1 minute read

Ungkap Keraguan Tentang Arti

Next Article
Kembali Pada-Nya

Kembali Pada-Nya

Rumah

Retak dan hancur. Karya yang disajikan oleh pameris yang bernama Shofura Salma Pinasthika ini menyajikan visualisasi seorang anak dengan kondisi keluarga yang tidak baik-baik saja. Pintu usang dengan tulisan home yang tidak lagi sweet home, kaca pigura foto keluarga yang sudah hancur berkeping-keping, dan seorang anak yang memanggil rumah tetapi tak kunjung disambut. Detail kecil dari setiap karya tak ingin ditinggalkan oleh Shofura. Hal-hal ini seperti pada visual kaca pecah pada pigura foto keluarga, tatanan pecahan kaca yang diatur apik membingkai wajah tersenyum sang anak. Lagi, ponsel yang digunakan sebagai properti dalam visual lainnya dipilih ponsel yang terdapat beberapa retakan pada pelindung layarnya untuk mendukung suasana hancur sang anak tersebut. Pada narasi yang menjelaskan karya foto seri ini terdapat pengulangan kata “katanya” pada setiap paragrafnya. Kalimat-kalimat penjelas pada narasi tersebut diisi dengan kalimat positif dari definisi sebuah rumah. Namun, penggunaan kata “katanya” yang berulang ini menyiratkan adanya keraguan atas kalimat-kalimat definisi dari rumah yang sebenarnya. Sejalan dengan karya yang menyiratkan hancurnya hati seorang anak dengan kondisi “rumah”-nya, narasi ini mengungkapkan keraguannya tentang apa arti rumah bagi dirinya sendiri.

Advertisement

“Home Bitter Home” ingin menyampaikan pesan kepada penikmatnya bahwa definisi rumah bagi beberapa orang tidak lagi sebagai tempat yang aman dan nyaman. Kisah yang diangkat pada karya ini menceritakan tentang seorang anak yang rumahnya tak lagi sebagai tempat aman dan nyamannya. Namun, rumah yang ia miliki selama ini justru menjadi tempatia menerima luka dan mengalami trauma ketika ada di dalamnya. Shofura menyampaikan bahwa pengambilan konsep cerita ini juga didasari oleh adanya data tentang perceraian dan kasus kekerasan pada anak. Pada tahun 2020, terdapat 4,7 juta pasangan yang mengalami perceraian menurut data dari lokadata.id dan terdapat sebanyak 510 kasus kekerasan pada anak menurut data dari Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Data tersebut digunakan oleh Shofura sebagai bukti bahwa pesan dari karya ini bukan hanya sekadar karangan tetapi juga benar-benar dialami oleh beberapa orang.

Penulis : Ummi Aufaa Azmi A

This article is from: