
6 minute read
Analisis Index Overlay UntukPemetaanKawasanBerpotensi BanjirdiGowa,ProvinsiSulawesiSelatan
TectonaPutraEpriyanPratama1*,Supardi1,WinonaPutriPrihadita1,SebrinaPutriRamadhani1,ViviPutriYuliatama1, WulanSafitri1,HendunNauraSyifa2
1Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro, Bandar Lampung, Lampung 35141
Advertisement
2Program Studi Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Jl. Margonda Raya, Kota Depok, Jawa Barat 16424
Abstrak:Padaawaltahun2019KabupatenGowadilandabencanabanjiryangmenelankorbanjiwa,akibat dari hujan dengan intensitas tinggi yang terus melanda kabupaten ini. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kawasan rawan banjir pada Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan dan mengantisipasi dampak dari bencana banjir, baik untuk respons darurat, pemulihan setelah bencana, penetapan strategi untuk mitigasi bencana, serta perancangan penggunaan lahan yang dapat menyimpan air dan menggabungkannya dengan pembangunan berkelanjutan. Dalam penentuanparameterbanjirdigunakanmetodeAnalisis Weighted Scorring padaDatacurahhujanrata-rata bulanan tahun 2012-2019, DEM SRTM wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, dan peta wilayahKabupatenGowa,ProvinsiSulawesiSelatan,yangkemudiandapatdigunakanuntukmenghitung, mengetahuidanmenentukantingkatansertaparameter-parameterkerentananbanjirsertadapatdilakukan analisis untuk menentukan tingkat kerawanan banjir yang menghasilkan model klasifikasi tingkat kerawananbanjir Sehinggaakandihasilkanpetamengenaipotensibencanabanjirpadawilayahpenelitian. Di mana hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa daerah Gowa memiliki kelas lereng datar, dengan kelasdrainaseburuk-sangatburuk,kemudiantutupanlahanmerupakansawahdanjugapemukimandengan hujantahunansebesar2000-2900mm/thn.
Katakunci:banjir,drainase, index overlay,pemetaan, weighted scorring
1.PENDAHULUAN
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang banyakterjadidiIndonesiaakhir-akhirini,terutama di saat musim penghujan Bencana ini tidak mengenalwilayahperkotaanataupunpe-desaandan tentunya memakan banyak kerugian material maupun korban jiwa. Penyebab bencana ini tak hanya disebabkan oleh manusia yang kerap kali mengalih fungsikan daerah yang seharusnya dapat meresap air menjadi lahan perkebunan, pertanian bahkan lahan perindustrian, namun selain itu ada beberapa faktor alam yang dapat menimbul-kan banjir, seperti kelerengan di suatu daerah dan juga kemampuan tanah dalam menyerap air hujan
Daerahdataranbanjiradalahdaerahdataranrendah di sisi sungai yang memiliki elevasi sangat landai dan relatif datar. Aliran air menuju sungai yang lambat akibat dataran banjir ini, mengakibat-kan daerah tersebut rawan terhadap banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal
Bencana banjir umumnya terjadi terutama pada daerahyangdilaluisungaibesardengandebitbanjir yang besar (Martha 2011) Kabupaten Gowa, Sulawesi selatan, dengan luas daerah 1.883,32 km² serta jumlah penduduk sebanyak 752 896 jiwa dengan persebaran penduduk 400 jiwa/km². BerdasarkantotalluaswilayahKabupatenGowa, sebanyak35,30%mempunyaikemiringantanahdi atas 40o, dan 35,06 % dengan kemiringan tanah di atas 40o yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya serta Tompobolu. Kabupaten Gowa dilalui oleh sungai-sungai yang diketahui cukup besar berkisar lima belas sungai. Sungaidenganluasdaerahaliranpalingbesaradalah sungaiJeneberangdenganluasaliran881km²serta Panjang sungai 90 Km. Oleh karena itu, adanya daerah aliran sungai atau DAS di wilayah ini, ditambah lagi dengan Kabupaten Gowa di bagian utara memiliki tingkat kelas curah hujan paling tinggiantara70-80mm/blndengandaerahcakupan paling luas di bandingkan dengan daerah lain perlu diketahui daerah mana yang memiliki kerawanan terhadapbencanabanjir.SistemInformasiGeografis sangatbergunabagisuatucakupanluasperusahaan swastadanpemerintahuntukmenjelaskanperistiwa, meramal-kan hasil, dan strategi perencanaan (Suhardiman, 2012) Untuk itu dengan menggunakan sistem informasi grafis (SIG) maka kita dapat mem-permudah mengidentifikasi daerah yangmemilikikerentananakanbencanabanjirlebih besar dari daerah lainnya di Kabupaten Gowa ini meng-gunakanbeberapaparameterpenyebabbanjir seperti peta kelas ketinggian, kelas lereng, kelas drainase,bentuklahan,tutupanlahandanjugacurah hujan. Dengan menggunakan metode overlay atau tumpang susun, kerawanan banjir dapat diidentifikasisecaracepat,mudahdanakuratkarena metodeinimerupakanpenyatuanlebihdarisatupeta sehingganantinyamenghasilkanpetadenganatribut daribeberapapetatersebut.Olehkarenaitunantinya hasil dari penelitian ini penting untuk mengetahui tingkat kerawanan bencana banjir di Kabupaten Gowa.
2.BAHANDANMETODEPENELITIAN
2.1WaktudanLokasiPenelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Kabupaten Gowa, Provinsi Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan November 2019 sampai Desember 2019 di Gedung L Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
Wilayah penelitian adalah wilayah Kabupaten Gowa,ProvinsiSulawesiSelatan.KabupatenGowa beradapada12°38.16'BujurTimurdariJakartadan 5°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak administrasinya antara 12°33 19' hingga
13°15 17' Bujur Timur dan 5°5' hingga 5°34 7' Lintang Selatan dari Jakarta. Kabupaten Gowa merupakandaerahotonom,disebelahutaraber-batasan denganKotaMakassarsertaKotaMaros.Disebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinaji, Bulukumba dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar serta Jeneponto, dan di bagian Baratnya berbatas-an denganKotaMakassardanTakalar
2.2.AlatdanBahan
Peta ini diolah dengan bantuan software ArcGIS

10.3. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini antaralain:Datacurahhujanrata-ratabulanantahun
2012-2019,citraLandsat,petatematik,DEMSRTM wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, dan peta wilayah Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan yang bersumber dari USGSEarthExplorer
2.3TahapanPenelitian
Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, pengolahandata,analisisdantahappenyelesaian.
3.HASILDANPEMBAHASAN
3.1TutupanLahan
Padapetatersebutpenutupanlahandidominasioleh hutan, kemudian di urutan kedua penutupan lahan yangtersebardiKabupatenGowaialahsawahyang didominasi pada bagian barat Kabupa-ten Gowa. Selanjutnya disusul oleh tutupan lahan semak. Kemudian tutupan lahan berupa ladang mendominasi di bagian selatan kabupaten gowa. Pemukimanpendudukkebanyakmendiamidi daerah barat laut dari Kabupaten Gowa. Selanjutnyaterdapatduadaerahtutupanlahanberupadanau. Dandaerahtutupanlahanpasirdisekitarsalahsatu danau tersebut. Daerah kebun rawa dan tambak memiliki daerah yang sangat kecil pada Kabupaten Gowa.
Gambar1.PetaPenutupanLahanKabupatenGowasebagai daerahpenelitian Analysis Index Overlay untukPemetaan KawasanBerpotensiBanjirBerbasisSIG
3.2CurahHujanTahunan Adapun deskripsi peta curah hujan yang di buat adalahpetacurahhujanrata-ratapertahundanpeta curah hujan rata-rata per bulan (dalam tiga bulan puncak selama musim hujan). Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan termasuk salah satu kabupaten yang memiliki tingkat curah hujan tahunan dalam periode 20 tahun dari setiap stasiun hujan. Pada Kabupaten Gowa sendiri di beda kan menjadi 3 klasifikasi tingkat hujan yaitu: paling tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan peta di atas dapat dilihat bahwa Kabupaten Gowa memiliki tingkat curah hujan yang sedang paling luas dibandingkandenganyangkeringdansangatkering. Dengantingkatkelascurahhujansebesar2000-2900 mm/thn. Daerah yang kering dengan tingkat kelas curahhujansebesar1500-2000mm/thn.Sedangkan daerah yang sangat kering dengan tingkat kelas curah hujan sebesar <1500 mm/thn (Gambar 9).
MakadariitudaerahKabupatenGowainitermasuk memiliki tingkat kelas curah hujan tahunan tingkat sedang sangat luas dibandingkan dengan daerah yangkeringdansangatkering
3.8 Kejadian Banjir dan Hubungannya dengan PetaRawanBanjir
Peta kelas rawan banjir dihasilkan dari overlay beberapa parameter yang telah dibuat dengan melakukan pembobotan 2, peta kelas rawan banjir tersebut dibagi menjadi tiga kelas yaitu cukup rawan,rawandansangatrawan,namunpadapetaini daerah cukup rawan memiliki daerah yang lebih kecil dan daerah sangat rawan lebih meluas dan tersebardihampirseluruhKabupatenGowa.Untuk karakteristik pada daerah cukup rawan terdiri dari tutupan lahan berupa lading sawah dan semak, dengandrainasebaukhinggaburukdenganlereng015%, untuk kelas rawan tutupan lahannya merupakan hutan sawah, semak dan lading, dengan kelerengan 0-30%. Sedangkan pada daerah rawan tutupan lahannya merupakan sawah, pemukiman, hutan, lading hingga danau. Dengan kelerengan yang didominasi oleh 0-5% dan kelas drainasenya burukhinggasedang.
Daftarpustaka
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika. (2013).Analisis hujan Bulan Januari 2013. Buletin BMKG.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2013). Bencana di Indonesia 2012. Bisnis Indonesia. (2012). 13 Sungai di Jakarta Berpotensi Banjir Handbookedisi21November2012.
Darmawan, K., & Suprayogi, A. (2017). Analisis Tingkat Kerawanan Banjir Di Kabupaten Sampang Menggunakan Metode Overlay Dengan Scoring Berbasis Sistem Informasi Geografis JurnalGeodesiUndip,6,31-40.

Junedi, H. (2010). Perubahan Sifat Fisika Ultisol Akibat Konversi Hutan Menjadi Lahan Pertanian.JurnalHidrolitan,1:10-14.
Kodoatie,Robert,J.,&Roestam,S.(2006). Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta, Penerbit YarsifWatampone.
Linsley,R.K.,Kohler,M.A.,&Paulhus,J. L. (1975). Hydrology for Engineers Tokyo, Mc GrawHillKogakushaLtd.
Malingreau, J. (1977). Apropose Land Cover/ Land Use Classification And its Use With RemoteSensingDatainIndonesia. The Indonesian journalofGeography,7.6-7.
Manongga, D., Papilaya, S., & Pandie, S. (2010). Sistem Informasi Geografis Untuk Perjalanan Wisata di Kota Semarang. Jurnal Informatika,10,1-9.
Martha, A (2011) Pemetaan Kawasan
Daripetakelasrawanbanjirtersebutterlihatbahwa daerah yang memiliki tingkat kerentanan akan banjir merupakan daerah barat dari Kabupaten Gowa yang terdiri dari Kecamatan Bontonompo, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kecamatan Bajeng, Kecamatan Barombong, Kecamatan
Pallangga, Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Bontomrannu, Kecamatan Pattalasang, Kecamatan
Parangloe, Kecamatan Manuju, Kecamatan Bungaya. Kerawanan banjir didapatkan melalui prosespembobotandan scoring padatiapparameter kerawanan.
Ucapanterimakasih
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan artikel ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapanterimakasihkepadasemuapihakyangsudah terlibat di dalam proses pembuatan artikel ini terutamakepadadosenpembimbing.
Berpotensi Banjir Menggunakan Sistem Informasi Georafis(StudiKasusKabupatenIndramayu,Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, Institut PertanianBogor
Matondang, J. P. (2013). Analisis Zonasi DaerahRentanBanjirDenganPemanfaatanSistem InformasiGeografis. Skripsi.ProgramStudiTeknik GeodesiUniversitasDiponegoro;Semarang.
Putra,D.B.,Suprayogi,A.,&Sudarsono,B. (2019). Analisis Kerawanan Banjir pada Kawasan Terbangun berdasarkan Klasifikasi Indeks EBBI (Enhanced Built-Up and Bareness Index) Menggunakan SIG (Studi Kasus di Kabupaten Demak).JurnalGeodesiUndip,8,93-102.
Iklim merupakan agregat jangka-panjang dari cuaca. Iklim lebih dari sekedar ekspresi kondisiatmosferisrata-rata.Untukmenggambarkansecaraakuratkaraktersuatutempat atau area, variasi dan kondisi ekstrem juga harus dipertimbangkan. Iklim sangat mempengaruhi hakikat kehidupan tumbuhan dan hewan, tanah, serta banyak proses geologis eksternal. Iklim mempengaruhi manusia juga. Meskipun iklim berdampak signifikan bagi manusia, kita belajar bahwa manusia juga memiliki pengaruh kuat terhadapiklim.Faktanyaperubahaniklimglobalsaatiniyangdisebabkanolehmanusia adalahisulingkunganglobalpenting.Tidaksepertiperubahandalammasalalugeologis, yangmempresentasikanvariasialam,perubahaniklimmoderndidominasiolehpengaruh manusiayangcukupbesarsehinggamerekamelampauibatas-batasvariabelalami.Selain itu,perubahaninikemungkinanberlanjutselamaberabad-abad.Efek-efekdariperlakuan tidak jelas pada iklim dapat sangat mengganggu tidak hanya bagi manusia, tetapi juga padabanyakbentukkehidupanlain.
Manusia telah memodifikasi faktor-faktor iklim penting seperti albedo permukaan, kecepatanevaporasi,dananginpermukaan.Aktivitasmanusiamenghasilkanperubahan iklimmelaluipelepasankarbondioksida(CO2)dangasgasjejak.Manusiamelepaskan CO2 ketika mereka menebang hutan dan ketika mereka membakar bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas alam. Lebih dari setengah karbon yang dilepaskan manusia diserap oleh materi tumbuhan baru atau terlarut dalam samudra. Sekitar 45 persennya tetap berada di atmosfer, dimana ia dapat mempengaruhi iklim selama berdekade-dekade. Sebagai akibat tersimpannyapanas ekstra akibat penambahan CO2, atmosfer bumi telah menghangat sekitar 0,8ºC selama 100 tahun terakhir, sebagian besarnya sejak 1970-an. Temperatur diproyeksikan akan naik sebesar 2º sampai 4,5 ºC lagidimasadepan.Gas-gasmetana,nitrogenoksida,danCFCjugamemainkanperanan pentingdalammenaikkantemperaturglobal.

Sumber: https://www.kominfo.go.id/content/detail/48014/kondisi-bumikian-mengkhawatirkan-bmkg-ajak-masyarakat-kontribusi-tahanlaju-perubahan-iklim/0/artikel_gpr
LangkahBMKGdalammenahanlajuperubahaniklim:
• Meningkatkansistemperingatandinicuacadaniklim.

• Memperluas jaringan komunikasi dalam penyebaran informasi peringatan dini, terutamapadadaerah3T(tertinggal,terdepan,danterluar)
• Meningkatkan observasi, analisis, prediksi, hingga perhitungan numeris dalam memantaucuacadaniklimdiIndonesia.

• Melakukanpeningkatankualitasteknologiperalatan,danSDMyangadadiBMKG
• MembanguntowerGRK(GasRumahKaca)
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati baru meresmikan Tower Gas Rumah Kaca (GRK) di Kototabang, Kecamatan Palupuh, KabupatenAgam,SumatraBarat(Sumbar)Senin(20/3/2023)lalu.Toweryangdibangun di Stasiun GlobalAtmosphereWatch (GAW) Kototabang itu, merupakan implementasi darisisteminformasigasrumahkacaglobalterintegrasipertamadiIndonesia.Peresmian bersamaandenganperayaanpuncakHariMeteorologiDuniayangKe-73.Melaluisistem informasi GRK, itu memberikan bukti partisipasi Indonesia dalam mengendalikan perubahan iklim. Di situ akan terlihat perkembangan gas rumah kaca, salah satunya konsentrasi CO2 atau karbondioksida sebagai salah satu yang dianggap paling sensitif meningkatkansuhuglobal.
Sumber:hijauku.com



Sumber: https://www.republika.id/posts/32243/anomalicuaca

Anomaliadalahpenyimpanganataukeanehanyangterjadiataudengankatalain tidaksepertibiasanya.Anomalijugaseringdisebutsebagaisuatukejadianyang tidak bisa diperkirakan sehingga sesuatu yang terjadi akan berubah-ubah dari kejadian biasanya. Pengertian anomali cuaca menurut para ahli adalah kondisi tidak teraturnya cuaca yang menyimpang dari keadaan normalnya secara ratarata. Secara singkat anomali cuaca adalah fenomena cuaca yang tidak seperti biasanya.Secaraharafiah,anomaliiklimadalahpergeseranmusimdarirata-rata normalnya.EmpatfaktordominanpenyebabanomaliiklimadalahSSTNINO, arah angin, beda tekanan udara permukaan di Darwin dan Tahiti, serta Indian OceanDipole.
AdatigapolahujandiIndonesia,yaitupolamonsunal,polaekuatorial,danpola lokal. Wilayah dengan pola monsunal paling terpengaruh anomali iklim dan sebagianbesarsentrapadidiIndonesiaberadadiwilayahini.Dengandemikian, kejadianiniperludiprediksiuntukmenekankerugian.Dalamantisipasianomali iklim, diperlukan langkah-langkah strategis seperti: mengefektifkan informasi prakiraaniklimdanteknikmenghadapinya,memanfaatkanpetawilayahrawan kekeringan, menganalisis pergeseran musim, menganalisis neraca air wilayah danindekskecukupanairdansaattanamyangtepat,menampungairhujanuntuk mengisicadanganairtanah,membudidayakankomoditasberumurpendekdan tahan kekeringan, mempercepat tanam, memanfaatkan sistem gogorancah, pompanisasi di daerah-daerah dengan cadangan air tanah, memperbaiki efektivitas saluran irigasi dan embung atau bendungan, meningkatkan daya dukung daerah hulu aliran sungai, memantau dan mengevaluasi daya tampung waduk,memanfaatkanmulsain-situuntukmenekanevaporasi.
Tren bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan banjir bandang yang terusmeningkattiaptahundisebabkankrisisiklimyangdiperparahulahmanusia.Strategi pemerintah Indonesia yang menitikberatkan pada mitigasi, alih-alih menuntaskan akar masalah,dipertanyakan.Lebihlanjutdikatakannya,ketikaterjadilaNinaatauElninoitu berarti ada anomali atau ada perubahan dari sirkulasi normal yang seharusnya, ada hambatan atau ada keterlambatan pergerakan, pergeseran dari suhu muka laut menyebabkan terjadi perubahan kondisi cuaca yang berada di wilayah tersebut. Jadi anomalicuacaituterjadidisebabkanolehbeberapafaktor,adalaNina,ElNino,selainitu merupakan anomali-anomali cuaca yang ada di wilayah Indonesia dan dunia pada umumnya.PenyebabLaNinaitusebenarnyaadanyapeningkatansuhuudaradiwilayah samudraPasifik,yangseharusnyaketikamusimpenghujan,kondisisuhupanasatausuhu muka laut yang cukup tinggi, sudah mulai bergeser ke wilayah Afrika, tetapi karena adanyatekanansuhudingindariwilayahAfrikamenujuwilayahsamudraPasifikTimur dari Indonesia, menyebabkan akumulasi suhu tinggi atau yang hangat terkonsentrasi di wilayahIndonesia.









