3 minute read

Peringati Hari Lingkungan Hidup, 56.000 Mangrove Ditanam di Cilacap

Kecintaan terhadap lingkungan hidup perlu terus ditanamkan dan ditumbuhkembangkan. Ada banyak cara untuk memupuk rasa cinta terhadap lingkungan hidup itu di tengah masyarakat. Salah satunya dengan menggelar kegiatan penanaman pohon. Hal itulah yang dilakukan Perhutani KPH Banyumas Barat. Saat mengadakan Peringatan Hari Lingkungan Hidup, mereka melakukan penanaman puluhan ribu bibit pohon mangrove di Cilacap.

Kawasan hutan yang termasuk wilayah kerja Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat itu menjadi lokasi kegiatan memeringati Hari

Advertisement

Lingkungan Hidup. Tepatnya, peringatan Hari Lingkungan

Hidup tahun 2020 itu digelar di

Petak 47, Resor Pemangkuan

Hutan (RPH) Cilacap, yang secara administratif termasuk wilayah Desa

Kutawaru, Kabupaten Cilacap, Jawa

Tengah. Di sana, Peringatan Hari

Lingkungan Hidup ditandai dengan penanaman 56.000 bibit pohon mangrove, Senin, 15 Juni 2020. Lebih dari seratus orang hadir dalam acara tersebut.

Di antaranya adalah jajaran

Perhutani, Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Cilacap, Pertamina

Cilacap, serta lebih dari 50 orang

Anggota Lembaga Masyarakat Desa

Hutan (LMDH). Jadi, acara tersebut merupakan hasil kolaborasi Perhutani KPH Banyumas Barat, Pertamina Cilacap, dan LMDH setempat.

Di dalam kesempatan itu, Administratur Perhutani KPH Banyumas Barat, melalui Kasi Pengelolaan Sumber Daya Hutan dan Lingkungan, Antika Trihandayani, mengatakan, penanaman pohonpohon mangrove tersebut penting untuk mendukung upaya melestarikan ekosistem pantai mangrove. “Hutan mangrove berfungsi sebagai penghalang gelombang pasang, sehingga dapat mencegah erosi dan abrasi pantai serta mencegah intrusi air laut merembes ke daratan. Ekosistem mangrove juga menjadi tempat hidup dan berkembang biaknya berbagai macam ikan, udang, kepiting, dan burung laut, serta biota lainnya,” kata Antika Trihandayani.

Sementara itu, Manager Pertamina Cilacap, Hartono, mengapresiasi adanya partisipasi dari Perhutani yang telah menjadi tuan rumah dalam kegiatan Peringatan Hari Lingkungan Hidup itu. Hal tersebut, menurut dia, merupakan satu bentuk kepedulian Perhutani kepada program melestarikan ekosistem mangrove. Hartono pun menyatakan terima kasih atas kerja sama yang baik di antara pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan tersebut.

Cinta Lingkungan Hidup

Setiap tahun, tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day (WED). Di tahun 2020 ini, Program Lingkungan PBB (UNEP) memilih Kolombia sebagai tuan rumah dalam puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2020 dalam kemitraan dengan Jerman. Tema besar Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2020 ini adalah Time For Nature dengan fokus pada "Keanekaragaman Hayati" atau "Biodiversity".

Foto: Eko Supriyono/Kompersh Banyumas Barat

Keanekaragaman hayati menjadi bagian dari kehidupan manusia yang diwujudkan dari makanan sampai obat-obatan. Keanekaragaman hayati, seperti tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini, juga membantu agar dampak perubahan iklim tidak terjadi saat hutan mengubah karbon dioksida menjadi oksigen dan melepaskannya ke udara yang lantas kita hirup sambil terus menyejukkan bumi.

Maka, sangat penting untuk terus menjaga kelestarian alam. Sebab, alam yang lestari, termasuk kondisi hutan yang terjaga dengan baik, memberikan kontribusi besar untuk kehidupan di alam semesta ini. Maka, pesan utama dari peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia sesungguhnya adalah imbauan

untuk terus dan selalu menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup.

Upaya KPH Banyumas Barat

Perum Perhutani selalu berupaya mengurangi laju kerusakan hutan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Antara lain dengan melakukan upaya preventif dan represif. Upaya preventif dilakukan dengan pelaksanaan program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat), patroli rutin dan gabungan, dan peningkatan petugas keamanan hutan. Program PHBM di Perhutani KPH Banyumas Barat sudah berjalan cukup baik. Di dalam pelaksanaannya terdapat program bagi hasil atau “provit sharing”. Artinya, dari setiap keuntungan yang diperoleh pihak Perum Perhutani, sejumlah 20% kepada diberikan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Hal itu membuktikan, Perum

Perhutani telah memberikan hak penduduk dari keuntungan pengelolaan hutan, sesuai perjanjian antar desa PHBM ataupun pihak

lain dengan pihak Perhutani. Tentu kesepakatan tersebut dilakukan dengan tetap mengedepankan aspek kelestarian alam dan lingkungan hidup.

Upaya menekan laju kerusakan hutan juga dilakukan Perum Perhutani dengan melakukan patroli rutin yang cukup baik, karena dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan dengan masyarakat, yaitu melalui patroli simpatik. Hal itu diharapkan dapat melibatkan masyarakat secara langsung dalam kegiatan penjagaan hutan, serta mengajak masyarakat langsung turut serta dalam upaya mengurangi laju kerusakan hutan.

Upaya represif yang dilakukan Perhutani adalah dengan melakukan pendekatan proporsional. Pendekatan proporsional adalah usaha perlindungan hutan yang utamanya ditujukan kepada manusia yang meliputi usaha represif terhadap pelanggaran-pelanggaran ketentuan hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan hutan. Tindakan yang telah dilakukan adalah reboisasi, operasi gabungan dengan Polsek/Polres setempat dengan mengedepankan fungsi represif dan tindakan hukum terhadap pelaku tindak pidana perusakan hutan.

Tindakan Perhutani dalam upaya represif adalah melakukan operasi gabungan berdasarkan laporan masyarakat. Sehingga, masyarakat punya peran dalam pengamanan hutan. Bravo!

DR/BYB/Eko S