
5 minute read
LIMA LANGKAH MENEMUKAN POIN UTAMA DARI SETIAP PERIKOP YANG ADA DALAM ALKITAB
Artikel Teologi
LIMA LANGKAH MENEMUKAN POIN UTAMA DARI SETIAP PERIKOP YANG ADA DALAM ALKITAB
*)Robert Kinney
“Bagaimana saya menemukan poin utama dari sebuah teks dalam Alkitab?”
Pertanyaan ini sering saya dengar dari para pemimpin kelompok kecil pendalaman Alkitab dan para pemimpin mahasiswa di gereja di mana saya melayani. Dan tidak ada hal yang akan lebih menggembirakan bagi saya selain bisa menyampaikan kepada mereka (dan Anda) bahwa saya memiliki formula ajaib yang bisa menuntun mereka dari teks langsung kepada poin utama, bahkan lebih jauh lagi, kepada penerapan.
Namun, saya tidak memiliki formula ajaib itu. Tetapi saya memiliki beberapa pemikiran, tentang beberapa hal yang dapat Anda coba temukan dari teks, apa pun perikop Alkitab yang Anda pilih, yang dapat menolong Anda untuk menemukan poin utama itu.
1. Struktur dan Penekanan
Pertama, perhatikan struktur dan penekanan yang ada pada perikop tersebut. Saya suka memulai dengan struktur, atau bagaimana perikop tersebut dapat saya bagi ke dalam beberapa bagian ayatayat yang saling terkait satu dengan yang lain.
Tentu saja, bagaimana kita menemukan struktur akan cukup bergantung pada jenis teks. Jika saya melihat pada sebuah teks narasi, alur cerita dan karakter-karakter akan sangat membantu. Saya akan melihat lokasi dan keadaan sekitar, klimaks dan resolusi ceritanya. Jika saya melihat sebuah surat atau pidato, saya akan mencari aliran ide-ide dengan poin utama yang logis. Jika saya melihat tulisan berbentuk puisi, saya akan mencoba mengenali bait-bait yang berbeda dan mulai membuat rangkumannya.
Dan apa pun perikop Alkitab yang saya pilih, saya selalu dan selalu, mencari kata-kata dan ide-ide yang berulang. Sebuah terjemahan secara harfiah dari bahasa asli akan sangat menolong Anda di sini. Pertanyaan diagnostik yang sering saya gunakan adalah: “Bagaimana penulis menyusun/merangkai perikop ini?” Dan ketika saya mulai membuat sketsa strukturnya, saya bertanya pada diri saya, penekanan apa yang ingin diungkapkan melalui struktur ini.
2. Konteks
Kedua, perhatikan konteks. Tidak ada perikop dalam Alkitab yang berdiri sendiri. Sebaliknya, setiap teks merupakan bagian dari sebuah argumen, cerita, atau kumpulan perikop yang sudah disusun dengan tujuan tertentu oleh penulisnya.
Apa yang ada pada perikop sebelum dan sesudahnya adalah penting, dan akan menolong saya memahami apa yang ada dalam perikop yang sedang saya pelajari. Ini bisa menolong untuk menemukan topik yang sedang dibahas oleh penulis. Ini juga bisa menolong saya untuk melihat sebuah gambaran yang lebih besar dalam kitab yang saya pilih. Ini bisa juga memberikan koreksi yang berguna ketika saya salah menangkap arti dari perikop yang saya baca. Bahkan bisa membantu saya lebih mengerti situasi sejarah dari pembaca mula-mula perikop ini.
Konteks adalah kuncinya. Dan pertanyaan diagnostik saya di sini adalah: “Mengapa penulis kitab ini meletakkan perikop tersebut di sini, pada titik ini dalam kitab ini?”
3. Tema Kitab
Hal-hal yang baru saja saya tuliskan di atas tentang konteks hanya akan berguna jika kita menggali lebih detail dan bertanya tentang kitab tersebut. Apa sebenarnya agenda penulis dengan kitab ini?
Tentu saja akan memerlukan usaha yang lebih untuk bisa memahami tema utama dari keseluruhan kitab tersebut. Namun demikian, saya pikir tetap merupakan sebuah langkah penting untuk bertanya: “Bagaimana perikop ini -- dan khususnya penekanan yang saya temukan dalam strukturnya-- terkait dengan tema besar dari seluruh isi kitab ini?”
4. Refleksi Teologis
Dalam Lukas 24:13-49, Yesus mengajarkan bahwa seluruh Kitab Suci menunjuk kepada kematian dan kebangkitan-Nya, dan hasil-hasil dari Injil adalah pertobatan dan pengampunan atas dosa. Tanpa memahami hal ini, kita berisiko menginterpretasikan sebuah perikop hanya secara moralistis saja atau bisa terpisah dari berita Injil.
Jadi, sangatlah penting untuk menggunakan semua perangkat teologi (khususnya teologi biblika) untuk bertanya: “Bagaimana perikop ini terkait dengan Injil?” Tentu saja, ada banyak cara melakukan hal tersebut dengan buruk. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk membuat kaitan yang logis antara teks kita dengan berita Injil.
5. Membuat Perpaduan (Sintesis)
Ketika Anda sudah selesai membuat struktur, konteks, tema kitab, dan refleksi teologis, kini saatnya mulai memadukan. Apakah Anda menamakannya poin utama, atau tema perikop, atau ide besar perikop, sangatlah penting untuk mengambil langkah final ini. Pertanyaan yang sering saya ajukan kepada diri saya terkait ini adalah: “ Apa yang ingin diajarkan oleh penulis kepada pembaca mula-mula? Apa yang ia katakan? Apa poin utamanya?”
Jangan menipu diri sendiri: Ini bukan proses yang mudah. Bagi saya, ini mencakup satu atau dua jam persiapan untuk sebuah kelompok kecil—dan mungkin 12 jam persiapan untuk sebuah khotbah! Tetapi berapa pun waktu yang Anda miliki, saya pikir akan sangat membantu jika Anda bekerja dengan cara ini.
Tentu saja, ketika Anda sudah bisa menemukan ide utamanya, Anda masih perlu memikirkan lagi tentang penerapannya. Namun, selama berkait dengan penggalian teks, mulailah dengan menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan ini:
• Bagaimana penulis menyusun/merangkai perikopnya?
• Mengapa penulis meletakkan perikop ini di sini, pada titik ini dalam kitab ini?
• Bagaimana perikop ini terkait dengan tema dari seluruh kitab?
• Bagaimana perikop ini terkait dengan Injil?
• Apa yang penulis ingin ajarkan kepada pembaca mula-mula?
Untuk lebih jauh dalam proses ini, lihat buku David Helm Expositional Preaching: How We Speak God’s Word Today (Crossway, yang terbit April 2014).
Robert Kinney adalah direktur pelayanan dari The Simeon Trust, sebuah pelayanan untuk melatih para pengkhotbah.
Editor: Trisanti Karolina Napitu
Artikel ini merupakan hasil Kerjasama antara LLB dengan 9Marks International-- Leadership