Pemir(s)a

Page 77

(zeitgeist) merupakan salah satu pertanyaan eksistesial yang paling hits yang saat ini harus kita jawab. Jika jiwa zaman terdiri dari tantangan zaman (faktor eksternal) dan jiwa dari aktor-aktornya (dalam hal ini generasi kita, mahasiswa, faktor internal), maka fungsi suatu wadah di kampus adalah memediasi bertemunya kedua faktor ini. Jika wadah ini tidak dapat memungsikan dirinya dengan baik, akan terjadi gap. Tidak sesuainya wadah dengan jiwa dari aktoraktornya, hanya menghasilkan keengganan berkontribusi dari sang aktor. Seperti yang terjadi pada himpunan tempat kawan saya berkegiatan. Sedangkan tidak sesuainya wadah dengan tantangan zaman hanya akan menghasilkan pemudapemuda yang asik sendiri seperti yang baru-baru ini dikeluhkan salah seorang dosen UGM di dunia maya saat mewawancari calon penerima beasiswa LPDP : tidak mengerti masalah macam apa sesugguhnya yang hendak mereka selesaikan. Kemudian ketika saya ditanya oleh kawan saya yang baru masuk himpunan tersebut, lantas bentuk wadah seperti apakah yang cocok? Saya tidak dapat memberikan jawabannya. Hal ini dikarenakan saya bukanlah nabi yang diberikan wahyu oleh jibril untuk memberikan arah bagaimana seharusnya mahasiswa melangkah. Minke dalam tetralogi Burunya Pram Saja membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menemukan bentuk organisasi modern yang cocok untuk pribumi, itu pun belum da temukan hingga dia meninggal. Maka jika kita mengharapkan dapat membuat semua kekacauan ini menjadi baik dalam waktu satu-dua tahun, mungkin sangkuriang akan bangun dari kuburnya dan mengejek kita dengan sebutan gila dan tidak sabaran. Tetapi setidaknya, hal ini mengingatkan saya pada anjuran seorang senior saya di KMPA dulu yang tertuang dalam bentuk puisi berjudul Pemuda Hari Ini mengenai kemana sebaiknya kita mencari jawabannya :

Kadangkala kita perlu pergi 76


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.