Booklet phx #30

Page 33

Bagi muslim, nama Jahiliyah bukanlah istilah yang asing, mengingat Jahiliyah merupakan julukan yang diberikan untuk keadaan pada Mekkah, khususnya kaum kafir Quraisy sebelum Islam diturunkan. Jahiliyah adalah representasi keadaan yang ‘diselamatkan’ dan ‘diluruskan’ dengan semua kekeliruannya oleh Nabi Muhammad SAW melalui Islam dan Al-Qur’an. Jahiliyah adalah cermin dimana umat muslim harus belajar untuk menjauhi semua ciri-cirinya. Sudah menjadi keyakinan yang jelas bahwa keadaan Jahiliyah adalah keadaan yang mutlak harus dihindari, karena salah satu hikmah turunnya Islam adalah membawa masa Jahiliyah Mekkah pada saat itu untuk kembali kepada cahaya kebenaran dan keadaban. Sampai titik ini, sudah 14 abad lebih umat muslim meninggalkan masa Jahiliyah dengan terus berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, meneguhkan aqidah, menjalankan syari’at, dan memperbaiki akhlaq. Di masa kini, membaca atau mendengar keadaan Jahiliyah mungkin akan menimbulkan kesan begitu buruk dan sangat primitif, serta memustahilkan kemungkinan keadaan seperti itu terulang di zaman dimana peradaban telah berkembang sedemikian rupa seperti sekarang ini. Tapi memang mustahil kah? Tentu pada awalnya, mendengar ciri-ciri keadaan Jahiliyah seperti membunuh anak sendiri atau pernikahan dengan saudara atau kerabat sendiri terkesan sangat tidak beradab dan jauh dari keadaan masa kini dimana moral dan sopan santun cukup melekat erat, terutama di masyarakat Indonesia. Tapi benar kah demikian?

Narasi Awal Jahiliyah Secara sederhana, kita semua telah mengetahui bahwa Jahiliyah berarti kebodohan1, dan istilah kebodohan ini merujuk pada keadaan kaum Quraisy yang minim moral, adab, dan akhlaq sehingga dalam kehidupan sehari-harinya seperti masyarakat bodoh yang jauh dari kebenaran. Hal ini disebutkan secara ironis kepada kaum Quraisy karena kaum tersebut merupakan kaum yang dberi kehormatan untuk menjaga Ka’bah sebagai warisan keagamaan dari Nabi Ibrahim a.s. dan masih menjadi kunjungan ziarah dari berbagai pelosok negeri. Dengan adanya ka’bah pun, keadaan kota Mekkah menjadi selalu damai dan aman sebagai bentuk penghargaan terhadap lingkungan Ka’bah. Efeknya, daerah Mekkah saat itu merupakan daerah yang sangat makmur untuk perdagangan karena keamanan di dalamnya terjamin. Sudah menjadi ironi tersendiri bila kemudian kaum Quraisy justru memiliki sifat-sifat yang jauh dari apa yang diwariskan nabi Ibrahim a.s., sehingga Jahiliyah di sini

1

Jahiliyah berakar kata Ja-ha-la (‫ )ﺟﻬﻞ‬yang bermakna ketidaktahuan atau bodoh (Kamus Arab Al-Muawwir). Ketidaktahuan di sini bisa bermakna secara sengaja tidak tahu (pura-pura tidak tahu / ignorance), sehingga yang dimaksud bodoh di sini pun setara dengan bebal, yang artinya tidak tahu yang tidak mau tahu.

32


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.