JULAK (JURNAL PEMBELAJARAN DAN PENDIDIK) VOLUME 1 NOMOR 2 NOVEMBER 2021

ISSN 2807-5536 (p) ISSN 2808-3687 (e)

JUrnal pembeLAjaran & pendidiK VOLUME 1 NOMOR 2, NOVEMBER 2021

Penggunaan Supervisi Akademik Berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam Meningkatkan Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran di SDN Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin

Alwiyati, S.Pd Sampahmu, Media Belajarku (Strategi OFIDIP, untuk meningkatkan Penguasaan Bahasa Inggris Materi Teks Prosedur)

Dr. Ahmad Bahruddin, M.Pd Model Penjaminan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Berkarakter di Sekolah Binaan dengan Kolaborasi dalam Penyusunan Media Pembelajaran Melalui Pendekatan GROW-ME

Taufik Rahman, M.Pd Penggunaan Model Example Non Example Pada Materi Memahami Dampak Globalisasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara di Kelas IX B SMP Nahdlatul Ulama (NU) Banjarmasin Azizah Raihanah, S.Pd. Pemanfaatan Cloud Computing Meningkatkan Ketersediaan Dokumen Supervisi

Drs. Endarta, M.Eng

YAYASAN FARASEKA BERBAKTI

http://www.julak.online

Mengucapkan Selamat HUT Ke-76 PGRI

p ISSN 2807 – 5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 2, November 2021 --------------------------- e ISSN 2807 - 5536

KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kami ucapkan, karena berkat Kudrat dan IradatNya jualah penerbitan JULAK, jurnal pembelajaran dan pendidik (JULAK) untuk volume 1 nomor 2 November 2021, dapat terealisasi sesuai waktu yang kami jadwalkan.

JULAK, volume 1 nomor 2, November 2021 sudah dilengkapi dengan edisi online, dan kami mengucapkan terimakasih kepada LIPI yang telah memberikan nomor ISSN untuk versi online, sehingga jurnal ini akan semakin mudah diakses oleh insan pendidik di mana saja berada Kami berterima kasih kepada penyumbang artikel yang mengisi edisi kedua ini , begitu pula kepada Pembina, pengarah, dan tim penyunting. Terutama lagi kepada mitra bestari dari beberapa perguruan tinggi yang telah memberikan dukungan terhadap jurnal JULAK ini, yakni kepada Bapak Syaiful Anuar dari STIEI Banjarmasin, Bapak Abidinsyah, dan H. Muhammad Royani dari STIKIP PGRI Banjarmasin, Ibu Noor Fajriah dari FKIP ULM Banjarmasin, Bapak Prilani dari IAIN Kediri dan tak lupa kepada Bapak Prof Muhammad Yahya, dari Universitas Negeri Makassar.

Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak, begitu pula pada edisi ini, sehingga masukan dan saran bagi kami amatlah berharga. Semoga JULAK ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Banjarmasin, Awal November 2021 Yayasan Faraseka Berbakti

Dra. Sulis, S.Pd, M.Pd

i

p ISSN 2807 – 5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 2, November 2021 --------------------------- e ISSN 2807 - 5536

SUSUNAN REDAKSI PEMBINA Dr. H. Eddy Khairuddin, ME PENGARAH Dra. Hj. Rusnailah, M.Pd PENANGGUNG JAWAB Muhammad Qamaruzzaman, S.Pd, M.Si TIM PENYUNTING Muhammad Qamaruzzaman, S.Pd, M.Si Aminsyah, M.Pd H. Sugian Noor M.Pd Mokhamad Sukamto, S.Pd, M.Si PEER REVIEWER / MITRA BESTARI Prof. Dr. H. Muhammad Yahya, M.Kes. M.Eng. (Universitas Negeri Makassar) Dr. Saifhul Anuar Syahdan, S.E, M.Si Ak, CA (STIE Indonesia Banjarmasin) Dr. H. Muhammad Royani, M.Si (STIKIP PGRI Banjarmasin) Dr. H. Abidinsyah, M.Pd (STIKIP PGRI Banjarmasin) Dr. Hj. Noor Fajriah, M.Si (FKIP ULM Banjarmasin) Dr. Prilani, M.Si (IAIN Kediri ) PENERBIT YAYASAN FARASEKA BERBAKTI Sekretariat Jalan Sungai Andai Komplek PWI No. 62 Banjarmasin 70122 www, julak.online e-mail : jurnaljulak@gmail.com HP. 085248590569 JULAK Julak merupakan salah satu kosa kata dari bahasa Banjar, dan bila kita membuka kamus Bahasa Banjar Indonesia karangan Prof. Abdul Djebar Hapip pada halaman 70, kata julak berarti panggilan keakraban terhadap saudara ayah / ibu yang tertua. Jurnal ini mengambil kosa kata JULAK, karena kami ingin melestarikan kosa kata bahasa banjar di kancah ilmiah, dan memasyarakatkan nilai budaya lokal Banjar dalam jurnal. Diharapkan melalui JULAK seluruh insan pendidikan dapat bersilaturahmi melalui artikel mereka.

Disclaimer : Artikel yang diterbitkan sepenuhnya tangung jawab penulis CONTENT JULAK DISEBARLUASKAN DI BAWAH LISENSI CREATIVE COMMONS ATRIBUSI 4.0 INTERNASIONAL.

ii

p ISSN 2807 – 5536 ----------------------------

Volume ….. Nomor …. Bulan Tahun -------------------------- e ISSN 2808-3687

DAFTAR ISI Halaman i ii iii

KATA PENGANTAR SUSUNAN REDAKSI DAFTAR ISI Penggunaan Supervisi Akademiki Berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam Meningkatkan Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran di SDN Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin Alwiyati

1 – 16

Sampahmu, Media Belajarku (Strategi OFIDIP, untuk meningkatkan Penguasaan Bahasa Inggris Materi Teks Prosedur) Ahmad Bahruddin

17 – 30

Model Penjaminan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berkarakter di Sekolah Binaan dengan Kolaborasi dalam Penyusunan Media Pembelajaran Melalui Pendekatan GROW-ME Taufik Rahman

31 – 44

Penggunaan Model Example Non Example Pada Materi Memahami Dampak Globalisasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara DI Kelas IX B SMP Nahdlatul Ulama (NU) Banjarmasin Azizah Raihanah

45 – 58

Pemanfaatan Cloud Computing Meningkatkan Ketersediaan Dokumen Supervisi Endarta

59 – 71

Meningkatkan Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Merancang “AEMIPA” di Sekolah Binaan Gugus Teluk Tiram Kecamatan Banjarmasin Barat Taufik Rahman

72 – 89

Mengefektifkan Pembelajaran Praktik untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Kompetensi Aplikasi Pengolah Angka/Spreadsheet pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Marabahan Rusmidah Rahmah

99 – 105

Implmentasi Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Promosi dalam Bisnis Ritel Siswa Kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran (BDP) SMK Negeri 1 Marabahan.

Murniati

106 – 121

iii

p ISSN 2807 – 5536 ----------------------------

Volume ….. Nomor …. Bulan Tahun -------------------------- e ISSN 2808-3687

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Hal Penanaman Nilai Demokrasi dalam Mata Pelajaran PPKn pada Siswa Kelas X Multimedia SMK Negeri 1 Marabahan (p 122-133) Nuriman

122 – 133

Penerapan Aplikasi Google Classroom pada Pembelajaran DARING untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin Juniati Djuari

134 – 141

Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Melalui Supervisi Kolaboratif pada SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin Sulis

142 – 156

Penerapan Mind Mapping dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar Menerapkan Inovasi dan Persiapan Wadah Pendederan Komoditas Perikanan di Kelas XII Agribisnis Perikanan Air Tawar SMK Negeri 1 Marabahan Sitti Azizah

157 - 172

Mngembangkan Kemampuan Berbahasa Dalam Mengurutkan dan Menceritakan Isi Gambar Seri Sederhana Melalui Model Pembelajaran Picture and picture Pada Anak Kelompok A TK Islam Miftahul Ilmi Banjarmasin.

Rahmawati

173 - 178

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Mengelola Remedial Teaching Mata Pelajaran Bahasa Indonesia melalu Peer Teaching di SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin.

Sulis

179 – 194

Penerapan Mnemonik Moller untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Konfigurasi Elektron di Kelas X TKJ-A SMK Negeri 5 Banjarmasin Didik Masduki

195 – 210

Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Membuat Perangkat Pembelajaran Melalui Kegiatan In House Training Noor Baytie

211 - 222

Template Jurnal JULAK

223 – 225

iv

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

PENGGUNAAN SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI (TIK) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DI SDN KUIN CERUCUK 5 BANJARMASIN Alwiyati (Kepala SDN Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin) ABSTRAK Penelitian tindakan sekolah dengan menggunakan pendekatan observasi kelas dan pendekatan bimbingan personal yang dilaksanakan di SDN Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin yang dilaksanakan selama satu semester pada semester kedua tahun pelajaran 2018-2019, dapat meningkatkan motivasi guru dalam peningkatan pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai RPP. Baik pada seluruh guru maupun pada tingkatan seluruh kelas.

Pelaksanaan supervisi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dilaksanakan di SDN. Kuin Cemcuk 5 Banjarmasin mampu meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini karena proses supervisi akademik yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik guru dan diawali melalui proses pembinaan, dan pelatihan dengan rekan sejawat.

Kemampuan guru di SDN. Kuin Cemcuk 5 Banjarmasin dalam melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik dalam kegiatan KKG. Hal ini terlihat dari rata-rata tingkat kemampuan guru pada siklus I sebesar 65,05% yang tergolong kurang, dan meningkat pada siklus II menjadi 72,14% yang tergolong kurang dan pada siklus III meningkat menjadi 86,70% dengan kategori baik.

Katakunci: Kemampuan Guru, Supervisi Akademik, TIK THE USE OF ACADEMIC SUPERVISION BASED ON INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT) IN IMPROVING TEACHERS' ABILITY TO IMPLEMENT LEARNING AT SDN KUIN CERUCUK 5 BANJARMASIN ABSTRACT School action research using a classroom observation approach and a personal guidance approach carried out at SDN Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin which was carried out for one semester in the second semester of the 2018-2019, could increase teacher motivation in improving the implementation of learning in the classroom according to the lesson plans. Both across teachers and at all grade levels.

Implementation of Information and Communication Technology-based academic supervision carried out at SDN. Kuin Cemcuk 5 Banjarmasin is able to improve the ability of teachers in carrying out the learning process. This is because the academic supervision process carried out is adjusted to the

1

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

characteristics of the teacher and begins through the process of coaching, and training with colleagues.

The ability of teachers in SDN Kuin Cemcuk 5 Banjarmasin in carrying out learning that refers to Permendiknas No. 41 in 2007 can be improved through academic supervision in KKG activities. This can be seen from the average level of teacher ability in the first cycle of 65.05% which is classified as less, and increases in the second cycle to 72.14% which is classified as less and in the third cycle it increases to 86.70% in the good category.

Keywords: Teacher Ability, Academic Supervision, ICT I. PENDAHULUAN Dalam era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan sumber bahan untuk dipelajari berkembang demikian cepat. Dalam kondisi demikian, tuntutan terhadap kualitas manusia terdidik, baik kemampuan intelektual, kemampuan vokasional dan rasa tanggung jawab kemasyarakatakan, kemanusiaan dan kebangsaan juga meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat. Heterogenitas peserta didik dalam berbagai dimensi (intelektual, kultural, dan ekonomi); terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai objek belajar; terus berubahnya masyarakat dengan tuntutannya, merupakan faktor yang menjadikan guru harus memiliki kompetensi dan profesional. Guru yang profesional adalah yang telah menguasai empat kompetensi utama antara lain: (1) kompetensi pedagogik (akademik); (2) kompetensi kepribadian (personal), (3) kompetensi sosial; dan (4) kompetensi profesional. kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik: (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialog!s; if) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknoiogi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab itu, profesi guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Selain itu, agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang beriaku.

Kenyataan di lapangan saat ini ditemukan berbagai masalah dalam penyelenggaraan pendidikan yang berakibat buruk pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Permasalah yang paling krusial adalah rendahnya kualitas proses pembelajaran yang dilakukan para guru, umumnya guru jarang 2

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

membuat perencanaan pembelajaran yang dapat membangkitkan potensi siswa.

Guru hanya sekedar menggugurkan kewajibannya.

Gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran yang tanpa didukung dengan perencanaan pembelajaran yang baik terjadi di SDN, Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin. Mereka hanya menggunakan RPP yang diberikan dari kecamatan, melaksanakan proses pembelajaran tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang tersedia. Melihat fenomena yang terjadi, maka dipandang perlu mengadakan peneiitian tindakan sekolah tentang peningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada Permendiknas 41 tahun 2007 melalui supervisi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi di SDN. Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin, karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah binaan peneliti.

Pembinaan yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang maksimal. Dari 40 orang guru SDN. Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin yang telah menunjukkan kemampuan melaksanakan proses pembelajaran hanya 20 orang atau sekitar 80%, sisanya 20% atau sebanyak 40 orang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan. Karena itu, peneliti memandang perlu melakukan suatu tindakan perbaikan. Tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan supervisi akademik secara efektif dan efisien kepada guru-guru, khususnya untuk kemampuan melaksanakan Pembelajaran.

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembeiajaran untuk mencapai tujuan pembeiajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007).

Supervisi akademik tidak terlepas clari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembeiajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi gum dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik7, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

Supervisi akademik dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP yang sesuai dengan Permen Diknas No. 41 tahun 2007. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meialui Supervisi Akademik dilakukan dengan pendekatan kolaboratif, dan dilakukan meialui saling berbagi pengalaman dengan guru lain, dengan pembina dan pengawas sekolah. Sehingga masalah kurangnya kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat teratasi.

Tujuan supervisi akademik adalah: 1) membantu guru mengembangkan kompetensinya, 2) mengembangkan kurikulurn, 3) mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan keias (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).

3

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Gambar tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :

Pelaksanaan supervisi akademik di sekolah juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan Informasi (ICT), yang telah memperngaruhi pendidikan, hal ini dimulai dari awal abad ke-20, telah banyak dikembangkan aplikasi-aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran guna mendapatkan hasil pendidikan yang optimal yang akan berimbas kepada peningkatan taraf hidup dan kemajuan umat manusia di seluruh dunia.

TIK sebagai sebuah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran bila didesain dan diintegrasikan dengan baik bisa membantu meningkatkan penyerapan pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup peserta didik. Dengan pengintegrasian TIK. sebuah kegiatan pembelajaran tidak lagi hanya akan berpusat kepada pengajar sebagai pusat pengetahuan, akan tetapi akan lebih berpusat kepada peserta didik {student-centered) sebagai pihak yang benarbenar memiliki kendali atas kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.

Selain berguna untuk membuat suatu kegiatan pembelajaran menjadi lebih berpusat kepada siswa (student centered), lebih lanjut Haddad & Jurich (2002: 29) mengemukakan hasil risetnya mengenai pemanfaatan TIK dalam pendidikan di beberapa negara berkembang. Dalam hasil risetnya tersebut mereka mengatakan bahwa biia dimanfaatkan dengan baik dan tepat guna, maka TIK memiliki potensi untuk memperluas akses pendidikan (expanding access), meningkatkan efisiensi (promoting efficiency), memperbaiki kuaiitas belajar dan meningkatkan kuaiitas pengajaran (improving the quality of learning and enhancing the quality of teaching), serta memperbaiki sistem pengelolaan dan administrasi pendidikan (improving management system).

Pemanfaatan TIK di dalam dunia pendidikan adalah mutlak untuk diadakan guna kepentingan peningkatan kuaiitas pembelajaran. Abdulhak (2010:4) mengemukakan bahwa secara garis besar TIK memiliki empat peranan sebagai berikut: 1) Memperluas akses pendidikan, 2) Meningkatkan efisiensi pendidikan, 3) Memperbaiki proses belajar mengajar, 4) Memperbaiki Sistem Pengelolaan.

4

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

II. METODE PENELITIAN Lokasi okasi penelitian adalah di SDN. Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin. Adapun waktu penelitian enelitian dilaksanakan selama enam bulan pada Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019. Sedangkan penelitian yang akan diterapkan adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Seper Seperti ti yang dikemukakan ukakan Mulyasa bah bahwa PTS merupakan upaya peningkatan kinerja sistem pendidikan dan meningkatkan menejemen sekolah agar menjadi produktif, efektif dan efisien. jenis penelitian ini perlu diperkenalkan kepada kepala sekolah dan pengawas sekolah nelalui pendi pendidikan dikan dan pelatihan (diklat) PTS. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Moleong (2006: 8-13) 13) menyatakan bahwa ciri ciri-ciri ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: (1) peneiliti iti bertindak sebagai instrumen utama, karena disamping sebagai pengumpul data dan menganalisis data peneiiti juga terlibat langsung dalam proses penelitian, (2) mempunyai latar alami (natural setting), data yang diteliti dan dihasilkan akan dipaparkan sesuai dengan yang terjadi dilapangan, (3) hasil penelitian n bersifat diskriptif, karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka- angka melainkan berupa kata kata-kata kata atau kalimat, (4) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (5) adanya batas permasalahan yang ditentukan dalam fokus penelitian, dan (6) analisis dat dataa cenderung bersifat induktif.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Ritawati, 2008:69).

Proses penelitian merupak proses daur ulang atau siklus yang dimulai aspek , mengembangkan perencanaan, melakukan observasi terhadap tindakan dan melakukan refleksi terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh. Pada setiap akhir tindakan dinilai dengan instrument bimbingan setelah belajar. Alur Peneli Penelitian tian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Langkah PTS 5

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Prosedur penelitian Tindakan kelas berlangsung selama 3 siklus. Masingmasing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan melaksanakan supervise akademik yang meliputi supervise tradisional dan supervise model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis.

Langkah awal yang direncanakan pada penilitian tindakan sekolah ini terdiri dari beberapa kegiatan, yakni: 1) Identifikasi Masalah Kemampuan Awal, 2) Pengajuan Proposal, 3) Melakukan Sosialisasi rencana penelitian tindakan sekolah di SDN. Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin, 4)Mempersiapkan instrument Sedangkan pada siklus I, terdiri 4 tahap, yakni perencanaan. Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi tradisional dengan langkah-langkah a) Pada tahap perencanaan. tindakan pertama yang dilaksanakan adalah menyiapkan percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam menyusun RPP dan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan bagian penyusunan RPP yang belum mereka pahami, mengacu kepada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. b) Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah membuat silabus dan RPP pada pertemuan KKG. c) Meminta guru untuk mengumpulkan perangkat pembelajaran, d) Peneliti memeriksa administrasi guru secara kuantitas dan kualitatif, e) Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan, dan e)Menyusun rencana tindakan (berupa penjadwalan supervisi individual atau kelompok disesuaikan dengan temuan pada identifikasi masalah).

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan rencana tindakan supervisi individual/kelompok untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Pelaksanaan supervisi ini termasuk dalam kegiatan Pra Observasi yang dilakukan dengan pertemuan individual office-conference.

Pada Tahap observasi peneliti melakukan kegiatan observasi kelas kepada para guru dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas masing-masing. Observasi dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil awal yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus 1.

Adapun Instrumen yang digunakan adalah Instrumen Supervisi Akademik Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik fase Post Observasi. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama melalui kegiatan kelompok kerja guru untuk membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus kedua.

Sedangkan pada Siklus II, untuk tahap perencanaan peneliti menggunakan model supervisi kontermporer. Tindakan pertama yang dilaksanakan pertemuan KKG adalah menyiapkan percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pada tahapan Siklus I. Adapun Langkah-langkah 6

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Perencanaan Siklus II adalah a) Mengidentifikasi hasil pelaksanaan proses pembelajaran Siklus I, b) Melaksanakan pertemuan KKG untuk raembahas hasil Supervisi pada Siklus I secara umum, c) Guru Menyusun Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang interaktif, d) Melaksanakan Peer Teaching, e) Menyepakati rencana Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ke II, e) melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas.

Sedangkan pada tahap pelaksanaan Peneliti melakukan evaluasi bersama para guru di KKG tentang pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I kemudian para guru bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang lebih Interaktif dengan menekankan pada kegiatan Inti memanfaatkan TIK dalam Pembelajaran.

Tahap berikutnya guru di bawah bimbingan Pengawas dalam kegiatan KKG melaksanakan Peer Teaching dengan tujuan sebagai alat latih bagi para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sebenarnya. Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar bersedia diobservasi dalam melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dirancangnya dengan guru menggunakan Instrumen Penilaian Keterampilan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran. Pengawas menugaskan guru untuk membuat RPP yang terbaik dan dikirim melalui email pengawas.

Pada tahapan observasi, peneliti melakukan kegiatan observasi kelas kepada para guru dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas masing-masing. Peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus II. Sedangkan pada tahap Refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik fase Post Observasi. Pada tahap ini supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, serta mengidentifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan.

Siklus terakhir yakni Siklus III, pada tahap perencanaan peneliti menggunakan model supervisi Non Direktif. Tindakan pertama yang dilaksanakan pertemuan KKG adalah menyiapkan percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pada tahapan Siklus II. Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan proses pembelajaran. Langkah perencanaan a) Mengidentifikasi hasil pelaksanaan proses pembelajaran Siklus II, b) Melaksanakan pertemuan KKG untuk membahas hash Supervisi pada Siklus II secara umum, c) Guru Menyusun Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang interaktif, d) Melaksanakan Peer Teaching yang dilakukan dengan merekam proses peer teaching menggunakan camera video digital, e) Melatih Guru dalam pengenalan Penggunaan Camera Video Digital dalam pembelajaran, f) Menyepakati rencana Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ke III dengan 7

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

model supervisi klinis. Dalam kegiatan ini supervisor tidak melakukan observasi langsung ke dalam kelas melainkan menerima rekaman pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan setiap guru, g) melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas.

Pada tahap pelaksanaan, Peneliti melakukan evaluasi bersama para guru di KKG tentang pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II kemudian para guru bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang lebih Interaktif dengan menekankan pada kegiatan Inti memanfaatkan T1K dalam Pembelajaran serta penggunaan Camera Video Digital untuk merekam proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan setiap guru. Pada pertemuan KKG di bawah bimbingan Pengawas para guru melaksanakan Peer Teaching yang pelaksanaan direkam dengan menggunakan Camera Video Digital dengan tujuan sebagai alat latih bagi para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sebenarnya. Pada kesempatan ini juga guru diperkenalkan penggunaan Camera video dan pembuatan Movie Maker.

Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang terbaik kemudian direkam dengan menggunakan camera video digital. Hasil Rekaman pelaksanaan Pembelajaran diserahkan kepada Supervisor untuk dilakukan penilaian.

Pada bagian observasi, peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap hasil rekaman Camera Video Digital. Observasi dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus III. Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik fase Post Observasi.

Untuk mengukur tingkat kemampuan guru dalam penyusunan RPP dapat ditentukan dengan membandingkan M atau rata-rata kemampuan guru ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut : Tabel 1. Pedoman Konversi Skala Lima No Persentase (%) Kriteria Kriteria 1 91 -100 Sangat Baik 2 75-90 Baik 3 65-74 Cukup 4 40 - 64 Kurang 5 0-39 Sangat Kurang Sumber: Dantes (2008) Kriteria penilaian penelitian, yakni dikatakan berhasil apabila kemampuan guru dalam menyusun RPP 100% berada pada kategori baik. Sedangkan data yang dikumpulkan catatan harian, lapangan, lembar observasi; pedoman wawancara; lembar angket/kuesioner,

8

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

lembar masukan guru (refleksi tindakan); lembar penilaian unjuk kerja, dan instrumen perekam gambar/suara (video).

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan supervisi sebelumnya SDN. Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin, diperoleh data bahwa dari 199 guru yang telah disupervisi oleh kepala sekolah dan pengawas yang telah menunjukkan kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran hanya 80% saja, sisanya 20% belum menunjukkan kinerja yang memuaskan.

Dari guru yang mampu melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang cukup baik hanya sebanyak 79% sisanya 21% atau jauh dari harapan. Hasil supervisi yang dilakukan kepada 40 orang guru tersebut menunjukkan nilai yang sangat memprihatinkan. Hasil supervisi akademik yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, digambarkan dalam tabel berikut Tabel 2. Hasil Supervisi Akademik Pra Siklus No

Aspek

Jumlah Nilai

Rata-rata

Kategori

1 2

Perencanaan Pelaksanaan Jumlah

2,510.57 2,581.50 5,092.07

62.76 64.54 63.65

Kurang Kurang Kurang

B. Siklus I Pelaksanaan Siklus I dilakukan pada Mulai tanggal 19 Februari 2019. Sesuai dengan kesepakatan dengan para guru di SDN. Kuin Cerueuk 5 Banjarmasin, Peneliti melakukan Supervisi Akademik yang akan menilai kemampuan mengajar para guru. Adapun tahapan yang dilakukan oleh peneliti meliputi pra observasi, observasi dan post observasi.

Pada tahap observasi, aspek-aspek yang diobservasi adalah a) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran, b) cara menggunakan media pengajaran, c) variasi metode, d) ketepatan penggunaan media dengan materi, e) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan e) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.

Pengamatan yang dilakukan kepada 40 orang guru ditekankan pada kegiatan pendahuluan, kegiatan Inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan secara umum guru mampu menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari namun umumnya para guru belum menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

Dalam kegiatan eksplorasi, guru belum dapat melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi 9

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Pada tahap elaborasi seharusnya guru memberikan dorongan agar membiasakan siswa rnembaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna melalui tugas mandiri terstruktur atau tidak terstruktur, mengembangkan diskusi yang dapat memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis.

Pada tahapan konfirmasi guru belum dapat memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, atau memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.

Setelah dilaksanakan proses siklus I para guru secara bertahap dapat menyusun dan melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga hasil supervisi akademik Siklus 1 mengalamai peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Di bawah ini disajikan tabel hasil pelaksanaan supervisi akademik Tabel 3 Tabel Hasil Supervisi Akademik Siklus I RataNo Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Kategori Rata 1 Pra Siklus 62.76 64.54 63.65 Kurang 2 Siklus I 64.52 65.58 65.05 Cukup Kemampuan guru pada siklus I mengalami peningkatan kemampuan seperti pada pra pembelajaran guru sudah memantau kesiapan siswa untuk belajar, melakukan appersepsi, dan memperhatikan karakter siswa, namun umumnya gum belum menyampaikan kriteria pencapaian tujuan. Di bawah ini disajikan diagram Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus I.

Gambar 2. Diagram Hasil Supervisi Akademik Siklus I

10

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Berdasarkan gambar diagram di atas dapat dijelaskan bahwa ratarata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sebelum siklus I mencapai 63,65% sedangkan setelah dilaksanakan Siklus I mencapai 65,05%. Melalui kegiatan pasca observasi sehingga diperoleh identifikasi kesulitan dan masalah yang dihadapi guru, dan langkah solusinya adalah memberikan materi pada KKG yang difokuskan kepada analisis kebutuhan guru yang berkaitan dengan pelaksanaan Kegiatan inti dalam proses pembelajaran antara lain penggunaan pendekatan, metode, model-model pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

C. Siklus II Berdasarkan kelemahan pada Siklus I, maka peneliti melakukan tindakan dengan melakukan supervisi akademik menggunakian model kontemporer yang dilaksanakan dengan pendekatan klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut : 1) Tahap perencanaan awal. Antara lain (1) penciptaan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan Iain-lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan obeservasi.

2) Tahap pelaksanaan observasi. Antara antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan observasi.

3) Tahap akhir (diskusi balikan). antara lain: (1) memberi penguatan: (2) mengulas kembali tujuan pembelajaran; (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara langsung, dan (9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.

Pelaksanaan Siklus II dilakukan mulai tanggal 1 Maret 2019 sampai dengan 1 April 2019. Sesuai dengan kesepakatan dengan para guru di Gugus Melati, Peneliti melakukan Supervisi Akademik yang akan menilai kemampuan mengajar para guru. Adapun tahapan yang dilakukan oleh peneiiti meliputi pra observasi, observasi dan pasca observasi. Pada tahap observasi peneliti mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas.

Pada kegiatan pendahuluan secara umum guru mampu menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari namun umumnya para

11

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

guru belum menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

Pengamatan pada kegiatan inti difokuskan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi proses pembelajaran, secara umum guru belum dapat memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia sesuai dengan tahapan pembelajaran. Dalam kegiatan eksplorasi, umumnya guru sudah melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dari aneka sumber. Para guru juga sudah tidak mendominasi proses pembelajaran dan dapat memanfaatkan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.

Pada tahapan konfirmasi guru sudah mampu memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, atau memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. Pada kegiatan akhir guru mulai melakukan proses refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Di bawah ini disajikan Tabel Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus II Tabel 4 Hasil Supervisi Akademik Siklus II RataNo Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Rata 1 Siklus I 64.52 65.58 65.05 2 Siklus II 70.44 73.84 72.14

Kategori Cukup Baik

Berdasarkan tabel keterlaksanaan perencanaan guru dalam Siklus I sebesar 64,52. Pemenuhan pelaksanaan standar proses mencapai nilai 65,05. Sedangkan hasil Siklus II menunjukkan perubahan yang cukup signifikan pada pernyusunan RPP diperoleh nilai 70,44 dan pada tahap pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai 73,84 dengan nilai rata-rata 72,14. Di bawah ini disajikan diagram Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus I.

Gambar 3. Diagram Hasil Supervisi Akademik Siklus II

12

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Berdasarkan diagram pada siklus I pada tahap perencanaan diperoleh diperoleh nilai 64,52%, pada tahap pelaksanaan diperoleh nilai 65.68% dengan nilai rata-rata 65.05%. Sedangkan hasil Siklus II menunjukkan perubahan yang cukup signifikan pada pernyusunan RPP diperoleh nilai 70,44%> dan pada tahap pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai 73,84% dengan nilai rata-rata 72,14%.

Proses pembinaan selanjutnya dilakukan pada kegiatan KKG ini memfokuskan pada kekurangan guru dari hasil evaluasi dan refleksi Siklus II dan dilanjutkan dengan penyampaian materi latih yang meliputi pemanfaatan TIK untuk dapat alat peraga menggunakan media power RPP dibuat guru harus dikirim melaiui email pengawas kemudian proses pembelajaran harus direkam dengan Handycam selanjutnya dibuat copy melaiui CDRW dan dikirim kepada pengawas.

D. Siklus III Pada tahap perencanaan Siklus III, hasil Penyusunan RPP yang dibuat guru yang dipersiapkan untuk pelaksanaan proses pembelajaran dikirim melalui email pengawas. Sedangkan proses pelaksanaan pembelajaran yang disupervisi oleh kepala sekolah harus direkam dengan handycam dan dibuat softcopinya selanjutnya diserahkan atau dikirim kepada pengawas sekolah.

Pelaksanaan Siklus III dilakukan sesuai jadwal yaitu pada tanggal 4 April 2019 sampai dengan 20 April 2019. Supervisi Akademik yang dilakukan pada Siklus III berbeda dengan model pada siklus-siklus sebelumnya. Tahapan pelaksanaan supervisi akademik Siklus III dimulai melalui kegiatan pra observasi oleh kepala sekolah kemudian kepala sekolah bersama guru melakukan kesepakatan untuk melaksanakan observasi kelas terhadap proses pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan TIK dalam pembelajaran. Peneliti hanya menilai secara tidak langsung melalui RPP yang di email dan hasil rekaman proses pembelajaran yang telah dilakukan para guru.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap komponen RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan oleh para guru di SDN. Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin diperoleh hasil bahwa secara umum para guru telah menunjukkan kemampuan yang baik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hasil pelaksanaan supervisi akademik Siklus III dapat dilihat pada tabel 5 berikut: Tabel 5 Hasil Supervisi Akademik Siklus III RataNo Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Rata 1 Siklus II 70.44 73.84 72.14 2 Siklus III 84.89 88.5 86.70

Kategori Baik Baik

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa keterlaksanaan perencanaan guru dalam Siklus II 70,44 sedangkan pemenuhan 13

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

pelaksanaan standar proses mencapai nilai 73,84 dengan nilai rata-rata 72,14. Sedangkan hasil Siklus III menunjukkan perubahan yang cukup signifikan pada pernyusunan RPP diperoleh nilai 84,89 dan pada tahap pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai 88,50 dengan nilai rata-rata 86,70 dengan kategori Baik. Di bawah ini disajikan diagram Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus III

Gambar 4. Diagram Hasil Supervisi Akademik Siklus III Berdasarkan diagram di atas dapat dijelaskan pada Siklus II menunjukkan perubahan yang cukup signifikan pada perayusunan RPP diperoleh nilai 70,44% dan pada tahap pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai 73,84% dengan nilai rata-rata 72,14%. Sedangkan hasil Siklus III menunjukkan perubahan yang cukup signifikan pada perayusunan RPP diperoleh nilai 84,89% dan pada tahap pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai 88,50% dengan nilai rata-rata 86,70%.

F. Perbandingan Hasil Siklus I,II dan III Di bawah ini disajikan perbandingan hasil supervisi akademik yang dilakukan peneliti terhadap guru-guru di SDN. Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin sebagai berikut : Tabel 6 Perbandingan Hasil Supervisi Akademik Tiap Siklus RataNo Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Kategori rata 1 Pra Siklus 62.76 64.54 63.65 Kurang 2 Siklus I 64.52 65.58 65.05 Kurang 3 Siklus II 70.44 73.84 72.14 Baik 4 Siklus III 84.89 88.5 86.70 Baik Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan supervisi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di SDN. Kuin Cerucuk 5 Banjarmasin dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Proses Supervisi Akademik yang dilakukan oleh peneliti menggunakan berbagai

14

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

pendekatan yang kontemporer sehingga para guru merasakan layanan dan bimbingan yang bermanfaat bagi pelaksanaan tugas pokok guru sebagai agen pembelajar.

IV. PENUTUP Berdasarkan hasil anaiisis dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kemampuan guru di SDN. Kuin Cemcuk 5 Banjarmasin dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik dalam kegiatan KKG. 2. Pelaksanaan supervisi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dilaksanakan di SDN. Kuin Cemcuk 5 Banjarmasin mampu meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini karena proses supervisi akademik yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik guru dan diawali melalui proses pembinaan, dan pelatihan dengan rekan sejawat.

Berdasarkan diajukan saran sebagai berikut.

1. Bagi guru, hendaknya mampu memanfaatkan Kelompok Kerja Gum sebagai wahana peningkatan kemampuan profesiona! sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam melaksanakan proses pembelajaran yang insfiratif, inovatif, menantang dan menyenangkan.

2. Bagi kepala sekolah, hendaknya mampu mengembangkan berbagai kebijakan sekolah agar dapat meningkatkan kualitas dan profesionalisme dari siswa, guru maupun kepala sekolah sendiri.

3. Bagi Dinas Pendidikan kota hendaknya mampu mengambil kebijakan pendidikan yang tepat, agar proses pembelajaran yang ada di sekolah dapat berjalan dengan tepat dan lancar. Selain itu diharapkan kebijakankebijakan yang dapat meningkatan profesionalisme guru dapat ditingkatkan.

4. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang efektivitas model ini, terhadap kemampuan dan keterampilan gum, melalui penerapan rancangan penelitian dan penggunaan instrumen yang lebih reliabel dan valid pada mata pelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2011. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Suatu Pengantar).

Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Burhanudin,(1994).Analisis administrasi manajemen dan kepemimpinan pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Dantes. Nyoman. 2008. Supervisi Akademik dalam Kaitannya dengan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Tersedia pada http://www.nyomandantes.wordpres s.com. Diunduh pada tanggal 18 Mei 2014.

15

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Dantes, N. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta; Andi Depdikbud. 2007.

Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas SekolahMadrasah.

Depdiknas, 2009, Rambu-rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP. Jakarta: Depdiknas.

Dirjen PMPTK. 2006. Panduan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun 2006.

Jakarta: Depdiknas.

Dirjen PMPTK. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Tahun 2008. Jakarta: Depdiknas.

Dirjen PMPTK. 2009, Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik Tahun 2009.

Jakarta: Depdiknas E. Mulyasa, (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum.

Bandung: CV. Mandar Maju.

H.A.R. Tilaar,(2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta : Rineka Cipta.

Imron AH. 1995. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.

Gibsonjames L.,(1996).

Organization,behavior,structure and prosess.

Organisasi,perilaku,Struktur dan proses ( Terjemahan Nunuk Adiarni).

Jakarta Binarupa Aksara Sahertian, Piet. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sahertian, Piet. 1994. Profil Pendidik ProfesionaL Yogyakarta: Andi Offset.

16

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

SAMPAHMU, MEDIA BELAJARKU (Strategi OFIDIP, untuk meningkatkan Penguasaan Bahasa Inggris Materi Teks Prosedur) Ahmad Bahruddin (Guru SMAN 12 Berau Kalimantan Timur) ABSTRAK Artikel ini tentang inovasi pembelajaran dalam penguasaan Bahasa Inggris melalui benda yang ada di sekitar sekolah, inovasi ini disebut dengan strategi OFIDIP, singkatan dari Observing, Finding, Identifying, Discussing dan Presenting. Tujuan Inovasi pembelajaran adalah 1) Menganalisis perbedaan karakter peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi OFIDIP model Pembelajaran Perbasis Proyek bermedia sampah; 2) Mendeskripsikan perubahan karakter peserta didik setelah diterapkan strategi OFIDIP dalam model pembelajaran berbasis proyek bemedia sampah untuk mengetahui efektifitas dan kebermaknaan hasil pembelajaran dengan mempertimbangkan salah satu indikator hasil pembelajaran berupa peningkatan kepedulian peserta didik terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan pembelajaran; 3) Merefleksikan kegiatan yang bertujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan pemecahan masalah yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk dilakukan perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya.

Strategi OFIDIP, pertama, Observing yaitu mengobservasi keadaan lingkungan sekitar pembelajaran, melihat tong sampah, melihat keadaan kelas dan lain sebagainya, kedua, Finding yaitu proses menemukan sampah bungkus makanan dan minuman siap saji yang berserakan di dalam kelas, luar kelas atau tong sampah. Ketiga, Identifying yaitu proses mengidentifikasi, mengklasifikasi, memilah jenis sampah bekas bungkus makanan dan minuman siap saji. Keempat, Discussing yaitu proses mendiskusikan untuk membuat projek bersama anggota kelompok, dan kelima Presenting, yaitu mempresentasikan langkah-langkah membuat atau menyajikan makanan dan minuman siap saji bermedia sampah bungkus makanan dan minuman siap saji yang telah mereka kumpulkan.

YOUR GARBAGE, MY LEARNING MEDIA (OFIDIP's strategy, to improve English Mastery of Text Procedure Materials) ABSTRACT This article is about learning innovations in mastering English through objects around the school, this innovation is called the OFIDIP strategy, which stands for Observing, Finding, Identifying, Discussing and Presenting. The objectives of learning innovation are 1) to analyze the differences in the character of students who are taught by using the OFIDIP strategy based on the projectbased learning model with garbage media; 2) Describe the changes in the character of students after the OFIDIP strategy is applied in the garbage media project-based learning model to determine the effectiveness and meaning of learning outcomes by considering one of the indicators of learning outcomes in

17

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

the form of increasing students' awareness of the cleanliness and comfort of the learning environment; 3) Reflect on activities that aim to make improvements and solve problems that arise during the learning process to make improvements to the next learning process.

OFIDIP's strategy, first, is Observing, namely observing the environmental conditions around learning, seeing trash cans, seeing class conditions and so on, second, Finding, which is the process of finding food and ready-to-drink garbage that is scattered in the classroom, outside the classroom or trash cans. Third, Identifying, which is the process of identifying, classifying, sorting the types of garbage used for packaged food and ready-to-drink drinks. Fourth, Discussing, which is the process of discussing to make a project with group members, and fifth, Presenting, which is presenting the steps for making or serving ready-to-eat food and drinks in the media of packaged food and ready-to-drink garbage that they have collected.

I. PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta didik, ini dimaknai bukan sekedar mentransfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik semata. Namun, di sisi lain, pembelajaran dijadikan sebagai upaya menjadikan peserta didik agar menjadi pribadi yang berkarakter mulia. Salah satu karakter yang masih memerlukan perhatian lebih lanjut adalah karakter menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan sekolah.

Penulis meyakini bahwa lingkungan pembelajaran memberikan kontribusi positif dalam membentuk karakter dan pribadi peserta didik menjadi bertanggung jawab. Kebersihan dan kenyamanan lingkungan pembelajaran memberikan pengaruh pada kondisi psikologis peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman merupakan tanggung jawab bersama, khususnya peserta didik yang secara langsung merasakan nyaman atau tidaknya lingkungan pembelajaran saat beraktivitas di sekolah.

Berdasarkan hasil observasi. Penulis menemukan beberapa fakta, antara lain : (1) Peserta didik masih belum sepenuhnya peduli terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan belajar, (2) Masih banyak sampah ditemukan berserakan di beberapa sudut kelas, (3) Berhamburnya sampah di sekitar tempat sampah yang sudah disiapkan pihak sekolah.

Penulis mengidentifikasi beberapa hal yang diduga sebagai penyebab belum terciptanya kebersihan kenyamanan lingkungan pembelajaran, yaitu antara lain : (1) jumah tempat pembuangan sampah masih kurang, khususnya untuk jeins sampah yang beragam, misalnya sampah basah dan kering, (2) Kurangnya sosialisasi akan pentingnya kebersihan dan kenyamanan lingkungan belajar yaitu agar semua peserta didik untuk tidak membuang sampah sembarangan, (3) Belum adanya tindakan atau sanksi yang diberikan kepada mereka yang tidak bisa menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan kelas, (4) Belum adanya gerakan pemanfaatan sampah sebagai barang yang masih bisa dipergunakan untuk meningkatkan kreativitas peserta didik, misalnya sampah miniman air mineral menjadi kerajinan yang bernilai 18

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

seni dan ekonomi, (5) Guru masih belum membiasakan penggunaan sampah sebagai media pembelajaran, (6) Guru belum membiasakan menggunakan model-model pembelajaran yang berorientasi meningkatkan partisipasi aktif peserta didik khususnya dalam implementasi model Pembelajaran Berbasis Proyek.

Chikita, dkk (2013) menghasilkan temuan bahwa pembelajaran berbasis proyek mampu meningkatkan prestasi belajar menulis. Sementara itu Alhassan (2014) juga berhasil membuktikan bahwa pembelajaran berbasis proyek mampu secara signifikan meningkatkan motivasi dan hasil pelajaran peserta didik dalam bidang pengelolaan data. Hasil-hasil penelitian tersebut memberikan gambaran dan petunjuk serta memberikan motivasi kepada penulis untuk mengimplementasikan model pembelajaran berbasis proyek dalam bermedia sampah untuk meningkatkan partisipasi dan membangun karakter peserta didik agar semakin peduli terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan belajar di sekolah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka permasalahan-permasalahan dapat dirumuskan 1) Bagaimanakah peningkatan karakter peserta didik setelah dibelajarkan dengan strategi OFIDIP dalam model Pembelajaran Berbasis Proyek bermedia sampah ? 2) Bagaimanakah kualitas proyek yang dihasilkan peserta didik setelah dibelajarkan dengan strategi OFIDIP menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek bermedia sampah?

Tujuan utama inovasi ini adalah 1) Menganalisis perbedaan karakter peserta didik yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi OFIDIP model Pembelajaran Perbasis Proyek bermedia sampah; 2) Mendeskripsikan perubahan karakter peserta didik setelah diterapkan strategi OFIDIP dalam model pembelajaran berbasis proyek bemedia sampah untuk mengetahui efektifitas dan kebermaknaan hasil pembelajaran dengan mempertimbangkan salah satu indikator hasil pembelajaran berupa peningkatan kepedulian peserta didik terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan pembelajaran; 3) Merefleksikan kegiatan yang bertujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan pemecahan masalah yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk dilakukan perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya.

Manfaat yang diharapkan dari hasil inovasi ini adalah : 1) Memberikan referensi kepada guru tentang alternatif penggunaan sampah yang dianggap tidak berguna sebagai media pembelajaran yang menarik, 2) Memberikan pengalaman pembelajaran kepada peserta didik tentang hal-hal yang mampu meningkatkan karakter peduli terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan pembelajaran. 3) Menumbuhkan karakter baik secara keseluruhan yang diawali dengan pembiasaan-pembiasaan membuang sampah pada tempatnya dan memanfaatkan benda-benda di sekitar kelas sebagai pendukung pembelajaran. 4) Bagi para guru, hasil inovasi ini diharapkan mampu meningkatkan kreativitas pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas, motivasi dan kreativitas peserta didik. 5)Bagi para guru, hendaknya menjadikan hasil inovasi ini sebagai referensi untuk menghasilkan inovasi yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan.

19

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

II. Kajian Teori A. Pembelajaran Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I pasal 1 ayat 20 menyebutkan: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai suatu proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan terhadap materi pembelajaran.

Pembelajaran adalah suatu rangkaian peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga perubahan tingkah laku yang disebut hasil belajar terfasilitasi (Suparman, 2012). Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik (Degeng, 1997).

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat peserta didik belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati, 2000).

Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dirancang dan dipersiapkan oleh guru untuk mentransformasi pengetahuan dan memotivasi peserta didik meningkatkan kualitas diri melalui pembiasaan dan penciptaan lingkungan yang membelajarkan.

Dalam rangka menyelenggarakan pembelajaran yang efektif, Watkins (2007) memberikan beberapa rambu yaitu: (1) when students take responsibility for their own leaning; (2) when they are actively engaged in their learning; (3) when learning is interactive; and (4) when they see themselves as successful learners. Proses pembelajaran akan dapat dilangsungkan dengan baik dan efektif, jika para peserta didik bisa menikmati kegiatan dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri, peserta didik secara aktif dilibatkan dalam pembelajaran mereka, kegiatan pembelajaran berlangsung interaktif dan ketika peserta didik memahami bahwa mereka merupakan pribadi yang sukses.

Setyosari (2009) menegaskan, kegiatan pembelajaran hendaknya mengintegrasikan dimensi-dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Namun yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan kita, justru lebih mengedepankan pada aspek kognitif belaka. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, bagi kita, para pendidik, orang tua dan masyarakat sendiri, karena kegiatan yang seharusnya menyatukan olah pikir yang merupakan dimensi kognitif, olah rasa yang merupakan dimensi afektif dan olah raga yang merupakan dimensi psikomotorik, tidak berjalan secara proporsional dan seimbang, Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan dalih waktu yang sangat tersedia sangat sedikit, jika dibandingkan dengan saratnya materi kurikulum sehingga waktu dan energi guru dihabiskan untuk mencurahkan isi materi yang bersifat kognitif saja. Ditambah lagi, cara-cara yang dipakai untuk membelajarkan peserta didik hanya mentransfer pengetahuan begitu saja tanpa memberikan kesempatan secara

20

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

luas bagi peserta didik untuk mencerna pengalaman belajarnya, mendampingi dalam mengerjakan tugas-tugas serta membantu pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik.

B. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Perbaikan kualitas pembelajaran merupakan satu hal yang sangat penting untuk dilakukan sebagai tindakan nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Salah satu indikasi terjadinya perbaikan kualitas pembelajaran adalah adanya keterlibatan peserta didik yang selalu bergairah dalam mengikuti setiap tahapan dalam proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru di kelas. Perbaikan kualitas pembelajaran salah satunya dapat dilakukan dengan classroom reform, yaitu perbaikan hal-hal yang secara langsung memiliki keterkaitan dengan pembelajaran itu sendiri. Misalnya dengan implementasi model pembelajaran dan media pembelajaran yang beragam, penataan lingkungan pembelajaran yang baik, dan lain sebagainya. Menyikapi persoalan mendasar bagi pelaksanaan classroom reform ini, maka yang perlu mendapat kajian lebih lanjut adalah faktor-faktor apa yang dapat dijadikan daya dukung sehingga dampak dari pembaharuan dan perubahan ini dapat memberikan kontribusi secara signifikan terhadap peningkatan mutu output maupun outcome peserta didik baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Sungkono (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep-konsep dari sejumlah komponen baik itu pengetahuan, disiplin ilmu atau lapangan. Pada pembelajaran berbasis proyek kegiatan pembelajarannya berlangsung secara kolaboratif dalam kelompok yang heterogen. Mengingat hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan belajar berlangsung diantara mahasiswa. Pada pembelajaran berbasis proyek kekuatan individu dan cara belajar yang diacu dapat memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.

Sementara itu Mahanal dan Wibowo (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PBL) adalah suatu pembelajaran yang didesain untuk persoalan yang kompleks yang mana peserta didik melakukan investigasi untuk memahaminya, menekankan pembelajaran dengan aktivitas yang lama, tugas yang diberikan pada peserta didik bersifat multidisiplin, berorientasi pada produk (artifak). Menurut Mahanal, dkk (2010) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek secara umum memiliki pedoman langkah: Planning (perencanaan), Creating (mencipta atau implementasi), dan Processing (pengolahan). Selanjutnya dkemukakan bahwa pembelajaran berbasis proyek mendukung pelaksanaan kurikulum tahun 2013 untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Inggris, mengingat model pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang komprehensif

21

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

mengikutsertakan peserta didik melakukan investigasi secara kolaboratif, membantu peserta didik dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan yang kokoh yang dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan otentik. Situasi belajar, lingkungan, isi, dan tugas-tugas yang relevan, realistik, otentik, dan menyajikan kompleksitas alami dunia nyata mampu memberikan pengalaman pribadi peserta didik terhadap obyek mereka sendiri dan informasi yang diperoleh untuk membawa pesan sugestif cukup kuat.

Artini, dkk (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran yang dilakukan dalam model pembelajaran berbasis proyek dapat menumbuhkan upaya siswa membangun representasi memori yang kompleks dan kaya pengalaman, yang menunjukkan tingkat keterhubungan yang kuat antara pengetahuan semantik, episodik, dan tindakan. Hal ini bermakna bahwa mplementasi pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan utama untuk menghasilkan suatu produk, peserta didik dalam pembelajaran berbasis proyek juga bergerak aktif secara berkala yang melibatkan fisik, pikiran dan semua indera yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

Dengan demikian, pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk siswa sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator.

Kamdi (2011) mengemukakan bahwa berdasarkan teori-teori belajar konstruktivistik, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat disimpulkan memiliki kelebihan-kelebihan sebagai lingkungan belajar, yaitu : 1. Otentik kontekstual ( goal-directed activities ) yang akan memperkuat hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya; 2. Mengedepankan otonomi pebelajar ( self-regulation) dan guru sebagai pembimbing dan partner belajar, yang akan mengembangkan kemampuan berpikir produktif; 3. Belajar kolaboratif yang memberi peluang peserta didik saling membelajarkan yang akan meningkatkan pemahaman konseptual maupun kecakapan teknikal; 4. Holistik dan indisipliner; pembelajaran dilaksanakan secara berkesinambungan menghasilkan sebuah produk yang dapat dimaksimalkan penggunaannya dalam disiplin ilmu yang barvariasi; 5. Realistik, berorientasi pada belajar aktif memecahkan masalah riil, yang memberi kontribusi pada pengembangan kecakapan pemecahan masalah; 6. Memberikan reinforcement instrinsik (umpan balik internal) yang dapat menajamkan kecakapan berpikir produktif.

Berdasarkan paparan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah 1) meningkakan motivasi, 2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, 3) meningkatkan kecakapan kolaboratif, 4) meningkatkan kemampuan mengelola sumber.

22

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Dengan metode proyek, peserta didik secara individual atau kelompok ditugaskan mengerjakan sebuah proyek dengan menerapkan berbagai macam kompetensi yang terkait atau hasil karya yang nyata dan tuntas. Gintings (2008) mengemukaan beberapa keunggulan metode proyek, yaitu sebagai berikut : 1. Sangat efektif dalam memfasilitasi aplikasi berbagai kompetensi secara terpadu dalam kegiatan yang nyata dan produktif; 2. Sangat efekif dalam membangkitkan motivasi belajar dan rasa tanggung jawab dalam diri peserta didik; 3. Jika dikerjakan secara kelompok, maka peserta didik akan belajar dan berlatih bekerja dalam sebuah tim dengan mana mereka berlatih dalam mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dalam pembentukan ‘teamwork’ yang kompak meliputi : a. Solidaritas dan rasa persahabatan di antara sesama anggota tim; b. Membahas dan mendiskusikan bersama prosedur pengerjaan proyek; c. Pembagian tugas dan tanggung jawab; d. Kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas; e. Menumbuhkembangkan sikap keterbukaan terhadap kesalahan dan kelemahan diri; f. Berbagi kompetensi dan pengalaman.

C. Pembelajaran Bahasa Inggris Sebagai bahasa pergaulan internasional, bahasa Inggris memiliki peranan yang sangat penting sebagai jembatan komunikasi antar bangsa.

Sebagai mata pelajaran, ia memiliki perbedaan karakteristik jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Perbedaan ini teletak pada salah satu fungsi dan kedudukannya sebagai alat komunikasi. Hal ini bisa dipahami bahwa, seseorang yang menguasai tenses, kosa kata dan aspek kebahasaan yang lain, masih belum bisa benar-benar dikatakan menguasai suatu bahasa, jika yang bersangkutan masih belum bisa mengimplementasikannya secara aktif dalam berkomunikasi. Seseorang hampir tidak mungkin bisa melakukan komunikasi dengan baik jika penguasaan kosa katanya sangat terbatas. Sehingga, antara penguasaan kosa kata dan pengetahuan tentang kebahasaan cukup menentukan apakah seseorang mampu berkomunikasi atau tidak.

Richards (2008) menyatakan: ”English is the language of globalization, international communication, commerce and trade, the media and pop culture, different motivation for learning it come in to play. English is no longer viewed as the property of the English-speaking countries, but it is an international commodity sometimes referred to as World English or English as an International Language.”

Dari pendapat di atas diketahui bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa pergaulan internasional yang bisa menjadi jembatan komunikasi antar bangsa. Di samping itu peran dan fungsinya sebagai bahasa pergaulan di era globalisasi, bahasa ini merupakan bahasa perdagangan, informasi,

23

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

budaya dan lain sebagainya. Maka, dapat dikatakan pula bahwa bahasa ini seolah-olah telah menjadi bahasa bangsa di seluruh dunia, bukan bahasa milik suatu negara saja. Seseorang mempelajari bahasa berdasarkan banyak tujuan, secara umum, peserta didik yang memperlajari di sekolah sebagian besar dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan kurikulum semata. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan akan informasi dan ilmu pengetahuan menjadi sebuah keniscayaan, sebagian besar informasi dan pengetahuan tersebut disampaikan dalam bahasa Inggris. Sehingga tujuan semula hanya sekedar memenuhi tuntutan kurikulum berubah menjadi tujuan untuk meningkatkan kualitas diri secara maksimal. .

D. Keterampilan Membaca Procedure Text Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat kompleks yang menuntul kerjasama antara sejumlah pengetahuan. Agar seseorang mampu memahami suatu bacaan, mata diperlukan untuk mengenali kosa kata, pikiran diperlukan untuk menghubungkan pengetahuan dan kosa kata dalam bacaan, makna masing-masing kata dihubungkan menjadi sebuah frase, kalimat, paragraf dan seterusnya. Dalam kegiatan ini, pembaca akan mendapatkan informasi yang terstruktur dan terhubung satu sama lain, karena membaca memerlukan banyak faktor, baik internal, berupa intelligensi, minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca dan lain sebagainya. Sedangkan faktor internal meliputi sarana, teks bacaan, lingkungan, latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan dan kedaaan lingkungan pendukung, ketersediaan bahan bacaan dan lain sebagainya.

Tarigan (2009) mengklasifikasikan tujuan membaca menjadi dua bagian yaitu membaca ekstensif, membaca intensif. Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tuntutan kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana.

Membaca ekstensif meliputi membaca survei, sekilas, dan dangkal.

Membaca intensif lebih mengutamakan pada pengertian, pemahaman yang mendalam, dan terperinci. Membaca intensif dibagi atas membaca telaah isi dan telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, pemahaman, kritis, dan membaca ide-ide sedangkan membaca telaah bahasa terdiri dari membaca bahasa dan sastra.

Deschant (2002) mengemukakan bahwa “ Reading comprehension includes the correct association of eanings with words symbols, the selection of correct meaning suggested by the context, the organization and retention of meaning, the ability to reason one’s way through smaler idea segments, and ability to grasp the meaning of a larger unitary idea”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu proses membangun pemahaman wacana tulis. Proses ini terjadi dengan cara menjodohkan atau menghubungkan skemata pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan isi informasi dalam wacana. Pengetahuan dan pengalaman tersebut

24

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

nantinya akan memudahkan pembaca dalam membentuk pemahaman terhadap wacana yang dibaca.

Jenis materi keterampilan membaca bermacam-macam, ada teks deskripsi, Recount, teks prosedure dan lain sebagainya. Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan kajian pada jenis membaca teks prosedure. Sebelum menjelaskan tentang generic structure, ciri-ciri procedure text dan contohnya, penulis akan memulai penjelasan ini mendefinisikan pengertian procedure text baik dalam bahasa Inggri. Browns (19) mengemukakan bahwa “Procedure text is a text that is designed to describe how something is achieved through a sequence of actions or steps”. Jadi yang dimaksud dengan procedure text adalah sebuah genre of text yang berfungsi untuk menggambarkan bagaimana sesuatu dilakukan atau dicapai melalui urutan tindakan atau langkah yang benar.

Struktur utama dalam teks prosedure adalah : a. The Goal of Activity, Langkah ini merupakan kegiatan membaca melalui upaya mencari penjelasan tentang apa yang akan dicapai sebagai tujuan sebuah teks b. Any Material Needed for Procedure, yaitu pemaparan materi atau bahan yang harus disiapkan agar proses pembuatan atau cara melakukan sesuatu bisa dilaksanakan dengan baik c. Steps to Achieve the goal, merupakan proses menjelaskan secara sistematis, runtut, prosedurat, tidak ada langkah yang terlewatkan. d. Conclusion, berisi tentang hasil dari apa yang telah dikerjakan E. Media Pembelajaran Pengertian media seringkali disalahtafsirkan dengan sarana peralatan pendukungnya. Kata media, berasal dari bahasa latin ‘medius’ dan merupakan bentuk jamak dari medium yang bermakna perantara atau mengantar. Dalam bahasa Arab, media sering disebut dengan ‘wasail’ yang merupakan bentuk jamak dari ‘wasilah’ yang juga bersinonim dengan ‘Al wasth’ yang artinya ‘tengah’. Kata ‘tengah’ bermakna berada di antara dua sisi, maka bisa juga disebut dengan ‘perantara’ (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah, maka ia juga bisa disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni sesuatu yang menghubungkan, mengantarkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi yang lainnya. (Munadi : 2008). Sementara itu, Rahardjo (2007) mengutip beberapa pengertian media yang disampaikan oleh beberapa ahli, yaitu sebagai berikut : (a) Information carrying technologies that can be used for instruction…the media of instruction, consequently are extensions of the teacher (Schramm, 1977); (b) Printed and audiovisual forms of communication and their accompanying technology ( NEA, 1969); (c) The physical means of conveying instructional content…books, films, videotapes, slide-tapes, etc (Briggs, 1977).

Erickson dan Curl dalam Rahardjo (2007) mengembangkan kriteria pemilihan media yang baik dalam bentuk beberapa pertanyan, yaitu : (1) Apakah materinya penting dan berguna bagi peserta didik ?; (2) Apakah

25

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

dapat menarik minat peserta didik untuk belajar ?; (3) Apakah ada kaitan yang mengena dan langsung dengan tujuan khusus yang hendak dicapai ?; (4) Bagaimana format penyajiannya diatur? Apakah memenuhi sekuens atau tata urutan belajar yang logis ?; (5) Apakah materi yang disajikannya mutakhir dan otentik ?; (6) Apakah konsep dan faktanya terjamin kecermatannya ?; (7) Apakah isi dan presentasinya memenuhi standar ?; (8) Bila tidak, apakah ada keseimbangan kontroversial ?; (9) Apakah pandangannya objektif dan tidak mengandung unsur propaganda dan sebagainya?; (10) Apakah memenuhi standar kualitas teknis ? (gambar, narasi, efek, warna, dan sebagainya); (11) Apakah struktur materinya direncanakan dengan baik oleh produsennya ?; (12) Apakah sudah dimantapkan melalui proses uji coba atau validasi ? Oleh siapa, kondisinya, karakteristik sasarannya, dan sejauh mana hal tersebut berhasil ?

F. Penggunaan Media Sampah Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa sampah merupakan sisa barang bekas pakai, barang yang sudah tidak bisa memberikan manfaat dalam kehidupan kita. Akan tetapi, bagi sebagian masyarakat lain, sampah merupakan sumber penghasilan, baik yang dimanfaatkan untuk didaur ulang maupun untuk bahan dasar kerajinan.

Dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Inggris, penggunaan media sangat diperlukan untuk membantu pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Namun, para guru seringkali belum mempu memaksimalkan penggunaan media, khususnya media yang ada di sekitar lingkungan pembelajaran. Membelajarkan materi teks prosedur bisa dilakukan dengan memanfaatkan sampah yang ada di sekitar lingkungan pembelajaran. Khususnya sampah makanan atau minuman. Karena, di dalam kemasan makanan dan minuman disediakan materi yang berisi, bahan-bahan, langkah-langkah membuat makanan atau minuman tersebut. Salah satu contoh adalah pembungkus mi instan. Di dalam setiap kemasan terdapat penjelasan mengenai bahan-bahan dan langkah-langkah membuat dan menyiapkan mi instan tersebut.

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa guru diharapkan mau dan mampu memaksimalkan seluruh potensi yang ada di sekitar lingkungan pembelajaran sebagai sumber dan media dalam membelajarkan materi, khususnya yang berhubungan dengan teks prosedur.

G. Pembelajaran Karakter Dalam beberapa tahun terakhir ini, upaya membumikan pendidikan karakter dilakukan oleh semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam dunia pendidikan. Dilaksanakan oleh lembaga pendidikan baik yang dibiayai pemerintah maupun lembaga yang diupayakan, dikelola dan dibiayai oleh pihak swasta. Publik sudah sangat mafhum dengan klasifikasi dan tanggung jawab lembaga pendidikan di Indonesia.

26

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter peseta didik. Lickona (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.

III. STRATEGI OFIDIP Strategi OFIDIP, pertama Observing, yaitu mengobservasi keadaan lingkungan sekitar pembelajaran, melihat tong sampah, melihat keadaan kelas dan lain sebagainya, kedua, Finding, yaitu proses menemukan sampah bungkus makanan dan minuman siap saji yang berserakan di dalam kelas, luar kelas atau tong sampah, OBSERVING AND FINDINGS

Langkah ketiga, Identifying yaitu proses mengidentifikasi, mengklasifikasi, memilah jenis sampah bekas bungkus makanan dan minuman siap saji. Keempat, discussing, yaitu proses mendiskusikan untuk membuat projek bersama anggota kelompok, dan kelima Presenting, yaitu mempresentasikan langkah-langkah membuat atau menyajikan makanan dan minuman siap saji bermedia sampah bungkus makanan dan minuman siap saji yang telah mereka kumpulkan.

IDENTIFYING AND DISCUSSING

27

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

PRESENTING

1.

2.

3.

4.

Hasil inovasi perlu dilakuan diseminasi sebagai berikut : Menyeminarkan dalam forum ilmiah, dalam bentuk simposium atau dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bidang studi bahasa Inggris, Mempublikasikan dalam bentuk cetak agar bisa dibaca, diimplementasikan oleh para guru bidang sudi bahasa Inggris di luar Kabupaten Berau, Menindaklanjuti dengan inovasi lain yang relevan agar bisa memotivasi para guru dalam menyelenggarakan pembelajaran yang jauh lebih kreatif dan inovatif, Mempublikasikan di internet, jejaring sosial agar jangkauan lebih luas; Contoh disseminasi lewat YOUTUBE DAN FACEBOOK

Pesera didik (kelompok) mengunggah video di laman YOUTUBE, mengcopy LINK, kemudian menandai ke lama FB Ahmad Bahruddin.

28

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

IV. PENUTUP Berdasarkan hasil implementasi yang telah dipaparkan sebanyak dua tahapan, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Strategi OFIDIP yang diimplementasikan dalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek berbantuan media sampah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris, khususnya peningkatan motivasi dan kepedulian peserta didik terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan pembelajaran, 2. Peserta didik dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertangungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok, khususnya dalam menyelesaikan tugas proyek yang telah diberikan guru; Dari hasil implementasi yang diperoleh dan berdasarkan uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif, khususnya dengan pembelajaran kosa kata dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi peserta didik, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan Strategi OFIDIP dalam model Pembelajaran Berbasis Proyek berbantuan media sampah memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran tersebut dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar peserta didik dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan belajar, guru hendaknya lebih sering melatih mereka dengan berbagai model pembelajaran lainnya, walau dalam taraf yang sederhana, dimana peserta didik nantinya dapat menemukan pengetahun baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga mereka berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, mengkonstruksi pengetahuan baru dan menghasilkan proyek yang lebih bagus; DAFTAR PUSTAKA Artini, NPJ., Muderawan, IW., Karyasa, IW. (2013) Pengaruh Model Pembelajaran berbasis Proyek Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa.

E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.

Volume3.

Browsn, Neville. 2019. Teaching Through Play. Jakarta. PT. Grasindo.

Chikita, GP., Padmadewi, Ni Nyoman., Suarnajaya, I Nyoman. 2013. The Effects of Project Based Learning And Students’ Perceived Learning Discipline Toward The Writing Competency of The Eleventh Grade Students of SMAN 5 Mataram In The Academic Year 2012/2013. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Volume 1 Tahun 2013.

29

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Degeng, INS, 1997. Strategi Pembelajaran : Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi, Malang: Penerbit IKIP Malang kerjasama dengan Biro Penerbitan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia Jakarta.

Deschant, Robert. (2002) Teaching Reading Skills For Elementary Levels. Coller Mc. Millan, London.

Kamdi, Waras. 2011. Pembelajaran Berbasis Proyek, Suatu Tinjauan Historis dan Filosofis. Handout Perkuliahan Psikologi Pembelajaran. Program Studi Teknologi Pembelajaran. Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Kertajaya, William. 2016. Membumikan Pendidikan Karakter Di Sekolah Inklusi.

Putrajaya Nusantara, Bandung Lickona, Francois. 2011. Building Characterized Education. Theoretical Viwes and Perspective. Mc. Allonso, Co., Ltd. Canada.

Mahanal, S. & Wibowo, A.L. 2009. “Penerapan Pembelajaran Lingkungan Hidup Berbasis Proyek untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis, Penguasaan Konsep, dan Sikap Siswa” (Studi di SMAN 9 Malang). Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Lingkungan Hidup dan Interkonferensi BKPSL. Universitas Negeri Malang. 20-21 Juni 2009-07-15 Rahardjo, Imam Santosa. 2007, Media Pendidikan, Suatu Pendalaman tentang Teori dan Praktik.Grassindo. Jakarta Richards, J.C. 2008. Methodology in Language Teaching. An Anthology of Current Practice. London: Cambridge University Press.

Setyosari, P. 2009. Pembelajaran Kolaborasi: Landasan Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial, Rasa Saling Menghargai dan Tanggung Jawab.

Naskah Pidato Pengukuhan Gurur Besar Universitas Negeri Malang, Malang.

Sungkono, Adi. 2010. Pembelajaran Berbasis Proyek. Filosofi dan Implementasi.

Makalah Ilmiah disajikan dalam Seminar Teknologi Pendidikan, Tantangan dan Peluang di Abad 21, 21 Maret 2010. Prodi Teknologi Pembelajaran. Pascasarja Universitas Negeri Malang Suparman, A, 2012. Desain Instruksional Modern, Panduan Para Pengajar & Inovator Pendidikan. Jakarta: ERLANGGA. Suyanto, ME, 2012. Pengaruh Penggunaan Variasi Media Dalam Pembelajaran Inkuiri dan Gaya belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika kelas X SMA. Dsertasi tidak diterbitkan, Program studi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Disertasi. Tidak diterbitkan.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Watkins, C, Carnell, E., Lodge, C. 2007. Effective Learning in the Classroom.

London: Paul Chapman Publishing.

30

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

MODEL PENJAMINAN MUTU KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM) BERKARAKTER DI SEKOLAH BINAAN DENGAN KOLABORASI DALAM PENYUSUNAN MEDIA PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN GROW-ME Taufik Rahman ( Pengawas SD Pada Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin) ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya kemampuan menciptakan media pembelajaran. Pembelajaran sering dilakukan kurang mendorong proses pengembangan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafalkan informasi dan lebih bersifat verbal. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa memahaminya dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Hal ini menuntut guru untuk meningkatkan ketrampilan untuk menyusun media pembelajaran, dan salah langkah untuk ini mengikuti coaching teknik grow me, yaitu proses pembinaan guru secara kelompok dengan terfokus pada pemecahan masalah dan peningkatan ketrampilan guru.

Hasil supervisi dari kondisi awal hingga pertemuan ke-2, diketahui bahwa pada kondisi awal Nilai rata-rata sebesar 70,57 (cukup), nilai tertinggi 75,00, nilai terendah 62,50, siklus 1, Nilai rata-rata sebesar 81,77 (baik), nilai tertinggi 87,50, nilai terendah 78,13, siklus 2, Nilai rata-rata sebesar 89,32 (baik), nilai tertinggi 92,19, nilai terendah 85,94. Dengan demikian dapat direfleksikan bahwa Nilai rata-rata naik dari 70,57 menjadi 89,32 atau meningkat sebesar 18,75.

Nilai tertinggi naik dari 75.00 menjadi 92,19 meningkat sebesar 17,19. Nilai terendah naik dari 62,50 menjadi 85,94 meningkat sebesar 23,44 Hasil pembinaan yang dilakukan oleh pengawas, Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan keterampilan guru dalam mengajar yang ditunjukan dengan nilai rata-rata dari 70,57 menjadi 89,32, artinya terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 18,75. Pada proses coaching, Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan keterampilan guru dalam mengajar setelah dilakukan pembinaan (coaching) model grow me, peningkatan terjadi pada seluruh aspek.

QUALITY ASSURANCE MODEL LEARNING ACTIVITIES TEACHING (KBM) CHARACTER AT THE BUILDING SCHOOL WITH COLLABORATION IN DEVELOPMENT LEARNING MEDIA THROUGH THE GROW-ME APPROACH ABSTRACT One of the problems facing the world of education today is the weak ability to create learning media. Learning is often done less encouraging the process of developing thinking skills. The classroom learning process is directed to the child's ability to memorize information and is more verbal. The child's brain is forced to remember and hoard various information without understanding it to be applied in everyday life.

31

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

This requires teachers to improve their skills in compiling learning media, and it is a wrong step to follow the grow me technique coaching, namely the process of coaching teachers in groups with a focus on problem solving and improving teacher skills.

The results of supervision from the initial conditions to the 2nd meeting, it is known that in the initial conditions the average value is 70.57 (enough), the highest value is 75.00, the lowest value is 62.50, cycle 1, the average value is 81, 77 (good), the highest score was 87.50, the lowest score was 78.13, cycle 2, the average value was 89.32 (good), the highest score was 92.19, the lowest score was 85.94. Thus it can be reflected that the average value increased from 70.57 to 89.32 or increased by 18.75. The highest value rose from 75.00 to 92.19 an increase of 17.19. The lowest value rose from 62.50 to 85.94 an increase of 23.44 The results of the coaching carried out by the supervisor, from the initial condition to the final condition there was an increase in teacher skills in teaching as indicated by the average value from 70.57 to 89.32, meaning that there was an increase in the average score of 18.75. In the coaching process, from the initial condition to the final condition there was an increase in teacher skills in teaching after coaching the grow me model, improvements occurred in all aspects. (*) I. PENDAHULUAN Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran berhitung di Sekolah Dasar adalah kurangnya pengetahuan bagi guru SD, Serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan alat peraga dalam pembelajaraan berhitung telah diakui oleh semua jajaran pengelola pendidikan dan para ahli pendidikan.

Beberapa pendapat dari para ahli pendidikan yang berkaitan dengan proses berpikir anak didik, berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia Sekolah Dasar (SD) Berada pada tahap konkret operasioanal, dengan ciri-ciri sebagai berikut 1. Pola berpikir dalam memahami konsep yang abstrak masih terikat pada benda konkret.

2. Jika di berikan permasalahan belum mampu memikirkan segala alternatif pemecahannya.

3. Pemahaman terhadap konsep yang berurutan melalui tahap demi tahap, misal pada konsep panjang, luas, volume, berat dan sebagainya.

4. Belum mampu menyelesaikan maslah yang melibatkan kombinasi urutan operasi pada masalah yang kompleks.

5. Mampu mengelompokan objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu, dapat mengadakan korespodensi satu-satu dan dapat berpikir membalik.

6. Dapat mengurutkan unsur-unsur atau kejadian.

7. Dapat memahami ruang dan waktu.

8. Dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak.

Selain, itu jerome broner (dalam orton,1992) menyatakan bahwa untuk memahami pengetahuan yang baru, maka di perlukan tahapan-tahapan yang runtut, yaitu enak tive, ekonik dan simbolik. Tahap enaktive yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau objek yang konkret tahap ekonif , yaitu tahp 32

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

belajar dengan memnggunakan gambar, dan tahap simbolik yaitu tahap belajar melalui manipulasi lambang atau simbol.

Berdasarkan pada uraian di atas, siswa pada usia sekolah dasar dalam memahami konsep-konsep Matematika masih sangat memerlukan kegiatankegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata (pengalaman-pengalaman konkret) yang dapat di terima akal mereka. Oleh karena itu untuk membantu kelancaran belajar berhitung bagi siswa masinh di perlikan penunjang alat peraga untuk memberikan pengalaman berarti dan membentuk pengalaman siswa. Alat peraga akan dapat berfungsi dengan baik apabila dapat mempermudah siswa dalam memahami suatau konsep, memberikan pengalaman yang bermakna, mengaktifkan dan menyenangkan bagi siswa.

Pembelajaran adalah proses pengalaman baik langsung maupun tidak langsung dalam menggali informasi,konsep,fakta dan fenomena yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta didik. Berbagai kemajuan dalam pengembangan teknologi informasi yang berbasis komputer juga memicu pengembangan pembelajaran di sekolah. Sekarang ini sangat banyak sumber belajara yanga dapat di akses melalui internet terutama pengembangan bahan ajar yang selalu mengikuti perkembangan jaman. Oleh karena itu para pendidik dituntut mengembangkan pembelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menggali informasi dan fakta dari berbagai sumber melalui teknologi yang ada.

Kemampuan guru saat ini dibutuhkan bukan hanya mampu memberikan ilmu pembelajaran dalam bentuk pengetahuan saja bagi peserta didik namun juga terampil dalam mengelola berbagai informasi dan fakta ilmiah dari berbagai sumber yang cocok dan tepat bagi perkembangan peserta didik sehingga pembelajaran diarahkan kepada pengembangan dunia yang positif.

Saat ini banyak sekali sumber informasi dan data dari internet yang harus disaring sebelum disajukan langsung pada peserta didik. Untuk itu diperlukan kemampuan guru merancang desain pembelajaran dalam bentuk rencana pembelajaraan yang sesuai dengan tingkatan dan kondisi peserta didik yang memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah konkret dan abstrak sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

Dalam kurikulum 2013, pembelajaran di sekolah dasar disajikan melalui pendekatan tematik yang memadukan berbagai mata pelajaran dalam satu tema. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis (menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasikan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain). Dalam hal ini dibutuhkan kemampuan guru dalam mendesain pembelajaran yang menarik dan menyenangkan melalui berbagai sumber belajar termasuk internet.

Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung/wali anak didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman guru terhadap jiwa dan watak anak didik diperlukan agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan watak anak didik (Djamarah, 2000: 36-37).

33

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Proses pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi anak dipengaruhi oleh berbagai unsur, antar lain guru yang memahami secara utuh hakikat, sifat dan karakteristik anak, metode pembalajaran yang berpusat pada kegiatan anak, sarana belajar anak yang memadai, tersedianya berbagai media , sumber belajar yang menarik dan mendorong anak untuk belajar dan lain-lain Secara khusus, tersedianya berbagai sumber belajar akan mendukung penciptaan kondisi belajar anak yang menarik dan menyenangkan.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini, adalah lemahnya kemampuan menciptakan media pembelajaran. Pembelajaran sering dilakukan kurang mendorong proses pengembangan kemampuan berpikir.

Proses pembelajaran kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafalkan informasi dan lebih bersifat verbal. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa memahaminya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.

Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Padahal pada kenyataannya kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak merata sesuai dengan latar belakang pendidikan guru serta motivasi dan kecintaan mereka terhadap profesinya. Ada guru yang dalam melaksanakan pengelolaan pembelajarannya dilakukan dengan sungguh-sungguh melalui perencanaan yang matang, dengan memanfaatkan seluruh sumber belajar yang ada dan memperhatikan taraf perkembangan intelektual dan perkembangan psikhologi belajar anak. Guru yang demikian akan dapat menghasilkan kualitas kelulusan yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang dalam pengelolaan pembelajarannya dilakukan seadanya tanpa mempertimbangkan berbagai faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran (Sanjaya, 2006: 5).

Agar penulisan best practice ini lebih mudah dibahas, maka masalah yang akan dipaparkan dalam artikel ini adalah sebagai berikut :“Apakah dengan Pembinaan Pengawas Sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru menyusunan Media Pembelajaran Melalui Pendekatan GROW-ME? ” Tujuan dari penulisan hasil best practice ini pada dasarnya bertujuan untuk : “Untuk meningkatkan kemampuan guru menyusunan Media Pembelajaran Melalui Pendekatan GROW-ME”. Sedangkan manfaat dari penulisan ini adalah 1) bagi Guru, hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahahaman dan keterampilan dalam menyusunan Media Pembelajaran Melalui Pendekatan GROW-ME menuju profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) bagi Kepala Sekolah hasil penelitian ini dapat mengarahkan dan membina guru yang mempunyai kelemahan dalam membuat media pembelajaran. 3) bagi Dunia Pendidikan, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan pengetahuan di bidang pendidikan terutama dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menciptakan media pembelajaran.

34

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

II. Kajian Teori A. Pembelajaran Pengertian pembelajaran berdasarkan pendapat Rohani (2004: 1) pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan, untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Sedangkan proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan atau sikap (Hamalik, 2006: 48).

Sukirman (2008: 6) mengemukakan pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara berbagai unsur pembelajaran, unsur-unsur yang terlibat dalam proses tersebut pada intinya adalah siswa dengan lingkungannya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain.

B. Pembinaan Guru Secara terminologis, pembimbingan atau pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama yang berwujud layanan professional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah atau Pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar (Uno, 2007: 169). alam konteks kepengawasan, pembinaan guru merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan supervisi pendidikan. Atas dasar itu maka pembimbinhan guru dalam supervisi mengandung pengertian: (1) Serangkaian bantuan yang berwujud layanan professional, (2) Layanan professional itu diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah, pengawas, ahli lainnya). (3) Maksud layanan tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai.

Menurut Moekijat (2009: 20) pembinaan yang menunjukkan pada setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan mempengaruhi sikap.

Sikap yang dimaksudkan adalah perubahan positif yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan. Menurut Sutisna (2003: 13) pembinaan personil ialah proses perbaikan prestasi (performa) personel melalui pendekatan-pendekatan yang menekankan 35

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

realisasi diri, pertumbuhan diri dan perkembangan diri. Pembinaan meliputi kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada perbaikan dan pertumbuhan kesanggupan, sikap, keterampilan dan pengetahuan dari pada anggota organisasi. Pembinaan personil memiliki ruang lingkup yang sangat luas mencakup berbagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan performa pekerja.

C. Pengertian Media Menurut Heinich, Molenda, dan Russel (1983), media merupakan saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a sourse ) dengan penerima pesan ( a receiver ). Mereka mencontohkan media ini dengan film, televisi , diagram, bahan tercetak ( printed material ), komputer , dan instruktur. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Masih terdapat pengertian lain yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya media diartikan sebagai berikut ini : (1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran ( schramm, 1977 ), (2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran, seperti buku, film, video, slide (Briggs,1977), (3) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya ( NEA, 1969 ).

Setelah mencermati beberapa pengertian di atas, ternyata yang disebut dengan media pembelajaran itu selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras ( hardware) dan unsure pesan yang dibawanya (message/software).

D. Nilai dan Manfaat Media Nilai-nilai media pembelajarn diantaranya berikut ini : 1. Mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sifat dijelaskan secara langsung kepada anak SD bisa dikonkritkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran. Misalnya untuk menjelaskan tentang system peredaran darah manusia, arus listrik, berhembusnya angin, dan sebagainya bisa menggunakan media gambar atau bagan sederhana.

2. menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. Misalnya, guru menjelaskan dengan menggunakan gambar atau program televise tentang binatang-binatang buas, seperti harimau, beruang, gajah, jerapah atau bahkan hewan-hewan yang sudah punah, seperti dinosaurus.

3. menampilkan objek yang terlalu besar. Melalui media, guru dapat menyampaikan gambaran mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara, pasar, candi, dan sebagainya di depan kelas atau menampilkan objek-objek yang terlalu kecil, seperti bakteri, virus, semut, nyamuk.

36

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat. Dengan menggunakan media film (slow motion) guru bisa memperlihatkan lintasan peluru, melesatnya anak panah atau memperlihatkan proses suatu ledakan. Demikian juga gerakan-gerakan yang terlalu lambat, seperti pertumbuhan kecambah, mekarnya bunga menjadi dapat diamati dalam waktu singkat.

E. Coaching Coaching merupakan salah satu istilah yang berhubungan erat dengan managing people, yang berarti melatih, mengajar atau bertindak sebagai pelatih, pendidik atau pengajar. Coaching adalah soal pengembangan diri dan tidak berlangsung di ruang kelas atau di laboratorium, coaching bisa dilakukan sambil melakukan pekerjaan lain dan akan sangat berhasil jika disertai dengan pendelegasian (Tony, 2003: 87). Coaching merupakan proses untuk membina seseorang atau group menemukan dan bertindak berdasarkan solusi yang paling cocok untuk dirinya dan sekitarnya, yang 100% merupakan inisiatif dari mereka. Coaching dilakukan melalui dialog yang membantu para coachee (orang yang dibina) untuk melihat perspektif baru dan mencapai tingkat kejelasan yang lebih tinggi mengenai pandangan, emosi, dan tindakan-tindakan mereka, juga menyangkut orang dan situasi di sekitar mereka, serta membantu untuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, dan dengan demikian mereka dapat meningkatkan kinerja dalam kehidupan pribadi maupun karir (Wilson, 2011: 88). Delapan Prinsip Coaching Coach Carol Wilson, menjelaskan 8 prinsip dalam coaching yaitu: Awareness (Kesadaran), Responsibility (Tanggung Jawab), Self Belief (Percaya Diri), Blame Free (Tidak Menyalahkan), Solution Focus (Fokus Pada Solusi), Challenge (Tantangan), Action, dan Trust (Kepercayaan).

F. Coaching Model Grow Me Grow model adalah salah satu model untuk melakukan proses coaching yang terkenal dan cukup klasik. Grow sangat sederhana dan mudah dilakukan bahkan oleh orang yang tanpa pelatihan khusus. Grow model bisa diterapkan ke berbagai macam situasi dalam cara yang sangat sederhana dan efektif. Grow model dirancang untuk memungkinkan para coach untuk melakukan sesi coaching yang lebih terstruktur dengan klienya. Peningkatgan struktur akan menghasilkan lebih baik dan mendalam, sehingga mempermudah mendapatkan hasil yang diinginkan (Ridwan, 2007: 21).

Grow model berkembang sebagai bentuk problem solving (pemecahan masalah). Sehingga bisa dikatakan bahwa model ini adalah merupakan model dari aliran problem focus coaching. Sekalipun, memang benar bahwa model inipun bisa dipakai dalam hal solution focus. Hanya saja, karena adanya langkah R, atau realitis, maka cenderung akan membahas problem yang dihadapi oleh klien sebagai focus (Muray, 2009: 19).

G. Kerangka Berfikir Ketrampilan mengajar merupakan salah satu ketrampilan pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru, rendahnya ketrampilan mengajar akan menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk itu setiap guru harus 37

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

memiliki ketrampilan mengajar dengan baik. Berbagai upaya dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan ketrampilan tersebut, diantaranya adalah dengan menerapkan metode coaching teknik grow me, yaitu proses pembinaan guru secara kelompok dengan terfokus pada pemecahan masalah dan peningkatan ketrampilan guru.

Model ini dilakukan atas pertimbangan bahwa berdasarkan observasi awal diketahui bahwa ketrampilan mengajar guru khususnya di kelas I sampai dengan kelas VI SD Piloting K-13 di Kota Banjarmasin Pada Semester I dan II masih tergolong rendah, sehingga kegiatan yang merupakan penelitian tindakan ini dapat mengubah kinerja guru di SD Piloting K-13 di Kota Banjarmasin ke arah lebih baik.

III. PEMBAHASAN HASIL BEST PRACTICE PENGAWAS SEKOLAH A. Deskripsi Kondisi Awal Hasil supervisi kepala sekolah terhadap keterampilan guru dalam mengajar di Kelas I, II, IV dan V SD Piloting K-13 di Kota Banjarmasin menunjukkan bahwa kemampuan Guru Kelas I, II, IV dan V masih rendah. Hal ini terbukti dari semua guru kelas yang dipantau sebagian besar guru belum melaksanakan pembelajaran dengan maksimal. Hal ini terlihat dari hasil penilaian prasiklus yang menunjukkan bahwa banyak aspek penilaian keterampilan mengajar yang belum dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Beberapa aspek yang belum dilakukan dengan baik adalah), aspek kemampuan menggunakan media pembelajaran, aspek kemampuan aspek kemampuan membuka pelajaran, aspek kegiatan belajar mengajar ( proses pembelajaran menutup pelajaran, dan aspek tindak lanjut. Dari hasil penilaian prasiklus oleh peneliti dan pengawas sekolah dapat diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 70,57 (kategori cukup), skor tertinggi 75,00, skor terendah 62,50, dengan rentang sebesar 12,50. Keterampilan guru yang rendah tersebut karena guru kurang maksimal dalam mengajar, guru cenderung mengandalkan ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran.

B. Deskripsi Hasil Pertemuan 1 Berdasarkan hasil penilaian pada kegiatan awal (prasiklus), dapat diketahui kelemahan-kelemahan guru dalam mengajar yang ditunjukkan dengan skor yang rendah pada setiap deskriptor. Berdasarkan identifikasi hasil prasiklus, dapat diketahui bahwa keterampilan guru dalam mengajar masih rendah pada semua aspek.

Kegiatan pertemuan 1 diawali dengan pertemuan dengan pengawas sekolah dan guru kelas untuk menentukan jadwal kegiatan observasi, kesepakatan ini perlu dikoordinasikan sebelum pelaksanaan agar kegiatan penelitian tindakan sekolah ini tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar, maupun tugas-tugas pokok guru. Kegitan koordinasi dengan pengawas sekolah dan guru Kelas I, II, IV dan V dilakukan di SD Piloting K-13 di Kota Banjarmasin.

Setelah melakukan koordinasi dengan pengawas sekolah dan guru kelas, sesuai dengan kesepakatan, maka pada hari Senin berikutnya, guru 38

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

yang dijadikan sebagai subjek penelitian hadir pada acara pembinaan.

Selanjutnya setelah dilakukan pembinaan dilakukan observasi dengan tujuan untuk menilai kegiatan guru dalam mengajar. Hasil pengamatan kemampuan Guru Kelas I, II, IV dan V diketahui keterampilan guru yang rendah tersebut karena sebagian besar disebabkan pada aspek kemampuan membuka pelajaran dan tindak lanjut.

Dari kegiatan penelitian kondisi awal dimana guru belum mengikuti pembinaan kelompok keterampilan guru dalam mengajar nilai rata-rata yang dicapai sebesar 70,57, setelah dilakukan pembinaan kelompok skor rata-rata meningkat menjadi 81,77, demikian pula dengan skor tertinggi sebelum dilakukan pembinaan sebesar 75,00, meningkat menjadi 87,50, sedangkan skor terendah dari 62,50 meningkat menjadi 78,13.Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru dalam mengajar setelah dilakukan pembinaan (coaching) model grow me secara kelompok dari pertemuan ke-1.

C. Deskripsi Hasil Pertemuan 2 Berdasarkan refleksi pertemuan ke-1, disusun perencanaan tindakan siklus 2 disusun dengan memperhatikan hasil penilaian kinerja guru dalam mengajar pertemuan ke-1. berdasarkan perencanaan tersebut peneliti melaksanakan tindakan berupa pembinaan yang dilakukan secara perorangan dengan guru yang dijadikan subjek penelitian, pelaksanaannya peneliti berkunjung ke Kelas I, II, IV dan V sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Setelah dilakukan pembinaan selanjutnya dilakukan observasi untuk menilai ketrampilan guru dalam mengajar.

Observasi dilakukan bersama-sama dengan pengawas sekolah sebagai kolaborator. Semua hasil dicatat pada lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti, hasilnya direkap dan dihitung nilai rata-rata yang merupakan nilai akhir keterampilan guru dalam mengajar. Hasil observasi tentang keterampilan guru dalam mengajar pertemuan ke-2, diketahui bahwa nilai terendah 85,94, nilai tertinggi 92,19 nilai rerata 89,32, sedangkan rentang nilai 6,25.

Berdasarkan hasil penilaian pertemuan ke-1, dimana guru telah mengikuti pembinaan kelompok, keterampilan guru dalam mengajar nilai rata-rata yang dicapai sebesar 81,77, setelah dilakukan pembinaan kelompok skor rata-rata meningkat menjadi 89,32, demikian skor tertinggi pada Pertemuan I setelah dilakukan pembinaan kelompok sebesar 87,50, tetap menjadi 92,19, sedangkan skor terendah dari 78,13 meningkat menjadi 85,94.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru dalam mengajar setelah dilakukan pembinaan individu berbasis penilaian kinerja dari pertemuan ke-1 ke pertemuan ke-2.

D. Rencana Pengembangan Sekolah Binaan Tindakan Pada kondisi awal Guru belum diberi pembinaan (coaching) model Grow Me tentang keterampilan mengajar secara kelompok, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran kurang maksimal, setelah dilakukan tindakan pertemuan ke-1 Guru sudah diberi pembinaan (coaching) model grow me 39

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

secara kelompok, keterampilan mengajar guru meningkat, dan setelah tindakan Pertemuan-2, Pembinaan (coaching) model grow me dilakukan secara individu, keterampilan mengajar guru meningkat lebih baik.

1. Hasil Supervisi Hasil supervisi dari kondisi awal hingga pertemuan ke-2, diketahui bahwa pada kondisi awal Nilai rata-rata sebesar 70,57 (cukup), nilai tertinggi 75,00, nilai terendah 62,50, siklus 1, Nilai rata-rata sebesar 81,77 (baik), nilai tertinggi 87,50, nilai terendah 78,13, siklus 2, Nilai rata-rata sebesar 89,32 (baik), nilai tertinggi 92,19, nilai terendah 85,94. Dengan demikian dapat direfleksikan bahwa Nilai rata-rata naik dari 70,57 menjadi 89,32 atau meningkat sebesar 18,75. Nilai tertinggi naik dari 75.00 menjadi 92,19 meningkat sebesar 17,19. Nilai terendah naik dari 62,50 menjadi 85,94 meningkat sebesar 23,44 2. Hasil Pembinaan Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan keterampilan guru dalam mengajar yang ditunjukan dengan nilai rata-rata dari 70,57 menjadi 89,32, artinya terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 18,75.

3. Proses Pembinaan (coaching) Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan keterampilan guru dalam mengajar setelah dilakukan pembinaan (coaching) model grow me, peningkatan terjadi pada seluruh aspek.

E. Dokumentasi Capaian Program Agar proses perubahan lebih tampak secara nyata, maka digambarkan dokumentasi kondisi awal dan capaian hasil berikut ini.

1. Kondisi Pembinaan Guru

Gambar 1. Kondisi Awal

40

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Gambar 2 Kondisi Saat Coaching

Gambar 3 Hasil Supervisi KBM Media Rumah Perkalian

Gambar 4. Supervisi KBM di SDN Kelayan Timur 13 Media Pembelajaran Coor Battle

41

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Gambar 5. KBM di SD Sabilal Muhtadin

Gambar 6 KBM di Kelas 4 Media Pembelajaran “Vinomas”

42

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Gambar 7. KBM di Kelas 3 Media Pembelajaran “Dakom” dan “Meronce” operasi hitung Penjumlahan. Perkalian dan pembagian

Gambar 8. Dakon dari Aqua IV. PENUTUP Best practice ini hanya merupakan bagian kecil dari apa yang telah dicoba dan dilakukan oleh penulis untuk mewujudkan mimpi mewujudkan sekolah efektif. Meski masih jauh dari sempurna, namun tidak ada salahnya penulis berharap best practice ini dapat menjadi bagian dari progresivitas pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. BERMUTU sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tupoksi penulis, merupakan wahana 43

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

belajar yang sangat berharga dan tidak ternilai harganya. Mari mewujudkan semua harapan dengan lebih banyak berkiprah.

DAFTAR PUSTAKA -------Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.

-------Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kompetensi Guru.

------Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses.

Azar Arsyad. (1997). Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Ahmad Rohani, 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikimto, S., Suhardjono, & Supardi. 2006. Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.Sahertian, P. A. 2000. Supervisi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Degeng, I Nyoman Sudana. (1993) Media Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang.

Djamarah, S. B. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Degeng, I Nyoman Sudana. (1993) Media Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang.

Estiningsih, E. 1994. Landasan Teknik Pengajaran Hitung SD. Yogyakarta : PPG Matematika Estiningsih, E. 1995. Menyiasati Siswa Agar Menguasai Fakta-fakta Dasar Operasi Hitung. Yogyakarta: PPG Matematika.

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar matematika. Jakarta: Depdikbud.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1991). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Orton, A. 1991. Learning Mathematics: Issues, Teory and Classroom Practice.

University of Leads Centers for Studies Science and mathematics Education.

Ridwan, A. 2007. Peer Coaching Pemahaman Istilah dan Penerapannya.

Microsoft Partners In Learning Tersedia: http://pil.Web.id/ content/ knowledgebase/ kb_click.asp?kbid Subagyo, P. J. 2004. Metoda penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukayati. 1997. Pemanfaatan Lembar Kerja dan Lembar Tugas. Makalah tidak dipublikasikan. Yogyakarta: PPG Matematika.

Sukayati, 2001. Pembelajaran Matematika Secara Aktif Efektif dengan memanfaatkan Media Pembelajaran . (Makalah Pelatihan Supervisi Pembelajaran Matematika SD. Tanggal 16 s.d 30 Oktober 2001).

Yogyakarta: PPG Matematika.

Sutjipta, N. 2006. Merencanakan pembelajaran bermutu. Denpasar: Pelawa Sari.

Sanjaya, W. 2006. Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1991). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Subagyo, P. J. 2004. Metoda penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutjipta, N. 2006. Merencanakan pembelajaran bermutu. Denpasar: Pelawa Sari.

Sanjaya, W. 2006. Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Wilson, Carol , 2011, Performance Coaching: Metode Baru Mendongkrak Kinerja Karyawan, Yogyakarta, PPM Manajemen.

44

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

PENGGUNAAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATERI MEMAHAMI DAMPAK GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA DI KELAS IX B SMP NAHDLATUL ULAMA BANJARMASIN Azizah Raihanah (Guru PKn SMP NU Banjarmasin) ABSTRAK Tujuan penelitian adalah 1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi Dampak Globalisasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara di kelas IX B SMP NU Banjarmasin dengan menggunakan metode pembelajaran Example Non Example, dan 2) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi di Kelas IX B SMP NU dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Banjarmasin dengan menggunakan model pembelajaran Example Non Example.

Example Non Example adalah metode pembelajaran alternatif yang diambil dari sebuah contoh, kasus, atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.

Siswa diberikan kesempatan dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan contoh gambar yang diberikan oleh guru dan mempresentasikannya dihadapan temantemannya. Penggunaan gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalamnya.

Hasil penelitian menunjukkan, 1) pada siklus I Pengamatan aktivitas pembelajaran baik yaitu 67%, dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan kualifikasi sangat baik 81%. 2) Pengamatan aktivitas pembelajaran siswa yang semula 50% pada siklus I, dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 80%. 3) Hasil belajar siswa pada pre Test siklus I sebesar 31%, dan pada pre test Siklus II ketuntasan klasikal belajar siswa naik drastis menjadi 81%, sedangkan pada Post Test siklus I sebesar 50%, dan pada post test Siklus II ketuntasan klasikal belajar siswa naik drastis menjadi 87%.

Kata kunci: Hasil Belajar PKn, Example Non Example THE USE OF EXAMPLE NON EXAMPLE MODEL ON UNDERSTANDING THE IMPACT OF GLOBALIZATION IN COMMUNITY, NATION AND STATE LIFE IN CLASS IX B SMP NAHDLATUL ULAMA BANJARMASIN ABSTRACT The research objectives are 1) To increase student learning activities on the impact of Globalization in the Life of Society, Nation, and State in class IX B of SMP NU Banjarmasin by using the Example Non Example learning method, and 2) To improve student learning outcomes in the material of the impact of globalization in the life of society, nation and state in Banjarmasin by using the Example Non Example learning model in in Class IX B of SMP NU Banjarmasin.

45

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Example Non Example is an alternative learning method taken from an example, case, or image that is relevant to basic competencies. Students are given the opportunity in small groups to discuss examples of pictures given by the teacher and present them in front of their friends. The use of this image is arranged and designed so that children can analyze the image into a form of a brief description of what is in it.

The results showed, 1) in the first cycle the observation of learning activities was good, namely 67%, and in the second cycle there was an increase with very good qualifications of 81%. 2) Observation of student learning activities which was originally 50% in the first cycle, and in the second cycle increased to 80%. 3) Student learning outcomes in the pre-test cycle I were 31%, and in the pre-test Cycle II the classical mastery of student learning increased dramatically to 81%, while in the Post-Test cycle I was 50%, and in the post-test Cycle II the classical mastery of student learning increased dramatically to 87%.

Keywords: Civics Learning Outcomes, Example Non Example I. PENDAHULUAN Salah satu item yang tersurat dalam tujuan pendidikan nasional itu adalah membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, (Undang-Undang No 20 Tahun 2003, pasal 3. Untuk membentuk peserta didik sebagaimana yang dimaksud Tersebut bisa diwujudkan melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Sebab, pelajaran PKn menitikberatkan pada pendidikan moral yang bermuara pada sikap disiplin, jujur, bertanggungjawab, sopan santun, pantang menyerah, dan yang lebih penting mencintai bangsa dan negaranya.

Pembelajaran PKn sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting (Dr. Sutarto, 2013). Mata pelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapi, Sementara proses pembelajaran PKn di kelas IX B kurang menarik perhatian siswa. Ditambah dengan kurangnya aktivitas belajar siswa di rumah sehingga berakibat rendahnya hasil belajar siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran PKn. bahwa hasil belajar siswa pada materi Memahami dampak globalisai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada tahun pelajaran yang lalu (Tahun Pelajaran 2019/2020) masih banyak siswa berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (70), yaitu hanya 65 untuk rata-rata hasil belajar siswa. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak seperti yang diharapkan. Di kelas IX B selama ini siswanya masih kurang aktif dalam hal bertanya dan menjawab, siswa yang yang aktif hanya 60%, dan siswa yang mempunyai kemampuan menjawab 71% Pada pelaksanaan ujian Blok pada tahun lalu, hasil yang dicapai siswa kelas IX B sangat jauh dari memuaskan,dimana hanya mendapat daya serap kurang dari 70% atau nilai rata-rata kelas kurang dari 70, berdasarkan analisis situasi atau latar belakang diatas maka penulis berkeinginan untuk memperbaiki dan mengadakan inovasi pembelajaran. Memperhatikan permasalahan tersebut sudah selayaknya dalam pengajaran PKn dilakukan 46

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

suatu inovasi. Untuk peningkatan pemahaman siswa melalui pembelajaran Example Non Example.

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

Keunggulan dari metode pembelajaran Example Non Example adalah yaitu Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain: 1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.

2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example.

3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Example Non Example merupakan metode belajar yang menggunakan media-media sebagai contoh-contoh yang biasa digunakan dan sederhana bisa berupa kasus yang ada dikoran atau media lain seperti televisi ataupun bisa lebih sederhana lagiberupa isu-isu yang sedang berkembang didalam masyarakat yang tentunya tetap sesuai dengan bobot materi yang akan diberikan . Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati, 2007). Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009). Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa disebut Example Non Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.

Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui LCD, atau media yang paling sederhanayaitu poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

47

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Example Non Example adalah metode pembelajaran alternative yang diambil dari sebuah contoh, kasus, atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Siswa diberikan kesempatan dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan contoh gambar yang diberikan oleh guru dan mempresentasikannya dihadapan teman-temannya. Penggunaan gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalamnya.

Metode Example Non Example salah satu teknik yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Teknik ini merupakan contoh pembelajaran efektif yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendididkan dan Kebudayaan. Komponen utama metode Example Non Example adalah digunakannya media dalam mendukung proses pengajaran.

Materi Dampak Globalisasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara adalah suatu materi pelajaran PKn di Kelas IX B semester genap yang menurut pengalaman termasuk materi yang sulit dipahami oleh siswa, hal ini dapat dilihat dari ketercapaian nilai akhir materi tersebut pada tahun pelajaran yang lalu, dimana masih banyak siswa yang belum tuntas. Pembelajaran biasanya dilakukan secara konvensional dengan menggunakan metode ceramah. Oleh karena itu perlu adanya solusi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Alternatif pemecahan masalah perlu diujicobakan model pembelajaran Example Non Example.

Dengan diberikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Example Non Example pada Dampak Globalisasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara siswa kelas IX B SMP NU Banjarmasin diharapkan pencapaian belajar siswa semakin meningkat.

II. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020 di kelas IX B SMP NU Banjarmasin yang beralamat di jalan Rantauan Timur II RT 5, Kelayan Barat, Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan karena siswa di kelas IX B, ini aktivitas siswa dalam kelas masih pasif serta hasil belajarnya rendah di bawah nilai rata-rata ketuntasan.

Sedangkan variabel menjadi sasaran PTK dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar Menggunakan Model Example Non Example Pada Mata Pelajaran PKn Materi Dampak Globalisasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara SMP NU Banjarmasin sebagai berikut.

1. Variabel proses yakni aktifitas proses pembelajaran PKn Materi Globalisasi Dalam Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernmegara di IX B SMP NU Banjarmasin Menggunakan Model Example Non Example.

2. Variabel output yakni hasil belajar PKn melalui Model Example Non Example Pada Mata Pelajaran PKn Materi Globalisasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat , Berbangsa dan Bernegara di Kelas IX B SMP NU Banjarmasin.

Sementara itu, instrument yang digunakan adalah

48

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

1.

Tes, instrumen ini dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar kepada siswa yaitu berupa ulangan harian sebagai evaluasi disetiap akhir siklus.

2. Observasi, instrumen ini digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa dalam belajar dalam pembelajaran dengan menggunakan model Example Non Example dan dilaksanakan oleh pengamat atau observer.

3. Validitas banding (validitas bersama atau validitas yang ada sekarang), yaitu validitas tes yang diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi antara nilai-nilai hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan nilai-nilai hasil tes terstandar yang telah mencerminkan kemampuan siswa.

Catatan: Dalam dunia pendidikan, biasanya diasumsikan bahwa nilai ratarata ulangan harian sebagai hasil dari tes terstandar.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini menekankan kepada kegiatan (tindakan) dengan mengujicobakan suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata dalam skala mikro, yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memberbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

1. Siklus I Rancangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) pada siklus I adalah sebagai berikut: a) Perencanaan Berikut ini kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan ini meliputi: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), 2) Menyusun lembar tugas siswa (LTS) untuk kegiatan diskusi kelompok siswa, 3) Menyiapkan instrumen penelitian (soal tes, lembar observasi, dan angket), 4) Menyiapkan alat bantu mengajar. b) Aksi Tahap ini merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat. Tahapan ini berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala rencana yang telah dipersiapkan sebelumnya, meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar tugas siswa, serta segala alat bantu mengajar digunakan dalam situasi yang sebenarnya. Guru melakukan apersepsi tentang materi pelajaran yang akan disampaikan.

Kemudian guru mempersiapkan media untuk menampilkan materi dengan gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

Dalam hal ini guru menampilkan tayangan gambar dengan mempergunakan LCD yaitu gambar yang berbeda, masing-masing gambar berkaitan dengan materi dengan model pembelajaran Example Non Example. Kemudian guru mengajak siswa membentuk kelompok yaitu membagi siswa dengan jumlah 23 orang menjadi 4 kelompok, sehingga masing-masing kelompok berjumlah 5 orang.

49

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Guru kemudian membagikan lembar tugas kelompok-kelompok berupa contoh gambar yang berbeda dan berlawanan pengertiannya.

Tiap siswa dalam kelompok diberi tugas untuk menganalisis gambar tersebut dengan mengkaitkannya dengan materi. Beberapa menit kemudian, setelah semua kelompok menyelesaikan hasil analisisnya maka secara bergiliran masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusi dan kelompok lainnya menanggapi.

Guru memantau masing-masing kelompok agar seluruh kelompok siswa berperan aktif dalam berdiskusi, agar dapat menyampaikan hasilnya dan memberikan tanggapannya kepada kelompok lainnya. Pada Saat 10 menit terakhir, guru memfasilitasi siswa untuk membuat kesimpulan atau rangkuman dengan cara memberikan pengarahan dan penegasan menyangkut materi diskusi yang telah dibahas, guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham. c) Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi sebagai upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar. d) Refleksi Tahap ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat dilakukan pengamatan. Refleksi juga merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang telah diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil tersebut guru akan merefleksikan diri dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa untuk materi yang telah disajikan. Berdasarkan hasil observasi dari observer dan hasil evaluasi di akhir siklus maka akan dijadikan pertimbangan memasuki siklus berikutnya.

2. Siklus II Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I dengan memperhatikan hasil observasi, hasil diskusi dengan pengajar selaku pelaksana tindakan serta prestasi belajar siswa yang dilihat dari ketuntasan belajar siswa secara individu maupun klasikal. Sedangkan kegiatannya, hampir sama dengan Siklus I Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk penilaian prestasi belajar siswa digunakan rumus dari Usman dan Setiawati (2001) yaitu dengan rumus: N



skor skor

perolehan maksimal

keterangan: N = nilai akhir 50

 100

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Nilai akhir yang diperoleh siswa kemudian diinterpretasikan menggunakan kriteria pada tabel berikut: Tabel 1. Interpretasi Predikat Prestasi Belajar Siswa No. Nilai Keterangan  95,00 1.

Sangat tinggi 2.

80,00 – 94,90 Tinggi 3.

65,00 – 79,90 Sedang 4.

55,00 – 64,90 Rendah 5.

40,10 – 54,90 Sangat rendah (Adaptasi dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan, 2004) Pada perhitungan persentase prestasi belajar dan respon siswa digunakan rumus persentase dari Sudijono (2003) yaitu: P 

f  100 % N

Keterangan: P = angka persentase f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = jumlah frekuensi/banyaknya individu Angka persentase hasil perhitungan tersebut diinterpretasikan menggunakan kriteria pada tabel berikut:

kemudian

Tabel 2. Interpretasi Angka Persentase Data Angka Persentase Kriteria 81,00% - 100,00% Sangat baik 61,00% - 80,00% Baik 41,00% - 60,00% Cukup baik 21,00% - 40,00% Kurang 0,00% - 20,00% Kurang sekali (Sedarmayanti dan Hidayat, 2002) III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Siklus Pertama Pada Pelaksanaan penelitian tindak kelas untuk siklus I, dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu tanggal 16 Januari dan 13 Februari 2020. Pada pertemuan pertama dan kedua pembelajaran menggunakan model Example Non Example. Materi Memahami Dampak Globalisasi Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara yang disajikan pada siklus I. Siklus I terdiri dari 4 tahapan tindakan.

Data Hasil Pree Tes dan Post Tes Siklus I, pengamatan aktivitas pembelajaran siswa pada siklus I diperoleh kualifikasi rata-rata nilai pada pretest sebesar 54 dengan persentasi ketuntasan 31% dengan ketika 51

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

dilakukan kegiatan post test diperoleh rata-rata nilai 62,1 dengan poersentasi sebesar 50%.

Berdasarkan Pengamatan peneliti dan observer terhadap kegiatan siswa melalui lembar observasi siswa untuk siklus I yang terdiri dari dua kali pertemuan juga belum mengalami perubahan atau kemajuan yang signifikan, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2 di atas tentang pengamatan aktifitas pembelajaran siswa pada siklus I dimana kegiatan positif siswa memiliki persentase sebesar 3,06 sedangkan untuk kegiatan negative memiliki persentase sebesar 2,06 dengan jumlah persentase rata-rata keseluruhan siklus I sebesar 50%.

Dari data pembelajaran siklus I menggunakan Model Example Non Example ternyata masih belum mencapai hasil yang maksimal, sesuai indikator keberhasilan yang diharapkan pada penelitian ini. Sebab kualifikasi skor yang didapat yaitu rata-rata hanya mencapai 50% yang berarti masih berada di bawah ketuntasan yang ingin dicapai yaitu 80% untuk kualifikasi baik..

2. Siklus II Pertemuan pertama pada hari Kamis 13 Februari 2020 jam pelajaran ke 1-2 pukul 07.30-08.50 (2 x 40 menit), dan pertemuan kedua pada hari Kamis 20 Februari 2020 pada jam pelajaran ke 1-2 pukul 07.3008.50 (2 x 40 menit). Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II rata-rata kualifikasi skor secara keseluruhan pada pertemuan pertama sebesar 3,6 dan pertemuan kedua sebesar 4,4 total persentase ratarata siklus II yakni sebesar 80%. Sehingga dari data tersebut menunjukan pembelajaran yang dilakukan oleh guru menggunakan model Example Non Example di kelas IX B SMP NU Banjarmasin mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Sedangkan hasil data Pree Tes dan Post Tes Siklus II, diperoleh kualifikasi rata-rata nilai pada pretest sebesar 69,6 dengan persentasi ketuntasan 81% dengan ketika dilakukan kegiatan post test diperoleh ratarata nilai 75 dengan persentasi sebesar 87%.

Berdasarkan Pengamatan peneliti dan observer terhadap kegiatan siswa melalui lembar observasi siswa untuk siklus II, peningkatan aktifitas siswa yang terjadi sudah menunjukan hasil yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat dari siklus II pada pertemuan I rata-rata kualifikasi skor sebesar 3,6 Dan peretmuan kedua rata-rata kualifikasi skor sebesar 4,4 Dengan jumlah persentasi keseluruhan sebesar 80%.

Nilai rata-rata PKn di kelas IX B SMP NU Banjarmasin pada siklus II yang sebelumnya dilakukan pretest diperoleh rata-rata sebesar 69,6 dengan ketuntasan 81%. Setelah dilaksanakan pembelajaran menerapkan model Example Non Example, pada materi pokok dampak globalisasi, rata-rata nilai post tes mengalami kenaikan yang cukup signifikan yang mana ketuntasan minimal yang diharapkan sudah mencapai target yaitu siswa memperoleh rata-rata nilai 75 Dengan ketuntasan sebesar 87%.

52

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

B. Pembahasan 1. Aktivitas Siswa a. Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa secara individu pada siklus I dapat digambarkan bahwa masih bnyak siswa yang kurang tanggap terhadap apa yang disampaikan guru. Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I yang telah diinterprentasikan sesuai data hasil penelitian sebelumnya menunjukkan rata-rata kualifikasi skor pada pertemuan I sebesar 2,06 dan pertemuan ke II 3,06 dengan persentase rata-rata siklus sebesar 50%.

Hasil pengamatan kegiatan siswa secara individu : a) Siswa kelas IX B SMP NU Banjarmasin ketika guru melakukan motivasi masih banyak kurang tanggap terhadap apa yang di tanyakan guru, b) Siswa kelas IX B SMP NU Banjarmasin ketika proses pembelajaran masih banyak siswa yang pasif, dalam hal mengemukakan pertanyaan maupun pendapatnya, bahkan ada anak yang asyik dengan kesibukannya sendiri tanpa memperhatikan pelajaran; c) Siswa kelas IX B SMP NU Banjarmasin ketika terlihat siswa yang masih tidak tertarik dengan pelajaran PKn yang dianggap membosankan. Meskipun perhatian mereka mulai dari awal pembelajaran sampai pada 30 menit pertama sudah bagus, akan tetapi makin menuju menit terakhir dari menit ke 30 mereka mulai mencari kesibukan mereka sendiri, karena ada kejenuhan dalam proses pembelajaran tersebut. b. Siklus II Aktivitas pembelajaran siswa yang terjadi pada siklus II yang merupakan upaya perubahan terhadap apa yang terjadi dari siklus I agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang lebih efektif. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian menunjukan, siswa sudah mempunyai minat tinggi untuk belajar mata pelajaran PKn yang ditandai deangan keaktifan mereka mengajukan pendapat dan pertanyaan pada sesi diskusi serta pemberian tanggapan yang diberikan siswa lain. Walaupun belum mempunyai gagasan yang banyak akan tetapi paling tidak rasa malas dan bosan yang dimiliki siswa sudah mulai menghilang dan berganti percaya diri yang meningkat.

Startegi pembelajaran menggunakan model Example Non Example ini juga memberi dampak yang semakin meningkat, hal ini di dikarenakan siswa dibimbing untuk lebih aktif berkomunikasi antar siswa dalam kelompok kecil yang telah dibentuk sebagaimana tujuan pembelajaran materi pokok Dampak Globalisasi.

Model Example Non Example yang ditunjukkan dengan toleransi siswa terhadap masyarakat berdasarkan kasus yang dikenakannya lebih meningkat. Siswa terlihat ebih tertarik untuk mempelajari mata pelajaran PKn daripada sebelumnya. Dari segi penilaian statistik juga terjadi peningkatan. Ini membuktikan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh 53

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

seorang guru sangat mempengaruhi terhadap aktitas pembelajaran siswanya. Dimana dalam siklus II Aktivitas pembelajaran lajaran siswa IX B SMP NU Banjarmasin pada materii dampak globalisasi dan sikap terhadap dampak globalisasi memiliki hal sebagai berikut : a) Siswa IX B SMP NU Banjarmasin mengikuti pelajaran lebih antusias dibandingkan sebelumnya; b) Siswa Siswa IX B SMP NU Banjarmasin mulai berperan aktif dalam mengikuti pelajaran; pelajaran c) Siswa IX B SMP NU Banjarmasin mulai berusaha untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari; sehari ; d) Siswa IX B SMP NU Banjarmasin juga mampu secara optimal untuk mengkonstruksi diri sendiri agar mampu saling bekerja sama dengan siswa lainnya;; e) Siswa IX B SMP NU Banjarmasin menunjukkan keaktifannya dalam mengerjakan tugas tugas; f) Siswa IX B SMP NU Banjarmasin secara berkelompok belajar siswa mampu dilakukan dengan baik.

Uraian di atas sesuai hasil pengamatan dan penilaian dengan menerapkan menggunakan model Example Non Example pada materi Dampak Globalisasi dan Sikap Terhadap Dampak Globalisasi diterapkan pada siklus ke II di kelas yang sama yaitu IX B SMP NU Banjarmasin, yang akan di interprsentasikan sebagai berikut: a) Aktivitas pembelajaran siswa siklus I diperoleh data rata rata-rata rata skor pertemuan I sebesar 2,06 dan pertemuan II 3,06 dengan persentase persenta rata-rata rata siklus sebesar 50%; b) Aktivitas pembelajaran elajaran siswa siklus II diperoleh data rata rata-rata rata skor pertemuan I sbesar 3,6 dan pertemuan II 4,4 dengan persentase siklus II sebesar pembelajaran sebesar 81%.

80%

80%

60%

50% Siklus I

40%

Siklus II

20%

00% Siklus I

Siklus II

Gambar 1. Hasil Aktivitas Pembelajaran Siswa

54

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

Proses pembelajaran yang menggunakan model Example Non Example mampu memberikan acuan suatu konsep belajar mengajar sebagai titik tolak ataupun sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Sehingga membantu guru dalam meningkatkan daya serap pendid pendidikan nilai-nilai nilai pancasila dan kewarganegaraan bangasa pada proses pembelajaran P PKn Kn di dalam kelas..

Proses Pembelajaran Pe Siswa IX B SMP NU Banjarmasin dengan menerapkan model Example Non Example pada materi Dampak Globalisasi mam mampu menumbuhkan keaktifan siswa untuk membangun pengetahuan melalui kegiatan berupa pengalaman kehidupan di lingkungannya sehari-hari. sehari Fenomena hanya guru berakting ng di depan kelas dan siswa men mendengarkan dengarkan sehingga mengalami perubahan pada siswa untuk bekerja dan berusaha, sedangkan gguru uru mengarahkan dan memfasilitasinya.

2. Hasil Belajar Hasil belajar siswa pada siklus 1 belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan yakni : a) Pre test dengan rata-rata rata kelas 54, dengan ketuntasan minimal yang dicapai hanya 31%; b) Post test dengan rata-rata rata rata kelas 67,1 dengan ketuntasan minimal yang dicapai menjadi 50%.

Sedangkan pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan dari penelitian yang telah ditetapkan dengan menerapkan menggunakan model Example Non Example, yakni : a) Pre test dengan rata-rata rata kelas 69,6 ketu ketuntasan minimal yang dicapai 81%; b) Post test dengan rata-rata rata kelas 75 ketuntasan minimal yang dicapai menjadi 87%.

100%

81%

87%

80% 50%

60% 40%

Pre test

31%

Pos tes

20% 00% Sikus I

Siklus II

Gambar 2. Perbandingan Pretest dan postes pada Siklus I dan II

55

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Bedasarkan hal diatas perolehan data hasil pembelajaran kelas IX B SMP NU Banjarmasin pada materi pokok Dampak Globalisasi yang berlangsung saat siklus I dan II, maka Persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan II pada data diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan menggunakan model Example Non Example mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa di kelas IX B SMP NU Banjarmasin.

Karena penggunaan strategi Example non example memberikan peningkatan setiap kenaikan hasil belajar siswa. Karena strategi pembelajaran ini lebih mencondongkan siswa untuk lebih aktif dalam menerapkan atau memecahkan kasus yang diberikan karena pada intinya PKn adalah mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yang demokratis.

Memberikan dampak nilai-nilai pembelajaran PKn yang diperoleh seperti halnya nilai kecerdasan, moral, social, norma, etika, estitika dan lain-lain dapat berkembang secara lebih cepat dan maksimal dengan cara yang efesien namun efektif dan produktif, karena pembelajaran dengan penerapan menggunakan model Example Non Example ini memiliki prinsip sebagai berikut:.

1. Pembelajaran menekankan pada keaktifan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan pelajaran untuk mampu menyampaikan pendapat, idea tau gagasan.

2. Proses pembelajaran menekankan pada aspek konstektual, yakni memahami makna materipelajaran dengan mengkaitkan terhadap kehidupan mereka sehari-hari.

3. Sangat tepat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai persatuan, nilai keadilan, persamaan hak dan rasa solidaritas sehingga mampu mengembangkan kreatifitas peserta didik.

4. Memudahkan pengelolaan kelas terbentuk tim kelompok untuk saling bekerja sama.

5. Suasana pembelajaran menarik, atraktif, menyenangkan, dan lebih bermakna sebab pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya karena mengarah pada hal-hal kongkrit atas isu yang sedang hangat terjadi IV. PENUTUP Dari diskusi sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran penerapan pembelajaran pendekatan menggunakan model Example Non Example dikelas IX B SMP NU Banjarmasin pada materi pokok dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara juga mengalami peruabahan, yakni dari persentasi pada siklus I sebesar 50% dan mengalami peningkatan lebih baik pada siklus II dengan persentasi sebesar 80%.

2. Hasil belajar PKn siswa menggunakan model Example Non Example dikelas IX B SMP NU Banjarmasin pada materi dampak globalisasi yang 56

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar PKn siswa pada pencapaian ketuntasan belajar yang diperoleh melalui Pos Tes yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran disetiap siklus. Peningkatan ketuntasan belajar tersebut dapat dilihat pada pencapaian ketuntasan klasikal minimal yang pada siklus I masih rendah dengan persentasi pretest 31% dan post test 50%, setelah diadakan refleksi mengenai pembelajaran pada siklus II memperoleh peningkatan hasil ketuntasan dengan persentase pretest 81% dan post test sebesar 87%.

Pada kesempatan ini, penulis memberikan saran antara lain: 1. Bagi siswa disarankan agar mengikuti pembelajaran di kelas dengan seksama dalam memperhatikan penjelasan guru, mengikuti, bekerja sama dan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga ketika guru mengadakan evaluasi siswa siap dan memperoleh hasil belajar sesuai yang diharapkan.

2. Bagi kepala sekolah hendaknya memfasilitasi guru dalam penerapan pembelajaran model Example Non Example karena pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA Asih Suroso, Sutarto, et.al. 2012. Buku Siswa Penunjang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMP/MTs Kelas VII Semester I. Widya Duta.

Dimyati, dan Mudjono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Daryanto, dan Rahardjo, Muljo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media. http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html. (diakses pada 23 Agustus 2012 jam 12.50 wita). http://indonesiakujayasekali.blogspot.com/2012/12/metode-team-gamestournament-tgt.html. (diakses pada 16 Februari 2013 jam 14.00 wita).

Ibrahim, M., Fida R., Mohamad N., dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif.

University Press, Surabaya.

Puspitasari Dian. 2013. Pendidikan Pancasil dan Kewarganegaraan Untuk SMP/MTs Semester I. Progresif.

Tim Penyusun. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) Program Sarjana (S1). Banjarmasin: Pustaka Banua.

Suryosubroto. 1997. Konsep Belajar Tuntas, 2012: Lentera Kecil, (Online), (http://lenterakecil.com/konsep-belajar-tuntas/, di akses 20 Agustus 2012).

Surya. 1997. Belajar Menurut Moh. Surya dan Perubahan Perilaku Dalam Beljar .

2011. Cik Dion, (Online), (http://cikdion.blogspot.com/2011/03/belajarmenurut-moh-surya-dan-perubahan.html, diakses 24 Agustus 2012).

57

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Sukiman. 2011. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.

Sulistyorini. 2009. Evaluasi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.

Yogyakarta: Teras.

Sardiman, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Online), (http://www.bukuhalus.com /2011/74/definisi-aktivitas-belajar.html, diakses 4 agustus 2012).

Wahyu. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Banjarmasin: FKIP Unlam.

Wahyu, et.al. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin: Pustaka Benua.

Wina Sanjaya. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

58

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

PEMANFAATAN CLOUD COMPUTING MENINGKATKAN KETERSEDIAAN DOKUMEN SUPERVISI Endarta (Praktisi Pendidikan , mantan Pengawas SMK Provinsi Kalimantan Selatan) ABSTRAK Fungsi pengawasan dilakukan oleh pengawas sekolah melalui kegiatan pembinaan, pembimbingan dan pelatihan maupun penilaian terhadap kinerja kepala sekolah, guru maupun tenaga administrasi sekolah lainnya dalam melakukan tugas dan fungsinya. Selain itu pengawas sekolah juga melakukan pemantauan terhadap keterlaksanaan delapan standar nasional pendidikan.

Kegiatan pembinaan, pembimbingan dan pelatihan, penilaian maupun pemantauan merupakan bagian- bagian dari supervisi akademik dan manajerial Sedangkan permasalahan yang dihadapi dalam mengemban tugas Pengawas SMK Provinsi Kalimantan Selatan adalah terkait infrastruktur dan lokasi tempuh sekolah binaan. Wilayah Kota Banjarmasin dibangun pada wilayah rawa-rawa sehingga memerlukan biaya besar untuk pembangunan jalan. Oleh karena itu umumnya lebar jalan relatif kurang. Pertumbuhan jumlah penduduk berdampak pada kondisi lalu lintas yang semakin padat dan seringkali menyebabkan kemacetan. Hal ini juga memberi dampak bertambahnya waktu tempuh menuju sekolah binaan sehingga secara otomatis mengurangi waktu kunjungan.

Untuk mengatasi kedua permasalahan dalam melakukan supervisi manajerial dan akademik, Pengawas SMK harus kreatif dan inovatif. Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan program Cloud Computing. Program ini berisikan pemanfaatan layanan internet menggunakan pusat server yang bersifat virtual dengan tujuan pemeliharaan data dan aplikasi.

UTILIZATION OF CLOUD COMPUTING IMPROVES AVAILABILITY OF SUPERVISION DOCUMENTS ABSTRACT The supervisory function is carried out by school supervisors through coaching, mentoring and training activities as well as evaluating the performance of school principals, teachers and other school administrative staff in carrying out their duties and functions. In addition, school supervisors also monitor the implementation of eight national education standards. Coaching, mentoring and training activities, assessment and monitoring are parts of academic and managerial supervision Meanwhile, the problems faced in carrying out the duties of the South Kalimantan Province of Vocational High School Supervisor are related to infrastructure and the location of the target schools. The Banjarmasin City area is built in a swampy area, so it requires large costs for road construction. Therefore, generally the width of the road is relatively narrow. Population growth has an impact on increasingly congested traffic conditions and often causes congestion.

59

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

This also has the effect of increasing travel time to the target schools so that it automatically reduces visiting times.

To overcome two problems in conducting managerial and academic supervision, SMK supervisors must be creative and innovative. One strategy that can be taken is to use a Cloud Computing program. This program contains the use of internet services using a virtual server center for the purpose of maintaining data and applications.

I. PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan bidang kejuruan, harus bisa memberikan layanan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Dimulai dari semua komponennya harus bermutu, yaitu termasuk setiap komponen standar nasional pendidikan yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusannya, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.

Untuk itu dibutuhkan peranan pengawas sekolah yang berfungsi untuk melakukan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan kejuruan.

Fungsi pengawasan dilakukan oleh pengawas sekolah melalui kegiatan pembinaan, pembimbingan dan pelatihan maupun penilaian terhadap kinerja kepala sekolah, guru maupun tenaga administrasi sekolah lainnya dalam melakukan tugas dan fungsinya. Selain itu pengawas sekolah juga melakukan pemantauan terhadap keterlaksanaan delapan standar nasional pendidikan.

Kegiatan pembinaan, pembimbingan dan pelatihan, penilaian maupun pemantauan merupakan bagian- bagian dari supervisi akademik dan manajerial.

Pengawas sekolah merupakan seorang pegawai negeri sipil yang melaksanakan peran pemerintah dalam fungsi pengawasan pendidikan. Untuk itu seorang pengawas sekolah harus memenuhi enam jenis kompetensi seperti yang dipersyaratkan dalam Permendiknas No. 12 Tahun 2007. Kompetensi yang dipersyaratkan bagi pengawas sekolah meliputi Kompetensi Kepribadian, Supervisi Manajerial, Supervisi Akademik, Evaluasi Pendidikan, Penelitian Pengembangan dan Sosial. Kompetensi kepribadian menuntut pengawas untuk memiliki sikap tanggung jawab rasa ingin tahu dan motivasi pribadi serta mampu memotivasi seluruh stake holder pendidikan terkait. Kompetensi supervisi manajerial, menuntut pengawas untuk menguasai metode, teknik maupun prinsip supervisi, memiliki program, menyusun instrumen, menyusun laporan. Pada kompetensi supervisi akademik, pengawas harus memahami perkembangan mata pelajaran, membimbing penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi akademik lainnya mengelola, merawat, mengembangkan media dan fasilitas pembelajaran serta pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran.

Kompetensi evaluasi pendidikan meminta pengawas mampu menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan, membimbing penentuan aspek penting pembelajaran serta menilai kinerja kepala sekolah dan staf. Sub kompetensi evaluasi lainnya antara lain pemantauan pembelajaran, penilaian, analisis untuk 60

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

perbaikan mutu serta pengolahan data hasil penilaian kinerja guru, kepala sekolah dan staf sekolah. Kompetensi penelitian mewajibkan pengawas menguasai pendekatan, jenis, metode, menentukan masalah, menyusun proposal, melaksanakan, mengolah dan menganalisis data serta menulis karya ilmiah, pedoman atau modul pelaksanaan pengawasan. Kompetensi sosial pengawas sekolah adalah keterampilan bekerja sama dengan pihak terkait dan aktif dalam organisasi kepengawasan.

Dari keenam kompetensi tersebut, fokus dari karya kreatif ini ada pada kompetensi supervisi manajerial dan supervisi akademik. Hal tersebut dibatasi karena permasalahan yang ditemui Penulis dalam melakukan tugas kepengawasan. Dalam melakukan tugas kepengawasan terkait supervisi manajerial, dokumen yang harus dibaca dan dikoreksi pada setiap sekolah binan yaitu: 1. Evaluasi diri sekolah (EDS) 2. Rencana Kerja Sekolah Jangka Panjang (RKJP), 3. Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) 4. Rencana Kerja Tahunan (RKT) 5. Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS) 6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 7. Kalender pendidikan/akademik 8. Struktur organisasi sekolah dan pembagian tugas pendidik tenaga kependidikan, 9. Peraturan akademik sekolah 10. Tata tertib sekolah 11. Kode etik sekolah 12. Pedoman penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana 13. Pedoman biaya operasional sekolah/madrasah.

Selain dokumen tersebut, supervisi yang terkait dengan kegiatan akademik guru juga didukung oleh berbagai dokumen yang menuntut Pengawas Sekolah untuk membaca dan mengoreksinya. Dokumen tersebut yaitu: 1. Analisis kompetensi dasar 2. Silabus untuk setiap mata pelajaran 3. Rencana pelaksanaan pembelajaran setiap guru 4. Pelaksanaan dan hasil penilaian pembelajaran 5. Hasil penilaian kinerja untuk setiap guru Berdasarkan uraian tersebut dapat disarikan bahwa beban pengawas sekolah untuk membaca dan mengoreksi berbagai macam kelengkapan dokumen sekolah dan guru cukup banyak.

Selanjutnya, permasalahan yang dihadapi dalam mengemban tugas Pengawas SMK Provinsi Kalimantan Selatan adalah terkait infrastruktur dan lokasi tempuh sekolah binaan. Wilayah Kota Banjarmasin dibangun pada wilayah rawa-rawa sehingga memerlukan biaya besar untuk pembangunan jalan. Oleh karena itu umumnya lebar jalan relatif kurang. Pertumbuhan jumlah penduduk berdampak pada kondisi lalu lintas yang semakin padat dan seringkali menyebabkan kemacetan. Hal ini juga memberi dampak bertambahnya waktu tempuh menuju sekolah binaan sehingga secara otomatis mengurangi waktu

61

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

kunjungan.

Untuk mengatasi kedua permasalahan dalam melakukan supervisi manajerial dan akademik, Pengawas SMK harus kreatif dan inovatif sebagaimana tuntutan kompetensi kepribadian seorang pengawas. Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan program Cloud Computing.. Program ini merupakan program yang berisikan teknologi pemanfaatan layanan internet menggunakan pusat server yang bersifat virtual dengan tujuan pemeliharaan data dan aplikasi (Akhmad Syaikhu, 2010). Salah satu bentuk cloud computing adalah penyimpanan data dan dokumen elektronik secara online. Manfaat dari program ini ini secara umum adalah pengguna terdaftar dapat menyimpan data dan dokumen elektronik secara online dan membagi pakai dokumen tersebut kepada pihak terkait.

Para pihak yang memperoleh hak akses dapat mengakses dokumen tersebut menggunakan perangkat dari mana saja dan kapan saja selama ditempat tersebut tersedia layanan internet. Hal ini dapat pula diterapkan terhadap dokumen supervisi akademik dan manajerial pada sekolah binaan. Untuk mengatasi permasalahan jumlah dokumen yang banyak dan jarak tempuh antar sekolah binaan program cloud computing dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Mendapatkan domain dan hosting 2. Menginstal aplikasi cloud computing (owncloud) 3. Menetapkan setelan dasar aplikasi owncloud 4. Menetapkan pengguna dan folder penyimpanan dokumen 5. Menggunakan fasilitas cloud computing II. IMPLEMENTASI CLOUD COMPUTING UNTUK SMK BINAAN A. Mendapatkan domain dan hosting Nama domain ((domain name) adalah nama unik yang diberikan untuk mengidentifikasi nama server yang menyimpan dokumen. Nama domain digunakan untuk memudahkan pengguna pada saat melakukan akses ke komputer server. Nama domain kadang-kadang kadang kadang disebut URL, atau alamat website. Khusus domain Indonesia Indonesia terdapat 9 (sembilan) jenis domain antara lain ac.id; sch.id; .ponpes.id; .id; dan lain sebagainya. Selanjutnya prosedur untuk mendapatkan nama domain adalah: 1. Mengakses website perusahaan jasa hosting 2. Memasukkan nama domain untuk memeriksa ketersediaan seperti pada gambar 1 dan hasil pengecekan pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 1 Pengecekan ketersediaan domain 62

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

Gambar 2 Hasil pengecekan ketersediaan domain 3. Jika pemesanan domain sekaligus dengan hosting, klik tombol hijau seperti pada Gambar 3. Kapasitas dipilih dari menu seperti pada gambar 4. Selanjutnya tentukan data identitas pemesan dengan memilih menu seperti Gambar 5. Gambar 6 menunjukkan rekap pemesanan domain dan hosting.

Gambar 3 Pemilihan pemesanan

Gambar 4 Pemilihan kapasitas hosting host

Gambar 5 Pilihan data dasar pemesanan domain

63

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

Gambar 6 Ringkasan pemesanan domain Setelah melakukan pemesanan nama domain, paket hosting dan menyatakan persetujuan dengan mengklik kotak kecil dan chekout.

Selanjutnya pemesan akan dikirimi tagihan pembayaran jasa yang dipesan untuk dibayar dan dikonfirmasikan pembayarannya. Setelah segala sesuatunya diselesaikan pemesan mendapatkan username dan password domain tersebut yang dikirim via email.

B. Menginstal aplikasi cloud computing (ownCloud) Langkah-langkahnya angkahnya sebagai berikut :

1. Login ke cPANEL menggunakan username dan password yang diberikan 2. Klik pada Softaculous 3. Pada bilah sebelah kiri cari dan pilih File Management 4. Pilih ownCloud sehingga tampak tampilan seperti gambar 7 di bawah:

Gambar 7 Dialog Instalasi ownCloud 5. Klik Install Now hingga muncul dialog opsi instalasi seperti gambar 8 berikut

64

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

Gambar 8 Pengisian setelan instalasi aplikasi cloud C. Menetapkan setelan dasar aplikasi ownCloud Gambar 9 di bawah ini mengilustrasikan alur dasar pengaturan dokumen supervisi. Dokumen supervisi dibedakan menurut pembagian tugas di sekolah binaan. Dalam prakteknya pembagian dokumen dibedakan menjadi dokumen kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana, humas dan tata usaha sebagai unsur administrasi sekolah.

Setiap sekolah binaan ditetapkan sebagai satu grup pengguna. Grup ini memiliki 6 (enam) akun, yaitu akun kepala sekolah, akun wakil kepala sekolah bidang kurikulum, akun wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, akun wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana, akun wakil kepala sekolah bidang humas dan akun kepala administrasi sekolah.

Gambar 9 Alur Dasar Pengelolaan Dokumen

65

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

Akun kepala sekolah berperan sebagai admin grup yang memiliki hak mengatur grup sekolah yang bersangkutan. Akun kepala sekolah mengelola folder utama sekolah yang di dalamnya berisi folder kurikulum, folder kesiswaan, folder sarana sarana-prasarana, prasarana, folder humas dan folder administrasi sekolah. Sub folder dalam folder sekolah menjadi tanggung jawab masin masingmasing akun wakil kepala sekolah dan akun tenaga administrasi sekolah.

Penempatan sub folder dalam folder sekolah merupakan implementasi hirarki tanggungjawab sesuai struktur organisasi sekolah. Folder sekolah selanjutnya dibagikan kepada akun pengawas pembina. Dengan demikian akun pengawas memiliki akses terhadap semua akun sekolah termasuk akses terhadap sub folder dalam akun sekolah. Ilustrasi struktur akun dan akses dapat dilihat pada gambar 10 di bawah ini:

Gambar 10 Struktur Akun dan akses sistem cloud D. Menetapkan grup pengguna dan folder penyimpanan dokumen Langkah penyetelan aplikasi selanjutnya adalah pembuatan pembuatan grup pengguna masing masing-masing masing sekolah binaan, akun pengguna, folder tiap akun pengguna, setelan akses dan sharing sesuai desain alur dokumen dan struktur akun.

1. Membuat Grup Pengguna Tiap Sekolah Binaan, yang harus membuat langkah langkah-langkah: i. Lakukan login sebagai administrator dengan username dan password yang sudah didaftarkan pada aplikasi, yang terdapat pada layar bagian atas kanan. ii. Klik pada ikon segitiga di sebelah kanan foto admin hingga tampak pilihan setting users yang diperlukan. iii. Klik pada Users hingga tampak layar pengelolaan Users seperti gambar 13 di bawah. Gambar mengilustrasikan proses pembuatan grup grup sekolah binaan bernama SMK PUTRAUTAMA diakhiri penekanan tanda + (plus). Lakukan langkah ini untuk membuat semua grup sekolah binaan.

66

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

Gambar 11 Proses membuat grup sekolah binaan 2. Membuat Akun Pengguna Penambahan pengguna dilakukan dengan cara yang ditunjukkan pada gambar 14 di bawah dengan langkah-langkah: langkah a. Ketik nama pengguna (username) b. Ketik email pengguna c. Klik pada Groups, contreng pada grup yang diikuti d. Klik Create Gambar 12 menunjukkan proses penambahan penguna dengan username juri5 dan email juri5@putra.id. Proses penambahan pengguna diteruskan dengan menentukan grup yang dikuti dan diakhiri penekanan tombol Create.

Gambar 12 Proses Penambahan Pengguna

67

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

3. Membuat folder pengguna Folder pengguna diberi nama sesuai bidang tugas akun yang bersangkutan yaitu Kurikulum, Kesiswaan, Sarana Prasarana, Humas dan Administrasi Sekolah. Folder akun kepala sekolah diberi nama SMK yang bersangkutan. Langkah-langkah Langkah langkah me membuat folder sesuai akun adalah: a. Login dengan username dan password akun wakil kepala sekolah b. Klik ikon + (tanda plus) yang berada di tengah atas hingga tampak seperti gambar 13 berikut ini:

c.

Gambar 13 Proses pembuatan folder Klik Ikon Folder dan ketikkan nama folder sesuai bidang tugas akun, tekan Enter

E. Menetapkan Tujuan Share Folder Folder (Kurikulum) yang dibuat pada langkah di atas harus dishare kepada kepala sekolah SMK yang bersangkutan. Gambar 14 di bawah ini menunjukkan langkah membagikan folder Kurikulum kepada akun KS SMK YPT Bjm. Langkah-langkah Langkah langkah membagikan folder Kurikulum tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pilih pada folder Kurikulum, klik ikon share sesaat kemudian kolom sebelah kanan muncul 2. Ketik nama akun yang dituju (KS SMK YPT Bjm) 3. Klik akun KS SMK YPT Bjm di bawah ketikan pencarian tadi.

4. Folder Kurikulum berhasil dibagikan kepada akun kepala sekolah.

Gambar 14 Penetapan sharing folder 68

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

Hal yang serupa dilakukan pada akun kesiswaan, sarana prasarana, humas dan administrasi sekolah sekolah satu per satu dan membagikannya pada akun kepala sekolah.

Tahapan-tahapan tahapan Membuat Grup Sekolah Binaan, Membuat Akun Pengguna, Membuat folder pengguna dan Menetapkan Tujuan Share Folder diulangi pada seluruh sekolah binaan. Sebagai bagian akhir penyetelan, semua folder akun Kepala Sekolah dari semua Sekolah Binaan di share kepada akun Pengawas Sekolah. Dengan langkahlangkah langkah tersebut semua folder wakil kepala sekolah dan administrasi sekolah dapat diakses oleh kepala sekolah yang bersangkutan. Oleh karena semua akun kepala sekolah dishare kepada pengawas sekolah maka otomatis pengawas sekolah dapat ikut mengakses dokumen dokumendokumen pelaksanaan program sekolah.

III.

MENGGUNAKAN FASILITAS FASILITAS CLOUD COMPUTING HASIL HA INSTALASI Setelah menerapkan cloud computing menggunakan aplikasi owncloud yang diinstal pada alamat website http://supaksuman.putrautama.id/ocsmk/ dan penulis beri nama “AWANKITA” ketersediaan dokumen supervis supervisii akademik maupun manajerial dapat di atasi. Pengawas pembina kemudian dapat mengunduh file-file file dari SMK binaan melalui akun Pengawas Sekolah. Hasil-hasil Hasil kesiapan dokumen dapat dilihat pada gambar tangkapan layar (screenshoot)) seperti ditunjukkan di bawa bawah. h. Gambar 17 mengilustrasikan cuplikan halaman akun pengawas yang memiliki folder folder-folder folder yang di share setiap kepala sekolah.

Gambar 15 Halaman Akun Pengawas Gambar 16 menunjukkan cuplikan isi folder setiap sekolah binaan yang berisi sub folder kurikulum kurikulum, kesiswaan.

69

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 280 2808 - 3687

Gambar 16 Isi folder sharing sekolah binaan dalam akun pengawas Gambar 17 memperlihatkan isi folder sharing SMKN2 Banjarmasin khusus subfolder kurikulum yang berisi dokumen KTSP dan subfolder RPP guru. Pada gambar 18 ditunjukkan isi folde folderr guru yang berisi perangkat pembelajaran guru yang bersangkutan.

Gambar 17 Isi folder sharing SMKN2 Banjarmasin

Gambar 18 Dokumen RPP guru a.n. Daryani dalam folder sharing SMKN 2 Banjarmasin Penerapan cloud computing yang sudah dilakukan di SMK Binaan penulis di wilayah Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan telah memberikan banyak manfaat baik untuk pengawas SMK itu sendiri maupun

70

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

pihak SMK. Manfaat untuk pengawas SMK: 1. Meningkatkan ketersediaan dokumen sasaran pengawasan baik pada ranah supervisi akademik maupun manajerial. Dokumen-dokumen ini dapat diakses kapan saja dan dari mana saja dengan peralatan desktop maupun dengan gadget (handphone).

2. Meningkatkan efektifitas pelaksanaan tugas-tugas pengawasan khususnya sasaran pengawasan yang dapat dilaksanakan melalui metode studi dokumen. Aktifitas telaah dokumen dapat dilaksanakan sebelum kunjungan dilakukan sehingga waktu yang terbatas cukup digunakan untuk konfirmasi, verifikasi dan diskusi hal-hal yang diperlukan.

3. Memberi contoh penerapan teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang pelaksanaan tugas manajerial. Prinsip kerja penerapan cloud computing ini sangat relefan diterapkan di internal SMK sebagai bagian penerapan sistem penjaminan mutu pendidikan.

Manfaat untuk SMK: 1. Memiliki media penyimpanan dokumen digital yang tersusun mengikuti hirarki/struktur organisasi sesuai tugas pokok dan fungsinya 2. Kepala sekolah memiliki media kontrol dan pengawasan pelaksanaan tugas-tugas yang sudah dibagikan sebelumnya yang dapat diakses kapan saja dan dari mana saja.

3. Sekolah mendapatkan layanan pengawasan yang lebih optimal sehingga fungsi pengawasan memberikan kontribusi pada kemajuan SMK. IV. PENUTUP Berdasarkan hasil-hasil yang diuraikan di muka penulis merekomendasikan rekan sejawat untuk menerapkan cloud computing agar dapat meningkatkan layanan supervisi akademik dan manajerial kepada sekolah binaan. Hal ini dapat dilakukan secara mandiri maupun berkelompok bersama rekan sejawat baik dalam satu wilayah terbatas namun juga tidak tertutup kemungkinan pada lingkup wilayah yang lebih luas. Selain itu, penulis juga merekomendasikan rekan kepala sekolah menerapkan fungsi supervisinya menggunakan aplikasi owncloud dengan setelan yang disesuaikan struktur organisasi sekolah. Hal serupa dapat diterapkan pada institusi seperti pada bidang pembinaan SMK, maupun unit kegiatan lain.

DAFTAR PUSTAKA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Kerja Pengawas Sekolah Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2017.

Syaikhu Akhmad HS (2016) Komputasi Awan (Cloud Computing) Perpustakaan Pertanian. Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 10 No. 1, pp.1).

71

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM MERANCANG ”AEMIPA” DI SEKOLAH BINAAN GUGUS TELUK TIRAM KECAMATAN BANJARMASIN BARAT Taufik Rahman ( Pengawas SD pada Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru sekolah dasar dalam menciptakan media pembelajaran Alat Education Matematika dan IPA. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan dengan melibatkan 30 orang guru yang menunjukkan kemampuan menciptakan media pembelajaran Alat Education Matematika dan IPA yang belum optimal yang diperoleh dari refleksi awal.Penelitian dilakukan dengan dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan, yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Dengan pembinaan pembuatan media sederha “AEMIPA”dapat meningkatkan kemampuan guru Sekolah Dasar di Wilayah Binaan Gugus Teluk Tiram di Kecamatan Banjarmasin Barat dalam merancang media pembelajaran “AEMIPA” dengan rata-rata 72 pada Siklus I ,79 pada Siklus II, dan 82 pada Siklus III.Terjadi peningkatan kemampuan guru Sekolah Dasar di Wilayah Binaan Gugus Teluk Tiram di Kecamatan Banjarmasin Barat merancang media pembelajaran “AEMIPA’dari siklus I ke siklus II sebesar 7 poin yakni dari 72 pada Siklus I ke 79 pada Siklus II, terjadi peningkatan dari siklus II dan siklus III sebesar 4 poin yakni dari 79 pada Siklus II menjadi 83 pada Siklus III, dan terjadi peningkatan total dari Siklus I ke Siklus III sebesar 11 poin yakni dari 72 pada Siklus I menjadi 83 pada Siklus III .

Kata kunci: Pembinaan, Kemampuan Guru, Media Pembelajaran ”AEMIPA” IMPROVING THE CAPABILITY OF ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS IN DESIGNING “AEMIPA” AT THE DEVELOPMENT SCHOOL IN GUGUS TELUK TIRAM OF WEST BANJARMASIN DISTRICT ABSTRACT This study aims to improve the ability of elementary school teachers in creating learning media for Mathematics and Science Education Tools. This research is classified as action research involving 30 teachers who demonstrate the ability to create learning media for Mathematics and Science Education Tools that are not yet optimal obtained from initial reflection. The research was carried out in two cycles and each cycle consists of four stages, namely: planning, implementing , observation and reflection.

By fostering the manufacture of simple media "AEMIPA" can improve the ability of elementary school teachers in the Gugus Teluk Tiram Gugus Area in West Banjarmasin District in designing learning media "AEMIPA" with an average of 72 in Cycle I, 79 in Cycle II, and 82 in Cycle III There was an increase in the ability of 72

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

elementary school teachers in the Gugus Teluk Tiram Assisted Area in the District of West Banjarmasin to design the learning media "AEMIPA" from cycle I to cycle II by 7 points, namely from 72 in Cycle I to 79 in Cycle II, there was an increase from cycle II and cycle II. cycle III of 4 points, namely from 79 in Cycle II to 83 in Cycle III, and there was a total increase from Cycle I to Cycle III by 11 points, namely from 72 in Cycle I to 83 in Cycle III. Keywords: Coaching, Teacher Ability, Learning Media "AEMIPA" I. PENDAHULUAN Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran berhitung di Sekolah Dasar adalah kurangnya pengetahuan bagi guru SD, Serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan alat peraga dalam pembelajaraan berhitung telah diakui oleh semua jajaran pengelola pendidikan dan para ahli pendidikan Beberapa pendapat dari para ahli pendidikan yang berkaitan dengan proses berpikir anak didik anatar lain adalah sebagai berikut. Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia Sekolah Dasar (SD) Berada pada tahap konkret operasioanal, dengan ciri-ciri sebagai berikut 1. Pola berpikir dalam memahami konsep yang abstrak masih terikat pada benda konkret.

2. Jika di berikan permasalahan belum mampu memikirkan segala alternatif pemecahannya.

3. Pemahaman terhadap konsep yang berurutan melalui tahap demi tahap, misal pada konsep panjang, luas, volume, berat dan sebagainya.

4. Belum mampu menyelesaikan maslah yang melibatkan kombinasi urutan operasi pada masalah yang kompleks.

5. Mampu mengelompokan objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu, dapat mengadakan korespodensi satu-satu dan dapat berpikir membalik.

6. Dapat mengurutkan unsur-unsur atau kejadian.

7. Dapat memahami ruang dan waktu.

8. Dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak.

Selain, itu jerome broner (dalam orton,1992) menyatakan bahwa untuk memahami pengetahuan yang baru, maka di perlukan tahapan-tahapan yang runtut, yaitu enaktive, ekonik dan simbolik. Tahap enaktive yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau objek yang konkret tahap ekonif , yaitu tahp belajar dengan memnggunakan gambar, dan tahap simbolik yaitu tahap belajar melalui manipulasi lambang atau simbol. .Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung/wali anak didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman guru terhadap jiwa dan watak anak

73

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

didik diperlukan agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan watak anak didik (Djamarah, 2000: 36-37).

Proses pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi anak dipengaruhi oleh berbagai unsur, antar lain guru yang memahami secara utuh hakikat, sifat dan karakteristik anak, metode pembalajaran yang berpusat pada kegiatan anak, sarana belajar anak yang memadai, tersedianya berbagai media , sumber belajar yang menarik dan mendorong anak untuk belajar dan lain-lain Secara khusus, tersedianya berbagai sumber belajar akan mendukung penciptaan kondisi belajar anak yang menarik dan menyenangkan.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini, adalah lemahnya kemampuan menciptakan media pembelajaran. Menurut Heinich, Molenda, dan Russel (1983), media merupakan saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a sourse ) dengan penerima pesan ( a receiver ). Mereka mencontohkan media ini dengan film, televisi , diagram, bahan tercetak ( printed material ), komputer , dan instruktur.

Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Dilihat dari jenisnya, media terbagi 3 yakni media visual yakni adalah media yang menyampaikan pesan melalui penglihatan pemirsa atau media yang hanya dapat dilihat. jenis media visual ini tampaknya yang paling sering digunakan oleh guru SD untuk membantu menyampaikan isi dari tema pembelajaran pembelajaran yang sedang dipelajari. Kedua, media audio, yakni media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif ( hanya dapat didengar ) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio adalah program kaset suara dan program radio, dan yang ketiga adalah Media Audio Visual yakni media yang merupakan kombinasi dari media audio danmedia visual atau biasa disebut media pandang dengar. Dengan menggunakan media audiovisual ini maka penyajian isi tema kepada anak akan semakinlengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru.

Sedangkan alat peraga adalah bagian dari media, oleh karena itu istilah media perlu dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat peraga lebih lanjut. Media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud perangkat lunak, maupun perangkat keras. Berdasarkan fungsinya media pengajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana.

Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Elly Estiningsih, 1994). Alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika (Djoko Iswadji, 2003:1). Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak 74

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

dapat disajikan dalam bentuk model-model berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang, diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut.

Dari segi pengadaannya alat peraga dapat dikelompokan sebagai alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga sederhana biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat sendiri. Sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya tinggi.

Agar dapat memilih dan menggunakan alat peraga sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, maka perlu diketahui fungsi alat peraga.

Secara umum fungsi alat peraga adalah: 1. sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep matematika 2. sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep 3. sebagai media untuk menunjukan hubungan antara konsep matematika dengan dunia di sekitar kita serta aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.

Alat peraga yang dapat digunakan terbagi dua jenis yaitu alat peraga benda asli dan benda tiruan. Agar fungsi dan manfaat alat peraga sesuai dengan yang diharapkan, perlu diperhatikan beberapa syarat yaitu :  Sederhana bentuknya dan tahan lama (terbuat dari bahan yang tidak cepat rusak  Kalau bisa dibuat dari bahan yang mudah diperoleh dan murah  Mudah dalam penyimpanan dan penggunaannya  Memperlancar pengajaran dan memperjelas konsep matematika bukan sebaliknya  Harus sesuai dengan usia anak  Jika memungkinkan, dapat digunakan untuk beberapa topik misalnya dadu untuk menghitung luas volume, peluang dan unsur-unsur bangun ruang  Bentuk dan warnanya menarik sehingga lebih menarik perhatian siswa.

Perlu diingat bahwa tidak semua materi atau topik dalam pembelajaran matematika dapat dibuat alat peraganya, dan jika diperagakan justru akan mempersulit siswa dalam memahaminya. Contoh alat peraga untuk pembelajaran perpangkatan II. METODE PENELITIAN Subjek penelitian yang dilakukan adalah guru sekolah dasar di sekolah binaan Gugus Teluk Tiram dalam wadah paguyuban KKG Seqip IPA dan KKG Lesson Study/PMRI SD se Kecamatan Banjarmasin Barat sebanyak 30 orang (10 sekolah binaan). Objek penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan adalah peningkatan kemampuan merancang “AEMIPA” guru yang ingin diupayakan oleh peneliti (pengawas sekolah).

Penelitian tindakan ini dilakukan di sekolah dasar sekolah binaan, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan.

75

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Penelitian dilakukan pada semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015, selama 4 (empat) bulan mulai dari bulan Januari sampai dengan April 2015.

Data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah hasil supervisi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil supervisi perancangan media pembelajaran terlampir. Data lain yang perlu dikumpulkan untuk menunjang penelitian ini adalah deskripsi proses implementasi tindakan yang diperoleh melalui pengamatan/observasi selama kegiatan supervisi. Kegiatan observasi dilakukan dengan bantuan kepala sekolah dimana penelitian ini dilakukan yang berfungsi sebagai observer. Format instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Format Penilaian Kemampuan Guru dalam Merancang “AEMIPA” Komponen Total No Nama Guru Skor Nilai A B c d e f g

Keterangan: Total skor =a+b+c+d+e+f+g Nilai = total skor/7 Masing-masing aspek skornya antara 0 sampai dengan 100 a = ketepatan media dengan tujuan pengajaran b = tepat untuk mendukung isi pelajaran c = praktis, luwes, dan tahan d = guru terampil menggunakannya e = tersedia waktu untuk menggunakannya f = mutu teknis g = sesuai dengan taraf berfikir anak Sedangkan analisis data terdiri atas kegiatan pengolahan data dan analisis statistik deskriptif. Kegiatan analisis data meliputi (1) menyunting data secara manual, (2) mentabulasi data, dan (3) mengolah data dalam bentuk sesuai dengan kebutuhan. Penyuntingan data dilakukan karena kemungkinan ada data yang tidak jelas atau kesalahan dalam pengisian instrumen, sehingga tidak memenuhi syarat untuk dianalisis.

Data tentang kemampuan guru dalam merancang “AEMIPA” yang diperoleh dari hasil penelitian dideskripsikan sesuai dengan keperluan, yakni mencari harga rerata (M) dan standar deviasi (SD). Untuk melihat kecendrungan kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran, rata-rata skor ideal dari semua subyek penelitian dibandingkan dengan rata-rata kenyataan. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dikelompokkan kecenderungannya menjadi lima kategori dengan norma kerangka teoritik kurva normal ideal, seperti berikut.

1.  Mi + 1,5 SDi sangat baik 2. Mi + 0,5 SDi --< Mi + 1,5 SDi  baik 76

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

3. Mi – 0,5 SDi --< Mi + 0,5 SDi  cukup baik 4. Mi – 1,5 SDi --< Mi – 0,5 SDi  kurang baik 5. < Mi – 1,5 SDi  sangat kurang baik Keterangan: Mi = ½ (skor maksimum + skor minuman) SDi = 1/6 (skor maksimum - skor minuman) Indikator keberhasilan dan penelitian ini antara lain 1. Kriteria keberhasilan adalah nilai rata-rata untuk semua indikator yang diteliti ditetapkan sebesar75,00 atau 75,00%, dan ketuntasan mencapai 85,00%.

2. Sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah rata-rata skor ketercapaian adalah ≥75,00 dan tingkat ketuntasan ≥85%. Jika skor kemampuan guru merancang media sederhana ”AEMIPA” mencapai rata-rata ≥ 75,00 dan ketuntasan ≥ 85% maka tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dikatakan berhasil.

Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Sekolah (PTS) menggunakan model siklus dan spiral seperti yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi/Evaluasi, dan (4) Refleksi, yakni : a. Perencanaan dalam penelitian ini berupa penyusunan rancangan tindakan yaitu merancang media pembalajaran “AEMIPA” yang dituangkan dalam pedoman observasi. b. Pelaksanaan tindakan adalah implementasi tindakan dalam kegiatan pembinaan guru dalam proses perancangan media pembelajaran “AEMIPA”. c. Pengamatan/observasi yaitu mengamati dan mencatat hal-hal penting yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pada tahap ini dilakukan pula penilaian keberhasilan atas tindakan yang dilaksanakan. d. Tahap refleksi adalah mengkaji secara keseluruhan tindakan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, dilakukan proses pengkajian ulang melalui tindakan berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam bentuk siklus yang berulang, di dalamnya terdapat empat tahapan kegiatan sebagimana dikemukakan di atas. Pelaksanaan penelitian dimulai dari Siklus I yang terdiri dari empat kegiatan (perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi). Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada Siklus I tersebut, maka disusun rancangan Siklus II. Pada Siklus II pada dasarnya dilakukan kegiatan yang sama dengan kegiatan Siklus I yakni ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, meyakinkan atau menguatkan hasil. Hanya saja kegiatan yang dilakukan pada 77

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Siklus II mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan Siklus I, yakni mengatasi berbagai hambatan/kesulitan yang ditemukan pada Siklus I III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Sekolah Dasar wilayah binaan Gugus Teluk Tiram yang akan diteliti kebetulan terletak pada satu jalur yaitu di Jalan Teluk Tiram Banjarmasin.

Mengenai proses belajar mengajar sesuai dengan pengamatan sudah berjalan dengan baik, namun guru lebih banyak tidak menggunakan media pembelajaran sehingga pembelajaran lebih bersifat verbal .

Berdasarkan hasil analisis secara deskripstif dari 7 komponen yang dipakai sebagai indikator dalam mengukur kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA yaitu: (1) ketepatan media dengan tujuan pengajaran; 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran ; 3) praktis, luwes, dan tahan ; 4) guru terampil menggunakannya ;5) tersedia waktu untuk menggunakannya ;6) mutu teknis ; 7) sesuai dengan taraf berfikir anak Dari 30 orang guru kelas I s/d VI di Sekolah binaan dalam merancang media pembelajaran sesuai dengan sesuai dengan kreteria ,pada Pra Siklus Pra Siklus diperoleh rata-rata 71,32 masih berada dibawah indikator kinerja yang ditetapkan yakni 75,00 dan daya ketuntasan adalah sebanyak 6 orang (30,00%). Secara rinci dapat dijelaskan bahwa kemampuan guru merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA sesuai dengan kreteria pada masing-masing aspek yang dinilai adalah sebagai berikut : pada aspek a (ketepatan media dengan tujuan pengajaran) terdapat sebanyak 19 orang (63%), aspek b (tepat untuk mendukung isi pelajaran) sebanyak 24 orang (80%), aspek c (praktis,luwes,dan tahan)sebanyak 11 orang (36.67%), aspek d (guru terampil menggunakannya)sebanyak 11 orang (36.67%), aspek e (tersedia waktu untuk menggunakannya) sebanyak 19 orang (63%), aspek f (mutu teknis)sebanyak 19 orang (63%), aspek g (sesuai dengan taraf berpikir anak)sebanyak 18 orang (60%).

B. Siklus I 1. Perencanaan Perencanaan terdiri atas: (1) membuat skenario pembinaan dengan menekankan pada model KKG Seqip IPA dan PMRI/Lesson Study, (2) menyiapkan format-format persiapan pembelajaran untuk peserta, (3) menyusun lembar observasi, (4) menetapkan jumlah kelompok guru yaitu terdiri dari 7 kelompok yang masing-masing kelompok anggotanya antara 5 orang, (5) menetapkan waktu yang digunakan guru untuk berkunjung wajib ke FB ( facebook) dan copy darat ( pertemuan langsung ) dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA dan presentasi hasil rancangan, dan (6) menjelaskan model yang 78

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

akan diterapkan kepada guru dengan jalan menggali pengetahuan dari guru itu sendiri.

2. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah, yakni: (1) guru dikelompokkan menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 5 orang yang memiliki kemampuan yang beragam (heterogen), (2) mendiskusikan konsep media pembelajaran, dengan jalan memberi contoh-contoh media yang mengacu pada materi pembelajaran. (3) peserta (guru) memberikan tanggapan tentang contoh tersebut, diusahakan dari tanggapan dan diskusi para peserta (guru) membangun sendiri pengetahuan tentang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA, (4) setelah, peserta (guru) betul-betul paham, dilanjutkan dengan kegiatan pembinaan KKG Seqip IPA dan PMRI/Lesson Study duntuk merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA yang dirangkai dengan RPP, dan (5) peserta (guru) melaksanakan pembelajaran dengan guru lain sebagai siswa. Setelah pelaksanaan pembelajaran, peserta lain memberikan tanggapan saran atau pertanyaan (saran lebih mengacu pada nilai-nilai media pembelajaran ). 1) ketepatan media dengan tujuan pengajaran,2) tepat untuk mendukung isi pelajaran ,3) praktis, luwes, dan tahan , 4) guru terampil menggunakannya , 5) tersedia waktu untuk menggunakannya ,6) mutu teknis , 7) sesuai dengan taraf berpikir anak 3. Hasil Pengamatan Setelah diadakan pengamatan dan dievaluasi proses rancangan, dilanjutkan dengan mengevaluasi hasil rancangan dengan menggunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil penilaian dengan observasi, diperoleh rata-rata kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran sebesar 72 (Belum Tuntas). Untuk menentukan klasifikasi kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA terlebih dahulu dihitung mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Mi = ½ (skor maksimum + skor minimum) = ½ (100+0) = 50, dan SDi = 1/6 (skor maksimum – skor minimum) = 1/6 (100-0)= 16,67.

Berdasarkan perhitungan dalam analisias data, diperoleh nilai ratarata kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA 72 (Belum Tuntas). Dengan demikian kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA pada siklus I (pertama) tergolong dalam klasifikasi baik, yakni berada pada interval ke tiga (5875). Di samping itu, dilihat dari masing-masing aspek yang diukur untuk

79

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

menentukan kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 2 Rangkuman Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam Merancang Instalisasi Program Moddle Pembelajaran Alat Peraga Sederhana/ Media Matematika dan IPA pada Siklus I Komponen Nama No Jumlah Rata2 Keterangan Guru A b c d e f g 1 A 76 77 76 75 77 78 69 528 75 Tuntas 2 B 70 80 56 29 80 70 76 461 66 Belum Tuntas 3 C 60 70 50 60 70 60 70 440 63 Belum Tuntas 4 D 80 76 60 67 80 78 67 508 73 Belum Tuntas 5 E 75 78 69 70 78 80 79 529 76 Tuntas 6 F 90 70 60 65 70 75 78 508 73 Belum Tuntas 7 G 79 77 80 76 76 78 79 545 78 Tuntas 8 H 75 80 67 66 60 70 56 474 68 Belum Tuntas 9 I 90 70 60 65 70 75 78 508 73 Belum Tuntas 10 J 76 77 76 75 77 78 69 528 75 Tuntas 11 K 75 78 69 70 78 80 79 529 76 Tuntas 12 L 65 80 79 78 79 79 80 540 77 Tuntas 13 M 80 76 60 67 80 78 67 508 73 Belum Tuntas 14 N 60 78 78 79 60 60 79 494 71 Belum Tuntas 15 O 79 77 80 76 76 78 79 545 78 Tuntas 16 P 60 70 50 60 70 60 70 440 63 Belum Tuntas 17 Q 75 80 67 66 60 70 56 474 68 Belum Tuntas 18 R 70 80 56 29 80 70 76 461 66 Belum Tuntas 19 S 75 78 69 70 78 80 79 529 76 Tuntas 20 T 90 70 60 65 70 75 78 508 73 Belum Tuntas 21 W 79 77 80 76 76 78 79 545 78 Tuntas 22 X 75 80 67 66 60 70 56 474 68 Belum Tuntas 23 Y 65 80 79 78 79 79 80 540 77 Tuntas 24 Z 60 78 78 79 60 60 79 494 71 Belum Tuntas 25 AA 76 77 76 75 77 78 69 528 75 Tuntas 26 BB 70 80 56 29 80 70 76 461 66 Belum Tuntas 27 CC 60 70 50 60 70 60 70 440 63 Belum Tuntas 28 DD 80 76 60 67 80 78 67 508 73 Belum Tuntas 29 EE 75 78 69 70 78 80 79 529 76 Tuntas 30 FF 65 80 79 78 79 79 80 540 77 Tuntas Jumlah 2205 2298 2016 1986 2208 2204 2199 15116 2159 Rata-rata 74 77 67 66 74 73 73 504 72 Belum Tuntas

80

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Berdasarkan Tabel 2 tersebut tampak sebanyak 17 orang atau sebesar 56.67% guru yang belum mencapai indikator kinerja minimal yang telah ditetapkan dari 30 orang guru yang diberikan tidakan berupa pembinaan dengan model KKG Seqip IPA dan PMRI/Lesson Study.

80 60

72

71,32

43,33

30,00

40

rata-rata Tuntas %

20 0 PRASIKLUS SIKLUS 1 Gambar 1 Histogram kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA pada siklus I. 4. Refleksi Masalah yang ditemui dalam siklus I antara lain; (1) kemampuan guru dalam melakukan instalasi program pembuatan media sederhana Matematika dan IPA masih kurang ,(2) pengawas sebagai pembina belum mampu menciptakan susana yang mampu menggali strategi pemecahan masalah, (3) peserta belum berani mengungkapkan gagasannya sendiri, dan (4) pengawas belum berhasil mengiring guru kearah pemecahan masalah dengan menemukan sendiri.

Dari masalah tersebut, diputuskan untuk memperbaiki beberapa langkah dalam siklus I, yakni: meningkatkan intensitas kunjungan any time FB ( facebook ), kemampuan memecahkan masalah dioptimalkan melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka, dan guru dituntun dalam mengembangkan pemecahan masalah dalam upaya untuk lebih berani melakukan instalasi program e-learning berbasis program moddle (KKG Seqip IPA dan PMRI/Lesson Study), dan meningkatkan keterampilan mengoperasikan alat education MIPA. C. Siklus II Setelah siklus II dijalankan yang mengacu pada refleksi dan pemecahan masalah pada sikuls I diperoleh rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan masalah sebesar 79. Untuk menentukan klasifikasi kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA terlebih 81

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

dahulu dihitung mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Mi = ½ (skor maksimum + skor minimum) = ½ (100+0) = 50, dan SDi = 1/6 (skor maksimum - skor minimum) = 1/6 (100-0) = 16,67.

Dari perhitungan diperoleh rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah 79. Dengan demikian kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA pada siklus II (kedua) tergolong dalam klasifikasi sangat baik, yakni berada pada interval diatas 75,00. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA belum memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan. Di samping itu, hasil ini belum menunjukkan keberhasilan sebuah tindakan yang dilakukan sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga memerlukan siklus berikutnya. Kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Tabel 3 Rangkuman Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam Merancang Media Pembalajaran Siklus II Komponen Nama Jumlah Rata2 Guru a b c d e f g A 85 83 83 84 80 78 84 577 82 B 84 82 80 81 81 83 84 575 82 C 79 81 85 86 87 90 79 587 84 D 85 81 79 78 85 83 80 571 82 E 84 82 80 81 81 83 84 575 82 F 80 83 76 75 83 85 84 566 81 G 75 85 61 34 85 75 81 496 71 H 65 75 55 65 75 65 75 475 68 I 85 83 83 84 80 78 84 577 82 J 75 85 84 83 84 84 85 580 83 K 91 82 71 80 82 83 78 567 81 L 79 81 85 86 87 90 79 587 84 M 80 85 72 71 65 75 61 509 73 N 65 75 55 65 75 65 75 475 68 O 80 85 72 71 65 75 61 509 73 P 75 85 61 34 85 75 81 496 71 Q 91 82 71 80 82 83 78 567 81 R 80 83 76 75 83 85 84 566 81 S 75 85 84 83 84 84 85 580 83 T 85 81 79 78 85 83 80 571 82 W 85 83 83 84 80 78 84 577 82 82

Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Nama Guru 22 X 23 Y 24 Z 25 AA 26 BB 27 CC 28 DD 29 EE 30 FF Jumlah Rata-rata

No

Komponen Jumlah Rata2 Keterangan a b c d e f g 84 82 80 81 81 83 84 575 82 Tuntas 79 81 85 86 87 90 79 587 84 Tuntas 85 81 79 78 85 83 80 571 82 Tuntas 84 82 80 81 81 83 84 575 82 Tuntas 80 83 76 75 83 85 84 566 81 Tuntas 75 85 61 34 85 75 81 496 71 Belum Tuntas 65 75 55 65 75 65 75 475 68 Belum Tuntas 85 83 83 84 80 78 84 577 82 Tuntas 75 85 84 83 84 84 85 580 83 Tuntas 2395 2464 2258 2225 2435 2406 2402 16585 2369 80 82 75 74 81 80 80 553 79 Tuntas

Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa sebanyak 8 orang atau sebesar 26.67% guru yang belum mencapai indikator kinerja minimal yang telah ditetapkan dari 35 orang guru yang diberikan tindakan berupa pembinaan dengan model KKG Seqip IPA dan PMRI/Lesson Study. Bila dilihat dari masing-masing aspek penilaian, tampaknya aspek yang sudah memenuhi kriteria minimal adalah tepat untuk mendukung isi pelajaran 90%, tersedia waktu untuk menggunakannya 100%, mutu teknis 66.67%, sesuai dengan taraf berfikir anak 76.67% .Aspek yang lain belum melewati batas indikator kinerja adalah ketepatan media dengan tujuan pengajaran 93.33%, praktis, luwes, dan tahan 90%, guru terampil menggunakannya 93.33% . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram gambar 2

90

79

72 60

73,33

43,33 rata-rata Tuntas %

30 0 SIKLUS 1

SEKLUS 2

Gambar 2 Histogram kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA pada Siklus II.

83

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA pada siklus II belum menunjukkan hasil sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Setelah diadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh, diputuskan untuk memperbaiki beberapa langkah dalam pembelajaran. Masalah yang ditemui dalam siklus II antara lain; (1) guru sudah agak berani untuk membuat media sederhana Matematika dan IPA, (2) guru agak berani mengungkapkan gagasannya sendiri, dan (3) pengawas cukup berhasil mengiring peserta ke arah penguasaan tentang media sederhana matematika dan IPA dengan cara menemukan sendiri.

Berdasarkan masalah tersebut, diputuskan untuk memantapkan beberapa langkah dalam siklus II, yakni: tugas yang diberikan lebih menantang misalnya dengan merekomendasi untuk membuka blog tertentu, strategi informal peserta dioptimalkan melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka yang lebih menantang dan menarik.

D. Siklus III Setelah siklus III dijalankan yang mengacu pada refleksi dan pemecahan masalah pada sikuls II diperoleh kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA sebesar 79 .

Berdasarkan perhitungan diperoleh rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis masalah 83. Dengan demikian kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA pada siklus III (ketiga) tergolong dalam klasifikasi sangat baik, yakni berada pada interval diatas 75,00. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA sudah memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Di samping itu, dilihat dari masing-masing aspek yang diukur untuk menentukan kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran matematika dan IPA dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Rangkuman Hasil Penilaian Kemampuan Guru dalam Merancang Media Pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA pada Siklus III. Komponen Nama No Jumlah Rata2 Keterangan Guru a b c d e f g 1 A 90 86 79 78 90 88 80 591 84 Tuntas 2 B 85 88 88 89 80 78 85 593 85 Tuntas 3 C 89 87 90 86 86 88 89 615 88 Tuntas 4 D 79 86 90 91 92 95 80 613 88 Tuntas

84

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Nama Guru 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 W 22 X 23 Y 24 Z 25 AA 26 BB 27 CC 28 DD 29 EE 30 FF Jumlah Rata-rata

No

Komponen Jumlah Rata2 a b c d e f g 90 86 79 78 90 88 80 591 84 89 87 90 86 86 88 89 615 88 85 88 79 80 88 90 89 599 86 80 90 66 39 90 80 86 531 76 70 80 60 70 80 70 80 510 73 85 88 88 89 80 78 85 593 85 75 90 89 88 89 89 90 610 87 91 87 86 85 87 88 79 603 86 79 81 85 86 87 90 79 587 84 85 90 77 76 70 80 66 544 78 70 80 60 70 80 70 80 510 73 85 90 77 76 70 80 66 544 78 80 90 66 39 90 80 86 531 76 91 87 86 85 87 88 79 603 86 85 88 79 80 88 90 89 599 86 75 90 89 88 89 89 90 610 87 90 86 79 78 90 88 80 591 84 85 88 88 89 80 78 85 593 85 89 87 90 86 86 88 89 615 88 79 86 90 91 92 95 80 613 88 90 86 79 78 90 88 80 591 84 85 88 88 89 80 78 85 593 85 75 90 89 88 89 89 90 610 87 91 87 86 85 87 88 79 603 86 79 81 85 86 87 90 79 587 84 85 90 77 76 70 80 66 544 78 2506 2608 2454 2405 2550 2549 2460 17532 2505 84 87 82 80 85 85 82 584 83

Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

Berdasarkan Tabel 4 tampak bahwa hanya 1 orang atau sebesar 3.33 % guru yang belum mencapai indikator kinerja minimal yang telah ditetapkan dari 30 orang guru yang diberikan tidakan berupa pembinaan dengan model KKG Seqip IPA dan PMRI/Lesson Study. Ini berarti sudah 96.67% guru telah mampu merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA. Bila dilihat dari masing-masing aspek penilaian, tampaknya semua aspek sudah memenuhi kriteria minimal yang telah ditetapkan, yakni memiliki rata-rata di atas 75,00. dengan hasil seperti menunjukkan bahwa pembinaan dengan model KKG Seqip IPA dan

85

Tuntas

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

PMRI/Lesson Study dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA pada Guru Sekolah Dasar di Wilayah Binaan di Kecamatan Banjarmasin Barat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram gambar 3.

96,67

100 79

83

73,33

75

50

rata-rata Tuntas %

25

0 SIKLUS 2

SIKLUS 3

Gambar 3 Histogram kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA pada Siklus III. Rangkuman hasil penelitian dari Siklus I, Siklus II dan Siklus III dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 5. Rangkuman Hasil Penelitian per Siklus Rata-rata Peningkatan Dari Dari Siklus I Total (Dari Siklus II Siklus I Siklus II Siklus III ke Siklus I ke ke Siklus Siklus Siklus III III II Rata-rata 72 79 83 5 4 9 Tuntas (or) 13 22 29 9 7 16 Tuntas (%) 43.33 73.33 96.67 30 23.34 53.34 Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang peningkatan kemampuan guru merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA dari Siklus I s/d Siklus III dapat dilihat pada histogram gambar 4.

86

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

120 100 80 60

79

72

73,33

96,67 83,00

43,33

rata-rata Tuntas %

40 20 0 SIKLUS 1

SIKLUS 2

SIKLUS 3

Gambar 4 Histogram kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA Siklus I s/d III E. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis pada masing-masing siklus menunjukkan peningkatan kualitas dan rata-rata kemampuan guru Sekolah Dasar binaan dalam merancang media pembelajaran dari siklus I ke siklus II Aspek Total Nilai No Ket Siklus a b c d e f g Skor 1 1 63.33 80 36.67 36.67 63.33 63.33 60 403.33 57.62 2 2 90 100 66.67 76.67 93.33 90 93.33 610 87.14 Peningkatan 26.67 20 40 4.40 30 26.67 33.33 206.67 29.52 Dari siklus II dan siklus III juga terjadi peningkatan Aspek Total Nilai Ket No Siklus a b c d e f g Skor 1 2 90 100 66.67 76.67 93.33 90 93.33 610 87.14 2 3 93.33 100 86.67 90 90 96.67 90 646.67 92.38 Peningkatan 3.33 0 20 13.33 3.33 6.67 3.33 36.67 5.24 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pembinaan dengan modelKKG Seqip IPA dan PMRI/Lesson Study dapat meningkatkan kemampuan guru Sekolah Dasar di sekolah binaan dalam merancang media pembelajaran Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan dengan modelKKG Seqip IPA dan PMRI/Lesson Study dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran yang Alat Peraga Sederhana/Media Matematika dan IPA.

87

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

Poses pembinaan dengan model KKG Seqip IPA dan PMRI/Lesson Study, para guru membutuhkan bimbingan untuk mengembangkan pikirannya.

Bimbingan itu diberikan dalam bentuk tugas - tugas. Partisipasi penuh dari guru hanya dapat dicapai apabila pengawas menciptakan suasana belajar ke arah itu dengan memberikan tugas yang menantang. Dalam hal ini tugas yang diberikan mengarah pada proses, karena pada tahap permulaan para guru cenderung belum memiliki keterampilan proses ini. Dengan demikian peranan tugas sangat penting dalam meningkatkan partisipasi guru dalam proses pembinaan.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dengan pembinaan pembuatan media sederha “AEMIPA”dapat meningkatkan kemampuan guru Sekolah Dasar di Wilayah Binaan Gugus Teluk Tiram di Kecamatan Banjarmasin Barat dalam merancang media pembelajaran “AEMIPA” dengan rata-rata 72 pada Siklus I ,79 pada Siklus II, dan 82 pada Siklus III. 2. Terjadi peningkatan kemampuan guru Sekolah Dasar di Wilayah Binaan Gugus Teluk Tiram di Kecamatan Banjarmasin Barat merancang media pembelajaran “AEMIPA’dari siklus I ke siklus II sebesar 7 poin yakni dari 72 pada Siklus I ke 79 pada Siklus II, terjadi peningkatan dari siklus II dan siklus III sebesar 4 poin yakni dari 79 pada Siklus II menjadi 83 pada Siklus III, dan terjadi peningkatan total dari Siklus I ke Siklus III sebesar 11 poin yakni dari 72 pada Siklus I menjadi 83 pada Siklus III .

3. Dengan pembinaan pembuatan media sederha “AEMIPA” dapat meningkatkan ketuntasan kemampuan guru Sekolah Dasar di Wilayah Binaan Gugus Teluk Tiram di Kecamatan Banjarmasin Barat dalam merancang media pembelajaran dengan ketercapaian sebanyak 13 orang (43.33%) pada Siklus I, 22 orang (73.33%) pada Siklus II, dan 29 orang (96.67%) pada Siklus III. 4. Terjadi peningkatan daya ketuntasan kemampuan guru Sekolah Dasar di Wilayah Binaan Gugus Teluk Tiram di Kecamatan Banjarmasin Barat merancang media pembelajaran “AEMIPA’ dari siklus I ke siklus II sebanyak 9 orang (30%) yakni dari 13 orang (43.33%) pada Siklus I menjadi 22 orang (73.33%) pada Siklus II, terjadi peningkatan sebanyak 7 orang (23.22%) yakni dari 22 orang (73.33%) pada Siklus II menjadi 29 orang (96.67%) pada Siklus III dan peningkatan total dari Siklus I ke Siklus III sebanyak 16 orang (53.33%) yakni dari 13 orang (43.33%) pada Siklus I menjadi 29 orang (96.67%) pada Siklus III .

88

p ISSN 2807 – 5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808 - 3687

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarakan beberapa hal, antara lain: 1. Kepada para guru agar menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan merancang media pembelajaran “AEMIPA’ yang lebih inovatif dan dengan menemukan secara mandiri konsep dan karakteristik media pembelajaran Matematika dan IPA 2. Kepada para guru agar menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk mengukur kemampuan dalam merancang media pembelajaran berbassi”AEMIPA’sehingga peningkatan kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran “AEMIPA’ benar-benar diakibatkan oleh pengawas Pembina.

3. Kepada Kepala sekolah agar menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan bandingan dalam membina guru dan untuk meningkatkan mutu sekolah melaui peningkatan mutu pembelajaran.

4. Kepada pemerintah agar menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam rangka melakukan pembinaan kepada guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa. Cipta Djoko Iswadji (2003). Pengembangan Media / Alat peraga Pembelajaran Matematika di SLTP. Yogyakarta: UNY. Estiningsih, Elly. (1994). Penggunaan Alat Peraga dalam Pengajar MatematikaSD. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Heinich, R., Molenda, M., dan Russel, J. D. (eds), Instructional Media, NewYork: Macmilan, 2002 Jerome S Bruner. (1960). The Process of Education. Harvard University Press Cambridge.

Schramm. 1977. Media Pembelajaran. Artikel Pendidikan Indonesian.

(Online):(http://www.infogue.com/viewstory/2011/01/08/pengertian_medi pembelaran_menurut_pakar_pendidikan/?url=http://zonainfosemua.blogsp ot.com/20/01/media-berasal-dari-bahasa-latin.html).

89

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN PRAKTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI APLIKASI PENGOLAH ANGKA / SPREADSHEET PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 MARABAHAN Rusmidah Rahmah (Guru Produktif SMK Negeri 1 Marabahan) ABSTRAK Kebiasaan pembelajaran praktik komputer yang kurang baik berdampak negatif pada tingkat permainan/game bagi seorang siswa. Untuk mengatasi hal tersebut sangat dibutuhkan usaha dan kreatifitas guru. Penerapan metode mandiri dan kelompok dalam pembelajaran praktek merupakan salah satu upaya memecahkan masalah tersebut.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk Mengefektifkan Pembelajaran Praktik Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Aplikasi Pengolah Angka / Spreadsheet Pada Siswa Kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Marabahan.

Penelitian tindakan kelas ini mengambil setting di SMK Negeri 1 Marabahan kelas X Akuntasi, dengan jumlah siswa 36 siswa. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui tiga siklus. Sebelum siklus I dilaksanakan perlu adanya pra tindakan yaitu identifikasi tentang metode kelompok, kemudian dilaksanakan siklus I sebagai penerapan mandiri, siklus II sebagai implementasi pelaksanaan metode kelompok, dan siklus III sebagai tahap pemantapan kelompok.

Hasil penelitian pada siklus I tingkat keterbacaannya masih rendah, karena 10 orang yang mendapat nilai A, 19 orang yang mendapat Nilai B, 7 orang yang mendapat nilai C. Pada siklus II hasil penelitian mengalami perubahan positif yaitu 16 orang yang mendapat nilai A, 18 orang yang mendapat Nilai B, 2 orang yang mendapat nilai C. Hasil penelitian pada siklus III mengalami peningkatan perubahan yaitu 30 orang yang mendapat nilai A, 6 orang yang mendapat Nilai B, tidak ada yang mendapat nilai C dan D. Hasil penelitian pada siklus IV mengalami pemantapan yaitu 35 orang yang mendapat nilai A, 1 orang yang mendapat Nilai B. Kata kunci : TIK /Komputer, Mengefektifkan Pembelajaran Praktik, Spreadsheet EFFECTIVE PRACTICAL LEARNING TO IMPROVE STUDENT'S UNDERSTANDING OF SPREADSHEET APPLICATION COMPETENCE OF CLASS X ACCOUNTING OF SMK NEGERI 1 MARABAHAN ABSTRACT Poor computer practice learning habits have a negative impact on the level of play/game for a student. To overcome this, it takes effort and creativity of teachers.

The application of independent and group methods in practical learning is one of the efforts to solve this problem.

90

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

The purpose of this classroom action research is to streamline practical learning to improve student understanding of the Competency of Number Processing Applications / Spreadsheets for Class X Accounting Students at SMK Negeri 1 Marabahan. This classroom action research is set in SMK Negeri 1 Marabahan class X Accounting, with 36 students. Implementation of activities carried out through three cycles. Before the first cycle is carried out, it is necessary to have a pre-action, namely the identification of the group method, then the first cycle is carried out as an independent application, the second cycle is the implementation of the group method implementation, and the third cycle is the group stabilization stage.

The results of the research in the first cycle the readability level was still low, because 10 people got an A, 19 people got a B value, 7 people got a C value. In the second cycle the research results experienced positive changes, namely 16 people who got an A, 18 people who got a B grade, 2 people got a C grade. The results of the research in the third cycle experienced an increase in changes, namely 30 people who got an A grade, 6 people who got a B grade, no one got a C and D grade. The results of the research in the IV cycle experienced stabilization, namely 35 people who got an A grade, 1 person got a B grade.

Keywords: ICT / Computers, Making Practical Learning Effective, Spreadsheet I. PENDAHULUAN Dalam Era Revolusi industri 4.0 kemajuan teknologi semakin canggih,kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru dan profesi yang baru yang mana pada Era ini trend di dunia industri dapat menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber salah satunya adalah Internet of Things. Tian Belawati, Ph.D, mengatakan pada buku Pengembangan Bahan Ajar yaitu : Penggunaan komputer untuk program pembelajaran terus meningkat akhir-akhir ini. Pemanfaatan komputer untuk program pembelajaran dapat langsung dioperasikan oleh siswa langsung atau terkoneksi dengan komputer lain.

Kebanyakan siswa beranggapan bahwa belajar komputer adalah pelajaran yang rumit dan susah dimengerti atau dipahami. Berdasarkan latar belakang tersebut merupakan tugas utama bagi seorang guru untuk mengajar, mendidik dan melatih siswanya dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar mereka tidak merasa jenuh dan bosan. Salah satu kemampuan guru yang harus dikuasai adalah pengembangan diri secara profesional dalam mengajar, yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mantap serta dilengkapi dengan fasilitas laboratorium komputer. Oleh karena itu kami mengadakan penelitian sebagai alat untuk meningkatkan kualitas diri dengan alat kuisioner dalam bentuk pertanyaan yang ditujukan kepada siswa. Metode ini sederhana, cepat, dan relatif murah dalam pelaksanaannya.

Penelitian ini dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagaimana diungkapkan oleh Wardani dkk (2001)

91

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

pada buku Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui reflesi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagi guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

II. METODE PENELITIAN A. Tempat Pelaksanaan Tempat pelaksanaan PTK di SMK Negeri 1 Marabahan, kelas X akuntansi dengan alamat Jl. Jenderal Sudirman No. 87 Marabahan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan dengan nomor telepon 08115161705.

B. Prosedur Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam proses pembelajaran ini terbagi menjadi 4 siklus, setiap siklusnya dilakukan satu tindakan. Pada siklus I, II dan III diamati oleh teman sejawat, sedangkan pada siklus IV diamati oleh wakil kurikulum yang ditunjuk oleh kepala sekolah SMK Negeri 1 Marabahan. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran guru (peneliti) perlu melakukan berbagai persiapan antara lain sebagai berikut : 1. Kegiatan Pendahuluan, yakni diawali indentifikasi masalah dengan membagikan kuisioner kepada siswa dengan tujuan agar mereka dapat merefleksi terhadap perilaku guru (peneliti) dengan baik, hasil kuesioner tersebut didiskusikan dengan teman sejawat yaitu guru mata pelajaran komputer kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Marabahan.

2. Siklus I, peneliti mengambil materi tentang “Pengertian, jenis dan fungsi, mempersiapkan Paket Pengolah Angka / Spreadsheet” dengan alokasi waktu 2 x 45 menit ( 1 kali pertemuan) a. Perencanaan Tindakan I Peneliti menyusun Rencana Pembelajaran, dan Membuat soal. Pada siklus I ini tindakan difokuskan pada perhatian siswa dengan metode variasi gaya mengajar dan penggunaan media berupa modul saja. b. Pelaksanaan Tindakan I, peneliti bekerjasama dengan teman sejawat yaitu guru mata pelajaran Komputer kelas X SMK sebagai pengamat (observer).

Peneliti mengadakan pembelajaran komputer sesuai dengan rencana pembelajaran. Pada awal pembelajaran peneliti memberikan apersepsi untuk memotivasi siswa, dilanjutkan dengan ceramah atau penjelasan dengan menggunakan modul dan memberikan contoh soal. Selanjutnya peneliti memberikan soal untuk dikerjakan dalam kelompok. Hasil pekerjaan siswa dikoreksi kemudian memikirkan cara mengatasi masalahmasalah yang dihadapi siswa. c. Observasi Tindakan I, menghasilkan data dari kegiatan pembelajaran pertama dengan skenario RP-1 sebagai berikut:

92

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 1. HASIL PEMBELAJARAN SIKLUS I No. Absen

Nama Siswa

Pertanyaan Kurang Tidak Tepat (Soal) Tepat Tepat

I II 4 4 1 Abdul Hadi I II 3 4 Anisah I II 4 4 1 Anton I II 4 4 1 1 Ariana I II 4 4 1 Ary Setiawan I II 5 4 Bayu Aji Bagus Ginanjar I II 5 4 Berliana Maharani I II 5 4 Esti Suhesti I II 4 4 1 Fingky Herlina Wati I II 4 4 1 Gita Safitri I II 4 4 1 Haidi I II 4 3 1 Hartoni Herka I II 4 3 Hersa Aulia Wati I II 4 3 1 2 Irfan I II 3 5 1 Kasim Dandi I II 4 4 1 1 Maimunah I II 3 3 Mita Aulia I II 5 3 2 Muhammad Ayub Yulistiyo I II 5 3 Muhammad Maulana Rizqi I II 5 4 Muhammad Syahril I II 4 4 1 1 21 Ramadhan I II 4 4 1 1 22 Nadia Amaliah 23 Nana Norsafitri I II 4 4 1 1 24 Nanda Dwi Pertiwi I II 4 5 1 25 Nopansyah I II 4 5 1 26 Oktavia Dewi I II 5 5 27 Restiani I II 4 4 1 1 I II 5 5 28 Rizwan Efindi 29 Saiful Anwar I II 4 4 30 Salidah I II 5 4 31 Salwa Raihanah I II 5 3 Keterangan : * Jumlah siswa ada 36 orang * Soal berupa : I. 5 soal pilihan ganda II. 5 Soal Essay 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

93

2 1 1 1 1 1 2 -

1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1

-

-

1 -

1 1 2

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Soal test ini dilakukan untuk menguji kemampuan siswa dalam proses pembelajaran yang mana test tersebut dilakukan 5 soal tes pilihan ganda dan 5 soal essay tes jawaban singkat d. Refleksi Tindakan I Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada kegiatan pembelajaran 1 (RP-1) siswa belum dapat mengerjakan soal dengan tepat. Hanya beberapa siswa saja yang dapat mengerjakan soal dengan tepat, sisanya santai dan berbicara sendiri serta ada yang main-main sehingga nilainya banyak yang kurang tepat, tidak tepat. Hasil yang diperoleh dibawah standard dikarenakan masih banyak siswa yang belum mengerti, belum paham dan tidak menggunakan media berupa komputer seingga banyak siswa yang menjawab soal kurang tepat dan tidak tepat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka pelaksanaan dilanjutkan pada siklus II. 3. Siklus II Pada siklus II ini peneliti mengambil materi “Sumber Data, Cell” dengan alokasi waktu 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) a. Perencanaan Tindakan II Peneliti menyusun Rencana Pembelajaran, dan membuat soal. Pada siklus II ini tindakan difokuskan pada perhatian siswa dengan metode variasi gaya mengajar dan penggunaan media berupa modul saja. b. Pelaksanaan Tindakan II peneliti peneliti menjelaskan materi tentang Mengolah Data dengan Menggunakan Fungsi Statistik kemudian memberikan soal serta mengarahkan siswa untuk dapat menyelesaikannya dan bekerja sama tau mendiskusikan dengan temannya agar dapat menjawab soal dengan benar dan tepat dalam penggunaan laboratorium komputer. Hasil pekerjaan siswa Dikoreksi kemudian memikirkan cara mengatasi masalah yang dihadapi siswa. c. Observasi Tindakan II memperoleh data dengan skenariop RP-2 sebagai berikut : Tabel 2. HASIL PEMBELAJARAN SIKLUS II No. Absen 1 3 5 7 9

2 4 6 8 10

Kuran Tidak Pertanyaan Tepat Tepat Tepat (Soal)

Nama Siswa Baris Meja 01 Baris Meja 02 Baris Meja 03 Baris Meja 04 Baris Meja 05

I I I I I 94

II II II II II

4 5 5 4 5

4 5 4 4 4

1 1 -

1 -

-

1 1 1

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

No. Absen

Pertanyaan Kuran Tidak Tepat (Soal) Tepat Tepat

Nama Siswa

I II 5 4 - - 1 11 12 Baris Meja 06 13 14 Baris Meja 07 I II 5 4 - - 1 15 16 Baris Meja 08 I II 5 4 - - - 1 17 18 Baris Meja 09 I II 4 3 - - 1 2 19 20 Baris Meja 10 I II 4 4 1 - - 1 21 22 Baris Meja 11 I II 4 4 1 - - 1 23 24 Baris Meja 12 I II 4 4 - 1 1 25 26 Baris Meja 13 I II 4 4 - 1 1 27 28 Baris Meja 14 I II 5 5 - - - 29 30 Baris Meja 15 I II 4 4 1 1 - 31 32 Baris Meja 16 I II 4 4 1 1 - 33 34 Baris Meja 17 I II 4 4 - 1 1 35 36 Baris Meja 18 I II 4 5 - - 1 Keterangan :  Jumlah siswa ada 36 orang dengan menggunakan satu komputer untuk 2 orang  Soal berupa: I. 5 soal pilihan ganda II. 5 Soal Essay d. Refleksi Tindakan I, Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada kegiatan pembelajaran 2 (RP-2) siswa belum dapat mengerjakan soal dengan tepat. Hanya beberapa siswa saja yang dapat mengerjakan soal dengan tepat, sisanya santai dan berbicara sendiri serta ada yang main-main sehingga nilainya banyak yang kurang tepat, tidak tepat.

Hasil yang diperoleh dibawah standard dikarenakan masih banyak siswa yang belum mengerti, belum paham dan tidak menggunakan media berupa komputer sehingga banyak siswa yang menjawab soal kurang tepat dan tidak tepat.

4. Siklus III Pada siklus III ini peneliti mengambil materi tentang “Mengolah Data dengan Menggunakan Jenis dan Fungsi Statistik” dengan alokasi waktu 2 x 45 menit (1 kali pertemuan). a. Perencanaan Tindakan III Peneliti menyusun Rencana Pembelajaran dan Membuat soal. Pada siklus III ini tindakan difokuskan pada keterampilan siswa dalam penggunaan media/alat praktek berupa komputer dan pemberian penguatan pada masing-masing kelompok yang dapat mengerjakan soal dengan benar dan tepat.

95

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

b. Pelaksanaan Tindakan III pada dasarnya sama seperti tindakan I dan II, pada tindakan III peneliti mengarahkan serta melakukan pendekatan masing-masing kelompok dan pada saat siswa mengerjakan soal mengarahkan siswa agar bekerja sama dengan baik dan menjawab soal dengan tepat serta guru memberikan penguatan bagi siswa yang dapat mengerjakan soal di papan whiteboard dengan tepat. Hasil pekerjaan siswa dikoreksi kemudian memikirkan cara mengatasi masalah yang ada. c. Observasi Tindakan III mendapatkan data sebagai berikut : Tabel 3 HASIL PEMBELAJARAN SIKLUS III Kurang No. Pertanyaan Nama Siswa Tepat Absen (Soal) Tepat

Tidak Tepat

1 2 Baris Meja 01 I II 4 5 1 3 4 Baris Meja 02 I II 5 5 5 6 Baris Meja 03 1 I II 5 4 7 8 Baris Meja 04 1 I II 4 5 9 10 Baris Meja 05 I II 5 4 1 11 12 Baris Meja 06 I II 5 5 13 14 Baris Meja 07 I II 5 4 1 15 16 Baris Meja 08 1 I I 5 4 17 18 Baris Meja 09 2 I I 3 5 19 20 Baris Meja 10 I I 4 4 1 1 21 22 Baris Meja 11 I I 4 5 1 23 24 Baris Meja 12 I I 5 5 1 25 26 Baris Meja 13 I I 4 4 1 1 27 28 Baris Meja 14 I I 5 5 29 30 Baris Meja 15 I I 4 5 1 31 32 Baris Meja 16 1 I I 4 5 33 34 Baris Meja 17 I I 5 4 1 1 35 36 Baris Meja 18 I I 4 5 1 Keterangan :  Jumlah siswa ada 36 orang dengan menggunakan satu komputer untuk 2 orang.  Soal berupa : I. 5 Soal pilihan ganda II. 5 soal essay praktek d. Refleksi Tindakan III memperlihatkan adanya peningkatan mengerjakan soal dengan tepat, sisanya masih ada siswa yang menjawab soal tidak tepat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka pelaksanaan dilanjutkan pada siklus III.

96

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

5. Siklus IV Pada siklus IV ini peneliti mengambil materi tentang “Membuat Aplikasi Jurnal” dengan alokasi waktu 2 x 45 menit (1 kali pertemuan) a. Perencanaan Tindakan IV Peneliti menyusun Rencana Pembelajaran, Membuat soal. Pada siklus IV ini tindakan peneliti memfokuskan agar siswa dapat membuat ringkasan materi berupa rangkuman materi pembelajaran secara singkat dan tepat b. Pelaksanaan Tindakan IV pada dasarnya sama seperti tindakan I, II, dan II. Pada Tindakan IV peneliti mengarahkan siswa agar dapat menyimpulkan materi pembelajaran membuat Mengolah Data dengan Menggunakan Fungsi Finansial pada microsoft excel setelah mengerjakan soal latihan praktek sendiri-sendiri di ruang lab komputer. Hasil pekerjaan siswa dikoreksi kemudian memikirkan cara mengatasi masalah yang ada c. Observasi Tindakan IV, memperoleh data kegaitan pembelajaran IV sebagai berikut : Tabel 4 HASIL PEMBELAJARAN SIKLUS IV No. Absen

Pertanyaan Kurang Tidak Tepat (Soal) Tepat Tepat

Nama Siswa

1 Abdul Hadi 2 Anisah 3 Anton 4 Ariana 5 Ary Setiawan 6 Bayu Aji Bagus Ginanjar 7 Berliana Maharani 8 Esti Suhesti 9 Fingky Herlina Wati 10 Gita Safitri 11 Haidi 12 Hartoni 13 Herka 14 Hersa Aulia Wati 15 Irfan 16 Kasim Dandi 17 Maimunah 18 Mita Aulia 19 Muhammad Ayub Yulistiyo

97

I I I I I I I I I I I I I I I I

10 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 9 9 9 10 10

1 1 1 1 -

I I I

8 10 10

2 -

-

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

No. Absen

Pertanyaan Kurang Tidak Tepat (Soal) Tepat Tepat 10 I I 10 I 10 I 10 10 I 10 I I 10 10 I 10 I -

Nama Siswa

20 Muhammad Maulana Rizqi 21 Muhammad Syahril Ramadhan 22 Nadia Amaliah 23 Nana Norsafitri 24 Nanda Dwi Pertiwi 25 Nopansyah 26 Oktavia Dewi 27 Restiani 28 Rizwan Efindi 29 Saiful Anwar I 30 Salidah I 31 Salwa Raihanah I 32 Saminasih I 33 Siti Nur Alisa I 34 Soviatun I 35 Tegar Wahyu Juniarta I 36 Tri Desi Natalia I Keterangan :  Jumlah siswa ada 36 orang, dengan menggunakan satu orang  Soal berupa : I. 10 Soal Essay

10 10 9 10 10 10 10 10

1 -

-

komputer untuk setiap

d. Refleksi Tindakan IV didasarkan pengamatan peneliti (Guru) pada kegiatan pembelajaran IV, masing-masing siswa menyimpulkan atau membuat rangkuman berupa soal yang dibuat sehingga ada peningkatan.

Selain aktif, siswa juga menjawab pertanyaan dengan tepat dan benar.

Demikianlah hasil yang diperoleh sehingga siswa dapat menemukan cara belajar dengan benar.

6. Hal-Hal Yang Unik a. Teman Sejawat dan Supervisor, seringkali harus diminta berulang kali untuk mengamati PTK pada hari senin, karena jadwal peneliti dengan teman sejawat tidak bersamaan sehingga jam pelaksanaan PTK menyita jam pelajaran guru lain (teman sejawat). Dan pada pelaksanaan dengan supervisor, siswa banyak yang terlambat. b. Siswa selama penelitian berlangsung, ada seorang Siswa Laki-laki bernama Nopansyah, siswa tersebut kurang memperhatikan penjelasan guru, Nopansyah lebih suka permainan (games) ketika sedang praktek.

98

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Nopansyah lebih suka mengganggu temannya dan main games dari pada ikut berpikir untuk menyelesaikan tugas praktek. Hal yang menarik adalah yang bersangkutan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti (guru) dan dapat mengerjakan soal di papan tulis yang diberikan peneliti dengan benar. Sehngga nilai Nopansyah tidak kalah dengan siswa lainnya yang tekun dan perhatian dalam pembelajaran yang berlangsung.

Dengan metode pembelajaran yang telah dilakukan peneliti bahwa bisa membuat siswa seperti Saiful Anwar dan Salidah mengalami peningkatan, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan dapat menjawab soal dengan tepat dan benar.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data dan Refleksi Dari hasil tindakan dan data yang terkumpul diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Aktivitas Guru Selama Proses KBM Selama melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM), aktivitas guru pada tahapan siklus I, II, dan III diamati oleh teman sejawat sedangkan siklus IV peneliti diamati oleh Wakasek Kurikulum.

Tabel 5 TAHAPAN SIKLUS I

SIKLUS II SIKLUS III dan IV

AKTIVITAS GURU SELAMA PROSES KBM KEGIATAN 1. Apersepsi dilakukan dengan baik 2. Menggunakan media cetak (modul) 3. Memotivasi siswa kurang 4. Variasi gaya mengajar lebih ditingkatkan 5. Kekurangan pada siklus I sudah diperbaiki 6. Penggunaan media/alat di laboratorium computer 1. Memtoviasi (mengarahkan) siswa perlu ditingkatkan 2. Kurang memberikan penguatan kepada siswa 3. Guru kurang memperhatikan siswa ketika sedang praktek 1. Guru sudah menunjukkan peningkatan kualitas KBM

2. Aktivitas Siswa Selama Proses KBM Selama melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM).

Aktivitas siswa mulai dari Siklus I, II III, dan IV yang telah diamati mulai ada peningkatan.

99

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 6 AKTIVITAS SISWA SELAMA KBM TAHAPAN KEGIATAN SIKLUS I

1. Sebagian siswa memperhatikan pada saat guru sedang menjelaskan atau ceramah dan ada juga beberapa siswa yang kurang memperhatikan 2. Siswa kurang mengerti dikarenakan tidak terjun langsung menggunakan peralatan computer 3. Siswa tampak pasif

SIKLUS II

4. Siswa bekerja sama dengan temannya satu meja untuk menyelesaikan soal latihan praktek, walaupun masih ada siswa yang pasif Siswa ada yang main games dan tidak mengerjakan soal 5. Siswa ada yang main games dan tidak mengerjakan soal Praktek

SIKLUS III dan IV

1. Siswa berani bertanya jika masih ada soal yang kurang jelas dalam proses KBM 2. Siswa mampu mengerjakan soal di papan tulis (whiteboard) dengan benar 3. Siswa dapat menyimpulkan dengan membuat rangkuman materi dengan benar

3. Hasil Nilai Kerja Siswa Berbicara tentang nilai tidak dapat terlepas dari domain afektif karena nilai pada hakekatnya adalah perwujudan dari afektif yang ada dalam diri seseorang.

Pada buku Strategi Pembelajaran. Hamid Hasan (1996) mendefinisikan nilai sebagai sesuatu yang menjadi kriteria apakah suatu tindakan, pendapat, atau hasil kerja itu bagus/positif atau tidak bagus/negatif.

Berdasarkan data yang dikumpulkan pada siklus I, hasil kerja seluruh siswa ada 36 orang dengan rincian diperoleh 10 orang yang mendapat nilai A, 19 orang yang mendapat Nilai B, 7 orang yang mendapat nilai C dan tidak ada yang mendapat nilai D, sebagaimana terlihat pada gambar berikut :

100

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Gambar 1 : GRAFIK SIKLUS I Berdasarkan data yang dikumpulkan pada siklus II, hasil kerja seluruh siswa ada 36 orang dengan rincian diperoleh 16 orang yang mendapat nilai A, 18 orang yang mendapat Nilai B, 2 orang yang mendapat nilai C dan tidak ada yang mendapat nilai D, sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2 : GRAFIK SIKLUS II Berdasarkan data yang dikumpulkan pada siklus III, hasil kerja seluruh siswa ada 36 orang dengan rincian diperoleh 30 orang yang mendapat nilai A, 6 orang yang mendapat Nilai B, tidak ada yang mendapat nilai C dan , sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

101

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Gambar 3 GRAFIK SIKLUS III Berdasarkan data yang dikumpulkan pada siklus IV, hasil kerja seluruh siswa ada 36 orang dengan rincian diperoleh 35 orang yang mendapat nilai A, 1 orang yang mendapat Nilai B, tidak ada yang mendapat nilai C dan D, sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4 : GRAFIK SIKLUS IV 4. Hasil Nilai Rata-Rata Siklus Setelah dilakukan perhitungan, didapat nilai rata-rata pada siklus I sebesar 81.11; siklus II sebesar 85.00; siklus III sebesar 90.56 ; siklus IV sebesar 98.33 dan rata-rata siklus I s.d IV sebesar 88.75 sebagaimana terlihat pada gambar berikut :

102

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Gambar 5 : Grafik Rata-Rata Siklus Dari hasil perbandingan rata-rata siklus I s.d siklus IV bahwa peningkatan kinerja pembelajaran siswa tergambarkan dari grafik diatas yang menunjukkan bahwa pembelajaran praktek meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran paket program pengolah angka / spreadsheet pada siswa kelas x akuntansi.

B. Deskripsi Temuan Pada kegiatan pembelajaran I, ditemukan siswa tidak aktif menjawab pertanyaan, hal ini disebagkan karena siswa tersebut tidak terjun langsung pada praktik penggunaan komputer di laboratorium komputer. Pada kegiatan pembelajaran II, ditemukan siswa belum dapat mengerjakan soal dengan tepat, tetapi mulai ada peningkatan walaupun hanya beberapa siswa saja yang dapat mengerjakan soal dengan tepat, siswanya santai dan berbicara sendiri serta ada yang memainkan games sehingga nilainya banyak yang kurang tepat, tidak tepat.

Pada kegiatan pembelajaran III, ditemukan siswa sudah ada peningkatan dapat mengerjakan soal dengan tepat, sisanya masih ada siswa yang menjawab soal tidak tepat. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka pelaksanaan diperbaiki pada pembelajaran IV. Pada kegiatan pembelajaran IV, ditemukan masing-masing siswa menyimpulkan atau membuat rangkuman berupa soal yang dibuat sehingga ada peningkatan. Selain aktif, siswa juga menjawab pertanyaan dengan tepat dan benar di papan tulis (white board).

103

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

C. Pembahasan Hasil kuesioner yang dibagikan kepada siswa menjadikan peneliti mengetahui kekurangan peneliti pada saat pembelajaran berlangsung dan mengetahui keinginan siswa seperti apa. Sehingga peneliti dapat melakukan refleksi dengan baik. Pada kegiatan pembelajaran I yaitu siklus I sampai dengan pembelajaran IV yaitu siklus IV, peneliti telah melakukan refleksi yaitu : Kegiatan pada siklus I, peneliti menggunakan variasi mengajar yang lebih menarik dari sebelumnya dan menggunakan media (modul/LKS) yang berisi media gambar Kegiatan pada siklus II, peneliti mengadakan praktek pada ruangan lab komputer dengan dibagi 2 session, masing-masing session dikerjakan 1 kelompok 2 orang dengan 1 atau 2 komputer. Hal ini bertujuan untuk mengeavaluasi kerjasama sebagaimana disimpulkan oleh Manunwijaya, 1998 pada buku Belajar dan Pembelajaran 2 yaitu : sekolah atau kelas harus menjadi peristiwa perjumpaan antar pribadi yang saling mengasihi dan kemitraan yang saling memekarkan persaudaraan yang menggembiraka.

Peneliti mengarahkan siswa untuk dapat menyimpulkan materi pembelajaran dengan tujuan untuk memacu perhatian, menumbuhkan rasa keberanian dan mampu membuat rangkuman dan lancar berkomunikasi sebagaimana dikatakan oleh De Cecco dan Grawford (1974) pada buku materi perkembangan peserta didik yaitu : 4 peranan guru untuk memberikan dan meningkatkan motivasi siswa yaitu 1. Membangkitkan semangat siswa, 2.

Memberikan harapan yang realistis, 3. Memberikan insentif, 4. Memberikan pengarahan. Siklus III dan siklus IV, siswa sudah banyak perubahan dalam menerima pelajaran. Pada siklus III, peneliti memberikan dukungan dan penguatan dengan melakukan pendekatan. Drs. Edi Soegito, dkk mengungkapkan pada buku Kemampuan Dasar Mengajar yaitu : Penguatan mempunyai pengaruh besar pada perilaku belajar. Pengaruh tersebut mendorong siswa untuk lebih maju lagi atau dapat menghentikan perilaku belajar yang diharapkan dari siswa.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan 1. Pada siklus I, guru memulai pembelajaran dengan apersepsi dan menggunakan metode variasi gaya mengajar yaitu dengan berbagai gerak atau posisi guru, suara guru, penggunaan jeda yang tepat, merupakan usaha guru untuk menarik perhatian siswa dalam belajar. Metode berikutnya adalah dengan variasi penggunaan media secara bervariasi, misalnya : gambar, skema, modul atau LKS. 2. Pada siklus II, guru sudah dapat memperbaiki cara belajar siswa dengan suara keras shingga seluruh siswa di keals dapat mendengarkan dan dapat menerima pelajaran dengan baik. Dengan memberikan soal latihan, 104

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

kemudian peneliti mengadakan pendekatan pada masing-masing siswa yang sedang praktek, agar siswa tidak mengalami kesulitan, tidak takut bertanya dan menjawab pertanyaan, ingin mengoperasikan komputer.

3. Pada siklus III, guru tidak mendominasi selama proses pembelajaran.

Guru berusaha memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat menyimpulkan hasil pemahaman yang telah diterima selama pembelajaran berlangsung atau mengerjakannya di whiteboard dengan disertai pemberian penguatan.

4. Pada siklus 4, guru memberikan latihan soal dikerjakan di rumah pada buku latihan tanpa menggunakan lab komputer, pada siklus IV ini ditekankan pada penambahan latihan soal untuk dikerjakan di whiteboard dan pemberian tugas untuk masing-masing dikerjakan di rumah, setelah soal latihan dikerjakan dengan benar kemudian siswa mempraktekkannya di ruang lab komputer sendiri-sendiri.

B. Saran Dari uraian ada beberapa saran yang dikemukakan 1. Guru harus terus banyak belajar baik mengenai penguasaan materi maupun psikologi anak pada modul perkembangan peserta didik atau yang lainnya sehingga hasilnya dapat lebih optimal dan menjadi guru yang profesional.

2. Guru sebaiknya dapat mengelola kelas dengan baik, agar dapat meningkatkan disiplin kelas sehingga perilaku siswa yang mengganggu proses belajar dapat ditangani dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA Belawati, Tian, (2007). Pengembangan Bahan Ajar. : Universitas Terbuka.

Nasoetion, N, dkk, (2001). Tes Pengukuran dan Penilaian. Jakarta Universitas Terbuka.

Soegito, E ; Nurafni, Y. (2002). Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta Universitas Terbuka.

Sutrisno, Drs. (2006). Meningkatkan Kecepatan Efektif Membaca (Kem) Dengan Menggunakan Metode Klos Siswa. Sidoarjo: SMA Negeri 3 Wardani, I.G.A.K. : Wihardit, K. ; Nasoetion, N, (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

105

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PROMOSI DALAM BISNIS RITEL SISWA KELAS XI BISNIS DARING DAN PEMASARAN ( BDP ) SMK NEGERI 1 MARABAHAN Murniati ( Guru SMK Negeri 1 Marabahan ) ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini untuk menjawab permasalahan.

Pertama bagaimana penerapan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar Promosi Dalam Bisnis Ritel Siswa Kelas XI Bisnis Daring Dan Pemasaran ( BDP ) SMK Negeri I Marabahan Tahun Pelajaran 2019/2020. Kedua, apakah penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar Promosi Dalam Bisnis Ritel Siswa Kelas XI Bisnis Daring Dan Pemasaran ( BDP ) SMK Negeri I Marabahan Tahun Pelajaran 2019/2020. Ketiga, apakah penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar Promosi Dalam Bisnis Ritel Siswa Kelas XI Bisnis Daring Dan Pemasaran ( BDP ) SMK Negeri I Marabahan Tahun Pelajaran 2019/2020.

Model pembelajaran discovery learning adalah cara yang digunakan oleh para siswa untuk membahami konsep atau pengertian serta hubungannya melalui proses intutif dengan cara melakukan observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan serta inferi sehingga pada akhirnya akan sampai dalam sebuah kesimpulan. guru bertugas untuk membimbing dan mengarahkan para siswa untuk dapat belajar dan berpikir secara kreatif. Caranya adalah guru hanya menyampaikan materi secara garis besar dan selanjutnya para siswa ditntut untuk mencari informasi sebanyak mungkin, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan dan membuat kesimpulan, tujuan agar para siswa dapat dengan baik memahami materi yang dipelajari dengan cara menterjemahkan ke dalam bahasa ynag lebih mudah dimengerti oleh mereka.

Hasil penelitian ini menunjukan, terjadi peningkatan aktifitas pembelajaran bila di bandingkan antara Siklus 2 dengan siklus 1. Peningkatan akan terjadi di siklus 2 untuk hasil tes teori dan praktik. Untuk rata-rata tes teori pada Siklus 1 sebesar 76,63, sedangkan pada siklus 2 sebesar 84,24, berarti ada peningkatan sebesar 7,61.

Sedangkan untuk rata-rata tes praktek sebesar 77,54 untuk Siklus 1, sedangkan untuk Siklus 2 naik menjadi 83,7, ini berarti ada peningkatan sebesar 6,16. Begitu juga dengan ketuntaan klasikal pada penelitian ini, pada Siklus 1 tercatat sebesar 77,17%, sedangkan pada Siklus 2 tercatat sebesar 83,91%. Hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 6,74%.

106

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

IMPLEMENTATION OF THE DISCOVERY LEARNING MODEL TO IMPROVE ACTIVITIES AND OUTCOMES LEARNING IN RETAIL BUSINESS PROMOTION OF CLASS XI BUSINESS AND MARKETING ONLINE AT SMK NEGERI 1 MARABAHAN ABSTRACT This Classroom Action Research (CAR) is to answer the problem. First, how to apply the Discovery Learning model to improve activities and outcomes learning for Promotion in Retail Business for student of Class XI Online Business and Marketing at SMK Negeri I Marabahan for the 2019/2020 academic year. Second, whether the application of the Discovery Learning learning model can increase the learning activities of Promotion in Retail Business for Class XI Online Business and Marketing (BDP) students at SMK Negeri I Marabahan for the 2019/2020 academic year. Third, whether the application of the Discovery Learning learning model can improve the learning outcomes of Promotion in Retail Business for Class XI Online Business and Marketing (BDP) students at SMK Negeri I Marabahan for the 2019/2020 academic year.

Discovery learning model is a method used by students to understand concepts or understandings and their relationships through an intuitive process by observing, classifying, measuring, predicting, determining and inferring so that in the end they will arrive at a conclusion. The teacher is tasked with guiding and directing students to be able to learn and think creatively. The trick is that the teacher only conveys the material in outline and then the students are required to find as much information as possible, compare, categorize, analyze, integrate and draw conclusions, the goal is that students can understand the material being studied well by translating it into a language that is more sophisticated.

The results of this study indicate that there is an increase in learning activities when compared between Cycle 2 and Cycle 1. An increase will occur in Cycle 2 for the results of theoretical and practical tests. The average theory test in Cycle 1 was 76.63, while in Cycle 2 it was 84.24, meaning there was an increase of 7.61. As for the average practice test of 77.54 for Cycle 1, while for Cycle 2 it rose to 83.7, this means there was an increase of 6.16. Likewise with classical blindness in this study, in Cycle 1 it was recorded at 77.17%, while in Cycle 2 it was recorded at 83.91%.

This means an increase of 6.7 ___________________________________________________________________________

I. PENDAHULUAN Pendidikan hendaknya mampu menghasilkan individu yang mampu menghadapi tantangan abad ke-21. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 ditegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada 107

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kualitas sumber daya manusia Indonesia saat ini masih rendah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menempatkan Indonesia peringkat 110 dari 188 negara.

Berdasarkan hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2013 dari 65 negara yang diteliti Indonesia berada di posisi kedua dari bawah.

Rendahnya peringkat Indonesia berdasarkan PISA di atas menunjukkan masih adanya permasalahan pada pendidikan Indonesia. Salah satu permasalahan dalam pendidikan adalah proses pembelajaran yang masih lemah (Direktorat Pembinaan SMA, 2017:1). Tidak semua guru memahami bahwa tujuan utama pembelajaran adalah untuk mengaktifkan potensi siswa sehingga siswa mampu mencari tahu dan menerapkan pengetahuannya pada sebuah keterampilan untuk membangun sikap mereka. Kenyataan menunjukkan masih banyak guru yang belum sepenuhnya memahami dan mengimplementasikan pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi dan kemampuan peserta didik secara maksimal.

Dalam kegiatan pembelajaran , seorang guru merupakan salah satu profesi yang sangat penting di dunia pendidikan. Keberhasilan dari suatu pendidikan , salah satunya ditentukan oleh guru.

Berpedoman pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Penyelenggara pendidikan wajib memegang beberapa prinsip, yakni pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa dengan sistem terbuka dan multimakna. Selain itu dalam penyelenggaraan juga harus dalam suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran melalui mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat, memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Berdasarkan isi dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasioanal yaitu membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran maka pelajaran Promosi Dalam Bisnis Ritel diharapkan dapat membangun kemauan dan kreativitas siswa agar terampil membuat produk yang kreatif, berniali guna, dan memliki daya jual yang menjadi dapat bersaing di pasar.

Sekolah merupakan sarana yang dirancang untuk melaksanakan pendidikan semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat. Di sisi lain, sekolah harus menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu, warga masyarakat, dan warga negara yang masa depan.

108

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Sekolah sebagai sarana pendidikan harus mampu membantu individu mencapai perkembangan, dan kematangan baik secara pribadi maupun sosial. sebagai makhluk individual, manusia ingin menunjukkan eksistensi dan mengembangkan jenisnya. Pendidikan merupakan unsur penting dalam perkembangan kehidupan manusia dan kemajuan bangsa Indonesia oleh sebab itu pula maka berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan terus digalakkan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan UUD 1945.

SMK merupakan sekolah menengah kejuruan yang memiliki fokus kejuruan yang berbeda sehingga alumni-alumni nya nanti diharapkan bisa menjadi SDM yang berketerampilan khusus di bidang kejuruan nya masingmasing. SMK Negeri 1 Marabahan memiliki 8 Jurusan yaitu Teknik Komputer Jaringan (TKJ), Multimedia (MM), Agribisnis Tanaman Pangan Dan Holtikultura ( ATPH), Agribisnis Tanaman Pangan ( ATP), Agribisnis Perikanan Air Tawar (APAT), Bisnis Daring dan Pemasaran (BDP), Otomatisasi Dan Tata Kelola Perkantoran (OTKP), dan Akuntansi dan Keuangan Lembaga. Masingmasing jurusan memiliki keterampilan yang berbeda-beda yang ditawarkan kepada siswa untuk dapat dijadikan bekal hidup maupun untuk bekal studi lanjut ke jenjang perkuliahan. Supaya siswa bisa mendapatkan keterampilan yang lebih baik ketika bersekolah maka tidak lain peran serta siswa dalam proses pemelajaran sangat penting, karena dengan keterlibatan inilah mereka bisa menggali ilmu dan pengalaman, yang nantinya menjadi modal untuk mereka di masa mendatang, proses ini mengharapkan adanya proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Tetapi berdasarkan pengalaman peneliti selama ini di kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran (BDP) proses belajar mengajar masih berpusat pada guru. Khususnya pada kegiatan pembelajaran Promosi Dalam Bisnis Ritel di jurusan BDP masih dilakukan secara konvensional dengan guru lebih banyak menerangkan materi pembelajaran dan peserta didik hanya berperan sebagai penerima pelajaran.

Berpegang pada fakta-fakta di atas salah satu alternatif pemecahan masalah yang dicoba untuk diambil adalah penerapan Model Discovery learning sebagai upaya meningkatkan kegiatan pembelajaran Promosi Dalam Bisnis Ritel khususnya pada materi media promosi dalam pemasaran.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research dan memberikan pelayanan konseling. Menurut Elliot (1982) penelitian tindakan kelas adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkan. Menurut Isaac (1971) penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah-masalah yang diaplikasikan secara langsung di dalam kelas atau dunia kerja. tindakan yang 109

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas (Kunandar, 2009).

Penelitian tindakan merupakan pengkajian perilaku yang sedang diteliti itu.

Lebih lanjut dikatakan, penelitian tindakan merupakan pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang paling tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau memperbaiki sesuatu pada umumnya dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dan subjek yang diteliti. Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif, meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata. Peneliti juga menjadi instrumen utama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman Bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari satu tindakan. Sementara model penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti adalah model spiral Kemmis dan MC Taggart. Alur penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI BDP SMK Negeri 1 Marabahan tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak 23 orang. sedangkan objek mata pelajaran adalah Promosi Dalama Bisnis Ritel. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2020 sebanyak 2 siklus dengan jumlah keseluruhan pertemuan 4 kali (7 X 45 menit) dengan didalamnya terdapat dua kali evaluasi pada siklus 1 dan siklus 2.

Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran Promosi Dalam Bisnis Ritel dengan penerapan Discovery Learning.

Kegiatan awal pada siklus 1 dan siklus 2 dalam penelitian ini adalah :

110

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Tahap Perencanaan tindakan a. Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, diuraikan sebagai berikut : b. Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, model, dan media yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. c. Menyesuaikan rencana penelitian dengan pokok bahasan. d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP e. Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan kegiatan eksperimen f. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang diperlukan dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang perlukan dan dikembangkan.

Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini dilakukan penelitian tindakan kelas dengan mengimplementasikan rencana tindakan kelas yang telah disusun. Pada pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran Discovery Learning yaitu penggunaan cermat dan mandiri peserta didik dalam untuk memecahkan masalah proses pembelajaran. Dan menyiapkan berbagai bahan dan media pembelajaran yang menarik. Dalam proses pembelajaran dikelasnya pun hanya terpusat pada guru saja, akan tetapi terjadi pembelajaran dua arah antara guru dan peserta didik.

Siklus I a.

Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran Discovery Learning. b.

Melaksanakan prosedur pembelajaran dengan menerapkan Discovery Learning. c.

Melakukan observasi keefektifan model Discovery Learning yang dilakukan peneliti, guru yang menjadi observer dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran. d.

Memberikan penghargaan (reward) kepada peserta didik pada saat proses pembelajaran maupun setelah pembelajaran. e.

Menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil pembelajaran untuk merencanakan tindakan perbaikan pada tahap selanjutnya. f.

Melakukan kegiatan refleksi siklus I untuk memperbaiki dan merancang pembelajaran menggunakan pembelajaran Discovery Learning untuk pelaksanaan pada siklus II .

Siklus II a. Mencari faktor yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi siklus I. 111

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

b. Memperbaiki proses pembelajaran agar kekurangan dan penghambat yang ada pada siklus I tidak terjadi. c. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan memberikan pemahaman mengenai pemecahan permasalahan yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran dan media dibuat semenarik mungkin. d. Melaksanakan prosedur pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dengan menggunakan model Discovery Learning. e. Melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran Discovery Learning yang dilakukan peneliti, guru yang menjadi observer dalam meningkatkan pemahaman dan motivasi peserta didik dalam pembelajaran. f. Memberikan penghargaan kepada peserta didik pada saat proses pembelajaran maupun setelah pembelajaran. g. Menganalisis yang diperoleh dari hasil observasi mengenai proses dan hasil pembelajaran untuk merencanakan tindakan perbaikan pada tahap selanjutnya.

Tahap Observasi 1. Mengamati proses kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, diantaranya: 2. Melakukan observasi terhadap proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran model Discovery Learning.

3. Mengamati secara langsung aktivitas siswa untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menerapkan strategi model pembelajaran Discovery Learning 4. Mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan sikap yang dikembangkan dalam pembelaran siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

Tahap Refleksi Pada tahap ini, peneliti mengevaluasi dan mengolah data hasil observasi dari kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peneliti juga berdiskusi dengan guru tentang hasil pengamatan dan tes uji kompetensi yang dilakukan pada siklus I. Hasil evaluasi dan diskusi ini kemudian dibandingkan dengan indicator kinerja yang telah dilakukan. Jika ternyata hasil evaluasi menunjukkan kecukupan dan sesuai dengan indicator kinerja, maka penelitian tindakan dicukupkan dan selesai, tetapi jika masih ada kekurangan dan belum sesuai dengan indicator keberhasilan, maka akan diperbaiki pada perencanaan berikutnya untuk ditindak lanjuti di siklus II, dan seterusnya.

Berdasarkan hasil temuan selama proses pembelajaran berlangsung, ternyata penelitian tindakan kelas ini dapat menghasilkan kesimpulan yang sesuai dengan indicator keberhasilan di siklus II Dengan demikian PTK ini dilakukan dalam II Siklus.

112

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data sesuai tata cara penelitian sehingga diperoleh data yang dibutuhkan. Menurut Sugiyono (2012 : 224), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, observasi, dan wawancara.

1. Angket Format yang digunakan berdasarkan PERMENDIKBUD Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian dalam Kurikulum 2013.

Format pengamatan sikap dalam pembelajaran, Sikap No Nama Siswa Aktif Bekerjasama Toleran KB B SB KB B SB KB B SB 1 Keterangan : KB : Kurang Baik B : Baik SB : Sangat Baik Format pengamatan keterampilan dalam pembelajaran Keterampilan Menerapkan konsep/prinsip dan strategi No Nama Siswa pemecahan masalah KT T ST 1 Keterangan : KT : Kurang Terampil, T : Terampil, dan ST : Sangat Terampil 2. Tes Ulangan data yang diambil untuk menilai hasil belajar siswa berupa data ulangan per Kompetensi Dasar ( Per-KD ) disusun berdasarkan validitas content ( isi ), artinya tes yang diberikan kepada siswa adalah tes yang akan mengukur kemampuan siswa sesuai dengan bahan materi yang telah diajarkan.

Teknik Analisis Tes Dari hasil tes dianalisis berdasarkan ketentuan individual dan ketuntasan klasikal dengan rumusan sebagai berikut : Persentase ketuntasan individual : Jumlah skor per individu x 100 Skor maksimal

Persentase ketuntasan klasikal

:

Jumlah skor per individu Skor maksimal

113

x

100

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Siswa yang telah tuntas yaitu siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 75 secara klasikal dikatakan tuntas bila 85% dari seluruh siswa telah mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 75.

Indikator Keberhasilan Proses pembelajaran suatu materi ajar dikatakan berhasil bila setiap penyampaian materi ajar sudah mengikuti tahapan-tahapan secara benar dan hasil belajar siswa memenuhi KKM itu 75, Sedangkan ketuntasan secara klasikal ditentukan dengan 85% siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal.

Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa menggunakan kriteria rata-rata nilai baik dan aktivitas siswa dinyatakan baik bila rata-rata hasil observasi menunjukkan nilai baik.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Siklus 1 Kegiatan pertama kali yang dikerjakan adalah mendiskusikan langkahlangkah model dan media yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan Yaitu sesuai dengan kompetensi dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) untuk Kompetensi Dasar ada dua yaitu; Menerapkan media promosi pemasaran dan Membuat Media Promosi untuk Pemasaran. Dan IPK nya adalah sebagai berikut : a. Menjelaskan bentuk-bentuk media promosi b. Menerapkan media promosi c. Mengidentifikasi media promosi d. Mengintegrasikan media promosi untuk pemasaran e. Membuat media promosi pemasaran Pada kegiatan kedua, menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan promosi dalam bisnis ritel, dan disusun dalam RPP, kemudian mempersiakan media yang akan digunakan untuk mengaplikasi kegiatan eksperimen.

Sedangkan langkah ketiga nya adalah mempersiapkan perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, yaitu, lembaranlembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan dikembangkan, serta mempersiapkan alatalat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Pada siklus 1, dilaksanakan dengan penyajian materi durasi 7 x 45 menit perminggu dengan jumlah pertemuan sebanyak 3 kali pertemuan. Pada siklus 1, pertemuan pertama siswa diajak berdiskusi untuk memahami materi

114

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Promosi Dalam Bisnis Ritel, proses pembelajaran ini dilaksanakan secara discovery learning dan terakhir siswa memberikan pemaparan di depan kelas tentang media promosi dalam bisnis ritel setelah pertemuan pertama selesai siswa sudah diberikan tugas praktek untuk melakukan pembuatan media promosi untuk bisnis ritel.

3. Observasi Siklus 1 Berdasarkan pengamatan guru selama kegiatan Pada siklus 1 ditemukan beberapa hal sebagai berikut: Pertama: Siswa dituntut untuk memahami materi yang ada berdasarkan daya nalar mereka sendiri.

Kedua : Bila siswa bermasalah dengan pemahamannya maka mereka akan saling bertanya satu sama lain bagaimana memahami penjelasan materi yang ada, Ketiga : Guru hanya memberikan penjelasan bersifat tidak langsung dengan meminta siswa untuk mengulangi kembali bacaan terdahulu Keempat: Guru akan memberikan contoh praktek pelaksanaan pembuatan media promosi untuk bisnis ritel, bila ada siswa mengalami kemacetan dalam praktek ini.

Tes Pada siklus 1 dilaksanakan setelah pertemuan selesai atau sebanyak 3 kali pertemuan. Tes tertulis diberikan dalam bentuk uraian ( essay ). Dalam penilaian essay ini diberikan komposisi nilai langkah-langkah. Bila langkah tersebut benar sampai akhir maka akan diberikan poin 40. Sedangkan poin terendah adalah 5. Selain tes tertulis, akan diberikan pula poin nilai hasil praktek mereka dalam melaksanakan kegiatan pembuatan media promosi pemasaran dengan alat yang disediakan. Poin yang diberikan untuk kegiatan praktik ini adalah 60, sedangkan terendah adalah 5. Nilai prestasi siswa merupakan gabungan dari nilai teori dan nilai praktek, sehingga nilai siswa maksimal 100. Dan paling rendah adalah 10.

4. Hasil Pengamatan Siklus 1 Hasil pengamatan aktivitas pembelajaran dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN No. SIKAP PROSENTASE KB B 1.

AKTIF 30 57 2.

BEKERJA SAMA 30 70 3.

TOLERANSI 30 70

115

SB 13 0 0

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Sedangkan untuk hasil pengamatan penilaian keterampilan siswa, dalam penerapan konsep, prinsip dan strategi pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2. HASIL PENGAMATAN KETRAMPILAN NO. NAMA PROSENTASE 1.

Kurang Terampil 17 2.

Terampil 57 3.

Sangat Terampil 26 Hasil Pengamatan pada hasil belajar berupa hasil tes teori maupun tes praktek dapat dilihat pada tabel berikut ini, nilai maksimal untuk Teori adalah 40 sedangkan nilai maksimal untuk praktek adalah 60 dapat dilihat dari table 3 berikut ini: Tabel 3. HASIL BELAJAR TES DAN TEORI NO. NAMA 1.

KKM 2.

Rata-rata tes teori 3.

Rata-rata tes praktek 4.

Ketuntasan Klasikal

PROSENTASE 75 76,63 77,54 77,17

5. Refleksi Siklus 1 a. Aktivitas Belajar Siswa Hasil pengamatan sikap siswa ketika kegiatan belajar dengan menggunakan model discovery learning dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 1, menunjukkan pada sikap aktivitas belajar siswa terdapat 30% kurang baik, 57% baik, dan 13% sangat baik. Berarti itu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sudah lebih dari setengah siswa menunjukkan sikap baik ketika melaksanakan pembelajaran menggunakan model discovery learning. Sedangkan untuk kriteria kerjasama dalam kelompok, terlihat 30% siswa kurang baik dalam bekerja sama, dan 70% termasuk dalam kategori baik, ini berarti sudah lebih dari separuh bahkan hampir sudah lebih dari 2/3 termasuk dalam kategori baik, sedangkan sangat baik tidak ada atau 0%.

Pada sikap toleransi sesama anggota kelompok dalam belajar menggunakan model discovery learning, terlihat berdasarkan hasil pengamatan, 30% siswa bersikap kurang baik dalam toleransinya, 70% termasuk dalam baik toleransinya, dan tidak ada siswa yang termasuk sangat baik dalam toleransinya atau 0%, ini menunjukkan sikap tenggang rasa dalam kelompok sudah berjalan dengan baik.

116

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Pengamatan pada keterampilan siswa pada siklus 1 yang diperlihatkan pada tabel 2, sebelumnya menunjukkan bahwa 17% siswa yang kurang terampil menerapkan konsep dalam pemecahan masalah dan mayoritas siswa terampil (57%) dalam penerapan strategi pemecahan masalah, dan sisanya 26% menunjukkan sikap yang sangat terampil dalam pemecahan masalah. b. Hasil Belajar Siswa Hasil tes memperlihatkan dalam tabel 3, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siklus 1 untuk rataan tes teorinya mencapai nilai 76,63. Sedangkan untuk nilai tes praktek mencapai nilai 77,54.

Ini berarti nilai teori maupun praktik siswa dalam Pembuatan media promosi bisnis ritel sudah melampaui nilai KKM sebesar 75. Tetapi bila kita melihat ketuntasan klasikal dari kelas ini baru mencatat 77,17%, ini berarti siswa yang mendapatkan nilai minimal 75 atau lebih tidak mencapai 80% berarti bisa disimpulkan bahwa belum memenuhi ketuntasan klasikal (minimal 80%). hal ini menjadikan pertimbangan melaksanakan tindakan pada siklus 2.

Kesimpulan pada hasil siklus 1 dilanjutkan dengan refleksi untuk perbaikan pelaksanaan pada siklus 2. Dari permasalahan diatas dipilih pemecahan masalah yang akan dilakukan sebagai berikut : 1) Peneliti menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan refleksi siklus 1.

2) Peneliti mendorong siswa untuk memperbaiki sikap bersosialisasi dalam kelompok, terutama keaktifan dan kerjasama siswa.

B. Siklus 2 1. Perencanaan Tindakan Siklus 2 Dalam siklus 2 Ini langkah pertama yang diambil adalah mendiskusikan langkah-langkah, model, dan media yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan yaitu sesuai dengan Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), Untuk Kompetensi Dasar ada 2 yaitu Menerapkan media promosi pemasaran dan Membuat Media Promosi untuk Pemasaran. Dan IPK nya adalah sebagai berikut : a. Menjelaskan bentuk-bentuk media promosi b. Menerapkan media promosi c. Mengidentifikasi media promosi d. Mengintegrasikan media promosi untuk pemasaran Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kedua, yaitu menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan Promosi dalam bisnis ritel, dalam hal ini menerapkan media promosi, dan disusun dalam RPP. Kemudian mempersiapkan alat dan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan 117

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

kegiatan pembuatan media promosi. Setelah itu dilanjutkan Langkah ketiga yakni mempersiapkan perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan yaitu lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan dikembangkan serta mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Pada siklus 2, dilaksanakan dengan penyajian materi (subject master) selama 7 x 45 menit per minggu dengan jumlah pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan kegiatan siklus 2 dengan pokok bahasan adalah promosi dalam bisnis ritel, yaitu menerapkan media promosi.

Pada siklus 2, pertemuan pertama siswa diajak berdiskusi untuk memahami materi media promosi, dan proses pembelajaran dilakukan dengan praktik langsung dengan menggunakan model discovery learning, dimana siswa diminta untuk membuat/ mendesain media promosi untuk bisnis ritel dengan menggunakan alat-alat yang disediakan baik, dan juga menggunakan komputer. Kegiatan praktek ini diamati smpai dengan pertemuan kedua.

3. Observasi Siklus 2 Tes pada siklus 2 dilaksanakan setelah pertemuan selesai atau sebanyak 2 kali pertemuan, untuk tes pada siklus 2. Tes tertulis ini dalam bentuk essay. Dalam penilaian essay ini diberikan komposisi nilai langkah perlangkah. Bila langkah tersebut benar sampai akhir maka akan diberikan poin 40. Sedangkan poin terendah adalah 5. Selain tes tertulis, akan diberikan pula poin nilai hasil praktek mereka dalam melaksanakan kegiatan pembuatan media promosi pemasaran dengan alat yang disediakan. Poin yang diberikan untuk kegiatan praktik ini adalah 60, sedangkan terendah adalah 5. Nilai prestasi siswa merupakan gabungan dari nilai teori dan nilai praktek, sehingga nilai siswa maksimal 100. dan paling rendah adalah 10.

4. Hasil Pengamatan Siklus 2 a. Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus 2 Langkah yang penting dalam PTK adalah melakukan pengamatan terhadap jalannya siklus, karena dapat dilihat Apakah sudah sesuai dengan langkah model tersebut atau sebaliknya tidak sesuai, hasil pengamatan aktivitas belajar dapat dilihat pada table 4.

Tabel 4. HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN No. SIKAP PROSENTASE KB B 1.

AKTIF 0 74 2.

BEKERJA SAMA 0 96 3.

TOLERANSI 0 78 KB = Kurang Baik B= Baik SB = Sangat Baik 118

SB 26 4 22

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Sedangkan untuk hasil pengamatan penilaian keterampilan dalam hal penerapan konsep atau prinsip pada strategi pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5. HASIL PENGAMATAN KETRAMPILAN NO NAMA PROSENTASE 1 2 3

4,35 69,57 26,09

Kurang Terampil Terampil Sangat Terampil

b. Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Pengamatan pada hasil belajar berupa hasil tes teori maupun tes praktek dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini, nilai maksimal untuk Teori adalah 40 sedangkan nilai maksimal untuk praktek adalah 60.

Tabel 6. HASIL TES TEORI DAN PRAKTEK No 1 2 3 4

Komponen

Nilai

KKM Rata-rata Tes Teori Rata-rata Tes Praktek Ketuntaan Klasikal

75 84,24 83,7 83,91

5. Refleksi Siklus 2 a. Aktivitas Belajar Siswa Hasil pengamatan sikap siswa ketika menggunakan model discovery learning selama pembelajaran pada siklus 2 menunjukkan, pada sikap aktivitas belajar, mayoritas siswa atau 73,91% tergolong kategori baik sementara sisa yakni 26,09% sangat baik ke aktifannya. berarti untuk keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sudah lebih dari setengah siswa menunjukkan sikap yang baik Sedangkan untuk kriteria kerjasama dalam kelompok terlihat 0 % siswa kurang baik dalam bekerja samanya, dan 95,65% termasuk dalam kategori baik, ini berarti sudah hampir semua termasuk kedalam kategori baik sedangkan sangat baik tidak ada atau 4,35%.

Pada sikap toleransi sesama anggota kelompok dalam kegiatan discovery learning, terlihat berdasarkan hasil pengamatan hampir 2/3 siswa atau 78,26% termasuk dalam kategori baik, dan sisanya 21,74% termasuk dalam sangat baik toleransinya, hal ini menunjukkan sikap tenggang rasa dalam kelompok sudah berjalan dengan baik.

119

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Pengamatan pada keterampilan siswa pada siklus 2, menunjukkan bahwa 4,35% siswa yang kurang terampil menerapkan konsep dalam pemecahan masalah, mayoritas siswa terampil 69,57% dalam penerapan strategi pemecahan masalah, dan sisanya 26,09% menunjukkan sikap yang sangat terampil dalam pemecahan masalah. b. Hasil Belajar Siswa Hasil tes ditarik kesimpulan bahwa pada siklus 2 untuk rataan tes teorinya mencapai nilai 84,24, sedangkan untuk nilai tes praktek mencapai nilai 83,7, ini berarti nilai teori maupun praktek siswa dalam promosi dalam bisnis ritel sudah melampaui nilai KKM sebesar 75. dan bila kita melihat ketuntasan klasikal sudah mencatat 83,91% ini berarti siswa yang mendapatkan nilai minimal 75 atau lebih telah melebihi 80% berarti bisa disimpulkan bahwa sudah memenuhi ketuntasan klasikal (minimal 80%).

C. Perbandingan Hasil antara Siklus 1 dan Siklus 2 Perbandingan hasil belajar siswa, antara siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada grafik ( gambar ) berikut ini :

PERBANDINGAN HASIL TES 84,24

76,63 RATA RATA TEORI

83,91

83,7 77,54

77,17

RATA-RATA PRAKTEK SIKLUS 1

KETUNTASAN

SIKLUS 2

Grafik 1. PERBANDINGAN HASIL TES SIKLUS 1 DAN SIKLUS 2 Berdasarkan grafik diatas, dari hasil tes belajar yang dilaksanakan pada siklus 1 dan siklus 2 bisa dilihat untuk rataan tes teori pada siklus 1 sebesar 76,63 sedangkan pada siklus 2 sebesar 84,24. Berarti ada peningkatan sebesar 7,61. Sedangkan untuk rataan tes praktek sebesar 77,54 untuk siklus 1 dan untuk siklus 2 tercatat 83,7 ini berarti ada peningkatan sebesar 6,16.

Begitu pula untuk ketuntasan klasikal pada penelitian ini pada siklus 1 tercatat sebesar 77,17% sedangkan pada siklus 2 tercatat sebesar 83,91%, ini berarti terjadi peningkatan sebesar 6,74%.

120

p ISSN 280–5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

IV. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penerapaan model pembelajaran discovery Learning dapat meningkatkan proses pembelajaran pelajaran Promosi Dalam Bisnis Ritel dengan penerapan Discovery Learning 2. Penerapaan model pembelajaran discovery Learning meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan ada peningkatan aktivitas belajar antara Siklus I dan Siklus II. 3. Terjadi peningkatan prestasi belajar, berdasarkan perbandingan antara hasil Belajar di Siklus I dan hasil belajar di Siklus II. B. Saran-saran 1. Penerapaan discovery Learning dapat diterapkan guru-guru lainnya dengan materi pembelajaran lainnya.

2. Guru harus berani mengembangkan model pembelajaran lainnya, untuk membantu siswa agar mampu menyerap materi pelajaran dan mempraktekkannya di lapangan.

3. Guru hendaknya membantu kelompok belajar yang heterogen, sehingga siswa dapat belajar sesama siswa, sehingga sosialisasi antar siswa tercipta dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA Dimyati & Mudjiono,(2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2008) Psikologi Belajar, Edisi 2, Rineka Cipta, Jakarta: Dzaki, M.F., 2009, Penelitian Tindakan Kelas. http:// peneltiantindakankelas. blogspot.com/ 2009/02/penelitian-tindakan- kelas- definisi.html , Diakses 4 Oktober 2010, 15;00 WITA. Faridah. (2010). Efektivitas Metode Pembelajaran Inquiry Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pai Pada Siswa Kelas Viii Semester 1 Smp Nu 01 Muallimin Weleri Tahun Pelajaran 2010-2011. http://eprints.walisongo.ac.id/3268/1/63111067_Coverdll.pdf. Di unduh pada tanggal 20 Mei 2015.

Fitri Apriani. (2014) .Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/6488. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2015.

Hamalik, Umar.(2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ibrahim, M, (2000), Pembelajaran Kooperatif, University Press, Surabaya.

Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta didik, Pustaka Pelajar, yogyakarta.

Jihad, a & Abdul Haris, (2008), Evaluasi pembelajaran, Multi Presindo, Yogyakarta.

Kunandar, 2009, Guru ProfesionalImplementasi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi sertifikasi Guru, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

121

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKURI TERBIMBING DALAM HAL PENANAMAN NILAI DEMOKRASI DALAM MATA PELAJARAN PPKn PADA SISWA KELAS X MULTIMEDIA SMK NEGERI 1 MARABAHAN Nuriman (Guru SMK Negeri 1 Marabahan) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan Penerapan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran PPKn sebagai upaya membentuk sikap demokratis pserta didik (2) mengetahui kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran PPKn sebagai upaya membentuk sikap demokratis peserta didik (3) mengetahui solusi terhadap kendala penerapan Penerapan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran PPKn sebagai upaya membentuk sikap demokratis peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data didapat dari informan, dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, studi dokumen dan angket. Validitas data menggunakan trianggulasi data, trianggulasi metode dan trianggulasi sumber.

Penerapan model pembelajaran inkuiri sebagai upaya membentuk sikap demokratis dilaksanakan dengan 3 tahap yaitu: (a) Perencanaan pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai upaya membentuk sikap demokratis peserta didik : (b) Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai upaya membentuk sikap demokratis peserta didik dilakukan dengan membagi siswa kedalam kelompok diskusi untuk menganalisis masalah: (c) Evaluasi pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan Guru yaitu penilaian individu dan kelompok.

Kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing : Kendala Guru: (a) Peserta didik yang kurang aktif, peserta didik belum mengoptimalkan kemampuan (b) Alokasi waktu yang kurang.

Kendala Siswa: (a). Peserta didik terganggu dengan suasana kelas yang ramai sehingga berdampak tidak fokus dalam pembelajaran (b) Kelompok yang dibentuk heterogen sehingga peserta didik yang tidak terlalu akrab dalam kelompok sulit diajak kerjasama.

Solusi terhadap permasalah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai upaya membentuk sikap demokratis peserta didik.: (a) Guru lebih tegas dengan peserta didik yang ramai sendiri saat presentasi berlangsung, memberikan reward kepada peserta didik yang aktif bertanya (b) Siswa selalu dilatih terus untuk berani dalam mengutarakan pendapat, serta diberikan motivasi. (c) Siswa diberikan perhatian khusus dengan dievaluasi satu persatu.

Kata Kunci: Pembelajaran inkuiri terbimbing , Sikap Demokratis

122

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

THE APPLICATION OF THE GUIDED INKURI MODEL IN THE EVENT OF INVESTING THE VALUES OF DEMOCRACY IN CIVICS SUBJECY IN CLASS X OF MULTIMEDIA AT SMK NEGERI 1 MARABAHAN ABSTRACT The purpose of this study was to determine the application of of inquiry learning models to Civics Education subjects as an effort to form democratic attitudes of students (2) to find out the obstacles faced in the application of guided inquiry learning models in Civics subjects as an effort to form students' democratic attitudes (3) to find out solutions to obstacles in the application of the application of the inquiry learning model to Civics subjects as an effort to shape the democratic attitude of students. This study uses a qualitative research approach.

The type of research used is descriptive qualitative. Sources of data obtained from informants, and documents. The sampling technique used is purposive sampling. Data collection techniques used interviews, observations, document studies and questionnaires. Data validity uses data triangulation, method triangulation and source triangulation.

The application of the inquiry learning model as an effort to form a democratic attitude is carried out in 3 stages, namely: (a) Guided inquiry learning planning as an effort to form a democratic attitude of students: (b) The implementation of guided inquiry learning as an effort to form a democratic attitude of students is carried out by dividing students into groups discussion to analyze the problem: (c) Evaluation of problem-based learning conducted by the teacher, namely individual and group assessments.

Constraints faced in the application of guided inquiry-based learning models: Teacher constraints: (a) Less active students, students have not optimized their abilities (b) Insufficient time allocation.

Student Constraints: (a). Students are disturbed by a crowded classroom atmosphere so that it does not focus on learning (b) Groups are formed heterogeneous so that students who are not too familiar in groups are difficult to work with.

The solution to the problem of implementing the guided inquiry learning model as an effort to form students' democratic attitudes: (a) Teachers are more assertive with students who are busy alone during presentations, giving rewards to students who actively ask questions (b) Students are always trained to be brave in expressing opinions, and given motivation. (c) Students are given special attention by being evaluated one by one.

Keywords: Guided Inquiry Learning, Democratic Attitude

123

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

I. PENDAHULUAN Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata pelajaran wajib pada jenjang sekolah dasar hingga menengah yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta memiliki visi untuk menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang memiliki prinsip konsisten serta memilki semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasarakat, berbangsa, danbernegara sehingga mampu memahami secara mendalam mengenai NKRI. Sedangkan misi dari Pendidikan Kewarganegaraan ialah agar bangsa Indonesia terhindar dari pemerintahan yang ortoriter seperti pemerintahan yang membatasi hak-hak rakyatnya sebagai warga negara yang menjalankan kehidupan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. (BSNP, 2006: 55) Maka dari itu, hendaknya dalam kehidupan sehari-hari nilai- nilai demokrasi dapat diaktualisasikan melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang memiliki fokus utama untuk membentuk warga negara yang demokratis. Dengan pendidikan, nilai-nilai demokrasi bisa mulai dibentuk serta ditanamkan kepada siswa. Karena di dalam kurikulum nilai demokrasi dikembangkan dalam bentuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung seperti materi pelajaran, media, metode, model, strategi, maupun alat evaluasi.

Membentuk karakter masyarakat yang bertanggungjawab dan mengedepankan kepentingan umum.” Mata pelajaran PPKn di sekolah dirancang untuk mempersiapkan generasi muda, sehingga di masa yang akan datang ketika dewasa mampu berperansecara aktif dalam lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu Guru Pendidikan Kewarganegaraan harus memiliki keterampilan untuk mengorganisasikan proses pembelajaran mulai dari penyusunan satuan pembelajaran, memilih dan menggunakan strategi, teknik, metode agar ketiga komponen atauaspek utama tersebut tercapai.

Menurut Hermino, Kemajuan perkembangan pendidikan maupun peserta didik tercermin dari seorang guru yang luar biasa yaitu guru yang memiliki intensionalitas (memiliki tujuan) berupa kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Pendidikan nasional Indonesia saat ini menerapkan kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik yang artinya proses pembelajaran dirancang agar peserta didik dapat aktif mengkonstruksikan konsep, prosedur, hukum atau prinsip, melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan maka diperoleh data dari dokumen RPP yang dirancang atau di buat Pendidikan Kewarganegaraan masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, hal tersebut menyebabkan gurulah sebagai aktor utama dalam proses pembelajaran bukan siswa. Kekurangan pelaksanaan metode ceramah dalam proses pembelajaran yaitu guru hanya mengutamakan pada muatan aspek kognitif berupa penerangan materi serta penanaman konsep kewarganegaraan sedangkan 124

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

aspek- aspek sikap atau afektif seperti pendidikan karakter yang memuat sikap demokratis masih sangat kurang.

Berdasarkan data observasi didapati ketika peneliti a n dilaksanakan di kelas X Multi Media SMK Negeri 1 Marabahan selama proses pembelajaran di kelas X Multimedia. Diperoleh data yaitu : Ketika Guru meminta setiap siswa maju kedepan kelas untuk mempresentasikan tugas ke depan kelas. Siswa lainnya bersikap tidak peduli dan malah melakukan kegiatan lain yaitu bermain handphone. Terdapat 36 siswa pada setiap kelas namun hanya siswa yang ada dimeja barisan depan yang mendengarkan presentasi siswa lainnya dan memfokuskan pandanganya kedepan, 22 siswa lainnya kurang memperhatikan karena asik bermain handphone dan fokus terhadap tugas mereka sendiri. Hal ini berarti sikap saling menghargai siswa lain masih rendah. Yang kedua ketika pembelajaran berlangsung, dengan melakukan tanya jawab dengan melontarkan pertanyaan secara langsung kepada siswa, dari 36 siswa hanya 6 siswa yang ditunjuk untuk menjawab. Jadi tidak semua siswa dilibatkan untuk aktif dalam pembelajaran. Kemudian tanggung jawab siswa yang rendah dilihat ketika sedang dibentuk kelompok diskusi menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa, selama diskusididapati dalam kelompok hanya 3 siswa yang berpikir dan saling mengutarakan pendapatnya. Sisanya yang tidak ingin berkerjasama di dalam kelompoknya ketika ditanya alasan mereka tidak ikut berdiskusi yaitu karena merasa sudah terdapatsiswa lain yang mengerjakan tugastersebut.

Berdasarkan permasalahan tersebut, seharusnya mampu memiliki keterampilan dalam dan memiliki strategi, model, metode, media yang tepat agar dapat mendorong siswa mengembangkan tingkah laku sesuai tujuan pembelajaran dan dengan pendekatan dalam kurikulum. Pada proses pembelajaran Guru PPKn SMK Negeri 1 Marabahan sebagai salah satu solusi agar mampu membentuk sikap demokratis peserta didik.

Penerapan model Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa serta mendukung siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok (tidak individual) yaitu dapat berpasangan untuk saling mengembangkan kecakapan dalam arti menemukan dan memecahkan suatu masalah, pengambilan keputusan, berpikir secara logis, berkomunikasi dan bekerja sama.

Berdasarkan latar belakangdiatas, maka penting untuk meneliti bagaimana pembelajaran PPKn di sekolah dalam membentuk sikap demokratis peserta didik, sehingga siswa dapat berperan aktif di masa yang akan datang sebagai warga negara yang dapat menggunakan hak-haknya dalam kegiatanberbangsa, bernegara danbermasyarakat, maka peneliti memilih judul II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Marabahan, karena permasalahan mengenai sikap demokratis ditemukan pada sekolah tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, karena dalam penelitian ini peneliti tidak akan membuktikan atau menolak suatu hipotesis yang dirancang sebelum penelitian namun data yang didapatkan akan 125

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

diolah secara non numerik. Pendekatan yangdigunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, seperti yang dikemukakan oleh Nazir (2009: 55) “pendekatan deskriptif membuat gambaran atau kejadian” yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan karena data yang dihasilkan mendeskripsikan mengenai strategi pembelajaran watak kewarganeagaraan guna penguatan nilai kesetaraan gender.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa informasi yang didapat dari informan, observasi, dokumen, tempat dan peristiwa. Teknik pengambilansampel dalam penelitian ini yaitu dengan teknik purposive sampling karena dengan pertimbangan sampel yang diambil merupakan guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan orang-orang yang merasakan dampak dari penerapan model ersebut yaitu peserta didik kelas X Multimedia yang diajar oleh guru tersebut. Data diperoleh dari informan kunci yaitu Mata Pelajaran PPKn dan peserta didik.

Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi, studi dokumen, serta angket dan tes pilihan ganda. Wawancara dilakukan dengan peserta didik kelas X Multimedia SMK Negeri 1 Marabahan.

Observasi dilakukan ketika proses pembelajaran PPKn di dalam kelas, serta studi dokumen dilakukan dengan menganalisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang oleh Guru Mata Pelajaran PPKn. Selain itu, data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui angket sikap demokratis peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran PPKn. Teknik uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah trianggulasi metode dan trianggulasi data. Menggunakan trianggulasi data karena pengumpulan data dilakukan dengan berbagai jenis data dan tentunya dengan data dengan jenis yang sama namun dengan beberapa sumber yang berbeda.

Sedangkan digunakannya trianggulasi metode yaitu data yang telah terkumpul di dapat dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu observasi, wawancara dan analisis dokumenserta angket dan tes pilihan ganda.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan model inkuiri terbimbing Membentuk Sikap Demokratis 1. Tahap Perencanaan RPP yang dirancang telah sesuai dengan desain kurikulum yang terbaru yaitu dengan pendekatan saintifik 4C (Critical Thingking, Creative, Colaborative, Comunicative). Pendekatan tersebut pengganti dari pendekatan 5M (Mengamati, Menanya, Mengasosiasi, Menalar, Mengkomunikasikan). Perencanaan Model Pembelajaran sebagai upaya membentuksikap demokratis peserta didik terlihat didalam RPP yaitu pada kegiatan 4C tersebut, diantaranyasebagai berikut : a) Kebebasan berpendapat Pada saat tanya jawab dalam kegiatan critical thingking. memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang disajikan. Kemudian dalam RPP pada kegiatan communication peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Kelompok lain 126

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

diberikan kebebasan boleh mengemukakan pendapat mengenai hasil presentasi yang dilakukan oleh temannya , kemudian bersikap kritis dengan bertanya suatu pertanyaan mengenai jawaban yang telah dipresentasikan. b) Komunikasi atau bekerjasana dengan kelompok Peserta didik salingberkerjasama dalam kelompok pada kegiatan collaboration di dalam RPP untuk saling diskusi dalam pemecahan masalah. Indikator tersebut dilihat saat semua peserta didik bekerja sama memecahkan masalah, dengan dibagi-bagi tugas secara adil, sehingga tidak ada yang hanya diam. c) Menghargai pendapat orang lain.

Dalam RPP pada saat kegiatan Comunication, peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Dan kelompok lain mendengarkan tanpa menyela. Kemudian pada saat collaboration dalam kelompok diskusi saling mendengarkan setiap pendapat antar teman tanpa membeda-bedakan agarmampu mencari solusi permasalahan.

2. Tahap Pelaksanaan Pada langkah-langkah pembelajaran PPKn yang dilakukan, guru telah berupaya mengintegrasikan nilai-nilai demokratis yang hendak dicapai dari kegiatan pembelajaran, Mulai dari tahap pendahuluan, inti, dan penutup. . Langkah-langkah yang diterapkan oleh guru PPKn untuk siswa yaitu memberikan motivasi dan pertanyaan seputar materi serta berbagai contoh kasus- kasus mengenai ancaman negara, membagi siswa kedalam kelompok kecil untuk berdiskusi, guru menyajikan masalah yang akan didiskusikan dalam kelompok , kemudian hasil diskusi kelompok yang akan dipresentasikan di depan kelas, dan evaluasi bersama dengan Guru. Lebih lengkapnya akan dijelaskan sebagai berikut : a) Kegiatan pendahuluan pembelajaran Pada kegiatan awal /pendahuluan dalam Pembelajaran melakukan penanamanpendidikan karakter yaitu mengawali pembelajaran dikelas dengan mengajak peserta didik berdoa terlebih dahulu, nilai karakter yang dikembangkan yaitu nilai religius atau spiritual.

Kemudian mengucapkan salam, melalukan absensi kepada peserta didik. Setelah mempersiapkan keadaan kelas, guru melakukan apersepsi untuk mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan yang hendak dicapai kemudian memberikan motivasi dengan menjelaskan pentingnya sikap berani dalam melakukan aspirasi atau menyatakan pendapat dengan menghubungkan padamateri pembelajaran. b) Kegiatan tanya jawab Pada pertemuan pertama di Kelas X Multimedia guru menyampaikan mengenai materi ancaman dengan menggunakan model tanya jawab antar siswa. penyampaian materi ancaman negara dalam

127

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

berbagai bidang, kemudian memberikan berbagai contoh kasus ancaman dalam bidang militer. Kemudian Guru bertanya kepada peserta didik agar mampu memancing kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan membentuk sikap demokratis peserta didik seperti berikut: selama pembelajaran berlangsung memberi motivasi agar peserta didik menjadi lebih berani dan percaya diri Namun ketika sudah memberikan motivasi seperti itu, peserta didik belum ada yang berani mengacungkan tangannya untuk menjawab, ada beberapa yang menjawab dengan suara kecil secara bersama-sama, ada yang hanya mendengarkan saja. Sehingga di lakukan tanya jawab dengan menunjuk peserta didiksecara langsung.

Setelah ditunjuk mereka jadi ingin dan bisa menjawab. Selama melakukan kegiatan tanya jawab kepada peserta didik, selalu diberikan penguatan dari jawaban yang disampaikan oleh peserta didik.

Kemudian memberikan aprisiasi “Ya tepat sekali jawabannya, solusi tersebut tersebut tepat bila dilakukan. c) Kegiatan PembagianKelompok Diskusi Pada pertemuan kedua guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok yang masing-masing anggotanya 5 sampai 6 peserta didik.

Hal tersebut sesuai dengan karakteristik model pembelajaran berbasis masalah dengan membagi siswa kedalam kelompok yang berranggotakan 5 peserta didik. Sebelumnya Guru telah meminta ketua kelas untuk membagi anggota kelompok secara acak sehingga heterogen tidak perempuan semua tidak laki- laki semua. Di setiap kelompok diskusi, peserta didik disajikan suatu permasalahan kasus berupa berita yang diambil dari berita online, yang tiap kelompok berbeda kasus permasalahan ancaman dari berbagai bidang yaitu bidang militer, non militer, bidang sosial, kebudayaan, ekonomi, politik, ideologi. Jadi setiap kelompok ketika presentasi bahasan kasus nya berbeda, agar nanti diharapkan semua kelompok mendengarkan setiap temannya yang melakukan presentasi di depan kelas. Dari kasus tersebut, guru meminta siswa untuk memecahkan masalah dengan menganalisis mengenai solusi apa yang pemerintah dapat lakukan, kemudian faktor apa saja yang menyebabkan kejadian tersebut dapat terjadi, peran warga negara yang dapat dilakukan dalam mengatasihal tersebut.

Dalam kegiatan diskusi tersebut terlihat terjadinya kerja sama dalam kelompok yaitu setiap peserta didik memiliki bagian tugasnya masing-masing. Disampaikan bahwa masing-masing siswa harus memiliki pendapatnya sendiri. Pembagian tugas tersebut memiliki tujuan agar setiap peserta didik mampu memahami materi yang sedang dipelajari. Hal tersebut menjadikan setiap peserta didik berani mengeluarkan pendapatnya sendiri.

Dari hasil pengamatan secara langsung, ketika peserta didik sedang mencari jawaban mereka menggunakan sumber belajar selain buku dan lks, mereka menggunakan media 128

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

elektronik berupa handphone. Handphone tersebut digunakan untuk melakukan browsing di internet. Peserta didik menggunakan HP jika memang diperlukan dalam pembelajaran. d) Kegiatan MengkomunikasikanHasil Disukusi Setelah peserta didik diberi waktu 30 menit untuk berdiskusi dalam kelompok, guru meminta peserta didik untuk melakukan presentasi.

Presentasi dilakukan untuk membentuk sikap percaya diri dan keberanian peserta didik untuk menyatakan pendapatnya didepan umum.

Karena waktu sudah sangat mepet dan test akhir semester maka Guru ingin mempercepatpembelajaran dengan meminta peserta didik langsung mempresentasikan di depan kelas. Semua kelompok diberi waktu sekitar 8 menit untuk presentasi serta memberi kesempatan kelompok lain untuk tanya jawab. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, didapati sama-sama ketika ada kelompok yang sedang diskusi, kelompok lain tidak terlalu mendengarkan dan fokus kepada kelompok yang sedang diskusi. Karena cara setiap kelompok presentasi di depan kelas terlihat sangat monoton yaitu hanya membaca hasil dikusi yang ada di kertas yang mereka bawa, dan kemudian membacakannya. Jadi terlihat peserta didik yang berada di belakang malah sedang bermain handphone, dan ada yang sedang mengobrol dengan teman yang lain., ketika peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya. Dari 6 kelompok, ada sekiranya 2 kelompok yang bertanya pada setiap kelompok yang maju.

Selama kegiatan presentasi Guru telah membimbing peserta didik untuk berani bertanya dan memberikan tanggapan kepada peserta didik yang lain. Setelah presentasi kelompok selesai, guru meluruskan jawaban siswa yang kurang tepat dan menambah hal-hal yang belum lengkap atau belum tersampaikan pada diskusi kelas tersebut Dari penerapan langkah-langkah model Penerapan model pembelajaran tersebut, sikap demokratis peserta didik dapat terbentuk, diantaranya sebagai berikut : 1) Bekerjasama dalam kelompok, Terdapat kegiatan diskusi di dalam kelompok dalam penerapan model pembelajaran. Dari diskusi tersebut muncul komunikasi antar peserta didik sebagai bentuk kerjasama untuk menyelesaikan masalah. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, selama proses diskusi berlangsung, di kelas X Multimedia setiap kelompok memang terlihat serius, dan setiap anggota kelompok seperti sudah memiliki tugas masing-masing sehingga kerjasama dalam kelompok tersebut efektif. Ketika presentasi di depan kelas, setiapkelompok sudah membagi tugasnya masingmasing. Ada yangbagian membaca hasil diskusi, mencatat pertanyaan dari kelompoklain, menjadi moderator.

2) Sikap menghargai pendapat orang lain Didalam kelompok diskusi, peserta didik saling mengeluarkan pendapatnya dalam 129

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

pemecahan masalah. Hal tersebut melatih peserta didik agar mampu menghornati dan menghargai pendapat teman yang satu denganyang lain.Dari hasil wawancara dengan peserta didik, rata-ratajawaban mereka positifterhadap adanya perbedaan pendapat Sehingga dapat disimpulkan peserta didik terbuka dengan perbedaan pendapat yang ada.

3) Berani berpendapat Setelah melakukankegiatan diskusi, setiap kelompok dipersilahkan untuk mengkomunikasikan hasil diskusi pemecahan masalah. kepada kelompok lain.

Kemudian dalam sesi tanya jawab, kelompok dapat langsung menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Hal ini melatih keberanian siswa dalam berpendapat atas hal yang dipikirkannya.

3. Tahap Evaluasi Evaluasi merupakanproses mengambil keputusanberdasarkan hasilhasil penilaian. Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 20 Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dijelaskan Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Lingkup penilaian hasil belajar mencakup kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan dankompetensi keterampilan.Permendikbud No. 23 Tahun 20 Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing menyebutkan salah satu prinsip penilaian yaitu adil artinya penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama,suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan temasuk gender di dalamnya Penerapkan model pembelajaran berbasis masalah, dilakukan penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran. Penilaian atau evaluasi yang dilakukan yaitumenyelenggarakan ulangan harian dengan soal yangbervariasi untuk mengetahui seberapa paham peserta didik pada materi yang telah dipelajari. Jika dalam model pembelajaran berbasis masalah dengan menilai sikap siswa pada saat diskusi dan presentasi peserta didik dalam kelompok. Penilian individu dilihat dari keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan, berkomunikasi. Jika kelompok ketika mereka mampu bekerjasama dan saling berkordinasi dalam memecahkan masalah Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, pada saat peserta didik telah berada dalam kelompok diskusi untuk menganalisis kasus atau permasalahan yang diberikan proses diskusi yang berlangsung dan mendekat kelompok- kelompok yang ada. Namun tidak benar-benar langsung memberikan penilaian secara langsung jadi hanya sekedar mengamati. Sedangkan hasil analisis dokumen RPP yang dirancang, pada bagian penilaian pembelajaran sudah ada instrumen penilaian sikap 130

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

sosial dan religius, instrumen penilaian pengetahuan (kognitif) dan penilaianketerampilan.

4. Kendala yang dihadapi Kendala yang dirasakan membuat siswa berani dan menyampaikan secara demokratis pendapatnya Beberapa peserta didik yang belum menyadari peran dan tugasnya selama pembelajaran Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda sehingga terdapat peserta didik yang perlu diberikan perhatian lebih serta penguatan- penguatan. Jadi terdapat peserta didik yang seperti belum siap dalam melakukan proses pembelajaran, belum mampu mengoptimalkan kemampuan berpikir, berkreasi, siap bekerjasama. a) Kendala pada alokasi waktu pembelajaran: Jadwal pelajaran PPKn sering bertubrukan dengan kegiatan- kegitan disekolah. Sehingga terkadang ada kelas yang hanya Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing KD itu hanya 2 kali pertemuan, menyebabkan ada kelas yang tidak diterapkan model seperti kelas lain. Karena alasannya situasional sehingga sulit untuk dipaskan dengan alokasi waktu. Kendala tersebut sejalan dengan pendapat Haryanto dan Warsono (2002: 52) mengenai kekurangan atau kelemahan model pembelajaran berbasis masalah apabila diterapkan dalam proses belajar mengajar, yaitu “Kemungkinan akan mengeluarkan biaya dan waktu yang lama dalam proses pemecahan masalah, kurang mampu mengantarkan peserta didik untuk melakukan pemecahan masalah”. b) Kendala yang dirasakan oleh peserta didik : 1) Suasana kelas lebih ramai karena ada beberapa peserta didik yang mengobrol denganpeserta didik yang lain, sehingga mengganggu peserta didik lain yang ingin fokus. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dikelas pada saat kelompok maju untuk presentasi hasil pemecahan masalah, beberapa peserta didik ada yang tidak melihat dan mendengarkan teman nya presentasi. Hal tersebut dikarenakan saat presentasi setiap kelompok hanya membaca hasil diskusi mereka. Sehingga terlihat sangat monoton.

2) Kelompok yang dibentuk heterogen, sehingga peserta didik yang tidak terlalu dekat dengan peserta didik yang lain kurang bisa diajak kerjasama karena tidak terbiasa.

5. Solusi Terhadap Kendala Kendala-kendala yang muncul pada saat penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam membentuk sikap demokratis akan berdampak pada pembelajaran yang kurang berhasil. Maka dari itu perlu adanya solusi agar pembelajaran tersebut berjalan sesuai dengan tujuanpembelajaran diantaranyasebagai berikut : a) Harus tegas untuk menegur serta memberikan peraturan kepada 131

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

peserta didik yang ramai sendiri, membuat kegaduhan di kelas pada saatpresentasi kelompok lain, kemudian memberikan reward kepada kelompok yang aktif bertanya dan kepada kelompok yang memiliki kreativitas lebih pada saat presentasiberlangsung. b) Siswa diberikan perhatian khusus dengan selalu dilatih terus untuk berani dalam mengutarakan pendapat, diberikan motivasi. Ketika selesai kegiatan model tersebut dievaluasi satu persatu kemudian ditanyaipermasalahan yang menyebabkan belum lancar dalam kegiatan aktif dikelas IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu keismpulan guna menjawab rumusan masalah. Adapun kesimpulan dari penelitian ini, adalahsebagai berikut : 1. Penerapan Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai upaya membentuk sikap demokratis peserta didik 2. Kendala yang dihadapi dalam Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Sebagai UpayaMembentuk Sikap Demokratis.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, makaa peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Bagi Pendidik Bagi guru Pendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan hendaknya dapat lebih menggerakan peserta didik agar tertarik ke dalam materi pembelajaran, seperti memberikan motivasi lebih dan reward kepada peserta didik agar mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Serta memahami karakter peserta didik untuk menentukan pendekatan serta model pembelajaran yang akan diterapkan.

2. Bagi Peserta Didik Peserta didik hendaknya lebih fokus ketika pembelajaran berlangung dengan menghormati guru ketika proses pembelajaran berlangsung, menerapkan sikap demorkratis baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat seeperti sikap saling menghargai, berani berpendapat dan ikutdalam pengambilan keputusan bersama.

3. Bagi Sekolah Kebijakan serta kegiatan yang telah dibuat oleh pihak sekolah dalam upaya pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter sebaiknya benarbenar dijalankandengan baik.

4. Bagi Peneliti Lain Diharapkan bagi peneliti lain untuk menggunakan informan yang lebih banyak agar trianggulasi data yang ada benat- benar mewakili hasil dari penelitian.

132

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

DAFTAR PUSTAKA Majid, A. (2003) Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maolani, R. A. (2006) Metodologi Penelitian Pendidikan . Jakarta: Raja GrafinfoPersada.

Margono. (2005). Metodologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyoto. (2003). Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013 Yogyakarta. Prestasi Pustakarya.

Murdiono, M. 2002. StrategiPembelajaran Kewarganegaan.

Yogyakarta: Ombak.

Ngalimun. 2002 Strategi dan Model Pembelajaran . Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Rusman. 2004 Model-ModelPembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali.

Sanjaya, W. 2003 Strategi Pembelajaran Beroeientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sukmadinata, N. S. 2005 Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosadakarya.

133

PENERAPAN APLIKASI GOOGLE CLASSROOM PADA PEMBELAJARAN DARING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA KELAS X BOGA 2 SMK NEGERI 4 BANJARMASIN Juniati Djuari (Guru SMK Negeri 4 Banjarmasin)

ABSTRAK Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan di SMK Negeri 4 Banjarmasin. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin, dan tujuan penelitian ini adalah menerapkan aplikasi Google Classroom pada pembelajaran daring, dalam rangka meningkatkan kegiatan belajar siswa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan empat tahap, meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumen. Menggunakan analisis kualitatif untuk analisis data, termasuk pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat diukur dari penilaian siklus I dan penilaian siklus II. Nilai keaktian belajar siswa pada siklus I 65%, dan nilai keaktifan belajar siswa pada siklus II 79%.

Meskipun dimungkinkan untuk mengukur peningkatan keaktifan belajar siswa dari setiap siklus, pada kategori “tidak aktif” skor keaktifan siswa pada skor pra keaktifan adalah 2,4, kemudian 3,4 pada siklus pertama. Kategori "aktif" dan keaktifan siswa pada siklus; II (4.0) dalam kategori "aktif".

Kata Kunci : Keaktifan belajar, Google Classroom, Pembelajaran daring APPLICATION OF GOOGLE CLASSROOM ON ONLINE LEARNING TO INCREASE ACTIVITY OF CLASS X BOGA 2 STUDENTS OF SMK NEGERI 4 BANJARMASIN ABSTRACT

This research is Classroom Action Research (CAR), was accomplished at SMK Negeri 4 Banjarmasin. The object of this research is the students of class X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin, and the purpose of this research is to apply the google classroom application to online learning, in order to improve student learning activities.

This research was carried out in two cycles and four stages, including: (1) planning, (2) implementation, (3) observation and (4) reflection. Data obtained through observation, interviews and documents. Using qualitative analysis for data analysis, including data collection, data reduction, data presentation, conclusion drawing or verification. The increase in student learning activity can be measured from the assessment of the first cycle and the second cycle assessment. The value of student learning activity in the first cycle is 65%, and the value of student learning activity in the second cycle is 79%. Although it is possible to measure the increase in student learning activity from each cycle, in the "inactive" category the student's activeness score in the pre-activity score

134

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

was 2.4, then 3.4 in the first cycle. Category "active" and student activity in the cycle; II (4.0) in the "active" category.

Keywords: Active learning, Google Classroom, Online learning I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam situasi New Normal Era atau Era normal baru dengan kebiasaan baru seperti saat ini, Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menjadi sebuah pilihan di tengah pandemi Covid-19. Pola pelaksanaan pendidikan tatap muka tidak bisa dilaksanakan sementara waktu karena aturan pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah. Lalu bagaimana wabah Covid-19 telah membawa berkah positif bagi peran orang tua dalam pendidikan karakter anak melalui proses belajar di rumah. Dan di sisi lain para guru dapat melatih keterampilan dalam memanfaatkan teknologi. Bahwa PJJ merupakan sistem pendidikan yang paling sesuai dengan mengacu Protokol Kesehatan Covid19 yang berlaku yaitu adanya pembatasan fisik (physical distancing) untuk mencegah penularan Covid-19. Melalui PJJ, proses belajar mengajar tetap berlangsung tanpa perlu tatap muka secara langsung. Saat ini, Kemendikbud menyediakan Kuota Bantuan Belajar yang dapat dimanfaatkan oleh Guru dan Peserta Didik.

Kurangnya komunikasi antara Peserta Didik dengan Guru dalam pembelajaraan daring. Suasana keakraban, saling memberi perhatian dan memberi semangat hanya terlihat dari satu arah yaitu Guru. Kebanyakan Peserta Didik hanya menjawab salam sapa seperlunya lewat Media yang ada.

Komunikasi antara Guru dan Peserta Didik harusnya bisa dilakukan secara lebih intens meskipun mereka hanya dapat berkomunikasi melaui media sosial atau dalam jaringan. Keterlibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran Jarak Jauh saat ini bisa dilihat dari persentasi dalam pengumpulan tugas Daring, maka bisa disimpulkan bahwa tugas yang tersubmit oleh peserta didik tidak bisa mencapai 100%. Kesulitan lain dalam perubahan di era new normal dari Pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran daring.

Meskipun Guru sudah memberikan tutorial terkadang peserta lebih memahami praktek secara langsung dengan tatap muka. Tutorial yang dimaksudkan adalah pengarahan secara individu ataupun secara berkelompok melalui whatsapp grup atau komunikasi pribadi secara langsung dengan peserta didik.

Hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk tetap dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan aktif. Walaupun pembelajaran dilaksanakan jarak jauh atau daring, guru harus mampu meningkatkan keaktifan siswa. Keaktifan siswa dapat tercipta melalui penerapan metode pembelajaran yang menarik, salah satu metode pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran daring adalah memanfaatkan Google Classroom. Google Classroom ini masih jarang ditemui meskipun sudah ada namun pemanfaatan dalam metode pembelajaran sangat kurang. Google Classroom ini biasanya menggunakan laptop atau smartphone dan dapat dilaksanakan dimanapun.

135

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada pembelajaran di kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin menunjukan bahwa proses pembelajaran belum berjalan secara optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Dari faktor guru: (1) guru kurang inovatif dalam penggunaan metode pembelajaran, (2) guru belum menggunakan metode pembelajaran dengan optimal. Dari faktor siswa: (1) siswa kurang aktif dalam pembelajaran, (2) siswa mudah bosan saat pembelajaran.

Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan menggunakan Google Classroom. Google Classroom adalah sebuah produk dari Google berupa seperangkat alat produktivitas dan kolaborasi dengan sistem Google Cloud untuk sekolah dan lembaga pendidikan termasuk staff, guru dan juga siswa untuk memudahkan sistem belajar mengajar yang lebih baik. Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka penelti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Aplikasi Google Classroom pada Pembelajaran Daring untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa di Kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin” B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah dan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan aplikasi Google Classroom pada pembelajaran daring untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin?

C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh guru memiliki ciri khas tersendiri. PTK bukan untuk menguji sebuah hipotesa, sebagaimana lazimnya penelitian formal yang dilakukan di oleh perorangan atau lembaga. PTK itu merupakan langkah atau serangkaian proses yang dilaksanakan guru dalam dan selama pembelajaran. Proses ini dilakukan secara mandiri dimana guru berperan sebagai peneliti internal.

Pelaksanaannya pun tidak pernah berakhir. Berkelanjutan serta membentuk sebuah siklus kegiatan yang berulang.

Guru menyadari ada sesuatu yang tidak beres dan mengganjal dalam pembelajaran daring yang mereka lakukan. Apa yang tidak beres? Apa yang terasa mengganjal? Poin-poin ini dicatat dan diagendakan oleh guru sebagai catatan masalah pembelajaran yang dialaminya.

Tujuan yang hendak dicapai oleh guru dalam melakukan PTK adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran daring pada mata pelajaran Informatika menggunakan Aplikasi Google Classroom. Hasil belajar daring yang kurang memuaskan merupakan indikasi proses pembelajaran yang mengalami masalah. Faktanya, tidak seorang pun guru yang tidak mengalami kendala dan masalah dalam mengajar.

D. Manfaat Penelitian Dengan melaksanakan kegiatan PTK akan diperoleh beberapa manfaat bagi guru, antara lain: 1. Laporan tertulis kegiatan PTK bisa dijadikan bukti fisik guru telah membuat karya tulis ilmiah. Karya ilmiah ini dapat digunakan guru untuk

136

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

berbagai keperluan seperti kenaikan pangkat/golongan, mengikuti lomba guru berprestasi, lomba kreativitas guru, dan lain sebagaianya.

2. Guru terbiasa melaksanakan penelitian secara mandiri untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang dijalankannya. Pada gilirannya nanti guru akan menjadi pemecah masalah pembelajaran yang handal sehingga layak bergelar guru profesional.

3. Dapat memperbaiki kualitas proses maupun hasil pembelajaran.

Lazimnya, proses yang berkualitas akan mengantarkan guru pada hasil yang berkualitas pula.

4. Bagi sekolah, pembelajaran ini menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menciptakan situasi belajar yang kondusif di lingkungan sekolah dan meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar.

E. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Daring Pembelajaran daring adalah proses pembelajaran tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap muka langsung antara pengajar dan pembelajar.

Komunikasi berlangsung dua arah yang dijembatani dengan media seperti computer, televisi, radio, telepon, internet, video, dan sebagainya ( Munir, 2012 : 15).

2. Google Classroom Google Classroom adalah platform gratis berbasis web yang dibuat untuk mempermudah kegiatan pembelajaran pendidik dan murid.

Melansir Google for Education, Classroom memungkinkan para guru untuk mengatur dan menilai progres murid-muridnya sambil tetap terhubung dari mana pun juga. Karena berbasis web, platform ini secara otomatis sudah terintegrasi dengan layanan Google Suite for Education lainnya seperti Gmail, Google Docs, dan Google Calendar.

3. Keaktifan Belajar Siswa Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan individu yang terjadi melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya sehingga berdampak pada perubahan perilaku menuju terbentuknya kepribadian secara utuh.

Perubahan ini meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor.

Proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.

Proses belajar dapat terjadi tanpa sadar berdasarkan apa yang sedang terlihat dan terdengar oleh seseorang pada saat tertentu. Peristiwa yang sedang dialami oleh seseorang dapat dijadikan sebagai sumber belajar (Djamarah, 2010, hal.12).

4. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam suatu penelitan adalah sebagian dari suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis diartikan sebagai anggapan sementara yang menjadi landasan kegiatan yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini yang menjadi hipotesis adalah keaktifan siswa meningkat pada pembelajaran daring dengan menggunakan Google classroom khususnya pada mata pelajaran informatika di kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin.

137

II. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain atau rancangan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat. (Hamzah B Uno, dkk, 2012, : 41).

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian bersiklus yang terdiri dari 4 tahapan. Tahapan tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

B. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang ditentukan sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2021/2022. Peneliti mengambil subjek ini karena menurut guru Informatika setempat kemampuan rata-rata siswa kelas X Boga 2 pada pelajaran Informatika masih rendah dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung, sehingga cocok untuk diadakan penelitian.

C. Desain dan Prosedur Tindakan 1. Desain Tindakan Desain penelitian mempunyai dua macam pengertian, yaitu secara luas dan sempit. Secara luas, desain penelitan adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian secara sempit adalah sebagai gambaran secara jelas tentang hubungan antara bahan, pengumpulan data, dan analisis data.

Sehingga dengan adanya desain yang baik, peneliti maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antara bahan yang ada konteks peneltian dan apa yang hendak dilakukan oleh seorang penliti dalam melaksanakan penelitian. Desain penelitian yang dibuat secara cermat akan memberikan gambaran yang lebih jelas dalam kaitanya dengan penyusunan hipotesis dan tindakan yang akan diambil dalam proses penelitian selanjutnya (Sukardi, 2013 : 103-104).

2. Prosedur tindakan Langkah-langkah praktis pelaksanaan PTK dapat dijabarkan secara jelas dan mudah dipahami. Ada empat bagian pokok PTK yaitu: Planning Action, observation dan reflection. Kegiatan tersebut disebut dengan siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan kearah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya sampai dengan peneliti mendapatkan hasil peningkatan.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini didesain untuk III siklus, dimana masing-masing siklus dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti dengan Guru Informatika SMK Negeri 4 Banjarmasin. Dalam penelitian ini akan direncanakan sebanyak tiga siklus yaitu siklus 1, II dan siklus III. Siklus I 138

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, kemujuan dilaksanakan ujian siklus I, hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I dilihat hasilnya, jika ada kekurangan diadakan perbaikan lalu dilanjutkan proses pembelajaran pada siklus II. Hasil pengamatan dan refleksi pada siklus II diadakan perbaikan kembali agar diperbaiki jika belum maksimal maka akan dilanjutkan ke proses pembelajaran pada siklus III schingga harapan untuk meningkat keaktifan belajar siswa meningkat.

D. Kriteria keberhasilan tindakan Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dikatakan berhasil apabila telah terdapat sedikitnya 65% siswa aktif dan mengikuti pembelajaran. Keberhasilan atau ketuntasan belajar dilihat berdasarkan hasil teş yang di peroleh siswa.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan di SMK Negeri 4 Banjarmasin dikatakan berhasil atau tuntas apabila setiap siswa mendapat nilai ≥75 untuk mata pelajaran Informatika.

E. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dulam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Data yang valid dan lengkap sangat menentukun kualitas penelitian. Dalam penlitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini sudah dilaksanakan dengan mengikuti tahapan penggunaan Google Classroom. Tahapan-tahapan pembelajaran menggunakan Google Classroom dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Google Classroom ini telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran daring di kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru dengan menggunakan Google Classroom. Di dalam proses pembelajaran siswa diberikan penjelasan materi sebagai pengantar, lalu siswa mengamati video pembelajaran. Kemudian siswa membaca dan mengamati kemudian mempraktikkan materi Microsoft excel. Siswa mencari yang kurang jelas bisa bertanya melalui grup WA. Setelah itu siswa kembali mengamati video pembelajaran sambil mempraktikkan. Setelah itu guru memberikan pertanyaan dalam bentuk Soal tentang materi yang sudah di pelajari. Guru memberikan penguatan materi pembelajaran yang dilaksanakan hari ini. Tugas guru di dalam kelas sebagai fasilitator bagi siswa. Jadi di dalam pembelajaran siswa yang mendominasi berlangsungnya proses pembelajaran sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru saja.

Dilihat dari hasil observasi selama penelitian di SMK Negeri 4 Banjarmasin pada kelas X Boga 2, terlihat sangat jelas bagaimana keaktifan siswa sebelum dan sesudah diterapkannya Google Classroom. Seperti terlihat bahwa keaktifan siswa meningkat dari pra siklus ke siklus I ke siklus II, hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 65% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 79%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan

139

kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga keaktifan belajar siswa pun meningkat.

Sejalan dengan peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan Google Classroom, hal ini serupa terjadi pada tes keaktifan belajar siswa. Hal ini terbukti berdasarkan hasil tes keaktifan belajar siswa pada pra siklus skor nilai keaktifan siswa sebesar 2,4 dengan kategori “kurang aktif” dan pada siklus I diperoleh skor keaktifan sebesar 3,4 dengan kategori “cukup aktif” dan skor keaktifan pada siklus II sebesar 4,0 dengan kategori “aktif”. Berdasarkan analisis hasil tes aktivitas belajar siklus I dan siklus II, keaktifan belajar siswa kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin mengalami peningkatan pada setiap indikatornya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan Google Classroom dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin.

Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa penggunaan Google Classroom pada pembelajaran daring kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat dimpulkan bahwa pembelajaran daring dengan menggunakan Google Classroom dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa hal tersebut dapat dilihat dari setiap siklus.

Pada pra siklus skor nilai keaktifan siswa sebesar 2,4 dengan kategori “kurang aktif”, dan hanya beberapa siswa yang mencapai kategori cukup aktif dan aktif. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat sebesar 1% maka skor nilai keaktifan belajar siswa naik menjadi 3,4 dengan kategori “cukup aktif”, dan meningkat 0,6% pada siklus II dengan skornilai keaktifan belajar siswa menjadi 4,0 dengan kategori “aktif”.

Dampak yang diperoleh siswa dari diterapkan Google Classroom yaitu siswa yang semula yang tidak aktif dan malas mengikuti proses pembelajaran kini sudah terlihat aktif saat proses pembelajaran daring berlangsung, siswa yang jarang bertanya kini sudah berani untuk bertanya, siswa yang semula malas dalam menanggapi materi pembelajaran, siswa kini sudah aktif dalam menanggapi materi pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Google Classroom dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas X Boga 2 SMKN 4 Banjarmasin.

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada teman –teman guru sebagai berikut: 1. Menggunakan Google Classroom pada siswa kelas X Boga 2 SMK Negeri 4 Banjarmasin dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran daring.

2. Disarankan kepada guru sebelum mengajar terlebih dahulu menyiapkan rencana pembelajaran, media pembelajaran, metode maupun model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, karena dengan 140

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

lengkapnya alat pembelajaran tersebut, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pun dapat terwujud dengan baik.

3. Peneliti menyarankan kepada guru dan siswa hendaknya menyadari bahwa setiap siswa mempunyai tingkat keaktifan yang berbeda-beda yang diharapkan keaktifan itu dapat diasah terus agar dapat ditingkatkan sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setia.

Hamzah B Uno, dkk. (2012). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Nana Sudjana. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Oemar Hamalik. (2011). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Akasra.

Paizaluddin dan Ermalinda. (2016). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Panduan Teoritis dan Praktis. (2016). Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas : Implementasi dan Pengembangannya. Jakarta : PT Bumi Aksara Suharsimi dan Arikunto. (2012). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Ali Sadikin dan Afreni Hamidah. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19.

Cahyani Amildah Citra dan Brillian Rosy. (2020). Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Game Edukasi Quizizz Terhadap Hasil Belajar Teknologi Perkantoran Siswa Kelas X SMK Ketintang Surabaya.

Erlis Nurhayati. (2020). Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Daring Melalui Media Game Edukasi Quiziz pada Masa Pencegahan Penyebaran Covid-19.

Hasanah, dkk. (2020). Analisis Aktivitas Belajar Daring Mahasiswa Pada Pandemi COVID-19.

Kunthi Hidayati. (2016).Peningkatan Kekatifan siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar pada Kelas IV SD 1 Cepokojajar Kabupaten Bantul.

Oktafia Ika Handarini dan Siti Sri Wulandari. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19.

Syifa Tiara Naziah, dkk. (2020). Analisis Keaktifan Belajar Siswa Selama Pembelajaran Daring Pada Masa Covid-19 di Sekolah Dasar.

Sri Mulyati, Haniv Evendi. (2020). Pembelajaran Matematika Melalui Media Goggle Classroom untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SMP 2 Bojonegara

141

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI KOLABORATIF PADA SDN SUNGAI ANDAI 3 BANJARMASIN Sulis (Kepala SD Negeri Sungai Andai 3 Banjarmasin) ABSTRAK Pendekatan supervisi kolaboratif salah satu pendekatan supervisi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah secara kolegial, bersifat mendampingi dan kemitraan dalam memfasilitasi guru agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya. Karakteristik pendekatan supervisi kolaboratif menempatkan kepala sekolah sebagai rekan kerja, kedua belah pihak berbagi kepakaran, curah pendapat, diskusi, presentasi dilaksanakan dengan terbuka dan fleksibel serta memiliki tujuan jelas, membantu guru berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional melalui kegiatan-kegiatan reflektif.

Tujuan PTS ini untuk mendeskripsikan, pertama perkembangan proses supervisi kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi profesional guru. Kedua, peningkatan kompetensi profesional guru setelah diterapkan supervisi kolaboratif Kegiatan PTS dilakukan dengan 5 langkah, 1) refleksi awal, 2) penyusunan rencanan, 3) pelaksanaan tindakah, 4) observasi atau pengamatan, dan 5) refleksi.

Kegiatan dilaksanakan dalam 2 siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

Hasil penelitian setelah dikenakannya supervise kolaboratif menunjukkan adanya peningkatan kompetensi profesional guru dari pra-siklus ke siklus 1 sebesar 18,18 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada pra-siklus sebesar 52,27 dengan kriteria kurang dan pada siklus 1 sebesar 70,45 dengan kriteria cukup. Kompetensi profesional guru juga mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 18,19 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada siklus 2 sebesar 88,64 dengan kriteria baik.

Kata Kunci : Supervisi Kolaboratif, Kompetensi Guru IMPROVING TEACHERS' PROFESSIONAL COMPETENCE THROUGH COLLABORATIVE SUPERVISION AT SDN SUNGAI ANDAI 3 BANJARMASIN ABSTRACT The collaborative supervision approach is one of the supervisory approaches that can be used by school principals in a collegial, accompaniment and partnership manner in facilitating teachers to carry out their professional duties. The characteristics of the collaborative supervision approach place the principal as a co-worker, both parties share expertise, brainstorming, discussions, presentations are carried out openly and flexibly and have clear goals, helping teachers develop into professionals through reflective activities.

142

The purpose of this school action research is to describe, firstly, the development of a collaborative supervision process to improve the professional competence of teachers at Sungai Andai 3 Elementary School, Banjarmasin City.

Second, improving the professional competence of teachers at Sungai Andai 3 Elementary School Banjarmasin after the collaborative supervision approach was applied School Action Research activities are carried out in 5 steps, 1) initial reflection, 2) planning, 3) implementing actions, 4) observing or observing, and 5) reflection. The activity is carried out in 2 cycles, namely cycle 1 and cycle 2.

Any information collected needs to be studied in relation to one another and its relation to existing and relevant theories or research results. Through deep reflection, solid and sharp conclusions can be drawn.

The results of the study after the implementation of collaborative supervision showed an increase in the professional competence of teachers from pre-cycle to cycle 1 of 18.18 points. The average professional competence of teachers in the pre-cycle is 52.27 with less criteria and in cycle 1 it is 70.45 with sufficient criteria. The professional competence of teachers also increased from cycle 1 to cycle 2 by 18.19 points. The average professional competence of teachers in cycle 2 is 88.64 with good criteria.

Keywords: Collaborative Supervision, Teacher Competence I.

PENDAHULUAN Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Profesionalisme seorang guru terlihat dari kompetensinya sebagai seorang guru yang terdiri dari kompetensi pedagogik, profesional, keperibadian dan sosial. Salah satu dimensi kompetensi guru sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru adalah kompetensi profesional. Dengan Permendiknas tersebut berarti seorang guru harus kompeten dalam melakukan kinerja profesionalnya.

Kompetensi profesional guru menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 terdiri dari kemampuan guru dalam: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Efektivitas pelaksanaaan kinerja profesional guru sangat bergantung pada kompetensi kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya diantaranya dalam melakukan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik, kepala sekolah sebagai supervisor dan penanggungjawab kegiatan di sekolah harus mampu menyusun program, melaksanakan, dan melakukan tindak lanjut supervisi akademik di sekolah yang dipimpinnya. Pelaksanaan supervisi akademik yang baik oleh kepala sekolah akan menghasilkan kompetensi guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang baik pula. Selanjutnya, pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik akan berdampak pada peningkatan prestasi siswa. Dengan demikian,

143

keberhasilan siswa dalam pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru dalam memfasilitasi pembelajaran dan kompetensi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik.

Kompetensi supervisi akademik kepala sekolah terdiri dari tiga aspek yaitu kompetensi dalam menyusun program, melaksanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti temuan-temuan ketika melaksanakan supervisi akademiknya.

Program supervisi akademik yang harus disusun oleh seorang kepala sekolah merupakan pedoman atau acuan dalam melaksanakan supervisi akademik. Selain itu, program supervisi akademik juga dapat mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran secara efektif. Dari hasil pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah juga harus mampu merefleksi kinerjanya dan melaksanakan tindak lanjut sebagai umpan balik yang sangat berguna untuk peningkatan kualitas baik bagi siswa, guru, maupun dirinya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya.

Berdasarkan hasil refleksi diri yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai kepala sekolah, selama ini kepala sekolah melaksanakan tugas supervisi akademiknya dengan menerapkan pendekatan supervisi langsung secara individual, dengan cara mendatangi guru yang sedang bertugas, mengamati kinerjanya dan melakukan penilaian. Pendekatan supervisi individual ini tidak terlalu efektif untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya khususnya yang berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hasil kajian empirik yang peneliti lakukan terhadap guru-guru di SDN Sungai Andai 3 Kota Banjarmasin menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru masih rendah terutama pada kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

Faktor eksternal yang diduga mengakibatkan rendahnya kompetensi profesional guru adalah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah yang lebih bersifat menilai. Idealnya, supervisi dilaksanakan secara kolegial, tidak menggurui, bersifat kemitraan dan pendampingan, serta dilakukan melalui diskusi dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel untuk membantu guru merefleksi kinerjanya dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Salah satu pendekatan yang mengedepankan kemitraan atau rekan kerja antara kepala sekolah sebagai supervisor akademik dan guru sebagai orang yang disupervisi, lebih bersifat mendampingi melalui diskusi dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel serta memiliki tujuan yang jelas untuk membantu guru berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional melalui kegiatan-kegiatan reflektif adalah pendekatan supervisi kolaboratif.

Pendekatan kolaboratif merupakan gabungan antara pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru yang memungkinkan supervisor dan yang disupervisi untuk bersama-sama sepakat dalam menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses supervisi. Pendekatan kolaboratif dapat dilakukan melalui kegiatan menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, menyajikan, memecahkan masalah, dan negosiasi Pendekatan supervisi kolaboratif dilaksanakan oleh supervisor dengan berbagi tanggung jawab dengan orang yang disupervisi. Dengan demikian, pada saat kepala sekolah melaksanakan supervisi kolaboratif, maka kepala sekolah

144

berbagi tanggung jawab dengan guru. Tugas supervisi oleh kepala sekolah dalam supervisi kolaboratif adalah mendengarkan dan memperhatikan secara cermat keluhan guru terhadap masalah perbaikan, peningkatan, dan pengembangan kinerjanya. Dalam pendekatan supervisi kolaboratif, kepala sekolah dapat meminta penjelasan guru terhadap hal-hal yang kurang dipahaminya. Selanjutnya, kepala sekolah mendorong guru untuk mengaktualisasikan pemikiran bersama dalam praktik nyata pemecahan masalah yang berkaitan dengan tugas guru (Glickman, 1984).

II. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Model Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan model Kemmis dan Mc. Taggart yang merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/ tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setelah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.

Menurut Kemmis dan Mc. Taggart, penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam pelaksanaannya, ada kemungkinan peneliti telah mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi.

1. Refleksi Awal Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi awal, dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian.

2. Penyusunan Perencanaan Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari masalah penelitian. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.

3. Pelaksanaan Ttindakan Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTS hendaknya

145

selalu didasarkan pada pertimbangan teoretik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.

4. Observasi (pengamatan) Kegiatan observasi dalam PTS dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini, peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.

5. Refleksi Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.

Dalam kegiatan ini, peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasilhasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

B. Lokasi, Subyek dan Jadwal Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Sungai Andai 3 Kota Banjarmasin yang memiliki karakteristik bahwa di sekolah ini kepala sekolah selalu melakukan supervisi akademik secara individual, tidak secara kolaboratif padahal karakteristik guru di sekolah ini adalah dapat bekerja secara kolaboratif dan memiliki motivasi untuk selalu merefleksi kinerjanya dan berbagi pengalaman dengan rekan sejawatnya.

2. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah 20 guru di SDN Sungai Andai 3 Kota Banjarmasin yang memiliki karakteristik bahwa kompetensi profesionalnya rendah khususnya dalam mengembangkan materi pembelajaran. Namun, guru di sekolah ini dapat bekerja secara kolaboratif dan memiliki motivasi untuk selalu merefleksi kinerjanya serta berbagi pengalaman dengan rekan sejawatnya.

3. Jadwal Penelitian Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi profesional guru telah dikoordinasikan dan disepakati bersama 20 guru yaitu pada bulan September s.d. Desember 2018 (4 bulan).

C. Faktor-faktor yang Diteliti Faktor-faktor yang diteliti dalam PTS ini adalah proses supervisi kolaboratif yang terkait dengan keterlaksanaan prinsip-prinsip supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel pada ketiga tahapan supervisi kolaboratif yang terdiri dari tahap pra-supervisi kolaboratif, supervisi kolaboratif dan pasca-supervisi kolaboratif. Selain hal tersebut, faktor lain yang diteliti adalah kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran.

146

D. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel yang diteliti adalah: 1. Lembar Observasi atau Pengamatan Lembar observasi terdiri dari lembar observasi proses supervisi kolaboratif dan lembar observasi kinerja guru dalam melaksanakan kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran. Lembar observasi proses supervisi kolaboratif digunakan untuk mengamati aktivitas kepala sekolah dan guru dalam melakukan proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif. Lembar observasi kinerja profesional guru digunakan untuk mengamati kinerja guru dalam mengembangkan materi pembelajaran.

2. Lembar Catatan Lapangan Catatan lapangan digunakan oleh peneliti untuk mencatat temuantemuan lain yang tidak terdapat pada lembar observasi terkait dengan aktivitas kepala sekolah dan guru selama supervisi dengan menerapkan pendekatan kolaboratif.

3. Pedoman wawancara Pedoman wawancara digunakan ketika wawancara dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 20 guru tentang masalah-masalah yang urgen untuk dipecahkan bersama terkait kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran.

E. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengolahan data secara kuantitatif dilakukan terhadap variabel kompetensi profesional guru. Analisis data kompetensi profesional guru dilakukan menggunakan prosentase (%),Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: ∑ Prosentase (%) = X 100% 𝑵 Dimana: ∑ n = Jumlah skor jawaban responden N = Jumlah skor jawaban ideal % = Tingkat persentase (Mohammad Ali, 1987:184) Data kuantitatif berupa prosentase tersebut kemudian dijadikan dasar untuk dikonversi kedalam data kualitatif menggunakan kriteria berikut.

Tabel 1 Kriteria Kompetensi Profesional Guru Skor Kriteria Sangat Baik 91 – 100 76 – 90 Baik 61 – 75 Cukup 51 - 60 Kurang ≤ 50 Sangat Kurang

147

Teknik pengolahan data kualitatif dilakukan terhadap variabel proses supervisi kolaboratif yang dikumpulkan melalui lembar observasi proses supervisi kolaboratif yang diolah dengan cara mengkategorikan dan mengklasifikasikan data berdasarkan analisis kaitan logis, kemudian ditafsirkan dalam konteks permasalahan penelitian.

F.

Prosedur Penelitian 1. Siklus 1 a. Perencanaan 1) Merencanakan proses supervisi kolaboratif sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan supervisi kolaboratif.

2) Menyusun instrumen penelitian berupa lembar observasi proses supervisi kolaboratif, lember observasi kinerja profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran, panduan wawancara dan catatan lapangan.

3) Melakukan analisis kebutuhan guru.

4) Sesuai jadwal, peneliti memberikan materi tentang teknis pengembangan materi pembelajaran dan bahan ajar.

5) Menyepakati jadwal kegiatan pada pertemuan berikutnya. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan diskusi dan curah pendapat antara kepala sekolah dengan 20 guru tentang masalah-masalah krusial pada saat mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar.

2) Melaksanakan tindakan berupa supervisi kolaboratif antara kepala sekolah dan guru dengan melaksanakan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

3) Melaksanakan refleksi bersama antara kepala sekolah dan 22 guru tentang pelaksanaan kinerja profesionalnya pada kelompok kerja guru difasilitasi oleh kepala sekolah. c. Observasi Observasi dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap proses supervisi kolaboratif yang sedang dilaksanakan dan kinerja profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar dan mencatat semua temuannya pada instrumen yang telah disediakan. Berikut adalah fokusfokus dari kegiatan observasi: 1) Proses supervisi kolaboratif yang terdiri dari pelaksanaan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

2) Kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar. d. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini, semua data yang terkumpul dianalisis. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan refleksi untuk merumuskan rekomendasi-rekomendasi pada siklus 2 berdasarkan temuan-temuan pada siklus 1 terkait proses supervisi kolaboratif dan kompetensi profesional 148

guru. Pada kegiatan refleksi, temuan-temuan pada siklus 1 diklarifikasi dan dirumuskan tindak lanjutnya untuk diterapkan pada siklus 2.

2. Siklus 2 a. Perencanaan 1) Memperbaiki perencanaan proses supervisi kolaboratif berdasarkan rekomendasi-rekomendasi pada siklus 1 2) Melakukan analisis kebutuhan guru. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan diskusi dan curah pendapat antara kepala sekolah dengan 22 guru tentang masalah-masalah krusial pada saat melaksanakan kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar.

2) Melaksanakan tindakan berupa supervisi kolaboratif antara kepala sekolah dan guru dengan melaksanakan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

3) Melaksanakan refleksi bersama antara kepala sekolah dan 22 guru tentang pelaksanaan kinerja profesionalnya difasilitasi oleh kepala sekolah. c. Observasi Observasi dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap proses supervisi kolaboratif yang sedang dilaksanakan dan kinerja profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar dan mencatat semua temuannya pada instrumen yang telah disediakan. Berikut adalah fokusfokus dari kegiatan observasi: 1) Proses supervisi kolaboratif yang terdiri dari pelaksanaan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

2) Kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar. d. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini, semua data yang terkumpul dianalisis. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan refleksi untuk merumuskan rekomendasi-rekomendasi berdasarkan temuan-temuan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Proses Supervisi Kolaboratif pada Siklus 1 Supervisi kolaboratif pada siklus 1 ini dilaksanakan pada tanggal 3 September s.d. 3 November 2018. Pendekatan supervisi kolaboratif pada siklus 1 dilaksanakan dengan menerapkan kesepuluh prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel melalui tahapan-tahapan spesifik sebagai berikut: 1. Tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala sekolah bersama 20 guru melaksanakan curah pendapat dan diskusi di sekolah difasilitasi oleh kepala sekolah tentang

149

masalah-masalah krusial guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar.

2. Tahap supervisi kolaboratif, kepala sekolah melaksanakan supervisi kolaboratif bersama guru pada saat guru sedang melaksanakan kinerja profesionalnya dengan menerapkan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

3. Tahap pasca-supervisi kolaboratif, kepala sekolah bersama 20 guru melaksanakan refleksi pelaksanaan kinerja profesionalnya difasilitasi oleh kepala sekolah.

Temuan-temuan selama proses supervisi kolaboratif berlangsung dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini Tabel 2 No 1

2

3

Deskripsi Hasil Observasi Proses Supervisi dengan Menerapkan Pendekatan Supervisi Kolaboratif pada Siklus 1 Tahapan Spesifik Temuan Tahap Pra-Supervisi Seluruh guru tidak membawa daftar masalah Kolaboratif terkait kompetensi profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar, curah pendapat dan diskusi tidak berjalan dengan baik, hanya satu orang guru yaitu G05 yang aktif mencurahkan pendapatnya Tahap Pelaksanaan Guru G03 dan G07 tidak menyiapkan hasil Supervisi Kolaboratif analisis materi pembelajaran yang telah disusunnya sehingga mengganggu proses supervisi kolaboratif Tahap Pasca-Supervisi Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi Kolaboratif pelaksanaan supervisi kolaboratif dengan menyampaikan temuan dan pemecahannya

Pada siklus 1 ditemukan beberapa temuan pada tahap spesifik kegiatan supervisi kepala sekolah dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif.

Hasil refleksi pada siklus 1 yang telah dilakukan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Seluruh guru tidak membawa daftar masalah terkait kompetensi profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar sehingga curah pendapat dan diskusi pada tahap Pra-Supervisi Kolaboratif tidak berjalan dengan baik dibuktikan dengan hanya satu orang guru berkode G05 yang aktif mencurahkan pendapatnya. Temuan ini diduga disebabkan oleh kepala sekolah yang tidak melakukan koordinasi dengan guru untuk mengidentifikasi masalahmasalah krusial pada saat melakukan kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar, mencatat dan membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi dilakukan (tahap PraSupervisi Kolaboratif). Hal ini menyebabkan curah pendapat dan diskusi tidak dapat berjalan dengan baik, sehingga tahap Pra-Supervisi Kolaboratif tidak dapat dilaksanakan secara efektif. Adapun guru yang berkode G05 aktif 150

mencurahkan pendapatnya tetapi masalah yang disampaikannya tidak terfokus pada kompetensi profesional terkait pengembangan materi pembelajaran dan bahan ajar. Berdasarkan hasil analisis data di atas, sebelum melakukan kegiatan supervisi kolaboratif khususnya pada tahap Pra-Supervisi Kolaboratif, kepala sekolah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan semua guru.

2. Terdapat dua orang guru dengan kode G03 dan G07 yang tidak menyiapkan hasil analisis materi pembelajaran ketika supervisi kolaboratif dilakukan di sekolah sehingga pelaksanaan supervisi kolaboratif menjadi terganggu.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, sebelum melakukan kegiatan supervisi kolaboratif, kepala sekolah seharusnya menguatkan dan menegaskan kepada guru untuk menyiapkan kelengkapan diantaranya instrumen supervisi akademik pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

Berdasarkan hasil refleksi di atas, peneliti merekomendasikan pelaksanaan supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif untuk siklus 2 sebagai berikut: 1. Pada tahap Pra-Supervisi Kolaboratif, kepala sekolah harus terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan semua guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan diantaranya mengindentifikasi masalahmasalah krusial ketika melaksanakan kinerja profesionalnya, mencatat dan membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah dan guru lainnya.

2. Pada tahap pelaksanaan Supervisi Kolaboratif, kepala sekolah harus menguatkan dan menegaskan kepada guru untuk menyiapkan kelengkapan untuk melaksanakan kinerja profesionalnya pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

B. Proses Supervisi Kolaboratif pada Siklus 2 Supervisi kolaboratif pada siklus 2 ini dilaksanakan pada tanggal 10 s.d.

24 November 2018. Pendekatan supervisi kolaboratif pada siklus 2 dilaksanakan berdasarkan rekomendasi-rekomendasi pada siklus 1.Temuan-temuan selama proses supervisi kolaboratif dapat dilihat pada tabel 3 berikut Tabel 3.

No 1 2

3

Deskripsi Hasil Observasi Proses Supervisi dengan Menerapkan Pendekatan Supervisi Kolaboratif pada Siklus 2 Tahapan Spesifik Temuan Tahap Pra-Supervisi Curah pendapat dan diskusi berjalan dengan Kolaboratif baik, seluruh guru aktif berdiskusi dan mencurahkan pendapatnya Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan supervisi kolaboratif berjalan Supervisi Kolaboratif dengan efektif, guru mampu menerapkan solusi-solusi dari masalah yang teridentifikasi sebelumnya sebagai hasil curah pendapat dan diskusi dengan guru lain dan kepala sekolah pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

Tahap Pasca-Supervisi Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi Kolaboratif 151

Pada siklus 2 ini tidak ditemukan lagi temuan-temuan negatif, dan pelaksanaan supervisi kolaboratif sudah sesuai dengan tahapan-tahapan spesifik supervisi kolaboratif. Temuan-temuan positif pada tahap spesifik supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif. Hasil refleksi pada siklus 2 yang telah dilakukan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Curah pendapat dan diskusi berjalan dengan baik dan seluruh guru aktif berdiskusi dan mencurahkan pendapatnya dikarenakan pada tahap prasupervisi kolaboratif.

2. Pelaksanaan supervisi kolaboratif berjalan dengan efektif dan guru mampu menerapkan solusi-solusi dari masalah yang teridentifikasi sebelumnya sebagai hasil curah pendapat dan diskusi dengan guru lain dan kepala sekolah pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

3. Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi pada tahap pasca-supervisi kolaboratif dikarenakan kepala sekolah telah koordinatif dengan guru dan telah berhasil memotivasi guru untuk saling belajar.

Berdasarkan hasil refleksi di atas, peneliti merekomendasikan pelaksanaan supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif sebagai berikut: 1. Pada tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala sekolah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan semua guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan diantaranya mengindentifikasi masalah-masalah krusial ketika melaksanakan kinerja profesionalnya, mencatat dan membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah dan guru lainnya.

2. Pada tahap supervisi kolaboratif, kepala sekolah harus menerapkan prinsipprinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel. Serta untuk keberhasilan pelaksanaan kinerja profesionalnya, kepala sekolah harus menguatkan dan menegaskan kepada guru untuk menyiapkan kelengkapan berupa hasil analisis materi pembelajaran pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

3. Pada tahap pasca-supervisi kolaboratif, kepala sekolah harus koordinatif dengan guru dan memotivasi guru untuk saling belajar.

Berikut merupakan perkembangan temuan selama proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif dari siklus 1 ke siklus 2.

Tabel 4.

Perkembangan Temuan selama Proses Supervisi dengan Menerapkan Pendekatan Supervisi Kolaboratif Tahapan Siklus 1 Siklus 2 Seluruh guru tidak membawa daftar Curah pendapat dan diskusi masalah terkait kinerja profesionalnya, berjalan dengan baik, seluruh Pracurah pendapat dan diskusi tidak guru aktif berdiskusi dan Supervisi berjalan dengan baik, hanya satu guru mencurahkan pendapatnya Kolaboratif yaitu G05 yang aktif mencurahkan pendapatnya Pelaksanaan supervisi kolaboratif Pelaksanaan Guru G03 dan G07 tidak menyiapkan kelengkapan berupa hasil analisis berjalan dengan efektif, guru Supervisi mampu menerapkan solusi-solusi Kolaboratif materi pembelajaran sehingga 152

Tahapan

PascaSupervisi Kolaboratif

Siklus 1 mengganggu proses supervisi kolaboratif

Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi pelaksanaan supervisi kolaboratif dengan menyampaikan temuan dan pemecahannya

Siklus 2 dari masalah yang teridentifikasi sebelumnya sebagai hasil curah pendapat dan diskusi dengan guru lain dan kepala sekolah pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi

Berdasarkan temuan tersebut, Tabel 5 berikut merupakan perkembangan proses supervisi kolaboratif dari siklus 1 ke siklus 2 yang mengalami perkembangan terutama pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

Tabel 5 Tahapan

Pra-Supervisi Kolaboratif

Perkembangan Proses Supervisi dengan Menerapkan Pendekatan Supervisi Kolaboratif Siklus 1 Siklus 2 Kepala sekolah Kepala sekolah terlebih dahulu bersama semua guru melakukan koordinasi dengan semua melaksanakan curah guru dan menjelaskan teknis supervisi pendapat dan diskusi kolaboratif yang akan dilaksanakan difasilitasi oleh kepala diantaranya mengindentifikasi masalahsekolah tentang masalah krusial ketika melaksanakan masalah-masalah kinerja profesionalnya, mencatat dan krusial guru dalam membawanya pada saat curah pendapat melaksanakan kinerja dan diskusi bersama kepala sekolah dan profesionalnya. guru lainnya. Selanjutnya, kepala sekolah bersama semua guru melaksanakan curah pendapat dan diskusi difasilitasi oleh kepala sekolah tentang masalah-masalah krusial yang teridentifikasi oleh guru dalam melaksanakan kinerja profesionalnya.

Pada akhir tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala sekolah menguatkan dan menegaskan kepada guru untuk menyiapkan kelengkapan diantaranya hasil analisis materi pembelajaran.

C. Kompetensi Profesional Guru pada Siklus 1 Kompetensi profesional guru ini terdiri dari kemampuannya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar. Kompetensi guru dalam melaksanakan kinerja profesionalnya diamati dan diukur menggunakan lembar observasi kinerja profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran 153

dan bahan ajar. Skor rata-rata kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar sebesar 70,45 dengan kriteria cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar setelah diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif sudah cukup baik. Berbeda dengan sebelum diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif, rata-rata kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar sebesar 52,27 dengan kriteria kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar.

D. Kompetensi Profesional Guru pada Siklus 2 Kompetensi profesional guru mengalami peningkatan dari pra-siklus, siklus 1 sampai dengan siklus 2. Tabel 6 dan Grafik 1 memperlihatkan peningkatan kompetensi profesional guru.

Tabel 6 Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Kompetensi Pra-siklus Siklus 1 Siklus 2 Rata-rata 52,27 70,45 88,64 Kriteria Kurang Cukup Baik 87,54 100

70,25

80 60 40 20 0 (0-50) Sangat Kurang

(51-60) Kurang

((61-75) Cukup Siklus I

(76-90) Baik

(91-100) Sangat Baik

Siklus II

Grafik 1. Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Tabel 6 dan Grafik 1 tersebut menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru mengalami peningkatan dari pra-siklus ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini diduga bahwa pendekatan supervisi kolaboratif telah dilaksanakan secara efektif selamat proses supervisi baik pada tahap pra-, pelaksanaan, dan pasca-supervisi kolaboratif.

154

IV. Penutup A. Simpulan Berdasarkan pembahasan dalam penelitian mengenai penerapan pendekatan supervisi kolaboratif dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif secara spesifik terdiri dari tahap pra-supervisi kolaboratif, supervisi kolaboratif dan pasca-supervisi kolaboratif. Proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif mengalami perkembangan dari siklus 1 ke siklus 2.

2. Peningkatan kompetensi profesional guru di SDN Sungai Andai 3 Kota Banjarmasin dari pra-siklus ke siklus 1 sebesar 18,18 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada pra-siklus sebesar 52,27 dengan kriteria kurang dan pada siklus 1 sebesar 70,45 dengan kriteria cukup. Kompetensi profesional guru juga mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 18,19 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada siklus 2 sebesar 88,64 dengan kriteria baik.

B. Rekomendasi Sebagai implikasi dari hasil penelitian, berikut ini saran yang dikemukakan; 1. Kepala sekolah harus terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan semua guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif.

2. Kepala sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

3. Kepala sekolah harus koordinatif dengan guru dan memotivasi guru untuk saling belajar.

DAFTAR PUSTAKA Alfonso, RJ., Firth, G.R., dan Neville, R.F.1981. Instructional Supervision, A Behavior System, Boston: Allyn and Bacon, Inc. Ali Mohamad, 1987, Pengantar Statistik, Bandung.

Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1982. Alat Penilaian Kemampuan Guru: Buku I. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.

----------------. 1982. Panduan Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.

--------------. 1996. Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi, Jakarta: Depdikbud -------------- .1996. Jabatan Fungsional Kepala Sekolah dan Angka Kreditnya Jakarta: Depdikbud.

--------------.1997. Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar.

Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar --------------. 1997. Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah: Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, TK dan SLB --------------.1998. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, Jakarta: Depdikbud.

---------------. 2003. Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen PMPTK – Depdiknas RI, 2007, Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru, Jakarta.

155

Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen PMPTK – Depdiknas RI, 2008, Metode dan Teknik Supervisi, Jakarta.

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar – Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, Supervisi Pembelajaran - Bahan Materi Bimbingan Teknis Penguatan Kepala Sekolah , Jakarta.

Glickman, C.D 1995. Supervision of Instruction. Boston: Allyn And Bacon Inc. Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company.

McPherson, R.B., Crowson, R.L., & Pitner, N.J. 1986. Managing Uncertainty: Administrative Theory and Practice in Education. Columbus, Ohio: Charles E. Merrill Pub. Co. Nolan, J.F. 2011. Teacher Supervision and Evaluation. Wiley: United State of America.

Oliva, Peter F. 1984. Supervision For Today’s School. New York: Longman.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Jakarta.

Pidarta, Made. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwadarminta, 2003, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakata.

Purwanto, Ngalim.2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan – Badan PSDMP & K dan PMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012, Supervisi Akademik – Bahan Pembelajaran Utama – Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tingkat I Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta Sagala dalam Zakir Hubolo (Jumat, 18 Maret 2011: 18:III) Sergiovanni, T.J. 1982. Editor. Supervision of Teaching. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Sergiovanni, T.J. 1987. The Principalship, A Reflective Practice Perspective.

Boston: Allyn and Bacon.

Sergiovanni, T.J. dan R.J. Starrat. 1979. Supervision: Human Perspective. New York: McGraw-Hill Book Company.

Setya AP, 12 Februari 2012, Supervisi Pendidikan, FIP – UNY

156

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

PENERAPAN MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN INOVASI DAN PERSIAPAN WADAH PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN DI KELAS XII AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR SMK NEGERI 1 MARABAHAN Sitti Azizah (Guru SMK Negeri 1 Marabahan) ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah kenyataan yang ditemukan dilapangan yaitu di SMK Negeri 1 Marabahan, masih banyaknya siswa kelas XII yang memperoleh hasil belajar yang rendah. Selain itu proses pembelajaran masih didominasi guru sehingga mengakibatkan kurang aktifnya peran siswa di dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Produktif Agribisnis Perikanan Air Tawar di kelas XII APAT SMK Negeri 1 Marabahan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan saintifik, Populasi penelitian ini adalah siswa/i kelas XII APAT SMK Negeri 1 Marabahan Tahun Pelajaran 2021/2022. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan memberikan tindakan dalam dua siklus pembelajaran yang terdiri dari dua kali pertemuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa dimana pada siklus I termasuk dalam kategori masih rendah dan di siklus II sudah meningkat. Metode ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu pada siklus I dan pada siklus II juga meningkatkan dan termasuk dalam kategori sedang. Metode ini dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dimana rata-rata hasil belajar pada siklus I meningkat dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar di Siklus I. Kata kunci : Mind Mapping, Saintifik, Aktivitas, Hasil belajar IMPLEMENTATION OF MIND MAPPING WITH A SCIENTIFIC APPROACH TO IMPROVE STUDENT ACTIVITIES AND LEARNING OUTCOMES IN BASIC COMPETENCY APPLYING INNOVATION AND PREPARATION OF FISHERIES COMMODITIES IN CLASS XII AGRIBUSINESS OF FRESHWATER FISHERIES AT SMK NEGERI 1 MARABAHAN ABSTRACT The problem in this study is there are still many students of class XII who get low learning outcomes. In addition, the learning process is still dominated by the teacher, resulting in the less active role of students in the learning process.

157

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

This study aims to see the effect of using mind mapping method on activities and student learning outcomes in the subject of Productive Agribusiness Freshwater Fisheries in class XII APAT SMK Negeri 1 Marabahan.

This study uses a scientific approach. The population of this study is students of the XII grade of APAT at SMK Negeri 1 Marabahan in the 2021/2022.

This type of research is Classroom Action Research (CAR) by providing action in two learning cycles consisting of two meetings.

The results showed that the application of the mind mapping method could improve students’ affective learning outcomes where in the first cycle it was included in the low category and in the second cycle it had increased. This method can increase student activity and learning outcomes, namely in the first cycle and in the second cycle, it also increases and is included in the medium category. This method can improve students’ cognitive learning outcomes where the average learning outcomes in cycle I increase compared to the average learning outcomes in Cycle I. Keywords: Mind Mapping, Scientific, Activity, Learning Outcomes I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup tiga dimensi, individu, masyarakat atau komunitas nasional dari individu tersebut, dan seluruh kandungan realitas, baik material maupun spiritual yang memainkan peranan dalam menentukan sifat, nasib, bentuk manusia maupun masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Jalur pendidikan pun dapat diperoleh melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan seoptimal mungkin sehingga dapat mencetak generasi muda bangsa yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi. Proses pembelajaran membantu siswa / pelajar untuk mengembangkan potensi intelektual yang dimilikinya, sehingga tujuan utama pembelajaran adalah usaha yang dilakukan agar intelek setiap pelajar dapat berkembang (Drost, 1999:3-4). Kurikulum merupakaan suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dalam membangun genersi muda yang produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang. Melalui penyempurnaan kurikulum 2006 (KTSP) menjadi kurikulum 2013, pemerintah berharap kuliatas pendidikan akan makin sempurna pula. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Berbagai upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menjadi prioritas utama, salah satu upaya yang dapat ditempuh dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan meningkatkan potensi yang dimiliki guru sebagai salah satu unsur dalam proses pembelajaran. Guru yang melakukan proses pembelajaran harus bisa mengajak peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan aktif. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai peserta didik.

Mengacu pada Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, dalam proses pembelajarannya Kurikulum 2013 mengusung pembelajaran yang melibatkan 158

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

siswa aktif dan terlibat langsung dalam memahami pengetahuan barunya melalui alur proses ilmiah. Proses Ilmiah inilah yang terinternalisasi dalam pembelajaran pendekan saintifik. Pendekatan Saintifik merupakan ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembanagan dan pengemabangan sikap, keterampilan, dan pengetahauan peserta didik.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang memerlukan proses pembelajaran yang berkualitas. SMK Negeri 1 Marabahan merupakan salah satu SMK berprestasi di Marabahan menerapkan kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran. Seiring dengan diterapkannya kurikulum 2013 yang menuntut peserta didik untuk aktif dalam setiap proses pembelajaran.

Menurut Popham dalam Hosnan (2014), proses pembelajaran yang efektif sangat dipengaruhi oleh pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat, untuk dapat memaksimalkan pembelajaran yang efektif. Salah satu cara yangdapat ditempuh oleh guru produktif perikanan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan menerapkan metode Mind Mapping.

Mind Mapping merupakan konsep baru dari cara mencatat yang ditemukan oleh Tony Buzan pada tahun 1970 dengan tujuan untuk membantu memudahkan peserta didik dalam membuat catatan. Cara ini membantu anak belajar secara efektif, efesien, dan menyenangkan. Guru dapat menggunakan metode Mind Mapping disertai dengan menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif dapat mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan 5M, yaitu: mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

Pendekatan saintifik bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik berpusat pada peran serta peserta didik selama mengikuti setiap kegiatan dalam proses pembelajaran.

Peran guru dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik untuk mengarahkan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Hosnan (2014), proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat memberi kesempatan dan fasilitas membangun sendiri pengetahuan sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman yang mendalam, peserta didik juga dapat meningkatkan sendiri kualitas dan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi nyata di mana praktik pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan di dalam kelas. Adapun langkah-langkah perencanaan penelitian

159

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

tindakan kelas ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart.

Fokus penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi pusat perhatian (Arikunto, 2002:99). Fokus penelitian atau yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : a. Hasil belajar siswa pada pokok bahasan inovasi pendederan yang dapat diukur dengan menggunakan tes setiap akhir siklus. b. Kinerja guru dalam melakukan pembelajaran apakah sudah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. c. Proses pembelajaran yang berlangsung apakah sudah dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif seperti yang direncanakan.

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel merupakan hal-hal yang menjadi objek penelitian yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian (points to be noticed) yang menunjukkan variasi, baik kuantitatif maupun kualitatif (Suharsimi Arikunto, 2006: 10). Variabel dalam penelitian ini meliputi: 1. Keaktifan Siswa Keaktifan dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Aktifitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar yang aktif. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Keaktifan siswa dalam belajar komputer tampak dalam kegiatan : memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities), mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik menggunakan internet (motor activities), menanggapi masalah masalah (mental activities), sikap selama pelajaran ( mental activities ), dan juga emosi selama pelajaran berlangsung ( emosional activities).

2. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian ini meliputi Ranah kognitif yang diukur melalui pemberian soal tes.

B. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas pada penelitian ini terdiri dari dua siklus. Hal ini telah memenuhi persyaratan sesuai dengan pendapat Suyitno (2005: 3) yang menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas perlu ada siklus kegiatan sekurang-kurangnya dua siklus, di mana pada setiap siklus kegiatan pembelajaran di mulai dari perencanaan, persiapan tindakan, pemantauan atau observasi, dan refleksi. Perencanaan pada kegiatan pembelajaran siklus I didasarkan pada identifikasi masalah yang ditemukan, apakah masalah tersebut terjadi karena kondisi pembelajaran siswa atau guru. Perencanaan tindakan untuk 160

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

siklus II didasarkan pada hasil refleksi hasil belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I. Adapun langkah-langkah perencanaan penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart sebagai berikut: 1. Rancangan / Rencana awal , sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. a. Menyusun materi yang diajarkan b. Menyusun rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) c. Menyusun alat evaluasi ( Tes ) d. Menyusun lembaran observasi untuk guru dan siswa e. Menyiapkan lembar kerja siswa.

2. Tindakan , meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode mind mapping. a. Guru mengabsen siswa b. Guru mencapai tujuan pembelajaran c. Guru menjelaskan materi yang diajarkan dengan menggunakan metode mind mapping d. Guru mempersilahkan siswa bertanya terkait dengan materi yang akan diajarkan. e. Guru menanggapi jawaban dan pertanyaan siswa f. Guru memberikan post- test 3. Pengamatan, meliputi pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dan juga siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping.

4. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

C. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang objektif perlu memiliki teknil pengumpulan data yang tepat. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1. Observasi Observasi atau pengamatan berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa yang telah dipersiapkan Observasi yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek yang akan diteliti. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan metode Mind Mapping selama proses belajar mengajar.

2. Tes Soal tes yang telah dibuat diberikan kepada siswa kemudian diselesaikan secara individu. Tes dilaksanakan pada setiap awal siklus (pre test) dan akhir siklus (post test).

3. Dokumentasi Dokumentasi adalah kegiatan siswa-siswa yang diambil berupa foto saat

161

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

proses pembelajaran. Foto-foto ini digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan apa yang terjadi di kelas pada proses pembelajaran.

D. Teknik Analisis Data Analisis dan interpretasi data diperlukan untuk merangkum apa yang telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, ajeg, dan benar. Analisis dan interpretasi data juga diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan yang diajukan. Hasil analisis dan interpretasi data akhirnya digunakan untuk memberikan masukan bagi perbaikan kegiatan peneliti. Pada akhir kegiatan penelitian, hasil analisis dan interpretasi data digunakan untuk menarik kesimpulan dalam laporan. Untuk menganalisis data hasil penelitian digunakan teknik analisis data berikut ini: 1. Data observasi Data observasi yang diperoleh untuk merefleksi siklus yang telah dilakukan dan diolah secara deskriptif. Analisis data data observasi yang menggunakan skala penilaian.

2. Data tes Data tes dianalis dengan menggunakan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar berdasarkan penilaian. Dikatakan berhasil atau tuntas apabila di kelas memperoleh nilai 75 nilai KKM mata pelajaran Panen dan Pasca Panen untuk melihat peningkatan prestasi tersebut dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan Mx : Mean yang dicari ∑N : Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa N : Jumlah siswa dikelas Presentase ketuntasan siswa belajar secara klasikal:

162

:

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Keterangan P : Angka Persentase F : Frekuensi yang sedang dicari persentase N : Jumlah frekuensi banyak individu

:

E. Kriteria Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila telah terdapat 80% siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran (Asep dkk, 2012: 138).

Keberhasilan atau ketuntasan belajar dilihat berdasarkan hasil test berpikir kritis yang diperoleh oleh siswa secara klasikal siswa telah mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 75 atau telah mengalami ketuntasan belajar pada pokok bahasan materi dan perubahannya dan aktivitas siswa selama pembelajaran mencapai 90%.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siswa kelas XII APAT dalam penelitian ini berjumlah orang siswa yang kesemuanya terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan. SMK Negeri 1 Marabahan terletak di Jalan Jendral Sudirman No. 87 Marabahan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan pengamatan sebelum dilakukan tindakan, siswa terlihat kurang antusias dan tidak memperhatikan dalam Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus, dan tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa dengan pendekatn saintifik dan model mind mapping.

Untuk penjabaran hasil penelitian tiap siklus adalah sebagai berikut : A. Siklus I Siklus I terdiri atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan refleksi.

1. Tahap Perencanan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan beberapa hal, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP I). Selain itu, peneliti juga menyiapkan alat dan bahan pembelajaran yang dibutuhkan dalam pembelajaran baik RPP, lembar kerja peserta didik (LKPD), instrumen tes (tes siklus I, siklus II, tes awal dan tes akhir), dan lembar observasi.

Berdasarkan seluruh informasi yang telah diperoleh, peneliti melakukan beberapa kegiatan dalam proses perencaanaan penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap awal ini adalah membuat skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan pertama dan kedua. Pertemuan pertama berlangsung selama 90 menit yang membahas tentang pengertian atau konsep inovasi dan persiapan wadah pada pendederan komoditas perikanan. Pada pertemuan pertama peneliti melakukan kegiatan diskusi dengan metode mind mapping. Kemudian, siswa diberikan tes untuk mengetahui hasil belajar mengenai materi yang telah dibahas untuk penelitian. Pertemuan kedua berlangsung selama 90 menit yang membahas menerapkan konsep inovasi dan persiapan wadah pada pendederan komoditas perikanan dan membuat kesimpulan tentang materi tersebut yang kemudian siswa diberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa 163

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

pada materi yang sudah dibahas.

2. Tahap Pelaksanaan (Tindakan) Tahap pelaksanaan (tindakan) ini peneliti bertindak sebagai guru dalam pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Mind Mapping. Kegiatan pembelajaran dibagi kedalam tiga tahap, yaitu kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup). Sebelum memasuki pembelajaran siklus I, guru membagikan tes awal kepada setiap siswa. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran pada ahap pendahuluan yang diawali dengan motivasi dan apersepsi yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara klasikal untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan metode mind mapping. Serta membagi ke dalam beberapa kelompok. Tahap selanjutnya yaitu kegiatan ini. Pada tahap ini guru menjelaskan materi tentang teknik pendederan Komoditas perikanan air tawar dengan menerapkan inovasi dan persiapan wadah pendederan Komoditas perikanan dengan memperhatikan teks bacaan dan menggali informasi dari teks yang berhubungan dengan materi tersebut.

Selanjutnya guru membuat mind mapping tentang teknik pendederan dan inovasi berdasarkan informasi yang di dapat siswa pada teks bacaant ersebut, Guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa lainnya. Guru tidak lupa memberikan penguatan atas pertanyaan-pertanyaan yang siswa berikan.

Kemudian melanjutkan tanya jawab tentang materi tentang “teknik pendederan dan inovasi”. Selanjutnya guru membagikan bahan bacaan yang berisi gambaran mind mapping yang harus di isi perkelompok.

Setelah setiap setiap kelompok selesai mengerjakan, setiap kelompok dipersilahkan mempresentasikan hasil pengerjaan tersebut.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir (penutup). Pada tahap ini guru menanyakan kepada siswa apakah ada yang belum paham dan meminta kepada siswa untuk bertanya jika ada yang kurang paham tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru mengarahkan siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran siklus I tersebut dan menguatkan kembali kesimpulan tersebut. Diakhir pembelajaran, guru memberikan soal tes siklus I untuk mengukur hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Hasil soal tes, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tabel 1. Daftar Hasil Belajar Siswa (Nilai) Siklus I Nama Nilai Ketuntasan Siklus I Anjani 70 Tidak Tuntas Arsyad 60 Tidak Tuntas Chairul Hidayat 70 Tidak Tuntas Desi Warahmah 65 Tidak Tuntas Esterlyn Devi 75 Tuntas Halimah 60 Tidak Tuntas Ibnu Fauzan 75 Tuntas Intan Nur Isnaini 60 Tidak Tuntas Mariani Setiawati 60 Tidak Tuntas Muhammad Lukman Hakim 75 Tuntas 164

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

No. 11 12 13 14 15 16 17

Nama Mukarramah Nisa Nur Imam Sholihin Oscar Rahim Reza Kurniawan Rizky Jumlah Nilai rata-rata Persentase Siswa Berhasil Persentase Siswa Belum Berhasil

Nilai Siklus I 60 75 60 75 60 75 75 1.150 67,4 41,17% 58,83%

Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas 17

Berdasarkan daftar nilai hasil belajar tersebut menunjukkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar pada siklus I secara klasikal sebanyak 7 orang siswa atau 41% sedangkan 10 orang siswa atau 59 % tidak tuntas. Berdasarkan KKM yang di tetapkan di SMK Negeri 1 Marabahan bahwa seorang siswa dikatakan tuntas belajarnya bila memiliki nilai ketuntasan secara individu 75 dan secara klasikal 80 % siswa di kelas tersebut tuntas belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.

3. Observasi Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa di dalam kelas. Pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Mind Mapping ini dilakukan pada kegiatan belajar mengajar. Pengamatan yang dilakukan secara perorangan dan secara langsung, Sebelum pengamatan lembar observasi siswa dan kriteria lembar observasi siswa. Adapun cara mengisi lembar observasi yaitu pengamat memberikan penjelasan materi dengan menggunakan media pembelajaran dan pengamat melakukan tanya jawab langsung pada saat pemaparan dengan menggunakan media pembelajaran.

Setelah selesai menampilkan media pembelajaran maka pengamat memberikan observasi kepada seluruh siswa dengan menggunakan soal.

Nilai-nilai yang diperoleh siswa dicatat pada lembar observasi siswa dengan memberi tanda (centang) pada kolom yang tersedia sesuai dengan nilai yang didapat masing-masing siswa. Fungsi lembar petunjuk pengamatan adalah memberi panduan kepada pengamat, seberapa besar pengaruh model pembelajaran Mind Mapping bagi siswa dalam proses belajar mengajar.

165

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 2. Lembar Observasi Siswa Siklus 1

Ket : (1) Buruk, (2) baik, (3-4) Memuaskan Pada siklus I dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, dari data observasi yang dilakukan oleh pengamat diperoleh rata-rata skor 3.0 yang dikriteria memuaskan.

4. Refleksi Selama pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping masih ada kekurangan yang harus diperbaiki. Hal- hal yang perlu diperbaiki: a. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran b. Ketertiban dalam mengikuti pembelajaran c. Siswa masih ada yang belum siap dalam proses pembelajaran d. Guru harus mengaktifkan siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan yang diberikan e. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran maka guru memberi pujian kepada siswa bagi yang aktif B. Siklus II Siklus II terdiri atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi.

1. Tahap Perencanaan Oleh karena pada siklus I indikator penelitian yang telah ditetapkan belum tercapai, maka dilanjutkan dengan siklus II. Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II, peneliti juga telah menyiapkan RPP II. Berdasarkan refleksi siklus I, penerapan pendekatan saintifik dengan metode mind mapping cukup efektif. Dari hasil evaluasi dilakukan di akhir siklus I dilihat dari tes hasil belajar masih terdapat beberapa dari siswa yang belum 166

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

mencapai indikator pencapaian belajar sebesar 75 dan masih ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 70. Aktivitas siswa dan partisipasi siswa didalam kelas sudah aktif, tetapi masih perlu lebih ditingkatkan lagi seperti kurangnya kerjasama antar anggota kelompok dalam melakukan diskusi.

Pada siklus II ini terdiri dari 3 pertemuan yang membahas mengenai konsep unovasi dan persiapan wadah pada pendederan Komoditas perikanan. Berdasarkan refleksi yang didapat dari siklus I, pada siklus II ini peneliti mencoba melakukan beberapa revisi tindakan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik lagi. Diantara tindakan yang akan dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa; b. Menseleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan; c. Menseleksi bahan-bahan dan tugas-tugas; d. Menambahkan dan memperbaiki penyajian materi agar mudah dipahami siswa; e. Meminimalisir kegiatan siswa yang tidak ada hubungannya dengan proses pembelajaran dengan memaksimalkan kegiatan pembelajaran, siswa tidak diberi peluang untuk bercanda, mengganggu temannya dan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan proses pembelajaran; f. Meningkatkan keakraban dengan siswa untuk mencairkan suasana belajar yang kaku sehingga siswa tidak takut atau malu untuk bertanya kepada guru; g. Memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa pada saat proses pembelajaran; h. Mengoptimalkan kerja kelompok dengan cara membagi pekerjaan setiap individu dalam kelompok, agar setiap siswa melakukan proses pembelajaran dengan baik dan mengamati dengan benar.

2. Tahap Pelaksanaan (Tindakan) Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus ini hampir sama dengan kegiatan pada siklus I yaitu mencakup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Di akhir pembelajaran juga diberikan soal tes seperti halnya siklus I yaitu soal tes siklus II. Hasilnya bisa dilihat pada tabel 3 Tabel 3. Daftar Hasil Belajar Siswa Nilai Siklus II No.

Nama 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Nilai Siklus II 80 85 80 80 80 85 80 85 80

Anjani Arsyad Chairul Hidayat Desi Warahmah Esterlyn Devi Halimah Ibnu Fauzan Intan Nur Isnaini Mariani Setiawati 167

Ketuntasan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

Muhammad Lukman Hakim Mukarramah Nisa Nur Imam Sholihin Oscar Rahim Reza Kurniawan Rizky Jumlah Nilai rata-rata Persentase Siswa Berhasil Persentase Siswa Belum Berhasil

80 85 85 85 80 65 80 80 1.375 80,88 94,12% 5,88%

Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas

Berdasarkan daftar nilai hasil belajar tersebut menunjukkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar pada siklus II secara klasikal sebanyak 16 orang siswa atau 94,12%% sedangkan 1 orang siswa atau 5,88% tidak tuntas, dan secara klasikal 80 % siswa di kelas tersebut tuntas belajarnya.

3. Tahap Pengamatan (Observasi) Observasi dilakukan selama proses pembelajaran siklus II berlangsung.

Observasi dilakukan terhadap hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan mencatat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil penilaian pengamatan terhadap observasi siswa diperlihatkan dalam pembelajaran penggunaan menggunakan model Mind ini hanya beberapa siswa yang kurang aktif.

Tabel 4. Lembar Observasi Siswa Siklus 1

168

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Pada siklus II dilakukan observasi terhadap observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, dari data observasi yang dilakukan oleh pengamat diperoleh rata-rata skor 4.0 dengan kriteria yang memuaskan. Dengan itu sudah menjalankan proses pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mapping sudah berhasil dengan baik. Karena siswa mampu memecahkan masalah materi pelajaran, siswa mampu berkerja sama dengan teman kelompok dan siswa mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Data hasil observasi terhadap siswa pada tahap siklus II ini mengalami peningkatan dari siklus I. Hal ini guru sudah melaksanakan tugasnya dan menjelaskan materi dengan menggunakan model Mind Mapping dengan baik, sedangkan siswa sudah aktif dan antusias dalam proses pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus II ini lebih berhasil penilaiannya lebih meningkat dari pada siklus I. 4. Refleksi Kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini menujukkan bahwa adanya peningkatan baik kreatifitas siswa untuk mencapai tujuan akhir. Mampunya siswa dala memecahkan masalah dalam pembelajaran, mampunya siswa dalam kerja kelompok dan mampunya siswa dalam menguasi materi pembelajaran. Dengan demikian peneliti tidak akan melanjutkan ketahap selajutnya. Adapun hasil yang didapatkan pada siklus II ini antara lain: a. Perhatian guru terhadap siswa sudah meningkat dan tidak hanya pada sebagian siswa melainkan seluruh siswa. b. Motivasi untuk terlibat didalam kegiatan belajar cukup tinggi, siswa lebih percaya diri, lebih berani mengungkapkan pendapatnya, lebih berkonsentrasi, dan lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. c. Kegiatan siswa dalam melakukan langkah-langkah mind mapping, serta melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang diajukan guru telah mengalami peningkatan dibandingkan siklus pertama dan memenuhi indikator pencapaian keberhasilan dengan kategori baik. d. Hasil belajar yang diperoleh siswa telah mencapai indikator pencapaian keberhasilan. e. Hal-hal yang kurang dan perlu diperbaiki dalam siklus pertama sudah terlihat adanya penyempurnaan dalam siklus II. C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh hasil temuan penelitian. Temuan penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa aktifitas siswa dalam melakukan langkah-langkah kegiatan mind mapping masih perlu peningkatan dan belum memenuhi indikator keberhasilan, karena berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus I, aktifitas siswa perlu ditingkatkan dalam aspek melakukan penemuan (seperti mencatat, mengamati, dan lainlain), mengidentifikasi masalah, intrasksi siswa dengan siswa, merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuan, dan melakukan penyelidikan 169

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

terhadap permasalahan yang diajukan guru.

Hal itu disebabkan karena kurangnya pengawasan dari guru seperti membantu memperjelas tugas-tugas yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing, mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan, membantu siswa dengan informasi atau data yang dibutuhkan siswa, dan mengamati siswa dalam melakukan kegiatan. Sedangkan pada siklus kedua, aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping sangat bagus dan memenuhi standar keberhasilan. Temuan ini didukung berdasarkan observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran, dimana pada siklus kedua ini, siswa lebih serius dan tenang pada saat proses pembelajaran berlangsung, interaksi antara siswa dengan siswa dalam hal kerjasama antar kelompok dan pembagian tugas masing- masing dalam kelompok meningkat dan didukung oleh pengawasan guru yang lebih optimal, sehingga siswa lebih fokus dalam melakukan langkah-langkah kegiatan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi pada aspek siswa mengalami peningkatan dari siklus pertama dengan penilaian sedang menjadi baik pada siklus kedua.

Hasil belajar Teknik Pendederan Komoditas Perikanan Air Tawar dan sikap sosial siswa-siswi XII APAT SMK Negeri 1 Marabahan mengalami peningkatan setelah diterapkannya teknik mind mapping dalam pembelajaran saintifik, dilihat dari masalah-masalah yang dihadapi siswa sebelumnya dalam pembelajaran seperti kurang antusianya siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut, minat bacanya yang kurang sehingga sulit dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan, kurangnya keberanian siswa dalam mengajukan pendapat dari ide-idenya sendiri dan masih adanya siswa yang memilih-milih teman pada proses pembelajaran dapat dibantu pemecahannya dengan penerapan mind mapping dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, dimana siswa memperoleh suatu informasi atau ilmu pengetahuan melalui berbagai pengalaman belajar pokok seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Dipadukannya pendekatan saintifik tersebut dengan menerapkan mind mapping di dalamnya dapat mengembangkan ide kreatif siswa dalam kegiatan pembelajaran menumbuhkan suasana yang menyenangkan, selain itu minat baca siswa akan bertambah karena sebelum menyampaikan pendapatnya ke depan kelas, siswa tersebut harus membaca dan memahami materi yang dibuat pada catatannya.

Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi yang dibelajarkan akan lebih mendalam yang akan berdampak pula terhadap hasil belajar dan sikap sosial siswa. Bertitik tolak dari peningkatan yang terjadi baik pada hasil belajar maupun sikap sosial dengan menerapakan mind mapping dalam pendekatan saintifik dapat memberikan kontribusi yang positif bagi proses pembelajaran yang dilakukan. Penerapan Mind mapping dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap sosial siswa karena siswa dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam dirinya pada sebuah catatan yang menarik tanpa rasa malu dan takut yang nantinya dapat diapakai sarana 170

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

bertukar pikiran dengan siswa yang lain untuk menemukan suatu kesimpulan dari suatu topik pembelajaran yang diberikan dengan demikian tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai dengan optimal. Hasil belajar dan sikap merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik. Melalui penelitian dengan menerapkan mind mapping dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap sosial siswa dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan mind mapping dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap sosial siswa kelas XII APAT SMK Negeri 1 Marabahan.

III. PENUTUP Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat ditarik simpulkan bahwa dengan menerapkan mind mapping dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar materi Teknik Pendederan Komudiatas Ikan Air Tawar dan pengetahuan metakognitif pada siswa kelas XII APAT SMK Negeri 1 Marabahan. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa yang berhasil yakni pada siklus I 41%. Sedangkan pada siklus II diperoleh persentase 94,12 maka angka tersebut berada pada kategori tinggi. Jadi persentase rata-rata hasil belajar siswa kelas VII APAT mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sedangkan untuk pengetahuan metakognitif dapat dilihat dari adanya Jadi persentase rata- rata pengetahuan metakognitif siswa kelas VII APAT mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pustaka Setia.

Ahmadi, Rulam. (2016). Pengantar Pendidikan Asas Dan Filsafat Pendidikan.

Yogyakarta: Ali, Mohammad. (2014). Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Arkasa Amirono & Daryanto. (2016). Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Bahri, Syaiful. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Darmayoga, Wayan, dkk. (2013). “Pengaruh Implementasi Metode Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Siswa Kelas IV SD Sathya Sai Denpasar”. Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1): 8 Dimyati dan Mudjiyono. (2010). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadhilaturrahmi. (2017). “Penerapan Metode Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Semester II A PGSD Mata Kuliah Pendidikan Matematika SD Kelas Rendah”. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1): 116. ISSN 2579-925x.

Ghony, Junaidi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN Malang Press.

Hermawan, Irwan, dkk.. (2016). “Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Tokoh Sejarah Kerajaan Islam Di Indonesia”. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1): 1099.

171

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Nasional. Buzan, Tony. (2013). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Nasution, S. (2012). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara Paizaluddin. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta Persada, 2001, cet. Ke-3.

Poerwadarminta, (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet V, Jakarta: Balai Purwanto, M.N. (2013). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

172

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA DALAM MENGURUTKAN DAN MENCERITAKAN ISI GAMBAR SERI SEDERHANA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA ANAK KELOMPOK A TK ISLAM MIFTAHUL ILMI BANJARMASIN Rahmawati (Kepala Sekolah TK Islam Miftahul Ilmi Banjarmasin) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan aktivitas guru, aktivitas anak dan hasil perkembangan bahasa anak dalam mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri sederhana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas. Metode yang digunakan berupa teknik deskriptif kualitatif. Aktivitas guru berhasil apabila mencapai kategori Sangat Baik, aktivitas anak dengan Aktif dan Hasil Perkembangan dengan ≥81% Berkembang Sesuai Harapan. Setting penelitian terdapat 15 orang anak.

Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi yang dilaksanakan dalam II siklus. Kesimpulannya, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model picture and pictures dapat mengembangkan aktivitas guru, aktivitas anak dan hasil perkembangan bahasa pada kelompok A TK Islam Miftahul Ilmi Banjarmasin.

Kata Kunci : Picture and Picture Model, Kemampuan Bahasa DEVELOPING INTERNAL LANGUAGE SKILLS SEQUENCE AND STORY THE CONTENTS OF SIMPLE SERIES IMAGES THROUGH THE PICTURE AND PICTURE LEARNING MODEL IN CHILDREN OF GROUP A AT TK ISLAMIC MIFTAHUL ILMI BANJARMASIN ABSTRACT This study aims to determine the development of teacher, child activity and language development results in sort and tell the contents of simple series pictures. This study uses a qualitative approach to the type of Classroom Action Research. The method used in the form of qualitative descriptive techniques.

Teacher activities succeed when reaching the Very Good category, Children's activities with Active and Development Outcomes with ≥80% Developing as Expected The study setting contained 15 children. Data collection is done through observation activities which was carried out in II cycle. In conclusion, learning activities using make a picture and pictures model can develop the activities of teachers, children and language development outcomes in group A Islamic Kindergarten Miftahul Ilmi Banjarmasin.

Keywords: Picture and Picture Models, language development I. PENDAHULUAN Berdasarkan Keputusan Mendikbud RI Nomor 048/U/1992 Bab I pasal 2 dinyatakan Taman Kanak-kanak adalah wadah untuk membantu anak didik sesuai sifat alaminya. Taman Kanak-kanak adalah jenjang pendidikan

173

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

prasekolah bertujuan meletakkan dasar pendidikan paling awal bagi anak usia 4-6 tahun.

Pendidikan secara nasional untuk mengembangkan kemampuan serta membentuk watak bermartabat guna mencerdaskan kehidupan bangsa (Sujiono, 2009). Watak atau karakter baik sesuai kehidupan bangsa sangat diperlukan, demi kehidupan yang lebih baik dan bermartabat.

Sebagaimana kutipan (Salasiah, 2018) bahwa karakter ialah yang membentuk pribadi, etis serta mental kelompok maupun bangsa.

Pendidikan dilaksanakan untuk membantu mengembangkan potensi anak.

Dalam mengembangkan potensi diri, anak perlu mendapatkan pendidikan berkualitas, dimana untuk memperoleh pendidikan berkualitas pemerintah harus membenahi pendidikan dari segi tenaga kerja guru. Pendidikan berkualitas akan dihasilkan dari anak yang berkualitas, dan sudah pasti anak yang berkualitas dihasilkan oleh guru profesional.

Menurut Depdikbud, Taman Kanak-kanak adalah lembaga pendidikan formal pertama setelah pendidikan keluarga (rumah) dan jembatan antara rumah (keluarga) dengan masyarakat yang lebih luas yaitu Sekolah Dasar beserta lingkunganya. Taman Kanak-kanak merupakan satu bentuk pendidikan prasekolah dengan lama pendidikan 1-2 tahun dengan tujuan mengembangkan kepribadian dan mempersiapkan anak menempuh pendidikan dasar.

Berdasarkan sumber di atas, disimpulkan bahwa Taman Kanak-kanak adalah sebuah pendidikan formal pertama setelah keluarga yang menggunakan metode pengajaran yang teratur.

Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan pertukaran pikiran dan perasaan. Dengan demikian, bahasa termasuk hal esensial di dalam perkembangan anak untuk mengoptimalkan potensi dan beradaptasi dengan dunia sekitar (Martinis Yamin, 2010: 143) Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kelompok A TK Islam Miftahul Ilmi di kelompok A usia 4-5 tahun, perkembangan bahasa anak dalam hal mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri sederhana masih belum menunjukkan kondisi yang diharapkan.

Jika ini tidak segera diatasi berdampak pada perkembangan bahasa anak mendatang. Perkembangan bahasa ini sangat dibutuhkan anak dalam kehidupan sehari-hari dan kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya, karena dalam kegiatan sehari-hari anak pasti berkomunikasi dengan orang lain.

Hal di atas terjadi karena jarang menggunakan media yang inovatif dan pembelajaran yang sesuai kebutuhan anak yang dapat merangsang imajinasi anak guna menambah pengetahuannya sesuai media yang dilihat serta dipegangnya. Hal ini berdampak pada kurangnya minat dan perhatian anak terhadap pembelajaran yang diberikan, anak sering merasa bosan pada materi yang disampaikan. Selain itu pembelajaran yang dilaksanakan kurang menyenangkan dan tidak ada unsur bermain menyebabkan anak lebih senang berbicara dan bercanda dengan temannnya dibandingkan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.

174

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang digunakan ialah PTK, dimana terdapat tahapan merencanakan, pelaksanaan, observasi serta refleksi. Di mana sebelum melaksanakan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menyiapkan kelengkapan yang diperlukan pada saat pembelajaran nantinya, seperti menyiapkan media pembelajaran, alat dan bahan untuk mendukung pelaksanaan, lembar observasi serta penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Setelah itu barulah peneliti dapat melaksanakan pelaksanaan penelitian yang sudah direncanakan. Pada setiap siklus dilakukanlah kegiatan observasi, guna mengetahui sejauh mana pemahaman anak mengenai tema dan setelah mengetahui perkembangannya dilakukanlah tahapan refleksi, guna memperbaiki kekurangan maupun meminimalisir hambatan yang terjadi pada siklus pertama.

Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu Taman Kanak-kanak di Banjarmasin. Penelitian dilaksanakan pada anak kelompok A dengan 15 orang anak pada tahun pelajaran 2020/2021. Penilaian dikumpulkan melalui kegiatan observasi dari lembar observasi hasil aktivitas guru, anak dan capaian perkembangan.

Kriteria perkembangan aktivitas guru dengan kategori baik, aktivitas anak memperoleh aktif dan sangat aktif, serta ≥81% anak mendapatkan kategori BSH atau BSB dengan simbol bintang tiga () dan empat () pada perkembangan kognitif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada aktivitas guru siklus I pertemuan 1, keterlaksanaan guru dalam kegiatan pembelajaran mendapatkan skor 38 dengan kriteria “Cukup Baik”.

Hal ini dilihat dari beberapa aspek pengamatan aktivitas guru yang masih belum dilaksanakan dengan maksimal sehingga masih ada yang mendapat skor 2 dan 3. Pada aktivitas anak mendapatkan kriteria “cukup aktif” dan pada aspek berbahasa anak baru mencapai 35% dari total 15 anak yang sudah Berkembang Sesuai Harapan (BSH) .

Gambar 1. anak saat melaksanakan kegiatan

175

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Aktivitas guru siklus II pertemuan 1 keterlaksanaan guru dalam kegiatan pembelajaran mendapatkan kriteria “Baik”. Hal ini dilihat dari beberapa aspek pengamatan aktivitas guru yang masih belum dilaksanakan sehingga masih ada yang mendapat skor 3. Kriteria ini sudah mencapai hasil yang diharapkan.

Aktivitas anak mendapat kategori “cukup aktif” dikarenakan masih ada beberapa anak yang belum mampu terlibat aktif dan melaksanakan pembelajaran dengan baik. Perkembangan bahasa anak mencapai 55,2%, ini juga belum mencapai indikator ketuntasan yaitu 81% anak mendapatkan  atau BSH. Dengan hasil tersebut di atas, maka penelitian ini dilanjutkan kembali pada Siklus II pertemuan 1 dengan hasil aktivitas guru dengan kategori “sangat baik”, aktivitas anak “sangat aktif” dan perkembangan bahasa anak sudah di atas 81% yaitu 85%, maka penelitian ini pun bsudah bisa diakhiri.

Salah satu faktor keberhasilan perkembangan ini ialah pada saat pelaksanaan pembelajaran guru telah banyak melakukan bimbingan dan motivasi sehingga pembelajaranpun lebih efektif . Sejalan dengan Vygotsky dalam Sujiono (2009) bahwa, bantuan pada anak dapat diberikan saat anak beraktivitas maupun ketika mengerjakan tugas, seperti memotivasi, mempermudah tugas agar anak lebih mudah menyelesaikan tugas, memberikan beberapa arahan guna membantu anak fokus dalam mencapai tujuannya, menunjukkan pekerjaan yang diberikan secara jelas dan mudah dipahami, mengurangi perasaan frustasi serta resiko yang dapat ditimbulkan pada anak, dan memberikan contoh dengan jelas serta menerapkan harapan dari aktivitas yang ditampilkan.

Pendapat lainnya dari Mulyasa (2011) dalam Wahyudi (2017) menyatakan peningkatan kualitas pembelajaran harus mampu guru lakukan, seperti membangkitkan motivasi dalam mengikuti pembelajaran, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi mengenai apa maupun bagaimana peserta didiknya belajar serta menyesuaikan diri dengan kondisi belajar dalam lingkungannya.

Sebagaimana yang dikutip (Poernamawijaya, 2018), guru tidak hanya berperan menjadi model bagi anak tetapi juga menjadi manager. Jadi guru harus memiliki keterampilan dan strategi agar anak dapat belajar secara efektif menguasai materi sesuai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan paparan di atas diketahui bahwa perkembangan yang terjadi pada anak disebabkan karena guru mampu menetapkan rancangan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, serta mampu memberikan bimbingan yang dapat membantu anak selama pembelajaran.

Perkembangan pada peserta didik di setiap siklusnya juga disebabkan inovasi pembelajaran yang diterapkan, dimana dengan penggunaan model picture and picture, dapat memberikan stimulasi yang menjadikan anak lebih mampu terlibat aktif selama pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Suriansyah (2011) bahwa, kualitas kegiatan pembelajaran di taman kanakkanak dipengaruhi faktor internal dan eksternal Pembelajaran pada anak usia dini, lebih mengutamakan pada kegiatan belajar melalui bermain. Sehingga guru harus mampu menciptakan

176

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

pembelajaran dengan unsur bermain, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan ini menggunakan pembelajaran yang dikemas dalam kegiatan bermain sehingga membuat anak lebih berminat mengikuti pembelajaran Pembelajaran penting dapat menciptakan susana belajar yang menyenangkan serta dapat memberikan kebebasan anak mengekspresikan diri.

Dengan demikian maka akan tercipta susana belajar ramah anak, serta mengembangkan potensi anak.

Pembelajaran yang berpusat pada anak menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Yang dimaksud prinsip pembelajaran yang berpusat pada anak ialah, melibatkan anak, suasana menyenangkan, tidak dalam suasana tertekan maupun tegang, memfasilitasi semua untuk dapat belajar.

Jadi, pembelajaran berbasis anak yang diterapkan di sekolah berdasarkan kebutuhan anak, berorientasi perkembangan anak, pembelajaran dikemas dalam kegiatan bermain sambil belajar, menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

IV. PENUTUP Hasil penelitian dapat disimpulkan, aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan model picture and picture sudah sesuai dengan sintak yang ditetapkan dan mencapai kriteria sangat baik.

Aktivitas anak mengalami perkembangan setiap siklusnya dan mencapai kategori sangat aktif. Serta perkembangan kognitif mengalami perkembangan dengan kategori berkembang sesuai harapan (BSH) pada pertemuan terakhir.

Dari penelitian ini pula, diberikan saran kepada guru hendaknya dijadikan bahan kajian sehingga dapat menambah wawasan untuk meningkatkan kinerja guru. Bagi kepala sekolah dapat dijadikan bahan masukan dan informasi yang berguna untuk memperbaiki pembinaan terhadap guru dalam pembelajaran. Dan bagi peneliti lain dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebaik-baiknya sehingga hasil temuan yang diperoleh dapat dikembangkan.

V. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya diberikan kepada pembimbing saya dan pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Asniwati, Mayasari. (2018). Efforts to develop social-Emotional Aspects in Showing Tolerance Using a Combinatiion of Explicit Instruction Model and Cooperative Learning with Playing Method in Early Childhood Education Student’s.Banjarmasin:dev.j-k6em.org.

Astria, dkk. (2015). Penerapan Metode Bermain Melalui Kegiatan Finger Painting untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. (online) Mulyasa. (2012). Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

177

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Poernamawijaya, Lilyana Widya, dkk. (2018). Contribution on Supervision of Supervisor, Principals Motivation, Kindergarten Teacher Performance to Improving the Kindergarten Quality in West Banjarmasin, indonesia.

Banjarmasin: www.oapub.org/edu.

Salasiah, dkk. (2018). Instilling Character Values in Early Childhood in the Perspective of Curriculum and Parenting (multi-site study in Paud Islam Sabilal Muhtadin and Paud Mawaddah, Banjarmasin, Indonesia).

Banjarmasin: www.oapub.org/edu.

Sujiono, Yuliani Nurani.(2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: PT Indeks.(book) Suriansyah, Aslamiah. (2011).Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini.

Banjarmasin:Comdes (eprints.ulm.ac.id/id/eprint/5223) Wahyudi, Yeni Prastika. (2017). Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Kasar Anak TK Kelompok B Menggunakan model Explicit Instruction Divariasikan dengan Permainan Tradisional. Banjarmasin: Jurnal Paradigma.

178

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA REMEDIAL TEACHING MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PEER COACHING DI SDN SUNGAI ANDAI 3 BANJARMASIN Sulis (Kepala SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin) ABSTRAK Penelitian tindakan Sekolah ini untuk menjawab pertanyaan, pertama bagaimanakah kemampuan rata-rata guru SDN Sungai Andai 3 dalam melaksanakan pembelajaran perbaikan (remedial teaching) mata pelajaran bahasa Indonesia Indonesia untuk mencapai ketuntasan belajar sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan? Kedua, apakah dengan peer coachingdapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran perbaikan (remedial teaching)? Ketiga, Model pembelajaran perbaikan (remedial teaching) bagaimanakah yang sesuai bagi siswa SDN Sungai Andai 3 dalam mencapai ketuntasan belajar?

Pembelajaran perbaikan (remedial teaching) merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan Peer coaching merupakan bagian dari model coaching. Coaching adalah sarana pengembangan profesional yang berfungsi sebagai satu katalisator untuk mendorong pembelajaran dan meningkatkan kinerja yang didasarkan pada kesadaran dan tanggung jawab pribadi.

Hasil penelitian menujukkan tindakan yang telah dilaksanakan pada 1 dan 2 dapat diambil simpulan bahwa melalui Peer Coaching dapat meningkatkan pemahaman guru SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin tentang perencanaan Pembelajaran Perbaikan (Remedial Teaching). Hal ini terbukti bahwa pada awalnya masih terdapat dua orang guru yang belum memahami perencanaan Pembelajaran Perbaikan, akan tetapi akhirnya pada akhir kegiatan semua guru telah memahami perencanaan Pembelajaran Perbaikan.

Kata Kunci : Remedial Teaching, Peer Coaching INCREASING TEACHERS' ABILITY IN MANAGING REMEDIAL TEACHING OF INDONESIAN SUBJECTS THROUGH PEER COACHING AT SDN SUNGAI ANDAI 3 BANJARMASIN ABSTRACT This school action research is to answer the question, first, how is the average ability of the Sungai Andai 3 Elementary School teacher in carrying out remedial teaching for Indonesian Indonesian subjects to achieve learning mastery according to the minimum completeness criteria (KKM) that have been set?

Second, can peer coaching improve the ability of teachers in remedial teaching?

179

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Third, what remedial teaching model is appropriate for Sungai Andai 3 Elementary School students in achieving mastery learning?

Remedial teaching is an educational service provided to students to improve their learning achievement so as to achieve the specified criteria for completeness. In other words, remedial is needed for students who have not achieved the minimum abilities specified in the lesson plan. While Peer coaching is part of the coaching model. Coaching is a professional development tool that serves as a catalyst to encourage learning and improve performance based on awareness and personal responsibility.

The results of the study show that the actions that have been carried out in 1 and 2 can be concluded that through Peer Coaching can improve the understanding of the teachers of Sungai Andai 3 Elementary School Banjarmasin about planning for Remedial Teaching. It is evident that at the beginning there were still two teachers who did not understand the Remedial Lesson plan, but finally at the end of the activity all the teachers had understood the Remedial Lesson plan. Through Peer Coaching has also been able to improve the ability of teachers in implementing Improvement Learning.

Keywords: Remedial Teaching, Peer Coaching I. PENDAHULUAN Masalah klasik yang sering dialami oleh guru adalah ketuntasan belajar.

Ketuntasan belajar ini ditentukan oleh kemampuan setiap siswa untuk menguasai sejumlah kompetensi yang dipelajari. Semakin tinggi kemampuan siswa menguasai kompetensi yang diharapkan akan semakin tinggi daya serap yang diperoleh. Dalam kenyataannya (berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru yang peneliti temui) tidak sedikit siswa yang memiliki kompetensi di bawah standar yang telah ditetapkan. Standar yang dimaksud di sini adalah Standar Ketuntasan Minimal (KKM).

KKM ini telah ditetapkan oleh guru sejak awal tahun pelajaran. Dalam menetapkan KKM guru tidak sekadar asal menetapkan. Ada beberapa acuan yang dipergunakan guru dalam menetapkan KKM, di antaranya input siswa, kompleksitas materi pelajaran, dan daya dukung. Daya dukung di sini meliputi sarana/prasarana yang ada maupun kemampuan guru itu sendiri. Dengan ditetapkannya KKM tersebut akan digunakan oleh guru dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan kemampuan siswa. Guru akan berusaha semaksimal mungkin agar semua siswa memiliki kompetensi minimal sama dengan KKM yang telah ditentukan.

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN Sungai Andai 3, pencapaian KKM tidak semudah yang diharapkan.

Dalam setiap akhir pembelajaran kompetensi dasar tertentu, tidak semua siswa dapat mencapai nilai di atas KKM. Menurut perhitungan rata-rata ada sekitar 15 % siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Kenyataan ini akan menjadi semakin serius apabila tidak segera diatasi. Salah satu kegiatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melaksanakan pembelajaran perbaikan (remedial teaching). Guru perlu

180

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

memprogramkan dan melaksanakan pembelajaran perbaikan untuk mengatasi siswa yang belum tuntas.

Dengan diberikannya pembelajaran perbaikan (remedial teaching) bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial.

A. Prinsip-Prinsip Perbaikan Pembelajaran (remedial teaching) Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain : 1. Adaptif Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program perbaikan (remedial) hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.

2. Interaktif Pembelajaran perbaikan (remedial teaching) hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.

3. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

4. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin.

Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.

5. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

B. Hakikat Peer Coaching Peer coaching merupakan bagian dari model coaching.

Coaching adalah sarana pengembangan profesional yang berfungsi sebagai satu katalisator untuk mendorong pembelajaran dan meningkatkan kinerja

181

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

yang didasarkan pada kesadaran dan tanggung jawab pribadi.

Coaching adalah proses dimana seseorang (pelatih) membantu yang lain (pebelajar) meningkatkan kinerjanya melalui belajar dengan melakukan proses: analisis situasi yang sedang dialami, menyusun tujuan atau target, mempertimbangkan tindakan, memilih dan melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana, mengecek kemajuan, dan mengevaluasi pembelajaran dan kinerja. Melalui gagasan ini, pebelajar akan menunjukkan kinerja yang lebih baik karena dia belajar.

Kinlaw seperti dikutip dalam Rush, Shelden, & Hanft, 2003 menjelaskan bahwa peer coaching adalah proses yang berkelanjutan dimana orang dewasa dengan kepentingan bersama berbagi ilmu dan keahlian.

Dalam peer coaching, para guru berbagi pengalaman mereka, saling memberikan masukan, dorongan, bersama-sama memperbaiki keterampilan mengajar, ataupun memecahkan masalah dalam kelas. Menurut Robbins seperti dikutip Achmad Ridwan, peer coaching adalah suatu proses di mana dua atau lebih guru mitra profesional yang saling percaya bekerja bersama untuk merefleksikan praktik pembelajaran yang sedang dilakukan; memperluas, memperbaiki, dan membangun keterampilan baru; berbagi ide; mengajar satu sama lain, melakukan observasi kelas; atau memecahkan masalah di tempat kerja. Tampak bahwa peer coaching membutuhkan minimal dua orang guru profesional yang bersedia bekerja sama dalam menghadapi tantangan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini terjadi kolaborasi di antara kedua orang guru profesional tersebut. Menurut Reizer, kolaborasi berfokus pada pengetahuan dengan menyediakan alat bagi mereka untuk menghadapi dan berbagi apa yang mereka ketahui.

Dalam peer coaching, dua orang guru atau lebih bersama-sama, berbagi ide-ide baru, melakukan observasi kelas, merefleksikan dan memperbaiki cara mereka mengajar. Hubungan mereka dibangun atas dasar kepercayaaan dan kejujuran, serta menjamin lingkungan di mana mereka belajar dan tumbuh bersama-sama. Oleh karena itu, peer coaching tidak menghakimi (non judgmental) dan tidak bersifat evaluatif.

II. METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sungai Andai 3, Kecamatan Banjarmasin Utara.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2012 (selama 6 bulan) 3. Subjek penelitian adalah guru-guru SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin sejumlah 6 orang (guru kelas 4 – 6 masing-masing 2 kelas). Jumlah guru di SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin 14 orang, yang terdiri atas 12 orang guru kelas, 1 orang guru agama Islam, dan 1 orang guru olah raga. Tidak semua guru dilibatkan dalam penelitian ini, melainkan hanya 6 orang guru kelas, yaitu guru kelas IVa, IVb, Va, Vb, VIa, dan VIb sebagai responden pada penelitian ini. Salah satu alasan yang menjadi pertimbangan dipilihnya SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin

182

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

pada penelitian ini karena di SD Kedungpucang terdapat salah satu guru pemandu yang telah lulus seleksi yang dilakukan oleh LPMP. Guru pemandu tersebut telah beberapa kali mengikuti program penguatan yang dilaksanakan oleh LPMP. 4. Objek penelitian adalah progam remedial meliputi perencanaan (remedial planning) dan pelaksanaan (remedial teaching) B. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan sekolah (school action research) yang dirancang melalui 2 (dua) siklus, masing-masing siklus melalui tahapan : (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (4) pengamatan (observation), (5) refleksi (reflecting).

Untuk memperjelas desain tersebut perhatikan gambar di bawah.

Gambar 1 : Desain Penelitian Tindakan Sekolah Secara rinci kegiatan yang akan dilaksanakan pada setiap siklus sebagai berikut.

1. Siklus I a. Perencanaan (planning) Pada tahap perencanaan yang disiapkan meliputi : 1. Menyiapkan jadwal kegiatan peer coaching maupun jadwal pelaksanaan pengamatan (observasi) pembelajaran perbaikan 2. Menyiapkan instrumen pengamatan berupa Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG), dokumen perangkat dan hasil pembelajaran perbaikan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing guru.

183

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

3. Melaksanakan diskusi awal dalam rangka inventarisasi permasalahan yang dialami oleh masing-masing guru tentang pelaksanaan program remedial 4. Memfasilitasi materi coaching baik dalam bentuk cetak maupun power point tentang teknik dan strategi yang hendak dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran remedial (remedial teaching) b. Pelaksanaan tindakan (acting) Pada tahap pelaksanaan tindakan meliputi : 1. Persiapan Menyiapkan tempat/ruang, instrumen pembelajaran, alat dan bahan, serta media yang diperlukan Persiapan 1. Peneliti memberi penjelasan singkat tentang konsep program remedial (remedial planning, remedial teaching, dan remedial test), teknik penyusunan RPP Perbaikan (RP3), srategi pelaksanaan pembelajaran perbaikan, dan instrumen analisis dan penilaian hasil belajar 2. Peserta melaksanakan diskusi terhadap (dibimbing oleh teman sejawat) materi yang telah dijelaskan di atas sekaligus menerima masukan dari guru agar proses pembelajaran perbaikan berlangsung lebih efektif 3. Melaksanakan pembimbingan teman sejawat secara kelompok maupun individual dalam penyusunan RPP Perbaikan (RP3), instrumen penilaian, pelaksanaan pembelajaran perbaikan, evaluasi hasil perbaikan, dan analisis hasil evaluasi c. Pengamatan (observation) Pengamatan dilaksanakan selama kegiatan pembimbingan dan kegiatan pembelajaran perbaikan (remidial teaching) dalam kelas untuk masing-masing guru. Untuk mengetahui kemampuan/kinerja guru dalam pelaksnaan pembelajaran perbaikan (remedial teaching) dilakukan penilaian kolaborasi dengan Kepala Sekolah sebagai pengamat dengan menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG). Dari pengamatan tersebut hasilnya direkam dan didokementasikan sebagai data dan sumber informasi yang berfungsi untuk bahan perencanaan selanjutnya d. Refleksi (reflecting) Pada tahapan refleksi meliputi kegiatan analisis hasil pembimbingan dan pelaksanaan proses pembelajaran perbaikan serta menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya, yaitu (1) mencatat hasil observasi, (2) mengevaluasi hasil observasi, (3) menganalisis hasil pembimbingan dan hasil pembelajaran, dan (4) memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya.

2. Siklus II 1. Perencanaan (planning) a. Menyusun rencana perbaikan sebagai penyempurnaan siklus I b. Memadukan hasil refleksi I agar pelaksanaan siklus II lebih efektif

184

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

c. Menyiapkan instrumen penilaian untuk kegiaan pengamatan (observation) berikutnya 2. Pelaksanaan Tindakan (acting) a. Melaksanakan diskusi dengan guru dalam rangka mengevaluasi hasil pembelajaran perbaikan (remedial teaching) yang telah dilaksanaan pada siklus I b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perbaikan (RP3) c. Menyusun alat evaluasi untuk pembelajaran perbaikan tahap kedua d. Melaksanakan pembimbingan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran perbaikan dalam kelas 3. Pengamatan (observation) a. Mengamati kegiatan guru pada waktu diskusi dan menyusun perencanaan perbaikan b. Mengamati guru dan siswa pada kegiatan pembelajaran perbaikan c. Melaksanakan penilaian kinerja guru yang dilakukan oleh Kepala Sekolah (kolaborasi) 4. Refleksi (reflecting) a. Mencatat hasil pengamatan b. Mengevaluasi hasil pengamatan c. Menganalisis hasil penilaian kinerja guru dan hasil belajar sisiwa d. Menarik kesimpulan dan menyusun rekomendasi 1. Pengumpulan Data Data kegiatan penelitian ini diambil dari: 1) Guru-guru kelas 1-6 SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin; 2) Aktivitas guru dalam membuat perencanaan remedial dan pelaksanaan pembelajaran remedial; 3) Dokumen perencanaan remedial yang dibuat guru.

Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: wawancara, kuesioner, observasi, dan perekaman.

2. Analisis data Untuk mengembangkan data dan menguji validitas data yang telah dikumpulkan digunakan teknik validitas triangulasi. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data atau sumber. Setelah data terkumpul, dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.

3. Indikator Keberhasilan Penelitian tindakan ini dianggap sudah selesai setelah permasalahan yang dihadapi oleh guru terpecahkan. Indikatornya bila para guru yang sudah melaksanakan peer coaching sudah mampu membuat perencanaan remedial dan melaksanakan pembelajaran remedial sesuai dengan prosedur mutu yang telah ditetapkan.

185

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Kondisi Awal Guru kelas SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin adalah guru kelas.

Mereka mengajarkan berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN Sungai Andai 3 ini berdasarkan KTSP yang mengacu pada Standar Isi Kurikulum 2006. Sebelum melaksanakan pembelajaran para guru terlebih dahulu telah menyusun silabus dan RPP. Silabus dan RPP tersebut disusun secara mandiri oleh para guru yang bersangkutan.

Sebagai salah satu mata pelajaran, Bahasa Indonesia pada umumnya dianggap mata pelajaran yang tidak begitu mudah bagi siswa (berdasarkan hasil wawancara antara guru kelas dengan peneliti). Hal itu terbukti bahwa setiap kompetensi yang diajarkan tidak semua siswa mencapai batas tuntas, yaitu 75.

Kenyataan membuktikan bahwa selama ini program perbaikan (remedial) belum dapat dilaksanakan secara maksimal. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran perbaikan dilakukan belum seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut belum dapat maksimal. Selain itu, masing-masing guru masih mengerjakan tugas secara individual. Belum ada kepedulian antara guru yang satu dengan yang lain. Guru senior, yang mempunyai pengalaman lebih, belum peduli terhadap teman lain yang mengalami hambatan atau kendala dalam melaksanakan pembelajaran perbaikan. Demikian juga sebaliknya, guru yang merasa belum memiliki kompetensi yang cukup tentang pembelajaran remidi, merasa enggan untuk minta bantuan kepada guru lain yang dianggap lebih mampu.

B. Deskripsi siklus I Penelitian ini dimulai dengan tahapan perencanaan. Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi masalah, identifikasi penyebab masalah, dan merumuskan masalah yang dihadapi oleh guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran perbaikan (remedial teaching). Dalam kegiatan ini, peneliti membuat alternatif pemecahan masalah yang berupa kegiatan Peercoaching.Peneliti memilih peercoaching untuk mengatasi masalah yang dihadapi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran perbaikan karena di SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin tersebut terdapat salah seorang guru pemandu Bahasa Indonesia yang diperkirakan dapat memfasilitasi pelaksanaan Peercoaching di sekolah tersebut.

Selanjutnya peneliti menginformasikan kepada para responden tentang konsep dasar peercoaching (pembelajaran teman sejawat).

Pemahaman tentang peercoaching ini amat bermanfaat bagi responden agar mereka memahami manfaat peercoaching dan peran masing-masing responden. Peneliti menekankan bahwa dalam peercoaching tersebut pada hakikatnya semua responden berkedudukan sama. Mereka akan saling berbagi pengalaman. Responden yang merasa memahami dan memiliki sesuatu diharapkan akan membagikan pengalamannya kepada responden yang lain. Demikian juga sebaliknya, responden yang merasa membutuhkan

186

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

sesuatu atau pengetahuan tertentu diwajibkan untuk minta informasi dari yang lain.

Kegiatan siklus 1 secara rinci dilaksanakan sebagai berikut: 1. Perencanaan (planning) Pada tahap perencanaan yang disiapkan meliputi, Pertama, Peneliti bersama responden menyiapkan jadwal kegiatan peercoaching maupun jadwal pelaksanaan pengamatan (observasi) pembelajaran perbaikan.

Kegiatan peercoaching disepakati dilaksanakan setiap hari sabtu, dimulai pukul 09.00. Dipilihnya saat tersebut karena setelah pukul 09.00 siswa melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler. Dengan demikian, kegiatan peercoaching tersebut tidak akan mengganggu kegiatan pembelajaran di sekolah. Kedua, Peneliti bersama responden menyiapkan instrumen pengamatan. Selain itu, responden menyiapkan dokumen perangkat dan hasil pembelajaran perbaikan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing guru. Ketiga, Melaksanakan diskusi awal dalam rangka inventarisasi permasalahan yang dialami oleh masing-masing guru tentang pelaksanaan program remedial. Keempat, Memfasilitasi materi coaching baik dalam bentuk cetak maupun power point tentang teknik dan strategi yang hendak dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran remedial (remedial teaching) 2. Pelaksanaan tindakan (acting) Kegiatan pada tahap siklus pertama ini difokuskan pada kemampuan guru merencanakan program Remedial Teaching. Pada waktu yang telah ditentukan, ke 6 guru berkumpul di ruang PKG (Pusat Kegiatan Guru) untuk berdiskusi masalah perencanaan Remedial Teaching.

Kegiatan tersebut diawali dengan penyampaian informasi oleh peneliti tentang konsep Remedial Teaching. Kegiatan selanjutnya, mereka saling menyampaikan informasi tentang segala sesuatu yang sudah dilakukan berkaitan dengan perencanaan Remedial Teaching dipandu oleh salah seorang guru pemandu SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin. Dalam kegiatan diskusi tersebut, keenam guru secara terbuka saling menyampaikan permasalahan yang dihadapinya berkaitan dengan perencanaan Remedial Teaching. Setiap permasalahan yang dihadapi oleh seorang guru, telah ditanggapi dan dijawab oleh guru yang lain. Pada kegiatan tersebut pada hakikatnya tidak ada yang dianggap lebih pandai atau lebih menguasai daripada yang lain. Mereka menganggap sebagai teman sebaya, yang saling berbagi pengalaman.

Tindakan tersebut dilaksanakan selama 2 kali atau 2 pertemuan.

Dalam diskusi tersebut dapat diketahui bahwa para guru telah dapat menyampaikan isi hatinya tentang perencanaan Remedial Teaching secara jujur dan terbuka. Persoalan yang dihadapi para guru tentang Perencanaan Remedial Teaching relatif hampir sama. Salah satu permasalahan yang dihadapi para guru adalah kegiatan analisis hasil evaluasi belajar. Analisis hasil evaluasi belajar inilah yang dijadikan dasar dalam menentukan Perencanaan Remedial Teaching. Dalam analisis tersebut guru harus dapat menentukan nilai setiap siswa dan menentukan indikator-indikator pembelajaran yang belum dikuasai oleh setiap siswa.

187

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Sebab pada hakikatnya, nilai sama yang dicapai oleh beberapa siswa, namun jika indikator pembelajaran yang belum dikuasai siswa berbedabeda, idealnya solusinya juga berbeda-beda.

3. Pengamatan (Observation) Pada saat responden melaksanakan kegiatan, peneliti mengadakan pengamatan terhadap kegiatan tersebut. Pada pertemuan pertama, yang dilaksanakan diikuti oleh 6 orang guru kelas (guru kelas ). Awal kegiatan tersebut agak mundur. Pada pukul 09.00 masih ada 3 orang guru yang belum masuk ke ruang pertemuan. Hal itu disebabkan beberapa orang guru tersebut sedang mengatur kelasnya masing-masing.

Pada pukul 09.15 kegiatan dimulai. Pelaksanaan kegiatan berlangsung seperti program yang telah disepakati bersama antarpeserta.

Peneliti mengikuti kegiatan selama siklus pertama dengan tekun, baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua. Beberapa catan dan temuan selama berlangsungnya siklus pertama tersebut penulis catat sebagai temuan. Beberapa hal yang perlu tidak peneliti pahami,peneliti konfirmasikan pada peserta.

4. Refleksi (reflecting) Berdasarkan hasil pengamatan dan catatan selama berlangsungnya siklus pertama peneliti mengadakan refleksi sebagai berikut.

Motivasi peserta saat mengikuti kegiatan peercoaching cukup tinggi. Walaupun mulainya kegiatan tersebut agak mundur, akan tetapi antusiasme peserta cukup tinggi. Sejak awal kegiatan semua peserta terlibat aktif dalam diskusi dan tanya jawab. Secara bergantian semua peserta menyampaikan permasalahan yang dihadapinya. Setiap ada lontaran permasalahan dari salah seorang peserta, peserta yang lain, yang merasa memahami persoalannya, memberikan tanggapan untuk pemecahannya.

Pada awal kegiatan tampak bahwa pemahaman peserta tentang perencanaan Remedial Teaching sangat variatif. Ada yang telah banyak menguasai konsep-konsep Remedial Teaching, tetapi ada beberapa peserta yang belum menguasi konsep-konsep tentang Remedial Teachingtersebut.

Guru pemandu, yang relatif lebih banyak menguasai Substansi materi, lebih banyak mengambil peran dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi para responden.

Permasalahan yang dihadapi para guru ternyata hampir sama.

Permasalahan utama yang dirasakan para responden adalah penentuan siswa yang harus mengikuti program remedial. Selain itu, pada umumnya responden juga mengalamai kesulitan dalam menentukan strategi yang tepat dalam melaksanakan perencanaan Remedial Teaching. Kedua permasalahan pokok tersebut dapat diatasi melalui peercouching antarguru di SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin.

188

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

C. Deskripsi Siklus II 1. Perencanaan (planning) Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi terhadap kegiatan pada siklus pertama disusunlah perencanaan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua. Siklus kedua ini diawali dengan penyusunan program untuk pelaksanaan Remedial Teaching. Pelaksanaan remedial teaching tersebut ditekankan pada strategi pelaksanaannya. Peneliti bersama-sama dengan para responden menyepakati waktu yang akan dilaksanakan guna pengamatan pelaksanaan remedial Teaching. Pelaksanaan Remedial Teachingakan dilaksanakan pada hari sabtu pagi. Pelaksanaannya peercoaching secara berpasangan. Jadi, terdapat tiga kelompokyang masing-masing terdiri atas dua orang guru yang mengajar di kelas yang sama.

Setiap pasangan akan secara bergantian mengadakan pengamatan.

Pada saat salah seorang guru melaksanakan praktik peercoaching di kelasnya, peserta yang lain akan mengamatinya dan membuat catatancatan berkaitan dengan pelaksanaan remedial Teaching. Demikian juga sebaliknya.

Untuk mengefektifkan observasi pada saat pelaksanaan Remedial Teaching, disusunlah instrumen pengamatan. Instrumen tersebut disusun bersama-sama antara peneliti dan para responden. Instrumen pengamtan tersebut disusun berdasarkan butir-butir pokok yang harus ada pada saat pelaksanaan Remedial Teaching.

2. Pelaksanaan Tindakan (acting) Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun bersama, pada siklus kedua pertemuan pertama ada tiga orang guru yang melaksankan Remedial Teaching. Ketiga orang guru tersebut adalah Guru Kelas IV a, Guru Kelas V a, dan Guru Kelas VI a. Guru Kelas IV a diamati oleh Guru Kelas IV b, Guru Kelas V a diamati oleh Guru Kelas V b, dan Guru Kelas VI a diamati oleh Guru Krelas VI b. Pelaksanaan kegiatan tersebut secara suimultan di kelas masing-masing. Untuk memastikan pelaksanaan kegiatan tersebut, peneliti secara bergantian mengunjungi dan memantau pelaksanaan Remedial Teaching di setiap kelas.

Guru pengamat bertugas mengamati pelaksanaan Remedial Teaching sejak awal sampai akhir kegiatan. Pengamatan menggunakan instrumen pengamatan untuk mendapatkan data yang akurat terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.

Pada pertemuan pertama, guru kelas IV menyajikan Remedial Teaching. Pelaksanaan Remedial Teaching tersebut secara klasikal karena menurut analisis hasil evalusi belajar lebih dari 50% siswa belum menguasai materi yang telah diajarkan. Guru seolah-olah mengajarkan ulang materi yang pernah diajarkannya. Ada beberapa materi yang sudah dikuasai oleh siswa. Pada saat guru menjelaskan materi yang telah dikuasai siswa, terlihat sebagian besar siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Akan tetapi, saat guru menjelaskan materi yang memang belum dikusai sebagian besar siswa, hampir semua siswa memperhatikannya

189

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

dengan sungguh-sungguh. Waktu yang dipakai untuk pelaksanaan Remedial Teachingtersebut relatif sama dengan waktu yang dipakai untuk pelaksanaan pembelajaran secara umum, yaitu 2 X 40 menit. Hasil yang dicapai siswa relatif membaik jika dibandingkan dengan evaluasi belajar sebelumnya.

Pelaksanaan Remedial Teaching di kelas 5 dilaksanakan oleh guru Kelas 5a. Sebagai pengamatanya adalah guru Kelas 5 b. Guru kelas 5 menyampaiakan materi. Model pelaksanaan Remedial Teaching yang dilakukan di kelas 5 berbeda dengan yang dilakukan dikelas 4. Bu Guru kelas 5 hanya menyampaikan materi yang dianggap sulit untuk sebagian besar siswanya (berdasarkan analisis hasil evaluasi belajar). Oleh sebab itu, waktu yang digunakan untuk pelaksanaan Remedial Teaching di kelas 5 relatif lebih singkat. Setelah pelaksanaan Remedial Teaching selesai diadakan evaluasi. Hasil evaluasi pascapembelajaran bagus. Hal itu dibuktikan dengan nilai rata-rata sebesar 80.

Selanjutnya, untuk kelas 6 pelaksanaan remedial Teaching dilakukan Remedial Teaching di kelas 6 tidak dilakukan oleh semau siswa.

Berdasarkan hasil analisis, dari 30 siswa 20 siswa yang harus melaksanakan Remedial Teaching. Sedangkan 10 siswa yang lainnya tidak mengikuti program Remedial Teaching karena sudah tuntas. Mereka diberikan program pengayaan.

Pada pertemuan yang kedua, responden yang melaksanakan kegiatan Remedial Teaching bergantian. Untuk kelas 4 pelaksana Remedial Teaching adalah guru kelas 4b, sedangkan pengamatnya guru kelas 4a.

Seluruh siswa kelas 4 mengikuti kegiatan Remedial Teaching. Seperti halnya guru kelas 4a, guru kelas 4b menyajikan Remedial Teaching secara utuh. Siswa secara umum memperhatikan pembelajaran yang dilaksanakan gurunya. Hasil evaluasi di akhir pembelajaran menunjukkan bahwa semua siswa dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan Remedial Teaching di kelas 5 dilakukan oleh guru kelas 5b, sedangkan pengamatnya oleh guru kelas 5a. Guru kelas 5a melaksanakan kegiatan Remedial Teaching dengan cara mengadakan tanya jawab tentang materi yang dianggap sulit (berdasarkan hasil analisis evaluasi pembelajaran). Sebagian besar siswa merasa antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut. Hal itu terbukti ketikas guru mengajukan pertanyaan untuk memancing pendapat siswa, secara serentak banyak siswa yang berebut untuk menjawabnya. Tidak semua jawaban dari siswa benar. Saat jawaban siswa tidak benar, guru memberikan penjelasan sebagai penguatan. Hal itu dimaksudkan agar siswa mempunyai pemahaman yang benar terhadap substyansi materi yang dipelajarinya.

Dalam pelaksanaan remedial Teaching tersebut juga terlihat ada sebagian siswa yang tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran ternyata ada dua kelompok.

Kelompok yang pertama adalah mereka yang memang kurang memahami materi yang ditanyajawabkan. Kelompok ini kelihatan ragu-ragu pada saat akan mengemukakan pendapat, sehingga sebelum mereka menjawab siswa

190

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

lain yang merasa lebih cepat paham, telah menjawab terlebih dahulu.

Kelompok kedua adalah mereka yang sebenarnya sudah tuntas atau sudah menguasai materi. Pada umumnya kelompok ini agak kurang tertarik pada materi yang sudah dikuasainya. Mereka seperti acuh tak acuh terhadap dalam mengikuti Remedial Teaching.

Selanjutnya, pelaksanaan Remedial Teaching di kelas 6 dilaksanakan oleh guru kelas 6a, pengamatnya guru kelas 6b. Hasil analisis evalusi belajar di kelas 6a ini menunjukkan bahwa ada materi tertentu yang secara umum belum dikuasai oleh semua siswa. Oleh sebab itu, Remedial Teaching di kelas 6 ini dilakukan dengan cara guru menjelaskan ulang materi tersebut. Semua siswa aktif memperhatikan penjelasan guru. Saat guru mengajukan pertanyaan untuk meyakinkan pemahaman siswa, banyak siswa yang berebut untuk menjawabnya. Pada akhir kegiatan diketahui bahwa semua siswa sudah dapat mencapat KKM yang telah ditetapkan.

3. Pengamatan (observation) Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, pengamatan pada siklus kedua ini dilakukan oleh responden yang tidak melaksanakan Remedial Teaching secara bergantian. Pada saat Guru Kelas A melaksanakan praktik, guru kelas B sebagai pengamat. Demikian juga sebaliknya, pada saat guru kelas B melaksanakan Remedial Teaching, guru kelas A sebagai pengamat. Adapun peneliti bertugas sebagai pengamat pendamping. Secara bergantian peneliti ikut mengamati ketiga kelas yang sedang melaksanakan Remedial Teaching. Hal itu tidak terlalu menjadikan masalah bagi peneliti karena lokasi masing-masing kelas yang dijadikan tempat praktik pembelajarannsaling berdekatan.

4. Refleksi (reflecting) Setelah pelaksanaan tindakan berakhir semua responden bertemu di ruang yang telah disepakati yanitu di ruang PKG. Secara berpasangan mereka saling berdialog membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Remedial Teaching di kelas masing-masing. Kegiatan diawali dengan pengungkapan isi hati guru pelaksanan Remedial Teaching.

Mereka pada umumnya mengungkapkan perasaannya pada saat melaksanakan pembelajaran yang diamati oleh guru lain. Hampir semua guru pada awal pembelajaran merasa agak grogi dan kurang merasa nyaman pada saat melaksanakan pembelajaran ditunggui oleh guru lain.

Akan tetapi, lama kelamaan mereka merasa biasa dan tidak terganggu dengan adanya pengamat.

Selanjutnya, pengamat menyampaikan hasil pengamatannya berdasarkan isian instrumen yang telah diisi pada saat mengamati Remedial Teaching. Pengamat dengan jujur mengemukakan hasil amatan mereka. Berdasarkann praktik pengalaman dan hasil amatan pengamat, mereka mengadakan diskusi tentang strategi pelaksanaan Remedial Teaching yang baik.

Berdasarkan hasil diskui responden, dapat ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan Remedial Teaching. Pertama, Remedial Teaching

191

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

harus dilaksanakan berdasarkan analisis hasil evalusi belajar yang benar dan akurat. Siswa peserta Remedial Teaching adalah siswa yang belum mencapai batas tuntas. Siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar atau KKM tidak perlu mengikuti kegiatan Remedial Teaching. Mereka diberikan program pengayaan. Siswa yang sudah tuntas akan tetapi diikutkan dalam kegiatan Remedial Teaching pada umumnya akan mengganggu pelaksanaan pembelajaran.

Kedua, Strategi pembelajaran yang dilaksanakan pada saat Remedial Teaching harus tepat. Guru harus menggunakan strategi yang tepat kapan guru harus menjelaskan ulang, kapan guru hanya perlu menjelaskan sebagian materi, kapan guru hanya perlu mengadakan tanya jawab dengan siswa. Strategi yang tidak tepat akan menghambat ketercapaian tujuan Remedial Teaching.

Ketiga, guru perlu mempersiapkan perangkat pendukung yang tepat. Remedial Teaching pada hakikatnya adalah kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran akan dapat mencapaihasil yang maksimal jika perangkat pembelajaran yang diperlukan dipenuhinya. RemedialnTeaching bukan hanya sekadar meningkatkan nilai siswa. Askan tetapi perlu adanya strategi yang tepat agar siswa yang belum mempunyai kompetensi yang diharapkan akhirnya dapat memilki kompetensi minimal yang disyaratkan.

D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus Kegiatan pada siklus 1 difokuskan pada peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan Remedial Teaching. Sebelum pelaksanaan kegiatan tersebut kepada responden penelti informasikan tentang Peer Coaching. Hal ini perlu disampaikan kepada responden karena Peer Coaching ini merupakan barang baru bagi responden. Dengan informasi ini resonden telah memahami secara teoretis tentang konsep Peer Coaching. Peserta penuh antusias dalam mendengarkan informasi tersebut dan saat merekasaling berdiskusi tentang pelaksanaan Peer Coaching tersebut.Kegiatan tersebut dilaksanakan di ruang PKG yang berada di kompleks SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin.

Pada siklus 1 pertemuan pertama diketahui bahwa guru pada umumnya belum merencanakan Remedial Teaching secara sistematis. Biasanya Remedial Teaching dilaksanakan secara mendadak sehabis penilaian dilaksanakan.

Jenis kegiatannya pun juga kurang direncanakan secara matang. Pada umumnya guru akan memberikan ulangan lagi khusus bagi siswa yang belum dapat mencapai nilai KKM. Jika ulanagn yang kedua, siswa yang bersangkutan sudah mendapat nilai mnimal sama dengan KKM, siswa tersebut dinyatakan sudah tuntas. Oleh sebab itu, pada siklus 1 tersebut responden saling berbagi informasi, tanya jawab dengan sesama teman tentang perencanaan Remedial Teaching. Pada kegiatan tersebut salah seorang guru kelas yang kebetulan sebagai guru pemandu cukup aktif dalam baik dalam menyampaikan permasalahan maupun dalam memberikan solusi sebagai pemecahan persoalan.

Pada pertemuan kedua (siklus 1) kegiatan difokuskan pada penyusunan program Remedial Teaching. Penekanan kegiatan ini adalah pada

192

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

perencanaan berbagai strategi Remedial Teaching berdasarkan kualitas dan persentase atau jumlah siswa yang belum tuntas. Melalui berbagai penjelasan dan contoh, akhirnya pada akhir pertemuan yang kedua sebagian besar responden telah memahami perencanaan Remedial Teaching.

Kegiatan Peer Coaching yang dilaksanakan secara berkelompok tersebut cukup menarik. Akan tetapi, persoalan yang muncul adalah keaktivan peserta dan penyelesaian setiap peserta kurang maksimal. Dari keenam peserta terlihat ada 2 orang yang kurang terlibat secara aktif baik pada saat mengemkakan masalah yang dihadapinya maupun dalam memberikan sumbang saran kepada temannya. Hal ini merupakan salah satu kelemahan yang terdapat dalam siklus 1 yang nanti akan disempurnakan pada siklus yang kedua.

Pada siklus kedua, kegiatan difokuskan pada pelaksanaan Remedial Teaching. Berdasarkan perencaan yang telah disusun berdasarkan hasil kegiatan pada siklus 1, responden melaksanakan Remedial Teaching di kelas masing-masing.

IV. PENUTUP A. Simpulan Pembelajaran Perbaikan (Remedial Teaching) dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Pada umumnya para guru lebih mengutamakan adanya peningkatan nilai yang diperoleh siswa daripada mencari strategi tertentu dalam pembelajaran perbaikan. Oleh sebab itu, pembelajaran perbaikan lebih banyak digunakan untuk memberikan tugastugas tambahan bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Secara teori sebenarnya guru-guru SDN Sungai Andai 3 telah memahami teori tentang pembelajaran perbaikan. Akan tetapi, dalam praktiknya, teori yang telah dikuasainya tersebut belum sepenuhnya secara maksimal diterapkan dalam praktik pembelajaran Peer Coaching atau pelatihan teman sebaya yang dilaksanakan di SDN Sungai Andai 3 Banjarmasin telah mampu meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran perbaikan. Peer Coaching yang dimotori oleh salah seorang guru pemandu ternyata mampu memotivasi para guru di SD Kedungpucang dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran perbaikan (Remadial Teaching).

B. Saran Mengingat penting dan strategisnya Peer Coaching dalam peningkatan mutu pendidikan, perlu dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, kegiatan peer coaching perlu dilestarikan di setiap sekolah. Kegiatan peer coaching ini perlu difokuskan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh sebagian besar guru. Melalui peer coaching ini sedikit demi sedikit peningkatan kualitas pendidikan akan menjadi suatu kenyataan.

Kedua, kepala sekolah hendaknya memberikan fasilitas kepada para guru dalam melaksanakan peer coaching. Peranan kepala sekolah sangat besar dalam menyukseskan kegiatan tersebut. Minimal kepala sekolah perlu

193

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

mengatur waktu atau jadwal bagi para gurunya agar minimal seminggu sekali para guru dapat dengan leluasa melaksanakan kegiatan peer coaching. Dengan pengaturan jadwal yang tepat, para guru dapat melaksanakan peer coaching dengan tidak menguiarangi hak para siswanya dalam mendapatkan peembelajaran.

Ketiga, sekolah perlu menyediakan anggaran yang secukupnya untuk memfasilitasi kegiatan peer coaching di sekolah. Kegiatan apa pun tidak akan dapat terlaksana dengan maksimal jika tidak ada anggaran yang mendukungnya. Oleh sebab itu, sekolah perlu menyediakan anggaran untuk pelaksanaan peer coaching di sekolahnya.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional.( 2003). Undang – Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara Departemen Pendidikan Nasional. (2004) . Pedoman Pembelajaran Tuntas, Jakarta : Depdiknas Dwiyoga, Wasis. (2006). Penelitian Tindakan Untuk Memperbaiki Sekolah (School Action Research). Jakarta: Dirjen PMPTK Direktorat Tenaga Kependidikan.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41. Peraturan Pemerintah Republik Indonasia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas.

Mukhtar dan Rusmini, (2007). Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: PT Nimas Multima.

Rachmadiarti, Fida. (2003). Pengajaran Remedial dan Pengayaan. Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu SLTP. Suharsini, Suhardjono, dan Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Achmad Ridwan. Peer Coaching: Pemahaman Istilah dan Penerapannya.

(Jakarta: Makalah dalam workshop Microsoft, 2007).

Beverly Showers; Bruce Joyce. The Evolution of Peer Coaching. dalam Educational Leadership, March 1996 v53 n6 p12(5). http://www.eggplant.org/pamphlets/pdf/joyce_showers_peer_coac hing.pdf Michael Fullan. The New Meaning of Educational Change. Fourth Edition. (NY: Teachers College Press. 2007). p.75.

Ng Pak Tee, Grow Me Coaching for Schools, Second Edition(Singapore: Pearson Prentice Hall, 2005), h. 1.

Peer Coaching: A Process for Improving Instructional Practices for Children with Autism Spectrum Disorders.http://www. autismnetwork. org/modules//academic/pc/index.html

194

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

PENERAPAN MNEMONIK MOELLER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI KONFIGURASI ELEKTRON DI KELAS X TKJ-A SMK NEGERI 5 BANJARMASIN

Didik Masduki (Guru SMK Negeri 5 Banjarmasin) ABSTRAK Laporan PTK ini merupakan satu langkah implementasi guru dalam meyelesaikan permasalahan yang ada disekolah. Permasalahan yang ditemui saat mengajar pelajaran kimia di SMK Negeri 5 Banjarmasin adalah kurangnya minat siswa, ini berakibat aktivitas mereka kurang dan hasil belajarnya juga demikian.

Alternatif penyelesaian masalah dengan menerapkan Mnemonik Moeller yang dilakukan di kelas X TKJ-A SMK Negeri 5 Banjarmasin tahun pelajaran 2020 / 2021 semester genap dalam pembelajaran kimia pada materi Konfigurasi Elektron.

Implementasi dilapangan dilaksanakan secara DARING (dalam jaringan) menunjukkan adanya keaktivan siswa dalam belajar kimia yang ditunjukkan dengan sikap aktif mereka ketika dalam kelompok, sikap bekerja sama, dan sikap toleransi ketika kelompok tersebut menyelesaikan persoalan. Sementara pada aspek keterampilan siswa dalam menggunakan konsep pembelajaran untuk menyelesaikan masalah juga masuk dalam kategori baik.

Untuk persentase ketuntasan klasikal pada siklus I mencapai 58,3 % , sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan klasikal mencapai 75 % terdapat peningkatan keaktifan dan pemahaman siswa pada setiap siklusnya. Terbukti dengan nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 75,6 mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 79,7 dengan peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 16,7 %, sehingga pada siklus II dinyatakan berhasil karena sudah mencapai indikator keberhasilan.

Kata Kunci : Mnemonik Moeller, Aktivitas, Belajar APPLICATION OF MOELLER'S MNEMONIC FOR INCREASE LEARNING ACTIVITIES AND RESULTS OF ELECTRONIC CONFIGURATION MATERIAL IN CLASS X TKJ-A AT SMK NEGERI 5 BANJARMASIN ABSTRACT This CAR report is a step in the implementation of teachers in solving problems that exist in schools. The problem encountered when teaching chemistry lessons at SMK Negeri 5 Banjarmasin is the lack of student interest, this results in their lack of activity and learning outcomes as well. Alternative problem solving by applying Moeller's Mnemonic which is carried out in class X at TKJ-A SMK Negeri 5 Banjarmasin for the 2020/2021, even semester in learning chemistry on the Electron Configuration material.

This research carried out by ONLINE (on a network) shows the activeness of students in learning chemistry which is indicated by their active attitude when

195

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

in groups, cooperative attitudes, and tolerance when the group solves problems.

Meanwhile, in the aspect of students' skills in using learning concepts to solve problems, they are also included in the good category.

The percentage of classical completeness in the first cycle it reached 58.3%, while in the second cycle the percentage of classical completeness reached 75% there was an increase in student activity and understanding in each cycle. It is proven by the average score of students in the first cycle of 75.6, an increase in the second cycle of 79.7 with an increase in classical completeness of 16.7%, so that the second cycle was declared successful because it had reached the success indicator.

Keywords: Moeller's Mnemonic, Activity, Learning I. PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil jika tujuan dari pembelajaran telah tercapai. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa secara umum ada dua, yaitu faktor interen (individu) dan faktor eksteren (sosial). Faktor individu antara lain faktor kematangan, kecerdasan, motivasi dan faktor pribadi.

Sedangkan faktor sosial antara lain faktor keluarga, guru serta cara mengajarnya, media yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.

Pada umumnya siswa belajar kimia terjebak pada rumus-rumus kimia dan tidak mengerti tentang hakekat dari rumus kimia. Rumus kimia merupakan gambaran dari kenyataan dari zat-zat kimia yang ada di alam, digambarkan dalam bentuk rumus kimia.

Saat ini siswa kelas X Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ-A) SMK Negeri 5 Banjarmasin tahun pelajaran 2020-2021 berjumlah 36 orang yang mana terdiri dari laki-laki berjumlah 19 orang dan sisanya perempuan 17 orang.

Berdasarkan pengamatan selama pembelajaran dan data hasil tes awal pada “Konfigurasi elektron” kemampuan siswa kelas X Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ-A) menunjukkan kemampuan yang rendah. Dari 36 siswa, ditemukan hanya 21 siswa (58,3 %) yang berhasil mencapai KKM 75. Sisanya sejumlah 15 siswa atau sebesar 41,7 % tidak berhasil mencapai KKM yang telah ditetapkan guru, yaitu di bawah KKM 75. Artinya siswa kelas X Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ-A) mengalami masalah/kesulitan dalam memahami “Konfigurasi elektron”.

Rendahnya kemampuan siswa pada “Konfigurasi elektron” tersebut ditandai dengan hal-hal berikut: 1. Kurang perhatian saat mengikuti pembelajaran; 2. Siswa tidak fokus saat pembelajaran berlangsung; 3. Siswa tidak aktif, dan sebagian besar hanya diam mendengar penjelasan guru; 4. Siswa kurang respon ketika mengerjakan LKS; 5. Siswa masih bingung melaksanakan perintah guru; 6. Siswa tidak banyak yang mengajukan pertanyaan; 7. Siswa tidak berani menjawab pertanyaan; 8. Jawaban siswa masih jauh dari konsep yang tepat;

196

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Menyadari belum optimalnya kemampuan siswa pada materi Konfigurasi Elektron yang ditandai dengan rendahnya kemampuan siswa serta 41,7 % siswa belum berhasil mencapai KKM yang telah ditetapkan, menuntut guru melakukan perbaikan pembelajaran, agar kemampuan siswa terhadap materi konsep Konfigurasi elektron dapat meningkat.

Selama ini, guru hanya menyajikan pembelajaran tentang Konfigurasi elektron hanya dengan menggunakan ceramah dan metode penugasan tanpa refleksi sehingga siswa tidak aktif dan tidak mendapat pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan konteks dan pengalamannya sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan dan aktivitas siswa perlu ditingkatkan.

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) no 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan tujuan dari mata pelajaran kimia adalah membekali siswa dengan pengetahuan, pemahaman sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Salah satu tujuan penting mata pelajaran kimia di SMK adalah agar siswa memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

Dalam pembelajaran Kimia tentunya harus ditunjang dengan alat peraga sebagai peragaan dari pembelajaran, karena menurut S. Nasution (2006) maksud dan tujuan peragaan adalah memberikan variasi dalam cara guru mengajar dan memberikan lebih banyak realita dalam mengajar tersebut, sehingga pengertian lebih berwujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran. Fungsi alat-alat peraga sebagai sarana pembelajaran agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif. Sedangkan kaitannya dengan interaksi guru dan siswa.

Alat-alat peraga sebagai sarana pembelajaran mempunyai kegunaan antara lain: 1. Mengembangkan minat siswa untuk melakukan aktivitas. Dengan bangkitnya minat siswa, maka akan banyak pertanyaan yang disampaikan oleh siswa kepada gurunya 2. Membuat Susana interkasi guru dengan siswa atau antar siswa berada dalam suasana yang menyenangkan. Bila suasana telah menyenangkan, maka proses belajar akan berhasil 3. Apabila sarana belajar diberikan dalam bentuk kelompok, maka interaksi antar siswa lebih bersifat erat, karena hal yang dibicarakan akan lebih tertuju antara lain pada cara melakukan percobaan atau kegiatan dan cara menafsirkan data yang terkumpul.

Salah satu alat peraga dalam pelajaran Kimia adalah Mnemonik moeller merupakan nama dari sebuah diagram urutan pengisian elektron dari tingkat energi terendah terlebih dahulu kemudian ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan mengikuti urutan arah anak panah. Seperti gambar berikut ini :

197

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Gambar 1. Diagram Mnemonik Moeller Urutan pengisian elektron sesuai arah anak panah : 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p6, 4s2, 3d10, 4p6, 5s2, 4d10, 5p6, 6s2, 4f14, 5d10, 6p6, 7s2, 5f14.

Sangat susah bagi sebagian besar siswa untuk menghafal urutan pengisian elektron tersebut. Penulis berusaha mempermudah hal ini dengan cara membagi beberapa tahapan dari grafik tersebut.

1. Tahap pertama Memperlihat gambar lengkap diagram mnemonik moeller seperti Gambar 1 diatas.

2. Tahap kedua Menginstruksikan kepada siswa untuk menuliskan nomor kulitnya saja dari diagram tersebut, yaitu angka 1 sampai 7 pada kolom pertama dengan memberi jarak berselang satu baris, pastilah mereka dapat melakukan hal mudah ini. Kemudian dilanjutkan mulai dari baris kedua (sejajar angka 2) kolom kedua menulis angka 2 sampai 6, kolom ketiga menulis angka 3 sampai 5, kolom keempat menulis angka 4 dan 5, sehingga terbentuk seperti gambar berikut ini :

198

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Gambar 2. Nomor Kulit Atom 3. Tahap ketiga Mengajak siswa untuk menghafal urutan huruf “ s, p, d, f”. Karena hanya empat huruf tentu mudah bagi mereka. Lanjutkan dengan menuliskan huruf s pada kolom pertama, huru p pada kolom kedua, huruf d pada kolom ketiga dan huruf pada kolom keempat.

Menuliskannya dibelakang dari nomor kulit sebelumnya, sehingga terbentuk seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3. Kulit Atom dan Orbitalnya 199

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

4. Tahap keempat Mengajak siswa menyebut angka “2”, “6”, “10”, “14”. Angka ini adalah jumlah elektron maksimum yang terdapat dalam masing masing orbital s=2, p=6, d= 10 dan pada orbital f =14. Siswa diminta menuliskan angka tersebut pada masing-masing orbital sebagai super script, sehingga nampak seperti gambar dibawah ini :

Gambar 4. Kulit atom, orbital dan electron maksimum dapat terisi 5. Tahap kelima Menuliskan anak panah sebagai penunjuk urutan pengisian elektron, mulai dari 1s2. Seperti gambar dibawah ini :

Gambar 5. Diagram Mnemonik Moeller dengan urutan pengisian 200

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Dengan menerapkan cara seperti ini diharapkan siswa dapat lebih mudah menguasi materi Konfigurasi Elektron.

II. METODOLOGI PENELITIAN Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Siswa kelas X TKJA SMK NEGERI 5 BANJARMASIN tahun pelajran 2020/2021. Aspek yang diteliti adalah aktivitas dan hasil belajar siswa selama pembelajaran 36 orang siswa dengan latar belakang kemampuan yang berbeda-beda mulai dari yang tinggi, sedang, dan rendah dilihat dari kecerdasan dan intelektual masing-masing siswa. Sedangkan tempat penelitian di SMK Negeri 5 Banjarmasin. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan , mulai dari tanggal 12 Januari 2021 sampai dengan 13 April 2021

A. Deskripsi Per Siklus 1. Siklus I a. Perencanaan (Planning) 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta lembar kerja siswa , bahan ajar, media dan rencana penilaian 2) Menyiapkan instrumen-instrumen pengumpulan data berupa soal materi Konfigurasi Elektron 3) Melakukan koordinasi dengan teman sejawat (Observer) dan pihak-pihak terkait b. Tindakan (action) dan pengamatan (observation) Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pada 16 Maret 2021 dengan jumlah anak 36 orang. Dalam kegiatan tindakan (action) ini peneliti melakukan kegiatan mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang ditahap perencanaan penelitian, langkah-langkahnya mengikuti rancangan skenario pembelajaran. Adapun pengamatan (observation) dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran yang meliputi aktivitas anak, pengembangan materi dan hasil belajar serta dievaluasi. Selama proses pembelajaran, peneliti melakukan observasi dengan cara mengamati prilaku anak pada saat penerapan Mnemonik Moeller. Pada siklus I ini diharapkan hasilnya bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada penilaian formatif. c. Refleksi (reflection) Peneliti melakukan refleksi dengan cara diskusi bersama dengan teman sejawat untuk menilai hasil belajar siswa . d. Revisi Tindakan Siklus I (Pertama) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran permulaan pada siklus pertama masih terdapat kekurangan sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II Kegiatan ini merancang kembali perencanaan pembelajaran nilainilai hasil belajarberdasarkan refleksi siklus pertama.

201

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

a. Perencanaan Perbaikan 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembalajarn 2 2) Menyiapkan instrumen-instrumen pengumpulan data soal penilaian materiKonfigurasi Elektron pada siklus II 3) Melakukan koordinasi dengan teman sejawat (Observer) dan pihak-pihak terkait b. Tindakan (action) dan pengamatan (observation) Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan pada 30 Maret 2021.

Dalam kegiatan tindakan (action) ini peneliti melakukan kegiatan mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 yang telah direvisi ditahap perencanaan penelitian, langkah-langkahnya mengikuti rancangan skenario pembelajaran. Adapun pengamatan (observation) dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran yang meliputi aktivitas anak, pengembangan materi dan hasil belajar serta dievaluasi. Selama proses pembelajaran, peneliti melakukan observasi dengan cara mengamati prilaku anak pada saat Penerapan Mnemonik Moeller. Pada siklus ke II ini diharapkankan hasilnya lebih baik lagi dari siklus sebelumnya.

3. Siklus III Rencana tindakan siklus III dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Tahapan tindakan siklus III mengikuti tahapan tindakan siklus I dan II.

B. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Data-data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran. Adapun instrumen dan teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1.

No 1

TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Jenis Data

Teknik Pengumpulan data Hasil Belajar Tes Siswa

Instrumen Tes Aspek Kognitif (terlampir)

Jadwal Pelaksanaan 1. Akhir pertemuan siklus I 2. Akhir pertemuan siklus II 3. Akhir pertemuan siklus III

1. Teknik Pengumpula Data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif adalah dengan memberikan tes evaluasi pada tiap siklus yaitu tes objektif pada akhir pertemuan.

Tes hasil belajar dimaksudkan untuk mengevaluasi sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari selama satu siklus.

Kualifikasi hasil belajar siswa dikatakan tuntas apabila berada pada kualifikasi cukup, baik, dan sangat baik dengan rentang nilai seperti berikut.

202

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

No

Tabel 2 RENTANG NILAI HASIL BELAJAR Nilai Kualifikasi Keterangan

1

Nilai ≥ 91

Sangat Baik

Tuntas

2

83 ≤ nilai 91

Baik

Tuntas

3

75 ≤ nilai 83

Cukup

Tuntas

4

Nilai < 75

Kurang

Tidak Tuntas

Sumber: kurikulum SMK Negeri 5 Banjarmasin 2. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu tes objektif untuk mengukur hasil belajar siswa yang dilaksanakan setiap akhir siklus.

Hal-hal lain yang tidak dapat direkam melalui alat pengumpulan data yang disediakan dicatat dengan menggunakan catatan harian.

C. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teknik analisis hasil belajar sebagai berikut. Hasil belajar siswa dihitung dengan mengguankan rumus:

Kriteria: suatu kelas dianggap tuntas belajar bila mencapai KK ≥ 75, untuk rerata nilai hasil belajar atau nilai rerata kelas diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ∑K X̅= 𝑁 Keterangan: X̅ = Rata-rata hasil belajar Kimia siswa ∑X = Jumlah seluruh nilai hasil belajar Kimia siswa N = banyak siswa D. Indikator Keberhasilan Penerapan Mnemonik Moeller untuk meningkatkan hasil belajar Kimia siswa dinyatakan berhasil apabila nilai hasil belajar siswa minimal 75 dengan ketuntasan belajar klasikal siswa minimal 75%.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Siklus I Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X TKJ-A SMK Negeri 5 Banjarmasin pada semester Genap tahun ajaran 2020/2021 dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang. Setiap pertemuan dilaksanakan 203

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

seminggu sekali dengan alokasi waktu 90 menit atau 3 jam pelajaran (masa pandemi 1 jam pelajaran 30 menit). Penelitian pada siklus I ini dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dengan tes evaluasi/kuis pada akhir siklus. Materi yang dibahas pada siklus I adalah Konfiguasi Elektron.

Sesuai dengan rencana yang sudah disusun sebelumnya, sebelum melaksanakan tindakan peneliti mempersiapkan semua perangkat pembelajaran, instrumen, lembar observasi dan lainnya. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti memberikan terlebih dahulu bahan ajar/modul. Peneliti juga menginformasikan kepada siswa jika kegiatan pembelajaran akan berlangsung menggunakan Google Meet.

Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa belajar secara berkelompok dimana masing-masing kelompok diberikan lembar kerja siswa (LKPD) untuk didiskusikan/dipraktikkan langsung bersama kelompok. Peneliti membagi siswa menjadi 6 kelompok dimana masingmasing kelompok terdiri dari 6 siswa yang sifatnya heterogen.

Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan tahap-tahap berikut : 1) Pra pembelajaran, 2) Pendahuluan, 3) Kegiatan Inti, 4) Penutup. Hasil Tindakan Siklus I dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 3 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS 1 Nama Siswa Nilai Ket

AHMAD BAIHAQI AHMAD DZAKI RAMADANI AHMAD RIZKI ALIF RAHMAD GUNAWAN AMELIA ANA MULIYANA SALSABILA ANDY EDWARD SANDICK DEDENY PERDANA PUTRA EDGARD PUTRA ATLANTIC FATIMATUZZAHRA FITRIYA RAHMADHANI HELSA NAZWA PAULINA IRFAN NOOR AZMI JURIAN SAPUTRA M MUHTADI RAMADHAN MELDA ROSIANA MELINDA AJIZAH MEYDIMAS TRI ATMOKO MUHAMMAD DZAKIY MUHAMMAD HABIB NURDIN MUHAMMAD IRFAN SETIAWAN MUHAMMAD RENDY IRWANTO MUHAMMAD ROBI

204

80 90 80 70 80 90 90 60 80 80 60 60 80 60 90 70 60 60 60 80 60 60 80

T T T BT T T T BT T T BT BT T BT T BT BT BT BT T BT BT T

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

No.

Nama Siswa

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Nilai 80 90 90 80 90 70 90 90 80 60 80 70 70

MUHAMMAD YAHYA NAILA HAFIDHAH NIA NAVIA NOOR HIDAYAH NORIFA NURIAN NAZAH SAFITRI SALBIAH SALSHA BELLA SEPTIYANI SITTI PATIMAH SRI HARTATI SYAHRIL WAHYU HIDAYAT

Ket T T T T T BT T T T BT T BT BT

Analisis data hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa jumlah nilai seluruh siswa adalah 2720. Ketuntasan klasikal sebesar 58,3 % dengan rata-rata hasil belajar adalah 75,6 dimana siswa yang dikatakan tuntas berada pada kualifikasi sangat baik, baik dan cukup, sedangkan siswa yang dinyatakan tidak tuntas berada pada kualifikasi kurang.

Jumlah siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 21 orang karena memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari KKM yaitu 75.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan ketuntasan klasikal belum bisa dikatakan berhasil karena belum mencapai ≥ 75%. Namun, masih ada beberapa siswa yang belum tuntas dengan skor dibawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih perlu ditingkatkan lagi.

Berikut hasil belajarsiswa siklus I disajikan pada tabel.

Tabel 4 No. 1

KETUNTASAN HASIL BELAJAR SIKLUS I Kualifikasi Kognitif Keterangan Jumlah Prosentase Nilai ≥ 91 Sangat 0 0% Tuntas Baik Nilai

2

83 ≤ nilai 91

Baik

9

25%

Tuntas

3

75 ≤ nilai 83

Cukup

14

39%

Tuntas

4

Nilai < 75

Kurang

13

36%

Tidak Tuntas

5 6 7 8 9

Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa tidak tuntas Jumlah nilai siswa Rerata hasil belajar siswa Ketuntasan klasikal 205

21 15 2720 75,6 58,3 %

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Di bawah ini merupakan hasil belajar siswa pada siklus I disajikan dalam bentuk grafik.

14 12

12 10

10

9

8 6

5

4 2 0 SKOR 60

Gambar 1.

SKOR 70

SKOR 80

SKOR 90

DISTRIBUSI SKOR HASIL BELAJAR SIKLUS I BERDASARKAN JUMLAH SISWA

Berdasarkan hasil tindakan pada siklus I, hasil belajar siswa dapat dikatakan belum memenuhi kriteria keberhasilan. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: 1) berdasarkan pengamatan peneliti, siswa belum maksimal mempelajari materi yang sudah diberikan; 2) kurangnya waktu pembelajaran untuk memaksimalkan pemahaman materi melalui kegiatan diskusi dan praktik; 3) kurang maksimalnya kegiatan kelompok disebabkan beberapa kendala dalam pembelajaran daring; 4) siswa masih malu atau tidak berani untuk bertanya terkait materi yang kurang dipahami. Dengan adanya beberapa faktor yang menyebabkan ketidak berhasilan pada kegiatan pembelajaran siklus I, maka perlu adanya perbaikan pada siklus II. Tahapan-tahapan pembelajaran pada siklus II mengikuti rencana pembelajaran yang telah ditetapkan, materi yang dipelajari adalah Konfigurasi Elektron dan prinsip Aufbau. Dari materi ini siswa diharapkan dapat menganalisis kedudukan atau posisi elektron terakhir dari suatu konfigurasi sehingga dapat menentukan letak unsur dalam sistem periodik (Periode dan Golongannya)

B. Siklus II Pelaksanaan pada siklus II disesuaikan dengan refleksi pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada proses pembelajaran disesuaikan dengan tahapan-tahapan pada rancangan pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 1 pertemuan, materi yang dipelajari adalah Periode dan Golongan. Masih sama dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I, sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti memberikan terlebih dahulu bahan ajar/modul. Peneliti juga menginformasikan kepada siswa jika kegiatan pembelajaran akan 206

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

berkelompok melalui google meet. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa belajar secara berkelompok dimana masing-masing kelompok diberikan lembar kerja siswa (LKPD) untuk didiskusikan langsung bersama kelompok. Peneliti membagi siswa menjadi 6 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa yang sifatnya heterogen. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan tahaptahap berikut : 1) Pra pembelajaran, 2) Pendahuluan, 3) Kegiatan Inti, 4) Penutup.

Berbeda dengan siklus I, pada siklus II ini siswa sudah mempelajari terlebih dahulu modul sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, siswa juga sudah berani mengutarakan materi yang belum dipahami sehingga guru dapat mengetahui bagian materi yang masih belum dipahami siswa dan memfasilitasi / menjelaskan kembali. Hasil Tindakan Siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 5.

HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS II No. Nama Siswa Nilai 1 AHMAD BAIHAQI 80 2 AHMAD DZAKI RAMADANI 90 3 AHMAD RIZKI 80 4 ALIF RAHMAD GUNAWAN 70 5 AMELIA 80 6 ANA MULIYANA SALSABILA 90 7 ANDY EDWARD SANDICK 90 8 DEDENY PERDANA PUTRA 75 9 EDGARD PUTRA ATLANTIC 80 10 FATIMATUZZAHRA 80 11 FITRIYA RAHMADHANI 75 12 HELSA NAZWA PAULINA 70 13 IRFAN NOOR AZMI 80 14 JURIAN SAPUTRA 70 15 M MUHTADI RAMADHAN 90 16 MELDA ROSIANA 70 17 MELINDA AJIZAH 70 18 MEYDIMAS TRI ATMOKO 75 19 MUHAMMAD DZAKIY 70 20 MUHAMMAD HABIB NURDIN 80 21 MUHAMMAD IRFAN SETIAWAN 70 22 MUHAMMAD RENDY IRWANTO 75 23 MUHAMMAD ROBI 80 24 MUHAMMAD YAHYA 80 25 NAILA HAFIDHAH 100 26 NIA NAVIA 90 27 NOOR HIDAYAH 80

207

Ket T T T BT T T T T T T T BT T BT T BT BT T BT T BT T T T T T T

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

No. 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Nama Siswa NORIFA NURIAN NAZAH SAFITRI SALBIAH SALSHA BELLA SEPTIYANI SITTI PATIMAH SRI HARTATI SYAHRIL WAHYU HIDAYAT

Nilai 100 70 90 90 80 75 80 70 75

Ket T BT T T T T T BT T

Di bawah ini merupakan hasil belajar si swa pada siklus II disajikan dalam bentuk grafik.

14 12

12 10

9

8

7

6

6 4

2

2 0 SKOR 70

Gambar 2

SKOR 75

SKOR 80

SKOR 90

SKOR 100

DISTRIBUSI SKOR HASIL BELAJAR SIKLUS II BERDASARKAN JUMLAH SISWA

Analisis data hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa jumlah skor seluruh siswa sebesar 2870. Ketuntasan klasikal sebesar 75 % dengan rata-rata hasil belajar sebesar 79,7, dimana siswa yang dikatakan tuntas berada pada kualifikasi sangat baik, baik dan cukup, sedangkan siswa yang dinyatakan tidak tuntas berada pada kualifikasi kurang.

Jumlah siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 27 orang karena memperoleh skor sama dengan atau lebih dari KKM yaitu 75. Berdasarkan analisis data yang dilakukan ketuntasan klasikal dikatakan berhasil sebab sudah meningkat menjadi 75 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan sebesar 16,7 % dari hasil belajar yang dilaksanakan pada siklus I. Berikut hasil belajar siswa siklus II pada tabel berikut.

208

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 5.

No.

2

KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS 2 Nilai Kualifikasi Kognitif Ket Jumlah Prosentase Nilai ≥ 91 Sangat 2 5,6 % Tuntas Baik 83 ≤ nilai 91 Baik 7 19,4 % Tuntas

3

75 ≤ nilai 83

Cukup

4

Nilai < 75

Kurang

1

5 6 7 8 9

Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa tidak tuntas Jumlah nilai siswa Rerata hasil belajar siswa Ketuntasan klasikal

18 9

50 %

Tuntas

25 %

Tidak Tuntas

27 9 2870 79,7 75 %

Berdasarkan perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus II, tampak adanya perubahan dan peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain : 1) berdasarkan pengamatan peniliti, siswa sudah mempelajari terlebih dahulu materi yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. 2) memaksimalkan kegiatan pembelajaran mengingat waktu pembelajaran yang terbatas. 3) memaksimalkan kegiatan kelompok dengan memfasilitasi pertanyaan siswa dan siswa sudah mulai berani untuk bertanya terkait materi yang kurangdipahami. Pada indikator keberhasilan disebutkan bahwa Penerapan Mnemonik Moeller Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 5 Banjarmasin dinyatakan berhasil apabila nilai hasil belajar siswa minimal 75 dengan ketuntasan belajar klasikal siswa minimal 75%. Dan dikarenakan pada siklus II ketuntasan klasikal sudah mencapai 75 % maka siklus III tidak dilaksanakan.

III. PENUTUP Dari pembahasan penerapan Mnemonik Moeller untuk materi kimia konfigurasi elektron dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan Mnemonik Moeller dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa 2. Penerapan Mnemonik Moeller dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Penerapan Mnemonik Moeller membuat pembelajaran menjadi berpusat pada siswa, dan guru hanya sebagai fasilitator Dari pembahasan sebelumya penulis menyarankan sebagai berikut 1. Penerapan mnemonik moeller dapat diterapkan juga oleh kawan sejawat ketika menyampaikan materi Konfigurasi Elektron 2. Sebelum menerapkan agar setiap siswa membawa atau menyiapkan pengaris dan kertas kosong.

209

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suhardjono dan Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aqib, Zainal, dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung: Yrama Widya.

Mulyatiningsih, Endang. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Padmono, Y. (2010). Kekurangan dan kelebihan, Manfaat Penerapan PTK. Online:edukasi.kompasiana.com.

S. Nasution, (2006). Asas-Asas Kurikulum. Bandung : Jemmars Sardiman, (2001). Interakasi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo ………….. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014, tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah. ………….. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru ………….. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi

210

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI KEGIATAN IN HOUSE TRAINING Noor Baytie ( Kepala SMA Negeri 13 Banjarmasin) ABSTRAK Penelitian ini untuk menjawab permasalahan, pertama bagaimana kegiatan In House Training (IHT) dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perangkat pembelajaran atau (RPP). Kedua, apakah kegiatan IHT yang digelar dapat meningkatkan kemampuan guru untuk membuat perangkat pembelajaran di SMA Negeri 13 Banjarmasin.

Bimbingan teknis IHT ini dilaksanakan dengan menggunakan prinsipprinsip seperti berjenjang, berkelanjutan, komprehensif, implementatif, dan koordinatif. Bimbingan tekhnis dilakukan secara sistemik, terus-menerus dan terencana. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatannya dapat meningkat kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu. Bimbingan tekhnis dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dari semua komponen. Dalam pelaksanaannya tidak hanya satu komponen tertentu tetapi meliputi semua komponen.

Sasaran dari pelatihan atau kegiatan bimbingan teknis berupa IHT adalah semua guru di SMAN 13 Banjarmasin, yang berjumlah 28 orang tahun pembelajaran 2020/2021. Tujuannya untuk membuat RPP yang layak dengan karakteristik peserta didik, sehingga dalam setiap pertemuan tatap muka dikelas selalu ditampilkan model yang berbeda pada setiap materi.

Hasil penelitian menunjukkan, Pada siklus I hasil RPP yang dibuat sudah ada peningkatan hasil dalam pembuatan RPP yaitu 15 orang mendapatkan hasil Sangat Baik, 20 orang mendapatkan hasil Baik, dan 3 orang yang masih mendapatkan hasil Cukup. Sementara pada Siklus II hasilnya adalah 24 guru mendapatkan hasil Sangat Baik, dan 14 orang dengan hasil Baik.

Kata Kunci : In House Training, Perangkat Pembelajaran IMPROVING TEACHERS' CAPABILITIES IN MAKING LESSON PLAN THROUGH IN HOUSE TRAINING Noor Baytie (Principal of SMA Negeri 13 Banjarmasin) ABSTRACT This research is to answer the problem, first how the In House Training (IHT) activities are carried out to improve the teacher's ability to make lesson plan (RPP). Second, whether the IHT activities held can improve the ability of teachers to make lesson plan at SMA Negeri 13 Banjarmasin.

IHT technical guidance is carried out using principles such as tiered, sustainable, comprehensive, implementative, and coordinative. Technical guidance is carried out in a systematic, continuous and planned manner. This is 211

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

done so that the implementation of its activities can improve the quality and quantity from time to time. Technical guidance is carried out comprehensively, integrated from all components. In its implementation, not only one particular component but includes all components.

The targets of the training or technical guidance activities in the form of IHT are all teachers at SMAN 13 Banjarmasin, totaling 28 people in the 2020/2021 learning year. The goal is to make a proper lesson plan with the characteristics of students, so that in every face-to-face meeting in class, a different model is always displayed for each material.

The results showed, in the first cycle of the results of the lesson plans that were made there was an increase in the results in making the lesson plans, namely 15 people getting very good results, 20 people getting good results, and 3 people still getting enough results. While in Cycle II the results were 24 teachers got very good results, and 14 people with good results.

Keywords: In House Training, Lesson Plan I. PENDAHULUAN Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapakannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Hal ini sesuai dengan amanat pasal 1 Undang-undang No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, yang menyebutkan bahwa “ guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” Kemudian pada pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian yang diperoleh melalui pendidikan profesi” Adapun 4 kompetensi tersebut adalah: 1. Kompetensi Pedagogik Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Profesional Adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

212

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

3. Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar 4. Kompetensi kepribadian Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Guru memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan di sekolah. Namun, masih banyak guru yang belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya, diantaranya merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian, hingga melakukan pengabdian masyarakat. Hal ini dikarenakan kurang nya guru mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan, sehingga pengetahuan tentang hal-hal baru dalam melaksanakan pembelajaran disekolah kurang berkembang kearah kemajuan. Padahal melalui bimbingan guru yang profesional,setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, kompetetif dan produktif sebagai asset nasional dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan di masa datang.

Kenyataan dimasa sekarang perlu terobosan baru guna memberikan bimbingan yang serius dan terus menerus kepada guru. Tempat yang mudah untuk dijadikan oleh para guru mendapatkan bimbingan tekhnis tersebut adalah diadakannya pelatihan terhadap guru berupa IHT dan workshop yang dijadwalkan secara rutin setiap 2 bulan sekali. Dengan diadakannya Diklat dan Workshop secara berkesinambungan maka dapat membuka wawasan guru dan kemampuan para guru dapat meningkat, yang tentunya berimbas kepada kemampuan untuk mencetak prestasi siswa-siswanya.

Bimbingan tekhnis berupa IHT atau workshop dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berjenjang, berkelanjutan, komprehensif, implementatif, dan koordinatif.

Bimbingan tekhnis dilakukan secara sistemik, terus-menerus dan terencana. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatannya dapat meningkat kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu. Bimbingan tekhnis dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dari semua komponen. Dalam pelaksanaannya tidak hanya satu komponen tertentu tetapi meliputi semua komponen.

Kepada guru diharapkan mampu untuk membuat perencanaan, melaksanakan pembelajaran, dan memberikan evaluasi atau penilaian pada proses belajar mengajar.

Guru adalah salah satu bentuk jasa profesional yang dibutuhkan dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, standar guru profesional merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang sudah tidak bisa ditawar lagi. Hal ini tercermin dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional yang terdiri atas 8 Standar Nasional Pendidikan, dan salah satu dari 213

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

standar tersebut mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan yang menjelaskan bahwa guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sebagai agen pembelajaran, serta sertifikasi sebagai pendidik yang profesional. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kemampuan guru antara lain:1) Kepribadian yang menyangkut tingkah laku, wibawa, karakter dan lain-lain yang akan berpengaruh terhadap proses interaksi.2) Penguasaan bahan pelajaran.3) Penguasaan kelas.4) Cara guru berbicara atau berkomunikasi dengan peserta didik.5) Cara menciptakan suasana kelas yang kondusif.6) Memperhatikan prinsip individualitas.7) Standar kelulusan.

Dengan adanya faktor yang mempengaruhi kemampuan guru diatas maka kesuksesan seorang guru atau tim pengajar di dalam menciptakan proses belajar mengajar akan terjamin dan berhasil. Kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran termasuk dalam kompetensi pedagogik, salah satunya dalam perencanaan pembelajaran adalah bagaimana tugas guru di dalam merumuskan indikator hasil belajar. Penyusunan indikator pada RPP itu harus dilakukan sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan mata pelajaran per unit yang akan ditetapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan RPP inilah seorang guru dapat tampil dengan baik dan menyenangkan di dalam kelas. RPP harus mempunyai daya terap (aplicable)yang tinggi. Pada sisi lain , melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. RPP merupakan perangkat pembelajaran yang harus dibuat oleh seorang guru ketika proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. RPP menjadi panduan bagi seorang guru dalam mengembangkan kompetensi dasar (KD) menjadi indikator, menentukan pengalaman belajar yang sesuai, materi pokok pembelajaran, menentukan bentuk, teknik dan instrument pembelajaran berdasarkan alokasi waktu dan sumber belajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.

Perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru sebelum mengajar tidak sebaliknya (mengajar dulu dibuat perencanaannya). Pada umumnya guru membuat perencanaan pembelajaran untuk satu kali pertemuan.

Sesungguhnya perencanaan pembelajaran untuk satu kali untuk beberapa pertemuan, misalnya untuk 4 atau 5 pertemuan sekaligus. Dengan cara tersebut, maka guru tidak direpotkan lagi membuat perencanaan untuk setiap kali mengajar. Salah satu bentuk perencanaan pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus. Jadi secara sederhana RPP merupakan penjabaran silabus dan dijadikan pedoman/ skenario pembelajaran.

214

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Hal hal yang berkaitan dengan perencanaan pembelajaran ini lah yang kelihatannya mudah tapi banyak guru yang kurang memahami secara mendalam bagaimana merencanakannya. Sehingga harus diperhatikan dan perlu pemahaman bagi guru secara mendalam untuk membuat perencanaan ini. Oleh karena itu apa yang akan dikerjakan pada saat proses belajar mengajar sudah tergambar dalam rencana. Dengan persiapan pada rencana pembelajaran ini seorang guru dapat tampil dengan mudah dan menyenangkan siswa di dalam kelas. Karena rencana pembelajaran yang dibuat bukan hanya sekedar sebuah RPP biasa dan layak di buat dengan copy paste, namun RPP yang dipersiapkan ini adalah sebuah RPP yang dibuat dengan memperhatikan materi dan karakteristik peserta didik, sehingga dalam setiap pertemuan tatap muka dikelas selalu ditampilkan model yang berbeda pada setiap materi.

II. METODOLOGI PENELITIAN Sasaran dari pelatihan atau kegiatan bimbingan teknis berupa IHT dan Workshop adalah adalah semua guru di SMAN 13 Banjarmasin, yang berjumlah 40 orang. Adapun Tabel kondisi guru di SMAN 13 Banjarmasin sesuai status kepegawaian tahun pembelajaran 2020/2021 bisa dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.

No

Status Kepegawaian

1 2

1 2 3

28 12 40

KONDISI GURU SESUAI TINGKAT PENDIDIKAN Tingkat Pendidikan

Jumlah

Strata 2 (S2) Strata 1 (S1) / D4 Jumlah

Tabel 3.

No

Jumlah

PNS Non PNS Jumlah

Tabel 2.

No 1 2

DISTRIBUSI GURU DI SMAN 12 BANJARMASIN

3 37 40

KONDISI GURU SESUAI TUGAS GURU SESUAI SK PENUGASAN GURU Guru Mata Pelajaran

Guru Pendidikan Agama Islam Guru PPKn Guru Bahasa Indonesia 215

Jumlah 3 2 2

Keterangan SK Gubernur 1, SK Kepala Dinas 1, SK Kepsek 1 SK Gubernur 1, SK Kepala Dinas 1 SK Gubernur 2

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

No

Guru Mata Pelajaran

Jumlah

Keterangan SK Gubernur 2 SK Gubernur 3, SK Kepala Dinas 2 SK Gubernur 2 SK Gubernur 3 SK Gubernur 3 SK Gubernur 2, SK Kepala Dinas 1 SK Gubernur 1, SK Kepala Dinas 1 SK Gubernur 2, SK Kepala Dinas 1, SK Kepsek 1 SK Gubernur 2, SK Kepsek 1 SK Gubernur 1, SK Kepala Dinas 1 SK Gubernur 1, SK Kepala Dinas 1 SK Gubernur 2

4 5 6 7 8 9 10

Guru Bahasa Inggris Guru Matematika Guru Fisika Guru Kimia Guru Biologi Guru Ekonomi Guru Sosiologi

2 5 2 3 3 3 2

11

Guru Sejarah

4

12 13 14 15

Guru Geografi Guru Penjaskes Guru Pendidikan Seni Guru BK Jumlah

3 2 2 2

40

A. Jenis Tindakan Tindakan yang dilaksanakan adalah pelatihan atau bimbingan tekhnis berupa IHT dan Workshop kepada guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan penelitian untuk membuat KTI (proposal penelitian, pelaksanaan penelitian, penyusunan laporan penelitian, seminar, hingga publikasi di jurnal ilmiah, karya tulis ilmiah untuk publikasi di koran (artikel ilmiah), makalah ilmiah.

Dan yang paling pokok dan sangat ditekankan dalam bimbingan tekhnis tersebut adalah berkaitan dengan persiapan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap memberikan penilaian atau evaluasi. Karena hal ini adalah merupakan tugas pokok yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya pada proses belajar mengajar di kelas.

B. Proses Pelaksanaan Kegiatan Seorang guru akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia memiliki kemampuan dasar atau kompetensi keguruan yang dimilikinya. Karena hal ini mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keberhasilan pengajarannya. Kemampuan guru dalam membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) terutama kemampuan guru didalam mengembangkan indikator termasuk dalam kompetensi pedagogik, yang merupakan kemampuan untuk merencanakan program belajar mengajar. Jadi perumusan indikator harus disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan agar program belajar mengajar lebih efektif .

216

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Untuk itu di uraikan beberapa kegiatan dalam kegiatan tulisan ini, yang diantaranya adalah : 1. Materi/bahan Materi/bahan yang digunakan dalam pelatihan atau bimbingan tekhnis ini terdiri dari materi tentang bagaimana membuat rancangan pembelajaran yang diberikan pada saat pelatihan dan materi lain yang di ambil dari berbagai sumber. Salah satu sumber yang paling banyak digunakan adalah dari situs dan blog online.

2. Metode Metode yang digunakan dalam bimbingan teknis atau pelatihan ini adalah metode ceramah, tanya jawab, dan metode penugasan (resitasi). Metode Ceramah yaitu cara penyampaian informasi secara lisan yang dilakukan oleh sumber belajar kepada warga belajar.

Metode ini merupakan yang paling banyak digunakan dalam kesempatan penyampaian informasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap orang untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain.

Metode Tanya Jawab yaitu cara penjelasan informasi yang pelaksanaannya saling bertanya dan menjawab antara sumber belajar dengan warga belajar.

Metode Penugasan (Resitasi) yaitu cara pemberian tugas yang dilakukan oleh sumber belajar kepada warga belajar yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, serta dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.

Sementara alat yang digunakan dalam kegiatan bimbingan teknis ini adalah laptop dari masing-masing peserta, LCD, dan modem (jaringan internet), printer, dan kertas.

3. Waktu dan Tempat Kegiatan bimbingan teknis dilaksanakan setiap awal bulan dengan diselingi 2 bulan sekali, sedangkan tempat kegiatan bimbingan teknis atau pelatihan ini diadakan diruang rapat SMAN 13 Banjarmasin.

Hasil dari kegiatan pelaksanaan bmbingan teknis berupa IHT dan Workshop ini adalah diselesaikannya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang bisa dimanfaatkan oleh semua guru mata pelajaran di SMAN 13 Banjarmasin sehingga dalam proses pembelajaran bisa terlaksana dengan mudah dan menyenangkan bagi siswa. Dan bagi guru mata pelajaran tersebut masing-masing mampu dan dapat mengetahui tentang tatacara membuat RPP yang sesuai dengan karakteristik peserta didik serta merupakan sebuah ilmu yang sangat bermanfaat. Dari kegiatan ini juga dihasilkan kelebihan yang dimiliki guru mata pelajaran sehingga bermanfaat pula untuk bisa mengikuti berbagai seleksi dan mendapatkan prestasi.

217

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

III. Hasil dan Pembahasan A. Pra IHT Sebelum pelaksanaan IHT dilihat dari instrumen supervisi administrasi RPP guru di SMAN 13 Banjarmasin dengan jumlah guru 40 Orang, dikurangi 2 orang guru BK yang langsung disupervisi oleh pengawas Pembina guru BK, sehingga jumlah guru yang di supervise oleh Kepala sekolah adalah sebanyak 38 orang. Dari jumlah 38 orang yang disupervisi dengan mengisi intrumen, maka 8 orang dengan nilai baik sekali, 24 orang dengan nilai baik, dan ada 6 orang yang masih mendapatkan nilai Cukup. Hal ini bisa dilihat pada grafik berikut : 80%

60%

40%

52,63% 39,47%

20% 7,89% 0% CUKUP

BAIK

BAIK SEKALI

JUMLAH GURU

Gambar 1. DISTRIBUSI HASIL SUPERVISI PRA IHT Dari tabel di atas bisa dilihat, 63,16% guru SMA Negeri 13 Banjarmasin mendapakatkan prediakt baik, dan 15,79% mendapatkan predikat baik sekali, sedangkan 21,05% mendapatkan predikat cukup.

Dengan kondisi ini sebenarnya presentasi yang membuat RPP disekolah sudah berada dinilai rata-rata baik namun masih diperlukan peningkatan agar semua guru bisa meningkatkan kemampuan untuk membuat RPP yang isinya sangat menarik sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran guru mempraktekkan dengan menyenangkan dan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran juga merasa tertarik dan senang.

B. Siklus I Berdasarkan hasil pra IHT, maka dalam rangka meningkatkan kemampuan guru membuat RPP maka dibuatlah beberapa kegiatan berupa IHT dan workshop yang diprogramkan di SMAN 13 Banjarmasin dengan tema pendalaman dalam membuat RPP yang menarik.

218

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

Gambar 2. SUASANA KEGIATAN IHT I Pada pelaksanaan IHT pertama masing-masing guru merancang sebuah RPP sesuai dengan materi yang disampaikan oleh narasumber, dan hasil RPP yang dibuat kemudian dinilai oleh naras umber, dan hasil pada IHT I menunjukkan adanya peningkatan hasil dalam pembuatan RPP yaitu 15 orang mendapatkan hasil Sangat Baik, 20 orang mendapatkan hasil Baik, dan 3 orang yang masih mendapatkan hasil Cukup. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat pada Gambar grafik berikut 63,16% 60% 40% 20%

21,05%

15,79%

0% CUKUP

BAIK

BAIK SEKALI

JUMLAH GURU

Gambar 3. DISTRIBUSI HASIL SUPERVISI PASCA IHT I Dari gambar tersebut bisa dilihat untuk hasil katagori baik sebanyak 63,16%. Untuk katagori baik sekali sebanyak 21,05% dan yang termasuk dalam katagori cukup sebanyak 15,79%.

219

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

C. Siklus II Kemudian pada kegiatan workshop selanjutnya diadakan kegiatan yang sama yaitu materi tentang membuat RPP yang menarik, dan kepada semua guru yang mengikuti kegiatan, seusai workshop diminta untuk membuat RPP dan setelah itu dijadwalkan pelaksanaan wawancara antara guru dengan Kepala Sekolah dalam kegiatan supervisi dengan instrument maka hasilnya adalah 24 guru mendapatkan hasil Sangat Baik, dan 14 orang dengan hasil Baik. Hal ini bisa lebih mudah bila dilihat pada gambar berikut ini.

63,16% 60% 36,84%

40% 20% 0%

0,00% CUKUP

BAIK

BAIK SEKALI

JUMLAH GURU

Gambar 4. DISTRIBUSI HASIL SUPERVISI PASCA IHT II Dari gambar di atas bisa dilihat untuk katagori cukup tidak ada guru atau 0%, sedangkan untuk katagori baik sebanyak 63,16% dan untuk katagori sangat baik sebanyak 36,84%.

D. Refleksi Program IHT dan workshop yang dilaksanakan di SMAN 13 Banjarmasin dapat membuat guru untuk memahami secara mendalam cara membuat RPP yang menarik tanpa merasa kesulitan, karena isi dari RPP yang menyenangkan diantaranya sebagian tentang metode, media, dan sumber belajar yang dipakai biasanya hanya disebutkan pada sebuah RPP namun belum dimplikasikan dalam satu kesatuan fokus pelaksanaan pembelajaran di kegiatan inti, dan dengan adannya IHT dan workshop dapat membantu guru memahami secara mendalam tentang pembuatan RPP. Masalah yang dihadapi selama kegiatan berlangsung adalah karena banyaknya jumlah guru mapel maka dalam setiap kegiatan tidak bisa hadir 100 persen dikarenakan terkendala ada yang sedang sakit dan keperluan mendesak sehingga memungkinkan pada saat kegiatan lanjutan dari bimbingan teknis menimbulkan sebagian materi tersebut 220

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

tertinggal. Hal ini mengakibatkan kurang lengkapnya hasil pekerjaan dan menjadi kendala dalam mengerjakan tugas tugas yang sudah direncanakan sebelumnya. Untuk itu solusi dari masalah ini adalah bahwa kepada guru yang berhalangan hadir agar tetap mencari informasi tentang materi atau tugas yang diberikan pada saat kegiatan bintek berupa IHT atau Workshop.

E. Perbandingan Pra IHT, Siklus I dan Siklus II Dari ketiga evaluasi terhadap RPP guru, yakni pra IHT, siklus I dan Siklus II, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4. PERBANDINGAN HASIL PRA IHT, SIKLUS I, DAN II No. Hasil Evaluasi RPP Kreteria Penilaian (Dalam Persen) C B BS 1.

Pra IHT 39,47 52,63 7,89 2.

Siklus I 15,79 63,16 21,05 3.

Siklus II 0 63,16 36,84 Dari ketiga evaluasi tersebut terlihat adanya penurunan pada katagori Cukup, dan terjadi peningkatan pada katagori Baik, dan Baik Sekali. Perbandingan ketiga penilaian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

80% 63% 60%

63%

53% 39%

37%

40% 21% 20%

16%

8%

0% 0% PRA IHT

SIKLUS I CUKUP

BAIK

SIKLUS II BAIK SEKALI

Gambar 5. KECENDRUNGAN HASIL PENILAIAN Dari gambar di atas bisa dilihat dengan cepat, untuk kretria yang cukup terjadi penurunan dari pra IHT ke Siklus I, dan menurun kembali pada di Seiklus II. Sementara itu, katagori baik terjadi peningkatan, 221

p ISSN 2807-5536 -------------------- Volume 1 Nomor 2 November 2021 -------------------------- e ISSN 2808-3687

begitu pula untuk katagori baik sekali juga terjadi peningkatan pada setiap siklusnya, terjadi peningkatan yang cukup berarti IV. KESIMPULAN Dari hasil penelitian atau tindakan tersbut bisa terlihat adanya peningkatan kualitas dalam pembuatan RPP di kalangan guru SMA Negeri 13 Banjarmasin, hal ini berdasarkan perbandingan penilaian kualitas RPP dari Pra IHT ke Siklus I, dan Siklus II terjadi peningkatan pada kreteria Baik terjadi peningkatan dari Pra IHT ke Siklus I dan ke Siklus II. Begitu juga, untuk katagori Cukup terjadi penurunan persentasi dari Pra IHT, ke Siklus I dan menjadi 0% di Siklus II. Dari hasil tindakan ini, disarankan untuk menggelar kegiatan IHT secara rutin dan berkesinambungan sehingga bisa meningkatkan kemampuan guru dalam pembuatan RPP, sekaligus meningkatkan kemampuan diri dalam pembelajaran.

222

p ISSN 2807 – 5536 ----------------------------

Volume ….. Nomor …. Bulan Tahun -------------------------- e ISSN 2808-3687

TEMPLATE JURNAL PEMBELAJARAN & PENDIDIK (JULAK) JUDUL ARTIKEL (BAHASA INDONESIA) 12pt Nama Lengkap Penulis1* , Nama Lengkap Penulis2 , Nama Lengkap Penulis3 12pt 1 Instansi penulis, 12pt ABSTRAK (bold, 12pt) Abstrak 150-200 kata, ditulis dengan font Times New Roman ukuran 12pt, spasi 1 (single). Abstrak dituliskan dalam format satu paragraf yang berisi 3 (tiga) hal utama yaitu tujuan penelitian, metode penelitian, dan hasil penelitian. Pada akhir abstrak dituliskan 3-5 kata kunci dengan huruf kecil, atau huruf kapital pada huruf pertama kata-kata tertentu.

Kata kunci: Generatif, Google meet, Hasil Belajar. 12pt TITLE OF THE ARTICLE (IN ENGLISH) 12PT ABSTRACT (bold, 12pt) Abstract should be written 150-200 words with Times New Roman font type, size 12pt, single spaced. Abstract should be written in one paragraph consisting 3 (three) points, which are research objectives, research method, and research result.

3-5 keywords must be written at the end of abstract, written in small letters but the first letter of proper noun could be written in capital letter.

Keywordss: Generative, Google meet, Learning outcomes.

I. PENDAHULUAN 12pt, bold Ini adalah template penulisan artikel dalam jurnal pembelajaran & pendidik (JULAK). Ukuran kertas yang digunakan adalah ukuran A4 dengan mirror margin 4 cm atas, 3cm bawah, dan 3,5 cm margin kanan dan kiri. Artikel dalam format 1 kolom. Tipe font yang digunakan adalah Times New Roman ukuran 12pt, dengan spasi antar baris 1 (single), dan baris pertama tiap paragraf menjorok 5-7 ketukan.

Artikel ditulis sebanyak 11-16 halaman, dengan total jumlah tabel/tidak lebih dari 12 buah. Tabel dan gambar akan diterbitkan dalam format berwarna.

Bagian pendahuluan berisi informasi latar belakang yang memberikan penjelasan terkait masalah, tujuan dan literatur yang digunakan. Untuk pengutipan literature dengan kaidah (nama penulis, tahun : halaman), pengutifan pendapat pakar, nama pakar (2016:96).

II. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian harus detil dan memungkinkan untuk dapat diulang orang lain. Prosedur harus menyebutkan sumber rujukan, jika modifikasi harus disebutkan secara singkat.

223

p ISSN 2807 – 5536 ----------------------------

Volume ….. Nomor …. Bulan Tahun -------------------------- e ISSN 2808-3687

Untuk artikel hasil Penelitian tindakan kelas (PTK), Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) harus menuliskan langkah-langkahnya. Sedangkan untuk artikel ulasan pendidikan, mencantumkan metode penulisannya.

Penomoran Penomoran hanya diberikan pada bagian yang memerlukan penomoran, A, B, C, D …. Untuk penomoran pertama 1, 2, 3, 4, …… untuk penomoran kedua a. b. c. Untuk penomoran ketiga 1), 2,) 3) Untuk penomoran keempat a), b), c) Untuk penomoran kelima i, ii, iii, iv, …. Untuk penomoran keenam Penomoran menjorok 0,25 cm untuk setiap tingkat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil disampaikan secara ilmiah yang jelas, dengan pembahasan dan analisis yang singkat, jelas, dan mudah dipahami oleh pembaca. Hasil dapat disajikan dalam bentuk tabel atau gambar namun harus dihindari pengulangan data. Hasil dapat dijelaskan tanpa pustaka. Pembahasan harus mempertimbangkan hasil kaitannya dengan hipotesis/tujuan.

Tabel dan Gambar Tabel dan gambar yang dicantumkan harus merupakan gambar atau tabel yang aktif sehingga dapat diedit kembali. Tabel digunakan untuk menjelaskan hasil atau analisis yang diperlukan. Gambar, grafik, foto, dan ilustrasi hendaknya jelas dan mudah dipahami.

Gambar 1. Judul gambar, ini adalah Persamaan Persamaan dituliskan menggunakan Microsoft Equation seperti berikut : 𝑎+𝑏 =𝑐 =𝑐

(1) (2)

IV. KESIMPULAN Kesimpulan mengklarifikasi hasil dari penelitian, serta menjawab tujuan penelitian. Kesimpulan Saran untuk penelitian ini atau pun saran untuk penelitian lebih lanjut juga dapat disampaikan.

224

p ISSN 2807 – 5536 ----------------------------

Volume ….. Nomor …. Bulan Tahun -------------------------- e ISSN 2808-3687

V. UCAPAN TERIMA KASIH (optional) Ucapan terima kasih dapat ditujukan pada pemberi dana atau seseorang yang berjasa dalam penelitian. (bila ada) DAFTAR PUSTAKA (12 pt, bold) Semua referensi yang digunakan dalam artikel ini harus dituliskan pada bagian Daftar Pustaka di akhir artikel. Penulisan referensi/acuan dan daftar pustaka mengikuti format Harvard Format APA Style. Penulisan dalam jenis font Times New Roman ukuran 12pt, spasi 1 (single). Baris kedua dan seterusnya dari satu pustaka dituliskan menjorok (hanging) 0,5 cm. Pustaka jurnal diharapkan minimal 2 buah dari total pustaka. Tata cara penulisan sbb.

Buku cetak: Penulis, A.A. (Tahun Publikasi). Judul buku. Kota Penerbit: Penerbit.

Buku online: Penulis1, A.A., Penulis, A.A., & Penulis, A.A. (Tahun Publikasi). Judul buku [Versi E-Reader]. Diperoleh dari http: // xxxx atau doi: xxxx Artikel jurnal yang dicetak: Penulis 1, A.A., & Penulis 2, A.A. (Tahun Terbit). Judul artikel. Nama jurnal, Volume (nomor): pp.-pp.

Artikel jurnal online: Penulis, A.A. (Tahun Terbit). Judul artikel. Nama Jurnal, Volume (Nomor): pp.pp. doi: xx.xxxx atau Diperoleh dari URL jurnal Skripsi: Penulis, A.A. (Tahun Publikasi). Judul skripsi. Skripsi. Jurusan. Fakultas. Kota Universitas: Universitas..

Artikel situs web: Penulis, A.A. (Tahun, Tanggal Publikasi). Judul artikel. Diperoleh dari URL. Diakses: Tahun, Tanggal Akses.

Surat kabar online: Penulis, A.A. (Tahun, Tanggal Publikasi). Judul artikel. Judul Surat Kabar, Diperoleh dari URL beranda surat kabar Ketentuan 1. Naskah yang ingin diterbitkan harap dikirim ke email jurnaljulak@gmail.com dengan tembusan pemberitahuan ke WA. 085248590569 2. Penerbitan artikel untuk kepentingan Penilaian Angka Kredit (PAK), dikenakan biaya administrasi.

3. Penerbitan artikel untuk kepentingan desiminasi pengetahuan tidak dikenakan biaya administrasi (free charge) 4. Penulis setuju artikelnya bisa diunduh, dan dimanfaatkan orang lain sepanjang mencantumkan nama penulis.

5. Segala sesuatu yang menyangkut dan berhubungan dengan ketentuan HAKI yang dikutif/digunakan dalam artikel, semuanya menjadi tanggung jawab penulis.

225