
10 minute read
MInat Masyarakat Terhadap Wayang Orang
MINAT MASAARAKAT TERHADAP
WAAANG ORANG
Advertisement
Oleh : Dian Purbayasari *)
Pedahuluan Seni adalah suatu hasil karya manusia yang mempunyai nilai keindahan yang dapat dinikmati dan dirasakan oleh manusla/penikmat. Nilai seni itu terdlri atas niiai etika dan estetlka. Nilai etika berkaitandengan adatsopan-santun, unggahungguh, dan budi pekerti. Nilai estetika dimaksudkan niiai-nilai yang berhubungan dengan keindahan. Pada umumnya orang membagi seni di dunia ini atas tiga bidang, yakni seni rupa {visual arts), seni pertunjukan (performance arts), dan seni sastra {literature). Seni yang terdapat di indonesia di antaranya: seni tarl, seni rupa, sen! ukir, seni musik, seni drama/teater, dan sebagainya. Wayang wong (: wayang orang) adalah bentuk tari keiompok yang menggunakan dialog, merupakan salah satu seni pertunjukan yang telah tumbuh dan berkembang cukup iama di Jawa. Wayang wong disajikan dengan gerak tari dan vokal {antawacana). Peran-peran daiam menari berbicara daiam gaya dan nada berbicara yang disesuaikan dengan masing-masing karakteryang dibawakan. Wayang wong diciptakan oleh Sri Mangkunegara I (1957 -1975). Cerita wayang wong diambii dari kitab Ramayana dan Mahabarata. Menurutsejarahnya, pertunjukan wayang wong sudah ada sejak duiu dan hanya dipertunjukkan di ilngkungan kraton/istanasaja. Menurut Hersapandi (1991), segaia kesenian yang ada di istana yang bemilai tinggi, agung, adiluhung, di antaranya: kasusastran, seni tari, dan wayang wong. Meskipun, pada waktu itu pertunjukan/pementasan wayang wong masih sangat sederhana. Meskipun masa pemerintahan Sri Mangkunegara Hi dan iVberakhir, minatdan antusiasmepenonton cukup tinggi. Puncak kejayaan wayang wong di istana terjadi pada masa pemerintahan Sri Mangkunegara V (1881-1898), ditandai dengan standarisasi atau dibakukannya busana wayang wong yang diilhami dari wayang purwa. Mundurnya wayang wong di istana menyebabkan berkurangnya sarana hiburan di ilngkungan kraton. Oleh karena itu, pada tahun 1901 Paku Buwana XI mendirikan Taman Sriwedari sebagai Kebun Raja (Pusat Hiburan Raja). Kemudian pada tahun 1946 pertunjukan wayang wong mulai dikenal masyarakat karena wayang wong dipertunjukkan di Sriwedari. Sejak ituiah pertunjukan wayang wong keluar dari kekuasaan kraton. Muncullah grup atau organisasi wayang wong di iuar kraton, seperti Wayang Wong RRi Surakarta, Ngesti Pandhawa, Baratha Jakarta, Sri Wahita Yogyakarta. Adanya perkembangan zaman yang maju dengan pesat mengakibatkan banyaknya pementasan wayang wong, sehingga minat penonton atau masyarakat cenderung berkurang. Penonton merasa bosan dan jenuh dengan pertunjukan yang
monoton.
Adanya pertunjukan wayang wong di Jawa pada dewasa ini menjadikan minat para penonton lebih menurun iagi. Pementasan wayang wong untuk generasi muda khususnya, kebanyakan kurang diminati, salah satunya karena mereka kurang mengenal seni-budaya Jawa. Berangkat dari apa yang tergambar di atas, permasaiahan seputar berkurangnya minat penonton/masyarakat terhadap pertunjukan wayang wong menarik dan mendesak untuk dicermati. Terlebih-iebih, perihal pola garap dan manajemen yang beriangsung di dalamnya.
Istiiah Wayang Wong Menurut Soedarsono (1977:42-58), bentuk penyajian daiam tarl adalah semua elemen atau unsur tari yang mellputi: gerak, desain dramatik, iringan, tata rias dan busana, tata lampu, serta tempat pertunjukan. Daiam wayang wong yang menjadi wayang dan pengganti boneka adalah manusia (Mulyono, 1982: 155).
Hendarto (1984:4) menyatakan bahwa istiiah wayang orang adalah istiiah yang sudah diindonesiakan, sedangkan istiiah aslinya adalah wayang wwang. Wayang berasal dari bahasa Jawa Kuna yang berarti "bayangan", sedang kata wwang dapat diartikan "orang/manusia". Jadi, wayang wong dapat diartlkan sebuah pertunjukan yang tokoh-tokohnya dlmalnkan
oleh manusia. Wayang wong telah mengalami perjaianan sejarah yang panjang dengan segaia problematikanya. Hanya saja, karena sifat pertunjukannya adalah 'seni sesaat', maka jika tidak ada sistem pendokumentasian yang balk, kemungkinan akan mengalami kesulitan daiam melacak atau merekonstruksi bentuk penyajian, gaya, dan tekniktarinya. Hal itu terlihat pada visuaiisasi relief candi Prambanan dan Borobudur yang dibuat pada zaman Mataram Kuna. Keterkaitan epos Ramayana dan Mahabarata sebagai acuan utama iakon wayang wong dengan ritus-ritus keagamaan Hindu membawa konsekuensi terhadap kesinambungan niiai wayang dan bentuk penyajiannya. Wayang wong sesungguhnya merupakan personifikasi dari wayang purwa yang ceritanya mengambil epos Ramayana dan Mahabarata. Kehadirannya di Kasultanan Yogyakarta dan istana Mangkunegaran pada pertengahan abad ke-18. Namun, menurut para ahii, hal itu merupakan renaisans wayang wong yang telah berkembang pada masa Kerajaan Majapahit, juga yang sudah berkembang sebelumnya seperti dikemukakan daiam Prasasti Wiwalasrama (1930) tentang penggunaan
wayang wong. Wayang wong sebagai Drama Tari Jawa pertunjukannya memadukan berbagai jenis seni, seperti: seni sastra (daiam iakon dan tembang), seni suara (daiam tembang yang dilagukan oleh dalang), seni rupa (daiam dekorasi, tata busana, dan tata rias), dan seni tari (daiam gerakan).
Tujuan Akhir Pergelaran Pertunjukan wayang wong melibatkan banyak orang yang harus bertanggung jawab pada perannya masing-masing. Sedyawati (1991: 66) menyatakan bahwa "tujuan akhir dari pementasan atau pertunjukan adalah penonton". Pada dasamya penonton merupakan unsur yang mutiak daiam sebuah pertunjukan. Pertunjukan wayang wong sangat membutuhkan
rI konsumen untuk ikut merasakan dan menikmati hasil karya
yang dibawakannya, karena yang menilai keberhasilan karya taritersebutadalah orang lain/masyarakat/penonton. Rendahnya minat masyarakat terhadap pertunjukan wayang wongdisebabkan oleh beberapafaktor, di antaranya:
1. Seniman (Pelaku Sen!) a) Seniman (Pelaku Sen!) kurang kreatif atau kurang inovatif
dalam membuatterobosan-terobosan baru. b) Seniman (Pelaku Seni) kurang peka terhadap perubahan lingkungan sekitar yang sedang terjadi (budaya, perkembangan teknologi, dan seterusnya). c) Seniman (Pelaku Seni) tradisi khususnya maslh lemah dalam hal daya saing dengan seniman modern atau baru. d) Seniman (Pelaku Seni) lemah dalam kualitas/kreativitas/improvisasi gerak, sehingga penyajianterllhatmonoton. e) Seniman (Pelaku Sen!) tradisi khususnya maslh sempit dalam wawasan multimedia (periklanan, pemasaran produk via internet, dan Iain-Iain).
2.FaktorManajemen a. Masalah-masalah manajemen selalu mengalami perubahanperubahan dan inovasl-lnovasi, namun kerjasama dengan berbagal sponsor atau media periklanan kurang teijalln. b. Budaya popularitas, budaya yang baru "in" atau ngetop dan sering dipakal oleh masyarakat berpeluang besar untuk menjadljebakan. 0. Maslh lemahnya self marketing dari seniman Itu sendiii maupun dalam penclptaan brands. Seif marketing merupakan sebuah pemasaran atas apa yang dimlliki {skill, kemampuan berkesenlan, berkarya). Upaya yang bisa dilakukan, yaltu kemampuan membaca pasar, mengetahul dengan pasti ke mana produk Itu akan dijual.
Brands yang mengondlslkan sesuatu menjadi bernilal tinggi dalam pandangan masyarakat erat berhubungan dengan membangun image dan kepercayaan.

3. Paktor Masyarakat Pendukung atau Penonton a. Pola plkir masyarakat pendukung atau penonton cenderung menganggap bahwa budaya tradisi adalah sesuatu yang
kunadan memalukan. b. Semakin menurunnya penghargaan dari masyarakat pendukung atau penonton atas seni tradisi. c. Mulal menurunnya kesadaran tentang betapa bemllai tinggi dan berharganya kesenlan wayang wong. d. Melemahnya kualitas regenerasi seni tradisi dalam masyarakat. Hal inl dipengaruhi oleh faktor internal (masyarakat Itu sendlri) dan faktor eksternal (hal-hal dl luar masyarakat, hal-hal yang leblh menarik darlpada wayang wong Itu sendiii, misalnya seni pertunjukan baru, konser muslk yang spektakuler, pola hidup masyarakat yang serba praktis dan mudah, dan seterusnya).
Penyebab pertunjukan wayang wong kurang diminati masyarakat, yaltu: a. Kalangan Anak-anak
Kurangnya kesadaran para orang tua dalam memperhatlkan dan mendukung pelestaiian kesenlan Jawa atas anakanaknya. b. Kalangan AnakMuda
Perkembangan/perubahan zaman yang demiklan cepat dan serba Instan telah membuat anak-anak muda leblh senang dengan hal-hal yang bersifat praktis, pragmatis, dan serba instan, sehingga masa bodoh terhadap kesenlan tradisi milik
sendlri. c. Kalangan Orang Tua
Para orang tua tampaknya sudah merasa jenuh juga dengan sajlan-sajlan kesenlan tradisi, di samping rata-rata mereka merasakan kesulltan sarana jika harus menyaksikan pertunjukan yang relatifjauh dari rumah mereka. Pertunjukan wayang wong mengalami pasang surut
disebabkan faktor-faktor: 1.Kreatlvitas
Dalam pertunjukan wayang wong dibutuhkan kreativitas untuk menghidupkan suasana, sehingga mempunyai daya tarik untuk penonton. Kreativitas seniman merupakan faktor pendukung utama dalam pertunjukan wayang wong. 2. Pertunjukan yang Monoton
Pertunjukan yang monoton merupakan faktor penghambat dalam pergelaran wayang wong yang mengaklbatkan penonton merasa jenuh dan bosan. 3. Selera penonton
Karya seni yang diterima masyarakat harus memperhatlkan beberapa hal, terutama selera masyarakat Itu sendlri (Sedyawati, 1991: 66), karena tujuan akhir dari pertunjukan adalah penonton. Memperhatlkan selera masyarakat dalam membuat suatu pertunjukan disesualkan dengan perkembangan yang ada, yang dapat mendukung, misalnya diadakan regenerasi pemain atau pemeran.
Penutup
Perkembangan seni pertunjukan tradlsional wayang wong tidak lepas dari dukungan para pelaku seni dan masyarakat. Agar seni pertunjukan wayang wong tetap eksis di kalangan masyarakat, para pelaku seni diharapkan dapat menciptakan Inovasi-lnovasi baru dalam penyajlannya. Kemasan dapat saja dibuat sedemikian rupa, yang penting tIdak meninggalkan pakem atau pathokan-nya. Pertunjukan yang seperti itu akan tetap hidup dan menarik perhatian penonton/publik. Dengan demlkian, mementaskan pertunjukan wayang wong harus mengembangkan pola plkir dan kreativitas agar pertunjukan tetap menarik. Seyogianya para seniman wayang wong mampu mengembangkan karyanya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan pola garapnya. Misalnya, dengan menghadlrkan seorang artis sebagai bintang tamu untuk menjadi pendukung dalam pertunjukan wayang wong. Agar wayang wong tetap ada dan tidak punah, masyarakat diharapkan selalu mendukung dan ikut melestarikan keberadaannya.
') DIan Purbayasarl, Seni Tari FBS UNY
iisrvEivroR dan investor
Oleh: Heru Raharjo *)
Pada 1963 Presiden Soekarno dalam sebuah pidatonya menyampaikan kekhawatirannya tentang kemungkinan bangsa Indonesia yang akan tumbuh menjadl bangsa pemakan upah di antara bangsa-bangsa di dunia, bangsa kull, dan kulinya bangsa-bangsa. Hari ini, tepat 43 tahun setelah pidato bersejarah itu, kita menyaksikan kebenaran sinyalemen tersebut. Nasib TKl tuna daya, tuna ilmu pengetahuan, dan tuna keterampilan dinistakan di berbagai negara majikan. Hal tersebut hanyalah contoh kecil tentang kondisi sumberdaya manusia (SDM) Indonesia dan ketidakberdayaan bangsa besar in! dalam tata pergaulan intemasional. Bangsa Indonesia tumbuh menjadi kumpulan orang konsumtlfdan bukan orang-orangyang produktif.
DynamicallyAddopted Berdasarkan skala produktivitas atau kemampuan bangsa dalam memenuhi barang-barang kebutuhannya, bangsa Indonesia saat ini masih berada pada kelas Dynamically Addopted (DA), yaitu kumpulan bangsa yang sebagian besar kebutuhannya bergantung pada karya bangsa lain. Kalau kita amati dengan seksama, predikat tersebut memang tepat. Barang-barang kebutuhan kita sehari-hari sebagian besar adalah produksi luar negeri, misalnya perabot rumah tangga, makanan, barang-barang

elektronik, dan sebagainya. Bahkan, barang yang sangat sederhana dan sangat kecil pun seperti jarum jahit temyata
bukanlah buatan Indonesia melainkan made in China. Kita patut merasa prihatin dengan kondisi ini. Bangsa Indonesia yang memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah dari Sabang sampal Merauke, dari sumber pertaninan, sumber daya laut, sampal dengan tambang yang tidak terkira harganya. Lagu lama Koes Plus 'tongkat dan batu jadi tanaman' sudah tak berlaku lagi. Justru, 'tanam padi tumbuh rumput ilalang'-lah sekarang yang berlaku. Kekayaan SDA ini sempat menjadi keirian bangsabangsa lain di dunia, bangsa-bangsa kolonial seperti Belanda, Portugal, dan Inggris. Pada awalnya mereka hanya kesengsem dengan kekayaan alam Indonesia, namun akhimya penjajahan atas bangsa besar in! pun dimulai. Kelas di atas Dynamically Addopted (DA) adalah Originally Equipement Manufactoring (OEM), yaitu goiongan bangsa yang telah mampu membuat atau merakit barangbarang kebutuhannya. Kelas berikutnya secara berturutturut, yaitu Originally Design Manufacturing (COM) dan Originally Proprietary Manufacturing (0PM), yaitu kelompok bangsa yang telah mampu mengindustrikan penemuanpenemuansendiri.
0PM vs DA Kenyataan membuktikan, hanya negara-negara "OPM" yang mampu menduduki tempat tinggi dalam
memakmurkan rakyatnya. Negara-negara Industri seperti Amerika, Jerman, Jepang, dan Inggris merupakan kelompok negara-negara OPM, sehlngga dapat kita lihat kemakmuaran rakyatnya. Sedangkan, kebanyakan negara "DA" seperti Indonesia semakin terpuruk dan memerlukan usaha dan kerja keras untuk memakmurkan rakyatnya. Unluk mengubah bangsa "DA" menjadi bangsa "OPM", diperlukan perubahan paradigma. Pemberdayaan inventor dan hasil inovasinya layak dan harus segera didorong. Kegiatan ilmiah dan penelitian, baik di perguruan, di masyarakat dan industri perlu di-back up dan diberdayakan. Karena, di sisi lain, saat ini kegiatan riset dan inovasi belum berkembang dan masih ada beberapa hasil riset dan inovasi yang belum termanfaatkan. Mahasiswa sebagai sosok intelektual muda yang cerdas perlu kiranya mengasah dirinya dalam kegiatankegiatan penalaran (baca; penelitian) dalam rangka mewujudkan pribadi-pribadi yang kreatif, inovatif, dan produktif, menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat bangsa dan negara. Kelompok-kelompok penelitian mahasiswa di PT perlu segera digiatkan. Kita patut menyayangkan pendapat sebagian dari mahasiswa yang menyatakan bahwa kegiatan penelitian hanya boleh dilakukan para profesor dan dosen. Bukankah Tri Dharma PT menyatakan bahwa penelitian merupakan salah satu bentuk dharma kita selain akademik dan pengabdian. Toh, akhimya pada akhir studi kita harus melakukan penelitian dalam menyelesaikan tugas akhir.
Perlu Sentuhan Teknologi Kolaborasi antara Perguruan Tinggi dengan industri kecil dan masyarakat juga diperlukan dalam rangka mengetahui kebutuhan teknologi yang diperlukan masyarakat. Banyak permasalahan yang timbul di masyarakat/industri dalam hal pemenuhan teknologi sederhana yang dapat meningkatkan produksi. Untuk itu, diperlukan sentuhan teknologi yang diciptakan oieh para peneliti yang peduli terhadap nasib masyarakat bangsa dan negara ini.
Kontak antara inventor (penemu) dan investor (penanam modal) periu ditingkatkan. Pemerintah punya peran yang strategis dalam hal mempertemukan kedua belah plhakyang saling membutuhkan dan bersimbiosis mutualisme ini. Para inventor akan menghasilkan karya yang monumental dan bermanfaat apabila didukung oleh dana yang memadai. Selanjutnya para inventor dan investor bersama-sama dapat mewujudkan industri yang berbasis sumber daya lokal, yang pada gilirannya akan memperkuatstrukturekonominasional.
*) Heru Raharjo, Mantan Ketua Umum UKM Penelitian dan
Dirjen RisetBEM Rema UNY