4 minute read

C. Keluhuran Manusia sebagai Citra Allah

Next Article
Daftar Pustaka

Daftar Pustaka

2. Guru mengajak peserta didik merenungkan kalimat berikut: Pada hari ini kita telah menggali dan mendalami kedudukan laki-laki dan perempuan di hadapan Allah. Allah menempatkan mereka setara dan saling melengkapi satu sama lain. Panggilan Tuhan atas laki-laki atau perempuan adalah: masing-masing berkembang dan memperkembangkan diri menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati. Dan melalui puisinya, Maudy Ayunda berharap semua wanita di Indonesia akan tetap kuat, menjadi dirinya sendiri, dan mampu mengejar mimpinya tanpa takut mereka itu wanita.

Karena wanita itu pasti bisa #SiapaBilangGakBisa. 3. Buatlah sebuah refleksi tentang kedudukan laki-laki dan perempuan di hadapan Allah. 4. Mengungkapkan slogan yang berisi tentang niat untuk menjunjung tinggi kesetaraan laki-laki dan perempuan dan menempelkannya di kamar atau meja belajar.

Advertisement

Doa Penutup

Guru mengajak para peserta didik untuk mendaraskan bersama Mazmur 113 berikut ini:

Tuhan Meninggikan Orang yang Rendah 1Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! 2Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. 3Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. 4TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. 5Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, 6 yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? 7Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, 8untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama-sama dengan para bangsawan bangsanya. 9Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya! Kemuliaan kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus Seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad. Amin.

Tujuan Pembelajaran: Peserta didik mampu memahami diri dan sesamanya sebagai citra Allah yang bersaudara satu sama lain, sehingga mampu menghargai sesamanya seperti menghargai dirinya sendiri.

Media Pembelajaran/sarana: Kitab Suci, Buku Siswa, Laptop, Proyektor.

Pendekatan:

Pendekatan Kateketis. Melalui pendekatan yang diawali dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh peserta didik baik secara langsung dialami peserta didik maupun melalui pengamatan, pengalaman, cerita kehidupan orang lain. Selanjutnya pengalaman tersebut didalami dalam terang Kitab Suci atau ajaran Gereja, sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan dalam hidup sehari-hari terhadap nilai-nilai yang diperoleh dari pendalaman yang dilakukan.

Metode:

Dialog Partisipatif, Diskusi, Penugasan, Studi Pustaka, Refleksi.

Gagasan Pokok: Dalam pelajaran yang lalu kita telah belajar bahwa Allah menempatkan lakilaki dan perempuan dalam kesetaraan. Setiap orang mempunyai martabat yang sama di hadapan Allah. Pada pelajaran ini akan dibahas kekhasan yang lain dari manusia, yang membedakan manusia dari ciptaan lain di bumi ini dan yang membuat manusia lebih mirip dengan Sang Penciptanya.

Di berbagai tempat kita sering mendengar bentuk-bentuk pelanggaran martabat kemanusiaan yang muncul dikarenakan sikap fanatik dan diskriminatif ras, suku, agama, budaya, dan kelompok sosial. Sikap ini dapat menjalar pada siapa saja, tidak terkecuali orang muda. Oleh karena itu, mereka perlu disadarkan bahwa sikap tersebut dapat melahirkan berbagai kekerasan dan tindakan anarkis yang sungguh merusak dan sangat melukai martabat manusia sebagai citra Allah.

Mazmur 8:1−10 ini, menggambarkan bagaimana Allah menciptakan manusia dan menempatkan manusia secara istimewa di antara semua ciptaan dan merefleksikan kemuliaan manusia. Mazmur ini merupakan kidung pujian kepada Allah karena telah memberikan kepada manusia tanggung jawab dan martabat. Kej. 1:1−2:3. Manusia ditempatkan Allah pada kedudukan yang sangat istimewa. Ia diciptakan menurut gambar dan rupa Sang Pencipta (Kej. 1:26). Sebagai makhluk yang paling mulia, manusia seharusnya juga mampu menampakkan sifat-sifat yang mulia sebagaimana yag dimiliki oleh Penciptanya. Sifat-sifat mulia itu tentu beraneka, di antaranya mampu mensyukuri kebesaran kuasa Allah yang nyata dalam hidupnya, lingkungan dan alam semesta. Selain itu juga mampu

memanfaatkan apa yang telah diciptakan Allah bagi dirinya secara bertanggung jawab. Manusia dipanggil untuk membawa kembali pada tujuan semula atas penciptaan. Dengan memberitakan kabar sukacita, semua umat Tuhan diharapkan untuk ambil bagian dalam memulihkan keutuhan ciptaan-Nya.

Sebagai sesama citra Allah, setiap manusia mempunyai martabat yang sama dan ia adalah bersaudara yang saling menghormati dan saling mengasihi. Sikap ini seperti yang digambarkan Yesus dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan itu dikisahkan bagaimana orang Samaria yang baik hati itu telah memperlakukan orang Yahudi yang mendapat bencana di jalan seperti saudaranya sendiri, bahkan lebih dari itu. Kisah ini mengajarkan kita untuk mengasihi sesama manusia dalam situasi apapun. Kasih tersebut harus lintas suku, agama, ras, dan lain-lain. Bahkan wajib mengasihi orang yang membenci atau mencaci kita.

KGK 357 menegaskan bahwa karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai penggantinya.

Selanjutnya manusia dipanggil Allah untuk ambil bagian dalam karya keselamatan, yaitu dengan memberikan diri dan membangun kasih persaudaraan sebagai makhluk yang bermartabat secara penuh. Persaudaraan sejati tidak membedakan orang berdasarkan agama, suku, ras, ataupun golongan, karena semua manusia adalah sama-sama umat Tuhan dan sama-sama dikasihi Tuhan. Maka setiap orang yang membenci sesamanya, ia membenci Tuhan

Dalam pelajaran ini, para peserta didik diharapkan dapat menyadari martabatnya yang luhur sebagai citra Allah dan mensyukurinya.

Kegiatan Pembelajaran:

Doa Pembuka

Guru mengajak Peserta didik mengawali kegiatan pembelajaran dengan berdoa:

Mohon Rahmat Persaudaraan (PS 198)

Allah Bapa kami Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Engkau telah menanamkan benih kasih dalam hati semua orang. Bahkan Engkau telah mengutus Roh-Mu sendiri tinggal dalam hati setiap insan. Dan Engkau menghendaki kami saling mengasihi sebagaimana kami mengasihi diri kami sendiri. Kami bersyukur kepada-Mu atas kasih-Mu. Engkau telah mengangkat semua orang menjadi anak-Mu dan mengasihi mereka semua dengan kasih yang sama dan hidup rukun sebagai saudara. Lebih-lebih kami bersyukur karena Yesus selalu berdoa bagi semua orang agar mereka bersatu, seperti Yesus sendiri bersatu dengan Dikau.

This article is from: