
7 minute read
5.4. Persekutuan Orang Beriman (Kis. 2:37 47
orang berdosa yang dipercaya dan diberi tugas oleh Tuhan, kita pun dipanggil untuk memberitakan kasih Allah kepada sesama. Hal ini dapat dilakukan dengan kata dan dengan perbuatan. Dengan kata-kata kita memberitakan kasih Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus dan dengan perbuatan kita memberikan teladan untuk hidup sebagai orang yang percaya kepada Yesus.
5.4. Persekutuan Orang Beriman (Kis. 2:37-47)
Advertisement
Pada Hari Raya Pentakosta para
rasul memberitakan karya penyelamatan Kristus di Yerusalem. Banyak orang percaya pada berita yang mereka sampaikan dan pada hari itu para rasul membaptis 3000 orang Yahudi yang percaya pada Kristus. Mereka membentuk Gereja Perdana di Yerusalem. Mereka masih tetap hidup sebagai orang Yahudi dan beribadah di Bait Allah, tetapi mereka juga mengadakan perkumpulan sendiri di rumah-rumah para anggota Jemaat. Kutipan yang dibacakan dalam pertemuan ini terdiri dari tiga bagian: pewartaan dan pembaptisan (ay. 37-40), persekutuan orang yang telah dibaptis (ay. 41-42), dan cara hidup mereka (ay. 43-47)
Orang-orang yang hadir terkesan pada karunia lahiriah Roh Kudus dan pada kotbah Petrus tentang perbuatan-perbuatan Allah melalui Yesus. Beberapa orang lalu menanyakan apa yang harus mereka lakukan setelah mendengarkan warta tentang Yesus Kristus itu. Petrus menjawab, “Bertobatlah, ubahlah cara pikir dan tingkah lakumu!” Mereka diajak untuk berbalik dari sikap dan perilaku mereka yang jahat, yang mencapai puncaknya ketika mereka membunuh Yesus (ay. 23, 36). Sikap dan perilaku mereka yang demikian itu telah menutup diri mereka dari karya keselamatan Allah. Namun, Ia memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat agar dapat diselamatkan. Jika dahulu mereka tidak percaya kepada Yesus dan telah membunuhNya, kini mereka diundang untuk percaya kepada Yesus yang telah dibangkitkan Allah itu. Jika percaya kepada-Nya, mereka akan diselamatkan. Untuk itu (caranya), mereka harus mengakui bahwa Yesus yang telah mereka bunuh itu adalah Tuhan dan Kristus. Pengakuan itu secara konkret diwujudkan dengan menerima baptisan dalam nama Yesus
Kristus. Berkat pengakuan dan pembaptisan itu mereka memperoleh suatu hubungan baru dengan Yesus yang telah dibangkitkan dan menempatkan diri mereka di bawah kuasa Yesus yang adalah Tuhan dan Kristus. Serentak dosa mereka, yang telah memisahkan mereka dari karya keselamatan Allah, diampuni. Selain mendatangkan pengampunan dosa, pembaptisan menurun-kan anugerah Roh Kudus. Roh Kudus diterima oleh orang yang mau mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Kristus. Roh Kudus yang mereka terima ini sama dengan Roh Kudus yang telah dicurahkan oleh Yesus atas para rasul pada hari Pentakosta. Pembaptisan itu ditawarkan baik kepada bangsa Yahudi maupun kepada bangsa non-Yahudi, tanpa kecuali. Kotbah Petrus, yang berisi ajakan untuk bertobat itu, membawa hasil: kira-kira 3000 orang dibaptis.
Ke-3000 orang yang dibaptis pada Hari Raya Pentakosta itu membentuk Jemaat Perdana di Yerusalem. Jemaat yang baru saja terbentuk itu terdiri dari orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi yang baru saja menjadi Kristiani ini tentu masih menaruh hormat yang besar pada Bait Allah di Yerusalem. Mereka masih berpegang pada kebiasaan berdoa dan menyembah Tuhan di Bait Allah. Mereka menyanyikan mazmur dan mendengarkan pembacaan Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi. Di luar Bait Allah mereka bertekun dalam pengajaran para rasul. Yang dimaksudkan dengan pengajaran para rasul itu adalah pengajaran yang diberikan kepada orang-orang yang baru percaya pada Kristus atau dengan kata lain baru masuk Kristiani. Dalam pengajaran itu Kitab Suci ditafsirkan dengan disinari oleh peristiwa Yesus Kristus. Jadi yang dimaksudkan dengan pengajaran itu bukan pewartaan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepada Kristus (bdk. Kis. 15:35). Selain itu, mereka berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Ungkapan “memecahkan roti” ini mengingatkan orang pada perjamuan Yahudi di mana pemimpin mengucapkan berkat sebelum membagibagikan roti. Tetapi, dalam bahasa Kristiani ungkapan ini menunjuk pada Perjamuan Ekaristi (1Kor. 10:16; 11:24; Luk. 22: 19). Perjamuan kudus itu (ay. 46) tidak dirayakan dalam Bait Allah, tetapi dalam salah satu rumah anggota Jemaat. Acara “memecahkan roti” ini tidak terpisah
dari perjamuan yang sesungguhnya (bdk. 1Kor. 11:20-34). Doa yang dimaksudkan adalah doa atau sembahyang bersama yang dipimpin oleh para rasul (Kis. 6:4; contoh doa ini terdapat dalam Kis. 4:24-30). Kegiatan mereka di luar Bait Allah ini mau tidak mau menunjukkan bahwa Jemaat Kristiani itu sedikit demi sedikit terpisah dari orangorang Yahudi. Di dalam Bait Allah pun orang mendapat kesan bahwa mereka memisahkan diri dan mengatur pertemuan-pertemuan mereka sendiri. Persekutuan mereka diwujudkan secara lebih nyata dalam hal harta milik. Mereka menganggap bahwa “segala kepunyaan mereka adalah
kepunyaan bersama.”
Milik pribadi tidak hanya digunakan untuk kepentingan diri sendiri; anggota umat lain, bahkan seluruh umat boleh menggunakannya. Tetapi, cara hidup seperti ini tidak dapat disamakan dengan sistem komunis karena dalam Jemaat Kristiani Perdana itu harta milik disediakan untuk kepentingan sesama Jemaat secara sukarela dan dibagikan menurut kebutuhan masing-masing. Anggota Jemaat yang miskin dan para janda mendapatkan perhatian utama dalam hal ini. Dengan cara hidup yang demikian, para janda dan anggota Jemaat yang miskin dapat hidup tanpa kekurangan. Sikap serta tindakan Jemaat ini mengungkapkan dan meneguhkan kesehatian Jemaat (ay. 46; Kis. 4:32).
Para rasul mengadakan banyak tanda dan mukjizat. Bukan hanya karya Yesus yang ditandai oleh banyak mukjizat yang menyatakan bahwa Allah bekerja melalui Dia (Kis. 2:22 dan 11:38). Setelah wafat dan kebangkitan-Nya, tindakan itu dikerjakan terus oleh Allah, kini melalui tangan para rasul. Berulang kali dikatakan bahwa mereka mengadakan banyak tanda dan mukjizat baik di Yerusalem (Kis. 2:43; 5:12-16) maupun di tempat lain (Kis. 19:11; 28:9). Dengan tanda dan mukjizat itu Allah menguatkan pewartaan para rasul (Kis. 14:3; 4:30). Bahwa para rasul mengadakan tanda dan mukjizat itu membuat orang banyak menjadi takut. Rasa takut ini bukan kekhawatiran, tetapi takut dalam arti religius. Rasa takut yang dimaksudkan adalah takut karena hormat
akan sesuatu yang kudus, yang mereka lihat berkarya dalam tanda dan mukjizat itu. 1
Cara hidup Jemaat yang saling mengasihi dalam satu persekutuan itu membuat mereka disukai semua orang. Cara hidup mereka yang seperti itu menarik perhatian banyak orang dan mereka menggabungkan diri dalam persekutuan itu. Jumlah mereka makin bertambah. Dari kenyataan ini mereka melihat bahwa “tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Nyata bahwa kehidupan Jemaat itu menjadi sarana pewartaan iman dan bentuk kesaksian mereka tentang Kristus. Mereka tidak hanya mewartakan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan dan seluruh hidup mereka. Keselamatan para anggota Jemaat Kristiani dalam penghakiman terakhir dijamin oleh Tuhan (Kis. 2:21 dst; bdk. 13:48 dan surat-surat Paulus).
Dalam pertemuan I-III kita telah melihat identitas orang beriman dalam kaitannya dengan Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus. Dalam Pertemuan IV ini kita melihat identitas kita sebagai anggota Gereja Katolik, persekutuan orang yang percaya kepada Yesus yang merupakan pernyataan kasih Allah.
Aku Adalah Anggota Gereja Katolik
Para rasul memberitakan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem. Banyak orang yang percaya kepada pemberitaan mereka lalu dibaptis. Semua orang yang telah dibaptis membentuk persekutuan yang kemudian disebut Jemaat/Gereja. Gereja yang telah dimulai oleh para rasul itu berkembang dari zaman ke zaman. Kita yang percaya kepada Kristus dan telah dibaptis dalam nama Tritunggal masuk dalam persekutuan para murid Kristus dan menjadi anggota Gereja Katolik. Dengan demikian, dalam diri kita melekat identitas sebagai pengikut Kristus dan anggota Gereja Katolik.
1
Rasa takut mereka ini dapat dibandingkan dengan rasa takut yang dialami oleh Petrus, Yakobus, dan Yohanes ketika Yesus memanggil mereka (bdk. Luk. 5:4-10).
Bagaimana Hidup Sebagai Anggota Gereja?
Dalam perikop ini kita dapat melihat bagaimana Gereja Perdana, yaitu Gereja yang dibangun oleh para rasul di Yerusalem, menampakkan cara hidup yang khas. Kita, para anggota Gereja perlu memahami cara hidup Gereja Perdana untuk belajar bagaimana hidup menurut identitas sebagai anggota Gereja. Apa saja yang dapat diteladan oleh Gereja di zaman sekarang? 1. Bertekun dalam pengajaran para rasul. Agar dapat hidup sesuai dengan kehendak Tuhan yang mereka imani, Jemaat selalu mendengarkan ajaran Tuhan Yesus yang disampaikan oleh para rasul. Ajaran Tuhan Yesus itu sekarang telah tertulis dalam Kitab Suci. Gereja di zaman sekarang tetap bertekun dalam ajaran Tuhan Yesus dengan membaca dan merenungkan Sabda Tuhan yang tertulis dalam Kitab Suci. Dalam Ekaristi, ibadah sabda, dan kegiatan lainnya, Kitab Suci dibacakan dan umat mendengarkannya. 2. Hidup dalam persekutuan. Orang-orang yang percaya kepada Kristus tidak sekedar berkumpul tanpa saling mengasihi. Sebaliknya, mereka menjadi sebuah keluarga di mana para anggotanya saling mengasihi. Para anggota Gereja di zaman sekarang pun tidak sekedar berkumpul di gereja tanpa saling mengenal dan memperhatikan. Para anggota Gereja telah disatukan oleh Kristus dan menjadi keluarga orang-orang yang percaya kepada-Nya. Seperti Kristus telah mengasihi semua orang, para anggota Gereja pun diundang untuk saling mengasihi. 3. Memecahkan roti dan berdoa. Para anggota Gereja Perdana memecahkan roti untuk mengenangkan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Hal ini sekarang dilakukan dalam perayaan Ekaristi. Di dalam perayaan ini para anggota Gereja berkumpul bersama sebagai satu keluarga untuk mengenangkan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Kristus. Di dalam perayaan ini mereka juga menyampaikan doa-doa kepada Allah untuk kehidupan mereka sendiri dan untuk keselamatan semua manusia. 4. Milik bersama. Para anggota Gereja Perdana tidak mementingkan diri sendiri, tetapi memperhatikan kebutuhan sesama. Mereka menyerahkan apa yang mereka miliki untuk membantu para anggota yang berkekurangan. Hal ini juga dilakukan dalam Gereja sekarang. Para anggota Gereja yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain
diundang untuk membantu sesama yang berkekurangan. Para anggota Gereja secara bersama-sama juga membantu para anggota lain yang mengalami kesulitan di bidang pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. 5. Hidup dalam sukacita. Para anggota Gereja Perdana mengalami sukacita karena telah menerima kabar keselamatan Kristus. Mereka telah mengalami karya penyelamatan itu dan bersyukur atas semua yang telah dilakukan oleh Kristus bagi mereka. Para anggota Gereja pun mewartakan kabar sukacita itu kepada orang-orang di sekitar mereka. Orang beriman hanya mungkin orang mewartakan sukacita Kristus itu bila ia sendiri telah mengalaminya.