
9 minute read
Gugur Cinta Wulandari
Sejarah Racana Radin Jambat-Puteri Beutik Hati di perguruan tinggi Politeknik Negeri Lampung mempunyai kedudukan sebagai Gugus Depan Gerakan Pramuka yang berpangkalan di Perguruan Tinggi di bawah Kwartir sehingga dalam pengembangannya mendapat bimbingan dari Perguruan tinggi dan Kwartir.
Kegiatan Pramuka di Politeknik Negeri Lampung berdiri pada tahun 1995 tetapi itu hanya berjalan selama 2 tahun masa jabatan dan juga belum terbentuk Gugus Depan, kemudian pada tahun 2015 Bpk Ir. Joko S.S Hartono beserta jajarannya yang berjiwa pramuka membentuk kembali Pramuka di Polinela dengan mahasiswa bernama Dwi Nur Asroridari Program Studi Hortikultura, Agung Sutopo dari Program Studi Produksi Tanaman Perkebunan pemda, Bayu Hadi Dirgantara dari Program Studi Agribisnis, Agus Prayoga dari Program Studi Mekanisasi Pertanian serta Aminoto dari Program Studi Produksi Tanaman Perkebunan yang ikut membantu mendistribusikan informasi bahwa akan ada pramuka di POLINELA. Lalu para mahasiswa tersebut membentuk perkumpulan untuk mempersiapkan pengukuhan pada tanggal5 Mei 2015 di bawah bimbingan Kak Ade Hasan.
Advertisement
Pembentukan Pramuka tersebut sekaligus membentuk Saka Taruna Bumi di gedung GSG. Kemudian terbentuklah Racana Radin Jambat-Puteri Beutik Hati sebagai satuan terbesar Pramuka Pandega di Gugus Depan Kota Bandar Lampung11.047-11.048 Pangkalan Politeknik Negeri Lampung.
Visi
• Racana sebagai wadah Kepramukaan, pengembangan sumber daya manusia, dan kader Gerakan Pramuka guna mencapai tujuan organisasi. • Pandega sebagai kader kepramukaan, Gerakan Pramuka dan POLINELA yang berkepribadian, terdidik, terlatih, dan ikut serta membangun masyarakat dan lingkungannya.
Misi
•Menyelanggarakan kepramukaan bagi anggota dewasa muda dan anggota muda Gerakan Pramuka sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan. • Melaksanakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat sebagai pelaksanaan Tri Bina dan Tri Darma. • Memberdayakan sumber daya manusia dengan peningkatan kualitas pendidikan, pelatihan, pengalaman, serta pengembangan intelektualitas, kreativitas, minat, dan bakat.

Gugur Cinta Wulandari
Karya : Halisa Dwi Musdhalifa


Cerita ini bermula di suatu pagi di penghujung tahun 1935. “Saya terima nikah dan kawinnya Wulandari binti Sumardi dengan mas kawin tersebut dibayar TUNAI”. Bagaimana saksi? Sah? tanya seorang penghulu dengan wajah yang cukup serius. “Sah” jawab saksi tersebut dengan lantang. “Alhamdulillaaaah” sahut para tamu yang datang menyaksikan hikmatnya pernikahan Wulandari dengan seorang Panglima perang nan gagah bernama Abhichandra.
Wulandari yang tatkala itu adalah bunga desa memang bersedia untuk dinikahkan oleh laki-laki yang bersedia membantu untuk membalas kematian ayahnya. Abichandra sangat disegani oleh rakyat sekitar karena kepintaran dan keberaniannya. Setiap hari Abichandra memikirkan taktik yang harus digunakannya demi membalaskan dendam sang istri atas kematian ayahnya dan demi rakyat yang dilihatnya sudah tak sabar menanti tibanya “kemerdekaan”
Matahari baru sepenggalah naik ketika itu. Dari balik semak-semak Abichandara terlihat memegang bambu runcing di tangan kanannya. Mengintai penjaga markas Belanda yang sedang tertidur pulas, tibatiba Abichandra menyerang mereka dengan tangannya sendiri dan melucuti baju seragam kebangsaan mereka untuk dipakainya agar menyerupai salah satu dari kedua penjaga tersebut. Diambilnya sebuah foto dari kantung baju yang ia kenakan sebelumnya, lalu ia tatap foto tersebut seraya mencium dan diakhirinya dengan memberikan sebuah senyum. Wulandari menjadi sebuah semangat tersendiri bagi Abichandra, cintanya yang suci mengalahkan rasa takut akan kegagalan dan membawanya pada harapan akan sebuah kemenangan. Hari itu, Abichandra mencoba menyiasati Belanda dengan tangannya sendiri tanpa ditemani pasukan militer yang selama ini selalu setia kepadanya. Jam menunjukkan pukul 00.00, Wulandari masih berdiri di balik pintu menanti kepulangan suaminya, Abichandra. Sesuatu kini berkelibat dalam pikirannya.

Sesaat sebelum berangkat Abichandra sempat menyampaikan sebuah pesan yang sangat penting. “Istriku, jikalau pukul 12 malam ragaku ini belum sampai kepadamu, larilah engkau menuju sebuah alamat”, kata Abichandra sambil memberi arah kepada istrinya kemana ia harus berlari dan dimana ia harus berhenti. “Tidak Abichandra, aku yakin kau akan kembali dengan keadaanmu yang masih baik seperti ini”, Jawab Wulandari dengan mata berkaca-kaca. Abichandra lalu memeluknya. “Kau akan aman disana bersama guru spiritualku Kiai Ali”, kata Abichandra menenangkan. “Tapi…aku sangat takut”, sahut Wulandari meminta belas kasihan suaminya. “Cukup kau ikuti arah yang sudah kuberi tahu, mungkin jauhnya hanya sepuluh tombak dari tempat ini, aku yakin kau bisa melakukannya”, kata Abichandra menutup percakapannya.
Itulah percakapan singkat Wulandari bersama suami yang dicintainya ketika fajar tadi. Wulandari tak ingin berlamalama lagi, ia tak ingin terjadi sesuatu pada dirinya karena tak patuh kepada perintah suaminya, ia memberanikan diri dengan berdoa sambil berlari melewati hutan belantara di heningnya malam, nyawanya benar-benar sedang dipertaruhkan,namun bila ia teringat betapa Abichandra sangat meyakini keberaniannya, Wulandari menjadi lebih kuat dalam mengatasi rasa takutnya.
Matahari belum terbit, Wulandari sudah sampai di sebuah pondok pesantren tempat Kiai Ali bermukim. Ia disambut dengan sangat hangat oleh Kiai dan istrinya, Wulandari menceritakan semua yang terjadi dan Kiai pun sudah memahaminya. “Kiai, apakah bisa kau kirim sebuah kelompok pengintai, agar kita tahu apa yang sedang terjadi disana pada suamiku Abichandra”, kata Wulandari meminta pertolongan. “Aku bukannya tak mau menolong engkau Wulandari, aku hanya percaya pada rencana Abichandra, aku mengenalnya cukup lama dan biarkan dia menyelesaikan tugasnya”, jawab Kiai Ali menenangkan Wulandari. Kiai Ali tak ingin tergesa-gesa dalam melakukan tindakan yang dapat megacaukan rencana yang telah Abichandra susun dengan sempurna. Akhirnya, Wulandari tinggal di pondok ini bersama para santriwati lainnya, hanya saja ia ditempatkan pada sebuah kamar khusus karena Kiai menganggapnya sebagai anggota keluarga disini.
Selepas sholat subuh saat fajar masih bersujud, para santri yang memenuhi masjid, melantunkan Ayat suci Al-Quran hingga datang waktu duha. Dari ujung masjid, terlihat Wulandari sedang gelisah memikirkan keadaan suaminya, para santri yang menyaksikan ini langsung mengadukannya kepada Kiai. Wulandari menyampaikan isi hatinya kepada Kiai betapa ia ingin mengirim pasukan untuk menculik Kolonel Belanda untuk dijadikan tawanan, agar Wulandari dapat menggali informasi apakah suaminya masih hidup atau sudah tiada, jika memang suaminya masih hidup, kemana dan dimana mereka menahan Abichandra?.
Dengan bantuan Kiai, Wulandari telah menyiapkan segalanya meski perlahanlahan. Kiai dan Wulandari menyusun rencana yang nantinya pasukan ini harus berhasil menculik Kolonel Belanda seperti apa yang Wulandari perintahkan. Pada suatu pagi, terlihat lalu lalang para penduduk kota yang sedang sibuk berdagang, pemandangan kota ini sangat indah dengan bangunan yang kokoh menjulang di depan pintu-pintu tinggi khas Eropa. Namun, tak seindah rakyat pibumi yang

masih dalam jajahan Belanda pada waktu itu. Dari perempatan jalan kota, terlihat mobil classic keluaran terbaru citroen C4G 1932 warna hitam dengan dua lampu sen seperti dua mata katak. Di dalamnya terlihat seorang seorang kebangsaan Belanda sedang bersama istrinya. Mobil itu dijaga tiga opsir belanda yang berkuda. Pasukan berpanah tengah mengintai mobil tersebut bersama para penjaganya, mereka menyerang opsir belanda dan menangkap Kolonel Belanda tersebut. Opsir Belanda tersebut habis tak tersisa, karena kalah jumlah pasukan dengan pemanah yang telah dilatih selama berbulan-bulan oleh Kiai Ali yang ternyata dulunya adalah seorang Panglima Perang juga.
Kolonel itu dibawa ke pondok tempat Kiai Ali dan Wulandari telah menunggu. Mereka mengintrogasinya dengan memperlihatkan foto Abichandra pada Kolonel tersebut, namun ia hanya diam dan tak menjawab sepatah katapun. Berita ini terdengar sampai ke tentara belanda, mereka menyerang pondok pesantren Kiai, menakuti para santri dan memporak porandakan seluruh isinya dan berhasil membawa pulang Kolonel Belanda tersebut. Tapi mereka dikejutkan dengan kenyataan bahwa markas mereka telah dibakar oleh pasukan militer Indonesia yang ternyata ada dibawah pimpinan Abichandra.
Abichandra ternyata masih hidup, selama ini ia menyusup dan berpura-pura bekerja sama dengan Belanda. Ia memerintahkan istrinya pergi agar dirinya tenang selama melaksanakan misi ini, karena Wulandari akan aman jika bersama dengan Kiai Ali. Abichandra menjadi tangan kanan Belanda selama ini sehingga Kolonel Belanda sangat mempercayai diriya dalam segala hal, itulah mengapa Kolonel Belanda sangat terkejut begitu mengetahui kenyataan ini hingga dirinya hanya diam saat Wulandari dan pasukannya mengintrogasi dirinya. Abichandra yang mendengar berita ini sangat merasa kecewa, padahal selangkah lagi dirinya akan berhasil melaksanakan misi menghancurkan Belanda. Karena tau Kolonel Belanda dan tentaranya akan menyerang dirinya, maka Abichandra dan tentaranya membakar markas tersebut dan terjadilah pertempuran darah pada hari itu. Namun sangat disayangkan, Abichandra yang telah berjuang sejak awal menggunakan taktiknya dalam menyiasati Belanda gugur karena bidikan sebuah panah yang sangat tepat mengenai dirinya. Pasukannya sudah tak mampu lagi melindungi dirinya walau telah berjuang sekuat yang mereka mampu.
Ketika jenazah dibawa ke rumah, Wulandari duduk di hadapan jenazah Abichandra, Ia termangu menatap wajah itu. Baru kali ini Wulandari menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Dadanya terasa sesak teringat apa yang telah suaminya katakan pada percakapan singkat mereka beberapa waktu yang lalu, ia tak menyangka bahwa percakapan itu adalah yang terakhir kali bagi dirinya dan suaminya. Wulandari menyentuh wajahnya yang telah dingin, padahal wajah itu selalu memberikannya senyum yang hangat. Airmata merebak di mata Wulandari, mengaburkan pandangannya. Betapa sesal bercampur sakit menujam dadanya. Andai dirinya lebih bersabar, andai dirinya mendengarkan nasihat Kiai Ali, andai dirinya tidak terlalu tergesa-gesa dalam mengambil tindakan mungkin saat ini ia tengah merayakan keberhasilan atas rencana Abichandra bersama-sama. Sejak saat itu Wulandari tak pernah terbebas dari rasa penyesalan, ia menghabiskan sisa hidupnya dengan khayalan dan penantian.

Selamat datang adik-adik mahasiswa baru Poiliteknik Negeri Lampung. Selamat menginjakkan kaki dirumput hijau kampus ini. Mari bersama-sama kita bangun kampus Polinela tercinta dengan menjadi mahasiswa yang aktif, kreatif, serta mampu mengharumkan nama kampus ini dengan pencapaian prestasi, baik akademik maupun non akademik. Pesan saya, berjuanglah sampai titik darah penghabisan dan jangan pernah lupa untuk berdo’a, karena keduanya merupakan kunci sebuah kesuksesan. Salam Duta Polinela. M. David Brillian Duta Kampus Polinela Putra 2017


Hidup Mahasiswa !!! Hidup Rakyat Indonesia !!!
Sejatinya mahasiswa adalah sebagai agen perubahan, sejatinya mahasiswa adalah sebagai pengontrol kehidupan sosial, dan sejatinya mahasiswa adalah sebagai penerus generasi cemerlang. Selamat datang dikehidupan kampus mahasiswa baru Politeknik Negeri Lampung tahun 2017. Dimanapun kalian belajar, mengabdi, dan bersosial, tetap menjaga jati diri sebagai mahasiswa, menjaga nama baik almamater untuk berjuang membangun negeri tercinta, INDONESIA.
Presiden Mahasiswa, M. Fadhilla Perdana
Selamat datang dan selamat bergabung di Polinela. Adik-adikku sekalian dengan ucapan selamat kepada kalian ini tak lepas merupakan sebuah apresisasi terhadap prestasi kalian yang membanggakan. Selamat kepada adik-adik mahasiswa baru angkatan 2017 atas keberhasilannya melewati persaingan yang sangat ketat dalam meraih tempat belajar di kampus ini. Saya percaya bahwa tentunya adik-adik akan menggunakan kesempatan yang berharga ini untuk berkarya secara maksimal baik dalam hal meningkatkan kemampuan akademik maupun dalam hal peningkatan soft skill. Saya berharap agar adik-adik dapat segera menyesuaikan diri dan mampu berkarya secara baik dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang telah tersedia di kampus.
Mahasiswa Berprestasi, Nabella Eka ( Best Speaker of Debate Competition in Fakultas Teknik Unila 2016)
Selamat datang kepada Mahasiswa/i baru Polinela 2017, berikan potensi terbaik kalian demi Politeknik tercinta, ikut berpartisipasi dalam kegiatan kemahasiswaan atau tergabung dalam Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) akan membantu kalian dalam berkarya serta bermanfaat untuk kampus dikancah nasional maupun Internasional. Hidup Mahasiswa!! “One step National and One step International”
Mahasiswa berprestasi Fajral Amin (Peserta Pertukaran Pelajar ke Malaysia)
