
2 minute read
II. Fertilisasi In vitro

In vitro Fertilization on Farms
Advertisement
Definisi kata In vitro berasal dari bahasa Latin, berarti “di dalam kaca”) adalah istilah yang dipakai dalam biologi untuk menyebutkan kultur suatu sel, jaringan, atau bagian organ tertentu di dalam laboratorium. Dalam proses fertilisasi pada suatu organisme yang berkembang biak secara seksual, ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya. Kemudian In vitro embryo Production adalah proses produksi untuk menghasilkan atau pengembangbiakaan sel telur dan spermatozoa menjadi zigot dan berkembang menjadi embryo pada kultur jaringan diluar tubuh hewan (Camargo et al., 2018). Secara ringkas teknologi fertilisasi in vitro merupakan teknologi untuk produksi embrio pada lingkungan buatan(di luar tubuh).
Teknologi fertilisasi secara in vitro (FIV) pada ternak, khususnya sapi merupakan salah satu usaha memanfaatkan limbah ovari dari induk sapi betina yang dipotong di Rumah Potong Hewan. FIV ini diharapkan dapat memproduksi embrio sapi dalam jumlah massal untuk dititipkan pada induk resipien, sehingga dapat diperoleh ternak dalam jumlah banyak untuk meningkatkan populasi ternak di Indonesia.



In vitro Fertilization on Farms
Fertilisasi in vitro (In vitro Fertilization) merupakan teknologi reproduksi dimana sel telur belum matang (oosit) diambil dari ternak hidup atau ovarium berasal dari ternak betina yang baru dipotong. Oosit tersebut kemudian dirnatangkan dan dibuahi di laboratorium, kemudian dikultur sampai pada tahap tertentu dan selanjutnya ditransfer ke ternak resipien atau dibekukan untuk ditansfer kemudian.
Pelaksanaan program fertilisasi in vitro meliputi kegiatan koleksi dan maturasi oosit dari sapi betina, persiapan dan kapasitasi spermatozoa dari sapi jantan, fertilisasi in vitro, dilanjutkan kultur embrio, dan pembekuan embrio atau transplantasi langsung ke sapi resipien. Perkembangan awal embrio dapat diamati selama tahap kultur embrio di dalam medium kultur yang sesuai, sehingga medium kultur yang sesuai dapat mendukung perkembangan yang baik dari embrio (Tribulo et al., 2019).



In vitro Fertilization on Farms
Keberhasilan fertilisasi in vitro (FIV) tidak hanya dipengaruhi oleh oosit saja, tetapi juga oleh spermatozoa yang digunakan untuk membuahinya. Metode kapasitasi spermatozoa juga menentukan keberhasilan FIV. Proses kapasitasi merupakan suatu proses reaksi biokimia dan fisiologi yang kompleks, termasuk pengbilangan suatu komponen yang berasal dari tubuli semeniferi, epididimis, vas deferens dan seminal plasma yang diserap spermatozoa melalui membran spermatozoa. Proses fertilisasi pada produksi embryo secara in vitro diawali dengan kapasitasi spermatozoa.



In vitro Fertilization on Farms
Proses kapasitasi perlu untuk dapat melakukan penetrasi pada oosit. Sebelum melakukan fertilisasi, spermatozoa harus melakukan migrasi melalui saluran reproduksi betina. Dalam perjalanan ini permukaan spermatozoa dilindungi oleh glikoprotein sebagai pelindung yang disekresi oleh epididimis dan berfungsi melindungi permukaan spermatozoa ketika garnet diekspos seminal plasma saat ejakulasi. Proses kapasitasi ini harus berjalan secara gradual (bertahap) untuk menghilangkan pelindung tersebut dari permukaan spermatozoa terutama bagian akrosom (Rodríguez-Villamil et al., 2020).
