5 minute read

SOSOK

Muhammad Hisbun Payu

Kawal Kebijakan dengan Aksi Kamisan

Advertisement

Berangkat dari masalah yang tidak terselesaikan, Aksi Kamisan ingatkan pemerintah untuk menegakkan keadlian dan usut tuntas kasus pelanggaran HAM. Aksi Kamisan Solo merupakan aksi yang digelar seminggu sekali untuk menyuarakan isu yang berkaitan dengan HAM dan demokrasi.

Muhammad Hisbun Payu atau yang akrab disapa Iss merupakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang merintis Aksi Kamisan Solo. Menurut penuturan Iss, Aksi Kamisan Solo pertama kali dibentuk pada September 2017. Sebagai awal persiapan, dia mengadakan pendidikan bagi para anggota selama seminggu, kemudian mereka melakukan aksi kamisan perdana pada tanggal 7 September 2017 bertepatan dengan 10 tahun kasus Munir. Namun, setelah aksi perdananya, Aksi Kamisan Solo sempat bubar karena partisipannya masih sedikit dan harus mengawal aksi Sukoharjo Melawan Racun. “Jadi intinya kamisan itu jadi tempat pendidikan dan melatih keberanian orang untuk terlibat advokasi dengan rakyat. Aksi Kamisan kita pancing buat menggaet massa dan akhirnya berhasil, yang tadinya sedikit jadi banyak,” ujar Iss saat ditemui VISI (05/09/2020).

Menurut Iss, ada dua hal yang diharapkan dari terbentuknya Aksi Kamisan Solo. Pertama, sebagai kantong massa. Aksi Kamisan menjadi sarana untuk memasyarakatkan institusi yang tidak dibicarakan secara sentral dan mencari cara agar isu-isu yang tersegmentasi dapat menjadi bahan pembicaraan. Secara umum, aksi kamisan digunakan sebagai tempat pendidikan, memasarkan isu, tempat untuk mencari kawan baru, serta menjadi tempat pendidikan politik. Kedua, aksi kamisan ini diharapkan bisa mengingatkan orang-orang bahwa setiap hari Kamis, ada sekelompok orang yang tidak pernah lupa dengan pelanggaran HAM, sampai hal itu benar-benar diusut.

Sejak awal kemunculannya, Aksi Kamisan sudah 75 kali digelar. Selama pandemi, Aksi Kamisan Solo dilakukan secara virtual. Iss mengatakan bahwa kegiatan Aksi Kamisan saat pandemi adalah membagikan poster di media sosial. Cara ini dinilai cukup efektif karena orang-orang lebih banyak menghabiskan

ISS - Penggagas Aksi Kamisan Solo (Dok.Pribadi)

waktu untuk bermain gawai saat pandemi. Iss menambahkan jika aksi yang dilakukan bukan semata-mata untuk mencari tambahan massa tetapi paling tidak dengan membagikan poster, lebih banyak orang yang tersadarkan.

“Aku dengar dari kesaksian anak Univet (Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo -red), dia itu sama sekali engga tahu peristiwa Semanggi. Setelah datang lewat di situ, dia penasaran dan ingin tahu tentang isu tersebut,” imbuhnya.

Bincang Soal Pilkada Solo

Ketika disinggung mengenai Pemilihan Kepala Derah (Pilkada) Solo, Iss mengatakan bahwa tidak ada demokrasi di sana, demokrasi akan lebih baik jika banyak yang terlibat. Namun, partisipasi sudah dibatasi dengan adanya penguasaan media. Iss menuturkan bahwa bagi pihak yang memiliki akses akan lebih mudah untuk mencalonkan diri. Seperti halnya Gibran yang baru masuk partai dan

dan belum pernah dikader, namun sudah bisa mencalonkan diri sebagai Walikota ”Gibran berkali-kali mengatakan bahwa ini bagian dari kontestasi. Jadi orang berhak untuk memilih saya atau tidak, terserah orang lain. Tapi kan kita lihat proses masuk kesana itu. Jangan melihat hanya pada mencoblos tapi ke akses masyarakat,” ujar Iss.

Iss menambahkan bahwa ketika ada yang beranggapan jika demokrasi hanya terjadi saat pemilu, maka ia telah salah mendefinisikan arti dari demokrasi itu sendiri. Demokrasi lebih kepada partisipasi masyarakat secara luas untuk menentukan kebijakan dan mengawasinya. Sedangkan pada pemilu, khususnya masa kampanye, Iss mengatakan bahwa tidak ada demokrasi di dalamnya, dirinya mengungkapkan bahwa kampanye hanya menghasilkan penipu, orang-orang suka menebar janji dan janji itu akan terabaikan saat sudah menjadi penguasa. Sebagai rakyat, kita

tidak bisa marah atau menurunkan mereka saat janji-janji itu tidak ditepati.

“Jadi mereka bebas berjanji apa saja, bisa aja mereka berjanji besok jalan disini bagus, demokrasi bagus, tapi ketika mereka terpilih dan mereka mengabaikan itu, kita tidak punya kuasa untuk marah” tutur Iss.

Setiap orang berhak memilih dan dipilih dalam Pemilu. Bahkan ketika kita tidak memilih karena calon yang ada tidak sesuai dengan kriteria yang kita inginkan, calon tersebut tetap akan menjadi pemimpin jika memang suara terpenuhi. Sebagai bentuk pengawalan rakyat agar keputusan yang diambil tidak semena-mena maka perlu adanya politik alternatif. Di sini politik alternatif yang dimaksud bukan seperti Partai Perindo, PSI ataupun Hanura. Menurut Iss, langkah yang bisa diambil adalah dengan menyadarkan bahwa demokrasi harus dibuka seluas-luasnya agar setiap orang bisa berpartisipasi, agar partisipasi itu semakin luas. Meskipun sulit untuk menyeragamkan banyak orang tapi bukan berarti keseragaman yang dicari, namun yang dicari adalah kebermanfaatannya. “Karena semakin banyak melibatkan massa dalam mengambil keputusan, orangorang tidak akan merasa ini kok semena-

AKSI KAMISAN SOLO - Situasi Aksi Kamisan Solo yang digelar di Bundaran Gladak. Aksi ini digelar seminggu sekali setiap hari Kamis yang terus menyuarakan isu pelanggaran HAM. Selain itu, aksi ini juga bertujuan sebagai wadah pendidikan politik untuk masyarakat (Dok. Pribadi). mena keputusannya, ngga hanya diputuskan berdasarkan top up tapi top down,” ungkap Iss. Dia juga berpendapat bahwa pasangan calon walikota dan wakil walikota solo yang menjadi lawan Gibran dalam Pilkada Solo bukan termasuk politik alternatif karena bukan berangkat dari keinginan massa.

Bubarnya Aksi Kamisan Solo

Iss mengatakan bahwa Aksi Kamisan Solo menjadi tempat pendidikan politik, sebagai wadah untuk mengingatkan negara dan tempat penyadaran politik. Walaupun masih ada yang beranggapan bahwa aksi kamisan merupakan aksi bayaran, hanya mengambil uang dan memenuhi jalan. Namun, pada kenyataannya ada pihak-pihak yang tersadarkan. Iss bercerita bahwa pernah ada seorang tukang sapu jalan yang melihat Aksi Kamisan Solo, beliau yang sebelumnya tidak tahu tentang isu yang dibahas dalam Aksi Kamisan Solo akhirnya menjadi tahu. “Aku salut ketika mereka masih belum berani terlibat langsung, tapi mereka enggak merasa terganggu sama apa yang kita lakukan,” tuturnya.

Selaras dengan harapan Iss merintis Aksi Kamisan Solo sebagai tempat memasarkan isu pelanggaran HAM dan pendidikan politik, Dzulfiqar Aziz Izzulhaq (19), salah satu anggota Aksi Kamisan menyatakan bahwa alasan dirinya mengikuti Aksi Kamisan Solo karena rasa ketidakadilan pada suatu kelompok tertentu yang dirasakannya, terkhusus pada rakyat kecil. Menurut Aziz, Aksi Kamisan Solo dapat membantu membuka pemikiran masyarakat mengenai berbagai isu seperti isu politik yang sedang terjadi. Hal tersebut bisa menjadi salah satu langkah pencerdasan politik. Iss mengungkapkan bahwa Aksi Kamisan Solo berangkat dari masalah yang tidak terselesaikan. Ketika masih ada Aksi Kamisan maka negara masih harus diingatkan dan masyarakat perlu untuk disadarkan. Tetapi, saat Aksi Kamisan dibubarkan, sudah tidak ada masalah lagi yang perlu untuk

diselesaikan.

Azizah, Giva, Kikis