Pemir(s)a

Page 45

mereka dengan kandidat jagoan ini. Tapi yang jelas jawaban tersebut pun patut dipertanyakan lagi.

4) Audisi Pertama, Kedua, Ketiga Dari hearing ke hearing kudengar tidak banyak perkembangan. Suasana ini juga sering terulang, katanya, dan masih begini-begini saja. Aku tidak sepakat. Beda zona beda juga atmosfer seharusnya. Hanya mungkin para kandidat belum memperkaya bahasa kaum kita. Para masyarakat Sunken, misalnya, lebih menagih karya nyata. Mungkin karena mereka bosan kajian, selalu ngawang-ngawang. Sedangkan kami, masa himpunan zona barat 2, meminta supaya kedua kandidat segera bukakan pintu bagi kami dan mengukur suhu kabinet lain sudah sepanas apa, apakah dunia sudah berubah. Kami capek dipermainkan di kandang melulu. Sebetulnya poin ke empat ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan audisi. Aku cuma ingat tahapan kontestan untuk jadi penyanyi terkenal. Kawanku, pengikut setia Mahatma Gandhi, mengatakan kalau kita semua mengalami sedikitnya tiga fase dalam berkepemimpinan: keranjang sampah, bayi dan ksatria. Kurang lebih mirip perjalanan kita sebagai pembelajar di kampus. - Fase Keranjang Sampah Pertama kali masuk kampus kepala kita masih kosong dari ilusi-ilusi seputar aksi dan ideologi. Separuh kepala kita baru meraba-raba nilai ujian misalnya atau koleksi foto di jam gadang. Tapi kita juga bersedia membaur dengan sesama, hormat pada kakak tingkat, penampilan masih sederhana, dan ini dia poin pentingnya: menerima apa pun. Ya, di tingkat pertama, kita menerima apa pun yang masuk, tidak peduli sampah atau bukan, sesat atau sesaat. Tapi tugas

44


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.