suara merdeka 11-02-14

Page 8

SELASA, 11 FEBRUARI 2014

Pengemudi Mabuk Renggut 6 Nyawa

Petani Balik Lawan Yingluck

● Melawan Arus LOSANGELES- Kecelakaan maut yang merenggut enam nyawa terjadi di jalanan California Selatan, Amerika Serikat, Minggu malam waktu setempat. Seorang wanita muda yang mengemudi sambil mabuk nekat melawan arus hingga akhirnya menabrak sebuah mobil lain yang melaju dari arah berlawanan. Olivia Carolee Culbreath dijerat dakwaan berlapis, mulai dari mengemudi di bawah pengaruh alkohol hingga pembunuhan dalam kecelakaan fatal. Culbreath baru berusia 21 tahun dan berasal dari Fontana, California. Saksi mata mengaku melihat Cullbreath mengemudikan mobil Chevrolet Camaro warna merah dengan kecepatan lebih dari 160 km/jam. Dalam kecelakaan itu, Culbreath mengalami luka parah, mulai dari retak pada tulang paha hingga kandung kemih hancur. Kini, dia tengah menjalani perawatan medis di sebuah rumah sakit di Los Angeles. Terlempar Aparat setempat menuturkan, Culbreath mengemudi dengan kecepatan tinggi dan melawan arus sebelum akhirnya menabrak sebuah mobil Ford Explorer warna merah yang melaju dari arah berlawanan di State Route 60, Diamond Bar, California. Tabrakan yang terjadi sangat keras hingga dua penumpang terlempar keluar dari mobil. Empat orang tewas seketika di lokasi kejadian, sedangkan dua orang lainnya tewas ketika dibawa ke rumah sakit terdekat. Menurut petugas patroli California Highway, Patrick Kimball, salah satu kendaraan sempat menabrak sebuah kendaraan lainnya yang tengah melaju di jalanan tersebut. Sopir kendaraan ketiga tersebut hanya mengalami luka ringan. Akibat kecelakaan itu, State Route 60 terpaksa ditutup sementara karena petugas harus melakukan penyelidikan di lokasi kejadian. Mobil milik Culbreath dan mobil korban yang terlibat dalam kecelakaan hancur parah hingga tak berbentuk. Puing-puing mobil berserakan di jalanan. (dtc-38)

BANGKOK - Lebih dari 1.000 petani menggelar aksi protes di luar kantor sementara pemerintahan Thailand di Bangkok, Senin kemarin. Mereka menuntut pemerintah segera membayar skema pembelian beras yang dijanjikan dengan harga yang lebih tinggi dari pasaran. Program pembelian beras tersebut merupakan kebijakan dari PM Yingluck Shinawatra untuk mendapatkan dukungan dari para petani yang merupakan basis massa yang menopang kemenangannya dalam pemilu 2011. Kini, mereka berbalik menentang Yingluck. Tentara berjaga-jaga di gedung Kementerian Pertahanan di Bangkok bagian utara yang menjadi basis pemerintahan Yingluck. Kantor tersebut dipindah pada Januari lalu akibat aksi demonstrasi yang melumpuhkan perekonomian di Ibu Kota itu. ”Jangan tipu kami, Yingluck. Jika Anda tidak dapat mengelola negara, mundurlah karena masih ada orang lain yang mampu memimpin kami,” ujar salah seorang petani melalui pengeras suara. Langgar Status Darurat Sebanyak 30 perwakilan dari petani diizinkan untuk bertemu dengan Menteri Perdagangan Niwatthamrong Bunsongphaisan dan Menteri Keuangan Kittirat Na-Ranong. Namun hingga semalam belum ada perkembangan yang berarti. ”Kami ingin persoalan ini segera dis-

elesaikan. Kami akan merebut gudang beras pemerintah di seluruh negeri sehingga pemerintah tidak menipu kita lagi,” kata Kittisak Ratanawarahal, Ketua Jaringan Petani Utara. Tarit Pengdith, Kepala Departemen Investigasi Khusus (DSI), menyatakan pemimpin aksi protes Sonthiyarn Chuenruethai-naitham ditangkap oleh polisi di pinggiran Bangkok, Senin kemarin. Dia adalah satu satu di antara 19 orang dikenai surat penangkapan karena dinilai melanggar status darurat yang diberlakukan menjelang pemilu. Status darurat melarang warga Thailand berkumpul lebih dari lima orang dan memberikan kewenangan kepada aparat keamanan untuk menahan tersangka tanpa dakwaan. Tarit juga mengungkapkan, dia akan mengumumkan nama-nama dari 136 individu dan perusahaan yang diduga memberikan dukungan finansial kepada gerakan unjuk rasa dalam konferensi pers yang bakal digelar Selasa (11/2) ini. ”Kami mempunyai bukti kuat bahwa 58 dari perusahaan-perusahaan itu telah mendukung aksi protes secara finansial. Kami akan undang mereka ke DSI untuk memberikan keterangan,” tuturnya. (rtr-K16-38)

SM/rtr

TUNTUT PEMBAYARAN: Para petani menggelar aksi protes menuntut pemerintah segera menyelesaikan penundaan pembayaran beras mereka.(38)

Sedikit Kemajuan, Banyak Kemunduran Penyembelihan Jerapah Dikecam KOPENHAGEN - Kebun binatang Kopenhagen, Denmark, menyembelih jerapah sehat bernama Marius guna menghindari perkawinan sedarah jerapah peliharaan mereka dengan tujuan untuk pemuliaan genetik, Selasa kemarin. Kebun Binatang Kopenhagen menolak tawaran uang sebesar Rp 8,2 miliar dari kebun binatang lain untuk menyelamatkan nyawa jerapah sehat itu sebelum membantainya. Tindakan eutanasia tersebut memicu kemarahan berbagai pihak pecinta binatang dari berbagai negara. Mereka membuat petisi secara online untuk menuntut pihak kebun binatang. (cnn-K16-38)

Game Flappy Bird Ditarik VIETNAM - Game populer untuk ponsel, Flappy Bird, resmi ditarik dari toko aplikasi App World dan Google Play Store. Permainan tersebut telah menghasilkan sekitar Rp 600 juta/hari dari pendapatan iklan. Pencipta Flappy Bird, Nguyen Ha Dong, mengatakan bahwa penarikan game tersebut tidak terkait dengan isu legalitas dan dia justru akan membuat sekuel lanjutannya. Game yang dibuat hanya dalam waktu tiga hari itu berhasil diunduh sebanyak 50 juta kali. (bbc-K16-38)

Rumah Al Capone Dilelang

SM/rtr

ILLINOIS - Rumah mewah milik tokoh mafia Al Capone yang semula dilelang 2 juta dolar atau sekitar Rp 24 miliar, kini telah mencapai angka 8,5 juta dolar atau sekitar Rp 103,3 miliar. Properti seluas 68.000 m2 tersebut dikelola oleh Pete Jakstas yang juga pemilik Mineola Lounge and Marina di tepi Danau Fox, Illinois, AS. Jakstas melepas rumah itu setelah merawatnya selama 50 tahun lebih. Rumah tersebut menjadi tempat pelarian Capone sejak awal 1920-an. (rtr-K1638)

SM/rtr

JELANG EVAKUASI: Warga sipil berkumpul sebelum dievakuasi dari Homs dengan menggunakan kendaraan PBB dan Bulan Sabit Merah. (38)

600 Warga Berhasil Dievakuasi dari Homs BEIRUT - Lebih dari 600 warga sipil berhasil dievakuasi dari Homs yang merupakan kota paling terisolasi akibat perang saudara di Suriah, Senin kemarin. Mereka akhirnya terlepas dari belenggu setelah lebih dari setahun mengalami kelaparan dan penderitaan. Mereka yang sebagian besar wanita, anak-anak, dan lansia berhasil dibawa keluar oleh konvoi kendaraan PBB dan Bulat Sabit Merah Suriah pada hari ketiga operasi yang penuh rintangan. Konvoi dihujani tembakan dan sempat terperangkap di dalam kota yang dikuasai kelompok pemberontak tersebut. Rekaman video amatir memperlihatkan sejumlah warga yang membawa tas dan barang bawaan lainnya lari bergegas menuju sepuluh kendaraan putih berlabel PBB dalam suasana mencekam. Bunyi desingan peluru mewarnai proses evakuasi tersebut. Perpanjang Waktu ”Kendaraan terakhir telah tiba dan total warga yang berhasil dievakuasi sebanyak 611 orang,” ungkap Gubernur Homs, Talal Barazi, kepada televisi Al Mayadeen di sebuah titik pertemuan bagi warga yang

dievakuasi di pinggiran kota itu. Bulat Sabit Merah memberikan konfirmasi, sekitar 600 orang berhasil dievakuasi dan 60 paket makanan serta lebih dari satu ton gandum telah disalurkan ke kota itu. Barazi dan para pejabat Bulan Sabit Merah mengatakan, mereka memperpanjang waktu operasi hingga melewati Minggu (9/2) yang merupakan hari terakhir gencatan senjata tiga hari yang diberlakukan di kota itu. Di antara mereka yang dievakuasi terdapat beberapa pria pejuang yang sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk dievakuasi. Namun, mereka sepakat untuk menyerahkan diri kepada polisi dan bisa mendapatkan pengampunan melalui proses amnesti. Pemerintah Suriah mencurigai semua pria yang dievakuasi itu merupakan bagian dari milisi pemberontak yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Pihak pemerintah dan pemberontak saling tuding bertanggung jawab atas serangan pada Sabtu (8/2) lalu yang mengakibatkan tim PBB dan Bulan Sabit Merah terjebat selama beberapa jam selepas magrib. (rtr-sep-38)

JIKA tidak bisa mengupayakan perdamaian, bagaimana mungkin kita bisa membawa rasa perikemanusiaan di medan perang? Dua frasa tersebut dipakai oleh David Miliband, Kepala Komite Penyelamatan Internasional (IRC), untuk menekankan dua tujuan yang ingin diterapkan di Suriah. Putaran kedua perundingan damai Suriah digelar di Jenewa, Swiss, Senin (10/2) kemarin. Perang yang terus memburuk dan krisis kemanusiaan yang mengerikan kembali menjadi agenda utama. Dalam putaran pertama, utusan khusus PBB Lakhdar Brahimi mengungkapkan kesedihannya bahwa pihak-pihak yang bertikai gagal menyepakati gencatan senjata demi kemanusiaan di Kota Homs yang menjadi medan pertempuran. ”Jika semua pihak tidak memiliki niat baik untuk berdamai, sulit rasanya untuk memulihkan keadaan di Suriah. Seharusnya mereka mempunyai rasa peri

kemanusiaan untuk tidak saling membunuh sesama saudara. Sulit sekali mencapai kemajuan dalam konflik berkepanjangan ini,” ujar Miliband. Kurang Solid Putaran kedua perundingan dimulai dengan awal yang kurang solid, Senin kemarin. Mediator internasional Lakhdar Brahimi bertemu dengan kedua belah pihak yang bertikai secara terpisah. Sebelum perundingan, Brahimi meminta kepada para delegasi untuk lebih dulu fokus membahas pengakhiran pertempuran dan menyiapkan pemerintahan transisi. Pihak pemerintah mengusulkan kelompok oposisi yang mereka sebut terosis harus menyepakatinya terlebih dahulu. Putaran kedua tersebut dimaksudkan untuk menyambung pembicaraan setelah tidak ada kemajuan berarti yang dicapai dalam putaran pertama bulan lalu setelah hampir tiga tahun perang saudara berkecamuk. Brahimi berusaha menghapus

rasa saling tidak percaya di antara pihak yang bertikai dengan mengajak kedua belah pihak untuk fokus pada kesepakatan gencatan senjata di Kota Homs. Sayang, gencatan senjata itu dilanggar ketika konvoi bantuan PBB berusaha melakukan pengiriman bantuan kemanusiaan dan evakuasi warga sipil, Sabtu lalu. Surat dari Brahimi yang dilayangkan kepada para delegasi pada akhir pekan lalu menyebutkan, putaran kedua itu dimaksudkan untuk mengatasi persoalan-persoalan kekerasan, pembentukan pemerintahan transisi, dan rekonsiliasi. Pihak oposisi meminta, pemerintahan transisi harus mengesampingkan Bashar al-Assad, namun pihak pemerintah menyatakan tidak akan membahas pencopotan Assad dari pemerintahan. Brahimi berencana untuk tetap mengadakan pertemuan dengan kedua belah pihak secara terpisah di Jenewa dalam beberapa hari ke depan, dengan harapan cara semacam itu bisa memperbaiki atmosfer perundingan damai yang diperkirakan bakal berlangsung dalam sepekan. (rtrnik-sep-38)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.