
5 minute read
A.Asal-Usul Amfibi
Amfibia (Amphibian, kelas amphibia) kini diwakili oleh sekitar 6.150 spesies salamander ( Ordo Urodela, yang berekor), katak ( Ordo Anura, yang tidak berekor), dan Sesilia ( Ordo Apoda, yang tak berkaki). Yang terdapat sekitar 550 spesies urodela. Beberapa spesies sepenuhnya akuatik, namun yang hidup di daratan sepanjang hidupnya atau ketika dewasa. Sebagian salamander yang hidup di daratan berjalan dengan tubuh yang meliuk-liuk ke kiri dan kanan, ciri yang diwarisi dari tetrapoda darat awal. Pedomorfosis umum terjadi pada salamander akuatik; axolotl misalnya mempertahankan sifat-sifat larva bahkan ketika ia telah matang secara seksual. Anura yang berjumlah sekitar 5.420 spesies, lebih terpesialisasi untuk bergerak didaratan daripada urodela. Katak dewasa menggunakan kaki belakangnya yang kuat untuk melompat-lompat di lapangan. Katak menangkap serangga dan mangsa yang lain dengan menjulurkan lidahnya yang panjang dan
lengket, yang melekat pada bagian depan mulut.
Advertisement
Katak menunjukkan berbagai macam adaptasi yang membantunya untuk menghindari pemangsa oleh predator yang lebih besar. Kelenjar-kelenjar kulitnya menyekresikan mukus yang tidak enak atau bahkan berbisa. Banyak spesies yang beracun memiliki warna cerah, yang tampaknya diasosiasikan dengan bahaya oleh para predator. Katak-katak yang lain memiliki pola-pola warna yang dapat menyamarkan mereka. Apoda atau sesilia yang berjumlah 170 spesies, tidak berkaki dan hampir buta. Sekilas mereka mirip cacing tanah. Ketiadaan kaki merupakan adaptasi kedua, saat mereka berevolusi dari nenek moyang yang berkaki. Sesilia menghuni daerah tropis, tempat sebagian besar spesies meliang di dalam tanah hutan yang lembap. Beberapa spesies Amerika Selatan hidup di kolam air tawar dan sungai kecil.
Amfibia (berasal dari kata amphibious, berarti kedua cara hidup) mengacu pada tahaptahap kehidupan dari banyak spesies katak yang awalnya hidup di air dan kemudian di daratan. Tahap larva katak, disebut kecebong, biasanya merupakan herbivor akuatik dengan insang, sistem gurat sisi yang menyerupai vertebrata akuatik, dan ekor yang panjang dan bersirip. Kecebong pada awalnya tidak memiliki kaki. Ia berenang dengan mengibas-ngibaskan ekornya. Selama metamorfosis yang menuju ke kehidupan kedua, kecebong mengembangkan kaki, paruparu, sepasang gendang telinga eksternal, dan sistem pencernaan yang teradaptasi untuk cara makan karnivor. Dalam waktu yang sama, insang menghilang pada sebagian besar spesies. Anak katak merayap menuju ke pesisir dan menjadi pemburu terestrial. Ada beberapa katak,
Gambar 1. Katak

salamander dan sesilia lebih mirip dengan bentuk dewasanya, dan biasanya larva maupun hewan dewasa marupkan karnivor.
Sebagian besar amfibia ditemukan di habitat yng lembap seperti rawa- rawa dan hutan hujan. Bahkan amfibia yang telah teradaptasi terhadap habitat yang lebih kering masih menghabiskan banyak waktunya di dalam liang atau di bawah dedaunan lembap yang tingkat kelembapannya tinggi. Amfibia umumnya sangat tergantung pada kulitnya yang lembab untuk pertukaran gas dengan lingkungannya. Beberapa spesies terestrial tidak memiliki paru-paru dan hanya bernafas melalui kulit dan rongga mulutnya. Fertilisasi berlangsung secara eksternal pada sebagian besar amfibia, jantan memegang erat-erat betina dan menumpahkan spermanya ke atas telur-telur yang sedang dikeluarkan oleh betina. Amfibia biasanya bertelur di dalam air atau di lingkungan darat yang lembap. Telur tidak memiliki cangkang dan cepat mengering di dalam udara kering. Beberapa spesies amfibia bertelur dalam jumlah yang sangat banyak di kolam sementara, dan mortaitas telurnya tinggi.Sebaliknya, spesies-spesies yang bertelur dalam jumlah yang relatif sedikit dan menunjukkan berbagai macam pengasuhan anak. Bergabung pada spesies, jantan dan betina mungkin membawa telur-telurnya di punggung, di dalam mulut, atau bahkan di dalam lambung. Katak-katak pohon tropis tertentu mengaduk-aduk massa telurnya menjadi jaring-jaring berbuih yang tahan kekeringan.
Ada juga spesies ovovivipar dan vivipar yang menyimpan telur-telurnya di dalam saluran reproduksi betina, tempat embrio dapat berkembang tanpa mengalami kekeringan. Banyak amfibia menunjukkan perilaku sosial yang kompleks dan beraneka ragam, terutama selama musim kawin. Katak biasanya diam, namun jantan pada kebanyakkan spesies bersuara untuk mempertahankan wilayah kawinnya atau untuk menarik betin.Pada beberapa spesies, migrasi ke tempat perbiakkan tertentu mungkin melibatkan komunikasi suara, navigasi selestial, atau sinyal kimiawi. Selama 25 tahun terakhir, para ahli zoologi telah mendokumentasikan penurunan populasi-populasi amfibia yang cepat mengkhawatirkan di seluruh dunia. Tampaknya terdapat beberapa penyebab, antara lain lenyapnya habitat, penyebaran fungsi (kitrid) patogen, perubahan iklim, dan polusi. Faktor-faktor ini dan faktor yang lain tidak hanya


Gambar 2. Daur Hidup Katak

mengurangi populasi, namun juga menyebabkan kepunahan. Sebuah penelitian tahun 2004 mengindentifikasikan bahwa sejak 1980, setidaknya 9 spesies amfibia telah punah. Sebanyak 113 spesies lain tidak pernah terlihat sejak saat itu dan dianggap barangkali punah.
Seiring berjalannya waktu, ukuran amfibi menyusut dan keragamannya pun semakin berkurang, hingga hanya menyisakan subclass modern Lissamphibia. Kelompok besar amfibi pertama berkembang pada periode Devonian, sekitar 370 juta tahun yang lalu, dari ikan bersirip lobus yang mirip dengan coelacanth dan lungfish modern. Morfologi Ikan purba bersirip lobus telah berkembang, sirip ikan ini mempunyai banyak persendian dengan jari-jari yang memungkinkan mereka merangkak di sepanjang dasar laut. Beberapa ikan juga telah mengembangkan paru-paru primitif yang membantu mereka menghirup udara ketika kekurangan oksigen di genangan rawa-rawa. Ikan yang mempunyai sirip yang kuat seperti pada ikan purba bersirip lobus mampu menggunakan siripnya untuk berjalan keluar dari air menuju daratan kering jika keadaan mengharuskannya. Akhirnya, sirip tulang mereka akan berkembang menjadi anggota badan dan mereka akan menjadi nenek moyang semua tetrapoda, termasuk amfibi modern, reptil, burung, dan mamalia.
Pada akhir periode Devonian (360 juta tahun yang lalu), laut, sungai, dan danau dipenuhi dengan kehidupan sementara daratan adalah wilayah tumbuhan awal dan tanpa vertebrata, meski ada beberapa jenis ikan seperti Ichthyostega, yang kadang naik ke daratan. Diperkirakan cara mereka naik kedaratan hampir mirip dengan yang dilakukan oleh anjing laut gajah. Pada masa Karbon awal (360 hingga 345 juta tahun yang lalu), iklim menjadi basah dan hangat. Beberapa tumbuhan tingkat rendah seperti lumut, pakis, ekor kuda dan beberapa tumbuhan lain mulai berkemang di area rawa yang luas. Saat itu arthropoda mulai berevolusi dan mendiami berbagai tempat di daratan, sekaligus sebagai sumber makanan untuk amfibi karnivora yang mulai beradaptasi dengan lingkungan darat. Tidak ada tetrapoda lain di darat dan amfibi berada di puncak rantai makanan, menempati posisi ekologis yang saat ini dipegang oleh buaya.
Meski dilengkapi dengan anggota tubuh dan kemampuan menghirup udara, sebagian besar masih memiliki bentuk tubuh yang panjang meruncing dan ekor yang kuat. Mereka adalah predator darat teratas, kadang-kadang mencapai beberapa meter panjangnya, memangsa serangga besar periode itu dan banyak jenis ikan di air. Meski sudah mulai beradaptasi di darat, beberapa diantaranya masih perlu kembali ke air untuk bertelur tanpa cangkang, dan bahkan sebagian besar amfibi modern memiliki tahap larva di air sepenuhnya dengan insang seperti nenek moyang mereka.
