5 minute read

initetapzine

meskipunbikinnyaasal-asalan

Advertisement

HarusnyazineinisudahjadiwaktuMaret,tapi karenaadabeberapahalyangakunggaktenang kalaudianggakselesailebihdulu,barulahhariini akubisamembagkanzineiniuntukmu. untuk:cokip,a,orang-orangyangmungkinaku lupatelahmenjaditokohtulisanku,dankamu. yangakanmembacanya.

Rahasia ini dilampirkan bersamaan dengan hadirnya bintang di langit polusi Surabaya dan diselesaikan bersamaan dengan deru motor beat yang bodo amat dengan arahan google maps untuk berhenti saat your destination is on the right alamatmu sudah kuhafal di luar kepala karena itu sudah tidak ada lagi di dalam

Kepalaku

lantas aku tersesat dalam belantara kota

Dirimu

matamu tersusun dari sekumpulan mata air untuk membasuh luka tubuhmu tubuhmu adalah trauma-trauma yang menjadi luka, kisah-kisah menerjang badai, lalu bertumbuh menjadi kuncup bunga peony di taman rumahku kamu adalah sekumpulan trauma yang tersimpan sendirian, sekalipun bunga itu ada di taman rumahku aku tidak pernah menatap lukamu aku ingat kamu pernah mengibaratkan dirimu sebagai kaca, tetapi aku tidak setuju kamu jatuh berulang kali dan masih bertahan lalu pemahaman itu kini telah berganti kamu adalah phoenix, bukan kaca, bukan peony mata air itu adalah air mata api yang meleburkan sekaligus menjadi lahir baru

Juni yang terpatri di kepalaku mulanya adalah Juni yang hujan milik Sapardi. Tetapi kini sepertinya mulai kutemui Juni yang lain. Juni yang penuh dengan matahari. Lucunya, aku bertemu dengannya di musim hujan bulan Desember. Namanya berisi matahari begitu pula jiwanya (sepertinya, semoga). Desember yang hujan dan biasanya berisi nyanyian Efek Rumah Kaca, hari itu alih-alih galau, aku justru ketawa banget karena menonton video lawak. Lalu aku bertemu kamu, seperti yang kubilang di awal.

Di Desember lalu semua video lawak yang kutonton isinya kamu lalu di Januari ini aku nonton video “To Us” dan “To You” kamu begitu sincere dalam bilang sesuatu ke someone who’s dear to you. kamu ngga hanya bikin ketawa ternyata. aku senang sekali melihatmu passionate dalam menjalankan hal-hal yang kamu sukai dan memastikan kamu berada di jalan itu, ya, melakukan hal-hal yang membuatmu alive. Dengan sepenuh hati.

Kuperhatikan lagi, kamu juga mampu bikin orang nyaman. kamu nggak masalah dalam memberi afeksi, kamu nggak masalah dalam menunjukkan sisi vulnerable milikmu.

Dengan menaruh usaha yang aku nggak tahu seberapa keras tapi aku yakin kamu sangat amat mengusahakan itu (hence aku bisa mengenal kamu yang sekarang). kamu hanya ada satu, setidaknya begitu yang kutahu.

Nyaring nyanyianmu melebur ruang sunyiku, lihai gerakmu seakan bilang bahwa kamu nyaman akan dirimu. kamu sudah berusaha dengan baik untuk hari kemarin dan hari ini. untuk hari yang akan datang, aku juga tetap menantikanmu, semoga bisa bertemu.

Matahari tetap tunggal, begitu pula dirimu. Ia tidak pernah merasa bersalah jika pada malam hari kita manusia di belahan bumi yang lain ada yang tidak bertemu sinarnya. Begitu pula yang kuharap darimu.

Tidak merasa bersalah untuk sebentar tidak hadir walau nyatanya kamu tetap ada. terima kasih ya sudah bekerja keras meraih mimpimu dan membuat banyak orang percaya akan mimpinya. jangan lupa untuk tidur nyenyak dan makan enak.

Aku menyalakan musik nct dream sekalipun kamu sukanya shoegaze

Orang-orang bilang batas antara benci dan cinta itu setipis kertas kataku seperti kaca yin dan yang sukacita dan dukalara tidur dan bangun hidup dan mati mereka lekat dan saling lihat dua sisinya menangkap beda kamu menyalakan shoegaze aku sedang dengarkan cokipku bilang life is still going on aku pernah dengar kaca itu mudah pecah, tapi setelah itu ia menjadi tajam satu dengan yang lainnya melukai membentuk luka una herida abrierta; an open wound rumi bilang wound is where the light enters you kita katakan aamiin untuk cahaya-cahaya yang masuk di sela-sela mata kita ari, kamu bertanya di story-mu, beri validasi kepadamu no, you eberapa pertimbangan berujung nya kepadamu, no, you aren’t.

Di mataku, kamu orang yang sangat kuat. Kamu sejauh ini sudah bertahan dalam keadaan yang kamu sendiri tidak menyangka bisa bertahan. Seperti kisahmu sewaktu kamu merasa hidup tidak ada lagi makna dan artinya, seolah-olah hanya ada satu jalan keluar, mengakhiri hidup. namun atas kuasa Tuhan dan bantuan semesta, katamu, syukurnya kamu survive.

Aku bersyukur sekali bahwa kamu masih ada di sini, bahwa kamu telah lahir, masih bisa menangis, tertawa, merana, nelangsa, jatuh cinta, dan kamu masih ada untuk merasa.

Aku mau berterima kasih karena kamu yang menuliskan bahwa mungkin, sesungguhnya phoenix ada di dalam masing-masing jiwa manusia, ketika ia dibakar habis menjadi abu, pada akhirnya ia lahir kembali setelah itu. maybe from the ashes we shall rise.

Kamu juga bilang, jika memang keadaan membuatmu berada di titik terendah, maka keadaan satu-satunya yang akan terjadi, kamu mulai menuju ke atas. Menemukan aufklaurung, and you'll find and be the light itself to pass till the end of the tunnel.

Bagaimana harimu akhirakhir ini?

— buat…, dan nyala harapan di sepanjang hidupnya. pagi ini aku males bangun dan kuliah sampai waktu tinggal sisa untuk mandi dan siap-siap baru aku bangun pikiranku tertinggal di kereta sancaka yang melaju tadi jam dua tepatnya, tertinggal di kotaku jangan terbuang jangan terlindas jangan luruh jangan rubuh akhir-akhir ini pikiran chaos itu bisa kuredakan sewaktu aku mendengarkan lagu kesukaanmu, duniawi yang dinyanyikan rumahsakit. lirik yang repetitif di kepalaku adalah " yang pergi berlari dariku selamanya dunia", tanpa kuketahui dengan pasti maknanya apa, lagu itu sukses terus-terusan berkelindan di kepalaku. aku ngerasa kena mental banget men waktu aku menulis bahwa efemeral akan jadi monolog terakhir, ternyata engga seperti itu. aku masih menulis monolog yang ngga pernah terkirim dan ngga akan pernah kamu baca. Aku tidak akan memaksakan untuk berhenti. aku akan berhenti kalau aku ingin. karena kini, aku menuliskannya bukan hanya untuk kamu, tetapi untuk diriku sendiri kamu adalah draft berserakan yang tidak akan aku nyawakan tulisan. aku ingin membersamaimu, tetapi kita sama-sama kacau. kita tidak bisa saling membasuh luka. mungkin, suatu saat nanti. mungkin, suatu saat nanti. mungkin, suatu saat nanti. kita bersua dalam keadaan yang samasama baik, entah untuk saling membersamai atau hanya salam bersua kembali

Seorang anak dalam kepalanya digias habis tentang adanya harapan. Kepalanya menengadah, api berkelip berkelindan di pertunjukan, berbeda dengan nyala kompor ibunya. Kamu membangun harapan.

Seseorang itu beranjak remaja dan kutemui saat dewasa. Gelora meredup dalam serial hidupnya. Duri mawar di kerontang kemarau melukis petak-petak kulitnya, melukai, mendarah. Kamu membongkar harapan.

Hujan membasuhmu sesekali, serial hidup menjadi hal yang tak terhindari, tetapi disadari. Pertunjukan api kembali dilanjutkan, kini kamu sendiri menjadi pemain. Harapan kembali dibangun.

Sebabnya kamu menyusun musik-musik untuk dimainkan menemani langkah, tawa, dan tangis.

Sebabnya kamu menulis. Untuk selalu menyalakan harapan pada seisi dirimu dan meraung terang ke sekitarmu.

Untuk Rhun; tokoh imajiner yang membawa padaku sebuah cerita.

Cerita adalah cuap-cuap past tense yang keadaannya tentu bisa berbeda dengan sekarang.

Rhun, di mana tempat kamu merasa paling mengenal dan menjadi dirimu sendiri? Tempat yang membuatmu bisa berkompromi dengan hal-hal duniawi yang kosong, seperti kehampaan.

Ketika dulu aku bilang bahwa aku menyukai kesendirian, kini aku menyadari yang kusukai adalah ketenangan, entah itu sunyi atau ramai. tempat di mana pikiranku enggak chaos.

Rhun, apa kabar?

Dalam rentang waktu singkat, banyak hal sudah berubah. begitu juga dalam rentang waktu aku bersua kamu dan cerita-cerita itu saling membentuk ingatan yang aku bawa sampai sekarang. aku butuh untuk menyampaikan, semoga bisa menjadi peredam dari berisiknya kepalaku kalau mengingatmu dan secara sadar selalu mengaitkannya dengan masa kini.

Singkat

dan tidak apa-apa.

Untungnya hari ini mendung saja tidak hujan, jalan yang berkalikali kamu tempuh menujuku sudah kamu hafal di dalam kepala.

Semoga tidak mungkin kamu tersesat tidak pula tergelincir.

Kamu datang tepat sebelum hujan memasuki mataku yang menyimpan angan lalu kita memilih untuk menggenggam rintik duka dan senang abadi.

Jatuh cinta mugkin serupa pencarian dan kebetulan, banyak intrik dan peran, menyenangkan dan tragis di saat yang bersamaan.

Martabak toblerone pinggir jalan menjadi kurang manis karenanya.

Tidur dan istirahatlah dalam kantung mataku. Aku mau kamu membawa serta nama dan cerita-ceritamu.

This article is from: