
7 minute read
Skygers
Entah apa yang saya pikirkan ketika menyetujui ajakan Mas Aldo (alm), Ketua Divisi Climbing, untuk mengikuti Sekolah Climbing Skygers di Tebing Jagger, Leuwikaret, Bogor, tanggal 23-26 September yang lalu. Tidak ada teman, tidak ada kenalan, dengan hanya berbekal dua kali pengalaman memanjat di siung & babarsari, dan kursus singkat bersama Mas Aldo & Mas Huda, saya pergi ke sekolah panjat yang didirikan para “legenda” panjat tebing Indonesia.
Berangkat menggunakan bis dari Kebumen, saya berangkat ke Sekretariat Palikar (Pecinta Alam Leuwikaret), sebuah organisasi pecinta alam lokal, untuk melakukan registrasi ulang. Sesampainya di sana, sudah banyak peserta yang datang kemudian saling berkenalan. Peserta yang datang rata-rata merupakan anggota mapala dan tidak sedikit yang berasal dari luar jawa.
Advertisement
Diantar dengan menggunakan truk pick up melintasi jalan desa yang naik turun dan berlubang, kemudian berhenti di pinggir jalan. Di jalan setapak menuju camp, kami melihat kamar mandi yang akan kami gunakan dalam kegiatan empat hari ke depan. Kamar mandi kecil, hanya berisi ember kecil dan kakus, dengan penampungan air di depan yang harus kita ambil airnya jika ingin menggunakan kamar mandi. Bukan masalah, karena masalah terbesarnya adalah medan. Dari kamar mandi ke camp berjarak sekitar
400-500 meter, memang dekat, namun medannya terjal. Hampir tidak mungkin untuk kembali ke camp setelah pergi mck tanpa berkeringat. Karena hal ini lah sebagian dari kami hanya mandi beberapa kali selama empat hari kegiatan.
Sampai di camp, kami dibagi tenda untuk beristirahat, tiga orang per tendanya.
Jam tujuh malam kami berkumpul di sebuah tenda barak militer yang difungsikan untuk kelas. Acara malam ini adalah pembukaan yang diisi oleh bapakbapak pendiri skygers, Pak Harry Suliztiarto dan Pak Heri Hermanu. Hadir pula para pengurus yayasan skygers, anggota, dan alumni sekolah panjat skygers sebelumnya yang akan menjadi instruktur dan asisten instruktur untuk acara esok hari. Acara berlangsung dengan formal namun santai, dengan diselingi candaan-candaan oleh pak
Harry dan kawan-kawan
Sebelum beristirahat, di depan api unggun kami saling berkenalan dan berbagi cerita. Empat puluh dua orang dari berbagai latar belakang. Mulai dari bapak-bapak pengusaha peralatan outdoor hingga murid SMA, dan tentu yang paling banyak adalah anggota mapala. Mendengar cerita kawan-kawan, saya menjadi merasa sedikit insecure. Kawan-kawan banyak bercerita tentang pengalaman mereka memanjat. Dari cerita mereka, dapat saya simpulkan mereka sudah terbiasa memanjat dan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang jauh lebih dari saya yang seadanya.
Pagi hari di awali dengan berolah raga, pemanasan dengan sedikit jogging, sarapan, dan MCK. Kemudian dilanjutkan Pematerian mengenai clean climbing, yaitu memanjat menggunakan alat-alat yang tidak merusak dan mencederai tebing. Peralatan yang kami gunakan berupa stopper atau pengaman sisip, dan friend atau pengaman pegas untuk menggantikan bolt. Sebelum pematerian, kami melakukan pre-test untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan kami. Selesai itu, kami dibagi menjadi beberapa kelompok berisi tiga orang. Tiap kelompok dibagi peralatan-peralatan untuk memanjat tebing, mulai dari pengaman, webbing, belay device, carabiner-carabiner, hingga tali prussic. Setelah itu, kami diajak ke bawah tebing untuk pematerian dan praktek.
Tebing Jagger, tingginya tidak kurang dari enam puluh meter, lebar lebih dari lima ratus meter, dengan litologi karst.
Tidak terbayangkan bagi saya rasanya, untuk memanjat tebing ini sampai ke puncaknya.
Pematerian langsung di bawah memang terasa kurang nyaman, tidak ada kursi untuk duduk dan meja untuk alas menulis. Walaupun begitu, dengan pematerian langsung di bawah tebing, instruktur dapat dengan langsung mencontohkan dari materi yang disampaikan sehingga siswa dapat langsung mendapat gambaran mengenai apa yang akan mereka lakukan dan dapat lebih memahami materi yang disampaikan.
Setelah diberi materi, kami diberi kesempatan untuk langsung mempraktekan materi. Di beberapa permukaan tebing, panitia memasang tali pengaman untuk peserta memasang cow’s tail. Peserta pun diberi giliran memanjat perkelompok. Kami pun memanjat dan melakukan praktek pemasangan pengaman sisip.
Kelompok demi kelompok bergantian memanjat tebing untuk belajar memasang pengaman hingga sore.
Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan bebas. Peserta dengan antusias melakukan sport climbing di jalur yang disediakan panitia di Tebing

Anak Jagger. Note: Tebing Anak
Jagger adalah tebing kecil, tidak lebih dari lima belas meter, yang terletak di bawah camp dan menghadap Tebing
Jagger. Tidak ada dari kami yang melakukan kegiatan lain selain memanjat dan menonton orang memanjat.
Malamnya terdapat sesi evaluasi dan sedikit pematerian untuk hari esok.
Pematerian ruang terasa sangat berbeda dari pematerian langsung di tebing. Kelas terasa bosan dan serasa berjalan begitu lama. Karena lelah memanjat seharian, banyak dari kami yang tertidur di dalam kelas.
Kegiatan di hari kedua kurang lebih sama seperti di hari pertama. Di sesi pagi, kami kembali mengulang pembelajaran kemarin mengenai pemasangan pengaman. Materi pengaman ini sangat penting karena selain sebagai pengaman ketika terjatuh, pengaman juga digunakan sebagai anchor untuk membuat pitch dalam teknik multipitch. Oleh karena itu sangat penting bagi kami untuk bisa memasang pengaman dengan benar karena jika tidak di pasang dengan benar dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Pada sesi siang, kami diberi materi mengenai multipitch, yaitu teknik memanjat ketika tebing terlalu tinggi untuk dipanjat sekali jalan. Pemanjat harus membuat pos-pos pemberhentian di tengah tebing atau yang disebut dengan pitch. Setelah pemanjat pertama selesai membuka jalur dan membuat pitch, pemanjat pertama kemudian melakukan hanging belay untuk pemanjat kedua yang memanjat sambil membersihkan pengaman-pengaman yang digunakan pemanjat pertama memanjat. Karena kelompok kami berisi tiga orang, orang ketiga lah yang bertugas membersihkan jalur. Sisa hari kami habiskan dengan praktek multipitch dan rapelling.
Pada hari ketiga, materi diisi dengan mengulangi praktek kegiatan dua hari kemarin, mulai dari pemasangan dan penggunaan pengaman sisip dan fren, Pembuatan anchor, hingga praktek multipitch dan rapelling . Akan tetapi, pada praktek kali ini, tali-tali pengaman di tebing yang digunakan dua hari sebelumnya telah dilepas. Praktek pada kali ini adalah semacam gladi resik untuk pemanjatan final esok hari. Besok, seluruh peserta akan mencoba untuk menaklukan Tebing Jagger, tempat kami berlatih tiga hari terakhir. Selain praktek, di hari ketiga ini kami juga diberi materi-materi tambahan di luar yang tidak dipraktekan seperti materi katrol, ascending dan descending, cleaning jalur tanpa meninggalkan alat hingga pembuatan jalur dengan memasang bolt menggunakan mata bor.
Malam harinya, kelas malam yang biasanya diadakan diganti menjadi briefing. Malam ini, peserta tidak akan tidur di tenda. Briefing kali ini ditujukan untuk membahas sesi pemanjatan malam dan pemanjatan final esok hari. Pada pemanjatan esok hari, pemanjatan akan dilanjutkan dari tempat kita tidur di tebing. Panitia memberi target yaitu pemanjatan harus diselesaikan sebelum jam 12 siang. Jika jam dua belas pemanjatan belum selesai, kami terpaksa kembali turun dengan cara rapelling.

Setelah briefing, kami menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan yaitu
Air minum, Snack, jaket, Sepatu hiking karena jika kita sampai di puncak tebing, kita akan turun lewat jalur darat dan yang terpenting headlamp.
Tidak lupa, buang air besar maupun kecil karena di tebing tidak ada pos untuk tempat buang air. Pukul 20.00, berbekal peralatan lengkap menggantung di harness, ransel kecil dipundak, helm dengan headlamp di kepala dan tali karmantel di pundak, kami berjalan menuju tebing. Pemanjatan dilakukan perkelompok, karena peserta akan tidur perkelompok. Tempat tidur yang panitia sediakan berupa semacam tandu yang diikatkan pada tebing. Tandu ini akan ditempati tiga orang, jadi kami akan tidur dengan terduduk.
Pemanjatan malam adalah sesuat yang baru bagi saya.
Pemanjatan malam kali ini cukup dilakukan dengan top ropping dipertimbangkan dari kemampuan peserta dan untuk efisiensi waktu dan tenaga, menilik esok hari kami masih ada kegiatan pemanjatan menuju puncak sehingga di- perlukan istirahat yang cukup.
Pemanjatan malam terasa menegangkan, dengan pandangan terbatas pada pancaran cahaya dari headlamp dan dengan dikelilingi kegelapan. Setelah sekitar 25 meter memanjat, menggapai segala yang dapat digapai, hingga menggunakan akar dan batang pohon untuk memanjat kami pun sampai di tempat ber- istirahat. Kami pun memasang dua cow’s tail ke penambat karena jatuh dari tandu ketika tertidur bukan hal yang lucu. Tidak lupa, menggunakan jaket dan melepas sepatu panjat untuk meregangkan jari kaki. Dari atas tebing, kami dapat melihat kelap kelip rumah-rumah pedesaan di tengah kegelapan malam. Bintang bintang juga terlihat cantik meski terkadang tertutup awan.
Ketika anda tidur di atas tandu yang di ikat di muka tebing kenyamanan bukanlah sesuatu yang bisa diharapkan. Tiga orang duduk bersisian tanpa ruang sisa dengan tali tali pengaman melintang dimana-dimana. Apesnya, muka tebing dengan punggung saya terlalu berjauhan sehingga tidak memungkinkan bagi saya untuk menyandar. Beberapa cara saya coba untuk mendapatkan kenyamanan. Dari mencoba bersandar ke tali pengaman, hingga membuat gantungan dari webbing yang di tambatkan ke penambat untuk bersandar tidak ada yang efektif. Akhirnya saya harus rela tertidur dengan membungkukan badan ke depan. Memang bukan posisi terbaik, tapi paling tidak merupakan posisi yang bisa digunakan untuk tidur.
Pagi hari kami disambut dengan pemandangan yang menyegarkan mata. Hutan dengan hiasan pegunungan dan perbukitan sejauh mata memandang, awan tipis dengan langit biru kejinggaan. Angin sepoi berhembus meniup wajah, udara dingin namun segar. Rasanya pemanjatan dan derita tidur semalam yang tidak nyaman terbayar lunas. Hari ini kami akan melanjutkan pemanjatan jadi energi harus mencukupi. Makanan dan minuman dibawa naik menggunakan katrol. Unik sekali rasanya memakan nasi boks dari atas sini. Walaupun makanan sedikit berantakan karena beberapa kali terbentur tebing dengan boks yang peok-peok karena tertarik tali, makanan tetap terasa nikmat. Setelah makan dan sedikit streching rasanya semangat sudah meluap-luap. Hari ini kami akan menaklukan tebing lidah jagger dan mempraktekan hasil dari latihan kami.

Pada pemanjatan final hari ini saya bertugas menjadi cleaner, menjadi pemanjat terakhir di kelompok dan bertugas mengambili peralatan yang digunakan leader untuk memanjat. Total ada tiga pitch yang kami buat selama pemanjatan.
Waktu menunjukkan pukul sebelas lebih ketika akhirnya saya dan kelompok mencapai puncak dari tebing. Gembira, lelah, puas,merinding semua menjadi satu. Hampir tak percaya tebing Jagger yang dari bawah terlihat sangat tinggi bisa kami panjat hingga tuntas. Sampai di atas, kami membuka snack yang panitia berikan bersama dengan makanan menggunakan katrol. Harus diakui, makanan terasa lebih lezat ketika lelah dan lapar. Kami juga berfoto-foto untuk merayakan keberhasilan hari ini. Karena lelah, saya tertidur di atas. Tanah terasa seperti spring bed ketika saya tertidur.

Berani untuk mencoba hal baru, berani untuk menghadapi tantangan.
Yang kita takutkan bukanlah apakah kita akan berhasi atau gagal, tetapi ketakutan untuk mencoba.
Dan yang terpenting saya sampaikan juga terima kasih kepada Keluarga
Besar KAPALA
MAGMAGAMA yang sudah membantu saya baik dari materil maupun moril.
Terima kasih untuk kepercayaannya
Setelah itu kami kembali ke camp dengan berjalan kaki. Perjalanan memakan waktu hampir dua puluh menit melewati medan yang curam namun tidak menjadi masalah karena semua sedang dalam euforia. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan post test. Cukup membanggakan jika dibandingkan dengan ketika pengerjaan pretest di hari pertama. Banyak hal yang sebelumnya belum saya ketahui sekarang sudah saya pahami. Selesai post test, acara dilanjut dengan sesi foto bersama seluruh peserta dan panitia, pembagian sertifikat, kaos, dan buku materi. Acara ditutup dengan perpisahan teman-teman panitia dan peserta.
Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari pengalaman empat hari ke belakang. Di luar dari ilmu pematerian yang didapatkan, saya mendapatkan pelajaran