11 minute read

Pengalaman Satu Tahun Penanganan Covid-19 di RSUD Sidoarjo

Nama lengkap : dr. Atok Irawan Sp. P. Jabatan : Direktur RSUD Sidoarjo Usia : 55 Tahun Masa Kerja : 25 Tahun

Persiapan Ruang dan Layanan Covid-19

Advertisement

RSUD Sidoarjo sudah mempunyai ruang isolasi 4 bed ruang tekanan negatif yang sebelumnya dipersiapkan untuk perawatan pasien SARS, Flu Babi dan Flu Burung sejak 8 tahun lalu yang digunakan untuk rawat inap pasien Tuberkulosis kebal obat (TB MDR). Saat pasien pertama datang yaitu pasien TKI dari Hongkong yang diduga terjangkit virus Corona dengan keluhan panas badan dan batuk pada tanggal 27 Januari 2020, ruang isolasi sudah siap untuk ruang perawatannya. Saat itu, belum ada Pedoman Pelayanan Covid-19 dari Kemenkes saat pasien pertama tersebut, memakai pedoman tata kelola pasien Flu Burung/Flu Babi sehingga sampel swab dikirim ke Kemenkes dan hanya sekali pemeriksaan hasil negatif klinis membaik lalu diteruskan rawat jalan. Demikian juga dengan pasien kedua diduga Covid-19 datang pada tanggal 14 Februari 2020 yang baru datang dari Thailand dengan keluhan panas badan sehingga dirawat di ruang isolasi khusus juga belum ada pedoman tata kelola Covid-19, pemeriksaan Swab PCR satu kali negatif dengan klinis membaik 9 hari dipulangkan.

Sejak 27 Januari 2020, RSUD Sidoarjo membentuk Tim Corona/Covid-19 yang melibatkan manajemen RS, tim DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) yang meliputi Dokter Spesialis Paru, Dokter Spesialis Anestesi, Dokter Spesialis Emergency, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Patologi Klinik, Dokter Spesialis Mikrobiologi, Dokter Spesialis Radiologi, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik, Dokter Spesialis Forensik, Kepala Instalasi dan Kepala Ruangan Isolasi, serta Kepala Instalasi dan Kepala Ruangan IGD.

Dengan pertambahan pasien sejak 14 Maret 2020, dimana pasien pertama Positif Covid-19 di wilayah Sidoarjo yang diikuti keluarga yaitu istri, anak dan sopir keluarga tersebut yang semuanya positif Covid-19 dirawat di ruang isolasi. RSUD Sidoarjo menyiapkan penambahan Ruang Isolasi bertekanan Negatif dan Ruang Isolasi ICU Tekanan Negatif secara bertahap sampai menggunakan seluruh bed Rawat Inap kelas III Mawar Merah Putih sejumlah 115 tempat tidur menjadi seluruhnya bed isolasi Covid-19. Pasien makin bertambah dan menambah lagi ruang isolasi Paviliun serta merubah lagi HCU lantai 3 IGD semuanya menjadi ruang rawat inap Covid-19, sehingga jumlah keseluruhan bed Covid-19 menjadi 205 pada akhir tahun 2020, bahkan menambah lagi 20 bed isolasi di Rawat Inap kelas I Tulip. Tentunya menambah ruang isolasi ini merubah menjadi Ruangan Tekanan Negatif dan Ruangan dengan Hepa Filter Sentral maupun mobile Hepa Filter. Diperlukan juga penambahan alat penunjang seperti Ventilator, Bed Monitor, HFNC, serta pengadaan Alat Habis Pakai juga APD sesuai kebutuhan zonasi pelayanan.

Saat ini total bed Covid-19 yakni sejumlah 225 bed yaitu 32% dari total 725 bed di RSUD Sidoarjo, termasuk untuk pelayanan Maternal Neonatal di lantai 2 IGD yang difungsikan untuk layanan Covid-19. Demikian juga dengan kamar operasi di lantai 4 IGD didedikasikan untuk layanan operasi pasien Covid-19. Hal demikian ditujukan untuk mencegah penularan Covid-19 kepada pasien non Covid-19 disamping untuk keamanan tenaga kesehatan dalam penularan Covid-19, sehingga untuk pelayanan pasien operasi dan ibu melahirkan serta bayi non Covid-19 dilaksanakan di tempat yang terpisah di gedung Bedah Sentral dan Peristi. Demikian juga untuk pelayanan Hemodialisis/cuci darah pasien Covid-19 telah disiapkan sarana prasarananya di gedung Hemodialisis.

RSUD Sidoarjo telah membagi zonasi area pelayanan Covid-19 dan non Covid-19 dengan zonasi merah, kuning dan hijau. Alur petugas, pasien dan keluarga juga telah diatur untuk mengurangi penularan, serta dilaksanakan kebijakan tidak diberlakukannya jam berkunjung dan hanya satu orang yang diperbolehkan mendampingi pasien di IGD, rawat jalan dan rawat inap kecuali rawat inap isolasi tidak boleh ada penunggu pasien.

Sejak pertama pandemi Covid-19 sampai tanggal 1 Maret 2021, RSUD Sidoarjo telah merawat 6.442 pasien di ruang isolasi, 4.167 pasien tersebut positif Covid-19. Puncak pasien yang dirawat terjadi pada bulan Juli 2020 dan Desember 2020. Bed isolasi sejumlah 225 terisi semuanya sampai terjadi stagnan di IGD, serta puncak tertinggi pada 1 Januari 2021 terjadi stagnan 38 pasien di IGD belum dapat bed ruang isolasi. Dengan keterbatasan tersebut RSUD Sidoarjo sempat menutup 2 kali rujukan pasien Covid-19 yaitu pada bulan Juli 2020 selama 2 minggu dan Januari 2021. Bahkan sempat menutup layanan Poliklinik Eksekutif selama 1 bulan karena SDM diperbantukan di pelayanan ruang isolasi Covid-19 di lantai 3 IGD. Sebenarnya bisa saja jika menambah bed ruang isolasi namun ketersediaan SDM tidak memungkinkan karena perawatan pasien Covid-19 membutuhkan pelayanan total care. Disamping itu tidak mungkin menambah SDM keperawatan dalam waktu segera dan sulitnya mencari SDM yang mau bekerja untuk ruang isolasi Covid-19.

Perawat pasien Covid-19 dengan pelayanan total care.

Pengalaman saat dilaksanakan rotasi SDM dari tempat kerja non Covid-19 ke ruang isolasi justru menolak dan 24 orang mengundurkan diri sebagai tenaga BLUD RSUD Sidoarjo. Tidak mudah menyiapkan mental SDM dalam pelayanan pasien Covid-19, Covid phobia tidak hanya dialami masyarakat namun juga dialami oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Meski begitu, manajemen RS menjaga agar pelayanan tetap berjalan optimal namun juga mengemban misi keselamatan bagi seluruh staf RS baik tenaga medis, tenaga kesehatan, penunjang dan non kesehatan. Tidak semua dokter, perawat, bidan dan tenaga lainnya pada awal pandemi berani memberikan pelayanan, sehingga manajemen terus menerus melakukan sosialisasi serta pemenuhan APD (Alat Pelindung Diri) dan pemenuhan sarana prasarana yang memenuhi persyaratan PPI.

Ruang isolasi

Covid-19 tidak hanya menimpa masyarakat umum, SDM RSUD Sidoarjo pun juga terinfeksi. Saat dilaksanakan pemeriksaan skrining swab PCR pada bulan Juli 2020 sebanyak 21% dari seluruh SDM sebanyak 1.804 orang dan skrining swab PCR untuk seluruh SDM pada bulan Oktober 2020 sebanyak 10% terpapar Covid-19. Pada bulan Maret 2021 ini sudah sangat sedikit SDM RSUD Sidoarjo yang terpapar, hanya 0,06%, tidak ada yang mengalami gejala klinis berat sehingga harus rawat inap. Saat 1 dokter jaga IGD dan 1 orang perawat meninggal positif Covid-19 pada bulan Juli 2020, betul-betul menurunkan semangat dan berdampak psikologis kepada semua SDM RSUD Sidoarjo dalam memberikan pelayanan pasien Covid-19. Tugas manajemen terus mengawal dan menjaga motivasi positif semua SDM dalam pelayanan pasien di ruang isolasi Covid-19 maupun di ruang kamar operasi dan kamar bersalin dengan mengunjungi supervisi hampir tiap hari, menyediakan asupan nutrisi tambahan, serta vitamin untuk SDM ruang isolasi Covid-19.

Syukur Alhamdulillah dengan keterbatasan SDM tersebut RSUD Sidoarjo termasuk RS yang paling banyak merawat pasien Covid-19 terbukti dari data nasional pada Juli 2020, RSUD Sidoarjo menempati urutan ketiga RS yang paling banyak merawat pasien Covid-19.

Banyaknya pasien yang dirawat RSUD Sidoarjo sesuai tata kelola prosedur Covid-19 adalah data riil, namun pernah ada tuduhan bahwa RS menggelembungkan data pasien yang dirawat. Ini adalah fitnah kedua untuk RS setelah dituduh mengcovidkan pasien. Sebagai upaya memberikan perlindungan pada tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya, juga untuk pasien dilaksanakan prosedur skrining serologis Covid-19, apabila hasil reaktif dilanjutkan dengan swab PCR terutama untuk pasien yang akan dilakukan tindakan operatif dan persalinan serta pasien yang diduga Covid-19 terutama kasus pneumonia. Seringkali pasien OTG (Orang Tanpa Gejala) Covid-19 terdeteksi saat dilakukan skrining

Sebagai contoh kasus kecelakaan lalu lintas yang harus dilakukan tindakan operasi, pernah kasus terkena mercon ternyata setelah skrining positif Covid-19. Jadi bukan RS mengcovidkan pasien manakala sebelumnya tidak ketahuan positif Covid-19, hal demikian karena belum optimalnya skrining testing dan tracing di masyarakat.

Tidak semua pasien Covid-19 saat awal masuk IGD dengan keluhan umumnya yaitu batuk, sesak napas dan panas badan. Pengalaman saya sendiri sebagai dokter spesialis paru visite 28 pasien di ruang isolasi lantai 3 IGD, 70% pasien masuk ke IGD dengan keluhan nyeri perut, diare dan panas badan setelah dilakukan swab PCR ternyata positif Covid-19. Pembelajaran menangani kasus-kasus Covid-19 seperti ini harus diketahui masyarakat bahwa RS tidak pernah mengcovidkan pasien.

Pengalaman perawatan pasien Covid-19 jika ditulis seluruhnya bias menjadi satu buku tersendiri karena sedemikian banyaknya yang telah kami catat. Saat awal pandemi ketentuan pasien dipulangkan atau KRS harus 2 kali swab negatif apalagi swab PCR belum bisa dilaksanakan di RSUD sendiri. Saat itu hasil swab harus dikirim ke Surabaya dan hasilnya paling cepat 6 hari menyebabkan pasien dirawat 1 sampai 2 bulan. Banyak keluhan kejenuhan pasien lama dirawat di RS karena sudah tidak ada gejala klinis. Tim keperawatan ruang isolasi pun membuat berbagai kegiatan seperti senam bersama untuk mengurangi kejenuhan tersebut. Kebetulan di ruang isolasi Mawar Merah Putih ada area tengah dan di sana terdapat joglo dan kolam ikan sehingga pasien bisa refreshing berjemur sambil ngobrol sesama pasien. Sejak akhir Mei 2020 ada perubahan regulasi meskipun swab PCR masih positif namun jika sudah tidak ada lagi gejala klinis maka bisa dilanjutkan KRS dan rawat jalan.

Perilaku pasien Covid-19 selama dirawat menunjukkan Covid-19 tidak hanya memerlukan perawatan fisik tapi juga pelayanan psikologis dan pelayanan total care karena pada umumnya pasien yang terpapar Covid-19 mengalami depresi dan panik di samping juga karena terjadi fenomena “pengkabutan otak” pada pasien Covid-19. Ada pasien yang marah-marah tidak jelas, teriak teriak saat dirawat di ruang isolasi dan setelah sembuh pulang dari RS telpon ke perawat minta maaf selama dirawat tidak bisa mengendalikan emosi. Ada pasien yang minta semua kebutuhan di luar emergencynya dipenuhi seperti motong kuku, lotion seluruh tubuh, dll.

RSUD Sidoarjo semakin meningkatkan promosi terkait sosialisasi pencegahan Covid-19 dengan membuat acara webinar tata kelola Covid-19, tata kelola pemulasaran jenazah Covid-19 hingga masuk acara Mata Najwa dalam pengalaman pelayanan Covid-19. Juga dalam menyiapkan tempat untuk vaksinasi Covid-19 telah disiarkan Metro TV karena dianggap mempunyai tempat yang sangat representatif untuk vaksinasi disamping didukung SDM, serta tata kelola yang memberikan suasana nyaman selama proses vaksinasi.

Saat acara Mata Najwa melakukan acara dialog dengan RSUD Sidoarjo.

Ini adalah tulisan saya di akun Facebook yang sering dipertanyakan keabsahan tulisan tersebut :

Jangan berpikir Rumah Sakit mengCovidkan Pasien

dr. Atok Irawan Sp.P

Saat ini beberapa orang menganggap Rumah Sakit selalu mendiagnosis Covid-19 untuk setiap pasien yang dirawatnya. Jangan berpikir demikian. Pengalaman kami merawat sejak Januari 2020 sampai 8 Maret 2021, pasien Covid-19 di RSUD Sidoarjo sebanyak 6.579 orang dengan jumlah 4,428 orang positif Covid-19 diantaranya. Ini jawabannya dari pengalaman merawat pasien Covid-19 :

1. Covid-19 adalah virus dengan manifestasi 1.000 wajah penyakit dari yang tanpa gejala (pada OTG), influenza ringan sampai yang menimbulkan kerusakan organ vital tubuh hingga menyebabkan kematian. Bahkan dilaporkan juga sampai ada manifestasi pada kulit. Saat ini Covid-19 yang menonjol menimbulkan gangguan pernapasan/respiratorik, gangguan pencernaan dan gangguan pembuluh darah/ vaskuler yang sering menimbulkan kematian mendadak henti jantung.

2. Awal April lalu pernah menulis di group WA yang jadi viral dan minta klarifikasi bahwa pasien yang kami rawat sudah lepas dari ventilator pneumonia membaik keasadaran pulih, namun sehari kemudian pasien mengalami diare yang sulit dikendalikan terjadi shock hipovolemik dan tidak tertolong jiwanya. Padahal pasien tidak pernah sakit sebelum positif Covid-19 dan juga tidak mempunyai penyakit penyerta atau komorbid

3. Virus Covid-19 hidup dan berkembang biak dalam sel epitel paru, endotel saluran pencernaan, endotel pembuluh darah serta jaringan ginjal. Ini adalah organ vital kita semua. Untuk bisa masuk ke dalam sel manusia virus Covid-19 butuh reseptor atau cantolan yang dinamakan ACE2 yang terdapat pada permukaan sel tubuh manusia tadi. Sehingga manifestasi klinis yang sering terjadi adalah infeksi paru atau pneumonia, diare, gagal jantung dan gagal ginjal. Pada orang dengan hipertensi kronis, jumlah ACE2 nya lebih banyak sehingga rentan terkena Covid-19.

4. Saya sendiri sebagai ahli paru sempat visite 28 pasien covid yang stagnan di ruang isolasi IGD. Hampir 70% pasien MRS bukan keluhan utama karena sesak napas, batuk dan panas badan. Akan tetapi datang dengan keluhan nyeri ulu hati, mual muntah, diare sebagian disertai panas badan. Seluruh pasien tersebut hasil serologis Covid-19 Reaktif dan dilanjutkan swab PCR Positif. Jadi Gejala klinis gangguan pencernaan saat ini dominan menjadi pintu masuk kewaspadaan ke arah Covid-19. Dalam observasi pasien hari ketiga mulai nampak gambaran pneumonia pada pemeriksaan foto toraks.

5. Demiian juga dengan pasien yang datang dengan gejala panas badan disertai hasil pemeriksaan trombosit turun dengan diagnosis Demam Berdarah atau

DHF. Setelah dilakukan pemeriksaan serologis Covid-19 reaktif dan PCR positif. Ini dimungkinkan karena virus Covid-19 mampu menyerang pembuluh darah sehingga terjadilah penurunan trombosit jadi bukan karena DHF karena virus dengue. Pada umumnya pasien Covid-19 dengan trombosit yang turun cenderung memburuk dan infeksi pneumonia menyusul menyebabkan kematian.

6. Selain manifestasi pernapasan, gangguan vaskuler juga paling sering menyebabkan kematian henti jantung mendadak. Pengalaman tersebut dibuktikan dengan pemeriksaan Ddimer yang tinggi pada pasien Covid-19 menunjukkan terjadinya koagulasi atau pembuntuan pembuluh darah jantung apalagi kalau pasien punya penyakit penyerta hipertensi.

7. Pengalaman lainnya pasien MRS dengan stroke setelah dirawat 3 hari terjadi panas badan dilakukan swab PCR ternyata Positif Covid-19. Kasus seperti ini stroke menyebabkan penurunan imunitas tubuh kemudian terinfeksi Covid-19 atau Covid-19 yang menyebabkan stroke/CVA Infark dalam istilah lainnya. Stroke adalah manifestasi dari Covid-19 karena pada Covid-19 terjadi pembekuan darah yang massif. Kalau bekuan pada pembuluh darah otak menjadi stroke, sedangkan bekuannya (tromnus) menyumbat pembuluh darah jantung jadilah serangan jantung. Timbul pertanyaan dari keluarga pasien. Neneknya sudah mengalami stroke puluhan tahun tidak pernah kemana mana kenapa terjadi sesak napas batuk dan panas badan kemudian ternyata positif Covid-19. Kenapa bisa terjadi padahal neneknya hanya di dalam rumah, tidak pernah keluar rumah. Padahal, bisa saja virus nya terinfeksi dari keluarga yang

merawat yang bebas kemana mana tapi ternyata OTG positif Covid-19 sebagai carier Covid-19 dan menimpa ke nenek tersebut yang imunitas tubuhnya rendah.

8. Pada beberapa penelitian Virus Covid-19 juga bisa menyebabkan pasien Diabetes Melitus berubah menjadi hiperglikemia ketoasidosis. Pada pasien yang sudah lama DM tahu tahu tidak sadar atau koma ketoasidosis. Hasil PCR positif Covid-19, ternyata patofisiologi Covid-19 mampu memicu DM menjadi ketoasidosis yaitu kondisi gula darah melonjak tinggi secara mendadak dan terjadi koma ketoasidosis.

9. Ada pasien datang di IGD saat Ramadhan terkena mercon pada telapak tangan yang harus dilakukan operasi. Prosedur sebelum operasi di saat pandemi Covid-19 ini untuk keselamatan tenaga medis dilakukan pemeriksaan serologis

Covid-19 sebelum operasi dan ternyata serologis reaktif dan swab PCR Positif.

Artinya kalau tidak terkena mercon tidak ketahuan pasien ini ternyata OTG

Covid-19 positif sama sekali karena tidak ada gejala klinis Covid-19.

10. Jadi, kesimpulannya kalau ada pasien datang ke Rumah Sakit karena stroke, hiperglikemia DM, serangan jantung, sesak napas mendadak setelah dilakukan

Swab PCR hasilnya positif jangan berburuk sangka ini bisnis RS karena Covid-19 bisa bermanifestasi 1000 wajah, atau Covid-19 bisa menempel ke penyakitpenyakit yang sudah ada sebelumnya sebagai misal DM, Hipertensi, Gagal Ginjal atau Stroke.

Di era pandemi Covid-19 ini kita harus berpikir positif, merubah mindset, tidak suudzon kepada Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kepada pasien Covid-19. Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dalam lindungan Allah SWT dan segera selesai pandemi Covid-19 ini •

This article is from: