
3 minute read
KOMUNITAS
Bunda Asuh Stunting Dimulai
Paguyuban Wong Semarang (Pawon Semar)
OMER RITONGA/RADAR BOGOR
DILANTIK: Para pengurus Pawon Semar yang baru saja dilantik, yang merupakan warga rantau asal Semarang, atau mereka yang memiliki pengalaman pribadi dengan Kota Semarang.
Lantik Pengurus Baru
SALAH satu warisan terbesar dari nenek moyang bangsa Indonesia, adalah membangun sikap gotong royong (bekerja sama) melalui persahabatan. Dasar itulah yang membentuk paguyuban Wong Semarang (Pawon Semar).
Sudah terbentuk cukup lama secara nasional, Pawon Semar Kota Bogor justru baru terbentuk belum lama ini. Mereka baru meresmikan pengurus pada akhir pekan lalu, Sabtu (17/6), di salah satu resto di Jalan Ahmad Yani.
Ketua, Pujo Nugroho mengatakan, kepengurusan Pawon Semar di Kota Bogor ini merupakan kepengu- rusan yang baru pertama. “Secara resmi baru pertama pengurus dibentuk. Tapi kalo kumpul-kumpul wong Semarang sudah sering,” ungkap Pujo.
Dengan terbentuknya kepengurusan baru tersebut, dia berharap ini dapat lebih mempererat silahturahmi komunitas. Juga membangun pandangan orang, tentang orang Semarang, khususnya di Kota Bogor.
“Kami juga punya tanggung jawab untuk Semarang,” tambah Pujo.
Pawon Semarang Kota Bogor, lanjut dia, juga akan terlibat dan mendukung serta berperan aktif di Kota Bogor.
Mereka kini memiliki anggota kurang lebih berjumlah 150 anggota.
Menurut Pujo, anggota mereka tidak hanya warga asal Semarang, yang merantau di Kota Bogor. Tapi juga ada yang hanya mempunyai pengalamanan, atau kenangan di Kota Semarang.
Seperti pernah kuliah atau sekolah, kerja maupun yang lain.
“Tidak harus yang merantau asal Semarang. Yang bisa ikut, yang punya cerita, kenangan atau pengalaman dengan kota Semarang, bisa gabung,” tutup Pujo. (mer/c)
SESUAI dengan program nasional, penurunan dan pencegahan stunting. Tidak hanya pemerintah, semua masyarakat baik itu melalui komunitas, paguyuban maupun asosiasi masingmasing melakukan berbagai program. Satu di antaranya Perempuan Indonesia
Maju (PIM) dan Beranda Jual Beli (Bejubel) Bogor yang Mei lalu launching program bunda asuh Stunting. Dan Jumat (16/6) kemarin diawali di
Kelurahan Ciparigi, Bogor Utara. Tahap awal, anak asuh PIM dan Bejubel ada sekitar 14 anak.
Tidak hanya memberikan paket, susu, telur dan makanan lain sekali saja dan juga mendampingi hingga enam bulan ke depan. Dihadiri pengurus PIM dan Bejubel, juga bunda asuh Kecamatan Bogor Utara dan Kelurahan Ciparigi. Program akan dilanjutkan di daerah lain.(mer/c)
JALANKAN PROGRAM: Para anggota PIM melaksanakan program mereka yaitu bunda asuh stunting ke masyarakat Bogor.
Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Bogor
Lestarikan Alat Musik Tradisional
TAK melulu budayawan, pelestarian budaya tradisional juga bisa saja dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Termasuk sebuah komunitas.
Salah satu komunitas yang juga konsen terhadap pelestarian budaya, adalah Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Bogor. Selain melestarikan berkain, mereka juga nyatanya juga melestarikan alat music tradisional yang kini mulai terkikis zaman. Yaitu angklung. KCBI Bogor menyatakan komitmennya untuk melestarikan angklung di Kota Bogor, seiring derasnya musik modern yang melanda generasi muda saat ini.
“Harus diakui di era digital saat ini instrumen musik kian beragam, tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi alat musik tradisional angklung,” kata koordinator Angklung
Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI)
Gagas Standarisasi Karakter Unggas Hias
SEBAGAI salah satu asosiasi perunggasan di Indonesia, Perkumpulan Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI) Komda Jabar, DKI Jakarta, dan Banten merasa perlu mengajak asosiasi atau perkumpulan perunggasan lainnya, untuk lebih fokus pada standarisasi karakter unggas hias secara lebih komprehensif.
Koordinator MIPI Komda Jabar, DKI Jakarta dan Banten, Maria Ulfah mengatakan dalam gathering tersebut, standarisasi karakter unggas hias saat ini sudah harus dilakukan penyempurnaan. Tidak hanya ditentukan oleh asosiasi sendiri tapi juga melibatkan stakeholder lainnya. Seperti lembaga penelitian, institusi pendidikan dan juga pemerintah. Gagasan untuk melakukan standarisasi karakter unggas hias secara komprehensif ini, juga mendukung tujuan APAH Indonesia dan IFGC, serta asosiasi perunggasan lainnya. Baik dalam mempromosikan unggas hias di Indonesia, memanfaatkan unggas hias Indonesia secara berkelanjutan, dan juga mendukung usaha-usaha produktif peternakan unggas hias. Kedepannya akan segera diselenggarakan pertemuan untuk mendetailkan rencana pembuatan buku standard karakter unggas hias Indonesia, bekerja sama dengan beberapa
FOTO: MIPI/RADAR BOGOR
KCBI Bogor, Siti Mardiah. Usia, kata dia, bukan menjadi halangan bagi mereka untuk tampil. Mereka pun sering membawakan alat musik angklung, di berbagai kesempatan. Sebab, tidak hanya melestarikan budaya, KCBI Bogor sadar, bahwa dengan bermain angklung, juga dapat melatih fisik, dan ingatan agar tetap bugar di usia lanjut. (mer/c) stakeholder perunggasan. “Di samping itu, hasil standarisasi harus didokumentasikan seperti dibuat buku hingga bisa dimanfaatkan secara luas, masyarakat yang memerlukan, baik untuk tujuan komersial, kontes/lomba, penelitian maupun untuk tujuan edukasi dan promosi unggas hias Indonesia,” ungkap Maria. Dokumentasi tersebut juga akan sangat bermanfaat sebagai dasar, mengembangkan hobi unggas di masa depan.

KUMPUL: Gathering beberapa asosiasi perunggasan di acara program edukasi tentang perunggasan dan manfaatnya POULTRY FASHION WEEK, di Kampus Baranangsiang, IPB University.
MIPI sendiri didirikan pada 1972, yang merupakan wadah bagi anggota dari World’s Poultry Science Association (WPSA) di Indonesia. Mulai tahun 2022, dibentuklah komisariat daerah (KOMDA) MIPI di seluruh Indonesia, salah satunya adalah KOMDA Jabar, DKI Jakarta dan Banten. Ruang lingkup kegiatan MIPI mencakup tiga aspek, yaitu penelitian, pendidikan dan organisasi.(mer/c)