenggelam, sedangkan yang ringan akan mengapung. Tapi tidak selalu seperti itu, semuanya tergantung dari “berat jenis” atau dalam bahasa ilmiahnya adalah densitas (density). Berat jenis ini juga tergantung dari massa (berat benda) dan volume. Berat benda ini maksudnya adalah berapa banyak material atau bahan yang terkandung dalam benda itu (biasanya dalam gram, mg, kg, dan sebagainya). Kalau volume adalah berapa besar ruang yang dibutuhkan (biasanya dalam mililiter, liter, dan sebagainya). Sehingga berat jenis benda adalah berat benda dibagi dengan volume. Jika di air berat jenisnya lebih besar, maka benda tenggelam. Tapi jika berat jenisnya lebih kecil, maka benda akan mengapung. Untuk memperkenalkan tentang berat jenis ini, contoh yang paling gampang adalah menggunakan aluminium foil yang diremas lalu dimasukkan ke dalam air. Dengan berat aluminium foil yang sama jika dimasukkan ke dalam air, maka aluminium foil yang diremas sedikit akan mengapung. Tetapi jika diremas kuat hingga menjadi kecil, maka aluminum foil tadi akan tenggelam karena udara yang ada dalam aluminium foil akan keluar sehingga aluminium akan lebih padat. “Sekarang kita coba yang lain, kita coba masukkan jeruk ke dalam air. Sekarang siapa yang mau mencoba?” Kirana menoleh ke sekeliling kelas dan mengangkat tangan dengan ragu. Agustina Kadiani

“Iya Kirana, coba bantu Bapak memasukkan jeruk besar ini ke dalam air.” Kirana maju ke depan kelas dan melakukan yang disuruh Pak Dewantara. “Berat gak jeruknya?” tanya pak Dewantara. Kirana mengangguk. “Iya, agak berat.” Tetapi apa yang terjadi ketika jeruk yang berat itu dimasukkan dalam air? Jeruknya mengapung! Wajah Kirana terheran-heran diikuti anak-anak lain yang berbisik-bisik. Pak Dewantara tersenyum kemudian bertanya pada Kirana, “Kenapa Kirana? Ada yang aneh?” “Kok bisa jeruknya gak tenggelam? Padahal jeruknya kan berat.” “Oke, kalau begitu... bagaimana kalau kulit jeruk ini dikupas? Kira-kira akan tenggelam atau mengapung?” “Tenggelam?” “Kenapa kok tenggelam?” “Karena kalau kulitnya dikupas, jeruknya akan kehilangan udara, seperti aluminium foil tadi,” jawabku. “Bagus sekali. Coba sekarang kita lihat bersama-sama, apa benar-benar tenggelam setelah kulit jeruknya dihilangkan?” Dan... memang benar, jeruknya tenggelam. “Alasannya adalah kulit jeruk atau kulit buah yang lainnya mengandung perangkap udara. Jadi jika buah bersama kulitnya dimasukkan ke dalam air, maka berat jenis jeruk menjadi ringan dan akan mengapung ke air. Tetapi jika kulitnya dihilangkan maka berat jenis jeruk akan lebih berat sehingga akan tenggelam,” kata Pak Dewantara. Agustina Kadiani

Bermain
“Nah, sudah tahu, kan, apa itu berat jenis dan kenapa benda bisa tenggelam atau bisa mengapung? Sekarang kita akan membuat lampu lava,” kata Pak Dewantara. “Sekarang Bapak mempunyai minyak goreng. Minyak goreng ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil. Kita bisa menyebutnya minyak lebih ringan daripada air.” “Berarti minyak akan ada di atas air,” sahutku. “Iya, benar sekali Riko. Minyak akan ada di atas air atau di permukaan air.” Pak Dewantara pun menuangkan minyak ke dalam gelas yang berisi air. “Yang bagian atas ini apa, anak-anak?” tanya pak Dewantara sambil menunjuk gelas yang berisi cairan warna kuning di bagian atas. “Minyak goreng,” jawab anak-anak di dalam kelas serempak. “Lalu yang di bawah itu air,” sahut Bumi. “Betul sekali. Bagian bawah yang tidak berwarna itu air.” Sebelum uji coba dimulai, Pak Dewantara memberitahu dulu bahanbahan serta cara membuat lampu lava. Alat yang Diperlukan: • Gelas transparan Agustina Kadiani

Bahan yang Diperlukan:

Air Minyak goreng Tablet Alka-Seltzer/Redoxon/CDRAgustina Kadiani
Pewarna makanan (misalnya berwarna merah)



Serbuk gliter (jika ada)



Apa yang Harus Dilakukan?
• Masukkan air ke dalam gelas hingga 1/4 bagian.
• Masukkan minyak goreng ke dalam gelas yang sudah diisi dengan air hingga ¾ bagian. Kita akan melihat, minyak goreng akan berada di lapisan atas dan air akan berada di lapisan bawah.
• Beri 5 – 10 tetes pewarna makanan ke dalam gelas yang sudah berisi air dan minyak tadi.
Pewarna makanan akan tenggelam bercampur dengan air.
Agustina Kadiani
• Lalu masukkan ¼ bagian tablet Alka-Seltzer/Redoxon/CDR ke dalam larutan tersebut.
Lihat apa yang terjadi!
“Ayo, siapa yang mau memasukkan tabletnya? Yang lain bisa mendekat ke depan supaya kelihatan,” kata Pak Dewantara. Anak-anak pun mendekat ke depan. “Wow! Gelembung udara warna merah yang ada di bawah berjalan ke atas melewati minyak goreng!” seru pak Dewantara pada anak-anak. “Dan air yang warna merah ini kembali ke bawah lagi. Bagus, kan?” “Melihat hal ini, kita bisa membuktikan bahwa air tidak akan bercampur dengan minyak. Seperti kata Riko tadi, minyak akan berada di atas karena minyak mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari air,” sambung Pak Dewantara menjelaskan. Sebagian anak mengangguk dan sebagian anak-anak lagi fokus mengamati gerakan air di dalam gelas. “Beginilah bentuk lampu lava yang Bapak ceritakan tadi. Bedanya lampu lava menggunakan lilin parafin yang dicairkan. Lalu di bawahnya diberi lampu bolham. Kalau di bagian yang bawah panas, maka lilin parafinnya akan naik dan turun lagi seperti ini. Tablet redoxon yang dimasukkan hingga ke dasar ini akan melepaskan gas karbondioksida yang berupa gelembung-gelembung udara dan akan naik ke atas permukaan. Sehingga air berwarna merah yang bercampur dengan gas karbondiokisida ini pun akan ikut terangkat ke atas. Ketika gas yang berada di atas permukaan ini hilang, maka air berwarna merah yang terikut ke atas bersama gas akan turun lagi ke bawah. Alasan mengapa tablet redoxon dapat mengeluarkan gas adalah karena tablet itu me-

Agustina Kadiani
ngandung senyawa kimia bernama asam sitrat (citric acid) dan baking soda (sodium bikarbonat). Jika dua senyawa tersebut bereaksi dengan air, maka hasil reaksinya akan menghasilkan senyawa sodium sitrat (sodium citrate) dan gas karbondioksida. Gas inilah yang mempunyai tugas membawa air yang berada di bawah menuju ke permukaan,” lanjut Pak Dewantara menjelaskan secara terperinci. “Kalau gelembungnya sudah habis, bisa dikasih tabletnya lagi,” sambungnya. Kemudian ada anak yang memberi ¼ bagian Redoxon lagi. “Coba tebak, kira-kira apa yang turun ke bawah ini?” tanya Pak Dewantara sambil menunjukkan bagian merah yang turun dari atas ke bawah. “Udara,” kata anak-anak serempak. “Kan udaranya sudah ada di atas. Tuh, banyak gelembung-gelembung di permukaan gelas.” “Eh… berarti yang turun ini air, ya?” tanyaku. “Iya, yang turun ini cuma air saja.” Selama beberapa saat Pak Dewantara dan anak-anak memandangi lampu lava buatan mereka sambil sesekali memberi serbuk gliter supaya tampak berkilauan.
Agustina Kadiani
