4 minute read

Kondisi Fisik Dasar

Jenis Tanah

Terdapat 4 jenis tanah di wilayah Kecamatan Bandungan ini antara lain yaitu latosol coklat tua, andosol coklat tua, litosol coklat kemerahan, dan mediteran coklat tua. Luas tanah latosol coklat tua di Kecamatan Bandungan 42%. Jenis tanah latosol coklat tua berada di Desa Pakopen, Jimbaran, Milir, dan Jetis.

Advertisement

Tanah andosol coklat tua berada Desa Candi, Kenteng, Duren, Sidomukti dan Kelurahan Bandungan. Jenis tanah litosol coklat kemerahan dominan berada di Desa Banyukuning. Untuk Potensi tentunya sangat berkaitan bagi masyarakat sekitar guna mendukung aktivitas sehari-hari, dengan tanah yang subur dan terjaga maka daerah Bandungan memiliki banyak perkebunan maupun pertanian yang dapat menghasilkan sayuran, buah-buahan, dan bunga. Contohnya hasil sayuran seperti tomat maupun cabai yang ada di Desa Kenteng, hasil tanaman bunga seperti bunga krisan dan bunga tabur yang ada di Desa Duren dan Desa Kenteng, serta hasil buah-buahan khususnya alpukat yang ada di Desa Kenteng dan Jetis sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sekitar maupun luar. Namun permasalahan tanah juga biasa terjadi di Kecamatan Bandungan apalagi saat musim penghujan sering terjadi tanah longsor dikarenakan jenis tanah di Kecamatan Bandungan bertekstur lempung sehingga saat musim penghujan tanah menjadi lembek yang mengakibatkan bencana tanah longsor yang akan berdampak buruk bagi penduduk sekitar.

Studio Perencanaan 4

Topografi

Seluruh wilayah administratif Kecamatan Bandungan mempunyai topografi perbukitan dan pegunungan yang bergelombang dengan ketinggian antara 300-2050 mdpl. Titik tertinggi terletak pada Desa Candi, Sidomukti, dan Kelurahan Bandungan. Hal ini berpotensi pada perkebunan sayur yang subur karena terletak di kaki Gunung Ungaran.

Menurut kriteria seperti perbukitan dan pegunungan, Kecamatan Bandungan memiliki potensi wisata yang alam dataran tinggi yang menjadi daya tarik wisatawan yang akan berkunjung ke Kecamatan Bandungan, salah satu contoh wisata alam nya adalah Umbul Sidomukti yang terletak di Desa Sidomukti merupakan Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) yang letak geografisnya berada dalam dataran tinggi sehingga memiliki daya tarik unggulan, contoh berikutnya adalah wisata alam yang dipadukan dengan sejarah yaitu Candi Gedong Songo selain menyediakan pemandangan alam yang indah, Candi Gedong Songo juga menyediakan tempat untuk belajar sejarah dari 5 candi yang ada disana.

Namun terdapat permasalahan yang terjadi di Kecamatan Bandungan apabila saat masuk ke musim penghujan, banyak lerenglereng yang rentan mengalami tanah longsor dikarenakan banyak dataran yang masih curam yang sangat berdampak untuk wisatawan maupun masyarakat Kecamatan Bandungan.

Studio Perencanaan 5

Hidrogeologi

Hidrogeologi yang ada di wilayah Kecamatan Bandungan rata-rata memiliki air tanah langka, berada pada wilayah Desa Candi, Desa Kenteng, Kelurahan Bandungan, Desa Duren, Desa Sidomukti dan Desa Banyu kuning selain itu ada beberapa wilayah yang memiliki Hidrogeologi Akuifer produktif setempat yang terdapat pada sebagian wilayah Desa Jetis, Desa Mlilir, Desa Jimbaran, Desa Pakopen.

Potensi air tanah sendiri dapat digunakan sebagai dasar untuk memanfaatkan air tanah tersebut melalui pengeboran untuk pembuatan sumur air tanah dalam sehingga sumber air yang diperoleh dapat dipergunakan khususnya sebagai sumber irigasi suplemen terutama di lahan kering. Pada Kecamatan Bandungan sendiri air tanah alami banyak dipergunakan untuk sumber kebutuhan hidup seperti air minum, industri, irigasi, dan lainnya, serta sudah menjadi komoditi ekonomis. Sedangkan untuk permasalahan yang umum terjadi di wilayah Kecamatan Bandungan yaitu terkadang terjadinya penurunan ketersediaan air tanah secara regional dan kekeringan sehingga mengurangi produksi air, penurunan muka air tanah secara besarbesaran sehingga untuk mendapatkan air kian sulit dan mahal, terjadinya longsor dan retakan permukaan tanah, serta tercemarnya air tanah karena polusi pertanian dari pupuk dan pestisida.

Studio Perencanaan 6

Geologi

Formasi batuan penyusun Kecamatan Bandungan terdiri dari: Young Quartenary berada Kelurahan Bandungan, Desa Jimbaran, Pakopen, Mlilir, Sidomukti, dan Duren. Undifterantaned berada di Desa Candi, Kenteng dan Kelurahan Bandungan. Pleoscale Volcan berada di Desa Banyukuning dan Desa Jetis. Old Quatemary Vo berada di Desa Pakopen.

Sebagian wilayah Indonesia memang berada di wilayah rawan bencana, seperti bencana banjir, bencana tanah longsor, dan bencana kekeringan. Kecamatan Bandungan merupakan salah satu daerah yang memiliki risiko terjadinya bencana tanah longsor yang tinggi. Bencana tanah longsor di Bandungan sering terjadi pada musim penghujan. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu adanya program-program untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor penentuan tingkat resiko bencana juga mempertimbangkan tingkatan ancaman bahaya, kerentanan terhadap bahaya, dan kapasitas dalam menghadapi bencana.

Studio Perencanaan 7

Tata Guna Lahan

Peta Tata Guna Lahan Kecamatan Bandungan Penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Bandungan yaitu untuk sawah irigasi dan permukiman. Luas Penggunaan Lahan untuk lahan Pertanian Sawah sebesar 1555,95 hektar dan bukan pertanian sebesar 1839,24 hektar. Lahan pertanian dibedakan menjadi 5 sub sektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

Untuk permasalahan dari tata guna lahan di wilayah Kecamatan Bandungan yaitu alih fungsi lahan tepatnya di desa Duren. Terjadinya perubahan penggunaan lahan dari suatu aktivitas menjadi aktivitas lain yang lebih produktif seperti aktivitas komersial. Aktivitas komersial adalah sektor yang paling cepat tumbuh di tempat-tempat strategis karena sektor komersial memang dibutuhkan pada tempat strategis tersebut. Banyaknya usaha komersial tersebut justru menyebabkan adanya alih fungsi lahan yang dapat menyebabkan kondisi ekonomi masyarakat khususnya petani menjadi berubah. Bagi mereka yang bekerja sebagai petani, alih fungsi ini sangat merugikan karena mata pencaharian utama mereka untuk bercocok tanam juga akan semakin kecil. Permasalahan ekonomi lainnya yang terjadi setelah adanya alih fungsi lahan adalah sebagian masyarakat disana belum mempunyai pekerjaan yang tetap karena lahan pertanian yang menjadi mata pencaharian mereka sudah berkurang atau bahkan sudah hilang. Adanya alih fungsi lahan di Desa Duren menjadi kawasan komersial yang terjadi menyebabkan semakin banyaknya para investor untuk membangun suatu kawasan komesial disana.

Studio Perencanaan 8

This article is from: