THIRD EDITION OF JULAK JOURNAL

ISSN 2807-5536 (p) ISSN 2808-3687 (e)

JUrnal pembeLAjaran & pendidiK VOLUME 1 NOMOR 3, FEBRUARI 2022

Pengembangan Trainer Smart Reflay Sebagai Media Pembelajaran Produktif Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK Negeri 3 Ambon (D.M. de Fretes) Penerapan Pendekatan Saintifik Dipadukan Dengan Model Discovery Learning Pada Pembelajaran Daring Dan Luring Untuk Meningkatkan Kognitif Dan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Panen Dan Pasca Panen Di Kelas XI ATP SMK Negeri 1 Marabahan Tahun Pelajaran 2021/2022.

(Julianor Fitriadi) Pemaknaan Ragam Hias Sarung Tenung Sutera Mandar dalam Pembinaan Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Kabupaten Polewali Mandar (Amri) Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Desain/Prototype dan Kemasan Produk Barang/Jasa Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Melalui Aplikasi Google Classroom Kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Negeri 1 Marabahan Tahun 2021 (Sofia Herlina) Pengembangan Media Pembelajaran Efek Fotolistrik (Solar Sel) (Eko Mulyadi) Hubungan Antara Sikap Terhadap Profesi, Komunikasi, dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Kerja Guru SMA Negeri Se-Kabupaten Tanah Bumbu (Jamalluddinnor) Pembelajaran Bahasa Inggris Secara Daring Melalui Youtube (Idah Rahayu) Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Online di Era Revolusi Industri 4.0 (Setyo Budi Pranoto) Meningkatkan Hasil Belajar PKn Tentang Simbol Pancasila Menggunakan Media Puzzle Melalui Kolaborasi Model Kooperatif Tipe Make a Match dan Picture and Picture pada Peserta Didik Kelas 1 SDN Karang Mekar 9 (Hj Masitah Djohansyah)

YAYASAN FARASEKA BERBAKTI

http://www.julak.online

1 – 16

17 – 35 36 – 49

50 – 66 67 – 77 78 – 94 95 – 101 101 –114 115 – 128

p ISSN 2807 – 5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808 - 3687

KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kami ucapkan, karena berkat Kudrat dan IradatNya jualah penerbitan JULAK, jurnal pembelajaran dan pendidik (JULAK) untuk volume 1 nomor 3 Februari 2022, dapat terealisasi sesuai waktu yang kami jadwalkan.

JULAK, volume 1 nomor 3 selain berisikan artikel jurnal dari guru-guru di Kalimantan Selatan, juga menampilkan beberapa penulis dari luar Kalimantan Selatan, seperti dari Ambon, Yogyakarta, dan Poliwale Sulawesi Barat.

Kehadiran tulisan tersebut tentunya dapat kita jadikan sebagai ajang diskusi dalam peningkatan proses belajar mengajar di kelas, juga bisa kita jadikan diskusi peningkatan tulisan artikel kita semua. Ke depannya kita Kembali mengharapkan kehadiran dari penulis luar daerah pada edisi-edisi selanjutnya, sehingga jurnal JULAK akan lebih semarak dari isi, maupun Teknik penulisannya.

Untuk itu tentunya kami berterima kasih kepada penyumbang artikel yang mengisi edisi ketiga ini , begitu pula kepada Pembina, pengarah, dan tim penyunting. Terutama lagi kepada mitra bestari dari beberapa perguruan tinggi yang telah memberikan dukungan terhadap jurnal JULAK ini, yakni kepada Bapak Syaiful Anuar dari STIEI Banjarmasin, Bapak Abidinsyah, dan H. Muhammad Royani dari STIKIP PGRI Banjarmasin, Ibu Noor Fajriah dari FKIP ULM Banjarmasin, Bapak Prilani dari IAIN Kediri dan tak lupa kepada Bapak Prof Muhammad Yahya, dari Universitas Negeri Makassar.

Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak, begitu pula pada edisi ini, sehingga masukan dan saran bagi kami amatlah berharga. Semoga JULAK ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Banjarmasin, Medio Februari 2022 Yayasan Faraseka Berbakti

Dra. Sulis, S.Pd, M.Pd

i

p ISSN 2807 – 5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3 Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808 - 3687

SUSUNAN REDAKSI PEMBINA Dr. H. Eddy Khairuddin, ME PENGARAH Dra. Hj. Rusnailah, M.Pd PENANGGUNG JAWAB Muhammad Qamaruzzaman, S.Pd, M.Si TIM PENYUNTING Muhammad Qamaruzzaman, S.Pd, M.Si Aminsyah, M.Pd H. Sugian Noor M.Pd Mokhamad Sukamto, S.Pd, M.Si PEER REVIEWER / MITRA BESTARI Prof. Dr. H. Muhammad Yahya, M.Kes. M.Eng. (Universitas Negeri Makassar) Dr. Saifhul Anuar Syahdan, S.E, M.Si Ak, CA (STIE Indonesia Banjarmasin) Dr. H. Muhammad Royani, M.Si (STIKIP PGRI Banjarmasin) Dr. H. Abidinsyah, M.Pd (STIKIP PGRI Banjarmasin) Dr. Hj. Noor Fajriah, M.Si (FKIP ULM Banjarmasin) Dr. Prilani, M.Si (IAIN Kediri ) PENERBIT YAYASAN FARASEKA BERBAKTI Sekretariat Jalan Sungai Andai Komplek PWI No. 62 Banjarmasin 70122 Situs: www.julak.online e-mail : jurnaljulak@gmail.com HP. 085248590569 JULAK Julak merupakan salah satu kosa kata dari bahasa Banjar, dan bila kita membuka kamus Bahasa Banjar Indonesia karangan Prof. Abdul Djebar Hapip pada halaman 70, kata julak berarti panggilan keakraban terhadap saudara ayah / ibu yang tertua. Jurnal ini mengambil kosa kata JULAK, karena kami ingin melestarikan kosa kata bahasa banjar di kancah ilmiah, dan memasyarakatkan nilai budaya lokal Banjar dalam jurnal. Diharapkan melalui JULAK seluruh insan pendidikan dapat bersilaturahmi melalui artikel mereka.

Disclaimer : Artikel yang diterbitkan sepenuhnya tangung jawab penulis CONTENT JULAK DISEBARLUASKAN DI BAWAH LISENSI CREATIVE COMMONS ATRIBUSI 4.0 INTERNASIONAL.

ii

p ISSN 2807 – 5536 ---------------------------- Volume 1 Nomor 3 Bulan Februari 2022 ----------------------- e ISSN 2808-3687

DAFTAR ISI Halaman i ii iii

KATA PENGANTAR SUSUNAN REDAKSI DAFTAR ISI Pengembangan Trainer Smart Reflay Sebagai Media Pembelajaran Produktif Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK Negeri 3 Ambon D.M. de Fretes Penerapan Pendekatan Saintifik Dipadukan Dengan Model Discovery Learning Pada Pembelajaran Daring Dan Luring Untuk Meningkatkan Kognitif Dan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Panen Dan Pasca Panen Di Kelas XI ATP SMK Negeri 1 Marabahan Tahun Pelajaran 2021/2022.

Julianor Fitriadi Pemaknaan Ragam Hias Sarung Tenung Sutera Mandar dalam Pembinaan Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Kabupaten Polewali Mandar Amri Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Desain/Prototype dan Kemasan Produk Barang/Jasa Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Melalui Aplikasi Google Classroom Kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Negeri 1 Marabahan Tahun 2021 Sofia Herlina Pengembangan Media Pembelajaran Efek Fotolistri (Solar Sel) Eko Mulyadi Hubungan Antara Sikap Terhadap Profesi, Komunikasi, dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Kerja Guru SMA Negeri Se-Kabupaten Tanah Bumbu Jamalluddinnor Pembelajaran Bahasa Inggris Secara Daring Melalui Youtube Idah Rahayu Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Online di Era Revolusi Industri 4.0 Setyo Budi Pranoto Meningkatkan Hasil Belajar PKn Tentang Simbol Pancasila Menggunakan Media Puzzle Melalui Kolaborasi Model Kooperatif Tipe Make a Match dan Picture and Picture pada Peserta Didik Kelas 1 SDN Karang Mekar 9 Hj Masitah Djohansyah Implementasi Bimbingan Kelompok Berbasis Multiple Intelegences dalam Upaya Siswa Mengidentifikasi Potensi pada Kelas X SMK Negeri 3 Banjarmasin Nurul Hasanah

iii

1 – 16

17 – 35

36 – 49

50 – 66 67 – 77

78 – 94 95 – 101 102 – 114

115 – 128

129 – 142

p ISSN 2807 – 5536 ---------------------------- Volume 1 Nomor 3 Bulan Februari 2022 ----------------------- e ISSN 2808-3687

Penerapan Model Pembelajaran Flipped Classroom untuk Meningkatkan Perhatian dan Hasil Belajar Siswa dengan Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan Kelas XII OTKP SMK Negeri 1 Marabahan Hamdanah Penerapan Strategi Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Komputer Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK Negeri 3 Banjarmasin Sri Martini Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Energi Alternatif Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division Siswa Kelas VI SDN Tamban Kecil Rogayah Penggunaan Bimbingan Berkelanjutan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Kuripan Rusdi Amali Pengaruh Supervisi Akademik Berkelanjutan Terhadap Kompetensi Guru SMKN 4 Banjarmasin dalam Menyusun Silabus dan RPP Syafruddin Noor1, Nuryati2 Penggunaan Supervisi Kolaboratif untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di SMA Negeri 7 Banjarmasin Arusliadi1 , Eddy Khairuddin2 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 5 Marabahan Materi Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Metode Cooprative Integrated reading and Composition.

Khairul Anwar Penerapan Group Investigation dan Penemuan Terbimbing Berbantukan Media Geogebra untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Persamaan dan Fungsi Kuadrat Siswa Kelas X-TSM SMK Negeri 5 Banjarmasin Muhammad Qamaruzzaman1, Noor Fajriah2 Penggunaan Cooperative Integrated Reading and Composition dalam Memahami Isi Bacaan Siswa kelas V SDN Sunggai Punggu Baru 2 Kecamatan Anjir Mura Rohani Parwati

iv

143 – 159

160 – 171 172 – 188

189 – 205 206 – 222 223 – 238

239 – 254

255 – 271

272 – 286

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENGEMBANGAN TRAINER SMART RELAY SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PRODUKTIF TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK DI SMK NEGERI 3 AMBON D.M. de Fretes ( Guru Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMKN 3 Ambon ) e-mail : dantes_40@yahoo.co.id DOI : https://osf.io/f4hz7 ABSTRAK Penelitian ini dimaksudkan untuk (1) mengembangkan tahapan pengembangan trainer smart relay, (2) kelayakan trainer smart relay sebagai media pembelajaran, (3) mengembangkan trainer smart relay sesuai kebutuhan kompetensi keahlian teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 3 Ambon.

Penelitian ini menggunakan motode penelitian dan pengembangan Research and Development (R&D) dengan model ADDIE: Analysis, Design, Development,Implementation, Evaluation. Produk yang dihasilkan berupa trainer smart relay.

Berdasarkan simpulan tentang tahapan pengembangan trainer smart relay (1) Guru hendaknya selalu mengembangkan diri untuk berinovasi dalam mengembangkan peralatan praktik yang ada sehingga dapat dipakai sebagai media pembelajaran di sekolah, (2) siswa didorong motivasinya untuk dapat memanfaatkan peralatan yang dikembangkan agar dapat memperoleh hasil praktik yang lebih baik, (3) harus ada perhatian serius dari pihak sekolah untuk melengkapi kebutuhan peralatan praktik.

Kata kunci: Pembuatan, Trainer Smart Relay, SMK Negeri 3 Ambon DEVELOPMENT OF SMART RELAY TRAINER AS A MEDIA FOR PRODUCTIVE LEARNING OF ELECTRICITY INSTALLATION ENGINEERING AT SMK NEGERI 3 AMBON ABSTRACT This study is intended to (1) develop the stages of developing a smart relay trainer, (2) check the feasibility of a smart relay trainer as a learning medium, (3) develop a smart relay trainer according to the competency requirements of electrical power installation engineering skills at SMK Negeri 3 Ambon.

This study uses the Research and Development (R&D) research and development method with the ADDIE model: Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation. The resulting product is a smart relay trainer.

Based on the conclusions about the stages of developing smart relay trainers (1) Teachers should always develop themselves to innovate in developing existing practical equipment so that they can be used as learning media in schools, (2) students are encouraged to be motivated to be able to utilize the developed equipment in order to obtain practical results. which is better, (3) there must be serious attention from the school to complete the need for practical equipment.

Keywords: Manufacture, Smart Relay Trainer, SMK Negeri 3 Ambon

1

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini adalah jaminan untuk memajukan mutu pendidikan di semua jenjang pendidikan dan salah satunya adalah peningkatan mutu pendidikan pada SMK yang lebih baik guna mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia seutuhnya atau secara keseluruhan, dalam arti usaha untuk mengembangkan potensi manusia yang berkualitas dan terampil, yang siap menghadapi berbagai tantangan masa depan.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan yang positip dalam dunia pendidikan. Tuntutan kebutuhan akan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan semakin tinggi, oleh sebab itu sumber daya manusia harus semakin ditingkatkan seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Usaha dalam meingkatkan kualitas pendidikan merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan membutuhkan suatu teknik penyampaian materi yang lebih baik dan optimal dengan penggunaan media sebagai usaha untuk mewujudkannya. Kondisi ini juga berlaku untuk SMK, dimana banyak materi dan kompetensi dasar yang memerlukan teknik penyampaian secara tepat. Secara khusus dalam pelajaran produktif sarana praktik sangat dibutuhkan dalam mendukung pembelajaran, agar peserta didik mengerti tentang materi pembelajaran yang diajarkan.

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Ambon adalah lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk menyiapkan tenaga kerja yang profesional yang mampu bersaing di dunia kerja dan industri saat ini. Secara khusus tujuan kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik adalah mempersiapkan peserta didik untuk memahami dan memiliki keahlian khusus dalam bidang teknik listrik. Karenanya peserta didik harus mengetahui hal prinsip dan memiliki kemampuan khusus yang berkaitan dengan pemasangan instalasi listrik dalam hal ini instalasi penerangan. Dan untuk meningkatkan hasil praktik yang lebih baik dan makasimal, maka peserta didik di perkenalkan dengan berbagai peralatan–peralatan praktik sesuai dengan perkembangan teknologi. Namun kenyataan yang ada pada program keahlian teknik instalasi tenaga listrik standar kompetensi pemasangan instalasi penerangan masih belum mencapai nilai yang optimal disebabkan karena kurangnya sarana praktik. Kenyataan yang ada pada standar kompetensi pemasangan instalasi penerangan listrik belum terlaksana secara baik.

Adapun Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tahapan pengembangan smart relay sebagai media pembelajaran produktif teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 3 Ambon.

2

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

2. Apakah pengembangan Smart Relay valid, praktis dan efektif sebagai media pembelajaran produktif teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 3 Ambon.

3. Seberapa besar tingkat keberhasilan pengembangan smart relay dalam peningkatan hasil belajar instalasi penerangan listrik di SMK Negeri 3 Ambon.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Dapat mengembangkan tahapan pembuatan smart relay sebagai media pembelajaran produktif teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 3 Ambon.

2. Dapat mengembangan smart relay secara valid, praktis dan efisien sebagai media pembelajaran di SMK Negeri 3 Ambon.

3. Dapat mengukur tingkat ketepatan pembuatan smart relay sebagai media dan keberhasilan dalam peningkatan hasil belajar teknik instalasi penerangana listrik di SMK Negeri 3 Ambon B. Kajian Teori Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk/pelatihan.

Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

Arif Sadiman (2009:7), menjelaskan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sedangkan menurut Miarso (dalam Susilana Rudi, 2008:6), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar.

Dalam proses belajar mengajar yang tradisional, penggunaan sumber pengajaran masih terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru ditambah sedikit dari buku. Sedangkan sumber belajar lain yang dapat merangsang minat belajar siswa kurang mendapat perhatian, padahal sumber belajar banyak terdapat dimana-mana baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal, selain memperhatikan isi materi yang diajarkan, sumber belajar dan media pengajaran atau media instruksional juga akan mewarnai hasil belajar. Media pengajaran adalah suatu yang berisi pesan atau tujuan pengajaran. Pesan pengajaran tersebut disampaikan kepada siswa dapat dalam bentuk gambar, film, poster, audio tape dan sebagainya.

3

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Menurut Arif Sadiman (2009:17), secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas.

2. Mengatasi keterbatasan ruang dan daya indra, misalnya objek yang terlalu besar, objek yang terlalu kecil, gerak yang selalu lambat atau cepat, kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lalu, objek yang terlalu komplkes, dan konsep yang terlalu luas, yang terlalu besar, bisa diganti dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model.

3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, serta memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Menurut Sadiman dalam Delila (2010:11) ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: 1. Ketersediaan sumber setempat 2. Ketersediaaan dana membeli atau memproduksi sendiri.

3. Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media tersebut untuk waktu yang lama.

Dari pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Menurut Sugyono (2013:1) pembelajaran produktif adalah pembelajaran praktik yang diberikan pada peserta didik agar mereka memiliki ketrampilan tertentusesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Sistem pembelajaran praktik dilaksanakan di bengkel terdiri atas job yang akan dikerjakan yang tersusun dalam job sheet, shop talk yang diberikan oleh guru praktik sebelum siswa melaksanakan praktik, bahan yang akan dikerjakan, mesin atau peralatan yang digunakan untuk mengerjakan, metode kerja dan sistem penilaian yang akan digunakan mengukur keberhasilan kerja.

C. Trainer Smart Relay Trainer merupakan suatu set peralatan di laboratorium yang digunakan sebagai sarana praktik, trainer ditujukan untuk menunjang pembelajaran peserta didik dalam menerapkan pengetahuan /konsep-konsep yang diperolehnya pada benda nyata, karena bisa dipakai latihan dalam memahami suatu pekerjaan Umi Rochayati dan Suprapto (2013:8).Penggunaan trainer sebagai media dapat membantu peserta didik dalam kegiatan praktik, selain meningkatkan daya pikir, motivasi serta perhatian juga dapat membantu mempermudah guru menginvertarisir bagian-bagian yang perlu dikomunikasikan dalam pembelajaran. Siswa secara mudah dapat mengenal, memahami dan menerapkan suatu konsep dengan adanya visiolisasi. Media trainer dapat diterapkan dalam berbagai bidang keahlian dan juga trainer smart relay pada program keahlian teknik listrik. Trainer smart relay merupakan media yang sangat bermanfaat

4

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

dalam memahami rangkain-rangkaian instalasi listrik baik rangkaian penerangan maupun rangkaian instalasi tenaga.

Mengabungkan beberapa komponen dalam satu wadah memudahkan siswa dalam mempelajarinya. Siswa juga dengan visiualisasi dapat mengamati serta menganalisis secara langsung komponen dan rangkaian pada media trainer.

Dengan penggunaan media trainer smart relay pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Gambar 1. DESAIN PAPAN Kompnen Smart Relay

D. Kerangka Pikir Kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut:

Data Awal (hasil Pembelajaran)

Pengumpulan Informasi

Pembuatan Trainer Smart Relay

Uji Coba Trainer Smart Relay

Produk Trainer Smart Relay

Gambar 2. BAGAN KERANGKA BERFIKIR

5

Gambar Desain

Revisi Gambar Trainer Smart Relay

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Kerangka berfikir merupakan rencana dan prosedur penelitian yang diuraikan secara jelas tentang penelitian yang akan dilakukan. Media pembelajaran direncanakan berdasarkan tujuan pembelajaran dan analisis kebutuhan peserta didik. Materi pemasangan instalasi penerangan listrik merupakan salah satu materi yang ada pada program keahlian teknik ketenagalistrikan yang diberikan pada kelas XI. Penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar pada aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik, dengan pembuatan trainer smart relay.

II. METODE PENELITIAN A. Metode dan langkah-langkah penelitian Metode penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development) adapun pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan smart relay sebagai media pembelajaran instalasi penerangan listrik satu fase, Mengoperasikan system penerangan listrik di SMK Negeri 3 Ambon.

Prosedur pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran instalasi penerangan listrik , mengadopsi langkah-langkah ADDIE yang dikemukakan oleh Munir dalam Yuni Afriyani Anisa (2012:25).

Penjabaran kegiatan penelitian pengembangan trainer smart relay sebagai berikut : 1. Analysis Secara umum mencakup analisis kebutuhan dan penggunaan serta daya dukung yang ada dan dilakukan melalui studi literature dan studi lapangan.

Dalam struktur kurikulum Teknik Instalasi Tenaga Listrik terdapat mata pelajaran Instalasi Penerangan Listrik pada kompetensi dasar mengoperasikan rangkaian instalasi peneranagan listrik satu fase. Dikaji dengan kondisi yang ada maka dengan menggunakan trainer smart relay diharapkan pembelajaran instalasi peneranagan listrik akan berjalan dengan baik.

2. Desain Desain trainer smart relay berbentuk koper persegi dengan rangka kotak dari alumunium dan komponen-komponen pengoperasian peneranaganr listrik dipasang pada plat akrelit serta pembuatan job sheet untuk membantu dan mengarahkan siswa berkomunikasi dengan trainer smart relay instalasi peneranagan listrik. Dalam job sheet terdapat teori singkat, langkah kerja dan gambar-gambar rangkaian peneranagan listrik.

3. Development Pengembangan trainer smart relay dilakukan sesuai dengan desain yang meliputi pengadaan koper trainer dan pemasangan komponen pada papan akrelit dengan tahapan pengembangan sebagai berikut : a). Pengadaasn Koper Pengadaan koper dilakukan dengan menggunakan koper alumunium bekas dan berbentuk kotak persegi untuk menahan atau menempatkan komponen-komponen instalasi penerangan listrik yang telah terpasang pada plat akrelit.

6

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

b). Pemasangan Komponen komponen-komponen pengoperasian peneranganr listrik dipasang pada plat akrelit dilengkapi dengan simbol gambar komponen terletak pada bagian depan kotak. c). Pembuatan Job Sheet Pembuatan job sheet terdiri dari rangkaian pengoperasian teknik penerangan listrik dan job sheet untuk pegangan instruktur atau guru di lengkapi dengan rangkaian-rangkaian penerangan 4. Implementasi Setelah trainer smart relay dibuat dan dinyatakan layak oleh ahli materi dan ahli media, maka dilakukan tahap penerapan dalam proses belajar mengajar. Tahap ini dilakukan pada siswa kelas XI teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 3 Ambon untuk mengetahui tingkat kelayakan trainer smart relay pada mata pelajaran instalasi penerangan listrik. Pada tahap ini siswa diberikan angket pengguna yang digunakan untuk mengukur kelayakan trainer smart relay.

5. Evaluation Untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan trainer maka dilakukan penilaian. Penilaian terdiri dari penilaian pengguna serta ahli/pakar untuk mengetahui kelayakan trainer yang dikembangkan. Tahap ini juga digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan trainer.

B. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pengembangan trainer smart relay sebagai media pembelajaran produktif teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 3 Ambon, mengunakan metode observasi dan kuesioner, observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk pembuatan trainer smart relay. Metode kuesioner dilakukan untuk mengumpulkan data kelayakan trainer sebagai media pembelajaran.

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik, lokasi penelitian adalah SMK Negeri 3 Ambon, Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, yang disesuaikan dengan kalender pendidikan yang berlaku, sedangkan obsever yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah teman sejawat yaitu tim pengajar praktik teknik ketenagalistrikan C. TeknikAnalisis Data 1. Analisa data dari tangapan siswa setelah menggunakan trainer smart relay Instrument penilaian tangapan siswa menggunakan skala likers. Masingmasing pilihan jawaban data kualitatif diubah terlebih dahulu menjadi kuantitatif untuk memudahkan perhitungan : SS = sangat setuju diberi skor 4 S = setuju diberi 3 TS = tidak setuju diberi skor 2 STS = sangat tidak setuju diberi nilai 1 Data yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan untuk setiap butir soal dengan rumus:

7

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Hasil perhitungan dari masing-masing jawaban diinterpretasikan dengan skala interprestasi.

Contoh skala interpretasi :

Gambar 3 . SKALA PENGUKURAN Sedangkan untuk katagori kelayakan, dapat dilihat pada Tabel beriut ini : Tabel 1. KATAGORI PRESENTASE KELAYAKAN Skor dalam persen No. Katogori Kelayakan (%) 1.

Sangat Tidak baik < 20 % 2.

21% - 40 % Kurang Baik 3.

41 % - 60 % Cukup Baik 4.

61 % - 80 % Baik 5.

81 % - 100 % Sangat Baik 2. Analisis data validasi pakar/ahli Instrument validasi pakar/ahli menggunakan rating scale dengan skor 1 sampai 4. Perolehan skor responden dijumlahkan keseluruhannya, maka jumlah skor yang diperoleh oleh semua responden dijumlahkan menjadi skor hasil pengumpulan data. Skor maksimal yaitu skor tertinggi dikalikan jumlah soal /pertanyaan. Perhitungan menggunakan rumus :

Hasil perhitungan dilakukan interprestasi menggunakan skala interpretasi dengan membagi lima skala maksimal.

Jika skala maksimal sangat baik berada 100% maka contoh skala interprertasi dapat dibagi sebagai berikut :

8

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Gambar 4. SKALA PENGUKURAN Sedangkan untuk persentase kelayakan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. KATAGORI PERSENTASE KELAYAKAN Skor dalam persen No. Katogori Kelayakan (%) 1.

Sangat Tidak Layak < 20 % 2.

21% - 40 % Kurang Layak 3.

41 % - 60 % Cukup Layak 4.

61 % - 80 % Layak 5.

81 % - 100 % Sangat Layak III. HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan tujuan dan penelitian ini yaitu dapat mengembangkan tahapantahapan pembuatan trainer, penggunaan trainer yang efektif, praktis dan kelayakan trainer sebagai media pembelajaran.

A. Rancangan Trainer Trainer smart relay dirancang dengan komponen-komponen instalasi listrik dan setiap terminal komponen dihubungkan ke banana plug/konektor untuk menghubungan komponen yang satu dengan yang lain sesuai dengan gambar kerja rangkaian pada job sheet. Trainer dilengkapi dengan job sheet pengoperasian instalasi penerangan listrik. Gambar berikut menunjukan revisi rancangan pembuatan trainer.

Gambar 5. REVISI PERENCANAAN TRAINER

9

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

B. Produk Trainer yang di hasilkan Produk Trainer yang dihasilkan berupa trainer smart relay yang berbentuk kotak persegi dengan berwarna abu-abu pada bagian koper atau kotak trainer dan semua komponen pengoperasian terpasang pada akrelit dilengkapi dengan gambar komponen serta semua terminal komponen di hubungkan dengan banana plug/ konektor yang disesuaikan dengan warnawarna pada PUIL 2011.

Gambar 6. TRAINER SMART RELAY C. Pengujian 1. Uji Kelayakan Trainer Uji kelayakan trainer dilakukan melalui uji validasi oleh ahli materi dan ahli media. Ahli media dan ahli materi diambil dari guru-guru senior teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 3 Ambon.

10

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Validasi oleh para ahli/pakar dilakukan setelah trainer smart relay di demonstrasikan. Saat didemonstrasikan terlebih dahulu ahli materi diberi silabus mata pelajaran instalasi penerangan listrik serta bahan ajar dan job sheet. a. Validasi ahli materi Validasi materi dilakukan oleh dua orang ahli materi yang berkompoten dalam bidang instalasi penerangan listrik. Ahli materi mendapatkan dua aspek yang diukur pada validasi yaitu kualitas materi dan kemanfaatan. Media trainer smart relay pada aspek kualitas materi mendapatkan persentase 86.2 % dan 95 % pada aspek kemanfaatan. Dari kedua aspek didapati prosentase total sebesar 90,62 % dengan demikianmedia trainer smart relay di nyatakan sangat layak digunakan pada mata pelajaran instalasi penerangan listrik di SMK Negeri 3 Ambon.

Tabel 3. JAWABAN VALIDASI MATERI No.

Aspek Penilaian

1

Kwalitas Materi

2

Kemanfaatan

No. Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Skor Max 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Skor Ahli 1 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4

Skor Ahli 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3

Sedangkan hasil uji validasi materi, dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

11

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 4. UJI VALIDASI MATERI No.

Aspek Penilaian

Ahli 1

Ahli 2

1 2

Kwalitas Materi Kemanfaatan Rerata

3.0 3,0 3.0

3.1 4,0 3.55

4,5

Rerata tiap Aspek 3.1 3,5 3.3

Presentase Tiap Aspek 86,2 % 95 % 90,62 %

Ahli Materi

4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Kwalitas Materi

Kemanfaatan Ahli 1

Rerata Ahli 2

Gambar 7. KELAYAKAN AHLI MATERI

Prosentase

105 100 95 90 85 80 75 Kwalitas Materi

Kemanfaatan Ahli 1

Rerata Ahli 2

Gambar 8. PROSENTASE KELAYAKAN AHLI MATERI

12

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

b. Validasi ahli media Validasi media dilakukan oleh guru yang berkompoten pada bidang media pembelajaran. Terdapat tiga aspek yang diukur pada validasi ini, yaitu desain trainer, pengoperasian trainer, dan kemanfaatan trainer. Media trainer smart relay pada aspek desain trainer mendapat persentase sebesar 89.28 %, pada aspek pengoperasian 93,75% dan pada aspek kemanfaatan trainer mendapat 96.87 %. dengan demikian media trainer smart relay sangat layak digunakan pada mata pelajaran instalasi penerangan listrik di SMK Negeri 3 Ambon. Presentase uji ahli media dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5.

No.

1

2

3

JAWABAN AHLI MEDIA Aspek No. Skor Skor Penilaian Butir Max Ahli 1 1 4 3 2 4 4 3 4 4 Desain 4 4 4 Trainer 5 4 3 6 4 4 7 4 3 8 4 3 9 4 3 Pengopera 10 4 4 sian 11 4 4 12 4 4 13 4 4 14 4 4 Kemanfaa tan 15 4 4 16 4 4

Skor Ahli 2 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4

Hasil yang di dapat dari para ahli media kemudian dihitung untuk mendapatkan tingkat kelayakan trainer pencari kesalahan instalasi motor listrik , seperti ditunjukan pada tabel 6 dan gambar 9 berikut ini Tabel 6.

No

Aspek Penilaian 1 2 3

Desain Trainer Pengoperasian Kemanfaatan Rerata

HASIL UJI VALIDASI Rerata tiap Ahli 1 Ahli 2 Aspek 3.57 3.57 3.57 3.5 4 3.75 4 3.75 3.75 3.69 3.71 3.69

13

Presentase Tiap Aspek 89.28 % 93,75 % 96,87 % 90 %

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Ahli Media 4,8 4 3,2 2,4 1,6 0,8 0 Desain Trainer

Pengoperasian Ahli 1

Kemanfaatan

rerata Aspek

Ahli 2

102 96 90 84 78

Ahli 1 Ahli 2 Pengoperasian

Desain Trainer

Gambar 9.

Column1 Kemanfaatan

rerata Prosentase

PROSENTASE KELAYAKAN AHLI MEDIA

2. Respon Pengguna Respon pengguna dilakukan dengan melakukan pembelajaran di laboratorium/bengkel dengan menggunakan trainer sebagai media pembelajaran. Diakhir pembelajaran siswa memberi respon atau tangapan dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan dan hasil respon siswa ditunjukan dalam tabel 7 .

Tabel 7.

No. 1.

2.

3.

4.

KELAYAKAN PENGGUNA Presentase Nama Siswa (%) A. DOROMU 85.42 ALDRIA ETMON LAYATA 79.17 ANDIKA PRAYUDI WALLY 91.67 ARNOLIS MUSKITTA 95.83 14

Krerteria Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No. 5.

6.

7.

8.

9.

10 11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25 26 27

Nama Siswa BRIYAN YACOB HULISELAN FREDY TOMASOA GLEN REMSY BAHY HENDRI GATOT JODI ISRAEL RENJAAN JOSEPH PAAYS LA ARMIN LA ODE RUPLI LAMBERT MANUPUTTY MANASYAH ABD RAHMAN MUH REZKY A. RISAHONDUA MUHAMMAD FAUZI TAN MULYONO SUMARJI OLIVER L. G. LOUHENAPESSY RAHMAT MUSTAFA RANGGA PAYAPO REZA D. A. SOPLESTUNY RIO MONATEN RIZKY ABDUL FHAT MAKATITA SEMUEL WOLONTERY TRISUL WAILUSSY WISNU DWIYANTO DANI IRAWAN KAREPESINA Rerata

Presentase (%) 89.58 89.58 91.67 79.17 93.75 87.5 89.58 91.67 93.75 91.67 91.67 87.5 79.17 89.58 91.67 79.17 91.67 89.58 91.67 83.33 85.42 91.67 89.58 88.58

Krerteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

D. Pembahasan Penelitian reseach and development dengan menggunakan model ADDIE untuk menghasilkan sebuah media pembelajaran dalam bentuk trainer smart relay. Proses pembuatan trainer dilakukan sesuai langkahlangkah dalan penelitian pengembangan.

Trainer smart relay dibuat untuk menunjang pembelajaran instalasi penerangan dan motor listrik pada kompetensi keahlian teknik instalasi tenaga listrik kelas XI di SMK Negeri 3 Ambon. Trainer ini terdiri dari satu unit yang dilengkapi dengan job sheet .

Setelah produk trainer dihasilkan maka dilakukan proses pengujian yang terdiri dari uji kelayakan materi diperoleh 86,2 % dan 95 % . uji kelayakan media diperoleh validator pertama 82.5 % dan validator kedua 95 %. respon siswa terhadap penggunaan trainer didapat 81.48 % siswa menangapi sangat baik, 18 % baik , 0 % kurang baik, 0 % cukup baik, 0 % kurang baik dan 0 % tidak baik dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa respon pengguna sebagian besar masuk dalam katagori sangat baik.

15

p ISSN 2807–5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berdasarkan hasil uji kelayakan maka trainer smart relay sangat layak digunakan pada mata pelajaran instalasi penerangan dan motor listrik kelas XII teknik instalasi tenaga listrik di SMK Negeri 3 Ambon.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : trainer smart relay sangat layak sebagai media pembelajaran produktif, hal ini dapat dilihat dari hasil validasi yang menunjukan : 1. Validasi Materi Trainer smart relay sangat layak (90,62 %) untuk digunakan dalam proses pembelajaran 2. Validasi Media Trainer smart relay sangat layak (90%) digunakan untuk praktik instalasi motor listrik 3. Respon pengguna saat uji coba pada trainer pencari kesalahan instalasi motor listrik sangat layak (88,580%) B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada guru praktik, kiranya trainer smart relay yang telah dibuat dijadikan sebagai media pembelajaran teknik instalasi tenaga listrik dalam melaksanakan proses belajar mengajar praktik untuk membantu siswa meningkatkan kreatiitas,keaktifan dan prestasi belajar siswa.

2. Diharapkan kepada siswa agar lebih serius dalam memanfaatkan trainer yang telah dibuat sehingga dapat meningkatkan kreaktifitas, keaktifan dan prestasi belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA Afandhi, (2017), PLC Dengan Menggunakan Smart Relay, SMK Negeri 2 Pandeglang Anisa, Yuni, Afriani, (2012), Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Berbasis Game untuk Mata Pelajaran TIK. Universitas Pendidikan Indonesia.(online)ttp://aresearch.upi.edu/operator/upload/s_kom_0808539_c hapter3.pdf (akses 5 Maret 2016) Arsyad, Azhar. (2011) , Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Rochayati Umi dan Suprapto. (2013). Inovasi Trainer Digital Berbasis Mikrokontroler dengan model Brief Case Terpadu. Universitas Negeri Yogjakarta.(online)http://eprints.uny.ac.id/22716/lsi%20laporan_revis i%20-203.pdf (diakses 4 Agustus 2019) Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta Sumarsono, (2011). Sistem Kelistrikan Engine (Engine Elektrical System).

Bandung: CV Yrama Widya.

Syaiful Bahri Djamardi,2008, Psikologi Belajar Jakarta Pineke Cipta.

16

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DIPADUKAN DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA PEMBELAJARAN DARING DAN LURING UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PANEN DAN PASCA PANEN DI KELAS XI ATP SMK NEGERI 1 MARABAHAN TAHUN PELAJARAN 2021/2022.

Julianor Fitriadi ( Guru Produktif ATP SMK Negeri 1 Marabahan ) e-mail : julianorbatola@gmail.com DOI : https://doi.org/10.31219/osf.io/qywfv ABSTRAK Penelitian ini di latar belakangi kurangnya kemampuan siswa dalam menguasai konsep pada mata pelajaran Panen dan Pasca Panen ( Produktif) . Hal ini ditandai dengan banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yang telah di tentukan yaitu 75. Rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai konsep dikarenakan proses pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru di mana pembelajaran hanya menekankan siswa untuk menghafal materi semata sehingga tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman belajarnya. Penelitian ini mencoba menerapkan metode discovery learning pada materi Panen dan Pasca Panen.

Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kompetensi kognitif dan hasil belajar siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan sehingga meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan konsep. Hal ini di tandai meningkatnya hasil belajar pada siklus I sebesar 64,28 % , dan pada siklus II sebesar 78,57 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode discovery learning dapat meningkatkan kompetensi kognitif dan hasil belajar siswa pada materi Panen dan Pasca Panen.

Kata kunci : Saintifik, Discovery Learning, Kognitif, Aktivasi APPLICATION OF SCIENTIFIC APPROACH COMBINED WITH DISCOVERY LEARNING MODEL IN ONLINE AND OFFLINE LEARNING TO IMPROVE COGNITIVE AND STUDENT LEARNING OUTCOMES ON HARVEST AND POST HARVEST COMPETENCIES IN CLASS XI ATP AT SMK NEGERI 1 MARABAHAN ABSTRACT This research is motivated by the lack of students' ability to master concepts in Harvest and Post Harvest ( Productive) subjects. This is indicated by the number of students who score below the predetermined KKM, which is 75. The low ability of students to master concepts is due to the fact that the ongoing learning process is still teacher-centred where learning only emphasizes students to memorize the material so 17

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

that it does not provide opportunities for students to learn. construct their own knowledge through their learning experiences. This study tries to apply the discovery learning method to Harvest and Post-Harvest materials. The purpose of this study was to determine how the implementation and improvement of cognitive competence and student learning outcomes by applying the discovery learning model.

The results of research using discovery learning methods in productive learning can improve cognitive competence and student learning outcomes in constructing knowledge so as to increase their ability to master concepts. This is one of the signs marked by the increase in learning outcomes obtained by students in the first cycle of 64.28 %, and in the second cycle of 78.57%, the score is above the KKM. Based on the results of these studies, it can be concluded that the application of the discovery learning method can improve cognitive competence and student learning outcomes in Harvest and Post Harvest materials.

Keywords: Scientific, Discovery Learning, Cognitive, Activation I. PENDAHULUAN Kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah di tengah mewabahnya corona virus desease 19 yang mengharuskan warganya untuk tetap stay at home, bekerja, beribadah dan belajar di rumah (Ratu et al., 2020). Kondisi tersebut sangat menyita perhatian dan menimbulkan kebingungan terutamadalam pembelajaran secara online yang benarbenar minim fasilitas, kemampuan guru dalam penggunaan berbagai platform aplikasi pembelajaran online terbantahkan dengan adanya keterbatasan fasilitas dan kemampuan siswa dalam pembelajaran online, keadaan tersebut hampir dapat mematikan interaksi antara pengajar dengan pelajar dan memutuskan kegiatan pembelajaran yang bisa dilaksanakan, berdasarkan haltersebut dibutuhkan need analysis terhadap keadaan yang sedang berlangsung dimana guru harus bisa memberikan pembelajaran dengan benar dan siswa tidak terlalu kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran. Solusi tersebut menjadi bahan kajian yang sangat diperlukan untuk menjembatanikeberlangsungan pembelajaran yang bisa diakses oleh semua dengan segalaketerbatasan namun bisa berlangsung dengan efektif.

Dunia pendidikan memiliki taruhan jangka panjang, yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan sumberdaya manusia dan masa depan Indonesia sendiri. Jika tanpa pencermatan dan kesungguhan rencana yang tepat atas dampak covid-19, maka berkemungkinan besar generasi terdidik bangsa ini menjadi korban dan klaster penularan covid-19 yang sangat masif. Tidak adanya kepastian di saat pandemi covid-19 melanda Indonesia, membuat dunia pendidikan khususnya sekolah juga harus melakukan reorientasi dalam banyak hal, khususnya penyelenggaraan kurikulum di satuan pendidikan. Meskipun dibuat skema protokoler agar bidang pendidikan tetap berlangsung nanti di masa new normal, namun rencana

18

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

penyelenggaraan proses pembelajaran secara langsung berbasis Luring menuai banyak kritikan dan juga penuh kekhawatiran.

Pembelajaran Jarak Jauh secara Online dengan menggunakan berbagai platform aplikasi (Darmawan, 2012) dipandang tepat dalam situasi tersebut, walaupun dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari berbagai kendala teknis yang terjadi, terbatasnya akses internet di seluruh negeri, terbatasnya perangkat yang memadai pada seluruh siswa, kost quota yang sangat mahal dan berbagai permasalahan lainya mewarnai keaadaan pembelajaran ditengah pandemi ini di SMK Negeri 1 Marabahan. Sebagian besar proses belajar mengajarsaat ini masih memanfaatkan fasilitas grup Whatsapp dalam perangkat Smartphone. Guru memberikan tugas kepada para peserta didik melalui grup Whatsapp, baik melalui grup orang tua siswa maupun grup kelas masing-masing. Waktu belajar sesuai dengan jadwal mata pelajaran harian. Materi belajar dipelajari secaramandiri kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan tugas harian.

Bertumpuknya tugas yang diberikan guru menimbulkan masalah baru bagi orang tua siswa yang harus melihat keluh kesah anaknya dengan pembelajaran. Di masa New Normal ini, kita masih tetap di anjurkan untuk selalu menerapkan Social Distancing, Physical Distancing (NurCita & Susantiningsih, 2020), dan mentaati protokol kesehatan. Zoom Meeting hadir menjawab semua permasalahan ini.

Pendidik (guru) tetap bisa melaksanakan pembelajaran dengan nyaman dan menyenangkan secara live bersama dengan peserta didiknya. Pembelajaran yang dilakukan siswa tidak membosankan karena guru bisa memberikan pembelajaran dan siswa bisa berkomunikasi langsung untuk menanyakan berbagaipermasalahan dalam materi pembelajaran secara interaktif dengan guru. Hadirnya kebijakan pemerintah mengenai bantuan kuota menjadi faktor pendukung keterbatasan kost pemakaian kuota yang bisa digunakan untuk berbagai aplikasi edukasi. Oleh karena itu pemanfaatan Aplikasi Zoom Meeting sebagai aplikasi media pembelajaran menjadi salah satu alternative dalam pembelajaran pada XI ATP SMK Negeri 1 Marabahan.

Kurikulum 2013 (K13) adalah kurikulum yang menjadi pilihan untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendikbud Nomor 70 Tahun 2013:7). Pada pelaksanaan kurikulum 2013 masih mengalami berbagai revisi agar sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pembelajaran di sekolah dan sesuai dengan fungsi sistem pendidikan. Sistem pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dimaksud dengan Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

19

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Pada pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengahkejuruan.Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006:19).

SMK Negeri 1 Marabahan merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang mempersiapkan peserta didik untuk siap bekerja sesuai dengan bidangnya, yang mempunyai keterampilan dan kompetensi yang sesuai dengan yang disyaratkan.SMK Negeri 1 Marabahan mengimplementasikan kurikulum 2013.

Dan berdasarkan hasil ulangan tengah semester (UTS) kelas XI ATP program keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan pada mata pelajaran Panen dan Pasca Panen persentase kelulusannya hanya 45.16% dengan rata-rata nilai 73.68. Ini berarti lebih dari setengah nilainya masih dibawah KKM, sedangkan nilai KKM di SMK Negeri 1 Marabahan yaitu 75. Padahal pembelajaran dinyatakan berhasil jika kelulusan minimum 70% siswa diatas KKM. Lebih lanjut, berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran masih bersifat konvensional dengan menggunakan Model ceramah. Media pembelajaran yang ditemui di sekolah berupa papan tulis, spidol, laptop dan LCD, akan tetapi penggunaannya kurang maksimal dan pembelajaran hanya terfokus satu kearah pada pendidik.

Kurang sesuainya Model pembelajaran yang digunakan dengan kompetensi yang dipelajari siswa. Model pembelajaran yang digunakan membuat siswa sulit memahami materi dan siswa hanya pasif dalam pembelajaran. Kurang sesuainya ini menyebabkan pembelajaran kurang maksimal dan hasil dicapai kurang. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran Panen dan Pasca Panen. Hal ini dapat menyebabkan materi yang diterima siswa kurang atau tidak dapat diserap banyak, karena siswa hanya mendapatkan materi dari guru. Jika siswa lebih aktif dalam pembelajaran maka akan meningkatkan aktivitas belajar mengajar sehingga ilmu yang diperoleh lebih banyak.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui : 1. Peningkatan kompetensi kognitif siswa pada pembelajaran daring dan luring mata pelajaran Panen dan Pasca Panen dengan menggunakan Model discovery learning pada kelas XI ATP di SMK Negeri 1 Marabahan.

2. Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran daring dan luring mata pelajaran Panen dan Pasca Panen dengan menggunakan model discovery learning pada kelas XI ATP di SMK Negeri 1 Marabahan.

20

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

II. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode Saintifik dan Model Discovery Learning. PTK adalah “suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama” (Arikunto, 2012: 1). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) (Iskandar, 2012: 48). Sedangkan penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Marabahan, Jl. Jendral Sudirman No. 87 Marabahan, Kabupaten Barito Kuala, dengan subyek adalah siswa/i kelas XI ATP SMK Negeri 1 Marabahan. Tahun Ajaran 2020/2021.

Variabel dalam penelitian ini meliputi: 1. Keaktifan Siswa Keaktifan dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktifitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar yang aktif.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Keaktifan siswa dalam belajar komputer tampak dalam kegiatan : memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities), mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik menggunakan internet (motor activities), menanggapi masalah masalah (mental activities), sikap selama pelajaran (mental activities), dan juga emosi selama pelajaran berlangsung (emosional activities).

2. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian ini meliputi Ranah kognitif yang diukur melalui pemberian soal tes.

3. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan siswa yang mencakup tiga aspek, yaitu: pengetahuan, sikap dan keterampilan” (Yamin, 2007: 1). Definisi tersebut didukung oleh McAshan dalam Mulyasa (2006: 76) competencies is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfacorily perform particular, cognitive, affective, and psychomotor behaviors.

Kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dicapai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga dengan sebaik mungkin ia dapat menunjukkan perilaku- perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.

21

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

B. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data diperoleh dari siswa X APAT SMK Negeri 1 Marabahan dan data yang diperoleh adalah situasi dan suasana kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Untuk mendapatkan data yang objektif perlu memiliki teknil pengumpulan data yang tepat. Adapun eknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1. Observasi Observasi atau pengamatan berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa yang telah dipersiapkan. Observasi keaktifan siswa meliputi: memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities), mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik menggunakan aplikasi corel draw X3 dan internet (motor activities), menanggapi masalah masalah dalam pelajaran maupun presentasi (mental activities), sikap selama pelajaran (emotional activities).

2. Tes Soal tes yang telah dibuat diberikan kepada siswa kemudian diselesaikan secara individu. Tes dilaksanakan pada setiap awal siklus (pre test) dan akhir siklus (post test).

3. Dokumentasi Dokumentasi adalah kegiatan siswa-siswa yang diambil berupa foto saat proses pembelajaran. Foto-foto ini digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan apa yang terjadi di kelas pada proses pembelajaran.

Sedangkan untuk teknik validitas data atau keabsahan data merupakan kebenaran dari proses peneliti. Validitas data dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan.Untuk meningkatkan validitas peneliti tindakan kelas dengan meminimalkan subjektivitas melalui triangulasi. Triangulasi merupakan Teknik pemeriksa keabsahan data untuk memanfaatkan sesuatu yang di luar data yang diperlukan pengecekkan atau sebagai perbandingan. Triangulasi adalah usaha untuk mengumpulkan berbagai sumber yang dijadikan sarana pendukung penelitian. Sumber yang dibutuhkan yaitu guru mata pelajaran. Triangulasi metode yang digunakan observasi, test dan dokumentasi yang diperoleh siswa dan pengalaman guru.

Untuk indikator kerja, digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan atau memperbaiki proses belajar mengajar di kelas, indicator kinerja ini dapat dilihat dari meningkatkan proses belajar murid dengan menggunakan model pembelajaran Discovery.

Discovery suatu modelpembelajaran yang dirancang sedemikian sehingga dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mental sendirinya.

22

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

C. Prosedur Tindakan Penelitian Prosedur dalam Penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isirancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

Tahap 3 : Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamatan.

Tahap 4 : Refleksi atau Pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.

23

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

D. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data hasil penelitian digunakan teknik analisis data berikut ini: 1. Data observasi Data observasi yang diperoleh untuk merefleksi siklus yang telah dilakukan dan diolah secara deskriptif. Analisis data data observasi yang menggunakan skala penilaian.

Sedangkan untuk katagori penilaian observasi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini Tabel 1.

KATAGORI PENILIAN HASIL OBSERVASI

2. Data tes Data tes dianalis dengan menggunakan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar berdasarkan penilaian. Dikatakan berhasil atau tuntas apabila di kelas memperoleh nilai 75 nilai KKM mata pelajaran Panen dan Pasca Panen untuk melihat peningkatan prestasi tersebut dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Mx : Mean yang dicari ∑N : Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa N : Jumlah siswa dikelas Presentase ketuntasan siswa belajar secara klasikal:

24

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Keterangan: P : Angka Persentase F : Frekuensi yang sedang dicari persentase N : Jumlah frekuensi banyak individu Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila telah terdapat 80% siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran (Asep dkk, 2012: 138).

Keberhasilan atau ketuntasan belajar dilihat berdasarkan hasil test berpikir kritis yang diperoleh oleh siswa. Kriteria ketuntasan batas minimal (KBM) yang digunakan SMK Negeri 1 Marabahan apabila mencapai 75.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan sebelum dilakukan tindakan, siswa terlihat kurang antusias dan tidak memperhatikan dalam pembelajaran materi Panen dan Pasca Panen tersebut. Dikarenakan siswa masih beradaptasi dengan keadaan pembelajaran sekarang ini, karena pembelajaran dilakukan secara daring dan luring. Hasil pengamatan menunjukkan data hasil belajar siswa ranah kognitif pembelajaran materi Panen dan Pasca Panen XI ATP di SMK Negeri 1 Marabahan masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian siswa. Penelitian dilaksanakan sejumlah 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap minggunya masing-masing kelas mendapatkan 2 jam pelajaraan. Penelitian ini menggunakan waktu dua jam pelajaran yaitu dengan alokasi waktu 2X45 menit karena dengan waktu tersebut lebih cukup untuk melakukan penelitian yang dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Dalam penelitian ini setiap pembelajaran menggunakan lembar test.

Untuk mengukur hasil pembelajaran siswa dalam pelajaran Panen dan Pasca Panen denganmenggunakan metode Discovery. Penilaian dalam penelitian ini meliputi penilaian dari observasi terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran dan wawancara terhadap guru tentang materi Panen dan Pasca Panen menggunakan Discovery.

1. Pra Siklus Pada tahap pra siklus ini meliputi, Perencanaaa Tindakan, pelaksanaan Tindakan, dan pengamatan Tindakan. Pada pra siklus materi yang disampaikan adalah mengenai Panen dan Pasca Panen. Sebelum menggunakan metode Discovery, gurumenyampaikan materi menggunakan metode ceramah.

Denganmenggunakan metode ceramah siswa diharapkan mendapatkan nilai memenuhi KKM. a. Pelaksanaan tindakan Kegiatan awal dimulai dengan guru mengucapkan salam pembuka,berdoa, memberikan motivasi, dan dilajutkan dengan proses pembelajaran menggunakan metode discovery learning dengan aplikasi zoom

25

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

meeting. Dari setiap pertemuan mengakhiri dengan mengucapkan Alhamdulilah. b. Mengamati tindakan Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam mengikuti proses kegitan belajar dengan menggunakan metode discovery learning. Sehingga dalam hal ini dapat mengetahui hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran materi Panen dan Pasca Panen dengan menggunakan metode discovery learning.Berdasarkan hasil dari pengamatan penelitian dalam pra siklus,dapat diketahui seperti pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2.

No. 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

DAFTAR NILAI PRASIKLUS Nama

Adi Candra Ahmad Abdullah Ahmad Hasan Basri Bagus Kurniawan Hadran Muhammad Rifki Mahdianoor Muhammad Padli Muhammad Rafli Muhammad Riza Muhammad Ruki Nanang Arifin Rhoma Irama Dhani Tri Julianto Jumlah Nilai Rata-Rata Nilai Siswa Berhasil Nilai Siswa Belum Berhasil

Nilai Pra Siklus 60 60 75 75 60 75 75 75 60 60 60 75 60 60 930 66,42 35,71% 64,28%

Ketuntasan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas 5 14 5 14

Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil belajar siswa masih banyak rendah.

Perlu ditingkatkan lagi dengan melihat secara langsung. Guru menjelaskan materi secara daring di kelas dengan metode discovery learning. Sehingga terlihat menoton yang mengakibatkan siswa jadi bosan dan kurang aktif walaupun terusmenerus memberikan materi peserta didik masih sibuk dengan kegiatannya sendiri sehingga yang terjadi adalah pembelajaran satu arah tanpa umpan balik.

26

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

2. Siklus I Tindakan siklus I pembelajaran berbasis daring atau online yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu: perencanaan,pelaksanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. a. Perencanaan Tindakan Siklus 1) Membuat dan menyusun perangkat pembelajaran berdasarkan kurikulum yaitu: silabus pembelajaran dan RPP sub materimengidentifikasi struktur tumbuhan dan fungsinya.

2) Mempersiapkan media pembelajaran.

3) Menyusun lembar observasi guru dan siswa.

4) Mempersiapkan lembar evaluasi yaitu membuat soal Pelaksanaan Tindakan Siklus I b. Kegiatan pembelajaran pada tahap pelaksanaan yaitu: 1) Tahap Pendahuluan  Guru membuka dengan salam, menanyakan kabar, dan mengecek kehadiran siswa secara daring dengan aplikasi zoom meeting.  Guru memberikan apersepsi  Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari 2) Tahap Inti  Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai  Guru menyajikan materi sebagai pengantar, mengenai topik pembahasan untuk mencari permasalahan  Guru menjelaskan materi Panen dan Pasca Panen  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya seputar materi yang belum dipahami  Guru mengkondusifkan kelas, agar proses pembeljaran menyenangkan sehingga termotivasi untuk mengikuti materi pembelajaran.  Guru memberi tugas kepada siswa untuk mengingat kembali materi yang telah yang telah di sampaikan tadi tanpa melihat buku catatan.

3) Tahap Penutup  Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran  Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)  Guru memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat tentang pembelajaran yang telah diikuti.  Melakukan penilaian hasil belajar.  Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan).

4) Tahap Evaluasi Guru memberikan soal tes siklus I untuk dikerjakan oleh 27

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

siswa. Soal yang diberikan sebanyak 10 buah. Adapun hasil belajar tindakan (siklus 1) pada tabel berikut: Tabel 3.

No. 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

DAFTAR NILAI SIKLUS I Nama Adi Candra Ahmad Abdullah Ahmad Hasan Basri Bagus Kurniawan Hadran Muhammad Rifki Mahdianoor Muhammad Padli Muhammad Rafli Muhammad Riza Muhammad Ruki Nanang Arifin Rhoma Irama Dhani Tri Julianto Jumlah Nilai Rata-Rata Nilai Siswa Berhasil Nilai Siswa Belum Berhasil

Nilai Siklus I 75 60 75 75 60 75 75 75 75 60 60 75 60 75 975 69,64 64,28% 35,71%

Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas 14 14 9 5

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan belum tercapai, karena hanya masih mencapai 64% siswa mendapatkan nilai di atas rata-rata.

5) Observasi Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa di dalam kelas. Pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Discovery ini dilakukan pada kegiatan belajar mengajar. Pengamatan yang dilakukan secara perorangan dan secara langsung, Sebelum pengamatan lembar observasi siswa dan kriteria lembar observasi siswa. Adapun cara mengisi lembar observasi yaitu pengamat memberikan penjelasan materi dengan menggunakan media pembelajaran dan pengamat melakukan tanya jawab langsung pada saat pemaparan dengan menggunakan media pembelajaran.

Setelah selesai menampilkan media pembelajaran maka pengamat memberikan observasi kepada seluruh siswa dengan menggunakan soal.

28

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Nilai-nilai yang diperoleh siswa dicatat pada lembar observasi siswa dengan memberi tanda (centang) pada kolom yang tersedia sesuai dengan nilai yang didapat masing-masing siswa. Fungsi lembar petunjuk pengamatan adalah memberi panduan kepada pengamat, seberapa besar pengaruh model pembelajaran Discovery bagi siswa dalam proses belajar mengajar.

Tabel 4.

LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS 1

Ket : (1) Buruk, (2) baik, (3-4) Memuaskan Pada siklus I dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, dari data observasi yang dilakukan oleh pengamat diperoleh rata-rata skor 3.0 yang dikriteria memuaskan.

6) Refleksi Selama pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Discovery masih ada kekurangan yang harus diperbaiki. Hal-hal yang perlu diperbaiki: a) Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran daring atau online b) Ketertiban dalam mengikuti pembelajaran daring c) Siswa masih ada yang belum siap dalam proses pembelajaran daring d) Guru harus mengaktifkan siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan yang diberikan

29

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

e) Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran maka guru memberi pujian kepada siswa bagi yang aktif 3. Siklus II Tindakan siklus II dengan pembelajaran PTM atau tatap muka terdiri dari beberapa tahap, perencanaan, pelaksanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. a. Perencanaan 1) Menyusun perangkat pembelajaran pada sub materi tentang Panen dan Pasca Panen yang terdiri dari pendahuluan, inti,dan penutup.

2) Mempersiapkan model pembelajaran 3) Menyusun lembar observasi siswa dan guru 4) Mempersiapkan alat evaluasi yaitu membuat soal tes b. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan yaitu, 1) Tahap Pendahuluan a) Guru membuka dengan salam, menanyakan kabar, dan mengecek kehadiran siswa. b) Siswa diminta memeriksa kerapian diri dan kebersihan kelas. c) Guru memberikan apersepsi d) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari 2) Tahap Inti a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b) Guru menyajikan materi sebagai pengantar, mengenai topik pembahasan untuk mencari permasalahan c) Guru menjelaskan materi Panen dan Pasca Panen d) Guru mejelaskan media yang ada di depan papan tulis e) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya seputar materi yang belum dipahami 3) Tahap Penutup a) Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil belajar b) Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untukmengetahui hasil ketercapaian materi) c) Guru memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat tentang pembelajaran yang telah diikuti. d) Melakukan penilaian hasil belajar. e) Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan).

4) Tahap Evaluasi Guru memberikan soal tes siklus II yang akan dikerjakan oleh siswa. Yang diberikan sebanyak 10 soal pilihan ganda. Setelah selesai

30

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

mengerjakan soal guru menyuruh siswa mengumpulkan kemudian menutup pelajaran.

Tabel 5.

No. 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

DAFTAR NILAI SIKLUS II Nama

Adi Candra Ahmad Abdullah Ahmad Hasan Basri Bagus Kurniawan Hadran Muhammad Rifki Mahdianoor Muhammad Padli Muhammad Rafli Muhammad Riza Muhammad Ruki Nanang Arifin Rhoma Irama Dhani Tri Julianto Jumlah Nilai Rata-Rata Nilai Siswa Berhasil Nilai Siswa Belum Berhasil

Nilai Siklus I 90 75 80 85 60 90 85 80 80 85 90 75 60 60 1.155 82,5 78,57% 21,42%

Ketuntasan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas 14 14 11 3

Berdasarkan hasil data di atas, diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus kedua ini sudah mengalami peningkatan dalam prestasi balajar siswa yaitu mencapai 78,57%. Hal ini sesuai dengan dengan tingkat ketentuan bahwasannya proses pembelajaran sudah mencapai 78,57% sehingga dapat dikatakan prestasi siswa kelas XI ATP SMK Negeri 1 Marabahan sudah meningkat pada pembelajaran tatap muka. c. Observasi Hasil penilaian pengamatan terhadap observasi siswa diperlihatkan dalam pembelajaran penggunaan menggunakan model Discovery ini hanya beberapa siswa yang kurang aktif.

31

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 6. LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS II

Ket : (1) Buruk, (2) baik, (3-4) Memuaskan Pada siklus II dilakukan observasi terhadap observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, dari data observasi yang dilakukan oleh pengamat diperoleh rata-rata skor 4.0 dengan kriteria yang memuaskan. Dengan itu sudah menjalankan proses pembelajaran dengan menggunakan model Discovery sudah berhasil dengan baik. Karena siswa mampu memecahkan masalah materi pelajaran, siswa mampu berkerja sama dengan teman kelompok dan siswa mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Data hasil observasi terhadap siswapada tahap siklus II ini mengalami peningkatan dari siklus I. Hal ini karena pada siklus I menggunakan pembelajaran berbasis daring atau online. Sedangkan pada siklus II berbasis PTM atau tatap muka. Hal ini guru sudah melaksanakan tugasnya dan 32

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

menjelaskan materi dengan menggunakan model Discovery dengan baik, sedangkan siswa sudah aktif dan antusias dalam proses pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus II ini lebih berhasil penilaiannya lebih meningkat dari pada siklus I. d. Refleksi Kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini menujukkan bahwa adanya peningkatan baik kreatifitas siswa untukmencapai tujuan akhir.

Mampunya siswa dala memecahkan masalah dalampembelajaran, mampunya siswa dalam kerja kelompok dan mampunyasiswa dalam menguasi materi pembelajaran. Dengan demikian penelititidak akan melanjutkan ketahap selajutnya.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah dilaksanakan yang terdiri dari dua siklus, siklus I yaitu pembelajaran berbasis daring atau pebelajaran online, sedangkan siklus II pembelajaran berbasis PTM atau tatap muka. Terdapat peningkatan setiap proses pembelajaran berturut-turut dari siklus I dan siklus II seperti terlihat pada prestasi pencapaian hasil belajar siswa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase prestasi siswa dalam pembelajaran rata-rata nilai siswa berturut-turut dari siswa dari siklus I dan siklus II yaitu persentse dalam prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 64,28% dengan nilai rata-rata 69.64. Meningkat pada siklus II 78,57% dengan nilai rata-rata 82,5.

Berdasarkan perbandingan data hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan penggunaan model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran materi Panen dan Pasca Panen.

Hasil belajar siswa dapat dilihat dari tes akhir yang diberikan kepada siswa setelah pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat pada setiap siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian yang didapat, maka disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan saintifik yang dipadukan model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada masa pandemi dengan pembelajaran yang bervariasi antara daring dan luring khususnya mata pelajaran Panen dan Pasca Panen. Pembelajaran ini menjadi bervariasi antara daring dan luring karena masih adanya penyebaran covid-19 .maka dari itu terjadilah pembelajaran ada yang daring dan luring. Hasil belajar siswa dapat dilihat dengan terbukti pada prasiklus dengan nilai rata-rata 66,24. Kemudian meningkat pada siklus I dengan pembelajaran berbasis daring dengan nilai rata-rata 69,64 kemudian meningkat lagi pada siklus II dengan pembelajaran berbasis tatap muka dengan nilai rata-rata 82,5. Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus 35,71% sedangkan pada siklus I adalah 64,28% kemudian meningkat lagi pada siklus II yaitu 78,57.

33

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Selain model pembelajaran Discovery dapat meningkatkan aktivitas guru dalam membimbing dan mengambil kesimpulan dari materi pelajaran. Sedangkan aktivitas siswa, siswa dapat memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran berlangsung, siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru.

B. Saran Dari hasil penelitian khususnya pembelajaran Panen dan Pasca Panen, bagi yang berminat untuk melanjutkan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Discovery yang paling penting diperhatikan adalah guru harus memahami materi pembelajaran terlebih dahulu dan setelah itu guru harus memahami materi penggunaan model Discovery dengan cara penjelasan yang kreatif sehingga penjelasan yang dilakukan dengan menggunakan model Discovery lebih menarik. Siswa berharap agar guru menggunakan model dan mediapembelajaran dalam proses pembelajaran karena model ini dapat melibatkan siswa secara langsung serta mudah dipahami, serta partisipasi sekolah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Rulam. (2016). Pengantar Pendidikan Asas Dan Filsafat Pendidkan.Yogyakarta : Ar-Ruzz.

Ali, Mohammad. (2014). Metodelogi Dan Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta :PT. Bumi Arkasa.

Amirono & Daryanto. (2016). Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Arikunto,S. (2006). Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto,S (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto,S, Suhardjono, Supardi. (2015). PenelitianTindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Baharuddin & Esa N.W.(2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. Sleman: Ar-Ruzz Media.

Cahyo, Agus N ( 2013). Panduan Aplikasi Teori- teori Belajar Mengajar. Yogyakarta Diva Press.

Djatmiko, R.D dan Pradoto. (2010). Efektivitas pembelajaran Berdasar Hasil Inguiry pada Praktik Las Asitilin Mata Kuliah Praktik Fabrikasi 2 Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. Jurnal Pendidkan Teknologi dan Kejuruan Vol. 19, No. 2, Oktober 2010. P.200 Fleiss, J. L. (1981). Statical Methods for Rates and Proportions 2nd Edition.

Hanafiah, N. (2012). Konsep Strategi pembelajaran. Bandung : Rafika Aditama.

Ilahi, Mohammad Takdir. (2012). Pembelajaran Discovery Strategi dan Mental Vocation Skill. Yogyakarta: Diva Press.

34

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Jihat, A & Haris, A. (2013). Evaluasi Pembelajaran Yogyakarta: Multi Pressindo.

Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kusumah, W & Dedi. (2012). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Jakarta: PT. Indeks.

M. Thoboni.(2012). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz.

Majid, A.(2013). Strategi Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya Mulyasa, F. (2008). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S (2012). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Paizaluddin. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Alfabeta.

Purwanto, M.N. (2013). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung.

PT. Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, W . (2008). Strategi PembelajaranBerorientasi Standart Proses Pendidikan.

Jakarta: Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. (2016). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman, A. M. (1992). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta. Rajawali.

Slameto.(1987). Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Kencana.

Sardiman.(2012 ). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar: Bandung: PT. Rosdakarya.

Sudjana, N. (2005 ). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulumdi sekolah. Jakarta.

Sinar Baru Algensindo.

Sudjono, Anas. (2012). Pengantar Statistik: Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

35

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PEMAKNAAN RAGAM HIAS SARUNG TENUN SUTERA MANDAR DALAM PEMBINAAN KARAKTER SISWA DI SMA NEGERI 1 POLEWALI KABUPATEN POLEWALI MANDAR Amri ( Guru SMA Negeri 1 Polewali Kab.Polewali Mandar Sulawesi Barat) e-mail : artamri119@gmail.com DOI : https://osf.io/3um2s ABSTRAK Penelitian dengan judul “Pemaknaan Ragam Hias Sarung Tenun Sutera Mandar Dalam Pembinaan Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Polewali.” Bertujuan memahami dan menggali imformasi. Pemaknaan ragam hias sarung tenun sutera Mandar sebagai kearifan lokal di Polewali Mandar. Nilai nilai pendidikan karakter apa yang terkandung pada ragam hias sarung tenun sutera mandar. Bagaimana internalisasi makna ragam hias tersebut terhadap nilai-nilai pendidikan karakter bagi peserta didik di sekolah. Penelitian ini adalah penelitian deskriftif kualitatif dengan pendekatan antropologi. Metode pengumpulan data dengan studi pustaka, observasi langsung. Objek penelitiannya adalah ragam hias sarung tenunan sutera mandar dan siswa SMA Negeri 1 Polewali.

Hasil penelitian menunjukkan 1. Ragam hias sarung tenun sutera mandar sebagai kearifan budaya lokalnya berbentuk pola segi empat. Mempunyai banyak makna dalam kehidupan masyarakatnya di antaranya berkaitan dengan simbol isi alam semesta dan nilai nilai luhur sifat manusia di antaranya sifat, jujur, adil, berkata benar dan konsisten. 2. Nilai nilai pendidikan karakter yang terdapat pada ragam hias sarung tenun sutera mandar sebagai nilai luhur sifat manusia dapat ditransfer dalam pembinaan karakter siswa di antaranya nilai religus, kejujuran, kemandirian, kerjakeras, kreatif, dan kerjasama. 3.Internalisasi pemaknaan ragam hias sarung tenun sutera mandar terhadap nilai nilai karakter bagi peserta didik dapat terwujud dengan perubahan sikap, prilaku, dan penampilan siswa dalam berinteraksi di sekolah .

Kata kunci: Ragam Hias Tenun dan Karater siswa ABSTRACT The research entitled” Mearning of the decorative Patterns on woven Silk Mandar Sarongs In Character bulding Students at SMA Negeri 1 Polewali” Aims to understand and explore information. Meaning of the decorative patterns of Mandar slk woven sarongs as local wisdom in Polewali Mandar. What character education values are contained in the decorative patterns of Mandar silk woven.

How to internalize the meaning of decoration on the values of charakter education for students?. This research is qualitative descriptive study with an antropological approach. Method of data collection with direct observation literature study. Object of the research is the decorative patterns of Mandar silk woven sarongs and Students SMA Negeri 1 Polewali.

The results of study show 1. The decorative patterns of Mandar silk woven sarongs as local cultural wisdom is in the form of arectangular parttens. It has many 36

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

meaningns in people’s live, insluding those related to symbols of the contents of universe and the noble values of human nature, including being honest, fair, telling the truth and being consistent. 2. The values of character sducation contained in the decorative patterns of Mandar silk woven sarongs as the noble values of human nature can be transferred in the character building of students including religious values, honessty independence, hard work, creativitity and cooperation.3.

Internalization of the meaning of the decorative patterns of Mandar silk woven sarongs by changing attitudes and behavior and student appearances in interacting at school.

Keywords: Weaving Decorations and Student Characters I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenun merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sebagai proses adaptasi manusia, suku bangsa terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial serta sistem kepercayaan. Tenun yang dimiliki oleh suku bangsa sangat terkait dengan kondisi dan potensi sumber daya alam sekitarnya. Hasil tenun mencerminkan kepribadian, ciri khas, dan identitas bagi masyarakat komunitas pendukungnya. Seni kerajinan tenun adalah cabang seni kriya Indonesia yang sudah berakar dalam kebudayaan Indonesia sejak lama, tinggi mutu keindahannya, dapat menonjolkan sifat khas bangsa Indonesia dan memberi rasa kebanggaan kepada kita dan dapat dikembangkan lebih lanjut serta mempertinggi mutunya sehingga dapat mendorong perkembangan kebudayaan nasional (Koentjaraningrat, 1983:116-117).

Kegiatan menenun di seluruh kawasan nusantara pada dasarnya memiliki ciri khas tersendiri, terutama pada bentuk ragam hias, motif, dan coraknya. Bentuk ragam hias tenun ada yang berbentuk geometris, non geometris dan motif flora dan fauna serta motif manusia. Eksistensi bentuk ragam hias tersebut selain berfungsi sebagai dekorasi (hiasan) juga memiliki makna simbolik yang mengandung nilai nilai luhur bagi masyarakat komunitasnya. Hal ini dipertegas oleh Kartiwa bahwa bentuk ragam hias dalam tenun memiliki arti dan fungsi dalam kehidupan manusia. Fungsi setiap bentuk ragam hias bersumber pada falsafah hidup manusia dalam tujuan penciptaannya.

Aktivitas masyarakat yang berbeda-beda dipengaruhi oleh nilai budaya dan adat istiadat yang diciptakan oleh leluhur pendahulunya. Filosofi kehidupan tertuang dan tercermin dalam adat, serta terjalin dengan kepercayaan dan agama yang dianutnya. (Kartiwa, 2007:10) Pendapat tersebut memberikan pemahaman bahwa bentuk ragam hias pada kain merupakan suatu pernyataan ungkapan ekspresi, dan tersirat makna yang mendalam tentang arti kehidupan bagi masyarakat pendukungnya.

Masyarakat di Kabupaten Polewali Mandar memiliki karya kerajinan sarung tenun sutera Mandar yang tetap eksis sampai sekarang. Tenunan tersebut memiliki bentuk ragam hias, mengandung falsafah hidup dan nilai dalam kehidupan masyarakatnya, sebagai aset yang ternilai. Eksistensi bentuk ragam hias sarung tenun sutera Mandar selain memiliki fungsi estetis juga bermakna simbolik bagi masyarakatnya. Dalam menelusuri budaya lokal bangsa, 37

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

khususnya budaya menenun di Polewali Mandar, sikap prilaku berkerakter yang baik sudah tercermin, tertanam dan terpelihara yang dijadikan sebagai landasan kepribadian dan identitas bangsa.

Perilaku tersebut teraplikasikan dan diwujudkan dalam bentuk ragam hias pada sarung tenun sutera Mandar. Hal ini sebagai dasar pijakan sikap dan perilaku moral masyarakat di Polewali Mandar dalam menata kondisi kehidupan sosial budayanya sebagai wujud kearifan lokalnya. Nilai nilai luhur tersebut telah tertata dan tertanam di masyarakatnya serta teraplikasi dalam dirinya sebagai warisan leluhurnya.

Kondisi menghawatirkan saat ini terjadi krisis yang nyata dalam masyarakat, seiring dengan perkembangan era globalisasi. Pergeseran nilai-nilai moral dan kepribadian tanpa disadari telah melanda generasi bangsa. Krisis yang menghawatirkan adalah krisis moral, seperti tergesernya rasa saling menghormati, toleransi, peduli dan sopan santun. Bahkan perilaku remaja kita diwarnai dengan gemar menyontek, dan berperilaku tidak jujur, kebiasaan bullying di sekolah dan tawuran. Kenakalan lain adalah menyangkut masalah narkoba. Data menunjukkan bahwa dari 4 jutaan pecandu narkoba, sebanyak 70% atau ¾ adalah anak usia sekolah, yaitu berusia 14 sampai dengan 20 tahun.(Mansur Muchlis.2016:57) Kehidupan masyarakat yang semakin modern dan pluralistis telah memberikan warna yang bervariasi dalam berbagai segi. Kenyataannya modernisasi telah merambah hampir semua nilai dan sendi kehidupan khususnya dikalangan remaja. Menurut Darajat, lapisan masyarakat yang sangat mudah terkena pengaruh dari luar adalah remaja, karena mereka sedang mengalami keguncangan emosi akibat perubahan dan pertumbuhan yang mereka lalui.

(Zakia Darajat.2009: 94). Kehidupan pendidikan masyarakat Indonesia sekarang cukup mengkhawatirkan selain banyaknya tawuran antar pelajar dimana-mana, banyak pula siswa yang membolos sekolah, pergaulan bebas.

Masalah-masalah tersebut merupakan beberapa contoh telah lunturnya nilainilai karakter bangsa.

Pergeseran nilai nilai karakter mulai luntur dan berubah menjadi sikap yang kurang terpuji misalnya mementingkan diri sendiri, mencari kesalahan pihak lain, tidak bersahabat, yang muda tidak menghormati orang yang lebih tua.

Lunturnya nilai karakter generasi mudah tersebut karena penanaman karakter tentang nilai nilai luhur budaya sebagai kearifan lokalnya, tidak dipahaminya.

Sehingga mudah untuk ditumbangkan dan terpengaruh oleh karakter yang kurang baik akibat pengaruh budaya global.

Menyikapi fenomena yang terjadi di atas sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, mempunyai peran strategis terutama mendidik dan menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam memegang estafet generasi sebelumnya. Keberadaan sekolah sebagai sub sistem tatanan kehidupan sosial, menempatkan lembaga sekolah sebagai bagian dari pembinaan akhlak dan moral. Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak sekedar kegiatan pentrasperan ilmu dan keterampilan namun yang paling penting adalah pembinaan afektif sebagai perwujudan sikap dan perilaku. Sekolah diharapkan menjalankan fungsinya dengan mencerdaskan kehidupan bangsa dan berbudi 38

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

luhur. Sehingga pada dewasa ini arah pendidikan kembali kita wujudkan pada jiwa dan roh kebudayaan bangsa Indonesia yang awalnya berpegang teguh kepada nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kecenderungan untuk kembali menata kehidupan yang berlandaskan nilai- nilai dan kearifan budaya lokal, diharapkan dapat mereduksi kesadaran kita, dan suasana keluarga yang harmonis. Suasana pendidikan yang berkualitas hendaknya dilandaskan pada nilai-nilai budaya, yang ditanamkan pada kearifan budaya bangsa. Melahirkan pendidikan yang bermakna, pembentukan karakter peserta didik yang dalam menciptakan kehidupan yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan konsep yang diprogramkan pemerintah yang dilabelisasi dengan istilah pendidikan karakter.

Pendidikan karakter merupakan pemaknaan tentang sikap, dan perilaku dinampakan oleh setiap manusia dengan baik dan berbudi pekerti. Semua hal tersebut di atas dapat kita amati bagaimana interaksi sosial pada manusia itu sendiri. Sikap dan kepribadian, serta tanggung jawab. Melihat sisi kehidupan dunia pendidikan di sekolah, maka kita dipertemukan dengan beragam sikap dan perilaku yang kurang bersinergi dengan pengetahuan dan keterampilan dalam diri setiap siswa. Gambaran tentang pergeseran nilai- nilai luhur bangsa sebagai wujud kearifan lokal yang diwariskan dari pendahulunya, dirasa sangat perlu dan urgensi ada tindakan yang berasaskan kembali menggali makna dan nilai-nilai apakah yang terkandung pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar sebagai wujud kearifan lokalnya. Sehingga dapat mewujudkan pembinaan karakter bagi peserta didik di SMA Negeri 1 Polewali Kabupaten Polewali Mandar.

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan tulisan ini adalah 1. Untuk mengetahui pemaknaan ragam hias sarung tenun sutera Mandar sebagai kearifan budaya lokal di Polewali Mandar 2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter apa yang terkandung pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar 3. Untuk mengetahui internalisasi makna ragam hias sarung tenun sutera Mandar terhadap nilai nilai pendidikan karakter bagi peserta didik B. Pengertian Ragam Hias dan Pemaknaannya (simbolik) Ragam hias merupakan suatu bentuk karya seni rupa telah berkembang sejak zaman prasejarah hingga sekarang. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beragam ragam hias, dari segi motif ataupun jenis dan polanya. Ragam hias tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti lingkungan alam, flora dan fauna, hingga kondisi budaya masing-masing daerah.

Ragam hias berperan sebagai media untuk memperindah atau mengagungkan sesuatu karya seni rupa secara lahiriah. Bahkan juga mengandung nilai simbolik atau makna tertentu. Ragam hias tidak terlepas dari unsur-unsur yang menjadi pendukung terjadinya bentuk visual tersebut yaitu garis, bidang, tekstur bahkan juga warna yang merupakan bagian yang elementer (Toekio,2003:2-3). Pembuatan ragam hias didasarkan dari kebutuhan masyarakat, baik yang memiliki sifat praktis ataupun yang terkait dengan kepercayaan atau dengan masalah agama. Bahkan ragam hias memiliki makna simbolis, dan nilainilai budaya yang ada di masyarakat pendukungnya. (Habibullahurl.com/ 2017/08/). Pendapat tersebut memberikan suatu pemahaman bahwa simbol 39

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

merupakan hasil pemahaman atau kesepakatan bersama. Mempunyai arti dan nilai secara fungsional yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Yudha Triguna dalam Dharsono lebih lanjut menjelaskan bahwa, simbol merupakan pernyataan dua hal yang disatukan dan berdasarkan dimensinya. Nilai berkaitan dengan sesuatu yang dianggap berharga, sedangkan simbol selain memiliki fungsi tertentu juga dapat dimanfaatkan sebagai identitas komunitasnya.

Suatu simbol menerangkan fungsi ganda yaitu transenden-vertikal (berhubungan dengan acuan, ukuran, pola masyarakat dalam berperilaku), dan imanen horizontal (sebagai wahana komunikasi berdasarkan konteksnya dan perekat hubungan solidaritas masyarakat pendukungnya (Dharsono, 2007:24-25). Simbol pada bentuk ragam hias sarung tenun sutera Mandar, dapat dipahami secara menyeluruh bila memahami sistem budaya masyarakatnya. Seperti yang dikemukakan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi dalam Dharsono bahwa, kebudayaan sangat berkaitan dengan sistem simbol, yaitu merupakan acuan dan pedoman bagi kehidupan masyarakat (Dharsono, 2007:24). Suatu hal yang semakin membuat ragam hias bermakna bagi kebudayaan, khususnya di Polewali Mandar adalah karena eksistensi dan nilai-nilai yang terkandung di dalammnya mempunyai ciri atau karakter yang khas, yang bahkan yang akhirnya dijadikan semacam panduan spirit masyarakatnya dalam menjalin rajutan hidup bersama.

B. Nilai-nilai Kearifan budaya Lokal 1. Pengertian Nilai Kearifan Budaya Lokal Budaya lokal merupakan sebuah kebudayaan yang muncul dalam suatu masyarakat yang telah padu dan memiliki satu kesamaan dalam pola pikir dan berkehidupan sosial. sehingga mampu menumbuhkan suatu ciri tertentu biasanya berupa kegiatan maupun aktivitas yang dilestarikan dan diagungkan oleh masyarakat bersuku bangsa tersebut.

Pengertian budaya lokal dapat dirumuskan sebagai bentuk dari nilai-nilai lokal yang terwujud dari hasil pemikiran serta perilaku masyarakat tersebut yang terbentuk secara alami seiring dengan berjalannya waktu. Pada umumnya, dapat berwujud sebagai hasil seni, tradisi, hukum adat, ataupun pola pikir. Oleh karena luasnya wilayah Indonesia dan memiliki bentuk masyarakat yang bervariasi maka beragam khazanah kekayaan lokal yang tercantum sebagai kebudayaan lokal. artikel-az.com/pengertian-budaya-lokal/ 31 Mei 2016.

Pengertian nilai dalam konsep budaya lokal dijelaskan oleh Faisal, bahwa kata nilai digunakan untuk menunjukkan kualitas simbolis yang ditentukan menurut sistem budaya tertentu. Kualitas simbol tersebut menjadi sumber penentu nilai bagi perilaku yang dikaitkan dengan aspek budaya yang bersifat normatif. Sehingga nilai merupakan gagasan yang ditentukan manusia untuk menggariskan perilaku yang tepat dan dapat diterima bersama (Faisal, 2008:121). Nilai budaya dipahami sebagai konsepsi- konsepsi yang hidup dalam alam pikiran dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang mereka anggap amat bernilai dalam hidup (Koentjaraningrat, 1983:25).

2. Pandangan Hidup dalam Budaya Masyarakat Mandar Pandangan hidup atau falsafah hidup secara fundamental, dapat dipahami sebagai nilai- nilai sosio kultural yang dijadikan oleh masyarakat pendukungnya sebagai pola atau patron dalam beraktivitas keseharian. Nilai normatif tersebut 40

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

masih melekat pada masyarakat di Polewali Mandar yang implementasinya menjadi roh atau spirit dalam menentukan pola pikir dan menstimulasi tindakan dalam bermasyarakat. Dalam tradisi dan budaya masyarakat Mandar nilai-nilai merupakan pemicu, etos kerja, watak, kepribadian atas adanya etika yang ditopang oleh budaya adat istiadat (pengaderan) sebagai pandangan hidup.

Budaya adat tersebut masih terpelihara dan menjadi titik sentral kebudayaan manusia Mandar, Bugis, Toraja, dan Makassar yang pada hakekatnya menjangkau semua aspek kehidupan manusia. Menurut Anwar Sewang dalam konteks pandangan hidup pada masyarakat Mandar mengemukakan sebagai berikut. Tidak ada tujuan atau alasan hidup yang tinggi, serta paling penting daripada menjaga adat istiadatnya dan tentunya tidak terlepas dari perasaan malu yang ditopang oleh kuatnya budaya siri’. (Sewang, 2015:7).

Masyarakat di Polewali Mandar memiliki adat istiadat yang berasal dari leluhur mereka sebagai warisan yang tetap dipegang teguh dalam mengatur tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai pandangan hidup yang bersumber dari adat istiadat dan agama Islam yang dianutnya. Hal tersebut merupakan cerminan dari wujud hubungan sosial dalam tatanan kehidupan masyarakatnya. Terkait dengan bentuk ragam hias pada tenun sarung sutera Mandar sebagai bagian dari kebudayaan yang bersumber dari nilai, norma, dan perilaku masyarakat dapat dijadikan referensi bersama. Ragam hias merupakan bentuk ekspresi nilai, norma, dan perilaku masyarakat juga berfungsi sebagai model untuk bertindak, berpikir sesuai dengan kesepakatan bersama dalam masyarakat pendukungnya (Guntur, 2004:55). Dengan demikian ragam hias pada sarung tenun sutera Mandar di Polewali Mandar, memiliki fungsi sesuai dengan nilai, norma budaya, dan pandangan hidup masyarakatnya.

Pandangan hidup di Mandar khususnya di Polewali Mandar adalah budaya adat istiadat dijiwai oleh agama Islam, yang ditopang dengan budaya siri’.(malu).

C. Pendidikan Karakter Bagi Siswa Hakikat pendidikan karakter merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 yang dilatar belakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa (Buku Pedoman Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional 2011).

Menurut Suyanto (2009:1) Pendidikan Karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Jamal Ma’mur Asmani (2011:31) Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu dalam pembentukan watak peserta didik dengan cara memberikan keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang baik, toleransi, dan berbagai hal yang terkait. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa diri 41

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi insan yang berbudi.

Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang mana baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, maupun merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotorik). Sehingga dengan demikian pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik akan tetapi juga merasakan dengan baik dan berperilaku yang baik.

Nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, Pancasila budaya dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi (4) Disiplin (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air (12) Menghargai Prestasi (13) Bersahabat komunikatif, (14) cinta Damai, (15) Gemar Mambaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial dan (18) Tanggung Jawab (Puskurbuk, 2011:3) II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Dilakukan dengan memperoleh data data informasi yang penekanannya pada kedalaman makna. Data yang dikumpulkan terutama pada kata kata. Jenis–jenis sumber data yang digunakan dikelompokkan sebagai berikut. Narasumber tokoh masyarakat, budayawan Mandar, peneliti budaya Mandar praktisi pendidikan, guru. Sumber tertulis buku yang membahas tentang ragam hias, tenunan, teori simbol, pendidikan karakter pada peserta didik.

Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain: studi pustaka, observasi, dan wawancara. Studi pustaka dilakukan di perpustakaan sekolah, dengan tujuan untuk mencari literatur dan referensi-referensi dan kerangka konsep untuk mempertajam analisis data dalam penelitian ini. Observasi dilakukan untuk memperjelas deskripsi dan analis data-data yang disajikan. Jenis observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi berperan penuh. Pengamatan selanjutnya mengamati perilaku dan karakter siswa yang fenomenal berupa karakter beretika melalui berpakaian, berpenampilan, bertuturkata baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Pengamatan selanjutnya untuk mengetahui wujud perubahan dalam pengaplikasian nilai-nilai karakter yang dimiliki oleh ragam hias tenunan terhadap perilaku siswa yang diawali dari keteladanan. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan pada pokok permasalahan secara bebas dan fleksibel. Hasil pengumpulan data yang sumbernya beragam agar teruji kebenarannya, digunakan teknik triangulasi sumber (Sutopo, 2006:93). Teknik trianggulasi sumber data itu dapat digambarkan sebagai berikut. informan 1 Data wawancara informan 2 informan 3

42

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Beberapa narasumber wawancara dicari kesamaan persepsinya sebagai kesimpulan sementara. Prosedur pelaksanaan pada analis data yang digunakan adalah mewancarai beberapa nara sumber tokoh masyarakat, budayawan, tokoh pendidik untuk mengetahui pemaknaan atau simbol yang terdapat pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar. Hasil dari wawancara dihubungkan dengan nilai-nilai karakter yang dimiliki pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar tersebut.

Untuk menjawab rumusan masalah pertama kedua dilakukan interpretasi analisis dengan pendekatan emik untuk mencari benang merahnya. Dengan mengacuh kepada pendekatan antropologi melalui kajian emik, etik dengan memperhatikan nilai nilai kultur budaya lokal Mandar. Selanjutnya untuk mengetahui transpormasi nilai-nilai karakter yang terdapat pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar dengan pengamatan kepada siswa dalam berinteraksi mulai dari berpenampilan, berbicara, serta beraktivitas. Dalam menjawab rumusan masalah ketiga dilakukan pengamatan secara berkesinambungan dengan aktivitas keseharian tentang masalah sikap dan karakter digunakanlah pendekatan psikologis dan pembinaan karakter secara kontinutas terhadap peserta didik. Proses analisis data dilakukan sejak awal bersama proses pengumpulan data. ini menggunakan sebuah teknik analisis interaktif dengan menggunakan tiga variabel yaitu penyajian data, data reduksi, dan gambaran kesimpulan.

Prosedur kerja dari analisis interaktif adalah tidak linear dan cenderung merupakan lingkaran kerja. Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis proses selektif, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus terhadap datadata wawancara, studi pustaka, dan sepanjang penelitian membuat ringkasan dari data lapangan. Deskripsi dalam bentuk narasi lengkap disusun secara logis dan sistematis. Langkah selanjutnya dari penarikan kesimpulan dilakukan interaksi analisis.

Hasil interkaksi anaisis tersebut dapat di gambarkan skema berikut.

Pemaknaan Ragam Hias Sarung Tenun Sutera Mandar dari Hasil Intervieu oleh tokoh Masyarakat dan budayawan

Transfer Nilai Nilai Makna Ragam Hias Pada Sarung Tenun Sutera Mandar Ke Siswa

Gambar 1. SKEMA ALUR PENELITIAN

43

Hasil dari transfer internalisasi karakter siswa

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

III. PEMBAHASAN A. Makna Simbolik Unsur Ragam Hias Pola Dasar Segi Empat Beberapa data dari nara sumber dan hasil riset tentang pemaknaan ragam hias sarung tenun sutera Mandar dapat diuraikan sebagai berikut. Menurut Saifuddin Bahrun, pemaknaan bentuk pola segi empat pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar, bercorak kotak-kotak dibangun dengan garis lurus vertikal dan horizontal. Garis tersebut dimaknai sebagai bentuk kuat dan tegasnya aturan dalam masyarakat Mandar yang mengatur secara vertikal antara rakyat dan pemimpinnya. Garis vertikal berkaitan dengan hubungan manusia dengan sang Pencipta. Masyarakat Mandar menyebutkan kotak itu sebagai pagar sesuai dengan fungsinya untuk menjaga dan melindungi rumah atau sesuatu dari ancaman atau gangguan dari luar dirinya. Pagar juga berfungsi untuk menjadi pemisah antara hak dan yang bukan. Sarung tenun sutera Mandar yang berbentuk pagar dapat dijadikan penjaga dan pelindung kehormatan bagi pemakainya. (Bahrum, 2008:3).

Lebih lanjut Ida Yoesoef Madjid mengungkapkan pemaknaan lain bentuk segi empat sebagai berikut. Bentuk kesederhanaan ragam hias pada sarung tenun sutera Mandar yang terbangun antara garis lurus vertikal dan horizontal yang saling bertemu membentuk sebuah kotak kecil dan besar. Demikian pula warnanya yang tidak meriah tapi cukup tegas dan keras. Hal ini melambangkan jiwa orang Mandar yang selalu menjalani kehidupan yang lurus melalui upaya yang halal (jujur) sesuai dengan agama yang dianutnya. Pendirian yang teguh dan keras, tidak banyak variasi hidup serta tidak senang pada hal yang sifatnya mulukmuluk (kerja keras). Mereka senantiasa berusaha untuk memperoleh suatu kenyataan (Madjid, 2003:19) Pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa makna dari bentuk segi empat adalah keterkaitan hubungan yang baik antara manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan Tuhannya. Hal ini sebagai wujud keberadaan manusia sebagai mahluk sosial, mahluk religus dalam masyarakat untuk menjaga tatanan keharmonisan, dan harga dirinya sekaligus sebagai mahluk berbudaya.

Darmawan Mas΄ud, memperkuat pendapat tersebut yang mengatakan, bentuk ragam hias segi empat (geometris), awalnya dikenal dengan hiasan jala memiliki makna secara filosofi kesederhanaan, dikenal dengan nama segi empat (sulapaq appeq). Segi empat tersebut memiliki makna secara esensi pada budaya mendasar keempat etnis yang ada di Sulawesi Selatan dan Barat yaitu budaya siri’ dan lokko (budaya malu/ perasaan malu yang mendalam pada diri seseorang). Budaya malu tersebut terbingkai di dalam kotak segi empat secara abstrak yang dikelilingi ada empat hal sifat yang mendasar harus dimiliki pada diri manusia di antaranya: mereka malu kalau tidak bersikap adil, (adele), konsisten (getteng), jujur (lempuh), dan berkata benar. (tongen) .

44

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Penggambaran di atas lebih menekankan kepada nilai moral manusia sebagai mahluk berbudaya yang memiliki rasa malu melakukan kesalahan atau melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang berorientasinya kepada fitrah manusia sebagai mahluk berbudaya yang memiliki budaya siri’.

Hal ini mengisyaratkan bahwa sifat dari budaya adat istiadat tentang etika moral siri’ orientasinya kepada sifat kejujuran, konsisten, kebenaran, dan keadilan yang tergambarkan pada bentuk unsur ragam hias pola segi empat tersebut. Pendapat tersebut sejalan yang dikemukakan oleh Anwar Sewang yang menyatakan bahwa bentuk segi empat ini dikaitkan pula dengan pemahaman tentang anasir tubuh dan bumi. Anasir tubuh di antaranya tana (tanah), uwai (air), anging (angin), dan afi (api). Tanah yang berarti macca (cerdas), air yang berarti melempu (jujur), anging yang berarti maggetteng (konsisten/teguh pendirian, dan api yang berarti warani (berani).

Selanjutnya pemaknaan warna dalam ragam hias sarung tenun sutera Mandar menurut Ida Yusuf Madjid bahwa warna memiliki simbol yang berkaitan dengan perilaku dan karakter masyarakatnya di antaranya: warna coklat dapat dimaknai dengan sifat kesopanan, kebijaksanaan, dan kehormatan. Warna merah dimaknai sebagai, pemberani, dan kuat, sedangkan warna hitam dimaknai sebagai ketegasan. Selain pemaknaan simbol perilaku, makna warna dalam ragam hias sarung tenun sutera Mandar juga berkaitan dengan simbol warna alam di antaranya: merah berasosiasi pada api, hitam dan coklat diasosiasikan sebagai warna tanah.

B. Transfer Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Terkandung pada Ragam Hias Sarung Tenun Sutera Mandar Eksistensi bentuk ragam hias pola segi empat pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar memiliki makna, dan nilai secara fundamental pada masyarakat pendukungnya. Bentuk pola segi empat sebagai ciri khas, bahkan akhirnya dijadikan semacam panduan spirit masyarakatnya dalam menjalin rajutan bersama. Setiap karya dari manusia dilaksanakan suatu tujuan, yaitu setiap benda alam di sekitarnya disentuh dan dikerjakan manusia mengandung dalam dirinya suatu nilai. Nilai yang ada misalnya, ekonomi, sosial, religus, fungsi, dan sebagainya, dengan demikian berkarya berarti menciptakan sebuah nilai. Setiap karya tercipta suatu ide dari manusia, sehingga setiap benda budaya menandakan nilai tertentu (Herusatoto, 1983:10). Meskipun bentuk ragam hias 45

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

pada sarung tenun sutera Mandar bentuknya sederhana, tetapi merupakan suatu hasil budaya yang memiliki suatu arti dan nilai.

Nilai nilai pendidikan karakter yang tedapat pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar dari hasil kajian berbagai nara sumber diuraikan sebagai berikut.

Menurut Arifuddin Toppo. Garis lurus vertikal dan horisontal dimaknai sebagai simbol ketegasan dan kejujuran. Pemaknaan unsur garis lurus vertikal dan horisontal mengandung suatu nilai ajaran agama yang dapat disimbolkan bahwa garis lurus vertikal sebagai hablomminouallah dan garis lurus horisontal orentasinya hablomminannas. Kaitanya dalam pendidikan karakter tentang nilai religus maka seorang guru harus senantiasa memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam beribadah jika telah masuk waktu shalat di Musallah. Nilai karakter kejujuran memperlihatkan suatu sikap positf dalam beraktivitas di sekolah. Kejujuran tersebut nampak ketika jujur mengatakan sesuatu baik atau buruknya. Hal ini dapat dijadikan panutan siswa dalam proses pembelajaran. (wawancara 31 Juli 2020).

Hal yang sama menurut Muhlis Hannan bahwa makna dan nilai yang terkandung pada unsur ragam hias sarung tenun sutera Mandar dilihat dari garis horisontal dan vertikal berkaitan dengan falsafah hidup orang Mandar. Garis vertikal dan horisontal mengacu bagaimana keutuhan suatu hubungan hamba dengan Sang Pencipta dan hubungan manusia dengan sesamanya. Menurut Suaib Hannan memaparkan nilai yang terkandung pada bentuk ragam hias segi empat sarung tenun sutera Mandar yang terbangun antara garis mendatar dan horisontal memiliki suatu nilai ajaran moral dan agama. Hal ini mencerminkan bahwa orang Mandar mencintai kejujuran, ketegasan, dan kelurusan hati sehingga tercipta dan teraplikasi pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar yang khas tradisi (wawancara 30 Juli 2020). Pendapat ini sejalan yang dikemukakan oleh Idham yang mengatakan makna simbol itu ada kaitannya dengan perilaku orang Mandar yang lurus dan jujur dalam kehidupan bermasyarakat (wawancara 4 Agustus 2020).

Kedua pendapat tersebut dapat memberikan suatu pemahaman bahwa nilai yang terkandung pada bentuk ragam hias itu mengandung nilai moralitas.

Kaitanya dalam penaplikasian nilai-nilai pendidikan karakter pada diri siswa orientasinya pada perwujudan nilai nilai religus dan moralitas. Nilai religus dalam ketaatan beribadah menjalankan syariat agamanya dan menghargai keberagaman bagi penganut agama lain. Aplikasinya dapat terlihat dalam kehidupan masyarakat yang masih kental dengan kegiatan kegotong royongan, kepedulian sosial, kebersamaan, ketimbang kepentingan individual.

Pengaplikasian sikap dan prilaku tersebut dalam mendidik mental siswa sangat urgensi dalam memberikan pemahaman tentang hakikat eksistensi manusia sebagai mahluk sosial. Dalam pesan petuah leluhur Mandar mengatakan Papiyai kedomu diparammu todi panjari kedodi tia disanga rupa tau artinya berbuat baiklah kepada sesama manusia, karena perbuatanlah yang menentukan sehingga orang disebut manusia.

Berbagai pendapat lain dikemukakan diantaranya, H. Abdul Fatir, bahwa bentuk ragam hias kotak pada sarung tenun sutera Mandar memiliki suatu nilai sebagai kebersamaan dalam mewujudkan suatu kesatuan. Semuanya terjalin 46

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

komunikasi yang baik sebagai mana ungkapannya sipatiau, sipakalebbi, sipakainge (saling memanusiakan, menghargai, dan mengingatkan) dan sirondorondoi (saling tolong menolong). Ungkapan ini merupakan nilai humanistik yang mengatur hubungan humanitas antara sesama warga masyarakat Polewali Mandar. Dalam kaitanya pendidikan karakter di sekolah kerjasama tersebut diwujudkan dalam kebersamaan mencapai misi dan visi sekolah sesuai dengan foksi masing masing (wawancara 25 Juli 2020).

Pendapat ini diperkuat oleh H. Ahmad Asdy bahwa nilai yang terbentuk pada ragam hias segi empat tersebut menggambarkan kebersamaan dalam konsep siwaliparri atau bentuk kegotong royongan. Pendapat ini memberikan suatu gambaran tentang adanya suatu nilai kerjasama, sebagai wujud kegotong royongan untuk meringankan beban pekerjaan dalam kehidupan masyarakat Mandar termasuk guru dan siswa sebagai warga sekolah. Kaitannya dengan nilainilai pendidikan karakter pada siswa tersebut teraplikasi pada perwujudan sikap kerja keras, demokrasi, disiplin, dan tanggung jawab. Kerja sama dalam perwujudan karakter siswa orientasinya pada kegiatan diskusi dan kerja kelompok, menghargai pendapat teman, serta memilik kepedualian dalam menyelesaikan tugas bersama.

C. Internalisasi Makna Ragam Hias Sarung Tenun Sutera Mandar Terhadap Nilai Nilai Karakter Bagi Peserta Didik Memahami beberapa makna yang terkandung dalam ragam hias sarung tenun sutera Mandar untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada pembinaan karakter bagi peserta didik memerlukan suatu proses yang berkesinambungan. Abdul Fatir (wawancara 20 Agustus 2020) Lebih lanjut dijelaskan Anwar Sewang bahwa internalisasi pemahaman makna ragam hias sarung tenun sutera tersebut. Harus pula ada tindak lanjutnya sebagai penghayatan dan perlakuan terutama bagi kaum pendidik seluruh warga sekolah tanpa kecuali dan tokoh masyarakat yang dijadikan panutan. Perlakuan dan tindakan bagi kaum pendidik dan orang tua merupakan jalan terbaik dalam pengaplikasian makna ragam hias sarung tenun sutera Mandar dalam kaitannya pendidikan karakter di sekolah. Termasuk merealisasikan nilai-nilai budaya siri (malu) (wawancara 16 Agustus 2020).

Dari berbagai pandangan para tokoh masyarakat dan tokoh pendidik dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa. Pengaplikasian makna ragam hias tenun sutera Mandar kepada peserta didik di sekolah diawali dengan adanya kesadaran untuk berbuat dalam wujud secara ikhlas melakukan pembiasaan. Hal ini dilakukan secara kontunitas sehingga memberikan muatan positif yang menjadi kebiasaan yang pada akhirnya menjadi cirikhas dan melahirkan identitas dalam mewujudkan jati diri.

Sebagai seorang pendidik yang bersentuhan langsung tentang situasi dan kondisi di sekolah pembinaan karakter yang berorientasi dengan jati diri yang telah diwariskan dari pendahulu maka seyogyanya ada pemahaman mendalam tentang pengintegrasian nilai nilai karakter tersebut dalam konsep pembelajaran maupun pelaksanaan pembelajaran serta penilaian pembelajaran. Pengaplikasian pada perencanaan pembelajaraan maka dengan sendirinya tercermin dari 47

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

kemampuan guru dapat merumuskan pembelajaran tersebut yang diintegrasikan nilai-nilai karakter yang ada pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar. Mulai dari metode, strategi dan kegiatan pembelajaran seperti menanamkan sifat bekerja keras dan tidak mudah menyerah dalam mencari literatur, serta konsisten dalam berkarya, memiliki rasa ingin tahuan yang tinggi serta jujur dalam ulangan. Bentuk bentuk pengaplikasian tersebut dapat dilakukan ketika berinterkasi antara guru dengan guru dan antara guru dan siswa serta antara siswa dengan sesamanya.

Internalisasi karakter siswa terlihat adanya perubahan perlahan secara nyata, namun masih ada yang perlu pembinaan secara berkesinambungan.

Perubahan sikap dan prilaku peserta didik diantaranya dari aspek religius, moralitas, humanistik dan kemandirian. Kegiatan religius nampak antusias siswa beribadah ketika masuk waktu shalat. Selain itu sebelum pembelajaran dimulai maka dengan sendirinya adanya pembiasaan siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaanya. Saling menghargai dan bertoleransi dari berbagai perbedaan baik etnis maupun agama. Dari aspek moralitas dan humanistik perilaku siswa menampakan keharmonisan dalam berinteraksi, bersatu bergotong royong dalam mengerjakan tugas misalnya tugas kelompok dalam berdiskusi. Keharmonisan dan rasa kebersaman tersebut impelemntasinya dapat menghindari tawuran. Aspek moralitas menampakan perubahan perilaku baik berupa ucapan maupun berpenampilan. Berpicara santun kepada guru, pegawai dan teman-temannya. Dilihat dari aspek kemandirian dan kreativitas adanya hasil karya siswa misalnya pemanfaatan berbagai barang sisa atau sampah dalam berkarya seni rupa. Hal ini dapat pula membantu kepedulian dalam pelestarian lingkungan. Hasil karya tersebut dapat membekali siswa jika mereka telah kembali kemasyarakat.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemaknaan ragam hias sarung tenun sutera Mandar sebagai kearifan budaya lokal dengan bentuk pola segi empat memiliki makna filosofi mendasar tentang budaya malu (siri) dan nilai terpenting dalam kehidupan masyarakatnya.

Esensi makna simbolnya merepresentasikan manusia sebagai mahluk berbudaya, mahluk sosial, dan mahluk religius. Budaya siri yang terbingkai empat mengandung makna ajaran kejujuran, konsisten, adil, dan berkata benar.

2. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar antar a l ain. Nilai religius tergambarkan dalam bentuk garis lurus vertikal yang bermakna sebagai hubungan manusia dengan Tuhannya yang mencerminkan insan yang beriman dan bertaqwa. Garis horizontal bermakna hubungan sosial yang terjalin dengan baik. Hubungan ini terbangun sifat kepribadian toleransi, bersahabat/ komunikatif. Nilai Kejujuran tergambarkan dari bentuk garis yang lurus dan tegas, disiplin/konsisten dan berkata benar.

48

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

3. Internalisasi makna simbolik ragam hias sarung tenun sutera Mandar terhadap nilai nilai pendidikan karakter bagi peserta didasari budaya siri (malu).

Sehingga terwujud perubahan kearah yang positif terhadap nilai karakter religus, moralitas, humanistik, dan nilai kemandirian. Internalisasi pemaknaan simbol dengan pemberian pemahaman makna kepada peserta didik tentang nilai-nilai luhur yang terkadung pada ragam hias sarung tenun sutera Mandar.

Internalisasi nilai nilai luhur karakter dimulai oleh pendidik, warga sekolah, sebagai wujud keteladanan selanjutnya terinternalisasi kepada siswa secara berkesinambungan. Perubahan tingkah laku nampak dari aspek berpenampilan secara santun dan ramah dan berbicara secara sopan.

B. Saran Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul tulisan ini dengan tema yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Asmani, Jamal Ma’ mur, (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press Bahrum Shaifuddin. (2008) ” Tenun Tradisonal Tenun Mandar Sulawesi Barat, Internet http log Baruga Makassar, di Unduh 15 Januari 2018 Bodi Muh, Idham Khalid. (2009) Tenun Sutera Mandar Sulawesi Barat.

Surakarta: Zada Haniva Darsono, Sony Kartika, (2007). Seni Rupa Modern, Bandung: Rekayasa Sains Guntur. (2004) Ornamen sebuah pengantar. Surakarta:P2AI STSI Press.

Kartiwa, Suwati, (2007) Ragam Kain Tradi Indonesia Tenun Ikat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama KemDik Nasional, (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Puskur Koentjaraningrat, (1984). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan Jakarta: PT Gramedia Mansur Muchlish, (2016). Pendidikan karakter menjawab tantangan KrisisMultidimensional, jet.v Jakarta: Bumi Aksara.

Zakia Darajat, (2009). Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang Zulnuraini, (2012). Pendidikan Karakter: Konsep, Implementasi dan Pengembangannya Di Sekolah Dasar Palu “ Jurnal Dikdas, No. 1, Vol 1, September 2012 Toekio Soegeng, (2013) Mengenal Ragam Hias Indonesia. Surakarta: ISI Pres artikel-az.com/pengertian-budaya-lokal/ 31 Mei 2016 diunduh 20 Januari 2018 http://www.habibullahurl.com/2017/08/pengertian-motif-dan-pola-ragamhias.html diunduh 20 Januari 2018

49

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI DESAIN/PROTOTYPE DAN KEMASAN PRODUK BARANG/JASA MATA PELAJARAN PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI APLIKASI GOOGLE CLASSROOM KELAS XI AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA SMK NEGERI 1 MARABAHAN TAHUN 2021 Sofia Herlina (Guru Produktif SMK Negeri 1 Marabahan) e-mail : sofiaherlina2022@gmail.com DOI : https://osf.io/9bxzp ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Marabahan, dengan jenis penelitian yaitu "Penelitian Tindakan Kelas". Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga yang berjumlah 20 orang, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah aplikasi Google Clasroom. Alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi dan tes. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran dan tes diberikan untuk melihat tingkat keberhasilan peserta didik dari suatu materi ajar yang disampaikan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kondisi awal terdapat 11 orang dari 20 peserta didik atau sekitar (55%) yang tidak tuntas dan sebanyak 9 orang dari 20 peserta didik atau sekitar (45%) yang tuntas. Kemudian pada siklus I terdapat 13 orang dari 20 peserta didik atau sekitar (65%) yang tuntas dan sebanyak 7 orang dari 20 peserta didik atau sekitar (35%) yang tidak tuntas. Pada siklus II terdpat 19 orang dari 20 peserta didik atau sekitar (95%) sudah tuntas dan sebanyak 1 orang dari 20 peserta didik atau sekitar (5%) yang belum tuntas.

Berdasarkan hasil penelitian mulai dari kondisi awal, siklus I dan siklus II sudah terjadi peningkatan yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan aplikasi Google Clasroom dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik materi desain/prototype dan kemasan produk barang/jasa di kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga, SMK Negeri 1 Marabahan Tahun 2021.

Kata kunci : Prototype Dan Kemasan Produk Barang/Jasa, Google Classroom.

IMPROVING THE LEARNING OUTCOMES OF LEARNERS DESIGN MATERIALS / PROTOTYPES AND PACKAGING OF GOODS / SERVICES OF CREATIVE AND ENTREPRENEURIAL PRODUCT SUBJECTS THROUGH GOOGLE CLASSROOM APPLICATION IN XI ACCOUNTING AND FINANCIAL INSTITUTIONS AT SMK NEGERI 1 MARABAHAN ABSTRACT This research was conducted at SMK Negeri 1 Marabahan, with this type of research that is "Class Action Research". The subjects in the study were class XI Accounting and Finance Institutions learners of 20 people, while the object in the

50

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

study was the Google Clasroom app. The tools to be used to collect data are observation sheets and tests. Observations are made to observe the activities of teachers and learners in learning and tests are given to see the success rate of learners from a teaching material delivered.

Based on the results of observations made in the initial condition there were 11 people out of 20 learners or about (55%) who were not complete and as many as 9 people out of 20 learners or about (45%) who were completed. Then in cycle I there are 13 people out of 20 learners or about (65%) who are complete and as many as 7 people out of 20 learners or about (35%) who are not complete. In cycle II, 19 out of 20 learners or about (95%) have been completed and as many as 1 person out of 20 learners or about (5%) who have not been completed.

Based on the results of research starting from the initial condition, cycle I and cycle II have increased significantly. So it can be concluded that by using the Google Clasroom application can improve the learning outcomes of learners design / prototype materials and product packaging goods / services in class XI Accounting and Financial Institutions, SMK Negeri 1 Marabahan Year 2021.

Keywords: Design/Prototype and Packaging of Goods/Services Products I. PENDAHULUAN Menurut UU No 23 Tahun 2003 mengenai SISDIKNAS, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kita ketahui pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu negara, karena hal tersebut mempengaruhi kualitas SDM yang dimiliki. Pendidikan yang berkualitas diharapkan dapat membawa pengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa.

Tantangan dunia pendidikan akan terus ada seiring dengan perkembangan zaman. Sistem pendidikan harus selalui diperbarui agar para peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan tuntutan di zamannya.

Tuntutan pendidikan di zaman ini adalah, bagaimana mencetak lulusan yang berkualitas dengan metode baru di dunia maya. Kita ketahui sekarang ini, Indonesia tengah terkena pandemi Covid 19. Hal tersebut membawa dampak yang besar terhadap seluruh aspek Negara. Salah satunya yaitu di bidang pendidikan.

Kebijakan Pemerintah untuk mencegah penyebaran covid salah satunya adalah dengan pembatasan sosial, sehingga kegiatan pembelajaran secara tatap muka tidak bisa dilaksanakan. Untuk itu Kementrian Pendidikan menetapkan untuk mengadakan pembelajaran jarak jauh, secara virtual.

Adanya pembelajaran jarak jauh menuntut para guru untuk bisa menetapkan strategi belajar yang efektif agar tujuan pembelajaran tetap dapat tercapai walaupun tanpa tatap muka langsung. Perkembangan teknologi yang sangat pesat, sangat membantu dalam menetapkan strategi tersebut, baik yang bersifat Sinkron maupun Asinkron. Akan tetapi tidak semua aplikasi pembelajaran dapat diterapkan pada suatu sekolah.

Melihat kondisi yang ada di sekolah, baik dari sarana prasarana, jaringan

51

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

tempat tinggal peserta didik, maupun keadaan ekonomi peserta didik, ternyata kurang mendukung pembelajaran secara singkron. Sehingga pihak sekolah membuat kebijakan menggunakan platform pembelajaran asinkron dengan google drive. Akan tetapi pembelajaran dengan dengan aplikasi tersebut terlihat hanya satu arah, kurang ada interaksi langsung antara peserta didik dengan guru. Peserta didik juga terlihat bosan, dan kurang berminat dalam proses pembelajaran, karena guru hanya mengirimkan materi lewat Google Drive dan Peserta didik mengirimkan tugas juga lewat aplikasi tersebut. Jadi Google Drive hanya sekedar tempat menyimpan materi dan tugas. Keadaan tersebut ternyata mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Kurangnya minat dan interaksi pembelajaran, menyebabkan kuran optimalnya hasil belajar. Sehingga dibutuhkan platform lain yang mudah diakses dan juga bisa menciptakan interaksi antara guru dengan peserta didik, yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Google Classroom merupakan satu platform asinkron yang disediakan oleh akun Google. Aplikasi ini gratis dan mudah untuk diakses peserta didik.

Dalam proses pembelajaran guru dapat membagikan materi, memberi tugas melalui aplikasi ini. Kelebihan dari aplikasi Google Classroom dibanding aplikasi lain yaitu aplikasi Google Classroom dapat digunakan untuk membuat dan mengelola kelas, tugas, nilai serta dapat memberikan masukan secara langsung.

Peserta didik juga dapat melihat materi dan tugas yang diberikan, mengirim tugas, maupun memantau nilai dan masukan dari guru. Adanya kelebihan tersebut diharapkan peserta didik dapat lebih mudah belajar secara mandiri menggunakan aplikasi Google Classroom sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

II. METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Negeri 1 Marabahan , pada bulan Oktober November semester 1 Tahun Pelajaran 2021/2022. Dengan jumlah peserta didik sebanyak 20 orang. Objek penelitian ini adalah materi mengenai desain/prototype dan kemasan produk barang/jasa yang di share melalui aplikasi google classroom.

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Marabahan , Kabupaten Marabahan, Provinsi Kalimantan Selatan di semester 1 Tahun Ajaran 2021/2022 bulan Agustus-Oktober dengan menyesuaikan jadwal mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Saya memilih sekolah ini karena merupakan tempat saya mengajar sehingga sudah mengetahui karakteristik peserta didik.

Berikut ini merupakan jadwal penelitian yang dilakukan.

52

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 1.

JADWAL PENELITIAN

No Hari/Tanggal Kegiatan Izin 1 Senin, 19 Oktober 2021 Penelitian dan Observasi 2 Kamis, Pre test 22 Oktober 2021

Keterangan Peneliti meminta izin melaksanakan penelitian dan melaksanakan observasi pra tindakan di SMK Negeri 1 Marabahan Pre test dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran. Aplikasi yang digunakan yaitu google form dengan jumlah soal 10 bentuk pilihan ganda.

3 Kamis, Pertemuan Kegiatan pembelajaran, 22 Oktober 2021 Pertama penyampaian materi menggunakan aplikasi siklus I google classroom.

4 Kamis, Post test Post test dilaksanakan sebelum kegiatan 22 Oktober 2021 pembelajaran. Aplikasi yang digunakan yaitu google form dengan jumlah soal 10 bentuk pilihan ganda.

5 Senin, Pre test Pre test dilaksanakan sebelum kegiatan 2 November 2021 pembelajaran. Aplikasi yang digunakan yaitu google form dengan jumlah soal 10 bentuk pilihan ganda.

6 Senin, Pertemuan Kegiatan pembelajaran, penyampaian materi 2 November 2021 pertama menggunakan aplikasi google classroom. siklus II 7 Senin, Post test Post test dilaksanakan sebelum kegiatan 2 November 2021 pembelajaran. Aplikasi yang digunakan yaitu google form dengan jumlah soal 10 bentuk pilihan ganda.

8 Selasa-Kamis Pengolahan Mengolah data hasil belajar peserta 3-5 Januari 2021 Data Hasil didik dan hasil observasi yang didapat saat Penelitian penelitian.

B. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi.

1. Tes Tes adalah alat untuk memperoleh data - data atau keterangan - keterangan mengenai sejauh mana kemampuan peserta didik dan juga untuk melihat tingkat keberhasilan peserta didik dari suatu materi ajar yang disampaikan. Pemberian tes dalam penelitian ini terbagi atas tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) yang berupa objek tes (pilihan ganda) cepat. Akan tetapi untuk analisis data yang dipergunakan hanya post test.

53

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

2. Observsi Observasi digunakan untuk mengambil data mengenai kegiatan peserta didik dalam mengakes aplikasi google classroom. Apakah peserta didik aktif dalam menggunkan aplikasi tersebut.

C. Deskripsi Per Siklus 1. Siklus I Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan pada pokok bahasan Desain/Prototype dan Kemasan Produk Barang/Jasa, maka peneliti mengembangkan rencana Penelitian Tindakan Kelas berupa prosedur kerja yang dilaksanakan di dalamkelas.

Dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus yaitu masing-masing terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. a. Perencanaan (planning) 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan isi kompetensi yang akan dicapai 2. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan 3. Membuat lembar pertanyaan pada soal tes siklus 1 b. Tindakan (action) Tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan platform Google Classroom . Langkah- langkah yang akan dilakukan antara lain; 1. Guru mengunggah materi desain/prototype dan kemasan produk barang/jasa yang lebih lengkap sesuai dengan standar kompetensi pada materi tersebut ke dalam penugasan pada aplikasi google classroom.

2. Peserta didik diminta membuat kelompok 3. Peserta didik diminta untuk berdiskusi sesuai dengan LKPD yang sudah di share di google classroom 4. Peserta didik memberikan tanggapan dengan mengerjakan semua penugasan tersebut. Selanjutnya, peserta didik mengirimkan (submit) tanggapan tersebut sebagai hasil respon pekerjaan dalam penugasan.

5. Guru menanggapi respon tersebut dan menilai hasil respon peserta didik. c. Pengamatan (observation) Pada tahap ini dilakukan observasi pembelajaran kepada peserta didik dengan pencatatan terhadap gejala yang terjadi di indikator penelitian. Mengamati apa yang menjadi kendala, sehingga diketahui adanya masalah yang terjadi pada proses pembelajaran. Pengamatan yang dilakukan peneliti di sini untuk menetahui kegiatan peserta didik dalam pembelajaran menggunakan aplikasi google classroom dan melihat data kemajuan hasil belajar peserta didik. d. Refleksi (reflection) Setelah melaksanakan serangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dan pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan maka akan dilakukan refleksi.

54

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Melihat seberapa jauh indikator keberhasilan suatu tindakan dan dampak suatu tindakan yang terjadi, selanjutnya merekomendasikan untuk siklus tindakan selanjutnya.

2. Siklus II Berdasarkan hasil refleksi terhadap hasil perbaikan pembelajaran pada siklus 1, maka peneliti mengembangkan rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II berupa Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi. a. Perencanaan 1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siklus I dan merumuskan rencana perbaikan 2. Merancang pembelajaran dengan memberikan materi pra syarat atau latihan soal b. Tindakan Guru melakukan tindakan serupa seperti pada kegiatan siklus I. c. Observasi Mengamati proses perbaikan pembelajaran yang dilakukan dan mencatat semua temuan terkait kesesuaian dengan RPP. d. Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran Siklus II, selanjutnya dibandingkan dengan hasil terdahulu pada siklus I. Jika hasil yang diperoleh meningkat dari hasil siklus I maka penelitian ini dianggap berhasil.

D. Indikator Keberhasilan Penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Kriteria keberhasilan terhadap tindakan ditetapkan berdasarkan ketuntasan belajar yang diterapkan oleh sekolah dan berdasarkan pertimbangan peneliti. Adapun kriteria keberhasilan tersebut adalah pembelajaran dinilai berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik ranah kognitif setelah dilakukan tindakan baik pada siklus I ataupun siklus II. Dengan ketentuan minimal 75% peserta didik dalam satu kelas mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah yaitu 70.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang juga dikenal dengan istilah Classroom Action Research. PTK merupakan salah satu penelitian yang cocok dilakukan oleh seorang guru, karena penelitian ini difokuskan pada permasalahan pembelajaran yang timbul di dalam kelas guna memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih efektif.

Data hasil penelitian yang akan dipaparkan merupakan data hasil rekaman tentang beberapa hal yang menyangkut pelaksanaan selama tindakan berlangsung, yaitu peningkatan hasil belajar peserta didik materi desain/

55

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

prototype dan kemasan produk barang/jasa mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan melalui aplikasi google classroom kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Negeri 1 Marabahan Tahun 2021.

A. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I Materi yang dibahas pada siklus I adalah desain/prototype. Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2021 selama 2 jam pelajaran, selama pandemi 1 jam pelajaran dialokasikan 30 menit. Satu siklus terdiri dari empat (4) tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Penjabaran masing-masing tahap pada siklus I adalah sebagai berikut : 1. Tahap Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah menentukan langkah-langkah awal bagaimana praktik pembelajaran daring menggunakan aplikasi google classroom dilakukan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain: a. Melakukan pertemuan dengan guru mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan, Ibu Mahria Rihana, S.E, Ibu Ratna Juita, S.Sos dan Ibu Ir. Hj. Zahrah untuk membicarakan persiapan, tindakan dan waktu kegiatan. b. Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan diajarkan kepada peserta didik. c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. d. Membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sesuai dengan materi yang akan diajarkan. e. Membuat daftar hadir pesertadidik selama penelitian. f. Membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi yang akan digunakan dalam siklus PTK (lampiran).

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan pada pertemuan I dilakukan selama 2 jam pelajaran (2x30 menit) melalui google classroom diawali dengan kegiatan pendahuluan selama 10 menit. Penulis yang bertindak sebagai guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan manfaat pembelajaran hari ini. b. Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai, peserta didik diwajibkan menjawab soal pre tes sebanyak 10 soal pilihan ganda melalui google form selama 10 menit. c. Kegiatan selanjutnya adalah peserta didik mempelajari dan menganalisis materi yang di share guru melalui google classroom, dan mendiskusikan soal yang ada di LKPD. d. Kegiatan penutup, guru berasama peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran dan guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. e. Setelah kegiatan penutup, peserta didik dipersilahkan mengerjakan soal post test dengan jumlah dan soal yang sama dengan pre test selama 10 menit melalui google form. f. Pada tindakan berikutnya guru mengunduh hasil pre tes dan post

56

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

g.

test yang ada di google form.

Adapun hasil pre test dan post tes yang dilakukan oleh peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

HASIL PRE TEST DAN POST TEST SIKLUS I

Pre Test Post Test Nama Tuntas/ Tuntas/ Nilai Nilai Tidak Tuntas Tidak Tuntas Anggi Rurensia 60 Tidak Tuntas 70 Tuntas Auliya Pebriyanti 30 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas Dea 30 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas Fitriyani Indah Purnama Sari 40 Tidak Tuntas 50 Tidak Tuntas Haniah 60 Tidak Tuntas 70 Tuntas Irmawati 30 Tidak Tuntas 40 Tidak Tuntas Kaisya Olipia Yumna 40 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas M. Riduan 90 Tuntas 90 Tuntas Mely Agustina 60 Tidak Tuntas 70 Tuntas Munirah 50 Tidak Tuntas 70 Tuntas Nia 80 Tuntas 80 Tuntas Nor Indah Amina 60 Tidak Tuntas 70 Tuntas Norhidayah 60 Tidak Tuntas 70 Tuntas Novia 40 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas Nur Mars Finistyaningsih 60 Tidak Tuntas 70 Tuntas Rahmad Agung Santoso 40 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas Resa 60 Tidak Tuntas 70 Tuntas Saniah 60 Tidak Tuntas 70 Tuntas Shintia Eka Rahayu 80 Tuntas 90 Tuntas Siti Thamimah Elmi 70 Tuntas 70 Tuntas Nilai tertinggi 90 90 Nilai terendah 30 40 Rata-rata 55 67 Tabel 3.

REKAPITULASI KETERCAPAIAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS I

Pre Test Jumlah Nilai Ketercapaian % Peserta Didik 1 5% A 86 – 100 2 10% B 71 – 85 9 45% C 55 – 70 8 40% D < 55

57

Post Test Jumlah % Peserta Didik 2 1 14 3

10% 5% 40% 25%

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 4.

PESERTA DIDIK YANG SUDAH DAN BELUM MENCAPAI KKM SIKLUS I Jumlah Jumlah % jumlah % jumlah Keterangan peserta didik peserta didik peserta didik peserta didik tuntas tidak tuntas tuntas tidak tuntas 4 16 20% 80% Pre test 13 7 65% 35% Post test Dari kedua tabel terdahulu dapat dilihat data pre test, sebanyak 4 peserta didik yang tuntas belajar dengan persentase sebesar 20% sedangkan sebanyak 16 peserta didik yang tidak tuntas belajar dengan persentase sebesar 80%. Setelah dilakukan tindakan dengan pembelajaran daring menggunakan platform google classroom dan dilakukan post test, jumlah peserta didik yang tuntas belajar naik menjadi 13 peserta didik dengan persentase sebesar 65% sedangkan 7 peserta didik masih tidak tuntas belajar dengan persentase sebesar 35%. Dikarenakan pada siklus I jumlah peserta didik yang tuntas belajar hanya 65% dari total peserta didik di kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga , maka pembelajaran daring dengan aplikasi google classroom akan dilanjutkan ke siklus II.

3. Tahap Pengamatan Tahap Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dideskripsikan di atas, maka diperoleh data kegiatan peserta didik dalam mengakses aplikasi google classroom pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan materi kemasan produk barang/jasa pada siklus I, seperti tabel 5 berikut ini Tabel 5, No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

HASIL OBSERVASI INDIVIDU SIKLUS I Nama Anggi Rurensia Auliya Pebriyanti Dea Fitriyani Indah Purnama Sari Haniah Irmawati Kaisya Olipia Yumna M. Riduan Mely Agustina Munirah Nia Nor Indah Amina Norhidayah Novia

58

Keterangan Cukup Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Sangat Baik Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Kurang

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No 15 16 17 18 19 20

Nama Nur Mars Finistyaningsih Rahmad Agung Santoso Resa Saniah Shintia Eka Rahayu Siti Thamimah Elmi

Keterangan Cukup Cukup Cukup Cukup Sangat Baik Cukup

4. Tahap Refleksi Setelah dilaksanakan penerapan aplikasi google classroom pada pembelajaran daring siklus I, ternyata belum menunjukkan hasil yang maksimal sehingga perlu dilaksanakan tindakan selanjutnya agar mencapai hasil yang lebih baik lagi. Peneliti melakukan refleksi tentang kekurangan-kekurangan pada siklus I, refleksi dilakukan dengan memperhatikan hasil observasi, hasil tes dan pengamatan selama proses pembelajaran daring berlangsung. Dari kegiatan refeksi dapat diketahui permasalahan atau kendala yang dihadapi serta kelebihan dari aplikasi google classroom. Kendala yang ada di dalam siklus I diantaranya yaitu sebagai berikut: a. Guru maupun peserta didik masih membutuhkan penyesuaian dalam mengoperasikan google classroom, selain itu terdapat sedikitkesulitan dalam mengkondisikan peserta didik karena merupakan merupakan aplikasi yang baru diterapkan. b. Peserta didik masih kesulitan dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan aplikasi google classroom ini. c. Google clasroom memerlukan internet yang stabil, sehingga waktu pembelajaran terhambat karena terkendala jaringan. d. Adanya kendala seperti ini, guru perlu mengkondisikan peserta didik agar waktu yang telah dialokasikan dapat digunakan dengan efisien. e. Hasil post test siklus I menunjukkan 13 peserta didik atau 65% peserta didik sudah mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Akan tetapi ketuntasan masih belum dapat mencapai kriteria keberhasilan pembelajaran yaitu minimal 75% peserta didik di dalam kelas dapat mencapai KKM. Selain adanya kendala yang dihadapi pada siklus I, penerapan aplikasi google classroom juga memiliki kelebihan, diantaranya yaitu: a. Aplikasi google classroom mampu meningkatkan kerjasama dan komunikasi karena guru dapat mengirimkan pemberitahuan peserta didik, dan peserta didik memiliki kesempatan untuk membrikan umpan balik. b. Diskusi di dalam kelas seperti biasanya bisa dilakukan dalam google classrom. Dengan membuat pertanyaan, guru memberikan instruksi dari pertanyaan tersebut untuk kemudian dijawab olehpara murid. c. Aplikasi google classroom memudahkan melihat tugas yangdiberikan guru,karena bisa melihatnya pada satu halaman yang menyediakan

59

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

laman tugas.

B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II Tahap pelaksanaan siklus II meliputi : 1. Tahap Perencanaan Perencanaan pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklusII mengacu pada hasil observasi pra siklus yang dilaksanakan pada pembelajaran produk kreatif dan kewirausahaan siklus I. Beberapa tahap perencanaan meliputi : a. Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan diajarkan kepada peserta didik. b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan mengacu pada kelebihan dan kekurangan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I. c. Membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sesuai dengan materi yang akan diajarkan. d. Membuat daftar hadir pesertadidik selama penelitian. e. Membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi yang akan digunakan dalam siklus PTK (lampiran).

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan pada pertemuan II dilakukan selama 2 jam pelajaran (2x30 menit) melalui google classroom diawali dengan kegiatan pendahuluan selama 10 menit. Penulis yang bertindak sebagai guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan manfaat pembelajaran hari ini. b. Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai, peserta didik diwajibkan menjawab soal pre tes sebanyak 10 soal pilihan ganda melalui google form selama 10 menit. c. Kegiatan selanjutnya adalah peserta didik mempelajari dan menganalisis materi yang di share guru melalui google classroom, dan mendiskusikan soal yang ada di LKPD. d. Kegiatan penutup, guru bersama peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran dan guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. e. Setelah kegiatan penutup, peserta didik dipersilahkan mengerjakan soal post test dengan jumlah dan soal yang sama dengan pre test selama 10 menit melalui google form. f. Pada tindakan berikutnya guru mengunduh hasil pre tes dan post test yang ada di google form. g. Adapun hasil pre test dan post tes yang dilakukan oleh peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga adalah sebagai berikut:

60

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 6 .

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

HASIL PRE TEST DAN POST TEST SIKLUS II Pre Test Post Test Nama Tuntas/ Tuntas/ Nilai Tidak Tuntas Nilai TidakTuntas 80 Tuntas Anggi Rurensia 70 Tuntas Tuntas Auliya Pebriyanti 60 Tidak Tuntas 80 90 Tuntas Dea 50 Tidak Tuntas Tuntas Fitriyani Indah Purnama Sari 50 Tidak Tuntas 80 90 Tuntas Haniah 70 Tuntas Tuntas Irmawati 60 Tidak Tuntas 80 Tuntas Kaisya Olipia Yumna 60 Tidak Tuntas 70 100 Tuntas M. Riduan 90 Tuntas 80 Tuntas Mely Agustina 70 Tuntas 80 Tuntas Munirah 70 Tuntas 100 Tuntas Nia 80 Tuntas 100 Tuntas Nor Indah Amina 70 Tuntas 80 Tuntas Norhidayah 70 Tuntas 80 Tuntas Novia 60 Tidak Tuntas 60 Tidak Tuntas Nur Mars Finistyaningsih 70 Tuntas Tuntas Rahmad Agung Santoso 60 Tidak Tuntas 80 90 Tuntas Resa 70 Tuntas 90 Tuntas Saniah 70 Tuntas 100 Tuntas Shintia Eka Rahayu 90 Tuntas 90 Tuntas Siti Thamimah Elmi 70 Tuntas Nilai tertinggi 100 Nilai tertinggi Nilai terendah 50 Nilai terendah Rata-rata 68 Rata-rata

Tabel 7.

REKAPITULASI KETERCAPAIAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS II Pre Test Post Test Nilai Ketercapaian Jumlah Jumlah % % Peserta Didik Peserta Didik 2 10% 9 45% A 86 – 100 1 5% 9 45% B 71 – 85 15 75% 2 10% C 55 – 70 2 10% D < 55

61

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 8.

PESERTA DIDIK YANG SUDAH DAN BELUM MENCAPAI KKM SIKLUS II Jumlah Jumlah % jumlah % jumlah Keterangan peserta didik peserta didik peserta didik peserta didik tuntas tidak tuntas tuntas tidak Tuntas 13 7 65% 35% Pre test 19 1 95% 5% Post test

Dari tabel terdahulu dapat dilihat data pre test, sebanyak 13 peserta didik yang tuntas belajar dengan persentase sebesar 65% sedangkan sebanyak 7 peserta didik yang tidak tuntas belajar dengan persentase sebesar 35%. Setelah dilakukan tindakan dengan pembelajaran daring menggunakan platform google classroom dan dilakukan post test, jumlah peserta didik yang tuntas belajar naik menjadi 19 peserta didik dengan persentase sebesar 95%, dan peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 1 orang dengan presentase 5%.

3. Tahap Pengamatan Tahap Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dideskripsikan di atas, maka diperoleh data kegiatan peserta didik dalam mengakses aplikasi google classroom pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan materi kemasan produk barang/jasa pada siklus II. Tabel 9.

HASIL OBSERVASI INDIVIDU SIKLUS I No Nama Keterangan 1 Anggi Rurensia Baik 2 Auliya Pebriyanti Baik 3 Dea Sangat Baik 4 Fitriyani Indah Purnama Sari Baik 5 Haniah Sangat Baik 6 Irmawati Baik 7 Kaisya Olipia Yumna Cukup 8 M. Riduan Sangat Baik 9 Mely Agustina Baik 10 Munirah Baik 11 Nia Sangat Baik 12 Nor Indah Amina Sangat Baik 13 Norhidayah Baik 14 Novia Baik 15 Nur Mars Finistyaningsih Kurang 16 Rahmad Agung Santoso Baik 17 Resa Sangat Baik

62

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No Nama 18 Saniah 19 Shintia Eka Rahayu 20 Siti Thamimah Elmi

Keterangan Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

4. Tahap Refleksi Setelah dilaksanakan penerapan aplikasi google classroom pada pembelajaran daring siklus II, ternyata sudah menunjukkan hasil yang maksimal. Hasil belajar yang diperoleh lebih baik dibandingkan pada saat pelaksanaan kegiatan pembe lajaran produk kreatif dan kewirausahaan pada siklus I. Penemuan masalah dalam tindakan yaitu permasalahan dari gurudan peserta didik, sudah dapat diantisipasi. Adapun permasalahan yang muncul dai peserta didik yang partisipasinya rendah, dikarenakan memang terkendala jaringan.

Hasil yang diperoleh semua peserta didik menunjukkan kemampuan akhir yang lebih baik dibandingkan dengan kemampuan awal sebelum tindakan dengan ditunjukkan hasil observasi terhadap keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui aplikasi google classroom. Dari hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan refleksi siklus II maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan pembelajaran melalui google classroom untukmeningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran produk kreatif dan kewirausahaan dapat diakhiri padasiklus II. C. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui dua siklus ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik materi desain/prototype dan kemasan produk barang/jasa mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan melalui aplikasi google classroom kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Negeri 1 Marabahan Tahun 2021. Adapun peningkatan hasil belajar peserta didik berdasarkan hasil test siklus I dan siklus II sebagai berikut : Tabel 10.

No 1 2 3 4 5 6 7

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS I DAN SIKLUS II Siklus I Siklus II Nama Keterangan Pre Post Pre Post Test Test Test Test Anggi Rurensia 60 70 70 80 Meningkat Auliya Pebriyanti 30 60 60 80 Meningkat Dea 30 50 50 90 Meningkat Fitriyani Indah Purnama Sari 40 50 50 80 Meningkat Haniah 60 70 70 90 Meningkat Irmawati 30 40 60 80 Meningkat Kaisya Olipia Yumna 40 60 60 70 Meningkat

63

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Siklus I Pre Post Test Test 90 90 60 70 50 70 80 80 60 70 60 70 40 60 60 70 40 60 60 70 60 70 80 90 70 70

Nama M. Riduan Mely Agustina Munirah Nia Nor Indah Amina Norhidayah Novia Nur Mars Finistyaningsih Rahmad Agung Santoso Resa Saniah Shintia Eka Rahayu Siti Thamimah Elmi

Siklus II Pre Post Test Test 90 100 70 80 70 80 80 100 70 100 70 80 60 80 70 60 60 80 70 90 70 90 90 100 70 90

Keterangan Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Tidak Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat

Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa sebagian besar peserta didik mengalami peningkatan pada hasil belajarnya. Hal ini terjadi karena kegiatan pembelajaran melalui aplikasi google classroom. Berikut hasil pembelajaran yang diperlihat melalui tabel dan gambar.

Tabel 11. HASIL PEMBELAJARAN SIKLUS I DAN SIKLUS II Siklus I Siklus II Rata-rata hasil belajar 67 85 Ketuntasan 65% 95%

85

90 80 70

67

60 50 40 30 20 10 0 HASIL BELAJAR SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 1. PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS I DAN SIKLUS II

64

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

95%

100% 80% 65% 60% 40% 20% 0% SIKLUS I

Gambar 2.

SIKLUS II

PERBANDINGAN KETUNTASAN BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS I DAN SIKLUS II

Dari tabel dan gambar tersebut diperoleh bahwa pada akhir siklus I dan siklus II pada penelitian ini menghasilkan kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik selama pandemi Covid 19 tetap mengikuti pembelajaran, yaitu proses belajar produk kreatif dan kewirausahaan dengan memanfaatkan aplikasi google classroom. Tes pada akhir siklus I dan silus II ini menghasilkan kenaikan rata-rata nilai tes. data rerata skor perolehan nilai peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga pada akhir siklus I adalah 67 dan hasil tes akhir siklus II adalah 85.

Hasil ini menunjukkan bahwa hasil tes akhir siklus II mengalami peningkatan dari hasil tes akhir siklus I. Target rata-rata nilai tes peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga dalam penelitian ini adalah minimal 70 sehingga hasil rata-rata tes pada akhir siklus II telah melebihi batas minimal. Hasil tes pada akhir siklus I presentase ketuntasan sebesar 65% sedangkan pada akhir siklus II meningkat menjadi 95%. Hal ini menunjukkan bahwa target presentase ketuntasan peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga dalam penelitian ini adalah minimal 75% sehingga hasil presentase ketuntasan peserta didik pada akhir siklus II telah melebihi nilai batas minimal.

Berdasarkan aspek yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh mengalami peningkatan di setiap aspek sehingga dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran menggunakan aplikasi google classroom dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga pada materi desain/prototype dan kemasan produk barang dan jasa di SMK Negeri 1 Marabahan tahun 2021.

65

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran produk kreatif dan kewirausahaan mengenai konsep desain/prototype dan kemasan barang/jasa dengan menggunakan aplikasi google classroom pada peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga, dapat meningkatkan hsil belajar pserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata hasil test siklus I sebesar 67 meningkat menjadi 85 pada siklus II, sedangkan tingkat ketuntasan belajar yang semula sebesar 65% di siklus I meningkat menjadi 95% pada siklus II. Penggunaan aplikasi google classroom pada saat pembelajaran jarak jauh dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Negeri 1 Marabahan tahun 2021.

B. Saran Berdasarkan pembahasan disarankan bagi guru untuk lebih sering menggunakan google classroom karena memberikan dampak positif pada hasil belajar pada mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan, dan di kemudian hari guru dapat meningkatkan profesionalisme khususnya dalam penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi.

DAFTAR PUSTAKA Suharsimi, Arikunto. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Hakim, A.B., (2016). Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle, Google Classroom Dan Edmodo. I-STATEMENT: Information System and Technology Management, 2(1).

Purwanto, Ngalim. ( 2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: PT Remaja Rosda karya https://www.kajianpustaka.com/2019/03/penelitian-tindakan-kelas-ptk.html https://tulisptk.blogspot.com/2017/03/fungsi-dan-tujuan-ptk.html https://rimatrian.blogspot.com/2016/09/teori-dan-praktik-penelitiantindakan.html#:~:text=Penelitian%20Tindakan%20Kelas%20adalah%20pro ses,kualitas%20pembelajaran%20di%20kelas%20tertentu. https://idcloudhost.com/mengenal-apa-itu-google-classroom-fitur-fungsi-dankeunggulannya/ https://www.zonareferensi.com/pengertian-hasilbelajar/#:~:text=Pengertian%20hasil%20belajar%20%E2%80%93%20Secar a%20 umum,salah%20satu%20aspek%20potensi%20saja. https://www.silabus.web.id/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar/

66

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN EFEK FOTOLISTRIK (SOLAR SEL) Eko Mulyadi (Guru SMK Negeri 3 Yogyakarta) e-mail : mwdiwjohardimulyo@gmail.com DOI : https://osf.io/9wmvy ABSTRAK Telah dikembangkan media pembelajaran efek fotolistrik berupa serangkaian solar sel, yang bertujuan : 1) studi kelayakan media pembelajaran efek fotolistrik, 2) mempermudah pemahaman siswa tentang efek fotolistrik, 3) membuat siswa menyukai pembelajaran efek fotolistrik dan 4) mengukur besarnya peran media pembelajaran solar sel dalam membantu pemahaman siswa. Proses pengembangan dimulai dari desain rancangan dengan menggunakan 4 panel surya disusun pararel dihubungkan dengan kabel 2 buah kabel positif dan negatif, ke hambatan, kapasitor dan diode, kemudian ke lampu LED, produk dari desain dirangkai, dan kemudian dinilai oleh ahli media, ahli materi dan pengguna, penilaian direkapitulasi, untuk mengetahui kelayakan, masukan dan saran perbaikan produk. Hasil penilaian dari ahli media, ahli materi dan pengguna diperoleh rata-rata 4.08 kategori baik dan media layak untuk digunakan, siswa yang memahami materi efek fotolistrik dengan media sebesar 58%, siswa menyukai pembelajaran efek fotolistrik dengan media 27% amat baik, 35% baik, siswa menilai peran media pembelajaran efek fotolistrik, 46% amat baik dan 35% baik.

Kata Kunci : Media Pembelajaran , Efek Fotolistrik, Solar Sel. DEVELOPMENT OF LEARNING MEDIA PHOTOELECTRIC EFFECT (SOLAR CELL) ABSTRACT Photoelectric effect learning media has been developed in the form of a series of solar cells, which aims to: 1) study the feasibility of photoelectric effect learning media, 2) facilitate students' understanding of the photoelectric effect, 3) make students like learning the photoelectric effect and 4) measure the role of solar cell learning media in helping students understand. The development process starts from the design using 4 solar panels arranged in parallel connected by 2 positive and negative cables, to resistance, capacitors and diodes, then to LED lights, the product of the design is assembled, the results are assessed to media experts, material experts and users , evaluation from media experts, material experts and users are summarized, to determine the feasibility, the results of input and suggestions for product improvement. The average assessment results from media experts, material experts and users obtained an average of 4.08 good categories and the media is feasible to use, students who understand the photoelectric effect material with media are 58%, students who like learning photoelectric effects with media 27% are very good , 35% good, students assess the role of photoelectric effect learning media, 46% very good and 35% good.

Keywords: Learning Media, Photoelectric Effect, Solar Cells.

67

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia modern tentunya sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pembelajaran yang berpaku pada buku paket, instrumeninstrumen yang monoton dan tidak dikembangkan secara digital akan cenderung ditinggalkan karena membosankan.

Salah satu langkah yang harus ditempuh seorang pendidik dalam pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan adalah ia dapat mengembangkan pembelajaran dengan berbagai inovasi yang mendukung pembelajaran. Inovasi pengembangan pembelajaran ini ditentukan dengan pemilihan media yang tepat dalam setiap tatap muka dengan peserta didik.

Secara umum media digunakan dalam proses komunikasi, termasuk kegiatan belajar mengajar (I Budi Hartanto, 2015:4) Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang materi atau zat yang meliputi sifat fisis , komposisi, perubahan, dan energi yang dihasilkannya. Oleh karena itu,perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat saat ini tidak lepas dari ilmu fisika sebagai salah satu ilmu dasar. Ilmu Kedokteran, Teknologi industri, Teknologi manufaktur dan teknologi informasi, misalnya perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi saat ini, seperti telepon selular dan satelit tidak lepas dari aplikasi dari pembelajaran fisika pada materi gelombang elekteromagnetik. Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, harus selaras dengan peningkatan mutu SDM agar arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menuju sasaran yang tepat. Kami sebagai guru, perhatian yang seksama dalam peningkatan mutu SDM., khususnya dalam melihat permasalahan-permasalahan dan perkembangan di dalam proses pembelajaran, siswa maupun bahan ajar yang di ajarkan ( Suparman, 2007).

Penelitian Eko Mulyadi Tahun 2012, dengan pertanyaan apakah guru fisika menggunakan alat peraga? Siswa Kelas XIITP1 dan XIIAV1, yang menjawab tidak menggunakan alat peraga sebesar 93% dan 97%. Ini sangat memprihatinkan, materi pembelajaran fisika yang diberikan tidak menggunakan alat peraga, maka disarankan atau diwajibkan guru dalam mengajarkan menggunakan alat peraga, apabila belum ada maka sebaiknya sarana prasarana untuk mencukupi alat peraga disekolah agar dilakukan pengadaan untuk menunjang proses KBM. Lemahnya perhatian terhadap aspek kualitas pembelajaran fisika khususnya di SMK , hasil pengamatan di SMK 3 Yogyakarta : PBM Fisika masih didominasi dengan metode ceramah dan tanya jawab, akibatnya proses pembelajaran fisika menjadi kurang bermakna , sehingga kinerja dan prestasi belajar fisika belum maksimal, maka diperlukan inovasi pembelajaran fisika di SMK (Purwanto, 2008).

Dengan berbagai kendala yang dikemukakan di atas maka dibuat media pembelajaran ‘Efek Fotolistrik Solar Sel” untuk memudahkan dalam menjelaskan siswa tentang pembangkitan listrik dengan memanfaatkan sinar matahari, dengan tujuan 1) Studi kelayakan media pembelajaran efek fotolistrik, 2) Mempermudah pemahaman siswa tentang efek fotolistrik, 3) Membuat siswa 68

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

menyukai pembelajaran efek fotolistri, dan 4) Mengukur besarnya peran media pembelajaran solar sel dalam membantu pemahaman siswa.

Kehadiran media pembelajaran solar sel yang dirancang, dibuat untuk memberikan kemudahan pemahaman tentang materi efek fotolistrik, dengan memanfaatkan sinar matahari, yang tersedia setiap saat di alam, serta menjadikan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sesuai dengan PAIKEM GEMBROT, Pembelajaran Aktif Kreatif Inovatif Efektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot.

B. Landasan Teori 1. Media Pembelajaran Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee,1997). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran . Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.

Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realita, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pembelajar mempelajari mata pelajaran fisika. Namun demikian tidak mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau tempat (Oua Teda Ena, 2008). Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran (Permendikbud No.65 Tahun 2013) Efek fotolistrik, perisitiwa di mana electron yang dipancarkan memperoleh energi dari agitasi termal partikel pada logam, dan dapat diharapkan bahwa electron harus mendapat energi minimum tertentu supaya dapat lepas. Energi minimum ini dapat ditentukan untuk berbagai permukaan dan selalu berdekatan dengan fungsi kerja fotolistrik untuk permukaan yang sama. Dalam emisi fotolistrik , foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan oleh electron untuk lepas, sedang dalam emisi termionik kalorlah yang mneyediakannya, proses fisis yang bersangkutan dengan timbulnya elektron dari permukaan logam ( Arthur Beiser, The Houw Liong, 1992 : 57).

2. Kerangka Berfikir Pengembangan media pembelajaran solar sel untuk menjelaskan efek fotolistrik , didasari oleh proses yang tidak terlihat namun ada efek energi yang dihasilkan dan dimanfaatkan, yakni energi matahari yang senantiasa tersedia di alam.

Penerapan solar sel dalam kehidupan, yang diletakan di atas genting sebagai pemanas air atau untuk keperluan mandi, pada traffic light , lampu merah dengan solar sel, solar sel untuk menghidupkan lampu untuk penerangan, men-charge battery Handphone, solar sel untuk mengerakan mobil, perahu.

Skema kerangka berfikir pada pengembangan media pembelajaran efek fotolitrik solar sel : Potensi (Masalah)  pengumpulan data desain produkvalidasirevisiuji cobarevisi produk yang dihasilkan.

69

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Sedangkan hipotesis yang dikemukakan adalah, media pembelajaran solar sel dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran efek fotolistrik II. PROSEDUR PENELITIAN A. Langkah-Langkah Penelitian Penelitian ini menggunakan langkah-langkah : 1. Merancang solar sel 2. Merangkai solar sel 3. Menilaikan produk kepada ahli materi, ahli media 4. Merekapitulasi hasil penilaian 5. Mengujicobakan kepada user / testimoni 6. Memperbaiki produk dari hasil evaluasi ahli materi, ahli media dan user B. Metode Penelitian 1. Sampel Sumber Data Produk yang dihasilkan diujicobakan dengan sampel siswa kelas XI KR 3 berjumlah 31 orang , secara berkelompok mengamati produk solar sel, dan mengujicobakan di luar kelas, langsung pada sinar matahari dan memberikan komentar secara lisan maupun tulisan.

2. Teknik Pengumpulan Data Menyebar angket dan instrumen untuk ahli materi, ahli media dan user dan produk diujicobakan (testimoni) kepada pengguna kemudian divideokan komentar dari user, hasil angket direkapitulasi.

3. Instrumen Penelitian a. Instrumen ahli media, dengan penilaian skala linkert dengan rentang nilai 1-5. Dengan ketentuan nilai 1. Sangat Kurang, 2. Kurang, 3.

Cukup Baik, 4. Baik dan 5. Amat Baik, isi dari instrument : 1.

Kejelasan media efek fotolistrik, 2. Kemanfaatan, 3. Kesesuaian media dengan materi, 4. Tampilan media, 5. Deskripsi media, 6.

Kecocokan media, 7. Ketepatan media b. Instrumen ahli materi meliputi : 1. Kesesuaian materi efek fotolistrik dengan media, 2.keakuratan isi materi dengan media, 3.

Keterkaiatan isi materi dengan media, ketepatan materi dengan media, 5. Kejelasan materi dengan media, 6. Kemanfaatn media, 7.

Kesesuaian media, 8. Tampilan media, 9. Kelayakan media, dan 10.

Kecocokan media c. Instrumen Pengguna : 1. Saya bisa memahami dengan media efek fotolistrik, 2. Saya bisa menggunakan media efek fotolistrik, 3. Saya suka dengan penyajian media efek fotolistrik, 4. Pilihan materi sesuai kebutuhan belajar, 5. Media membantu saya untuk memahami materi, 6. Saya ingin memberitahukan keberadaan media pembelajaran efek fotolistrik.

4. Analisis Data Hasil penilaian produk oleh ahli media, ahli materi dan user kemudian dirata-rata seluruh itemnya dan dikategorisasikan hasilnya apakah sangat kurang (1.00-1.79), kurang (1.80-2.59), cukup baik (2.6070

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

3.39), baik (3.40-4.19) atau amat baik (4.20-5.00). (Sugiyono, 2012: 135 & 137).

Masukan atau saran dari ahli media, ahli materidan pengguna digunakan untuk perbaikan produk / media efek fotolistrik (solar sel).

5. Perencanaan Desain Produk Empat buah Solar sel 65X65-3 dipasang pararel kabel merah untuk (+), kabel hitam (-)  diantara kabel merah ke lampu LED dipasang hambatan 10 ohm, kapasitor dan dioda dihubungkan dengan 2 buah lampu LED. 6. Validasi Desain Produk media solar sel untuk pembelajaran efek fotolistrik di validasi oleh ahli media dan ahli materi, untuk ahli media teman sejawat yang memiliki kompetensi listrik dan ahli materi teman sejawat yang menguasai materi efek fololistrik .

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Desain Awal Produk (gambar dan penjelasan) 1

-

-

-

-

-

-

+

-

+

+

+

-

+

+

+

6 5

+ 2

Gambar 1. DESAIN PRODUK AWAL Keterangan : 1. Solar Panel 65x65-3, 2. Kabel , 3. Kapasitor , 4. Dioda, 5. Resistor, 6. Lampu LED

71

4 3

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

1

3 4 5 2

Gambar 2. RANGKAIAN MEDIA PEMBELAJARAN SOLAR SEL B. Hasil Pengujian Hasil pengujian produk media pembelajaran solar sel untuk materi efek fotolistrik (Gambar 3) 4,40 4,40 4,20

4,00

3,85

4,00 3,80 3,60 3,40 Ahli Media

Ahli Materi

Pengguna (User)

Gambar 3. HASIL PENILAIAN PRODUK SOLAR SEL Hasil pengujian produk oleh ahli media dihasilkan rata-rata 4.00, kategori baik, dengan masukan tampilan dirapikan sehingga menambah

72

6

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

daya tarik dari audien yang memanfaatkan alat tersebut, cocok untuk kejelasan materi listrik dasar. Hasil pengujian produk oleh ahli materi ratarata 4.40, kategori sangat baik, dengan masukkan atau saran tampilan bisa dioptimalkan atau disempurnakan Rekapitulasi dari para pengguna rata-rata 3.84, juga masih kategori baik dan layak untuk digunakan, dengan masukan atau saran beragama : dibuat lebih menarik supaya semangat belajar bertambah, alat ini sangat bagus sebaiknya dikembangkan disekolah-sekolah lain, bahannya mahal gunakan yang murah saja, gunakan bahan yang mudah didapat dan simple, kembangkan solar sel untuk membantu kehidupan, alat ini perlu dikembangkan lebih lanjut, sebaiknya penyajian media efek fotolistrik dikemas dengan rapi dan tertutup, dikembangkan lagi teknologi ini agar dapat menhemat listrik.

3,30 3,40 3,50 3,60 3,70 3,80 3,90 4,00 4,10 4,20 SAYA BISA MEMAHAMI DENGAN MEDIA EFEK FOTOLISTRIK (SOLAR CELL)

3,64

SAYA BISA MENGGUNAKAN MEDIA EFEK FOTOLISTRIK (SOLAR SELL)

3,93

SAYA SUKA DENGAN PENYAJIAN MEDIA EFEK FOTOLISTRIK

3,93

PILIHAN MATERI SESUAI KEBUTUHAN BELAJAR

3,75

MEDIA MEMBANTU SAYA UNTUK MEMAHAMI MATERI

4,14

SAYA INGIN MEMBERITAHUKAN KEBERADAAN MEDIA PEMBELAJARAN…

3,68

Gambar 4. RATA-RATA PENILAIAN PENGGUNA PER ITEM Gambar 4 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian pengguna dominan bahwa media membantu untuk memahami materi, berkebalikan dengan saya bisa memahami dengan media efek fotolitrik.

Pada hari Senin tanggal 3 Agustus 2015, pukul 09.30 WIB, telah dilakukan pengukuran diluar ruangan tempat terbuka diperoleh output 6,6 volt, lampu LED menyala terang, di dalam ruangan diperoleh output 3,6 volt, menyala redup, sedangkan di dalam ruangan solar sel ditutup diperoleh output 1,4 volt, lampu LED tidak menyala.

C. Revisi Produk (Gambar Setelah Direvisi Dan Penjelasannya) Revisi produk dilakukan berdasarkan masukan dari ahli materi dan ahli media, yakni dengan menyempurnakan tampilan, dengan menambahkan keterangan serta cara menggunakan media pembelajaran solar sel untuk menjelaskan materi efek fotolistrik (Gambar 4 a dan b).

73

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Gambar 4a.TAMPAK DEPAN

Gambar 4b. TAMPAK BELAKANG

D. Pembahasan Produk Produk media pembelajaran efek fotolistrik berupa rangkaian solar sel ini layak untuk digunakan karena dari hasil penilaian ahli media, ahli materi dan pengguna hasil rekapitulasi rata-rata 4.08 kategori baik artinya layak untuk digunakan.

Dari analisa per item hasil penilaian produk oleh pengguna : Saya bisa memahami dengan media efek fotolistrik (Solar sel), K AB SK 0% C 7%4% 31% B 58%

Gambar 5. PEMAHAMAN DENGAN MEDIA EFEK FOTOLISTRIK Dari Gambar 5. Menunjukkan bahwa siswa yang bisa memahami dengan media dengan amat baik 7%, baik 58%, cukup baik 31%, kurang 0%, sangat kurang 4%, artinya dengan dominasi pemahaman sebesar 58%.

Saya bisa menggunakan media efek fotolistrik (solar sel), ditunjukkan Gambar 6.

K AB SK C 0% 16% 24% B 60%

Gambar 6. PENGGUNAAN MEDIA EFEK FOTOLISTRIK

74

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Dari Gambar 6. Siswa yang mampu menggunakan media pembelajaran efek fotolistrik amat baik 16%, baik 60%, cukup baik 24%, kurang dan sangat kurang 0%, artinya dominasi penggunaan media efek fotolistrik 60%.

Saya suka dengan penyajian efek fotolistrik, ditunjukkan Gambar 7.

K SK4% AB 0% C 27% 34% B 35%

Gambar 7.

SUKA DENGAN PENYAJIAN MEDIA EFEK FOTOLISTRIK

Dari Gambar 7 menunjukkan siswa yang suka dengan media efek fotolistrik (solar sel) , amat baik 27%, baik 35%, cukup baik 34%, kurang 4% dan sangat kurang 0%, dominasi yang suka dengan media pembelajaran efek fotolistrik 35%.

Pilihan materi sesuai dengan kebutuhan belajar ditunjukkan Gambar 8.

K AB SK 0% 8% 0%

C 40%

B 52%

Gambar 8.

PILIHAN MATERI SESUAI DENGAN KEBUTUHAN BELAJAR

Dari Gambar 8. Menunjukkan pilihan materi sesuai dengan kebutuhan belajar amat baik 8%, baik 52%, cukup baik 40%, kurang baik dan sangat kurang 0%, dominasi pilihan materi sesuai dengan kebutuhan belajar 52%.

Media membantu saya untuk memahami materi ditunjukkan Gambar 9.

75

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

K SK4% 0%

AB 42%

C 19% B 35%

Gambar 9. MEDIA MEMBANTU UNTUK MEMAHAMI MATERI Dari Gambar 9, menunjukkan bahwa media membantu siswa untuk memahami materi, amat baik 42%, baik 35%, cukup baik 19%, kurang 4% dan sangat kurang 0%, dominasi penilaian amat baik 42%.

Saya ingin memberitahukan keberadaan media pembelajaran efek fotolistrik (solar sel), ditunjukan Gambar 10, SK K AB 0% 0% C 12% 46% B 42%

Gambar 10.

PEMBERITAHUAN KEBERADAAN MEDIA PEMBELAJARAN EFEK FOTOLISTRIK

Dari gambar 10. Menunjukkan bahwa keberadaan media efek fotolistrik akan diberitahukan kepada siswa yang lain, amat baik 12%, baik 42%, cukup baik 46%, kurang dan sangat kurang 0%, dominasi pemberitahuan keberadan efek fotolistrik sebesar 46% kategori cukup baik.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan dapat disimpulkan : 1. Hasil penilaian media pembelajaran efek fotolistrik berupa serangkaian solar sel dari ahli media, ahli materi dan pengguna diperoleh rata-rata 4.08 kategori baik dan layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

2. Media pembelajaran efek fotolistrik memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran 3. Media pembelajaran efek fotolistrik disukai oleh siswa 4. Besarnya peran media pembelajaran efek fotolistrik dalam memahami materi sebesar 46% amat baik dan 35% baik.

76

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

B. Saran Pengunaan Penggunaan media pembelajaran efek fotolistrik berupa solar sel dari proses solar sel dipanaskan langsung cahaya matahari bisa diperagakan dan diukur tegangan outputnya misalnya pagi, siang dan sore.

DAFTAR PUSTAKA Arthur Beiser, The Houw Liong. (1992). Konsep Fisika Modern. Erlangga : Jakarta.

Bovee, Courland. (1997). Business Communication Today. New York : Prentice Hall.

Eko Mulyadi. (2012). Pengaruh Persepsi Mata Pelajaran Fisika Siswa Kelas XIITP1 dan XIIAV1 Terhadap Prestasi Belajar di SMK N 3 Yogyakarta, Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014. ISSN : 0853-0823.

Ertikanto, Chandra, dkk, (2003). Penggunaan Teknik Bertanya Guru Untuk Meningkatkan Berpikir dan Konsepsi Siswa Tentang Konsep-Konsep Fisika. Lampung : FKIP Universitas Lampung I Budi Hartanto. (2015). Movie Maker Sebagai Media Pembelajaran. Harian Bernas, 17 oktober 2015. Hal. 4.

Ouda Teda Ena . (2008). Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi. Yogyakarta : Universitas Sanata Darma www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTedaEna.doc didownload tanggal 27 Desember 2008.

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses . Kemdikbud 2013.

Purwanto. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar Fisika di SMK Negeri 3 Yogyakarta. Presentasi PTK Tanggal 5 Nopember 2008.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung : Alfabeta .

Suparman. (2007). Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar di Materi Listrik Statis dengan pembelajaran Berbasis ICT pada Kelas XII IPA 3 SMA N 4 Kendari. Kendari: SMAN 4.

77

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PROFESI, KOMUNIKASI, DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI KERJA GURU SMA NEGERI SE KABUPATEN TANAH BUMBU Jamalluddinnor ( Kepala SMA Negeri 1 Mantewe ) e-mail : jamalabisulthan@gmail.com DOI : https://osf.io/smbec ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara: (1) sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja guru, (2) komunikasi dengan prestasi kerja guru, (3) motivasi berprestasi dengan prestasi kerja guru, (4) sikap terhadap profesi guru dengan motivasi berprestasi guru, (5) komunikasi dengan motivasi berprestasi guru, (6) sikap terhadap profesi guru dengan prestasi kerja melalui motivasi berprestasi guru, serta (7) komunikasi dengan prestasi kerja guru melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

Jenis penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu yang berjumlah 255 orang. Sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin, sehingga diperoleh sampel sebanyak 156 orang. Distribusi jumlah sampel masing-masing sekolah ditentukan secara proporsional random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah berupa angket. Angket penelitian diuji validitasnya menggunakan korelasi Product Moment Pearson dan reliabilitasnya menggunakan metode belah dua (split half). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan analisis jalur (path analysis), setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitasnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara: (1) sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja guru, (2) komunikasi dengan prestasi kerja guru, (3) motivasi berprestasi guru dengan prestasi kerja guru, (4) sikap terhadap profesi guru dengan motivasi berprestasi guru, (5) komunikasi dengan motivasi berprestasi guru, (6) sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja melalui motivasi berprestasi guru, dan (7) komunikasi dengan prestasi kerja guru melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

Kata Kunci : Sikap Terhadap Profesi, Komunikasi, Motivasi Berprestasi, dan Prestasi Kerja THE CORRELATION AMONG ATTITUDES TOWARD PROFESSION, COMMUNICATION, AND ACHIEVEMENT MOTIVATION WITH TEACHERS’ WORKING ACHIEVEMENT AT SENIOR HIGH SCHOOLS IN TANAH BUMBU REGENCY ABSTRACT This study aims to describe the correlation between: (1) attitude towards the profession and teachers’ working achievement, (2) communication and teachers’ working achievement, (3) achievement motivation and teachers’ 78

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

working achievement, (4) attitude towards profession and achievement motivation, (5) communication and achievement motivation, (6) attitude towards profession and teachers’ working achievement through achievement motivation, and (7) communication and teachers’ working achievement through achievement motivation at SMAN in Tanah Bumbu regency.

This study applied quantitative approach along with descriptive method.

The population of this study was all SMAN teachers in Tanah Bumbu Regency with a number of 255 individuals. The research sample was determined through proportionate random sampling technique and was supported by Slovin’s formula from which 156 teachers were obtained. The data was collected from questionnaire. The validity of the questionnaire was tested by “Pearson Product Moment Correlation” while its reliability was done by “Split Half” technique.

After they were tested for their normality and homogeneity, the collected data were descriptively analyzed through “Path Analysis”.

The results of the study showed that: (1) there was a significant correlation between attitude towards the profession and teachers’ working achievement, (2) there was a significant correlation between communication and teachers’ working achievement, (3) there was a significant correlation between achievement motivation and teachers’ working achievement, (4) there was a significant correlation between the attitude towards profession and achievement motivation, (5) there was a significant correlation between communication and achievement motivation, (6) there was a significant correlation between between attitude towards profession and teachers’ working achievement through achievement motivation, and (7) there was a significant correlation between communication and teachers’ working achievement through achievement motivation at SMAN in Tanah Bumbu Regency.

Keywords : Attitudes Toward Profession, Communication, Achievement Motivation and Working Achievement I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah saat ini dituntut untuk dapat memenuhi harapan dan keinginan masyarakat secara mikro maupun secara makro dalam menjalankan perannya sebagai pencetak sumber daya manusia berkualitas. Untuk memenuhi harapan dan keinginan masyarakat yang semakin meningkat, maka sekolah sebagai organisasi pendidikan harus berupaya untuk mengkaji berbagai kelebihan dan kelemahan sekolah serta selalu berupaya mencari cara-cara untuk melakukan perbaikan terus menerus serta berupaya mengidentifikasi segala tantangan atau ancaman sebagai upaya menciptakan produktivitas sekolah sesuai yang diharapkan.

Sudah selayaknyalah sekolah membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang profesional dalam pengelolaannya. Sehingga dengan adanya SDM yang profesional diharapkan dapat memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi terselenggaranya proses pembelajaran yang sesuai dengan harapan. Akan tetapi, keberhasilan sebuah sekolah tentunya tidak lepas

79

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya, seperti sarana prasarana memadai, kurikulum, dan terutama sumber daya kepala sekolah dalam mengelola lembaga sekolah itu, juga peran guru dalam mendidik, membimbing, dan mengarahkan siswa dalam proses belajar mengajar.

Menurut Fattah (2008: 6), sistem pendidikan di sekolah secara mikro yaitu sebagai hubungan elemen peserta didik, pendidik, dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan, dan secara makro menjangkau elemen lain.

Kemampuan guru dalam menjalankan fungsi maupun tugasnya akan berdampak besar pada proses pembelajaran di sekolah. Hal ini berarti bahwa peran dari guru dalam pencapaian tujuan pendidikan di sekolah sangat menentukan, bagaimana kualitas kerja guru dalam melaksanakan tugasnya akan memberikan seberapa besar konstribusi bagi peningkatan mutu pendidikan.

Guru memiliki peran dan andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan di suatu sekolah. Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan, karena dipandang sebagai sales agen pendidikan. Baik atau buruknya perilaku atau cara mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra dari lembaga pendidikan (Alma, 2009: 123). Guru juga berperan membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara lebih optimal. Mulyasa (2007: 35) menyatakan bahwa minat, bakat, kemampuan, dan berbagai potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan dalam belajar bagi siswa melalui kinerja profesionalnya yang kreatif, dan menyenangkan.

Untuk memenuhi harapan tersebut, guru harus mampu memaknai pembelajaran sebagai sebuah wadah pembentukan kompetensi dan kualitas pribadi siswa.

Keberhasilan guru menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik dalam mengemban amanat tujuan pendidikan salah satunya terlihat melalui prestasi kerja mereka. Prestasi kerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan peranannya di dalam sekolah. Prestasi kerja adalah persyaratan mutlak yang harus dimiliki setiap guru dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Brags (1991: 23) menyatakan prestasi kerja guru adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas guru dalam mengajar yang berkaitan dengan merencanakan, melaksanakan, maupun melakukan penilaian proses pembelajaran di kelas.

Prestasi kerja guru dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah dipengaruhi oleh sikap profesional guru. Bafadal (2004: 5) menyatakan bahwa guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Sedangkan menurut Mulyasa (2007: 77), guru yang profesional merupakan guru yang secara pedagogis memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran. Secara operasional pembelajaran menyangkut 3 (tiga) fungsi manajerial seperti perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian. Perencanaan menyangkut penetapan tujuan dan memperkirakan bagaimana cara mencapainya. Jadi orientasi ke masa depan dalam melaksanakan pembelajaran. Pelaksanaan atau 80

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

sering disebut dengan implementasi adalah suatu proses yang memberikan kepastian bahwa proses pembelajaran telah dipersiapkan dengan baik khususnya bidang SDM untuk mencapai tujuan.

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa. Dengan demikian, guru profesional berarti guru tersebut mempunyai kemampuan dan keahlian khusus di bidang keguruan, sehingga dapat melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru profesional akan tercermin di dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik metode, rasa tanggungjawab, pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual, dan kesejawatan yaitu kebersamaan sesama guru.

Sikap profesional guru seharusnya mampu menjadi pemacu bagi para guru untuk terus menerus menata komitmen dalam meningkatkan kualitas diri dan tingkat pengabdiannya. Sikap profesional guru dalam melaksanakan profesi yang digelutinya merupakan hal yang sangat penting, karena sikap berhubungan dengan hasil kerja, dan pada akhirnya sangat berpengaruh bagi keberhasilan dalam bidang pendidikan (Soetjipto dan Kosasi, 2004: 43).

Selain dipengaruhi sikap profesional guru, prestasi kerja guru juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam berkomunikasi. Komunikasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh aktivitas manusia, identitas manusia sebagai makhluk sosial mengharuskan manusia berhubungan dengan orang lain dengan berbagai tujuan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Effendy (2003: 8), bahwa komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari.

Hakikat komunikasi merupakan proses pernyataan antar manusia. Sedangkan komunikasi dijelaskkan Cangara (2006: 20) sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Lebih lanjut, Claude E. Shannon & Warren Weaver memberikan suatu penjelasan bahwa komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi (Wiryanto, 2004: 7).

Berkomunikasi yang efektif di sekolah atau dalam dunia pendidikan sangat dibutuhkan demi tercapainya informasi kepada si penerima informasi.

Di dalam suatu sekolah, dengan adanya komunikasi yang sehat dan baik antara sub kerja yang satu dengan yang lain diharapkan akan turut membantu perkembangan dan peningkatan prestasi kerja guru. Sehingga adanya keterbukaan dan pengertian antara sesama guru, maka guru akan merasa lebih akrab dan dapat dijadikan sebagai teman diskusi. Setiap individu dalam bekerja tidak hanya menginginkan sekedar gaji atau prestasi semata, tetapi bekerja merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial.

Umumnya pekerjaan individual maupun kelompok dalam organisasi saling memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Ketika suatu konflik muncul 81

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

berkaitan dengan pekerjaan masing-masing individu dalam organisasi, maka penyebabnya teridentifikasi oleh adanya komunikasi yang kurang efektif.

Komunikasi yang efektif sangat diperlukan demi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan komunikasi yang baik semestinya dilakukan oleh setiap individu, tidak terkecuali individu pada sebuah organisasi termasuk di sekolah.

Ketika seorang guru tidak memiliki kecakapan yang baik untuk menyampaikan informasi yang tepat, relevan dan dapat dimengerti oleh rekan kerjanya, tentunya hal tersebut bisa menimbulkan sebuah miss communication yang berujung pada terciptanya sebuah konflik. Hal ini sesuai dengan pendapat yang telah dikemukakan oleh Suranto (2010: 1) bahwa komunikasi meningkatkan keharmonisan kerja dalam perkantoran. Akan tetapi, sebaliknya apabila komunikasi tidak efektif, maka koordinasi menjadi terganggu. Akibatnya adalah disharmonisasi yang dapat mengganggu proses dari pencapaian target dan tujuan pendidikan.

Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, maka seorang guru harus memiliki motivasi berprestasi yang baik pula. Djamaluddin dan Fuad (2001: 85) menyatakan bahwa motivasi berprestasi guru kelihatan masih kurang, guru hanya berkutat pada masalah rutinitas mengajar tanpa adanya inovasi dan pengembangan yang berarti dalam kegiatannya. Padahal guru bermotivasi berprestasi yang tinggi tentu akan mengembangkan kemampuannya karena adanya dorongan untuk berprestasi. Kebutuhan akan berprestasi mendorong seseorang mengembangkan kemampuan mencapai prestasi maksimal.

Berkaitan dengan kondisi di lapangan yang ada pada SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui bahwa prestasi kerja guru dinilai belum maksimal, hal ini ditandai dengan masih rendahnya kualitas, tanggung jawab, serta inisiatif guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.

Ketaatan guru terhadap aturan-aturan sekolah juga masih kurang, ditandai dengan masih banyak guru yang terlambat datang ke sekolah atau pulang lebih cepat dengan berbagai alasan yang kurang jelas.

Kehadiran guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan analisa laporan bulanan sekolah di bulan September 2019 dapat diketahui bahwa sebanyak 20,00% guru ternyata tidak hadir tanpa keterangan, sebanyak 33,00% guru terlambat datang ke sekolah, dan sebanyak 40,00% guru pulang lebih awal sebelum proses pembelajaran di sekolah selesai. Selain itu, dapat diketahui bahwa sebagian guru belum mengetahui dengan sepenuhnya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga sulit mengimplementasikannya ke dalam profesinya dengan baik bertindak kurang sesuai dengan tujuan sistem.

Kurangnya hubungan timbal balik antara anggota profesi dengan organisasi profesi guru yaitu PGRI, baik dalam melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapatkan hak. Guru masih kurang menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis sesama guru ataupun dengan kepala sekolah. Masih banyak guru dalam mendidik hanya mengutamakan aspek pengetahuan dan kurang memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan.

82

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Komunikasi guru dengan sesama gurupun dinilai masih belum terlalu baik, ini terlihat adanya kelompok-kelompok guru yang berpotensi timbulnya gesekan. Guru juga mengeluhkan kurangnya komunikasi antara atasan dan bawahan. Guru merasakan kurangnya hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan karena kurangnya koordinasi dan kurangnya transparansi masalah keuangan. Sehingga memunculkan spekulasi yang dapat berujung adanya konflik antara atasan dan bawahan. Pembagian kerja dalam kegiatan-kegiatan sekolah juga dirasakan oleh guru kurang efektif karena terjadi penumpukan pekerjaan pada satu atau beberapa orang.

Motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu juga dinilai masih cukup rendah. Hal ini ditandai dengan keikutsertaan guru dalam pengembangan profesi yang tidak maksimal, dimana masih minimnya jumlah guru mengikuti lomba guru berprestasi. Selain itu, sebagian besar guru malas untuk berupaya meningkatkan karir misalnya menjadi kepala sekolah ataupun pengawas. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi guru pada kebutuhan untuk berprestasi dan kekuasaan masih rendah. Selain itu, promosi jabatan yang di sekolah masih tidak berdasarkan prestasi yang dicapai oleh guru. Kondisi ini dapat menyebabkan kepuasan kerja guru tidak maksimal.

Kurang maksimalnya kepuasan kerja guru mungkin juga disebabkan oleh kurangnya dukungan rekan-rekan kerja ketika berinteraksi dalam menyelesaikan pekerjaan.

Kondisi seperti yang telah disebutkan di atas disinyalir berimbas pada kurang maksimalnya pencapaian prestasi belajar siswa SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan kurang maksimalnya prestasi belajar siswa adalah digambarkan melalui hasil ujian sekolah yang telah dilakukan pada tahun pelajaran 2019/2020 menunjukkan hasil yang tidak memuaskan. Inilah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian pada guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu berkaitan dengan variabel tersebut, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui hubungan antara sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu, dan secara rinci sebagai berikut : 1. Mengetahui hubungan antara komunikasi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

2. Mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

3. Mengetahui hubungan antara sikap terhadap profesi guru dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

4. Mengetahui hubungan antara komunikasi dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

5. Mengetahui hubungan antara sikap terhadap profesi guru dengan prestasi kerja melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

6. Mengetahui hubungan antara komunikasi dengan prestasi kerja guru melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

83

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

B. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penellitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

2. Terdapat hubungan antara komunikasi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

3. Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

4. Terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

5. Terdapat hubungan antara komunikasi dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

6. Terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

7. Terdapat hubungan antara komunikasi dengan prestasi kerja melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

C. Definisi Operasional Sikap terhadap profesi guru yaitu sikap guru dalam menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran, maupun kecakapannya yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan. Indikator yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap profesi adalah sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Soetjipto (2007: 43-53) yakni melalui sikap profesional guru terhadap: (1) peraturan perundang-undangan, (2) organisasi profesi, (3) teman sejawat, (4) anak didik, (5) tempat kerja, (6) pimpinan, (7) pekerjaan, dan (8) disiplin keilmuan.

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, atau perasaan-perasaan yang telah dikemas menjadi pesan dalam bentuk berbagai lambang yang bermakna sama bagi kedua pihak mengenai suatu hal yang dikomunikasikan secara jelas. Indikator yang digunakan untuk mengukur komunikasi guru penelitian ini adalah sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Suranto (2010: 105), meliputi: (1) pemahaman, (2) kesenangan, (3) pengaruh pada sikap, (4) hubungan yang makin baik, dan (5) tindakan.

Motivasi berprestasi adalah upaya untuk memenuhi atau melampaui suatu standar keunggulan. Baik standar yang menyangkut prestasi diri sendiri maupun prestasi orang lain, pada saat berhubungan dengan prestasi diri sendiri, individu akan berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya dan secepat mungkin, serta berusaha meningkatkan prestasi yang pernah dicapai sebelumnya. Untuk mengukur motivasi berprestasi guru pada penelitian ini digunakan indikator motivasi berprestasi menurut McClelland (Hasibuan, 2007: 161) dengan 3 (tiga) jenis kebutuhan, yakni meliputi: (1) kebutuhan akan prestasi (need for achievement = n Ach), (2) kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation = n Af), dan (3) kebutuhan akan kekuasaan (need for power = n Pow).

84

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

II. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Kasiram (2008: 149) mendefinisikan penelitian kuantitatif yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai yang ingin diketahui.

Sedangkan menurut Nawawi (2005: 64), penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (independent) yakni sikap terhadap profesi (X1), komunikasi guru (X2), dan motivasi berprestasi guru (X3) dengan variabel terikat (dependent) yakni prestasi kerja guru (Y).

B. Populasi dan Sampel Menurut Margono (2005: 118), populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu lingkup dan waktu yang ditentukan. Sedangkan menurut Sudjana (2005: 6), populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif atau kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu berjumlah 255 orang yang tersebar pada 9 sekolah.

Menurut Sukmadinata (2008: 250), tidak semua anggota dari populasi target diteliti. Penelitian hanya dilakukan terhadap sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi. Menurut Mardalis (2009: 55), sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian.

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan menggunakan rumus Slovin, sehingga diperoleh sampel sebanyak 156 guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

C. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Menurut Umar (2005: 167), uji validitas adalah suatu uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur. Jadi, pada uji validitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa hasil pengukuran sesuai dengan apa yang ingin kita ukur. Sedangkan menurut Nasution (2006: 74), suatu alat pengukur dikatakan valid adalah apabila alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu. Untuk mengetahui validitas konstruksi instrumen pada sebuah penelitian, digunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan rumus berikut:

85

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

rhitung 

n( XY )  ( X )(Y ) (n  X 2  ( X ) 2 )(n  Y 2  ( Y ) 2 ) Keterangan: rhitung = Koefisien korelasi

 X = Jumlah skor item  Y = Jumlah skor total n = Jumlah responden Instrumen penelitian ini akan diujicobakan kepada 30 responden.

Kriteria pengujiannya dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dan r tabel = 0,361 pada taraf α = 0,05 dan N = 30 responden. Jika hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai r hitung > r tabel maka butir instrumen dinyatakan valid, sebaliknya jika r hitung < r tabel, maka tidak valid.

2. Uji Reliabilitas Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat konsistensi jawaban butir-butir pemyataan yang diberikan responden.

Adapun alat analisisnya menggunakan metode belah dua (split half) dengan mengkorelasikan total skor belahan pertama dengan belahan kedua yang dihitung menggunakan rumus dari “Spearman Brown” sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 104).

2rb ri  1  rb Keterangan: ri = Reliabilitas internal seluruh instrumen rb = Korelasi Product Moment Pearson antara belahan pertama dan kedua Sugiyono (2010: 109) memberikan interpretasi terhadap reliabilitas (ri) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: (1) reliabilitas (ri) uji coba sama dengan atau lebih dari 0,70 berarti hasil uji coba tesnya memiliki reliabilitas tinggi, (2) reliabilitas (ri) uji coba kurang dari 0,70 berarti hasil uji coba tesnya memiliki reliabilitas kurang (un-reliable).

3. Teknik Pengumpulan Data a. Angket. Arikunto (2010: 151) menyatakan bahwa angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh berbagai informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 4 (empat) buah, yang terdiri dari angket sikap terhadap profesi guru, komunikasi guru, motivasi berprestasi guru, dan prestasi kerja guru. b. Dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan lain 86

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

sebagainya (Arikunto, 2010: 231). Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

4. Teknik Analisis Data a. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1) Memberikan bobot pada setiap alternatif jawaban yang dipilih oleh responden pada setiap butir pertanyaan masing-masing angket penelitian.

2) Menentukan skor total jawaban masing-masing responden pada setiap variabel penelitian.

3) Membuat tabel distribusi frekuensi skor .

4) Mendeskripsikan secara statistik variabel penelitian yang meliputi range skor, skor minimum dan maksimum, skor rata-rata, standar deviasi skor, dan variansi skor.

5) Mengklasifikasikan masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan skor rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (Sdi).

6) Membuat grafik sebaran skor sekolah berupa histogram untuk masing-masing variabel penelitian.

5. Uji Persyaratan Analisis Hipotesis a. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2007: 110), salah satu cara yang termudah untuk melihat normalitas residual yakni dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Tetapi ada metode yang lebih handal yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. b. Uji Homogenitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk menguji apakah ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Menurut Ghozali (2007: 105), dasar analisis pengambilan keputusannya: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.

6. Uji Hipotesis 87

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah menggunakan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya baik pengaruh langsung maupun tidak langsung seperti pada diagram berikut.

Sikap Terhadap Profesi (X1)

Komunikasi (X3)

rx1 x2

Pyx1

Motivasi Berprestasi Guru (X2) rx2 x3 Pyx3

 Pyx2

Prestasi Kerja (Y)

Gambar 1. DIAGRAM JALUR HUBUNGAN KAUSAL III. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Penelitian 1. Sikap Terhadap Profesi Guru Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian sangat besar sikap terhadap profesi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu adalah berada di klasifikasi tinggi adalah sebanyak 91,03%. Sedangkan sebagian sangat kecil lagi berada pada klasifikasi sedang yaitu sebanyak 8,97%. Diketahui bahwa skor rata-rata sub variabel sikap terhadap profesi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu tertinggi adalah pada sub variabel sikap terhadap disiplin ilmu yaitu sebesar 4,231. Sedangkan sub variabel sikap terhadap organisasi profesi memiliki skor rata-rata terendah yaitu sebesar 3,970.

2. Komunikasi Guru Dari hasil penelitian dapat diketahui sebagian sangat besar komunikasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu adalah berada pada klasifikasi tinggi yaitu sebanyak 91,03%. Sedangkan sebagian sangat kecil lagi adalah berada pada klasifikasi sedang yaitu sebanyak 8,97%. Terlihat skor rata-rata sub variabel komunikasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu tertinggi adalah pada sub variabel pemahaman sebesar 4,158. Sedangkan sub variabel pengaruh pada sikap memiliki skor rata-rata terendah yaitu sebesar 3,889.

3. Motivasi Berprestasi Guru Klasifikasi motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebagian besar motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu adalah berada pada klasifikasi tinggi yaitu sebanyak 75,00%. Sedangkan sebagian kecil lagi adalah berada di klasifikasi sedang yaitu sebanyak 25,00%. Terlihat skor rata-rata sub variabel motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu tertinggi adalah pada sub variabel kebutuhan akan prestasi (need for achievement) yaitu sebesar

88

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

4,322. Sedangkan sub variabel kebutuhan akan kekuasaan (need for power) memiliki skor rata-rata terendah yaitu sebesar 3,559.

4. Prestasi Kerja Guru Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebagian sangat besar prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu adalah berada pada klasifikasi tinggi yaitu sebanyak 90,38%. Sedangkan sebagian sangat kecil lagi prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu adalah berada pada klasifikasi sedang yaitu sebanyak 9,62%. Terlihat bahwa skor rata-rata sub variabel prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu tertinggi adalah pada sub variabel kerjasama yaitu sebesar 4,216. Sedangkan sub variabel kuantitas memiliki skor rata-rata terendah yaitu sebesar 4,006.

B. Hasil Uji Persyaratan Analisis Hipotesis

Gambar 2. HASIL UJI NORMALITAS DATA PENELITIAN Pada gambar di atas terlihat bahwa titik-titik sebaran data berada di sekitar atau mendekati garis diagonal, maka dapat diambil kesimpulan bahwa data pada penelitian ini adalah berdistribusi normal.

Gambar 3. HASIL UJI HOMOGENITAS DATA PENELITIAN 89

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berdasarkan gambar 3 tersebut diketahui bahwa sebaran dari titik-titik adalah acak baik berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa varians data pada penelitian ini adalah homogen.

C. Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan hasil analisis model struktur 1 dan 2, maka dapat dibuat ringkasan analisis jalur seperti yag terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1. RINGKASAN HASIL ANALISIS JALUR Model Struktur 1: X1 dan X2 Terhadap X3 Variabel Koefisien Jalur T SIG R2 F X1 0,337 2,983 0,003 0,219 21,434 X2 0,566 4,930 0,000 Model Struktur 2: X1, X2,dan X3 Terhadap Y Variabel Koefisien Jalur T SIG R2 F X1 0,467 5,993 0,000 X2 0,304 3,672 0,000 0,459 42,967 X3 0,234 4,306 0,000

SIG 0,000 SIG 0,000

Hasil perhitungan korelasi antara sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel 1 dan terlihat bahwa besar koefisien korelasi atau nilai r hitung sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja guru adalah 0,467 dan bernilai positif dengan SIG = 0,000. Karena nilai SIG = 0,000 kurang dari 0,05, maka Ho ditolak dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

Hasil perhitungan korelasi antara komunikasi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel 1 dan terlihat bahwa besar koefisien korelasi atau nilai r hitung antara komunikasi dengan prestasi kerja guru adalah sebesar 0,304 dan bernilai positif dengan SIG = 0,000. Karena nilai SIG = 0,000 kurang dari 0,05, maka Ho ditolak dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

Hasil perhitungan korelasi antara motivasi berprestasi guru dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel 1 dan terlihat bahwa besarnya koefisien korelasi atau nilai r hitung antara korelasi motivasi berprestasi dengan prestasi kerja guru adalah sebesar 0,234 dan bernilai positif dengan SIG = 0,000. Karena nilai SIG = 0,000 kurang dari 0,05, maka Ho ditolak dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

Hasil perhitungan korelasi antara sikap terhadap profesi dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu dapat 90

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

dilihat pada tabel 1 dan terlihat bahwa besarnya koefisien korelasi atau nilai r hitung antara korelasi sikap terhadap profesi dengan motivasi berprestasi guru adalah sebesar 0,337 dan bernilai positif dengan SIG = 0,003. Karena nilai SIG = 0,003 kurang dari 0,05, maka Ho ditolak dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

Hasil perhitungan korelasi antara komunikasi dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel 1 dan terlihat bahwa besar koefisien korelasi atau nilai r hitung antara komunikasi dengan motivasi berprestasi guru adalah sebesar 0,566 dan bernilai positif dengan nilai SIG = 0,000. Karena nilai SIG = 0,000 kurang dari 0,05, maka Ho ditolak dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan terdapat hubungan antara komunikasi dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

Sedangkan hasil analisis jalur sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel 1, dan berdasarkan tabel tersebut dapat ditentukan hubungan langsung dan tak langsung yaitu sebagai berikut.

Hubungan langsung = 0,467 Hubungan tidak langsung = 0,337 x 0,234 = 0,079 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat ditentukan bahwa besarnya pengaruh antara sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja melalui motivasi berprestasi yaitu sebesar 0,079, sehingga diperoleh koefisien korelasinya sebesar: rhitung  0,079  0,281 . Untuk nilai r tabel dengan N = 156 dan α = 0,05 diketahui sebesar 0,148. Karena nilai r hitung = 0,281 > r tabel = 0,148, maka Ho ditolak dan menerima Ha. Dengan demikian, dapatlah diambil sebuah kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi guru dengan prestasi kerja melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

Hasil perhitungan analisis jalur antara komunikasi dengan prestasi kerja melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada tabel 28, dan berdasarkan tabel tersebut dapat ditentukan hubungan langsung dan tak langsung yaitu sebagai berikut.

Hubungan langsung = 0,304 Hubungan tidak langsung = 0,566 x 0,234 = 0,132 Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat ditentukan bahwa besarnya pengaruh komunikasi dengan prestasi kerja melalui motivasi berprestasi guru sebesar 0,132, sehingga diperoleh koefisien korelasinya: rhitung  0,132  0,362 . Untuk nilai r tabel dengan N = 156 dan α = 0,05 diketahui sebesar 0,148. Karena nilai r hitung = 0,362 > r tabel = 0,148, maka Ho ditolak dan menerima Ha. Dengan demikian, dapatlah diambil sebuah kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi dengan prestasi

91

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

kerja guru melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

2. Terdapat hubungan antara komunikasi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

3. Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi kerja guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

4. Terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi guru dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

5. Terdapat hubungan antara komunikasi dengan motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

6. Terdapat hubungan antara sikap terhadap profesi dengan prestasi kerja guru melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

7. Terdapat hubungan antara komunikasi dengan prestasi kerja guru melalui motivasi berprestasi guru SMA Negeri se Kabupaten Tanah Bumbu.

B. Saran 1. Bagi guru SMA Negeri Kabupaten Tanah Bumbu, agar lebih berusaha untuk meningkatkan sikap terhadap profesi mereka pada aspek sikap terhadap organisasi profesi, komunikasi mereka pada aspek pengaruh kepada sikap, motivasi berprestasi mereka pada aspek kebutuhan akan kekuasaan (need for power), serta prestasi kerja mereka pada aspek kuantitas kerja.

2. Bagi kepala SMA Negeri Kabupaten Tanah Bumbu, agar dapat lebih memberikan pemahaman kepada guru tentang pentingnya sikap terhadap profesi guru terutama sikap terhadap organisasi, membina komunikasi efektif dengan guru, mendorong guru agar memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi terutama pada aspek kebutuhan akan kekuasaan, serta memberikan pengertian kepada guru akan pentingnya melaksanakan tugas guru sesuai dengan beban kerja minimal seorang guru.

3. Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Bumbu, apabila ingin meningkatkan prestasi kerja guru di ruang lingkup wilayah kerjanya salah satunya adalah dengan cara meningkatkan kualitas sikap terhadap profesi, komunikasi, dan motivasi berprestasi guru, karena ketiga variabel ini secara bersamasama ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja guru.

4. Bagi penelitian sejenis yang selanjutnya, disarankan untuk meneliti lebih jauh mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan mempengaruhi prestasi kerja guru selain variabel sikap terhadap profesi, komunikasi, dan motivasi berprestasi.

92

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bafadal, I. (2004). Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Cangara, H. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Effendy, O.U. (2003). Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Engkoswara. (2010). Paradigma Manajemen Pendidikan. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Fattah, N. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Ditama.

Ghozali, I. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gomes, F.C. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Hasan, I. (2009). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, M.S.P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Kasiram, M. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN Malang Press.

Kunandar. (2007). Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT. Gajah Grafindo Persada.

Mangkunegara, A.P. (2008). Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mardalis. (2009). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Margono. (2005). Prosedur Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mar’at. (1984). Sikap Perubahan Serta Pengukurannya. Bandung: PT. Ghalia Indonesia.

McClelland, David C. (1985). Human Motivation. NY: Cambridge.

Monks. (1999). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muchinsky, P.M. (1993). Psychology Applied to Work. New York: Brooks-Cole.

Mulyana, D. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2006). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, H. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Notoadmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

93

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Nurkancana, W. dan Sunartana. (1992). Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha.

Purwanto, D. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.

Rasimin. (2001). Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Rivai, V. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Robbins, J. G. & Jones, B. S. (1983). Komunikasi yang Efektif Untuk Pemimpin, Pejabat dan Usahawan. Jakarta: CV Tulus Jaya.

Robbins, S.P. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta.

Sahertian. (1994). Profil Pendidikan Profesional. Yogyakarta: Andi Offset,.

Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Saydam, G. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource) Suatu Pendekatan Mikro. Jakarta: Djambatan.

Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar Maju.

Sekaran. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sendjaja, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Simamora, H. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN. Soetjipto. (2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, N. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sukmadinata, N.S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suranto, A. W. (2010). Komunikasi Perkantoran: Prinsip Komunikasi Untuk Meningkatkan Kinerja Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana.

Surya, D. (2005). Manajemen Kinerja: Falsafah Teori dan Penerapannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thoha, M. (2007). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Tulus, W. (2005). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press.

Umar, H. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

Usman, H. (2006). Manajemen (Teori, Praktik dan Riset Pendidikan). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wahyudi, B. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku. Manusia. Jakarta: Nuha Medika.

Widjaja, A. W. (2002). Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Wiasarana.

94

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SECARA DARING MELALUI YOUTUBE Idah Rahayu ( Guru SMK Negeri 1 Marabahan ) e-mail : rahayu2022@gmail.com ABSTRAK Mata pelajaran Bahasa Inggris telah menjadi salah satu bagian dari kurikulum yang telah ditetapkan. Khususnya untuk SMK Negeri 1 Marabahan, Bahasa Inggris merupakan salah satu softskill yang dibutuhkan saat ini. Namun, permasalahan yang timbul adalah tidak semua pelajar dapat menggunakan Bahasa Inggris dengan baik dan lancar. Program yang ditawarkan untuk masalah tersebut adalah pembelajaran melalui online. Pelajar dapat belajar mandiri dengan materi – materi yang dapat diunggah melalui Youtube. Hasil yang diperoleh adalah pelajar merespon dengan baik dengan adanya materi – materi yang di unggah di Youtube, sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris.

Kata kunci : Bahasa Inggris, Pembelajaran Online, youtube LEARNING ENGLISH ONLINE THROUGH YOUTUBE ABSTRACT English subjects have become part of the established curriculum. Especially for Senior High School levels in SMK Negeri 1 Marabahan, English is as one of the soft skills needed today. However, the problem that arises is that not all students can use English well and fluently. The program offered for this problem is online learning. Students can study independently with materials that can upload via Youtube. The results obtained were students responded well to the materials uploaded on Youtube, so that they could improve their English skills.

Keywords: English language, Online learning, youtube I.

PENDAHULUAN Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa yang umumnya banyak digunakan di beberapa ngegara maju dan berkembang. Bahasa Inggris kerap dijadikan sebagai lingua franca atau bahasa pemersatu. Bahasa inggris jua berstatus bahasa internasional yang wajib diketahui dan Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran umum sejak menduduki bangku sekolah dasar di Indonesia. Dalam mempelajari Bahasa Inggris, kita tidak hanya mempelajari kosa katanya saja, namun ada kaidah-kaidah lain yang harus dipelajari agar bisa menggunakannya sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya masyaraakat menilai kemampuan berbahasa Inggris seseorang melalui kemampuan dan kepandaian seseorang dalam bertutur kata secara langsung, apakah dalam mengucapannya lancar atau tidak. Jika seseorang sangat fasih dan lancar lancar dalam menyampaikan ide atau gagasan dalam Bahasa Inggris maka dia bisa disebut pandai dan mahir dalam 95

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berbahasa Inggris. Oleh karena itu, agar siswa mampu berbahasa Inggris saat berbicara dan menyampaikan ide atau gagasan dengan Bahasa Inggris, perlu proses pembelajaran efektif yang dapat diajarkan kepada pelajar agar bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Hal ini dikarenakan belajar Bahasa Inggris merupakan hal yang sangat penting bagi pelajar agar bisa berbahasa Inggris dan mengetahui kosa kata yang penting dalam Bahasa Inggris, sehingga kualitas pelajar dalam menggunakan Bahasa Inggris dapat menjadi lebih bagus.

Dalam meningkatkan hasil pembelajaran di saat pandemi Covid-19 ini, perlu kiranya agar lebih memotivasi pelajar untuk lebih mementingkan pembelajaran Bahasa Inggris yang selama ini dianggap sulit oleh pelajar..

Salah satu cara yang dapat dilakukan selain dari proses pembelajaran secara konvensional adalah pembelajaran melalui online. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dengan belajar melalui media Youtube.

Pada era saat ini banyak sekali ditemukan pelajar yang masih kurang pengetahuanya dalam Bahasa Inggris dan kurangnya keinginan mereka untuk belajar Bahasa Inggris baik verbal atau grammar. Adapun alasan yang menjadi hambatan dalam belajar Bahasa Inggris disebabkan: 1. Terbatasnya waktu untuk belajar.

2. Rendahnya kepercayaan diri dalam Berbahasa Inggris.

3. Menjadi bahan olokan teman – temanya jika mengalami kesalahan.

4. Metode pembelajaran yang kurang inovatif.

5. Saat menonton TV atau mendengarkan radio, pendengar tidak mempunyai kesempatan untuk meminta pembicara mengulangi atau mengklarifikasi pesan yang disampaikan sehingga pendengar harus dapat memahaminya apa adanya.

Dari data diatas, sangat di sayangkan bahwa generasi muda kita sekarang ini kurang mampu berbahasa Inggris, terutama untuk pelajar pada SMK Negeri 1 Marabahan yang nantinya akan sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari dan agar dapat membukakan jalan bagi pelajar yang nantinya akan masuk ke dunia pekerjaan.

II.

METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam mengatasi kesulitan untuk belajar Bahasa Inggris adalah sebagai berikut: 1. Membuat video yang menarik dan mengunggahya ke sosial media (Youtube) agar waktu belajar menjadi lebih leluasa.

2. Membuat desain yang menarik agar minat belajar pelajar bertambah.

3. Membuat konten pembelajaran yang mudah dimengerti.

Dengan menggunakan layanan internet berupa Youtube pengguna akan lebih mudah untuk belajar. Pengguna bisa belajar secara online dengan waktu yang lebig fleksibel dan dapat meningkatkan keterlibatan pelajar serta kemandiriannya dalam belajar, serta pengguna juga bisa mendowload dan belajar di rumah.

Banyak negara besar di dunia yang sudah lama mengenal media belajar menggunakan youtube. Youtube merupakan strategi untuk belajar 96

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

yang sangat praktis dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran, karena dengan menggunakan youtube pendidik dapat menampilkan banyak hal, terutama dalam bentuk gambar, audio, maupun video uraian materi yang di kemas secara menarik untuk menarik minat pelajar dalam belajar Bahasi Inggris.

Kelebihan dari menggunakan Youtube sebagai media pembelajaran adalah diantaranya sebagai berikut : Sebagai sistem pembelajaran yang modern.

Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Youtube bisa menjadi sarana intruksional yang baik.

Strategi mengajar yang bisa mendapatkan feedback dalam proses mengajar.

Dengan menggunakan Youtube proses pembelajaran online akan menjadi lebih mudah, pelajar dapat memahami maeri dengan leboh baik, karena penjelasan materi yang terdapat di Youtube dapat du ulang-ulang.

Pelajar juga dapat menonton video pembelajran bersama temannya sehingga dapat untuk belajar bersama. Pendidik hanya perlu memperhatikan konten video yang di pilih untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan dalam video tersebut sudah relevan dengan materi pembelajaran yang ingin disampaikan kepada pelajar. Selain video pembelajaran yang diberikan guru, ada banyak sekali video-video pembelajaran lain iyang ada di youtibe. Hal tersebut akan menongkatkan motivasi dan kreativitas pelajar dalam mempelajari materi yang lebih luas, sehingga tidak terbatas hanya dalam materi pembelajaran yang itu-itu saja.

Video Youtube juga memberikan kejelasan kepada pelajar untuk melihat gambaran visual dari berbagai kondisi dan juga memberikan kesempatan bagi pelajar untuk benar- benar melihat kondisi yang sebenarnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. HASIL PENELITIAN Berdasarkan dari hasil penyebaran kuesioner, menunjukkan bahwa pembelajaran secara online menjadi salah satu alternatif utama yang dapat dipilih dalam penyampaian materi-materi yang bersifat edukatif kepada pelajar khususnya di SMK Negeri 1 Marabahan. Hal ini dikarenakan dampak dari pandemi Covid-19 yang membatasi segala aspek kegiatan yang bersifat tatap muka secara langsung dalam jumlah orang yang banyak.

Dengan adanya batasan kegiatan atau aktivitas yang bersifat berkumpul bersama termasuk dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan di dalam ruangan kelas di sekolah berdampak pada menurunnya produktivitas dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu, segala bentuk kegiatan belajar-mengajar dialihkan melalui media atau platform digital secara online tanpa harus tatap muka secara langsung.

Keterbatasan para pelajar untuk memperoleh akses pendidikan secara langsung, khususnya di bidang pelajaran Berbahasa Inggris, mendorong peneliti untuk mengedukasi para pelajar dalam Berbahasa Inggris melalui platfrom Youtube. Materi yang difokuskan adalah mengenai 16 jenis tenses

97

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

dalam Bahasa Inggris. Dalam video tersebut dijelaskan secara rinci jenisjenis dari tenses yang terikat pada 3 pembagian besar, yaitu kalimat masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Selain itu, video tersebut juga berisi tips dan trick ciri-ciri dari jenis-jenis tense; rumus atau pola dari sebuah kalimat yang bertanda kalimat positif, kalimat negatif, dan kalimat interogatif; dan juga contoh dari masingmasing pembagian tersebut.

Gambar 1. TAMPILAN VIDEO https://www.youtube.com/watch?v=yWc Z7EVU3O4 Konten video yang disajikan menggunakan efek animasi yang sangat menarik dan mudah dipahami oleh segala latar belakang pelajar khususnya pelajar-pelajar di SMK Negeri 1 Marabahan. Musik pengiring dalam video tersebut menggunakan musik yang ringan dan sesuai dengan pemaparan materi sehingga dapat meningkatkan daya tarik video tersebut. Video dibuat dengan durasi 3 menit 4 detik, sehingga isi materi dapat tersempaikan secara singkat dan jelas tanpa harus memakan waktu yang lama, yang dapat berakibat menjenuhkan para pelajar yang sedang belajar melalui video tersebut. Oleh sebab itu, video dibuat dengan durasi yang singkat, namun materi dapat tersampaikan sepenuhnya dan bermanfaat bagi para pelajar yang menontonnya.

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, dilakukan penyebaran kuesioner kepada para pelajar yang menonton video edukasi berbahasa inggris tersebut. Dalam hasil survei tersebut, diperoleh data bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa pembelajaran secara online sangatlah efektif di masa pandemi Covid-19 yang membatasi segala aktivitas belajar-mengajar tatap muka. Sebanyak 13% responden menyatakan bahwa materi pembelajaran yang di unggah melalui Youtube sangat bermanfaat bagi para pelajar, sedangkan 28% diantara merasa cukup bermanfaat. Selain itu sekitar 51% responden menyatakan bahwa pembelajaran melalui online lebih efektif dan dapat dimengerti, dikarenakan materi tersebut bisa diputar ulang dan diperdengarkan

98

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

kembali, sedangkan 8% sisanya menyatakan bahwa pembelajaran secara langsung tatap muka lebih menghasilkan efektivitas yang lebih baik, dikarenakan adanya interaksi langsung antara sesama pelajar dan guru, sehingga apabila ada pertanyaan atau bagian yang kurang dipahami dapat segera didiskusikan secara langsung dan juga secara tidak langsung mengedukasi pelajar-pelajar lainnya yang turut menyimak.

Latar belakang kondisi kemampuan dan pengetahuan setiap orang dalam mengakses teknologi sangatlah berbeda. Hal ini juga berdampak pada pelajar- pelajar yang kurang terpapar dalam mengakses platformplatfrom online, baik dikarenakan oleh keterbatasan biaya internet, maupun kemampuan dalam mengakses perangkat digital. Hasil survei yang diperoleh dari pelajar kelas XI AKL pada SMK Negeri 1 Marabahan menunjukkan bahwa sekitar lebih dari 50% responden menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak mengalami kesulitan belajar melalui flatform online, sedangkan sisanya menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitas, dan sisanya tidak memberi tanggapan yang netral. Hasil akhir dari video cukup mendapatkan masukan yang positif. Hal ini dibuktikan dari sekitar 75% responden kami merasa cukup senang dan puas dengan materi yang kami paparkan dalam video tersebut.

B. PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap kuisioner yang sudah di sebarkan kepada pelajar kelas XI AKL pada SMK Negeri 1 Mrabahan menunjukkan bahwa 90% mereka menjawab dengan antusias dari pertanyaan- pertanyaan yang di lontarkan tersebut.

1.

Apakah di saat pandemi Covid-19 ini pembelajaran melalui online menggunakan media Youtube efisien?

45% 40%

42%

35% 30% 25%

26%

20% 15% 10%

15% 11%

5% 0%

6%

Sangat Efektif

Efektif

Cukup Efektif

Kurang Efektif

Tidak Efektif

Gambar 2. DISTRIBUSI JAWABAN SISWA ATAS PENGGUNAAN YOUTUBE

99

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa 15% pelajar kelas XI AKL pada SMK Negeri 1 Marabahan menjawab pembelajaran online menggunakan media Youtube sangat efisien, 42% menjawab efisien, 26% menjawab cukup efisien, 11% menjawab kurang efisien dan 6 % menjawab tidak efisien. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelajar pada kelas XI AKL menyukai pembelajaran bahsa Inggris menggunakan media Youtube. Adapun sisanya menjawab kurang efisien dikarenakankurangnya kemampuan pelajar dalam mengakses platformplatfrom online, baik dikarenakan oleh keterbatasan biaya internet, maupun kemampuan dalam mengakses perangkat digital.

2.

Apakah lebih mengerti pembelajaran melalui via online dengan media Youtube yang dapat di ulang kembali atau secara tatap langsung dengan guru ?

60% 57% 50%

40%

43%

30%

20%

10%

0%

Online menggunakan Media Youtube

Tatap Muka

Gambar 3. JAWABAN SISWA ATAS PEMAHAMAN PELAJARAN Dari hasil pengamatan ini sudah sangat lebih jelas bahwa 57% persen pelajar kelas XI AKL pada SMK Negeri 1 Marabahan lebih menyukai pembelajaran online menggunakan media Youtube yang dapat di ulangulang, sedangkan 43% sisanya beranggapan bahwa pembelajaran tatap muka lebih menyenangkan karen dapat berinteraksi secara langsung dengan pelajar dan teman-teman.

100

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Youtube sebagai media online yang memiliki eksistensi yang sangat cepat menyebar dan mudah diakses oleh siapapun, maka wajar persentase pelajar yang lebih menyukai pembelajaran online menggunakan media Youtube lebih banyak digemari, namun masih bnyak juga siswa yang lebih suka pembelajaran tatap muka.

IV. PENUTUP Untuk kritik dan saran banyak pelajar yang mengeluhkan pembelajaran online karena bebera hal, diantaranya dikarenakan susahnya tingkat pembelajaran yang dimengerti oleh siswa, karena siswa lebih mudah mengerti pembelajaran yang langsung di ajarkan atau tatap muka, ada juga yang mengkritik di karenakan susah nya pembelajaran media online di karenakan memerlukan biaya yang lebih untuk pembelian kuota, apalagi pada saat Pandemi Covid-19 ini, serta ada juga beberapa daerah yang masih kurang terjangkau jaringan yang cukup memadai.

Berdasarkan hasil survei di atas dapat disimpulkan bahwa Youtube sebagai media pembelajaran Bahasa Inggris ini cukup diminati sebagian pelajar yang sedang mengalami dampak dari pandemic ini.Walaupun ada beberapa pelajar yang kurang menyukai pembelajaran melalui media ini.

Banyak dari pelajar yang mengaku bahwa Bahasa Inggris ini menjadi salah satu pelajaran yang sulit untuk di pelajari, maka dari itu pendidik harus lebih kreatif dalam menyajikan meteri pembelajaran untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar Bahasa Inggris.

Pelajar merasa terbantu dengan pembeljaran menggunakan media Youtube, mereka pun sangat mendukung adanya pembelajaran ini dengan meminta lebih banyak lagi pembahasan dan video lainnya untuk dibuat dan di publikasi ke pelajar. Memang pembelajaran secara online bukan yang terbaik, tetapi tetap membantu pelajar yang sedang menjalankan belajar online.

Dengan demikian kami pun akan terus melanjutkan video-video pembelajaran Bahasa Inggris lainnya melalui media Youtube untuk membantu pelajar saat ini, dan akan terus menerima saran dari mereka agar mereka merasa lebih nyaman dan tidak bosan ketika melihat dan belajar melalui video yang kami buat.

DAFTAR PUSTAKA Mulyati, Y.( 2007). Keterampilan Berbahasa Inggris. Jakarta: Universitas Tebuka.

Iskandar, Wassid, & Sunendar, D. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: Rosdakarya.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

101

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS ONLINE DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Setyo Budi Pranoto ( Guru SMK Negeri 3 Banjarmasin ) e-mail: bp813821@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian untuk 1) mengetahui sejauh mana pengaruh faktor revolusi industri 4.0 dan kreativitas secara simultan terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online. 2) Mengetahui sejauh mana pengaruh faktor revolusi industri 4.0 dan kreativitas secara parsial terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online. 3) Mengetahui manakah diantara faktor revolusi industri 4.0 dan kreativitas yang berpengaruh dominan terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel diambil secara total dengan mengambil sampel sebanyak 40 responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor-faktor yang terdiri dari revolusi industri 4.0 dan kreativitas mempunyai pengaruh nyata secara simultan (bersama-sama) terhadap Pengembangan kewirausahaan berbasis online (Y). Faktor-faktor yang terdiri dari revolusi industri 4.0 dan kreativitas mempunyai pengaruh nyata secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap Pengembangan kewirausahaan berbasis online (Y). Diantara faktor-faktor yang terdiri dari revolusi industri 4.0 dan kreativitas, ternyata kreativitas mempunyai pengaruh dominan terhadap Pengembangan kewirausahaan berbasis online (Y), dengan pengaruh parsial sebesar 50,8 %. Implikasi dan saran masukan positif dapat diberikan yang berguna yaitu Siswa diharapkan mendapatkan pendidikan, pelatihan praktek, bimbingan agar dapat menjadi pelaku bisnis online dan selalu meningkat penguasaan teknologi informasi, sehingga akan mempercepat pelaksanaan bisnis atau layanan bisnis guna meningkatkan omset. Selain itu Perlu upaya pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0. karena sebagian besar masyarakat mulai beralih dari belanja offline ke belanja online.

Kata kunci: Revolusi Industri 4.0, Kreativitas, Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Online ONLINE-BASED ENTREPRENEURSHIP DEVELOPMENT IN THE ERA OF THE INDUSTRIAL REVOLUTION 4.0 ABSTRACT The research objectives are to 1) find out the influence of the industrial revolution 4.0 factor and creativity simultaneously on the development of onlinebased entrepreneurship. 2) Knowing the extent of the influence of the industrial revolution 4.0 and creativity partially on the development of online-based entrepreneurship. 3) Knowing which of the factors of the industrial revolution 4.0 102

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

and creativity have a dominant influence on the development of online-based entrepreneurship.

The sampling technique in this study used purposive sampling, namely the total sample was taken by taking a sample of 40 respondents. The analytical technique used in this research is multiple linear regression analysis.

The conclusions of this study are as follows: The factors consisting of the industrial revolution 4.0 and creativity have a significant effect simultaneously (together) on the development of online-based entrepreneurship (Y). Factors consisting of the industrial revolution 4.0 and creativity have a real influence partially (on their own) on the development of online-based entrepreneurship (Y).

Among the factors consisting of the industrial revolution 4.0 and creativity, it turns out that creativity has a dominant influence on the development of online-based entrepreneurship (Y), with a partial effect of 50.8%. Positive implications and suggestions can be given that are useful, namely that students are expected to receive education, practical training, guidance so that they can become online business actors and always increase their mastery of information technology, so that they will accelerate the implementation of business or business services in order to increase turnover. In addition, efforts to develop online-based entrepreneurship are needed in the era of the industrial revolution 4.0. because most people are starting to switch from offline shopping to online shopping.

Keywords: Industrial Revolution 4.0, Creativity, Online-Based Entrepreneurship Development I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah kejuruan tidak hanya bertujuan untuk menciptakan pegawai yang mampu melaksanakan tugas dari organisasi atau perusahaan berkaitan dengan kewirausahaan utamanya terkait bisnis online. Di era teknologi 4.0 sudah semestinya sekolah mencetak siswa yang memiliki kemampuan dalam berwirausaha sehingga di masa depan akan semakin banyak pengusaha yang mampu melaksanakan atau menjalankan usaha bisnis online di tengah persaingan usaha. Dengan demikian diharapkan adanya pembukaan lapangan kerja baru, peningkatan perputaran roda perekonomian berbasis online dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.

Usaha atau kewirausahaan berbasis online era teknologi 4.0 merupakan salah satu bagian dari faktor pembangunan ekonomi secara nasional, dimana dengan keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah maka akan membantu terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat dan sejahtera. Pembangunan ekonomi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah.

Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi di tengah beban dan permasalahan ekonomi yang semakin pelik, dan adanya pembatasan sosial era pandemi dibutuhkan strategi jitu untuk menghadapinya. Dalam mengatasi masalah ekonomi, memungkinkan perkembangan teknologi 4.0 yaitu era ekonomi digital yang kebetulan adanya kemunculan era teknologi 4.0 diikuti 103

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

oleh masa pandemi yang mendorong pemanfaatan teknologi informasi 4.0 bagi masyarakat dalam meningkatkan penghasilan dan ekonomi tetap berputar di era pandemi.

Kunci sukses dalam pembangunan ekonomi ke depan, sangat ditentukan oleh adanya komitmen semua pihak, baik dari lingkungan eksekutif, legislatif, maupun dari masyarakat termasuk swasta dalam mengembangkan media online dalam pemasaran produk dan jasa. Demikian pula kesuksesan bisnis online sangat bergantung pada ketersediaan dan pemanfaatan teknologi informasi karena tanpa adanya teknologi informasi khususnya teknologi informasi 4.0 maka perkembangan ekonomi tidak bisa dipercepat, karena sifat usaha dan ekonominya hanya bersifat offline saja, sedangkan jika bersifat online akan cepat terbantu pemasarannya.

Keberadaan pembatasan gerak manusia dan efisiensi perekononmian memicu perekonomian memprioritaskan bidang-bidang pembangunan ekonomi berbasis digitalisasi. Oleh karena itu, pelaku bisnis online perlu menempuh strategi utama yaitu: menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk terlibat dalam bisnis online. Sasaran utama strategi ini adalah seluruh daerah menjadi daerah digital, seluruh masyarakat berperilaku digital serta seluruh keluarga sadar aplikasi digital. Meningkatkan akses masyarakat tehadap pelayanan ekonomi digital yang berkualitas. Sasaran utama strategi ini adalah; setiap orang mendapatkan pelayanan ekonomi digital yang bermutu; dan kelompok masyarakat; di setiap daerah tersedia SDM ekonomi digital yang kompeten; di setiap daerah tersedia cukup sumber daya manusia yang memotivasi dan alat ekonomi digital.

Dalam menggerakkan ekonomi digital perlu ditunjang oleh operator dengan penyediaan dengan jaringan yang dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah daerah; pelayanan ekonomi di wilayah dan jaringannya memenuhi standar kualitas yang tinggi sehingga tidak mengalami gangguan signal dalam menggerakkan ekonomi digital.

Dunia pendidikan terutama pendidikan kejuruan perlu segera tanggap terhadap perubahan yang terjadi dan mempersiapkan sumber daya yang dimiliki dalam rangka menghadapi tren Industri 4.0. Faktor yang mempengaruhi pengembangan kewirausahaan berbasis online adalah kreativitas, karena tanpa adanya kreativitas maka pertumbuhan ekonomi berbasis online semakin cepat.

Pendidikan kejuruan hendaknya tidak hanya mengajarkan materi yang bersifat teknis namun juga mememupuk jiwa kewirausahaan khususnya dalam hal kreativitas, sehingga siswa tidak hanya terpaku pada teori yang bersifat teknis namun mengedepankan intuisi, pengembangan jiwa kewirausahaan dan pengembangan naluri kreativitas yang menghasilkan suatu usaha online dari tidak ada menjadi ada berbasis kebutuhan masyarakat.

Sesuai dengan uraian di atas maka tujuan penelitian yang telah diadakan adalah 1. Mengetahui sejauh mana pengaruh faktor revolusi industri 4.0 dan kreativitas secara simultan terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online.

104

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

2. Mengetahui sejauh mana pengaruh faktor revolusi industri 4.0 dan kreativitas secara parsial terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online.

3. Mengetahui manakah diantara faktor revolusi industri 4.0 dan kreativitas yang berpengaruh dominan terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online.

B. Tinjauan Pustaka Bisnis online adalah bisnis yang dijalankan secara online dengan menggunakan jaringan internet, sedangkan informasi yang akan disampaikan atau dijual biasanya menggunakan media website atau aplikasi. Bisnis online memiliki prospek yang cukup besar di masa mendatang, karena kini hampir semua orang menginginkan kepraktisan dan kemudahan dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari. (Majda, 2015).

Bisnis online menjadi salah satu pekerjaan paling menjanjikan untuk dikerjakan saat ini. Banyak orang mulai membidik bisnis ini karena keuntungan yang dihasilkan akan sangat banyak apabila bisnis online yang dikerjakan mulai berkembang dan dikenal luas oleh banyak orang.

Pekerjaan bisnis online juga termasuk kategori pekerjaan yang bisa dikerjakan di rumah, sehingga bagi yang memilih sebagai ibu rumah tangga pekerjaan ini adalah pekerjaan idaman karena bisa dikerjakan dimana saja dan kapan saja tidak terikat dengan waktu.

Bisnis online bukan lagi pekerjaan yang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan, saat ini banyak orang sukses dengan hasil yang sangat menjanjikan dengan pekerjaan ini. Dengan segudang manfaat yang dimiliki, banyak yang belum tahu mengenai pengertian bisnis online ini.

Istilah Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke empat. European Parliamentary Research Service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa revolusi industri terjadi empat kali. Revolusi industri pertama terjadi di Inggris pada tahun 1784 di mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai menggantikan pekerjaan manusia. Revolusi yang kedua terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan produksi secara masal. Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga.

Saat ini, perkembangan yang pesat dari teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis data memunculkan gagasan untuk mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam berbagai bidang industri. Gagasan inilah yang diprediksi akan menjadi revolusi industri yang berikutnya.

Berdasar beberapa penjelasan tersebut maka sesuai dengan yang disampaikan oleh Zhou dkk (2015), secara umum ada lima tantangan besar yang akan dihadapi yaitu aspek pengetahuan, teknologi, ekonomi, social, dan politik.

Guna menjawab tantangan tersebut, diperlukan usaha yang besar, terencana dan strategis baik dari sisi regulator (pemerintah), kalangan akademisi maupun praktisi. Kagermann dkk (2013) menyampaikan diperlukan keterlibatan akademisi dalam bentuk penelitian dan pengembangan untuk mewujudkan Industri 4.0. Menurut Jian Qin dkk (2016) roadmap pengembangan teknologi untuk mewujudkan Industri 4.0 masih belum terarah. Hal ini terjadi karena 105

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Industri 4.0 masih berupa gagasan yang wujud nyata dari keseluruhan aspeknya belum jelas sehingga dapat memunculkan berbagai kemungkinan arah pengembangan.

Fraunhofer, sebuah organisasi riset dan teknologi di Eropa merekomendasikan model lain yang disebut Fraunhofer Industrie 4.0 layer model (Neugebauer dkk, 2016). Model ini diklaim lebih komprehensif karena memasukkan lebih banyak unsur tangible. Model ini disusun dari hasil ekstraksi dokumen berbagai penelitian dan hasil wawancara terhadap para ahli. Model ini tersusun atas tiga lapisan utama. Lapisan inti terkait produksi. Lapisan ini terbagi menjadi sepuluh bagian teknologi inti yaitu: a. engineering b. manufacturing technologies and organization c. machines d. smart capabilities e. robotics and human-robot collaboration f. production planning control g. logistics h. work organization i. workplace design and assistance j. resource and energy efficiency.

Gambar 1. STRUKTUR FRAUNHOFER INDUSTRIE 4.0 LAYER MODEL (Neugebauer dkk, 2016) Berikut ini dikemukakan aspek industry 4.0 dari aspek Deskripsi

106

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 1.

ASPEK INDUSTRI 4.0 ASPEK DESKRIPSI

Lapisan berikutnya adalah aspek teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan realisasi konsep Industri 4.0. Lapisan terluar terkait transformasi perusahaan akibat implementasi Industri 4.0 meliputi bisnis, manajemen dan sumber daya manusia. Model kerangka Industri 4.0 saat ini masih terus dikembangkan. Hal ini bertujuan demi terwujudnya model yang secara global dapat digunakan sebagai acuan penerapan Industri 4.0 di berbagai tipe dan level industri. Berdasar telaah di atas, ditemukan empat belas aspek yang ada pada Industri 4.0. Aspek-aspek tersebut ditunjukkan pada tabel 2.

Menurut Conny R Semiawan (2019: 44) kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru. Sedangkan menurut Utami Munandar (2019: 12), bahwa kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat.

Menurut Barron yang dikutip dari Ngalimun dkk (2013: 44) kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Guilford yang dikutip dari Ngalimun dkk (2013: 44) menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemamampuan yang menandai seorang kreatif.

107

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini :

REVOLUSI INDUSTRI 4.0 (X1) PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS ONLINE (Y)

KREATIVITAS (X2) Keterangan:  pengaruh parsial pengaruh simultan pengaruh dominan

Gambar 2 KERANGKA KONSEPTUAL Pada kerangka Konseptual tersebut di atas digambarkan bahwa faktor revolusi industri 4.0 dan kreativitas berpengaruh secara bersama-sama (simultan) maupun secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online.

D. Hipotesis Penelitain Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran konseptual yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dibuat suatu hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Diduga bahwa faktor revolusi industri 4.0 dan kreativitas berpengaruh nyata secara simultan terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online.

2. Diduga bahwa faktor revolusi industri 4.0 dan kreativitas berpengaruh nyata secara parsial terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online.

3. Diduga bahwa faktor kreativitas berpengaruh dominan terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online.

108

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan sampel. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Penelitian kuantitatif ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik, dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017:8).

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif dan kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Sudjana, 2015: 34). Sejalan dengan pengertian di atas maka ditentukan bahwa populasi dari penelitian ini adalah seluruh pelaku bisnis online di kota Samarinda. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (Mantra dan Kasto dalam Singarimbun, 2015: 151). Sampel ditetapkan dengan teknik purposive sampling yang diambil sebanyak 40 orang pelaku bisnis online di kota Samarinda. Menurut Sugiyono (2017) purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel data yang didasarkan pada pertimbangan tertentu.

Secara konseptual, pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yang diuraikan sebagai berikut: Variabel bebas (X) terdiri dari: X1 = Revolusi industri 4.0 X2 = Kepercayaan masyarakat variabel terikat (Y) yaitu: Y = pengembangan kewirausahaan berbasis online Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis). Model ini dipilih karena penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh beberapa faktor terhadap Pengembangan kewirausahaan berbasis online baik secara simultan/serempak maupun secara parsial.

Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda yang diolah melalui program SPSS, maka besarnya pengaruh beberapa faktor terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online akan dapat diketahui. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik. Adapun formula dari model regresi linier berganda tersebut adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana : Y = pengembangan kewirausahaan berbasis online X1 = Revolusi industri 4.0 X2 = Kreativitas a = intersep b = koefisien regresi. e = faktor penggangu di luar model.

109

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

III. Hasil Penelitian 1. Uji Validitas Hasil uji validitas butir pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.

HASIL UJI VALIDITAS Corrected No Variabel Item - Total r tabel Validitas Correlation 1 2

Revolusi industri 4.0 (X1) 0,951 0,316 Valid Kreativitas (X2) 0,955 0,316 Valid Pengembangan kewirausahaan 0,978 0,316 Valid 3 berbasis online di era revolusi industri 4.0 (Y) Sumber: Output SPSS Hasil analisis dapat dilihat pada output di atas, pada bagian Item Total Statistics dilihat pada kolom Corrected Item - Total Correlation merupakan nilai r hitung untuk masing-masing pertanyaan sebagai indikator variabel. Nilai r untuk masing-masing pertanyaan ternyata positif dan nilainya lebih besar dari r tabel product moment 0,316, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan adalah valid.

2. Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas instrument yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. HASIL UJI RELIABILITAS Cronbach’s No Variabel r tabel Reliabilitas Alpha 1 2

Revolusi industri 4.0 (X1) 0,963 0,316 Reliabel Kreativitas (X2) 0,963 0,316 Reliabel Pengembangan kewirausahaan 0,962 0,316 Reliabel 3 berbasis online di era revolusi industri 4.0 (Y) Sumber: Output SPSS Hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha pada tabel di atas adalah di atas r tabel sebesar 0,316 jadi dapat disimpulkan bahwa reliabilitas dari konstruk atau variabel penelitian adalah reliabel. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha pada tabel di atas adalah di atas 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa reliabilitas dari konstruk atau variabel penelitian adalah tinggi.

3. Uji F – Simultan Adapun hasil analisis uji F – simultan ditunjukkan pada tabel Anova berikut ini:

110

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 4

TABEL ANOVA

Sumber: Output SPSS Hasil uji F menunjukkan nilai Fhitung sebesar 176,079. Sedangkan nilai Ftabel dengan degree of freedom = n – k – 1 = 40-2-1 = 37 adalah sebesar 3,23.

Oleh karena nilai Fh sebesar 176,079 > Ft sebesar 3,23; maka Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa dari model regresi berhasil menunjukkan bahwa variabel bebas secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.

4. Uji t – Parsial Hasil uji t – parsial dapat dilihat pada output SPSS berikut ini: Tabel 5 KOEFISIEN REGRESI

Sumber: Output SPSS Hasil uji t menunjukkan nilai thitung untuk variabel revolusi industri 4.0 (X1) adalah sebesar 4,802; variabel kreativitas (X2) adalah sebesar 5,104.

Sedangkan nilai ttabel dengan degree of freedom = 40-2-1 = 37 dengan tingkat signifikansi (α) = 5% adalah sebesar 1,684. Nilai thitung untuk variabel revolusi industri 4.0 (X1) adalah sebesar 4,802 > nilai ttabel sebesar 1,684; maka maka Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti variabel bebas revolusi industri 4.0 (X1) dapat menerangkan variabel tidak bebas yaitu pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0 (Y).

Nilai thitung untuk variabel kreativitas (X2) adalah sebesar 5,104 > nilai ttabel sebesar 1,684; maka maka Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti variabel bebas kreativitas (X2) dapat menerangkan variabel tidak bebas yaitu pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0 (Y).

5. Uji Dominasi Hasil uji dominasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

111

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 6. TABEL KOEFISIEN BETA No

Variabel

Standardized Coefficients Beta

1 Revolusi industri 4.0 (X1) 0,478 2 Kreativitas (X2) 0,508 Sumber: Output SPSS Karena pengaruh parsial variabel pengawasan sebesar 50,8% lebih tinggi dari variabel lain maka variabel kreativitas (X2) mempunyai pengaruh dominan terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0 (Y).

6. Koefisien Determinasi Nilai koefisien deterimasi dalam model penelitian ini dapat dilihat pada model summary sebagai berikut.

Tabel 7.

MODEL SUMMARY

Sumber: Output SPSS Pada model summary di atas diketahui bahwa nilai R Square sebesar 0,905. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel independent terhadap variable dependen adalah sebesar 90,5%. Sedangkan sisanya sebesar 9,5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model yang digunakan dalam penelitian ini.

7. Koefisien Regresi Dari tabel koefisien di atas diketahui persamaan regresi dalam penelitian ini sebagai berikut: Y = -0,624 + 0,565 X1 + 0,582 X2 + E Dimana : Y = pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0 X1 = revolusi industri 4.0 X2 = kreativitas IV. PENUTUP A. Kesimpulan Hasil kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang terdiri dari revolusi industri 4.0 dan kreativitas mempunyai pengaruh nyata secara simultan (bersama-sama) terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0 (Y).

2. Faktor-faktor yang terdiri dari revolusi industri 4.0 dan kreativitas mempunyai pengaruh nyata secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0 (Y).

112

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

3. Diantara faktor-faktor yang terdiri dari revolusi industri 4.0 dan kreativitas, ternyata kreativitas mempunyai pengaruh dominan terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0 (Y), dengan pengaruh parsial sebesar 50,8 %.

B. Saran Implikasi dan saran masukan positif dapat diberikan yang berguna bagi perbaikan manajemen di organisasi dari hasil penelitian antara lain: 1. Pelaku bisnis online perlu selalu meningkat penguasaan teknologi informasi, dengan mencadangkan atau menabung anggaran untuk meningkatkan gadget atau perangkat teknologi yang dimiliki sehingga akan mempercepat pelaksanaan bisnis atau layanan bisnis guna meningkatkan omset dan pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0.

2. Siswa diharapkan mendapatkan pendidikan, pelatihan praktek, bimbingan agar dapat menjadi pelaku bisnis online. Pelaku bisnis online perlu selalu meningkat penguasaan teknologi informasi, dengan mencadangkan atau menabung anggaran untuk meningkatkan gadget atau perangkat teknologi yang dimiliki sehingga akan mempercepat pelaksanaan bisnis atau layanan bisnis guna meningkatkan omset dan pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0.

3. Perlu upaya pengembangan kewirausahaan berbasis online di era revolusi industri 4.0. karena sebagian besar masyarakat mulai beralih dari belanja offline ke belanja online yang dapat merangsang peluang penghasilan dan perkembangan ekonomi yang lebih cepat berbasis online sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan perekonomian menuju Indonesia maju dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA Ananda, Lingga Detia. Jurnal Komunikasi Indonesia. Pascasarjana Manajemen Komunikasi UI, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Kampus UI Salemba. Dinamika Trust pada Pemasaran Online di Media Sosial.

Anggreini, Rezha Devi, Suparwati Jurnal Core e-Jurnal UPN. Pengaruh Media Sosial Dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Online Di Adorable Projects Cimahi Jawa Barat.

Anindyaputri, Irene. (2020). Tolak Ukur Keberhasilan Strategi Digital Marketing. https://glints.com.

Balasingham, K. (2016). Industry 4.0: Securing the Future for German Manufacturing Companies. Master's Thesis. University of Twente.

Brown, R. D. dan G. J. Petrello. (2016). Introduction to Business, An Integration Approach. Gglen Coe Press. Beverly Hills Darroch, J., & McNaughton, R. (2002). Examining the link between knowledge management practices and types of innovation. Journal of Intellectual Capital, 33, 210–222.

Davies, R. 2015. Industry 4.0 Digitalisation for productivity and growth. http://www.europarl.europa.eu, Diunduh pada 29 Juni 2021.

113

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Drath, R., & Horch, A. (2014). Industrie 4.0: Hit or hype?[industry forum]. IEEE industrial electronics magazine, 82, pp. 56-58.

Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisi Multivariate dengan SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Heng, S. (2014). Industry 4.0: Upgrading of Germany's Industrial Capabilities on the Horizon. https://ssrn.com/abstract=2656608, Diakses pada 17 Juni 2021.

Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B. 2016. Design principles for industrie 4.0 scenarios. System Sciences HICSS, 49th Hawaii International Conference, pp. 3928-3937.

Jayanti, Ratna Dwi. Jurnal EKSIS Vol X No 1, April 2015. Pengaruh Harga Dan Kepercayaan Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online Studi Kasus Pada Harapan Maulina Hijab Jombang.

Kagermann, H., Lukas, W.D., & Wahlster, W. (2011). Final report: Recommendations for implementing the strategic initiative INDUSTRIE 4.0. Industrie 4.0 Working Group.

LR.Dicksee. (2021). Business Organisation. www.Depository.com Merkel, A. (2014). Speech by Federal Chancellor Angela Merkel to the OECD Conference. https://www.bundesregierung.de/Content/EN/Reden/ 2014/2014-02-19-oecd-merkel-paris_en.html, Diakses pada 17 Juni 2021.

Merriam Webster. (2016). Merriam Webster. Online Dictionary.

Neugebauer, R., Hippmann, S., Leis, M., & Landherr, M. (2016). Industrie 4.0From the Perspective of Applied Research. Procedia CIRP, Vol. 57, pp.

2-7.

Prasetyo, Hoedi dan Wahyudi Sutopo. Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Januari 2018. Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan Riset.

Qin, J., Liu, Y., & Grosvenor, R. (2016). A Categorical Framework of Manufacturing for Industry 4.0 and Beyond. Procedia CIRP, Vol. 52, pp.

173-178.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (2015). Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Bisnis. Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan research and development. Bandung : Alfabeta.

114

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG SIMBOL PANCASILA MENGGUNAKAN MEDIA PUZZLE MELALUI KOLABORASI MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN PICTURE AND PICTURE PADA PESERTA DIDIK KELAS 1 SDN KARANG MEKAR 9.

Hj Masitah Djohansyah ( Guru SD Negeri Karang Mekar 9 Banjarmasin) adenmilanizti1988@gmail.com ABSTRAK Pproses pembelajaran PKn kebanyakan masih mengunakan paradigma yang lama di mana guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal ( 3DCH ), keadaan pembelajaran muatan PKN di SDN Karang Mekar 9 sama persis terjadi seperti yang disebutkan diatas dimana kegiatan proses belajar masih menggunakan metode pembelajaran konvesional. Pembelajaran menjadi kaku karena pusatnya hanya terletak pada guru dan menyebabkan pembelajaran menjadi satu arah saja, selain itu pula peserta didik menjadi kurang termotivasi serta menjadi sibuk sendiri dan membuat suasana menjadi gaduh dalam proses pembelajaran PKN yang cenderung penuh hafalan, kalau permasalahan tersebut dibiarkan terlalu berlarut-larut akan mengakibatkan nilai hasil belajar yang menurun, dari hasil belajar yang diperoleh dari tahun ajaran yang telah lewat ketuntasan belajar secara klasikal pada tahun ajaran 2018/2019 hanya mencapai 43,7 % Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu nilai hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan Media Pembelajaran Puzzle dengan Kolaborasi Model Make a Match dan Picture and Picture. Hasil diakhir pertemuan pada setiap siklus dan data kualitatif yaitu observasi aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran Serta observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Media Puzzle dengan kolaborasi model make a match dan picture dan picture Aktivitas guru pada saat melakukan pembelajaran Menggunakan Media Puzzle Melalui Kolaborasi Model Pembelajaran Make a Match dan Picture and Picture dalam meningkatkan hasil belajar Peserta Didik pada pembelajaran PKn tentang Simbol Pancasila siswa kelas I SDN Karang Mekar 9 Banjarmasin telah terlaksana sesuai dengan penerapan media serta langkah-langkah model pembelajaran yang direncanakan yaitu 24 dengan kualifikasi “sangat baik”.

Aktivitas Peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dinyatakan berhasil.

Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer dimana aktivitas siswa telah mampu mencapai kriteria sangat aktif dengan jumlah persentase seluruh aktivitas ≥80%. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dinyatakan telah berhasil dikarenakan selalu terjadi peningkatan di

115

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

tiap pertemuannya dan telah mampu melampaui indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti secara klasikal yaitu ≥80%.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Media Puzzle, Make a Match, Picture And Picture ABSTRACT IMPROVING LEARNING OUTCOMES OF PKN ABOUT PANCASILA SYMBOLS USING MEDIA PUZZLE THROUGH COLLABORATIVE MODEL COOPERATIVE TYPE MAKE A MATCH AND PICTURE AND PICTURE IN GRADE 1 STUDENTS OF SDN KARANG MEKAR 9.

Most PKn learning processes still use the old paradigm in which teachers provide knowledge to students who are passive. The teacher teaches with the conventional method of lecturing and expects students to sit, be quiet, listen, record and memorize (3DCH), the learning conditions of PKN content in SDN Karang Mekar 9 occur exactly as mentioned above where the learning process activities still use the learning method conventional. Learning becomes rigid because the center lies only with the teacher and causes learning to become one direction, besides that students become less motivated and become busy themselves and make the atmosphere become noisy in the learning process of PKN which tends to be rote, if the problem is left too protracted dissolved will result in decreased learning outcomes, from learning outcomes obtained from the school year that has passed classical learning completeness in the 2018/2019 school year only reaching 43.7% The type of data obtained is quantitative data that is the value of student learning outcomes during the learning process. The results of the end of the meeting in each cycle and qualitative data are the observation of teacher activities in the management of learning and observation of student activities.

The teacher's activities when doing learning Using Media Puzzle Through Collaboration of the Learning Model Make a Match and Picture and Picture in improving Student learning outcomes in Civics Learning about Pancasila Symbols for Class I students of SDN Karang Mekar 9 Banjarmasin has been carried out in accordance with the application of the media and the steps the planned learning model step is 24 with a "very good" qualification. Activities of students in following the learning process are declared successful. This can be seen from the results of observations made by observers in which student activities have been able to reach very active criteria with a total percentage of all activities ≥80%. Learning outcomes obtained by students after participating in learning have been successful because there has always been an increase in each meeting and has been able to exceed the success indicators that have been determined by researchers in the classical, ≥80%.

Keywords: Learning Outcomes, Media Puzzle, Make a Match, Picture and Picture

116

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama ini proses pembelajaran PKn kebanyakan masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal ( 3DCH ), siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah. Masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ialah penggunaan metode atau model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari belum memenuhi harapan seperti yang diinginkan. (Anonim:2012) Senada dengan apa yang dijelaskan pada latar belakang, keadaan pembelajaran muatan PKN di SDN Karang Mekar 9 dimana kegiatan proses belajar masih menggunakan metode pembelajaran konvesional. Pembelajaran menjadi kaku karena pusatnya hanya terletak pada guru dan menyebabkan pembelajaran menjadi satu arah saja, selain itu pula peserta didik menjadi kurang termotivasi serta menjadi sibuk sendiri dan membuat suasana menjadi gaduh dalam proses pembelajaran PKN yang cenderung penuh hafalan, kalau permasalahan tersebut dibiarkan terlalu berlarut-larut akan mengakibatkan nilai hasil belajar yang menurun, dari hasil belajar yang diperoleh dari tahun ajaran yang telah lewat ketuntasan belajar secara klasikal pada tahun ajaran 2018/2019 hanya mencapai 43,7 % Melihat kondisi yang terjadi di sekolah, peneliti tertarik untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan memilih media pembelajaran yang efektif dan mencari alternatif pemecahan lain yaitu kolaborasi model pembelajaran dengan tujuan meningkatkan hasil belajar yang dialami oleh Peserta Didik kelas I SDN Karang Mekar 9 Kota Banjarmasin yaitu dengan menggunakan Media Puzzle dan kolaborasi model make a match dan picture and picture.

Alasan kenapa peneliti menggunakan media puzzle dikarenakan mempunyai beberapa kelebihan menurut Tarigan menyatakan bahwa pada umumnya para siswa menyukai permaianan dan mereka dapat memahami dan melatih cara penggunaan kata-kata, puzzle, crosswords puzzle, anagram dan palindron, hal tersebut dikuatkan lagi oleh Adenan (1989: 9) yang menyatakan bahwa “puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil”. (Huda,2013).

Disamping itu penelitian juga menggunakan kolaborasi model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan picture dan picture yang mempunyai beberapa kelebihan yang secara umum sangat efektif membantu siswa dalam memahami materi melalui permainan mencari kartu jawaban dan 117

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

pertanyaan dan menyusun gambar secara logis sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan.

Berdasarkan latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui aktivitas Guru dan Peserta Didik Kelas I dalam melaksanakan pembelajaran PKN tentang simbol pancasila menggunakan media pembelajaran puzzle melalui kolaborasi Model Kooperatif Tipe Make A Match dan Picture SDN Karang Mekar 9 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar Peserta didik pada pembelajaran PKN tentang simbol pancasila menggunakan media pembelajaran puzzle melalui kolaborasi Model Kooperatif Tipe Make A Match dan Picture pada peserta didik kelas I SDN Karang Mekar 9 II. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Kunandar (2010:46) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah bentuk refleksi diri yag dilakukan oleh para pelaki pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadaan tentang 1. Praktik-Praktik kependidikan 2. Pemahaman mereka tentang praktik praktik tersebut 3. Situasi dimana praktik tersebut dilaksanakan Penelitian tindakan kelas berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya. (Muslich, 2010:8) Tujuan penelitian pada umumnya adalah untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia dan menemukan serta mengembangkan suatu pengetahuan. Untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan. (Muslich, 2010:8) Secara garis besar empat tahapan yang lazim dilalui dalam sebuah Penelitian Tindakan Kelas, yaitu tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi dapat dijelaskan dibawah ini : 1. Perencanaan, yaitu mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis berdasar untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam pelaksanaan pembelajaran, rencana tindakan dalam rangka penelitian dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Pelaksanaan/ Tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rencana tindakan di kelas yang diteliti.

3. Pengamatan, mengamati terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Pengamatan ini dilaksanakan oleh guru lain yang bertugas sebagai pengamat

118

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

4. Refleksi, adalah kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus selanjutnya. Kegiatan refleksi bertujuan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. (Sulipan dalam Dzaki:2009) III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SDN Karang Mekar 9 Banjarmasin di kelas I dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang dengan menggunakan Media Puzzle melalui Kolaborasi model pembelajaran Make a Match dan Picture and Picture pada materi simbol pancasila yang dilakukan sebanyak empat pertemuan, hasil observasi dan evaluasi pada penelitian akan diuraikan sebagai berikut: A. Aktivitas Guru Berdasarkan hasil analisis data aktivitas guru yang telah dilakukan selama pelaksanaan 4 pertemuan, ditemukan adanya peningkatan perolehan skor aktivitas guru di setiap pertemuannya.

Berikut akan disajikan grafik kecenderungan peningkatan aktivitas guru dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4.

Kecenderungan Peningkatan Skor Aktivitas Guru 30 25 20

20

15

24

21

14

10 5 0 P.1

Gambar 1.

P.2

P.3

P.4

KECENDERUNGAN PENINGKATAN AKTIVITAS GURU PERTEMUAN 1 SAMPAI PERTEMUAN 4

Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa jumlah perolehan skor aktivitas guru secara keseluruhan maupun perkategori dalam proses pembelajaran saat menggunakan Media Puzzle Melalui Kolaborasi Model Pembelajaran Make A Match dan Picture and Picture mengalami peningkatan disetiap pertemuan dan telah mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti yakni ≥24 atau berada pada kriteria sangat baik dikarenakan adanya kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru setelah proses pembelajaran berlangsung serta peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran dikelas. Pada saat ini komponen guru sangat menentukan keberhasilan 119

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

proses pembelajaran. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap belajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Masing-masing perbedaan tersebut dapat mempengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran (Suriansyah, 2014: 4).

Menurut Indra Jati dalam Suriansyah (2014: 77) mengemukakan bahwa “guru masa depan tidak hanya terampil sebagai pengajar (Teacher), seperti fungsinya yang selama ini menonjol, melainkan juga sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning manajer)”.

Menurut Djamarah (2016: 107), Guru adalah salah satu unsur manusia dalam unsur pendidikan. Unsur manusiawi lainnya adalah anak didik, guru dan anak didik berada dalam satu kejiwaan. Keduanya berada dalam proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda.

Guru yang mengajar dan mendidik, dan anak didik yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari guru di kelas. Guru dan anak didik berada dalam koridor kebaikan. Oleh karena itu, walaupun mereka berbeda fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan hukum, kebaikan sosial, dan sebagainya.

Menurut Rusman, (2014:59) ada beberapa aktivitas guru yang terdapat dalam proses pembelajaran, antara lain : 1. Mengatur alokasi waktu berkenaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran; 2. Memberikan dorongan kepada siswa agar tumbuh semangat untuk belajar, sehingga minat belajar tumbuh kondusif dalam diri siswa; 3. Melaksanakan diskusi dalam kelas. Diskusi adalah wahana yang tepat untuk menciptakan dan menumbuhkan siswa yang kreatif dan produktif serta terlatih berargumentasi secara sehat serta terbiasa menghadapi perbedaan; 4. Mengamati siswa. Mengacu pada hasil pengamatan ini guru dapat mengatahui siswa mana yang membutuhkan pembinaan lebih; 5. Memberikan informasi lisan maupun tulisan dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti siswa; 6. Memberikan masalah untuk dicari solusi pemecahannya, sehingga siswa dapat menggunakan daya pikir dan daya nalarnya secara maksimal; 7. Mengajukan pertanyaan dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan siswa; Menggunakan media/alat peraga.

B. Aktivitas Siswa Berdasarkan observasi aktivitas siswa yang telah dilakukan selama pelaksanaan 4 pertemuan, ditemuakan adanya peningkatan perolehan skor aktivitas siswa di setiap pertemuan.

Berikut akan disajikan grafik kecenderungan peningkatan aktivitas siswa dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4.

120

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Kecendrungan Aktivitas Peserta Didik dalam Kelompok Secara Klasikal Pertemuan 1, 2, 3 dan 4 70 60

63,3

60 53,3

50

P.1

40

36,7

36,7

30 20 10 0

P.2 26,6 23,3

16,7 10 0 Kurang Aktif

13,3 0 Cukup Aktif

Aktif

P.3 P.4

10 Sangat Aktif

Gambar 2 KECENDERUNGAN PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA SECARA KLASIKAL Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa pada pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 4 setelah melaksanaka pembelajaran dengan menggunakan media Puzzle melalui kolaborasi model Make Match dan Picture and Picture, dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran kelompok juga mempunyai peranan yang sangat penting. Karena menurut Dave Meier mengemukakan bahwa “belajar harus dilakukan dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik ketika belajar dan memanfaatkan indera siswa sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar” (Rusman, 2014:389) Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Kunandar (2016:277) aktivitas siswa adalah “keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut”.

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa belajar harus melibatkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, yang meliputi potensi gerakan fisik, potensi panca indra dan potensi kemampuan intelektual maupun emosional. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pasal 19 (ayat 1) yang berbunyi “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselanggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan fisiologis peserta didik”

121

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bukanlah komunikasi satu arah (one way communication) transformasi dari guru kepada siswa, melainkan harus berupa komunikasi timbal balik secara interaktif antara siswa dengan guru.Dengan komunikasi tersebut siswa ditempatkan sabagai subjek dalam belajar yang harus mendapatkan kesempatan secara luas untuk mengembangkan kreativitas, aktivitas dan potensi secara langsung dalam mencari, menemukan dan memecahkan masalah melalui pengalaman belajar.

Penggunaan media puzzle juga berpangaruh dalam meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran. Menurut Adenan (1989: 9) dinyatakan bahwa “puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil”. (Nugroho, 2015) Pada pembelajaran ini didukung juga oleh penerapan dua Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match. Menurut Huda (2013:253) model ini mempunyai beberapa kelebihan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.

Pendapat dari Huda dikuatkan kembali oleh Rusman (2011:78) yang mengatakan bahwa Metode kooperatif model Make A Match merupakan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa, dimana dalam pembelajaran ini setiap siswa diberi kartu indeks yang berisi informasi tentang materi yang akan dibahas,. Di sini pendidik lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan menjelaskan materi yang perlu dibahas atau materi yang belum dimengerti siswa setelah presentasi selesai. Make A Match (membuat pasangan) strategi ini merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep, atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Penerapan model pembelajaran Picture and Picture juga berperan dalam meningkatnya aktivitas siswa. Menurut Istarini (2011:54) ada beberapa kelebihan model tersebut dalam meningkatkan aktivitas peserta didik, diantaranya : 1. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.

2. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.

3. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.

4. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru C. Hasil Belajar Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes evaluasi yang dilakukan pada setiap pertemuan dengan tujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diberikan pada semua pertemuan.

122

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berikut akan disajikan grafik kecenderungan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4.

Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Secara Klasikal 100 86,7

83,3

83

80 60

Tidak Tuntas

50

40

Tuntas

20

17

16,7

13,3

0 P.1

P.2

P.3

P.4

Gambar 3. KECENDERUNGAN PENINGKATAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA SECARA KLASIKAL PERTEMUAN 1 SAMPAI PERTEMUAN 4 Berdasarkan gambar 3 maka dapat dibuat grafik peningkatan ketuntasan hasil belajar yang mencapai indikator keberhasilan individu dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4 sebagai berikut:

Ketuntasan Belajar Siswa Secara Individu 30 25

25

20

20

15

15

15

10

10

10

5

5

5

5

0

<75 ≥75-90 10

0 P.1

≥91-100

0 P.2

P.3

P.4

Gambar 4. KETUNTASAN BELAJAR SISWA SECARA INDIVIDU PERTEMUAN 1 SAMPAI PERTEMUAN 4

123

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Pada prakteknya, pembelajaran PKn masih menghadapi banyak kendala-kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain: Pertama, guru pengampu mata Pelajaran PKn masih mengalami kesulitan dalam mengaktifkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan pelajaran.

Kedua, jumlah siswa setiap kelas cukup besar (40-45 siswa). Terkait dengan jumlah siswa yang cukup besar di setiap kelas ini, proses belajar dihadapkan pada kenyataan keberadaan sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai, sehingga hal tersebut juga menyebabkan guru kurang dapat mengenali sikap dan perilaku individual siswa atau murid secara baik. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa terhadap materi pembelajaran.

Ketiga, sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis. Akibatnya siswa ketika mengikuti pembelajaran PKn merasa cukup mencatat dan menghafal konsep-konsep dan teori-teori yang diceramahkan oleh guru, tugas-tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan secara tidak serius dan bila dikerjakan pun sekedar memenuhi formalitas. Keempat, praktik kehidupan di masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, agama seringkali berbeda dengan wacana yang dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas.

Akibatnya siswa seringkali merasa apa yang dipelajari dalam proses belajar di kelas sebagai hal yang sia-sia. Kelima, letak sekolah yang ada di pinggir kota dan juga asal siswa dari pinggir kota merupakan kendala dalam pembelajaran, karena wawasan siswa menjadi sangat terbatas dan kurang, sehingga dalam proses pembelajaran siswa di kelas menjadi tidak aktif dan tidak bergairah untuk bersama-sama proaktif. (Hadi. 2013) Berdasarkan pendapat diatas, peneliti mencoba sesuatu yang berbeda dalam pembelajaran pada umumnya dengan menggunakan media Puzzle melalui kolaborasi model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Melalui penggunaan media serta kolaborasi model tersebut, hasil tes evaluasi yang dilakukan baik secara individual dan klasikal mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat.

Peningkatan hasil belajar ini terjadi karena siswa telah mengalami pengalaman dan peningkatan dari segi knowledge.

Hal tersebut senada dengan pendapat Bloom dalam Suprijono (2016: 7) Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (penerapan), analisis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan evaluation(menilai). Domain afektif adalah reserving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing(nilai), organization (organisasi), caracterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.Psikomotor

124

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Trianto (2014:19) mengatakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan oleh guru dan siswa, guna mencapai tujuan materi.

Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan Penggunaan Media Pembelajaran Puzzle melalui Kolaborasi model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Picture and Picture juga dianggap tepat dan sesuai dengan karakteristik masalah yaitu tentang simbol pancasila dam pengamalannya, Menurut Adenan (1989: 9) dinyatakan bahwa “puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil”. Sedangkan menurut Hadfield (1990: v), puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau dijawab”. Beberapa manfaat bermain puzzle bagi anak-anak antara lain: 1. Meningkatkan Keterampilan Kognitif 2. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus 3. Meningkatkan Keterampilan Sosial 4. Melatih koordinasi mata dan tangan 5. Melatih logika 6. Melatih kesabaran.

7. dan Memperluas pengetahuan.

(Nugroho,2015) Penelitian ini juga didukung oleh model pembelajaran yang tepat yaitu kolaborasi model Make a Match dan Picture and Picture . Shoimin (2014;122-123) “Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi gambar logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Guru sudah menyiapkan gambar sebelumnya yang mana akan ditampilkan, baik dalam bentuk kartu-kartu atau karton dalam ukuran besar. Gambar-gambar tersebut merupakan aspek yang sangat penting karena digunakan untuk memperjelas pengertian dan dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Suasana pembelajaran lebih menarik ketika peneliti mengimplementasikan. Model Make a Match. Model Make a Match juga berperan penting dalam meningkatnya hasil belajar siswa. Huda (2003:253) menjelaskan Model pembelajaran kooperatif tipe make a match juga mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: 1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; 2. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; 125

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 4. efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; dan 5. efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

(Huda, 2013: 253) Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang relevan diantaranya dari Mawardi dan Desty Lusia Sari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul keefektifan model pembelajaran Picture and Picture dan Make A Match ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran ipa kelas 4 sd gugus mawar - suruh yang menyimpulkan bahwa terdapat hasil peningkatan belajar maupun dari segi aktivitas siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Jannah (2012) dengan Judul Penggunaan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Pada Siswa Kelas IV Sd Negeri Tempel Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Dimana nilai ketuntasan belajar secara klasikal mencapai ≥80% Penelitian Tia (2018) dengan judul Meningkatkan Aktifitas Belajar PKn Materi Keputusan Bersama Menggunakan Kombinasi Model Pembelajaran Group Invertigasi (GI), Numbered Heads Together (NHT) dan Picture and Picture pada siswa Kelas V SDN Semangat Dalam 5 Barito Kuala dengan menggunakan model-model ini di ketahui dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan perolehan nilai rata-rata pada siklus I pertemuan 1 mencapai 56. dengan persentase ketuntasan klasikal 87%. Sedangkan nilai rata-rata pada prtemuan 2 meningkat menjadi 69 dengan persentase ketuntasan klasikal 70,45%.

Berlanjut ke siklus II pertemuan 1 perolehan nilai rata-rata yang dcapai adalah 87 dengan persentase ketuntasan klasikal yang diperoleh mencapai 90,15% dan pada pertemuan 2 nilai rata-rata yang diperoleh adalah 94 dan telah mencapai persentase ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu 94.69%.

Berdasarkan hasil temuan dilapangan dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat serta penelitian yang relevan, peneliti menyimpulkan bahwa dengan menerapkan media pembelajaran Puzzle melalui kombinasi model pembelajaran Make a Match dan Picture and Picture dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada muatan PKN tentang Simbol Pancasila pada siswa kelas I SDN Karang Mekar 9 Banjarmasin.

IV. PENUTUP Aktivitas guru pada saat melakukan pembelajaran Menggunakan Media Puzzle Melalui Kolaborasi Model Pembelajaran Make a Match dan Picture and Picture dalam meningkatkan hasil belajar Peserta Didik pada 126

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

pembelajaran PKn tentang Simbol Pancasila siswa kelas I SDN Karang Mekar 9 telah terlaksana sesuai dengan penerapan media serta langkahlangkah model pembelajaran yang direncanakan yaitu 24 dengan kualifikasi “sangat baik”. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh obsever dimana guru telah mampu mencapai kriteria sangat baik dan telah mampu melampaui indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti.

Aktivitas Peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran menggunakan Media Puzzle Melalui Kolaborasi Model Pembelajaran Make a Match dan Picture and Picture dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pembelajaran PKn materi Simbol Pancasila siswa kelas I SDN Karang Mekar 9 dinyatakan berhasil. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer dimana aktivitas siswa telah mampu mencapai kriteria sangat aktif dengan jumlah persentase seluruh aktivitas ≥80% dan telah mampu melampaui indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti pada pertemuan keempat memperoleh persentase maksimal yaitu 100%.

Hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan Media Puzzle Melalui Kolaborasi Model Pembelajaran Make a Match dan Picture and Picture dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKN materi Simbol Pancasila siswa kelas I SDN Karang Mekar 9 dinyatakan telah berhasil dikarenakan selalu terjadi peningkatan di tiap pertemuannya dan telah mampu melampaui indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti secara klasikal yaitu ≥80%.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2012). Penerapan Metode Lightening The Learning Climate untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PKn pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Mojoagung Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2012/2013. Tidak diterbitkan Dzaki, Faiq Muhammad .(2009) (Online). Model Pembelajaran Induktif – Struktur Sosial dan Peran.

Diakses Peran. http://penelitiantindakan kelas.blogspot.com/2009/03/modelpembelajaran-induktif-struktur.html. diakses tanggal 08 November 2018 Huda, Miftahul. (2013). Cooperative Learning. (Yogyakarta: Pustaka Belajar) https://madrasahtsanawiyahkaryamukti.blogspot.com/2017/02/mediapembelajaran-menggunakan-puzzle.html. diakses tanggal 10 Oktober 2018 Huda, Miftahul. (2013). Cooperative Learning. (Yogyakarta: Pustaka Belajar) https://madrasahtsanawiyahkaryamukti.blogspot.com/2017/02/mediapembelajaran-menggunakan-puzzle.html. diakses tanggal 10 Oktober 2018 Istarani, (2011). 58 Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). Medan: Media Persada, Kunandar. (2010). Langkah-langkah PTK sebagai Pengembangan Profesi Guru.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

127

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Kunandar. (2016). Langkah-langkah PTK sebagai Pengembangan Profesi Guru.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muslich, Mansur. (2010). Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Refika Aditama. Bandung.

Nugroho, Wiwit Cahyo. (2015). Game Edukasi Tokoh Punakawan. Diakses https://text-id.123dok.com/document/q5w6o5rq-game-edukasi-tokohpunakawan.html. Diakses tanggal 17 Agustus 2018 Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rusman. (2014). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: ALFABETA Suprijono.Agus, (2016),Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suriansyah, A.,dkk. (2014). Strategi Pembelajaran. Banjarmasin: PT Raja Grafindo Persada Susanto, Hadi. (2013). Pembelajaran PKn di SD. Diakses https://bagawanabiyasa. wordpress.com/2013/05/16/pembelajaran-pkn-di-sd/. Diakses tanggal 28 September 2018 Trianto, dkk. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.

Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA Mawardi & Desty Lusia Sari (2011) keefektifan model pembelajaran picture and picture dan make a match ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran ipa kelas 4 sd gugus mawar – suruh. FKIP - UKSW Salatiga Media. Angkasa Bandung Jannah, Ayyu Nurul. (2012). Penggunaan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Pada Siswa Kelas IV Sd Negeri Tempel Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta Tia.(2018). Meningkatkan Aktifitas Belajar PKn Materi Keputusan Bersama Menggunakan Kombinasi Model Pembelajaran Group Invertigasi (GI), Numbered Heads Together (NHT) dan Picture and Picture pada siswa Kelas V SDN Semangat Dalam 5 Barito Kuala. Banjarmasin :Universitas Lambung Mangkurat

128

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

IMPLEMENTASI BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM UPAYA SISWA MENGIDENTIFIKASI POTENSI DIRI PADA KELAS X SMK NEGERI 3 BANJARMASIN Nurul Hasanah ( Guru BK SMK NEGERI 3 Banjarmasin ) e-mail: nh178864@gmail.com ABSTRAK Setiap individu memiliki kebutuhan untuk berkembang. Dalam proses perkembangan tersebut individu seringkali menemukan hambatan sehingga memerlukan bantuan dalam mengenali diri berupa potensi yang dimiliki dan mengembangkannya. Berdasarkan hal tersebut, guru Bimbingan Konseling (BK) memiliki peranan yang krusial dalam memberikan upaya kepada setiap siswa yang ingin mengaktualisasikan potensinya. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan tindakan bimbingan konseling (PTBK) dengan subjek siswa kelas X SMK Negeri 3 Banjarmasin.

Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, menggunakan instrument berupa perangkat pemberian layanan, lembar observasi keaktifan siswa, dan angket penilaian respon siswa pasca pemberian layanan dengan strategi bimbingan kelompok berbasis multiple intelligences.

Dari tindakan yang telah dilaksanakan, hasil yang didapatkan adalah (1) melalui siklus tindakan bimbingan konseling dapat ditemukan langkah-langkah implementasi bimbingan kelompok berbasis multiple intelligences dalam memberikan upaya kepada siswa agar mengidentifikasi potensi dirinya. Tahapan tersebut berupa perencanaan dalam membuat format perangkat bimbingan kelompok yang menstimulus perkembangan kecerdasan majemuk dengan materi yang berkaitan dengan potensi diri dan mengembangkannya. (2) dari 2 siklus yang dilakukan terdapat peningkatan persentase angka rata-rata 50,88% untuk keaktifan siswa selama pemberian layanan sehingga dari keaktifan tersebut, siswa dapat memaknai materi yang diberikan. Begitu juga dengan instrument penilaian yang menunjukkan angka peningkatan sebesar 26,32%.

Kata Kunci : bimbingan kelompok, multiple intelligences, potensi diri.

IMPLEMENTATION OF MULTIPLE INTELLIGENCES-BASED GROUP GUIDANCE IN STUDENTS' EFFORTS TO IDENTIFY SELF POTENTIAL IN CLASS X AT SMK NEGERI 3 BANJARMASIN ABSTRACT Every individual has a need to develop. In the development process, individuals often encounter obstacles that require assistance in recognizing themselves in the form of their potential and developing them. Based on this, Guidance Counseling (BK) teachers have a crucial role in providing efforts to every student who wants to actualize their potential. The research was conducted using a 129

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

counseling guidance action approach (PTBK) with the subject of class X at SMK Negeri 3 Banjarmasin.

The research was carried out in 2 cycles, using instruments in the form of service delivery devices, student activity observation sheets, and student response assessment questionnaires after service delivery with multiple intelligences-based group guidance strategies.

From the actions that have been carried out, the results obtained are (1) through the counseling guidance action cycle, it can be found the steps for implementing multiple intelligences-based group guidance in providing efforts for students to identify their potential. These stages are in the form of planning in making a group guidance tool format that stimulates the development of multiple intelligences with material related to self-potential and developing it. (2) from the 2 cycles carried out there was an increase in the average percentage of 50.88% for student activity during service delivery so that from this activity, students could interpret the material provided. Likewise with the assessment instrument which showed an increase of 26.32%.

Keywords: Group Guidance, Multiple Intelligences, Self-Potential.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dalam fase perkembangannya yang dikenal sebagai tugas perkembangan. Apabila seorang individu gagal dalam melaksanakan hal tersebut maka mengakibatkan kegagalan untuk memenuhi tugas diperiode selanjutnya.

Berbagai cara dapat dilakukan untuk membantu jelajah mengenai potensi manusia. Salah satunya melalui pendidikan. Didalam proses pendidikan manusia menemukan dirinya dengan kelebihan dan kelemahannya, dari penemuan diri tersebut manusia mulai percaya diri sehingga mampu menjawab tantangan hidupnya dan mudah untuk memperbaiki nasibnya sendiri. Selain itu, melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan diri melalui bekal pengetahuan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai (Mulyadi dkk., 2016, hlm. 2–3).

Maka untuk mengatasi keterbatasan itu, dalam suatu integrasi pendidikan yang juga termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 6 mengenai aspek legal keberadaan guru BK di sekolah. Dimana guru BK menjalankan fungsi sebuah bagian integral pendidikan yang mengelola dan memperhatikan aspek psikologis peserta didik dan memfasilitasi individu untuk mengenali, memahami, dan mengaktualisasi dirinya.

Untuk mencegah terjadinya kegagalan peserta didik dalam memahami diri dan lingkungan yang dapat menghantarkan mereka ke permasalahan individu seperti perasaan kegagalan dan frustasi, menurunnya kemampuan kecerdasan emosi, kurangnya kepercayaan diri mengakibatkan perasaan rendah diri, terkurungnya potensi diri serta munculnya perasaan kurang berharga dan sikap putus asa (Rastati, 2018, hlm. 7)

130

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Permasalahan diatas tentu dapat menghambat proses belajar siswa dalam mengembangkan dirinya secara optimal. Apabila siswa tidak dapat menemukan potensi yang ada pada dirinya maka dapat memungkinkan terhambatnya tujuan pendidikan.

Berdasarkan study preliminary dengan menggunakan observasi dan wawancara di SMK Negeri 3 Banjarmasin, diperoleh bahwa (1) siswa kelas X belum mengenal lingkungan sekolah dengan baik termasuk ekstra kulikuler yang dihadirkan, (2) belum memutuskan mengikuti kegiatan kulikuler tambahan karena tidak percaya diri akan kemampuan yang dimiliki. Hasil informasi yang ditemukan selama proses wawancara menunjukkan bahwa kurangnya siswa mengetahui tentang pemahaman akan dirinya meliputi bakat, minat, dan kemampuan termasuk teori berkaitan seperti jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki dan bagaimana mengembangkannya.

Sama halnya dengan temuan pada angket kebutuhan peserta didik (AKPD) yang rutin dibagikan di awal semester, ditemukan tingginya frekuensi pada butir bidang pribadi mengenai siswa belum mengenali dan memahami diri sendiri dan potensi diri. Dari butir item angket yang berkaitan tentang potensi diri, terdapat 19 jumlah pemilih sehingga didapatkan rata-rata 2,59%.

Berangkat dari pemaparan masalah diatas, dalam upaya memberikan bantuan kepada peserta didik untuk meningkatkan pemahaman mereka akan potensi diri, maka diperlukan kegiatan layanan berupa bimbingan kelompok.

Secara penggalian teori pada penelitian sebelumnya, pada penelitian Ali, dkk (2017) bahwasanya pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teori role playing dapat menumbuhkan Self Management dalam belajar siswa di madrasah AshShibyan, dalam upaya mengendalikan serta mengembangkan segala bentuk potensi diri dengan pengolahan diri yang baik, yang sesuai dengan harapan dan cita-cita mereka (Ali dkk., 2017).

Hal ini berarti bahwa layanan bimbingan kelompok efektif dilaksanakan untuk pengembangan bakat dan minat siswa. Beberapa penelitian terdahulu yang tercantum di atas memperkuat bahwasanya melalui bimbingan kelompok yang diberikan dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi diri siswa, karena layanan ini merupakan kegiatan pemberian informasi dalam suasana kelompok dimana memberikan manfaat atas informasi yang dibahas dan dapat menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa. Terlebih tindakan yang diberikan pada penelitian kali ini berupa format yang melandasi kegiatan siswa untuk aktif mengembangkan kecerdasan yang dimiliki yakni dengan teori multiple intelligences.

Dalam kegiatan bimbingan kelompok yang diadakan sebagai bentuk tindakan untuk meningkatkan pemahaman siswa untuk mengembangkan potensi diri. Setiap proses kegiatan bermuatan langkah-langkah menstimulus keaktifan siswa dalam hal berbicara mengungkapkan apa yang dipikirkannya dalam sesi diskusi, berpikir kritis dan logis dalam menyimak dan mengajukan pertanyaan saat pemberian informasi, serta meningkatnya pemahaman akan diri sendiri dan orang lain dalam suasana dinamika kelompok.

131

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian yang dilakukan adalah 1. Untuk merancang perencanaan layanan bimbingan kelompok berbasis multiple intelligences dalam mengembangkan pemahaman siswa dalam mengidentifikasi potensi diri kelas X SMK Negeri 3 Banjarmasin.

2. Mengaplikasikan tindakan berupa layanan bimbingan kelompok berbasis multiple intelligences untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap potensi diri pada kelas X SMK Negeri 3 Banjarmasin.

3. Menjelaskan hasil peningkatan pemahaman siswa terhadap potensi diri antara sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok berbasis multiple intelligences.

B. Tinjauan Pustaka 1. Bimbingan Kelompok Menurut Prayitno layanan bimbingan kelompok adalah suatu layanan bimbingan yang di berikan kepada siswa secara bersama-sama atau kelompok agar kelompok itu menjadi besar, kuat, dan mandiri (Prayitno, 1995, hlm. 61).

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa) (Nurihsan, 2005, hlm. 17).

Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi atau aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial (Nurihsan, 2005, hlm. 23).

2. Tujuan Bimbingan Kelompok Menurut Halena dalam Sukardi (2000) tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu untuk mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok dengan demikian dapat menumbuhkan hubungan yang baik antar anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang di inginkan sebagaimana terungkap di dalam kelompok.

3. Penyelenggaraan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7- 12 orang), dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang) (Nurihsan, 2005, hlm. 23).

4. Tahapan Bimbingan Kelompok Suatu proses layanan bimbingan kelompok sangat ditentukan pada tahapan yang harus dilalui sehingga akan lebih terarah dan tepat sasaran.

Layanan bimbingan kelompok hendaklah deselenggarakan secara tertib dan teratur dalam perencanaan dan pelaksanaannya, demi kelancaran dan kesuksesannya. Adapun tahapan bimbingan kelompok terbagi menjadi 5 tahapan yaitu: Tahap pembentukan,Tahap peralihan,Tahap kegiatan inti, Tahap penyimpulan,Tahap penutupan,

132

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

5. Proses Layanan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok menempuh tahap-tahap kegiatan sebagai berikut: Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, Analisis hasil, Tindak lanjut, Laporan.

6. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) Kecerdasan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan kompetensi intelektual mencakup keterampilan pemecahan masalah, memiliki daya cipta yang melibatkan potensi yang dimiliki untuk perkembangan ilmu pengetahuan (Gardner, 2004, hlm. 63). Kecerdasan tidak hanya berkaitan dengan skala intelektual (IQ) tetapi Gardner juga berpendapat bahwa setiap manusia memiliki kemampuan yang disebut sebagai kecerdasan, sehingga ia mengembangkan sebuah teori pengklasifikasian kecerdasan secara luas yakni kecerdasan majemuk melingkupi kecerdasan bahasa, logis-matematis, spasial, musikal, kinestik, intrapersonal, interpersonal, naturalis, dan eksistensialis (Gardner, 1999, hlm. 43).

II. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini berguna untuk mengembangkan keterampilanketerampilan baru, strategi baru atau pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.

Guru-guru mengadakan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kelas. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan (M & Priatna, 2008, hlm. 19).

1. Desain Penelitian Dalam PTK ini peneliti menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas yang berbentuk siklus dan spiral. Penelitian akan dilaksanakan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri atas 4 tindakan yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (M & Priatna, 2008, hlm. 43). a. Perencanaan (planning) yakni mencakup rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. b. Tindakan (acting). Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. c. Pengamatan (observing). Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. d. Refleksi (reflecting). Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan (M & Priatna, 2008, hlm. 43) .

133

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

2. Subjek Penelitian Penelitian tindak kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Banjarmasin.

Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas X dengan jumlah 19 orang yang terdiri dari 14 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Penentuan tersebut didasari oleh penarikan sampel dengan menggunakan purposive sample atau dengan tujuan tertentu. Pada praktiknya, pengambilan sampel ini mengambil dari hasil analisis kebutuhan peserta didik yang telah dibagikan pada awal semester. Berdasarkan angket tersebut, didapatkan hasil sekelompok siswa dengan tingkat pemahaman akan potensi diri yang rendah.

3. Instrumen Pengungkap Data Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan rencana tindakan dalam setiap kegiatan pemberian layanan, peneliti menggunakan, lembar observasi aktivitas di kelas, lembar instrument penilaian atau angket respon siswa pasca pemberian layanan bimbingan kelompok, catatan lapangan dan dokumentasi. Antara lain : Lembar pengamatan (observasi) aktivitas di kelas, Instrumen penilaian, Catatan lapangan, Dokumentasi 4. Teknik Analisis Data Analisis data yang diajukan peneliti menggunakan analisis data deskriptif persentase. Metode analisis data adalah cara yang ditempuh untuk mengurai data menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan dipersentasekan. Data yang terkumpul berasal dari lembar observasi dan penilaian yang diberikan oleh peserta didik selama mengikuti layanan. Data diolah untuk mengetahui kebenaran sehingga diperoleh hasil yang meyakinkan. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

Adapun rumus dari deskripsi persentase adalah sebagai berikut :

Keterangan : % = nilai persentase/hasil n = jumlah skor deskriptor yang diperoleh N = jumlah keseluruhan anggota bimbingan kelompok.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah menganalisa dan mengidentifikasi, menetapkan waktu pelaksanaan tindakan, mempersiapkan perangkat layanan, pembuatan format khusus bimbingan kelompok, dan pemilihan topik, serta lembar observasi dan

134

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

penilaian pasca pemberian layanan untuk mengetahui hasil evaluasi tindakan.

Berikut adalah jadwal pemberian layanan yang mencakup topik dan waktu pemberian layanan.

Tabel 1.PEMBERIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING Pelaksanaan Siklus Tindakan Materi Hari/Tgl Waktu Senin, 1 1x 40 Menit Potensi Diri 6/8/2019 Senin, 2 1x 40 Menit Kecerdasan Majemuk I 13/8/2019 Mengenal Bakat dan Senin, 3 1x 40 Menit Minat serta Hobi dan 20/8/2019 Karir Selasa, 1 1x 40 Menit Potensi Diri 27/8/2019 Kamis, 2 1x 40 Menit Kecerdasan Majemuk II 30/8/2019 Mengenal Bakat dan Senin, 3 1x 40 Menit Minat serta Hobi dan 3/9/2019 Karir A. Pelaksanaan Kegiatan 1. Siklus I a. Perencanaan Tabel 2.

URAIAN PERENCANAAN SIKLUS I PERTEMUAN WAKTU KETERANGAN Pertemuan I 40 Menit Menyiapkan Satuan Layanan (SATLAN) Menyiapkan metode ceramah dan diskusi Menyiapkan materi layanan yaitu Potensi Diri Menyiapkan kelengkapan administrasi Menyiapkan alat bantu dokumentasi Pertemuan II 40 Menit Menyiapkan Satuan Layanan (SATLAN) Menyiapkan metode ceramah dan diskusi Menyiapkan materi layanan yaitu Kecerdasan Majemuk Menyiapkan kelengkapan administrasi Menyiapkan alat bantu dokumentasi Pertemuan III 40 Menit Menyiapkan Satuan Layanan (SATLAN) Menyiapkan metode ceramah, brainstorming dan penunjang pesentasi

135

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PERTEMUAN

WAKTU

KETERANGAN Menyiapkan materi layanan yaitu Mengenal Bakat dan Minat serta Hobi dan Karir Menyiapkan kelengkapan administrasi Menyiapkan alat bantu dokumentasi

b. Pengamatan Tabel 3.

No

Nama

LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN ANGGOTA KELOMPOK SIKLUS I Aktivitas Siswa Keterangan 1

2

3

4

5

  Anggota I Anggota II   Anggota III  Anggota IV  Anggota V    Anggota VI  Anggota VII  Anggota VIII    Anggota IX  Anggota X  Anggota XI  Anggota XII    Anggota XII    Anggota XIV  Anggota XV  Anggota XVI  Anggota XVII Anggota    XVIII   19 Anggota XIX Jumlah 5 6 9 5 7 Persentase 26,31% 31,57% 47,36% 26,31% 36,84% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

136

1.Aktif bertanya 2.Aktif menjawab 3.Melaksanakan perintah 4. Mengobrol 5. Diam

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

c. Refleksi Tabel 4.

NO

1

2

3

4

5

EVALUASI/PENILAIAN PASCA-LAYANAN SIKLUS I PERNYATAAN S KS TS Anda suka dengan layanan bimbingan kelompok dengan materi potensi diri, 15 2 2 kecerdasan majemuk, dan (78,94%) (10,52%) (10,52%) mengenal bakat, minat, hobi, dan karir.

Apakah kegiatan bimbingan kelompok dengan materi di 12 5 2 atas membuat anda (63,15%) (26,31%) (10,52%) mengenal diri dan potensi diri anda Anda sudah menemukan potensi diri yang dimiliki setelah pemberian layanan 10 7 2 kegiatan bimbingan (52,63%) (36,84%) (10,52%) kelompok dengan materi di atas Anda mengetahui bahwa mengenal potensi diri 17 2 sangatlah penting untuk 0% (89,47%) (10,52%) menunjang kehidupan masa depan Anda berharap layanan bimbingan kelompok dengan materi ini tetap terus 15 2 2 diberikan hingga (78,94%) (10,52%) (10.52%) menemukan potensi dalam diri anda Jumlah % 72,62% 18,94% 8,41%

Ketuntasan siswa setelah pemberian layanan apabila dijumlahkan rata-ratanya dari 3 tingkatan keaktifan saat pengamatan yakni aktif bertanya, menjawab, dan melaksanakan tugas hanya mencapai angka 35%.

Berdasarkan hal tersebut, diharapkan pada siklus ke II ada perbaikan yang signifikan berupa keaktifan anak sebagai bentuk proses perubahan dalam tindakan yang diberikan.

137

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

2. Siklus II a. Perencanaan Tabel 5.

PERTEMUAN

URAIAN PERENCANAAN SIKLUS II WAKTU KETERANGAN

Pertemuan IV

40 Menit

Menyiapkan Satuan Layanan (SATLAN) Menyiapkan metode ceramah dan diskusi Menyiapkan materi layanan yaitu Potensi Diri Menyiapkan kelengkapan administrasi Menyiapkan alat bantu dokumentasi

Pertemuan V

40 Menit

Menyiapkan Satuan Layanan (SATLAN) Menyiapkan metode ceramah dan diskusi Menyiapkan materi layanan yaitu Kecerdasan Majemuk Menyiapkan kelengkapan administrasi Menyiapkan alat bantu dokumentasi

Pertemuan VI

40 Menit

Menyiapkan Satuan Layanan (SATLAN) Menyiapkan metode ceramah, brainstorming dan penunjang pesentasi Menyiapkan materi layanan yaitu Mengenal Bakat dan Minat serta Hobi dan Karir Menyiapkan kelengkapan administrasi Menyiapkan alat bantu dokumentasi

138

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

b. Pengamatan Tabel 6.

OBSERVASI KEAKTIFAN ANGGOTA KELOMPOK SIKLUS II Aktivitas Siswa No Nama Keterangan 1 2 3 4 5    1 Anggota I 1.Aktif bertanya 2.Aktif   2 Anggota II menjawab   3 Anggota III  3.Melaksanakan    4 Anggota perintah IV 4. Mengobrol   5 Anggota V 5. Diam    6 Anggota VI    7 Anggota VII    8 Anggota VIII    9 Anggota IX   10 Anggota X     11 Anggota XI    12 Anggota XII    13 Anggota XII    14 Anggota XIV  15 Anggota XV  16 Anggota XVI    17 Anggota XVII    18 Anggota XVIII    19 Anggota XIX Jumlah 15 17 17 0 2 Persentase 78,94% 89,47% 89,47% 0% 10,52%

139

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

c. Refleksi Tabel 7.

NO 1

2

3

4

5

EVALUASI/PENILAIAN PASCA-LAYANAN SIKLUS II PERNYATAAN S KS TS Anda suka dengan layanan bimbingan kelompok dengan 19 materi potensi diri, kecerdasan 0% 0% (100%) majemuk, dan mengenal bakat, minat, hobi, dan karir.

Apakah kegiatan bimbingan kelompok dengan materi di atas 19 0% 0% membuat anda mengenal diri dan (100%) potensi diri anda Anda sudah menemukan potensi diri yang dimiliki setelah 18 1 pemberian layanan kegiatan 0% (94,73%) (5,26%) bimbingan kelompok dengan materi di atas Anda mengetahui bahwa mengenal potensi diri sangatlah penting 19 0% 0% untuk menunjang kehidupan masa (100%) depan Anda berharap layanan bimbingan kelompok dengan materi ini tetap 19 0% 0% terus diberikan hingga menemukan (100%) potensi dalam diri anda Jumlah % 98,94% 1,05% 0%

B. Pembahasan Selama pelaksanaan tindakan berupa pemberian layanan bimbingan kelompok dari siklus I dan siklus II terdapat perubahan signifikan yang menunjukkan keberhasilan dan ketuntasan tindakan. Peningkatan tersebut diuraikan pada tabel berikut ini.

Tabel 8.

HASIL PENINGKATAN PEMBERIAN LAYANAN Siklus ke Persentase Persentase Hasil Keaktifan Siswa Penilaian Pasca-Layanan I 35,08% 72,62% II 85,96% 98,94% Hasil Peningkatan 50,88% 26,32%

140

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

100

80

89,47

89,47

78,94

60 47,36 40 26,31

31,57

36,84

Siklus I Siklus II

26,31

20

10,52 0

0 Aktif Bertanya

Gambar 1.

Aktif Melaksanakan Mengobrol Menjawab Tugas

Diam

GRAFIK PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA

Berdasarkan data yang diuraikan di atas, peningkatan antara siklus I dan siklus II menunjukkan persentase sebanyak 50,88% untuk keaktifan siswa selama pemberian layanan sehingga dari keaktifan tersebut, siswa dapat memaknai materi yang diberikan. Begitu juga dengan instrument penilaian yang menunjukkan angka peningkatan sebesar 26,32%.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Perencanaan penerapan layanan bimbingan kelompok dengan berlandaskan format multiple intelligences dalam upaya memberikan bantuan kepada siswa agar mampu mengidentifikasi potensi dirinya di kelas X SMK Negeri Banjarmasin tahun pelajaran 2018-2019 dapat disusun dengan baik dengan rencana tindakan yang selaras dengan konsep.

2. Pelaksanaan dalam implementasi bimbingan kelompok yang berbasis multiple intelligences dalam upaya memberikan bantuan kepada siswa agar mampu mengidentifikasi potensi dirinya di kelas X SMK Negeri Banjarmasin tahun pelajaran 2018-2019 berjalan dengan lancar. Hal tersebut terlihat pada angka persentase yang meningkat antara siklus pertama hingga kedua.

141

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

3. Hasil peningkatan tersebut nampak pada siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan persentase sebanyak 50,88% untuk keaktifan siswa selama pemberian layanan sehingga dari keaktifan tersebut siswa dapat memaknai materi yang diberikan. Begitu juga dengan instrument penilaian yang menunjukkan angka peningkatan sebesar 26,32%.

B. Saran 1. Pemilihan dan penggunaan format pemberian layanan yang sesuai dengan materi berkontribusi positif dalam membantu siswa menyelesaikan masalahnya maupun mencegah masalah tersebut agar tidak dirasakan oleh peserta didik, karena itu disarankan kepada teman sejawat agar senantiasa untuk melakukan perbaikan setiap pemberian layanan, misalnya : penggunaan metode yang sesuai dengan materi yang disampaikan.

2. Diharapkan kegiatan bimbingan kelompok yang berbasis multiple intelligences dalam upaya memberikan bantuan kepada siswa agar mampu mengidentifikasi potensi dirinya dapat menjadi implementasi prinsip-prinsip dari bimbingan dan konseling yang memandang diferensiasi potensi individu dan kebutuhan untuk mengembangkannya, sehingga menghasilkan penguatan peranan guru bimbingan dan konseling untuk membantu ketercapaian tujuan pendidikan serta mengatasi miskonsepsi yang beredar terhadap kehadiran bimbingan dan konseling di sekolah.

3. Untuk khalayak umum, diharapkan tindakan yang termuat pada penelitian ini memiliki signifikansi terhadap urgensitas pengembangan potensi diri demi ketercapaian kebahagian dunia dan akhirat serta bermanfaat kepada sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA Ali, I., Muksin, U., & Chodijah, S. (2017). Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Untuk menumbuhkan Self Management dalam Belajar Siswa. Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, Volume 5, Nomor 2.

Armstrong, T. (2009). Multiple Intelligences in the Classroom (3rd Edition).

Virginia.

Gardner, H. (1993). Multiple Intelligences: The Theory in Practice A Reader. Basic Books.

Gardner, H. (1999). Intelligence Reframed (Multiple Intelligences for the 21st Century. Basic Books.

Gardner, H. (2004). Frames of Mind (The Theory of Multiple Intelligences). Basic Books.

Kumojoyo, A. (2011). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kecerdasan Majemuk [Skripsi]. UIN Syarif Hidayatullah.

142

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Legowo, E. (2017). Model Pembelajaran Berbasis Penstimulasian Multiple Intelligences Siswa. Jurnal dan Kajian Bimbingan dan Konseling, Vol. 2 No. 1.

M, M., & Priatna, T. (2008). Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Praktik).

Tsabita.

Mulyadi, S., Rahardjo, W., & Basuki, H. (2016). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Teori – teori Baru dalam Psikologi. Rajawali Press.

Nurihsan, A. J. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Refika Aditama.

Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).

Ghalia Indonesia.

Prayitno. (2017). Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok yang Berhasil. Ghalia Indonesia.

Rastati, R. (2018). Media Literasi Bagi Digital Natives: Perspektif Generasi Z di Jakarta. Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 6 No. 1.

Sukardi, D. K. (2000). Manajemen Pendidikan. Grafindo Persada.

Sukmadinata, N. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya.

Tarmudji, T. (1998). Pengembangan Diri. Liberty Yogyakarta.

Wibowo, H. (2010). Psikologi untuk Pengembangan Diri. Widya.

Yumnah, S. (2016). Kecerdasan Anak dalam Potensi Diri. Jurnal Studi Islam, Volume 11, No 2.

143

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN OTOMATISASI TATA KELOLA HUMAS DAN KEPROTOKOLAN KELAS XII OTKP SMK NEGERI 1 MARABAHAN Hamdanah (Guru Produktif OTKP) e-mail: hamdanahbatola22@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan Perhatian dan Hasil Belajar Siswa siswa kelas XII OTKP I pada mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan di SMK Negeri 1 Marabahan dengan Penerapan Pembelajaran Model Flipped Classroom. Flipped Classroom merupakan gabungan dari Pembelajaran Model tatap muka (face to face) dan E-Learning.

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas Model pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan pada Semester Ganjil tahun ajaran 2021/2022 dengan subyek penelitian siswa kelas XII OTKP I yang berjumlah 36 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perhatian siswa pada pertemuan pertama siklus I sebesar 63,07%. Nilai persentase memperhatikan penjelasan mengenai materi dari guru sebesar 70,96%. Selanjutnya persentase perhatian tersebut meningkat pada pertemuan ke-2 siklus I sebesar 66,67% dengan nilai persentase tertinggi pada mengerjakan soal yang diberikan guru sebesar 77,41%. Rata-rata persentase perhatian siswa pada siklus I sebesar 64,87%. Pada pertemuan pertama siklus II, persentase perhatian siswa sebesar 77,05% dengan nilai persentase tertinggi pada mendengarkan penjelasan mengenai materi dari guru sebesar 90,32%. Pada pertemuan kedua siklus II, persentase perhatian siswa sebesar 80,28% dengan nilai persentase tertinggi pada indikator bertanya dengan guru di dalam kelas dan mendengarkan penjelasan mengenai materi dari guru sebesar 90,32%. Rata-rata persentase perhatian siswa pada siklus II sebesar 76,84%. Hasil belajar siswa pada siklus I diketahui rata-rata sebesar 69,1 % dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85.

Kata Kunci: Flipped Classroom, Perhatian Siswa, Hasil Belajar APPLICATION OF THE FLIPPED CLASSROOM LEARNING MODEL TO INCREASE STUDENT ATTENTION AND LEARNING OUTCOMES WITH A SCIENTIFIC APPROACH IN AUTOMATION OF PRIVATE PRACTICE AND PROTOCOL GOVERNANCE COURSES OF CLASS XII OTKP AT SMK NEGERI 1 MARABAHAN ABSTRACT The purpose of this study was to determine the increase in Attention and Learning Outcomes of Class XII OTKP I students in the subject of Public Relations and Protocol Governance Automation at SMK Negeri 1 Marabahan with the 143

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Application of Flipped Classroom Learning Model. Flipped Classroom is a combination of face-to-face learning and E-Learning.

This type of research is classroom action research. The data collection model used is observation, learning outcomes tests, and documentation. This research was conducted in the Odd Semester of the 2021/2022 academic year with the research subjects being 36 students of class XII OTKP I. The results showed that the percentage of students’ attention at the first meeting of the first cycle was 63.07%. The percentage value of paying attention to the explanation of the material from the teacher is 70.96%. Furthermore, the percentage of attention increased at the second meeting of the first cycle by 66.67% with the highest percentage value on working on the questions given by the teacher of 77.41%. The average percentage of students’ attention in the first cycle was 64.87%. At the first meeting of the second cycle, the percentage of student attention was 77.05% with the highest percentage value in listening to the explanation of the material from the teacher of 90.32%. At the second meeting of the second cycle, the percentage of student attention was 80.28% with the highest percentage value on the indicator asking the teacher in the classroom and listening to the explanation of the material from the teacher of 90.32%. The average percentage of student attention in the second cycle is 76.84%. Student learning outcomes in the first cycle are known to be on average 69.1% and have increased in the second cycle to 85.

Keywords: Flipped Classroom, Student Attention, Learning Outcomes I. PENDAHULUAN Merebaknya virus covid-19 pada tahun 2020 memberikan dampak yang luar biasa hampir semua bidang, salah satunya pada bidang pendidikan. Masa pandemi virus covid-19 membuat proses pembelajaran yang biasanya dilaksanakan dengan tatap muka di depan kelas, tidak dapat dilaksanakan.

Sehingga dengan adanya virus covid-19 membuat proses pembelajaran menjadi berubah dari yang tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh hal ini karena adanya kekhawatiran makin menyebarnya covid 19. Pembelajaran jarak jauh atau daring dimulai sekitar bulan Maret akhir 2020, di mana siswa mulai belajar dari rumahnya masing-masing tanpa perlu pergi ke sekolah.

Yusuf Bilfaqih dan M. Nur Qomarudin (2015: 18) menyampaikan bahwa pembelajaran daring merupakan program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan luas.

Pembelajaran daring menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan alternatif pembelajaran untuk menunjang kualitas pembelajaran yang baik demi keberlangsungan pendidikan.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Marabahan, pada awal masa pandemi adalah dengan daring. Semula siswa sangat antusias untuk mengerjakan tugas, siswa sangat aktif bertanya kepada guru melalui Whatsapp Group namun dengan seiring berjalannya waktu siswa sudah mulai bosan belajar di rumah, hanya beberapa yang bertanya sehingga tugas yang dikumpulkan menjadi terlambat dan ada beberapa hasil pekerjaan siswa menyontek temannya. Dalam proses pembelajaran hendaknya terjalin hubungan 144

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

yang baik yang bersifat mendidik dan mengembangkan peserta didik.

Sesuai kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mulai tahun ajaran baru Juli 2021 direncanakan seluruh sekolah kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka. Sementara itu, data perkembangan pandemi covid-19 belum menunjukkan penurunan yang signifikan. Bahkan di beberapa tempat masih cenderung naik dan sebagian daerah masuk dalam kategori zona merah. Setiap daerah menerapkan kebijakan yang berbeda terkait pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa kekhawatiran, baik bagi orang tua murid maupun bagi guru. Namun di pihak lain, kerinduan anak-anak akan suasana sekolah juga sudah semakin memuncak. Anak-anak sudah mengingatkan kembali sekolah seperti biasa. Untuk mengurangi risiko kerumunan, sebagian sekolah membuat kebijakan belajar dengan membagi giliran (shift) murid masuk sekolah. Misalnya untuk yang jumlah murid satu kelas sebanyak 40 anak, maka hanya 20 anak yang masuk sekolah sedangkan 20 lainnya belajar di rumah. Bahkan, menurut Kompas Juni 2021, jumlah murid masuk dibatasi hanya maksimal 25% saja.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMK Negeri 1 Marabahan diperoleh penyampaian materi dari guru kurang bervariasi atau monoton sehingga siswa sudah mulai bosan belajar di rumah, hanya beberapa siswa yang bertanya sehingga tugas yang dikumpulkan menjadi terlambat dan ada beberapa hasil pekerjaan siswa dituliskan oleh orangtuanya. Selain itu, hasil belajar saat PTS (Penilaian Tengah Semester) tahun pelajaran 2021/2022 bahwa hanya 6 dari 36 siswa yang sudah tuntas di atas KKM sebesar 78. Mengamati kenyataan tersebut, peneliti merasakan perlu dilakukan suatu upaya pembaharuan dalam model pembelajaran daring di SMK Negeri 1 Marabahan khususnya pada mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan di kelas XII OTKP. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran flipped classroom. Flipped Classroom adalah bentuk pembelajaran blended (melalui interaksi tatap muka dan virtual/online) yang menggabungkan pembelajaran sinkron (synchronous) dengan pembelajaran mandiri yang askinkron (asynchronous). Pembelajaran sinkron biasanya terjadi secara real time di kelas. Siswa berinteraksi dengan Guru dan teman sekelas serta menerima umpan balik pada saat yang sama. Sedangkan, pembelajaran asinkron adalah pembelajaran yang sifatnya lebih mandiri. Konten biasanya diakses melalui beberapa bentuk media pada platform digital. Siswa dapat memilih kapan mereka belajar dan juga mereka dapat mengajukan pertanyaan di kolom komentar, serta berbagi ide atau pemahaman mereka tentang sebuah materi dengan penngajar atau teman sekelas. Sedangkan, umpan balik akan diterima mereka tidak pada saat yang sama.

Dalam sebuah proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan siswa harus memiliki Perhatian belajar dan aktif agar dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan mudah karena materi Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan memuat materi-materi yang memang membutuhkan konsentrasi dan perhatian. Apabila dalam sebuah pembelajaran siswa tidak perhatian dan terlibat secara aktif, maka 145

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

guru akan mengalami kesulitan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi menerapkan pembuatan susunan acara. Model pembelajaran Flipped classroom termasuk dalam kategori Blended Learning Classroom, yaitu pendekatan pembelajaran campuran antara tatap muka dan on line. Penerapan pembelajaran model flipped-classroom sebagai solusi pembelajaran kelas bergilir pasca pandemi. Model pembelajaran flipped classroom merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif ,efektif pada masa pandemi ini.

Strategi pembelajaran ini semakin berkembang dengan kemajuan teknologi, seperti akses internet serta software yang pendukung lainnya. Pada pembelajaran tradisional pendidik menyampaikan materi, lalu untuk menambah pemahaman materi tersebut maka siswa akan mengerjakan tugas di sekolah dan diberikan pekerjaan rumah. Pada Model pembelajaran flipped classroom, Siswa berpartisipasi dalam mempersiapkan pembelajaran melalui tontonan video, memahami powerpoint dan mengakses sumber belajar yang disediakan oleh pendidik baik melalui e-learning atau cara lainnya. Setelah memiliki persiapan yang lengkap di rumah, maka di kelas Siswa akan mampu untuk menyelesaikan masalah (problem solving), menganalisis serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Terdapat dua komponen dalam model pembelajaran flipped classroom yaitu “memindahkan pendidikan ke luar kelas” biasanya pembelajaran dihantarkan melalui media elektronik dan memindahkan praktek berupa tugas dan pekerjaan rumah ke dalam kelas.

II. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan bentuk kolaborasi. Penelitian tindakan kelas merupakan rangkaian riset dan tindakan yang berlangsung berulang–ulang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Terdapat beberapa langkah dalam melaksanakan penelitian di dalam kelas. Langkah pertama yaitu merencanakan, kedua yaitu melaksanakan, ketiga yaitu mengamati dan yang terakhir yaitu merefleksikan.

Merefleksikan yang dimaksud adalah merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kondisi pembelajaran dalam kelas sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Karena penelitian tindakan kelas yang digunakan bersifat kolaborasi maka pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri.

Sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan berkolaborasi dengan guru apabila ketika melakukan penelitian sudah diketahui keberhasilan dan hambatan yang dilaksanakan pada siklus pertama, guru pelaksana Bersama peneleti menentukan pola dari siklus kedua dan seterusnya. Hal ini bertujuan untuk hasil dan siklus pertama. Desain dalam penelitian ini menggunakan model yang diciptakan oleh Kemmis & Mc.Taggart (Wijaya, 2010).

Penelitian dilakukan pada SMK Negeri 1 Marabahan, Jl. Jendral Sudirman No. 87 Marabahan, Kabupaten Barito Kuala, sementara subyek 146

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

penelitian ini adalah siswa kelas XII Kompetensi Keahlian OTKP SMK Negeri 1 Marabahan yang berjumlah 36 siswa. Obyek penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Otomatisasi tata kelola humas dan keprotokolan dengan model pembelajaran Flipped Classroom untuk meningkatkan Perhatian dan Hasil belajar siswa pada tahun Ajaran 2021/2022.

Sedangkan variabel penelitian meliputi: 1. Keaktifan Siswa Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau Perhatian siswa untuk belajar. Keaktifan siswa dalam belajar komputer tampak dalam kegiatan : memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities), mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik menggunakan internet (motor activities), menanggapi masalah masalah (mental activities), sikap selama pelajaran (mental activities), dan juga emosi selama pelajaran berlangsung (emosional activities).

2. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian ini meliputi Ranah kognitif yang diukur melalui pemberian soal tes.

B. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang objektif perlu memiliki teknil pengumpulan data yang tepat. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1. Observasi Observasi atau pengamatan berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa yang telah dipersiapkan Observasi yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek yang akan diteliti. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi Hasil guru dalam mengelola pembelajaran dengan Pembelajaran Model Flipped Classroom selama proses belajar mengajar.

2. Tes Soal tes yang telah dibuat diberikan kepada siswa kemudian diselesaikan secara individu. Tes dilaksanakan pada setiap awal siklus (pre test) dan akhir siklus (post test).

3. Dokumentasi Dokumentasi adalah kegiatan siswa-siswa yang diambil berupa foto saat proses pembelajaran. Foto-foto ini digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan apa yang terjadi di kelas pada proses pembelajaran.

C. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data hasil penelitian digunakan teknik analisis data berikut ini: 1. Data observasi Data yang diperoleh untuk merefleksi siklus yang telah dilakukan 147

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

dan diolah secara deskriptif. Analisis data data observasi yang menggunakan skala penilaian.

2. Data Tes Data tes dianalis dengan menggunakan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar berdasarkan penilaian. Dikatakan berhasil atau tuntas apabila di kelas memperoleh nilai 78 nilai KKM mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan untuk melihat peningkatan prestasi tersebut dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Mx :Mean yang dicari ∑N :Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa N : Jumlah siswa dikelas Presentase ketuntasan siswa belajar secara klasikal:

Keterangan : P : Angka Persentase F : Frekuensi yang sedang dicari persentase N : Jumlah frekuensi banyak individu Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis pada pertemuan ini meliputi data yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil observasi direduksi dengan memilih data yang penting dan membuang informasi yang tidak berguna. Selanjutnya data yang telah direduksi disajikan ke dalam pola tertentu agar lebih mudah dibaca.

Langkah terakhir yaitu menyimpulkan data dengan memilih informasiinformasi yang penting tanpa menyertakan informasi yang tidak penting.

1. Teknik Analisis Persentase Perhatian Siswa Persentase = Skor Perhatian Siswa X 100% Skor Maksimal Keterangan : Skor Perhatian siswa : Jumlah skor kegiatan yang menunjukkan adanya perhatian di kelas dalam waktu pengamatan.

Skor Total :Jumlah skor maksimal yang dilakukan oleh siswa.

148

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

2. Teknik Analisis Data Hasil Belajar a. Dihitung dari nilai rata-rata (nilai post test) XX = ∑XX ∑XX Keterangan : XII = Nilai Rata – rata ∑XII = Jumlah semua nilai siswa ∑N = Jumlah siswa (Nana Sudjana, 2014 :109) b. Dipersentasikan ketuntasan hasil belajar siswa % Ketuntasan siswa tuntas = Jumlah x 100% Jumlah Seluruh Siswa D. Indikator Keberhasilan Dengan menerapkan model pembelajaran Flipped Classroom dapat dikatakan berhasil dan penelitian dapat dihentikan apabila telah memenuhi beberapa persyaratan dalam tabel berikut ini: Tabel 1.

BASELINE INDIKATOR KEBERHASILAN MASINGMASING SIKLUS Akhir Akhir No Variabel Baseline Siklus I Siklus (%) II (%) 1. Perhatian a) Memperhatikan penjelasan guru.

35,48 70,0 75,0 b) Aktif bertanya dengan guru.

39,52 50,0 50,0 c) Mengajukan pertanyaan 50,0 75,0 mengenai materi yang di download pada e-learning. d) Mendengarkan guru saat menyebutkan 44,35 70,0 75,0 materi. e) Mengerjakan soal yang diberikan guru.

46,77 50,0 70,0 f) Mencatat materi yang disampaikan guru.

37,10 50,0 70,0 g) Mengerjakan tugas dari soal yang telah 50,0 70,0 di download melalui elearning. h) Mengerjakan kuis dari kuis yang telah 0 50,0 70,0 didownload melalui e-learning. i) Mempresentasikan hasil 40,32 70,0 75,0 pekerjaan.

Rata-rata 27,06 56,67 70 2.

Hasil Belajar Lembar Pengamatan Hasil Belajar Siswa 0 60 75 Tabel Baseline indikator keberhasilan penelitian diatas, digunakan sebagai acuan target pencapaian pada tiap siklus. Penelitian tindakan kelas 149

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

menggunakan model Flipped Classroom dapat dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan perhatian siswa dalam proses pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan dengan persentase minimal 70% dan hasil belajar siswa kelas XII OTKP sekurang- kurangnya 75% dari jumlah siswa yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 78 III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pra Siklus Pra siklus dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juli 2021 dan diisi dengan menyamakan persepsi antara peneliti dan guru, mematangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan melakukan pengamatan terhadap kelas XII OTKP saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Terdapat sembilan indikator yang akan diamati pada saat penelitian,yakni: (1) memperhatikan penjelasan materi dari guru, (2) bertanya dengan guru di dalam kelas, (3) mengajukan pertanyaan mengenai materi yang di download pada e- learning; (4) mendengarkan guru saat Menyebutkan materi pelajaran, (5) mengerjakan soal, (6) mencatat materi yang disampaikan guru, (7) mengerjakan tugas dari soal yang telah di download melalui e-learning, (8) mengerjakan kuis yang telah di download melalui e-learning, (9) mempresentasikan hasil pekerjaan kepada guru. Dari wawancara dengan guru pembimbing, diperoleh hasil bahwa masih banyak siswa yang hasil belajarnya masih dibawah KKM sehingga kurang memuaskan.

B. Hasil Penelitian 1. Siklus I Pada tahap perencanaan pada siklus I bertujuan untuk mempersiapkan kebutuhan dalam pelaksanaan penelitian. Langkah – langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut: (1) guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berisi tahapan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas pada siklus I; (2) peneliti mempersiapkan lembar observasi perhatian siswa yang digunakan pada saat penelitian; (3) peneliti mempersiapkan sumber belajar, bahan materi dan media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan disini adalah Elearning. Kemudian peneliti mengupload materi yang sudah disiapkan ke Elearning. Pada Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2021 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2021. Setiap pertemuan memiliki alokasi waktu 3 X 45 menit. a. Pertemuan I Pada tahap observasi dilakukan untuk mengetahui perhatian siswa pada mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan dengan menerapkan model pembelajaran Flipped Classroom. Pada tahap ini, peneliti dibantu dengan 2 orang teman yang berperan sebagai observer.

Dua orang observer masing-masing mengamati 18 siswa dan peneliti mengamati 18 siswa berdasarkan kartu nama yang telah dibagikan.

Pembagian kartu nama untuk memudahkan observer (termasuk peneliti) dalam mengamati siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Pada tahap 150

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

observasi ini, observer menilai perhatian masing-masing siswa saat pembelajaran berlangsung pada lembar observasi perhatian siswa.

Tabel 2.

No. 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

DATA HASIL OBSERVASI PERHATIAN SISWA PERTEMUAN I SIKLUS I Indikator Yang Diamati Jumlah Jumlah Siswa Seluruh Perhatian Siswa Memperhatikan penjelasan 26 36 mengenai materi dari guru.

Bertanya dengan guru di 22 36 dalam kelas.

Mengajukan pertanyaan 19 36 dari materi yang telah didownload melalui elearning.

Mendengarkan penjelasan 25 36 materi dari guru.

Mengerjakan soal yang 24 36 diberikan guru.

Mencatat materi yang 25 36 disampaikan oleh guru.

Mengerjakan tugas dari 22 36 soal yang telah didownload melalui e- learning.

Mengerjakan kuis dari kuis 21 36 yang telah di download melalui e-learning.

Mempresentasikan hasil 22 36 pekerjaan kepada guru.

Rata-rata perhatian siswa pada pertemuan I siklus I

Persentase (%) 72,22 61,11 52,78

69,44 66,67 69,44 61,11

58,33 61,11 63,44

Pada tahap refleksi, perhatian siswa selama proses pembelajaran masih belum maksimal. Dibawah ini merupakan rincian hal-hal yang dimaksud.

1) Siswa baru pertama kali menggunakan e-learning dan belum keseluruhan paham mengenai fitur-fitur yang ada pada e-learning, sehingga masih banyak siswa yang masih bingung.

2) Siswa kurang persiapan dengan materi yang diajarkan sehingga banyak siswa yang tidak mengerjakan soal, kuis maupun tugas.

3) Masih banyak siswa yang belum fokus dalam mengikuti pembelajaran.

4) Pada pertemuan berikutnya, guru harus memberikan tutorial penggunaan 151

e- learning secara singkat agar siswa tidak kebigungan dalam menggunakannya. b. Pertemuan Kedua Sebelum melaksanakan penelitian pada pertemuan kedua siklus I, peneliti mempersiapkan kelengkapan mengajar menggunakan model pembelajaran Flipped Classroom, diantaranya mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) siklus I, kartu nama (name tag), lembar observasi perhatian siswa, lembar evaluasi hasil belajar siswa dan alat dokumentasi.

Pada tahap observasi terhadap perhatian dan hasil belajar siswa, tahap pengamatan dilakukan di dalam kelas selama proses pembelajaran menerapkan Model Pembelajaran Flipped Classroom dengan menggunakan lembar observasi perhatian siswa beserta pedoman observasi. Peneliti dibantu oleh dua observer yang mengamati kegiatan siswa selama proses kegiatan belajar mengajar dalam kelas berlangsung. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil berikut.

Tabel 3.

No. 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

DATA HASIL OBSERVASI PERHATIAN SISWA PERTEMUAN II SIKLUS I Indikator Yang Diamati Jumlah Jumlah Persentase Siswa Seluruh (%) Perhatian Siswa Memperhatikan penjelasan 25 36 69,44 mengenai materi dari guru.

Bertanya dengan guru di dalam 36 63,89 23 kelas.

Mengajukan pertanyaan dari 66,67 24 materi yang telah di download 36 melalui e- learning.

Mendengarkan penjelasan materi 32 36 88,89 dari guru.

Mengerjakan soal yang diberikan 28 36 77,78 guru.

Mencatat materi yang disampaikan 21 36 58,33 oleh guru.

Mengerjakan tugas dari soal yang 22 36 61,11 telah di download melalui e- learning.

Mengerjakan kuis dari kuis yang 18 36 50,00 telah di download melalui elearning.

Mempresentasikan hasil pekerjaan 20 36 55,56 kepada guru.

Rata-rata perhatian siswa pada pertemuan II siklus I 65,74

152

Sedangkan hasil belajar siswa pada Siklus I, ringkasanya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. RINGKASAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SIKLUS I No. Item Nilai / Jumlah 1. Nilai Tertinggi 85 2.

Nilai Terendah

3.

Rata-rata

4.

Jumlah Siswa Tuntas

11

5.

Persentase Ketuntasan

30,56%

40 69,1

c. Refleksi Terdapat beberapa indikator pada pengamatan perhatian siswa yang belum mencapai skor maksimal seperti siswa aktif bertanya dengan guru di dalam kelas, siswa mengajukan pertanyaan mengenai materi yang di download melalui e-learning, mengerjakan kuis dari kuis yang telah di download melalui e-learning, mengerjakan tugas dari soal yang telah di download melalui e-learning dan mempresentasikan hasil pekerjaan pada guru. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, siswa yang masih belum paham dengan e-learning karena baru pertama kali menggunakannya dan juga siswa yang kurang persiapan dengan materi yang diajarkan. Selain itu siswa juga merasa sudah cukup dengan apa yang disampaikan oleh guru, mereka tidak berusaha untuk mencari materi sendiri yang bisa dijadikan sebagai bahan referensi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, disepakati beberapa rencana perbaikan untuk siklus II yaitu dengan menyiapkan materi yang lebih menarik di e-learning , memberikan tutorial penggunaan e-learning secara singkat agar siswa tidak kebingungan dalam menggunakannya dan dengan melakukan pendekatan individu agar siswa lebih aktif dengan memberikan motivasi bahwa mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan sangat penting untuk dipelajari.

Hasil belajar siswa pada siklus I masih belum mencapai indikator keberhasilan. Sehingga langkah yang akan dilakukan untuk menunjang hasil belajar pada siklus II adalah dengan memberikan materi-materi tambahan yang diupload pada e-learning dan juga mempersilahkan siswa untuk bertanya ketika ada yang belum paham mengenai materi yang dibahas melalui media e-learning.

2. Siklus II a. Pertemuan Pertama Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I yang masih ada beberapa hambatan, maka pada perencanaan siklus II, peneliti akan memperbaiki hambatan agar siklus II berjalan lebih baik dan meningkat. Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak berbeda dengan siklus I, peneliti dan guru mendiskusikan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II dengan 153

memperhatikan hasil refleksi pada siklus I sekaligus mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi belajar, dan lembar observasi perhatian.

Pada tahap pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada 13 September 2021 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada 26 September 2021 dengan alokasi waktu masing-masing 3 X 45 menit.

Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama siklus II, siswa mulai terbiasa dengan adanya e-learning yang digunakan dalam kelas. Guru juga sudah menerapkan dengan baik model pembelajaran Flipped Classroom dalam proses pembelajaran. Data hasil observasi berdasarkan lembar observasi perhatian siswa yang diisi oleh ketiga observer penelitian dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.

DATA HASIL OBSERVASI PERHATIAN PERTEMUAN I SIKLUS II No. Indikator Yang Diamati Jumlah Jumlah Siswa Seluruh Perhatian Siswa 1.

Memperhatikan penjelasan 30 36 mengenai materi dari guru.

2. Bertanya dengan guru di 28 36 dalam kelas.

3.

Mengajukan pertanyaan dari 28 36 materi yang telah di download melalui e-learning.

4. Mendengarkan penjelasan 33 36 materi dari guru.

5. Mengerjakan soal yang 28 36 diberikan guru.

6.

Mencatat materi yang 30 36 disampaikan oleh guru.

7. Mengerjakan tugas dari soal 26 36 yang telah di download melalui e-learning.

8.

Mengerjakan kuis dari kuis 27 36 yang telah di download melalui e-learning.

9. Mempresentasikan hasil 25 36 pekerjaan kepada guru.

Rata-rata perhatian siswa pada pertemuan I siklus II

Persentase (%) 83.33 77,78 77,78 88,89 77,78 83,33 72,22 75,00 69,44 78,45

Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama, perhatian siswa selama pembelajaran mulai meningkat dengan baik. Dibawah ini merupakan rincian hal-hal yang dimaksud.

1. Siswa telah terbiasa melakukan pembelajaran dengan model 154

pembelajaran Flipped Classroom sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

2. Siswa mulai paham dengan penggunaan e-learning dalam pembelajaran.

3. Siswa sudah siap dalam mengikuti pembelajaran. Materi sudah siswa pelajari sebelumnya, sehingga siswa dapat mengerjakan soal, tugas maupun kuis dengan baik. b. Pertemuan Kedua Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti mempersiapkan perangkat yang mendukung pembelajaran mulai dari RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), kartu nama (name tag), lembar tes hasil belajar siswa, materi, tugas, dan soal yang di upload pada e-learning, dan alat dokumentasi.

Pada tahap observasi terhadap perhatian siswa pada siklus II yang dilakukan oleh peneliti dan observer, terjadi peningkatan yang signifikan.

Hasil pengamatan perhatian siswa pada siklus II pertemuan II adalah sebagai berikut.

Tabel 6.

DATA HASIL OBSERVASI PERHATIAN SISWA PERTEMUAN II SIKLUS II No. Indikator Yang Diamati Jumlah Jumlah Persentase Siswa Seluru (%) Perhatian h Siswa 1.

Memperhatikan penjelasan 31 36 86,11 mengenai materi dari guru.

2.

Bertanya dengan guru di 33 36 91,67 dalam kelas.

3.

Mengajukan pertanyaan dari 27 36 75.00 materi yang telah di download melalui e-learning.

4.

Mendengarkan penjelasan 33 36 91,67 materi dari guru.

5.

Mengerjakan soal yang 27 36 75,00 diberikan guru.

6.

Mencatat materi yang 28 36 77,78 disampaikan oleh guru.

7.

Mengerjakan tugas dari soal 29 36 80,55 yang telah di download melalui e-learning.

8.

Mengerjakan kuis dari kuis 26 36 72,22 yang telah di download melalui e-learning.

9.

Mempresentasikan hasil 29 36 80,55 pekerjaan kepada guru.

Rata-rata perhatian siswa pada pertemuan II siklus II 81,17 Sedangkan hasil belajar siswa pada Siklus I, ringkasanya dapat dilihat pada tabel berikut ini : 155

Tabel 7. RINGKASAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SIKLUS I No. Item Nilai / Jumlah 1. Nilai Tertinggi 92 2.

Nilai Terendah

3.

Rata-rata

4.

Jumlah Siswa Tuntas

33

5.

Persentase Ketuntasan

91,67%

68 82,5

c. Refleksi Rencana perbaikan yang disusun pada tahap refleksi siklus I dapat dilaksanakan dengan baik di siklus II. Hal tersebut terlihat dari data di tahap pengamatan siklus II, dimana semua indikator perhatian siswa telah tercapai dari kriteria yang ditentukan yakni sebesar 70%.

C.

Pembahasan 1. Pembelajaran Flipped Classroom Meningkatkan Perhatian Siswa Hasil observasi perhatian siswa pada mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata persentase perhatian siswa sebesar 64,87% dan belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang diharapkan. Siklus I dilanjutkan dengan siklus II dan berjalan dengan baik. Dari 9 indikator perhatian siswa yang diamati, semua indikator telah mencapai kriteria keberhasilan penelitian yaitu minimal 70%.

Sembilan indikator yang telah mencapai kriteria keberhasilan penelitian adalah indikator memperhatikan penjelasan mengenai materi dari guru sebesar 83,87%, bertanya dengan guru di dalam kelas sebesar 90,32%, mengajukan pertanyaan dari materi yang telah di download melalui elearning sebesar 74,19%, mendengarkan penjelasan materi dari guru sebesar 90,32%, mengerjakan soal yang diberikan guru sebesar 74,19%, mencatat materi yang disampaikan oleh guru sebesar 77,41%, mengerjakan tugas dari soal yang telah di download melalui e-learning sebesar 80,64%, mengerjakan kuis dari kuis yang telah di download melalui e-learning sebesar 70,96%, mempresentasikan hasil pekerjaan kepada guru sebesar 80,64%. Hasil yang didapat adalah rata-rata keseluruhan persentase perhatian siswa pada siklus II meningkat menjadi 78,67%. Berikut tabel persentase perhatian siklus I dan siklus II. Tabel 8.

PERSENTASE PERHATIAN SIKLUS I DAN SIKLUS II No. Indikator Siklus I Siklus II Pert. I Pert. II Pert. I Pert.II 1.

Memperhatikan penjelasan 70,96 83,87 83,87 83,87 mengenai materi dari guru.

2.

Bertanya dengan guru di kelas.

61,29 70,96 70,96 90,32 156

No. 3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Indikator Mengajukan pertanyaan dari materi yang telah di download melalui e-learning.

Mendengarkan penjelasan materi dari guru.

Mengerjakan soal yang diberikan guru.

Mencatat materi yang disampaikan oleh guru.

Mengerjakan tugas dari soal yang telah di download melalui elearning Mengerjakan kuis dari kuis yang telah di download melalui elearning Mempresentasikan hasil pekerjaan kepada guru.

Rata-rata perhatian siswa

Siklus I Pert. I Pert. II 51,61 58,06

Siklus II Pert. I Pert.II 58,06 74,19

67,74

90,32

90,32

90,32

64,51

74,19

74,19

74,19

67,74

83,87

83,87

77,41

61,29

80,64

80,64

80,64

58,06

70,96

70,96

70,96

64,51

80,64

80,64

80,64

63,08

66,74

77,05

81,17

Rata-rata keseluruhan indikator perhatian siswa pada siklus I mencapai 64,87% dan meningkat pada siklus II menjadi 78,67%. Peningkatan rata-rata indikator siklus I ke siklus II adalah 13,8%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Flipped Classroom dapat meningkatkan perhatian siswa.

2.

Pembelajaran Flipped Classroom Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Hasil belajar Siklus I dan Siklus II dengan Model Pembelajaran Flipped Classroom dapat dikatakan berhasil jika 75% siswa dalam satu kelas mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan yakni 75, kemudian adanya peningkatan nilai dari satu siklus ke siklus berikutnya.

Peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. RINGKASAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II No. Nilai / Jumlah Item I II 1. Nilai Tertinggi 85 92 2. Nilai Terendah 40 68 3.

Rata-rata

4.

5.

69,1

82,5

Jumlah Siswa Tuntas

11

33

Persentase Ketuntasan

30,56%

91,67%

157

Berdasarkan tabel 13 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Humas dan Keprotokolan mengalami peningkatan. Hal itu diperoleh dari Siklus I yang memiliki nilai rata-rata 69,1 dengan persentase ketuntasan 30,56% dan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 11 siswa. Pada siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 82,5 dengan persentase ketuntasan 91,67% dan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 33 siswa.

IV. PENUTUP Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat ditarik simpulkan bahwa dengan menerapkan Pembelajaran Model Flipped Classroom dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan perhatian dan hasil belajar pada materi Pembuatan susunan acara dan pengetahuan metakognitif pada siswa kelas XII OTKP SMK Negeri 1 Marabahan. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa yang berhasil yakni pada siklus I 30,56%.

Sedangkan pada siklus II diperoleh persentase 91,67% maka angka tersebut berada pada kategori tinggi. Jadi persentase rata-rata hasil belajar siswa kelas XII OTKP mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sedangkan untuk pengetahuan metakognitif dapat dilihat dari adanya Jadi persentase rata-rata pengetahuan metakognitif siswa kelas XII OTKP mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan kajian sebelumnya disarankan, bagi siswa hendaknya lebih terbiasa belajar dengan proses ilmiah yang diusung kurikulum 2013 dengan lebih baik. Apalagi dipadu dengan berbagai Model atau cara pembelajaran yang lebih menarik, akan menambah Perhatian dalam belajar sehingga hasil belajar dapat tercapai optimal. Selain itu hendaknya siswa lebih dapat mengatur dan mengelola pemikirannya sendiri, sehingga informasi baru yang diperoleh lebih dapat dimaknai.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pustaka Setia.

Ahmadi, Rulam. 2016. Pengantar Pendidikan Asas Dan Filsafat Pendidikan.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Ali, Mohammad. 2014. Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Arkasa Amirono & Daryanto. (2016). Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Dimyati dan Mudjiyono. (2010). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadhilaturrahmi. (2017). “Penerapan ModelFlipped Classroom Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Semester II A PGSD Mata Kuliah Pendidikan Matematika SD Kelas Rendah”. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1): 116. ISSN 2579-925x.

Ghony, Junaidi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN Malang Press.

Hermawan, Irwan, dkk.. (2016). “Penerapan Model Flipped Classroom untuk 158

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Tokoh Sejarah Kerajaan Islam Di Indonesia”. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1): 1099.

Poerwadarminta, (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet V, Jakarta: Balai Purwanto, M.N. (2013). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Retno, Dyah. (2011). Cara Instan Melatih Daya Ingat. Jakarta: Agogos Publishing Safitri, Dyah. (2016). “Penerapan Model Flipped Classroom untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD N Balangan I”. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 3(5): Sanjaya, W. (2008).

Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group.

Sardiman A.M. (1992). Interaksi & Perhatian Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Slameto. (1987). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sardiman. 2012. Interaksi Dan Perhatian Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Slameto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, cet. Ke-V. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Sudjana nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Rosdakarya Sudjana, N. (2005). Pembinaan dan Pengembangan kurikulum di Sekolah. Jakarta: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, cet. ke-VII, 2001.

Sudjono, Anas. 2012. Pengantar Statistik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suharmin Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

159

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENERAPAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPUTER AKUNTANI SISWA KELAS XI AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA DI SMK NEGERI 3 BANJARMASIN Sri Martini ( Guru SMK Negeri 3 Banjarmasin ) e-mail : martinisri020378@gmail.com ABSTRAK Tujuan pada Penelitian ini untuk meningkatkan Hasil Belajar Komputer Akuntansi siswa kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Negeri 3 Banjarmasin Tahun Ajaran 2021/2022 yang dilihat dari aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif(sikap) melalui penerapan Strategi Problem Based Learning. Teknik pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan tes. Subyek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah pada siswa kelas XIA dan XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga pada hasil belajar komputerakuntansi.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran komputer akuntansi dengan model Problem Based Learning pada siklus I perolehan rata-rata nilai dan persentase ketuntasan KKM kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 47,50 (Pre-test) dan 63,33 (Post-Test) dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 49,17 (Pre-test) dan 59,17 (Post-Test).

Pada siklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata nilai dan persentase ketuntasan KKM kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 52,50 (Pre-test) dan 68,33 (Post-Test) dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 67,50 (Pre-test) dan 76,67 (Post-Test). Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek keterampilan pada siklus I perolehan rata-rata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 67% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 62% Pada siklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 74% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 82%.

Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek sikap pada siklusI perolehan rata-rata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 56% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 56%. Pada siklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 76% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 72%.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar

160

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

IMPLEMENTATION OF THE PROBLEM BASED LEARNING STRATEGY TO IMPROVE ACCOUNTING COMPUTER LEARNING OUTCOMES FOR CLASS XI ACCOUNTING AND FINANCE INSTITUTIONS AT STATE VOCATIONAL SCHOOL 3 BANJARMASIN ABSTRACT The purpose of this study is to improve the learning outcomes of computer accounting for students of class XI Accounting and Finance at SMK Negeri 3 Banjarmasin for the 2021/2022 academic year which is seen from the cognitive (knowledge), psychomotor (skills), and affective (attitude) aspects through the application of Problem Based Strategies. Learning. Data collection techniques used in this study are observation and tests. The research subjects in this classroom action research are students of class XIA and XIB Accounting and Finance Institute on accounting computer learning outcomes.

The results showed an increase in student learning outcomes in accounting computer learning with the Problem Based Learning model in the first cycle the average value and percentage of KKM completeness for class XIB Accounting and Institutional Finance was 47.50 (Pre-test) and 63.33 ( Post-Test) and class XIC Accounting and Financial Institutions of 49.17 (Pre-test) and 59.17 (Post-Test). In the second cycle there was an increase in the average score and percentage of KKM completeness for class XIB Accounting and Institutional Finance by 52.50 (Pre-test) and 68.33 (Post-Test) and class XIC Accounting and Institutional Finance of 67.50 ( Pre-test) and 76.67 (Post-Test). Computer Learning Outcomes Accounting skills aspect in the first cycle the average score of XIB class Accounting and Institutional Finance is 67% and class XIC Accounting and Institutional Finance is 62%. 74% and class XIC Accounting and Financial Institutions by 82%. Learning Outcomes of Computer Accounting in the attitude aspect in the first cycle the average score for XIB class Accounting and Institutional Finance was 56% and class XIC Accounting and Institutional Finance was 56%. In the second cycle there was an increase in the average score for XIB Accounting and Institutional Finance by 76% and for XIC Accounting and Institutional Finance by 72%.

Keywords: Problem Based Learning, Learning Outcomes I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan identik dengan proses pembelajaran yang nantinya dapat mencapai hasil pembelajaran yang direncanakan. Hasil belajar ini didasarkan pada perubahan perilaku yang meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Aspek afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai- nilai, dan pengembangan

161

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

apresiasi serta penyesuaian. Aspek psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu.

Siswa dapat dikatakan tercapai hasil belajarnya apabila telah memenuhi indikator keberhasilan dari ketiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Kegiatan belajar dalam mata pelajaran Komputer Akuntansi sangat erat dengan ketiga aspek pembelajaran, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal tersebut disebabkan karena pembelajaran dilakukan dengan cara mengoperasikan komputer menggunakan serangkaian teori akuntansi dalam pengerjaannya sehingga dapat tercipta informasi keuangan yang dapat digunakan oleh pihak yang membutuhkan untuk pengambilan keputusan. Penggunaan teknologi komputer akuntansi pada pembelajaran siswa dikenalkan dengan program MYOB Accounting.

Pembelajaran Komputer Akuntansi untuk program MYOB Accounting di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan dalam mengelola keuangan. Tujuan pembelajaran KomputerAkuntansi yang ada di sekolah menengah kejuruan ini adalah siswa dapat memahami dan mengerti bagaimana pengelolaan keuangan jika dilakukan dengan menggunakan komputer, yaitu aplikasi program MYOB, Banyak faktor yang dapat memengaruhi Hasil Belajar Komputer Akuntansi siswa dalam proses pembelajaran. Faktor tersebut berasal dari diri siswa dan dari luar siswa. Salah satu faktor dari luar siswa yang sangat berpengaruh terhadap Hasil Belajar Komputer Akuntansi, yaitu strategi yang digunakan guru dalam mengajar.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat melakukan Praktik secara langsung pasca pmbelajaran daring dengan Kurikulum 2013, siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran karena siswa masih kurang memahasi system operasi MYOB tersebut. Beberapa siswa kurang memerhatikan materi yang disampaikan guru, bahkan ada siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan materi pembelajaran.Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Hasil Belajar Komputer Akuntansi siswa kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Negeri 3 Banjarmasin Tahun Ajaran 2021/2022 yang dilihat dari aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik B. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Rusmono, 2012: 7), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan belajar sangat tergantung pada jenis suatu pelajaran, metode belajar yang sesuai, dancara penyampaian materi, yakni ada yang efektif bila disampaikan dengan peragaan, tetapi ada yang lebih sesuai dengan latihan.

Hasil belajar menurut Purwanto (2014: 39) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.Belajar merupakan aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalampengetahuan, keterampilan dan

162

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

sikap. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karenakematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama danmerupakan hasil dari pengalaman.

Terdapat beberapa program aplikasi komputer akuntansi yang biasa digunakan dalam suatu perusahaan untuk mengolah data keuangan, yaitu MYOB (Mind Your Own Businenss), Visual Basic, SPSS (Statistical Product and Service Solution), Zahir Accounting, dan Microsoft Excel (Punto Wicaksono, 2012: 2529) Adapun perubahan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran menurut Taksonomi Bloom sebagaimana dikutip oleh Suharsimi Arikuto hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu : a. Ranah Kognitif, yakni, berkenaan dengan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Belajar kognitif ini melibatkan proses pengenalan atau penemuan yang mencakup berfikir, menalar, menilai, dan memberikan imajinasi yangselanjutnya akan membentuk perilaku baru. b. Ranah Afektif, berkenaan dengan respon peserta didik yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi peserta didik terhadap hal-hal yang relative sederhana. Belajar afektif mencakupnilai, emosi dorongan minat dan sikap. c. Ranah Psikomotorik, berkenaan dengan kemampuan kerja otot, keterampilan dan tingkah laku sehingga menyebabkan pergerakan tubuh.

2. Strategi Problem Based Learning Strategi Problem Based Learning mengambil psikologi kognitifkonstruktivis sebagai dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang mereka pikirkan (kognisi mereka) selama mereka mengerjakannya. Meskipun peran guru dalam pelajaran yang berbasis masalah kadang-kadang juga melibatkan, mempresentasikan dan menjelaskan berbagai hal kepada siswa, tetapi lebih sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Menurut Sanjaya (dalam Rusmono, 2012: 74) apabila setiap siswa memperoleh kebebasan dalam menyelesaikan masalah pembelajarannya, maka sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh, baik pada aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.

Strategi Problem Based Learning ditandai oleh siswa yang bekerja berpasangan atau dalam kelompok-kelompok kecil untuk menginvestigasi masalah kehidupan nyata. Tipe pengajaran ini sangat interaktif dan berpusat pada siswa, sehingga dibutuhkanupaya perencanaan yang matang. Perencanaan gurulah yangmemfasilitasi perpindahan yang mulus dari satu Strategi Problem Based Learning ke fase lainnya dan memfasilitasi pencapaian tujuaninstruksional yang diinginkan.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Strategi Problem Based Learning merupakan strategi pembelajaran di mana peserta didik diberikan permasalahan pada awal pelaksanaan pembelajaran oleh guru, selanjutnya

163

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

selama pelaksanaan pembelajaran peserta didik memecahkan dengan menemukan sendiri gagasan melalui ide-idenya. Perlakuan strategi ini ditandai oleh siswa yang bekerja secara berpasangan atau kelompok kecil dalam pengerjaannya.

Pada mata pelajaran Komputer Akuntansi yang berisi materi-materi akuntansi yang dapat langsung diaplikasikan dalam pembelajaran dengan menggunakan aplikasi komputer banyak membutuhkan kemampuan berfikir atau kognisi siswa dalam pengerjaannya karena dalam proses pembelajaran siswa diarahkan untuk dapat memecahkan kasus-kasus akuntansi yang diberikan. Penggunaan Strategi Problem Based Learning diharapkan mampu mengerahkan kemampuan berpikir siswa secara optimal dalam pembelajaran Komputer Akuntansi.

II. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bentuk penelitian tindakan kelompok (collaborative action research). Peneliti bersama dengan guru mata pelajaran Komputer Akuntansi SMK Negeri 3 Banjarmasin berkolaborasi melaksanakan penelitian sebanyak dua siklus dengan setiap siklusnya menggunakan empat komponen tindakan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas dengan Modifikasi yang Digunakan Peneliti Tempat penelitian dilakukan di SMK Negeri 3 Banjarmasin dengan alamatJalan Pramuka No. 52 dan waktu penelitian bulan Oktober - November 2021. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI B Akuntansi dan

164

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Keuangan Lembaga, dan XI C Akuntansi dan Keuangan Lembaga dengan keseluruhan siswa berjumlah 24 orang Tahun Pelajaran 2021/2022. Objek penelitian adalah Hasil Belajar Komputer Akuntansi Siswa Kelas XI B Akuntansi dan Keuangan Lembaga, dan XI C Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Negeri 3 Banjarmain dengan Strategi Problem Based Learning.

A. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi, yakni Peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran Komputer Akuntansi yang bertindak sebagai pelaksana dari penerapan Strategi Problem Based Learning. Peneliti dibantu dengan 1 orang observer lain dalam melakukan observasi.

Observasi dilakukan guna mengetahui pencapaian Hasil Belajar Komputer Akuntansi pada aspek keterampilan dan aspek sikap dengan penerapan Strategi Problem Based Learning.

2. Tes, Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes dilakukan sebanyak dua kali dalam satu siklus, yaitu pre-test dan post-test. Tes ini digunakan untuk mengetahui Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek pengetahuan dengan penerapan Strategi Problem Based Learning.

B. Instrumen Penelitian Secara sepesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Intsrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Lembar Observasi, Lembar observasi akan berisi beberapa indikator yang akan menjelaskan mengenai Hasil Belajar Komputer Akuntansi siswa.

Penelitian ini menggunakan lembar observasi rating scale, yaitu lembar observasi termasukdi dalamnya terdapat kriteria dalam memberikan skor pada aspek yang diamati. Berikut pedoman penilaian yang dijadikan acuan untuk penilaian Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek keterampilan dan aspek sikap 2. Tes. Tes yang akan diberikan pada siswa dalam penelitian adalah tes awalsiklus dan tes akhir siklus (tes formatif).

3.

Catatan Lapangan merupakan catatan yang berfungsi untuk mencatat berita acara pelaksanaan pembelajaran dengan Strategi Problem Based Learning.

Catatan lapangan ini dapat berguna dalam membantu proses refleksidalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Strategi Problem Based Learning.

C. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi bersama guru mata pelajaranKomputer Akuntansi. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi pada setiap siklusnya.Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan penelitian adalah: 1. Siklus I

165

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

a.

Perencanaan Tindakan Pada tahap ini dilakukan berbagai persiapan dan perencanaan yaitu: 1) Menyusun atau membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)dengan menggunakan Strategi Problem Based Learning 2) Menyiapkan dan membuat sumber pelajaran yang akan diajarkan.

3) Membuat lembar observasi untuk menilai aspek psikomotorik dan afektif siswa.

4) Menyusun soal untuk pre-test dan post-test.

5) Mempersiapkan soal diskusi siswa b. Pelaksanaan Tindakan Proses tindakan merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang sebelumnya telah disusun. Guru melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan Strategi Problem Based Learning. c. Pengamatan Tindakan Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan kelas sedang berlangsung dengan melakukan pengamatan mencatat semua hal yang telah terjadi di dalam kelas. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan penilaian yang telah disusun difokuskan untuk aspek penilaian Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek keterampilan dan sikap. d. Refleksi Tindakan Guru sebagai peneliti melakukan refleksi melalui analisis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sehingga diperoleh kesimpulan tentang keberhasilan maupun kekurangan dari penerapan Strategi Problem Based Learning. Berdasarkan dari hasil refleksi, peneliti menyusun rencana pemecahan masalah untuk memperbaiki kegiatan yang belum maksimal.

2. Siklus II Siklus II disusun setelah siklus I terlaksana, siklus II ini memperbaiki kekurangan dari siklus I. Langkah-langkah siklus II sama dengan langkah- langkah siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

D. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan pada penelitian ini apabila siswa dalam satu kelas mengalami peningkatan Hasil Belajar Komputer Akuntansi setelah penerapan Strategi Problem Based Learning pada siklus I ke siklus II. Peningkatan Hasil Belajar Komputer Akuntansi ditunjukkan dengan peningkatan secara klasikal dari tes yang telah dilakukan yaitu pre-test dan post-test, serta pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 untuk aspek kognitif dan sekurang-kurangnya hasil skor rata-rata setiap

166

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

indikator untuk aspek keterampilan dan aspek sikap mencapai ≥75%.

III. HASIL DAN PEMBASAN PENELITIAN A. HASIL PENELITIAN 1. Aspek Pengetahuan Berikut data nilai Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek pengetahuan siswa kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga Tahun Ajaran 2021/2022 yang terdiri dari XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga, dan XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga pada tindakan siklus I dan siklus II setelah diterapkannya Strategi Problem Based Learning dalam kegiatan belajar mengajar di kelas adalah: Tabel 1.

Nilai Pengetahuan Kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga Jumlah Nilai Jumlah Tuntas Pre-test Post-test SIKLUS I XIB Akuntansi dan 570 760 3 Keuangan Lembaga XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga SIKLUS II XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga

590

710

3

630

820

4

810

920

8

2. Aspek Keterampilan Berikut data skor Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek keterampilan siswa kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga Tahun Ajaran 2021/2022 yang terdiri dari XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga dan XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga setelah diterapkannya Strategi Problem Based Learning dalam pembelajaran Komputer Akuntansi selama tindakan pada siklus I dan siklus II dengan enam indikator sebagai pengukur Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek keterampilan, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini

167

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 2.

Nilai Keterampilan Kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga Indikator Aspek Keterampilan 1 2 3 4 5 6

Jumlah Tuntas

SIKLUS I XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga

15 63%

18 75%

13 54%

13 54%

18 75%

20 83%

3

XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga

14 58%

14 58%

13 54%

15 63%

17 71%

16 67%

2

SIKLUS II XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga

14 58%

17 71%

20 84%

18 75%

19 79%

19 79%

6

XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga

22 92%

21 88%

17 71%

18 75%

20 83%

17 71%

10

3. Aspek Sikap Berikut data skor Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek Sikap siswa kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga Tahun Ajaran 2021/2022 yang terdiri dari XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga, dan XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga setelah diterapkannya Strategi Problem Based Learning dalam pembelajaran Komputer Akuntansi selama tindakan pada siklus I dan siklus II dengan enam indikator sebagai pengukur Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek sikap siswa.

Tabel 3.

Nilai Sikap Kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga Indikator Aspek Sikap Jumlah Tuntas 1 2 3 4 5 6 SIKLUS I XIB Akuntansi dan 10 13 13 12 13 19 Keuangan 3 42% 54% 54% 50% 54% 79% Lembaga XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga

7 29%

12 50%

168

18 75%

16 67%

14 58%

13 54%

3

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

1

Indikator Aspek Sikap 2 3 4 5

6

Jumlah Tuntas

SIKLUS II XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga

16 67%

17 71%

18 75%

19 79%

19 79%

20 83%

10

XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga

18 75%

13 54%

16 67%

17 71%

21 88%

18 75%

7

B. Pembahasan Pada penelitian didapatkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMK Negeri 3 BanjarmasinTahun Ajaran 2021/2022 pada kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga dan XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga terhadap hasil belajar Komputer Akuntansi dengan penerapan Strategi Problem Based Learning yang di tinjau dari aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap.

Berdasarkan analisis hasil penelitian, dapat diketahui bahwa penerapan Strategi Problem Based Learning dapat meningkatkan Hasil Belajar Komputer Akuntansi siswa kelas XI Akuntansi SMK Negeri 3 Banjarmasin dari aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap. Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek pengetahuan pada siklus I perolehan rata-rata nilai ketuntasan KKM kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 47,50 (Pre-test) dan 116,92 (Post-Test) dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 49,17 (Pre-test) dan 59,17 (Post-Test). Pada siklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata nilai ketuntasan KKM kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 52,50 (Pre-test) dan 68,33 (Post-Test) dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 67,50 (Pre-test) dan 76,67 (Post-Test).

Hasil Belajar Komputer Akuntansi dengan aspek keterampilan pada siklus I perolehan rata-rata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 67% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 62%, Pada siklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 74% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 82%.

Hasil Belajar Komputer Akuntansi pada aspek sikap pada siklus I perolehan rata-rata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 56% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 56%. Pada siklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 76% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 72%.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa indikator keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu peningkatan Hasil Belajar Komputer

169

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Akuntansi setelah diterapkan Strategi Problem Based Learning ditunjukkan dengan peningkatan secara klasikal dari tes yang telah dilakukan yaitu pre-test dan post-test, serta pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 untuk aspek pengetahuan dan sekurang-kurangnya hasil skor rata-rata setiap indikator pada aspek keterampilan dan aspek sikapmencapai ≥75% dari siklus I ke siklus II telah terpenuhi.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan pembahasan di muka, maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan Hasil Belajar Komputer Akuntansi SiswaKelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga SMK Negeri 3 Banjarmasin Tahun Ajaran 2021/2022 yang dilihat dari ketiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui penerapan Strategi Problem Based Learning.

Terjadi peningkatan Hasil Belajar Komputer Akuntansi siswa kelas XI Akuntansi pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek pengetahuan pada siklus I perolehan rata-rata nilaidan persentase ketuntasan KKM kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembagasebesar 47,50 (Pre-test) dan 116,92 (Post-Test) dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 49,17 (Pre-test) dan 59,17 (Post-Test). Pada siklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata nilai dan persentase ketuntasan KKM kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 52,50 (Pre-test) dan 68,33 (Post-Test) dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 67,50 (Pre-test) dan 76,67 (Post-Test).

Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek keterampilan pada siklus I perolehan rata-rata skorkelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 67% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 62% Pada siklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 74% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 82%.

Hasil Belajar Komputer Akuntansi aspek sikap pada siklus I perolehan ratarata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 56% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 56%. Pada siklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata skor kelas XIB Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 76% dan kelas XIC Akuntansi dan Keuangan Lembaga sebesar 72%.

B. Saran Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru Dalam melaksanakan pembelajaran guru dapat menerapkan Strategi Problem Based Learning pada kompetensi dasar yang lain, yang diharapkan dapat memicu peningkatan Hasil Belajar Komputer Akuntansi.

170

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian yang akan datang diharapkan melakukan observasi Hasil Belajar Komputer Akuntansi pada aspek keterampilan dan sikap secara menyeluruh. Hal tersebut dapat menghasilkan data observasi yang benar- benar mewakili kondisi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA Agus Kuntoro. (2008). Praktikum Komputer Akuntansi Menggunakan MYOB. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Karmi dan Ni Kadek Ayu Mega Adiyani. (2016). Praktik Komputer Akuntansi Perusahaan Jasa (Myob Accounting Versi 18). Denpasar: CV. Pustaka Mulia.

Muhibbin Syah. (2013). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Punto Wicaksono & Ajeng Wind. (2012). Komputer Akuntansi Untuk Pemula &Orang Awam. Jakarta: Niaga Swadaya.

Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning ItuPerlu.

Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, & Supardi. (2007). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SistemPendidikan Nasional.

Zainal Arifin. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

171

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI ALTERNATIF MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION SISWA KELAS VI SDN TAMBAN KECIL Rogayah (Guru SD Negeri Tamban Kecil Barito Kuala) e-mail : rogayahr34@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VI SDN Tamban Kecil pada konsep pembelajaran Energi Alternatif dengan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan tahapan penelitian tindakan yakni: perencanaan, pelaksanaaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2016, bertempat di SDN Tamban Kecil, Kabupaten Barito Kuala Tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang, yang terdiri dari 10 orang siswa laki laki dan 5 orang siswa perempuan.

Teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar, observasi, dan angket. Analisis data dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD yang mengacu pada kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa, sedangkan analisis hasil angket mengacu pada skala interpretasi persepsi siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Kooperatif Tipe STAD efektif meningkatkan hasil belajar siswa secara individual dan secara klasikal pada konsep pembelajaran Energi Alternatif. Dengan menggunakan dua siklus pembelajaran, ketuntasan klasikal pada siklus I pertemuan 1 sebesar 38,66% dan pada siklus II pertemuan 2 meningkat menjadi 96,66%. Rata-rata prestasi belajar siswa meningkat dari 38,66 pada siklus I pertemuan 1 menjadi 96,66 pada siklus II pertemuan 2.

Siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran kontekstual pada konsep pembelajaran peta dan komponennya.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Konsep Energi Alternatif Model Kooperatif Student Teams Achievement Division.

IMPROVING STUDENT LEARNING OUTCOMES IN ALTERNATIVE ENERGY MATERIALS USING COOPERATIVE METHODS TYPE OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION FOR CLASS VI AT SDN TAMBAN KECIL ABSTRACT This study to determine the learning outcomes of class VI at SDN Tamban Kecil on the concept of Alternative Energy with the Student Teams Achievement Division (STAD) Cooperative learning method. The research was conducted in two cycles with 4 stages of action research, namely: planning, implementing action, observing, and reflecting. This research was conducted from July to September 2016, at SDN Tamban Kecil, Barito Kuala Regency. In the 2016/2017 academic year, there were 15 students, consisting of 10 male students and 5 female students.

172

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Data collection techniques using learning outcomes tests, observations, and questionnaires. Data analysis using the STAD Type Cooperative Model which refers to the criteria for the level of student learning success, while the analysis of the results of the questionnaire refers to the interpretation scale of students' perceptions.

The results showed that the STAD Type Cooperative Model was effective in improving student learning outcomes individually and classically on the concept of Alternative Energy learning. By using two learning cycles, classical completeness in the first cycle of meeting 1 was 38.66% and in the second cycle of meeting 2 increased to 96.66%. The average student learning achievement increased from 38.66 in the first cycle of meeting 1 to 96.66 in the second cycle of meeting 2.

Students gave a positive response to contextual learning on the concept of map learning and its components.

Keywords: Learning Outcomes, Concept of Alternative Energy, Cooperative Model Student Teams Achievement Division.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam” yang merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural berarti alamiah atau berhubungan dengan alam. Science berarti ilmu pengetahuan. Jadi menurut asal katanya, IPA berarti ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa di alam (Srini M. Iskandar, 1996: 2). IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Hendro Darmodjo, 1992 : 3).

Menurut Nash 1963 (dalam Hendro Darmodjo, 1992 : 3) IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam yang sifatnya analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena alam yang satu dengan fenomena alam yang lainnya. Sedangkan menurut Powler (dalam Winaputra, 1992:122) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur dan berlaku umumberupa kumpulan hasil observasi dan eksperimen.

Hasil belajar IPA selama ini masih menjadi pertanyaan di tengah masyarakat mengingat rendahnya nilai hasil Ujian Nasional SD sehingga perlu upaya memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Berdasarkan hasil try out ujian sekolah mata pelajaran IPA di SDN Tamban Kecil tahun 2016 diketahui 38,66% siswa lulus di atas indikator KKM yaitu 7,9 sementara 65% masih memperoleh nilai rendah di bawah standar kelulusan yang diharapkan.

Dalam proses belajar mengajar seorang guru seharusnya memperhatikan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa dan proses adaptasinya dengan lingkungan serta pengalamannya. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dipandang akomodatif, bagi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa maupun aktivitas belajar, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Tipe-tipe pembelajaran kooperatif diantaranya adalah Metode STAD (Student Teams- Achievement Divisions).

173

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh R. Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkin. Model ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus bagi seorang guru pemula untuk menggunakan pendekatan kooperatif.

Pembelajaran STAD sering disebut model pembelajaran generik yaitu model pembelajaran kooperatif yang aplikatif terhadap skala tingkat kelas, mata pelajaran, serta karakteristik sekolah dan kelas yang luas.

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka tujuan penelitian adalah 1) Ingin mengetahui aktivitas guru tentang pembelajaran Energi Alternatif dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD siswa kelas VI SDN Tamban Kecil. 2) Ingin mengetahui aktivitas siswa tentang pembelajaran Energi Alternatif dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD siswa kelas VI SDN Tamban Kecil. 3) Ingin mengetahui hasil belajar siswa tentang Energi Alternatif dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD siswa kelas VI SDN Tamban Kecil.

B. Pengertian Aktifitas Siswa dan Hasil Siswa 1. Aktivitas Belajar Dalam kamus besar bahasa indonesia “aktivitas” diartikan sebagai keaktifan atau kegiatan. Aktivitas merupakan suatu kegiatan, kesibukan, dinamis, mampu bereaksi dan beraksi yang dilakukan oleh individu.

Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010:23).

Menurut Rohani (2004: 12) aktivitas merupakan suatu proses kegiatan yang diikuti dengan terjadinya perubahan tingkah laku, sebagai hasil interaksi dengann lingkungan. Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Akivitas fisik ialah siswa giat aktif, dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika ada jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya dengan sendirinya jiwanya juga aktif, begitu juga sebaliknya 2. Hasil Belajar Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor yang beriorentasi pada proses belajar mengajar yang di alami siswa. Hasil belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil dari proses pembelajaran ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan sikap, tingkah laku serta perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Dan juga hasil belajar merupakan hal yang penting yang akan dijadikan tolak ukur keberhasilan 174

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

sistem pembelajaran yang diberikan guru, berhasil atau tidak. Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila kompetensi dasar yang inginkan tercapai. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya kompetensi tersebut, guru mengadakan tes setelah menyajikan materi pembelajaran kepada siswa. Dari hasil tes ini diketahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar.

C. Energi Alternatif Energi alternatif atau biasa disebut dengan energi terbarukan adalah energi yang berasal dari alam. Energi alternatif juga merupakan energi yang ramah lingkungan dan bebas dari polusi. Sumber dari energi alternatif ini berasal dari alam yang jumlahnya enggak terbatas dan memiliki jangka waktu habis yang lama. Energi alternatif yang sedang dikembangkan saat ini adalah energi yang dihasilkan dari matahari atau disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Adapun sumber energi alternatif lain yakni sebagai berikut.

1. Cahaya Matahari, pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi sudah dilakukan di berbagai bidang. Salah satunya adalah menggunakan sel surya untuk mengubah energi panas matahari menjadi energi listrik.

Sel surya ini biasanya dipasang di atap rumah dan digunakan untuk keperluan sehari – hari. Sel surya mampu menghasilkan energi listrik yang cukup digunakan untuk beberapa alat elektronik sehingga akan mengurangi penggunaan energi listrik dari PLN. 2. Angin, merupakan gerakan udara di permukaan bumi yang muncul karena adanya perbedaan tekanan di dua tampat. Udara akan mengalir dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Angin juga bisa dijadikan sumber energi alternatif. Sekarang, kincir angin ini dibuat lebih modern, dengan bahan logam sehingga bisa mengubah energi angin menjadi energi listrik.

3. Air, berupa aliran air dapat digunakan untuk menggerakkan kincir air yang dihubungkan dengan generator sehingga bisa menghasilkan energi listrik. Prinsip ini telah digunakan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk menghasilkan energi listrik dalam jumlah besar sehingga bisa digunakan untuk masyarakat.

4. Panas Bumi, pada bagian Perut bumi bagian dalam suhunya sangat panas karena tersusun atas material cair yang disebut dengan magma. Panas dari perut bumi ini dapat digunakan sebagai sumber energi yang akan diolah menjadi energi listrik oleh Pembangkit Listrik Tenaga Panas( PLTP).

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Metode Pembelajaran Kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan kelompok kecil siswa dan membangun kondisi belajar yang kondusif. Pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran dengan mengembangkan interaksi siswa antara satu dengan yang lain sehingga terbentuk rasa pengertian, pemahaman satu sama lain. Hal ini juga menghindari adanya perselisihan, permusuhan, dan juga latihan bersosialisasi.. Adapun tujuan metode pembelajaran kooperatif ini, yaitu: 175

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Adapun langkah-langkah metode STAD sebagai berikut.

1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan awal bahasa Indonesia, motivasi belajar, jenis kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda.

2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan presentasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa.

3. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberitugas-tugas kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok. atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.

4. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.

5. Hasil tes kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.

6. Setelah itu memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik presentasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan dapat berupa hadiah, pujian, tambahan nilai dan lain-lain II. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena menggali informasi secara rinci (Arikunto, 2010 : 134). Pendekatan kualitatif disebut juga metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk pembelajaran yang bersifat reflektif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran dan meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan melaksanakan tugas dengan proses pengkajian berdaur, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan merefleksi (Arikunto, 2014:6).

B. Setting Penelitian / Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN Tamban Kecil tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang, yang terdiri 176

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

dari 10 orang siswa laki laki dan 5 orang siswa perempuan, yang beralamat di Jl. Saka Kajang Permai Rt 16 Tamban. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli s/d Sempetmber 2016.

Adapun faktor yang diteliti untuk mengatasi permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Faktor guru, yaitu mengamati aktivitas guru dalam proses pembelajaran tentang Energi Alternatif dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD siswa kelas VI SDN Tamban Kecil.

2. Faktor siswa, yaitu mengamati aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran tentang Energi Alternatif dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD siswa kelas VI SDN Tamban Kecil.

3. Faktor hasil belajar, yaitu mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang Energi Alternatif dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD siswa kelas VI SDN Tamban Kecil.

C. Skenario Tindakan Langkah–langkah pembelajaran dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. yang akan dilaksanakan pada siklus I, dan II khususnya pada pertemuan 1 dan 2 adalah : 1. Kegiatan awal (±10 menit) a. Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis untuk belajar. b. Guru melakukan apersepsi. Dengan menanyakan pelajaran yang telah lalu. c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran.

2. Kegiatan inti (±45 menit) a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 5-6 orang sebanyak 4 kelompok. b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa kepada kelompok yang telah dibagi. c. Kelompok diminta untuk memperhatikan suatu masalah atau materi pelajaran. d. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan presentasi yaitu menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data dan pemberian contoh. e. Siswa berusaha memahami konsep materi pelajaran dan mendiskusikannya serta apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. f. Siswa disuruh mengisi lembar jawaban dan semua anggota kelompok berusaha memahami materi pelajaran tersebut. g. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain tujuannya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. h. Hasil tes siswa selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa.

177

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

i. Guru akan memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik presentasinya atau yang telah memenuhi kriteria tersebut. j. Siswa kemudian akan dapat membuat kesimpulan tentang materi pelajaran tersebut. k. Guru memberikan penguatan tentang materi alat indra. l. Memberikan umpan balik dan kesimpulan.

3. Kegiatan akhir (±15 menit) a. Guru melibatkan siswa untuk membuat kesimpulan dari pembelajaran yang sudah dijelaskan. b. Guru melakukan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan siswa. c. Guru mengadakan evaluasi kepada siswa yang ada di LKS. d. Guru menutup pelajaran dengan memberikan motivasi dan nasehat kepada siswa Pada selanjutnya adalah kegiatan observasi terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat dan dilanjutkan dengan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Observasi yang dilaksanakan dalam tindakan kelas ini adalah dengan cara: 1. Observasi terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam menggunakan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.

2. Penguasaan materi pelajaran diperoleh dari tes hasil belajar dan tes selama proses pembelajaran.

Sedangkan tahap selanjutnya yakni refleksi mencakup hasil observasi dan evaluasi akan dianalisis kembali untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa dan hasil belajar, serta ketercapaian tujuan yang akan diharapkan, dan dapat juga digunakan guru untuk mengevaluasi dirinya sendiri, sejauh mana kemampuan dirinya dalam mengajar dan mengelola kelas agar dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus selanjutnya.

D. Data Dan Cara Pengumpulan Data Adapun yang dijadikan sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 15 orang siswa diantaranya 10 orang siswa laki – laki dan 5 orang siswa perempuan pada semester II (semester ganjil) di SDN Tamban Kecil. Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang terdiri dari: 1. Data kuantitatif: data yang berupa angka-angka, berupa nilai tes hasil belajar secara tertulis.

2. Data kualitatif: aktifitas guru dan siswa.

Data-data penelitian didapatkan dari : 1. Data tentang aktifitas guru dan aktifitas siswa dalam pembelajaran, di kumpulkan dengan teknik observasi dengan instrument dalam lembar.

2. Data tentang hasil belajar, di kumpulkan dengan cara teknik tes dengan instrument penelitian menggunakan soal – soal tes tertulis.

178

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Proses analisis data ini dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel persentase. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data Kualitatif, berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. a. Analisis data aktivitas guru Data aktivitas guru, kriteria yang dipergunakan untuk menilai persiapan, pelaksanaan dan penampilan mengajar guru. Adapun kriteria aktivitas guru antara lain menggunakan tabel berikut ini: Kriteria Penilaian Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik b.

Skor Penilaian 1 – 17 18 – 34 35 – 51 52 – 68

Analisis data aktivitas siswa Data aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dianalisis dengan menggunakan teknik rumus persentase sebagai berikut: Nilai persentase = x 100% Adapun kriteria aktivitas siswa menggunakan tabel berikut ini: Kriteria Penilaian Kurang Aktif Cukup Aktif Aktif Sangat Aktif

Persentase Penilaian 25% – 43% 44% – 62% 63% – 81% 82% – 100%

2. Data Kuantitatif, berupa nilai evaluasi dengan teknik persentase atau ditulis dalam bentuk angka.

3. Analisis hasil belajar siswa Dianalisis dengan menggunakan teknik rumus persentase sebagai berikut: Ketuntasan individu = x 100 Ketuntasan individual, jika siswa mencapai ketuntasan skor ≥ 70.

Ketuntasan klasikal =

x 100%

Ketuntasan klasikal, sebanyak 80% seluruh siswa mencapai nilai ≥ 70.

179

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

E. Indikator Keberhasilan Aktivitas guru bisa dikatakan berhasil apabila jumlah aktivitas guru yang berada pada kriteria minimal baik dengan keterlaksanaan langkah pembelajaran mencapai skor ≥ 35.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran bisa di katakan berhasil apabila jumlah aktivitas siswa berada pada kriteria minimal aktif dengan mencapai persentase keaktifan klasikal ≥ 80%.

Indikator ketuntasan hasil belajar ini di katakan berhasil atau tuntas apabila hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran berlangsung telah mencapai nilai minimal ≥ 70 secara individual sebagaimana KKM yang berlaku di sekolah, rata – rata kelas mencapai nilai ≥ 70 serta ketuntasan klasikal ≥ 80%.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Siklus I 1. Pertemuan 1 Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan skenario tindakan yang telah didiskusikan sebelumnya. Proses observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan melibatkan observer serta melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan observasi dan evaluasi ini dilaksanakan oleh tim peneliti. a. Observasi Kegiatan Pembelajaran Hasil observasi yang diamati oleh guru pamong pada siklus I pertemuan 1 terhadap aktivitas siswa secara ringkas dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Tidak Aktif; 57,15%; 57%

Aktif; 42,85%; 43%

Aktif Tidak Aktif

Gambar 1. GRAFIK OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS I PERTEMUAN 1 Berdasarkan grafik diatas tentang kegiatan pembelajaran berikut tentang tentang tentang konsep Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD yang dilaksanakan guru pada siklus I pertemuan 1, tergambar pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan. Ketercapaian dalam pembelajaran adalah (42,85%), tidak tercapai adalah (57,15%).

Dari pelaksanaan pada siklus I pertemuan 1 ini kurang memuaskan maka penelitian ini dilanjutkan pada pertemuan berikutnya 180

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

b. Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran berikut tentang konsep Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD yang dilaksanakan pada siklus I pertemuan 1 dapat disimpulkan pada gambar berikut ini :

25,42

TIDAK AKTIF

74,58

AKTIF

Gambar 2. GRAFIK OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I PERTEMUAN 1 Berdasarkan grafik diatas tentang berikut tentang konsep Energid Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD pada siklus I tiap-tiap pertemuan dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa pada pertemuan kesatu tentang keatifan siswa yang aktif sebesar 74,58 % dan tidak aktif dalam pembelajaran sebesae 25,42 % c. Observasi Hasil Belajar Siswa Siklus I Setelah pembelajaran pada pertemuan 1 pertemuan 1 , dilaksanakan evaluasi dengan tujuan untuk melihat hasil belajar siswa tentang konsep Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD berdasarkan hasil evaluasi siklus I pertemuan 1, tingkat ketuntasan dapat dilihat pada gambar berikut ini

Tuntas; 38,66% Tuntas

Tidak Tuntas; 61,34%

Tidak Tuntas

Gambar 3. GRAFIK NILAI HASIL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 1 181

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berdasarkan gambar tersebut mengenai hasil belajar siswa tentang Energid Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD persentasi ketuntasan sebesar 38,66%, dan yang tidak tuntas sebesar 61,34%. d. Refleksi Tindakan Penelitian Tahap ini merupakan tahapan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan oleh pengamat dan kemudian dilanjutkan dengan refleksi untuk mengetahui hasil/dampak dari penelitian tindakan yang telah dilakukan. Pengamatan yang telah dilakukan pengamat tentang kegiatan aktivitas pembelajaran guru (42,85%), dan aktivitas siswa dalam pembelajaran ( 74,58 % ) serta hasil belajar siklus I pertemuan 1 hanya mendapat (38,66%) saja maka dengan pertimbangan tersebut penelitian harus dilanjutkan pada siklus selanjutnya karena masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal.

2. Pertemuan 2 Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan skenario tindakan yang telah didiskusikan sebelumnya. Proses observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan melibatkan observer serta melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan observasi dan evaluasi ini dilaksanakan oleh tim peneliti. a. Observasi Kegiatan Pembelajaran Hasil observasi yang diamati oleh guru pamong pada siklus I pertemuan 2 terhadap aktivitas siswa secara ringkas dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Tidak Aktif; 33,34%

Aktif Tidak Aktif

Aktif; 66,66%

Gambar 4. GRAFIK OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS I PERTEMUAN 2 Berdasarkan grafik ketercapaian dalam pembelajaran adalah (61,90%), tidak tercapai adalah (38,10%). Dari pelaksanaan pada siklus I pertemuan 2 ini kurang memuaskan maka penelitian ini dilanjutkan pada pertemuan berikutnya b. Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran berikut tentang konsep Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD yang dilaksanakan pada siklus I pertemuan 2 dapat disimpulkan pada gambar berikut : 182

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

77,08 22,92 TIDAK AKTIF

AKTIF

Gambar 5. GRAFIK OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I PERTEMUAN 2 Berdasarkan grafik diatas tentang Pada pertemuan kedua tentang kesadaran diri Dan dari keatifan siswa yang aktif (77,08 %) dan tidak aktif dalam pembelajaran (22,92 %) c. Observasi Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2

Tidak Tuntas; 30,67%

Tuntas

Tuntas; 69,33%

Tidak Tuntas

Gambar 6. GRAFIK NILAI HASIL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 2 Berdasarkan grafik hasil belajar siswa tentang Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD persentasi hasil belajar siswa yang tuntas (69%) dan tidak tuntas (31%). d. Refleksi Tindakan Penelitian Tahap ini merupakan tahapan untuk menganalisis data yang telah d ikumpulkan oleh pengamat dan kemudian dilanjutkan dengan refleksi untuk mengetahui hasil/dampak dari penelitian tindakan yang telah dilakukan. Pengamatan yang telah dilakukan pengamat tentang kegiatan aktivitas pembelajaran guru (66,66%), dan aktivitas siswa dalam pembelajaran ( 77,08 %) serta hasil belajar siklus I pertemuan 1 hanya mendapat (69,33%) saja maka dengan pertimbangan tersebut penelitian masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal maka dilanjutkan siklus selanjutnya.

183

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

B. Siklus II 1. Pertemuan 1 Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan skenario tindakan yang telah didiskusikan sebelumnya. Proses observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan melibatkan observer serta melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan observasi dan evaluasi ini dilaksanakan oleh tim peneliti. a. Observasi Kegiatan Pembelajaran Hasil observasi yang diamati oleh guru pamong pada siklus I pertemuan 2 terhadap aktivitas siswa secara ringkas dapat dilihat pada gambar berikut ini : Tidak Aktif; 14,29%

Aktif

Aktif; 85,71%

Gambar 7.

Tidak Aktif

GRAFIK OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS II PERTEMUAN 1

Berdasarkan grafik diatas tentang kegiatan pembelajaran berikut tentang konsep Energi, keaktifan siswa untuk aktif sebesar 85,71%, dan tidak aktif sebesar 14,29%. Dari pelaksanaan pada siklus II pertemuan 1 ini kurang memuaskan maka penelitian ini dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. b. Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran berikut tentang konsep Energi Alternatif yang dilaksanakan pada siklus I pertemuan II dapat digambarkan berikut ini : 120%

90% AKTIF

60%

TIDAK AKTIF

89,50% 30%

17,05%

0%

Gambar 8.

GRAFIK OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II PERTEMUAN 1 184

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berdasarkan grafik tersebut pada siklus II pertemuan 1 dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa pada pertemuan kesatu tentang keaktifan siswa, yang aktif 82,92% dan tidak aktif dalam pembelajaran 17.08 % c. Observasi Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I Setelah pembelajaran pada Siklus II pertemuan I, dilaksanakan evaluasi dengan tujuan untuk melihat hasil belajar siswa tentang Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD. Berdasarkan hasil evaluasi siklus II pertemuan I secara ringkas disajikan dalam bentuk gambar berikut ini: Tidak Tuntas; 16% Tuntas Tidak Tuntas

Tuntas; 84%

Gambar 9.

GRAFIK NILAI HASIL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 2

Berdasarkan grafik diatas tentang hasil belajar siswa tentang Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD, persentasi hasil belajar siswa yang tuntas 84% dan tidak tuntas 16%. d. Refleksi Tindakan Penelitian Pengamatan yang telah dilakukan pengamat tentang kegiatan aktivitas pembelajaran guru 85,71% dan aktivitas siswa dalam pembelajaran 82,92% serta hasil belajar siklus II pertemuan I hanya mendapat 84% saja maka dengan pertimbangan tersebut penelitian mengalami peningkatan baik tetapi tetap dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

2. Pertemuan 2 Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan skenario tindakan yang telah didiskusikan sebelumnya. Proses observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan melibatkan observer serta melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan observasi dan evaluasi ini dilaksanakan oleh tim peneliti. a. Observasi Kegiatan Pembelajaran Hasil observasi yang diamati oleh guru pamong pada siklus II pertemuan 2 dapat digambarkan sebagai berikut :

185

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687 Tidak Aktif; 4,77% Aktif Tidak Aktif

Aktif; 95,23%

Gambar 10. GRAFIK OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS II PERTEMUAN 2 Berdasarkan grafik diatas tentang kegiatan pembelajaran berikut tentang Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD yang dilaksanakan, ketercapaian keaktifan pembelajaran adalah 95,23% aktif, dan tidak aktif sebesar 4,77%. b. Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran berikut tentang konsep Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD yang dilaksanakan pada siklus II pertemuan 2 dapat disimpulkan pada grafik berikut ini :

90%

87,08%

60% AKTIF TIDAK AKTIF 30% 12,92% 0% KEAKTIFAN

Gambar 11. GRAFIK OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II PERTEMUAN II Berdasarkan grafik diatas tentang Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD pada siklus II pertemuan II dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa siswa yang aktif sebesar 87,08% dan tidak aktif sebesar 12, 92 %

186

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

c. Observasi Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II Setelah pembelajaran pada pertemuan II pertemuan II, dilaksanakan evaluasi dengan tujuan untuk melihat hasil belajar siswa tentang Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD. Hasil prestasi dilihat dari ketuntasan pembelajaran, hal ini bisa dilihat pada gambar berikut: Tidak Tuntas; 3,34% Tuntas Tidak Tuntas

Tuntas; 96,66%

Gambar 12. GRAFIK NILAI HASIL EVALUASI SIKLUS I PERTEMUAN 2 Berdasarkan grafik diatas tentang berikut mengenai hasil belajar siswa tentang Energi Alternatif dengan metode Kooperatif Tipe STAD, persentasi hasil belajar siswa yang tuntas 96,66%, dan tidak tuntas 3,34%. d. Refleksi Tindakan Penelitian Pengamatan yang telah dilakukan pengamat tentang kegiatan aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 87.08%, dan hasil belajar siklus II pertemuan I ketuntasannya mencapai 96,66%, maka penelitian ini sangat memuaskan dan penelitian ini dapat diterima.

B. Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh aktivitas siswa yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu pada siklus I pertemuan I sebesar 74,58% sedangkan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 87,90%. Berdasarkan hasil tersebut, maka pembelajar an tentang aktivitas siswa dalam penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD ini semakin meningkat.

Selanjutnya hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan I dari 3 orang siswa semua siswa tuntas atau sebesar 38,66% dan pada siklus II pertemuan 2 siswa yang tuntas meningkat menjadi 19 orang atau sebesar (96,66%).

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Adapun beberapa kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas sebagai berikut: 1. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Kooperatif Tipe STAD pada mata pelajaran IPA materi energi alternatif di kelas VI SDN Tamban Kecil secara bertahap dinyatakan berhasil. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan observer telah mampu mencapai 187

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

kriteria sangat baik dengan pencapaian skor 1.450 dengan presentase keberhasilan guru 96,66%.

2. Aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Kooperatif Tipe STAD pada mata pelajaran IPA materi energi alternatif di kelas VI SDN Tamban Kecil secara bertahap dinyatakan berhasil. Hal ini dilihat dari hasil observasi yang dilakukan dimana aktivitas siswa telah mampu mencapai kriteria sangat aktif dengan keaktifan secara klasikal 96,66% dan telah mampu melampaui indikator keberhasilan.

3. Dengan menggunakan model Kooperatif Tipe STAD pada mata pelajaran IPA materi energi alternatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VI SDN Tamban Kecil dengan keberhasilan hasil belajar 96,66%.

B. Saran-saran Adapun saran berdasarkan hasil kesimpulan di atas sebagai berikut: 1. Bagi guru yang mengalami kesulitan yang sama dalam mengajar pembelajaran IPA hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan media alat peraga serta bisa ditambah dengan model pembelajaran lainnya.

2. Bagi siswa disarankan untuk lebih melatih menemukan sendiri pengetahuannya dalam pembelajaran serta dapat memberikan pengaruh yang positif kepada siswa dalam menumbuhkan motivasi belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. (2004). Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. (2003). Sistem Pendidikan Nasional Jakarta: Depdiknas.

Muslich, Mansur. (2007). Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.

Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S. (2009). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazarudin. (2007). Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Repositorypdf, (2011). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Diakses 29 Des 2021 Eprints, (2011). IPA Merupakan singkatan dari (Ilmu Pengetahuan Alam). Diakses 29 Des 2021.

Sumaji, (1998). Ilmu Pengetahuan Alam secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam. Yogyakarta.

Holton, Roller, (1958) mendefinisikan IPA atau sains (dalam arti sempit), Diakses 29 Des 2021.

Gilang, (2020). Aktifitas Belajar Siswa .Diakses pada tgl 01/05/2016 Thobroni, Muhamad dan Arif Mustafa.

(2013).

Belajar dan Pembelajaran.Jogyakarta: Ar-ruza Media Heni, (2021). Energi Alternatif dengan bermacam-macam Alternatifnya. Diakses 2022

188

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENGGUNAAN BIMBINGAN BERKELANJUTAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 1 KURIPAN Rusdi Amali (Kepala SMA Negeri 1 Kuriban, Barito Kuala) e-mail : rusdiamali67@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan, pertama, bagaimana penggunaan Bimbingan Berkelanjutan untuk meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Kuripan Tahun Pelajaran 2018/2019. Kedua, apakah terjadi peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran setelah dilaksanakan Bimbingan Berkelanjutan di SMA Negeri 1 Kuripan Tahun Pelajaran 2018/2019. Kegiatan bimbingan berkelanjutan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya. Bimbingan berkelanjutan memberi implikasi pada pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya.

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata ada 7 komponen dalam RPP yang masih belum dikuasai secara maksimal oleh guru, yakni Komponen pencantuman tujuan pembelajaran pada RPP, Komponen materi pembelajaran, Komponen media, alat dan sumber pembelajaran, Komponen langkah-langkah kegiatan RPP, Komponen langkah penilaian, Komponen langkah pengayaan dan Komponen langkah remedial dalam RPP. Untuk Komponen pencantuman tujuan pembelajaran pada RPP pada Siklus I persentasenya sebesar 70,59 %, di Siklus II menjadi 82,35% ada peningkatan sebesar 11,76%. Untuk komponen materi pembelajaran dalam Siklus I nilai persentasenya 69,12%, di siklus II menjadi 80,88% atau terjadi peningkatan sebesar 11,76% Untuk Komponen media, alat dan sumber pembelajaran pada Siklus I sebesar 61,76% dan di Siklus II menjadi 83,82% ini berarti terjadi peningkatan sebesar 22,06%. Untuk Komponen langkah-langkah kegiatan RPP dalam Siklus I persentasenya 70,59% di Siklus kedua menjadi 77,94% ini terjadi peningkatan sebesar 7,35%. Untuk Komponen langkah penilaian pada siklus I sebesar 70,59%. Sedangkan di Siklus II 91,18% maka terjadi peningkatan sebesar 20,59 Untuk Komponen 11, langkah pengayaan penilaian pada siklus I, nilai persentasenya sebesar 50,00% sedangkan pada siklus II, menjadi 88,24 sebesar 38,24%. Untuk komponen komponen langkah remedial, nilai persentasenya pada siklus I sebesar 50%. pada Siklus II menjadi 86,76 atau meningkat sebesar 36,76% Kata kunci: Bimbingan Berkelanjutan, Komponen RPP

189

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

USE OF CONTINUOUS GUIDANCE TO IMPROVE TEACHER'S COMPETENCE IN DEVELOPING A LESSON PLAN AT SMA NEGERI 1 KURIPAN ABSTRACT The purpose of this research is to answer the questions, first, how to use Continuous Guidance to improve Teacher Competence in Developing lesson plan at SMA Negeri 1 Kuripan for the 2018/2019 academic year. Second, is there an increase in Teacher Competence in Developing lesson plan after the Sustainable Guidance is implemented at SMA Negeri 1 Kuripan for the 2018/2019 academic year. Continuous guidance activities as assistance given to individuals to be able to choose, prepare for and assume a position and get progress in the position they choose. Continuous guidance has implications for providing assistance to individuals in a sustainable and systematic manner carried out by an expert who has received special training for that purpose, so that individuals can understand themselves and their environment.

Based on the results of the study, it turns out that there are 7 components in the lesson plan that are still not fully mastered by the teacher, namely the component of inclusion of learning objectives in the lesson plan, component of learning materials, component of media, learning tools and resources, component of lesson plans activity steps, component of assessment steps, Components of enrichment steps and Components of remedial steps in RPP. For components of inclusion of learning objectives in the lesson plans in Cycle I the percentage is 70.59%, in Cycle II to 82.35% there is an increase of 11.76%. For components of learning materials in Cycle I the percentage value is 69.12%, in cycle II it becomes 80.88% or an increase of 11.76%. For components of media, tools and learning resources in Cycle I it is 61.76% and in Cycle II to 83.82% this means an increase of 22.06%. For the components of the RPP activity steps in Cycle I the percentage was 70.59% in the second cycle to 77.94%, this was an increase of 7.35%. For the component of the assessment step in the first cycle of 70.59%. While in Cycle II it was 91.18%, there was an increase of 20.59. For Component 11, the assessment enrichment step in Cycle I, the percentage value was 50.00%, while in Cycle II, it was 88.24 by 38.24%. For components of remedial steps, the percentage value in the first cycle is 50%. in Cycle II to 86.76 or an increase of 36.76% Keywords: Continuous Guidance, Components of RP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran guru dalam pendidikan di sekolah sangatlah penting, karena gurulah yang setiap hari berhadapan dengan siswa di kelas, dan dari tangan gurulah pengelolaan pembelajaran yang baik akan menghasilkan siswa yang baik pula, sehingga tidak salah bila guru menjadi tulang punggung investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju.

190

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentunya sangat memperhatikan keberadaan guru, karena ini komponen paling penting di antara komponen system pendidikan lainnnya dan ini bisa kita lihat besarnya perhatian terhadap guru sebagai komponen pendidikan terlihat dari banyaknya kebijakan khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.

Mengingat pentingnya keberadaan guru, maka usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya. (Imron, 2000:5).

Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran.

RPP memuat Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian.

Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuat dengan alasan ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RPP masih ditemukan adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian (soal, skor dan kunci jawaban), serta langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Soal, skor, dan kunci jawaban merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pada komponen penilaian ( penskoran dan kunci jawaban) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di kepala. Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar guru khususnya di sekolah ini belum mendapatkan pelatihan pengembangan RPP. Dengan keadaan demikian, kepala sekolah sebagai pembina sekolah berusaha untuk memberikan bimbingan berkelanjutan pada guru dalam menyusun RPP secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional pendidikan. Hal itu juga sesuai dengan Tupoksi peneliti sebagai kepala sekolah salah satu tugasnya adalah supervisi akademik yaitu membina guru.

B. Kepala Sekolah dan Kompetensinya Kompetensi kepala sekolah secara umum adalah sifat dan keterampilan kepemimpinan, kemampuan pemecahan masalah, keterampilan sosial, pengetahuan dan kompetensi professional ( sebagai pendidik, manajer, leader, supervisor, administrator, motivator, organisator, innovator ). Diantara 191

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

hal yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah diantaranya 1. Kepribadian yang kuat, yaitu pribadi yang percaya diri, berani, semangat, murah hati, dan memiliki kepekaan social 2. Memahami tujuan pendidikan dengan baik 3. Memiliki pengetahuan yang luas 4. Memiliki keterampilan profesional, yaitu keterampilan yang terkait dengan tugasnya sebagai sekolah Kepala sekolah juga memiliki fungsi dan tugas sebagai berikut : 1. Kepala sekolah sebagai educator ( pendidik ) 2. Kepala sekolah sebagai manajer 3. Kepala sekolah sebagai administrator 4. Kepala sekolah sebagai supervisor 5. Kepala sekolah sebagai leader 6. Kepala sekolah sebagai innovator ( Syafarrudin,2005).

Sesuai dengan standar kompetensi kepala sekolah menurut Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007, bahwa kepala sekolah sebagai supervisor, harus memiliki kompetensi supervisi, diantaranya : 1. Merencanakan program supervisi dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

2. Melaksanakan supervisi terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3. Menindaklanjuti hasil supervisi terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru (Jamil Suprihatiningrum, 2013:305 ).

C. Supervisi Kepala Sekolah Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super” dan “visi” yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan (E.Mulyasa, 2012 : 239 ).

Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif (Purwanto,1998:76). Sedangkan Wiyono (1989:180) mencoba mendefinisikan supervisi dengan mengkaitkan fungsi pimpinan umum yang mengkoordinasikan dan memimpin kegiatan-kegiatan sekolah yang berhubungan dengan kegiatan belajar.

Supervisi adalah usaha memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru- guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran (Sahertian,2000:19).

D. Bimbingan Berkelanjutan Fatihah (2011) menyatakan, “bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.” Dari pengertian ini menujukkan bahwa bimbingan memberi implikasi pada pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, 192

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mengatasi kendala yang dialami guru, peneliti mencoba menawarkan bimbingan berkelanjutan. Chiskon menyatakan, “bimbingan membantu individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang dirinya sendiri. Bimbingan dilakukan untuk meningkatkan perwujudan diri individu.” Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.” Dari beberapa pengertian bimbingan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti sebagai kepala sekolah berusaha untuk memberi bimbingan berkelanjutan pada guru dalam menyusun RPP secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional pendidikan. Hal itu juga sesuai dengan Tupoksi peneliti sebagai kepala sekolah sekolah memiliki kompetensi salah satunya adalah supervisi akademik yaitu membina guru. Peneliti mencoba untuk mengambil tindakan dengan memberi penjelasan dan bimbingan berkelanjutan serta arahan kepada guru tentang pentingnya seorang guru membuat RPP secara lengkap melalui diskusi dan pendampingan kurikulum 2013. Dengan bimbingan berkelanjutan diharapkan guru termotivasi dalam menyusun RPP dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau panduan dalam mengajar, agar KI dan KD yang terdapat dalam standar isi dapat tersampaikan semua karena sudah ada dalam RPP yang dibuat oleh guru. Untuk mencoba melihat proses peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP melalui instrumen proses yang telah dirancang yaituberupa lembar observasi RPP yang memuat sebelas komponen, yaitu: 1) identitas mata pelajaran, 2) KI, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasi waktu, 8) metode pembelajaran, 9) kegiatan pembelajaran, 10) sumber belajar, dan 11) penilaian hasil belajar (soal, skor dan kunci jawaban), untuk melihat apakah guru sudah membuat RPP dengan lengkap.

II. METODE PENELITIAN Pelaksanaan Tindakan Sekolah (PTS) ini di SMA Negeri 1 Kuripan Kabupaten Barito Kuala (BATOLA), Sekolah ini beralamat di Desa Rimbun Tulang Kecamatan Kuripan, dengan kode pos 70552. Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan mutu guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penelitian tindakan Sekolah hampir mirip dengan Penelitian Tindakan kelas (PTK), istilah bahasa Inggris Classroom Action 193

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Yang berbeda hanyalah pada subyek yang diteliti, apabila PTK lebih mengarah siswa sebgai subyek peneliti, maka PTS pada penelitian ini gurulah yang menjadi subyek penelitian.

Subyek penelitian seluruh guru SMA Negeri 1 Kuripan Tahun Pelajaran 2018/2019 baik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, maupun yang berstatus Honorer Provinsi jumlahnya sebanyak 18 orang. Distribusi guru berdasarkan kelamin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 No. 1.

2.

DATA GURU BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN PELAJARAN 2018/2019 JENIS KELAMIN Jumlah Laki-laki 6 Perempulan 12 Total 18

Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan untuk meningkatkan Kompetensi guru dalam menyusun rencana perlaksanaan pembelajaran (RPP) dengan lengkap. PTS ini dilaksanakan pada semester satu tahun pelajaran 2018/2019 selama kurang lebih satu setengah bulan mulai Juli – September 201 8.

A. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam kegiatan PTS ini digunakan beberapa cara yakni, melalui wawancara, observasi dan diskusi, dengan penjelasanaan sebagai berikut : 1. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru terhadap RPP. 2. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap. Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen RPP yang telah dibuat dan yang belum dibuat oleh guru .

3. Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru., Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara peneliti dengan guru.

B. Prosedur Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru dalam menyusun RPP. Selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna meningkatkan kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

Prosedur penelitian rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dkk. Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian 194

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tindakan Sekolah merupakan penelitian yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.

C. Prosedur Pelaksanaan Rencana pelaksanaan dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Siklus I a. Peneliti merencanakan tindakan pada siklus I (membuat format/instrumen wawancara, penilaian RPP, rekapitulasi hasil penyusunan RPP). b. Peneliti memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau hambatan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. c. Peneliti menjelaskan kepada guru tentang pentingnya RPP dibuat secara lengkap. d. Peneliti memberikan bimbingan dalam pengembangan RPP. e. Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RPP yang telah dibuat guru. f. Peneliti melakukan revisi atau perbaikan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang lengkap. g. Peneliti dan guru melakukan refleksi.

2. Siklus II a. Peneliti merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada revisi/ perbaikan pada siklus I, seperti menugasi guru menyusun RPP yang kedua, mengumpulkan, dan melakukan pembimbingan penyusunan RPP. b. Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana siklus II. c. Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RPP yang telah dibuat guru. d. Peneliti melakukan perbaikan atau revisi penyusunan RPP. e. Peneliti dan guru melakukan refleksi.

D. Indikator Keberhasilan Peneliti mengharapkan secara rinci indikator pencapaian hasil adalah nilai 13 komponen dalam angket secara persentase komulatif paling rendah atau sama dengan 75 %. Angket bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 CONTOH ANGKET YANG DIGUNAKAN DALAM OBSERVASI No. KOMPONEN NILAI KETERANGAN 1 2 3 4 1.

Mencantumkan Identitas 2.

Mencantumkan kompetensi Inti 3.

Mencantumkan Kompetensi Dasar 4.

Mencantumkan Indikator Pencapaian Kompetensi 5.

Mencantumkan Tujuan Pembelajaran 6.

Mencantumkan Materi Pembelajaran 195

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No.

KOMPONEN

NILAI 2 3

KETERANGAN

1 4 Mencantumkan Metode Pembelajaran Mencantumkan Media, alat dan sumber pembelajaran 9.

Mencantumkan langkah-langkah kegiatan 10. Mencantumkan langkah penilaian 11. Mencantumkan langkah-langkah pengayaan 12. Mencantumakan langkah-langkah Remedial 13. Ditandatangani oleh guru yang bersangkutan dan kepala Sekolah Keterangan Skor 1. Tidak mencantumkan 2. Mencantumkan tetapi tidak lengkap 3. Mencantumkan secara lengkap 4. Mencantumkan secara lengkap dan sinkron E. Tenik Analisis Komponen RPP Analisis angket atau observasi dengan lembaran dilakukan dengan menghitung prosentase dari hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti terhadapp guru, berdasarkan Agnes (2013:38) seperti yang dikutip oleh Sugihartono, dengan interval seperti dalam tabel berikut ini ; 7.

8.

Tabel 3 INTERPRETASI PERSENTASE Besaran Persentase Interpretasi 0 1–5 6 – 25 26 – 49 50 51 – 75 76 – 95 96 – 99 100

Tidak ada seorang pun Hampir Tidak Ada Sebagian kecil Hampir Setengahnya Setengahnya Lebih dari setengah Sebagian besar Hampir seluruhnya Seluruhnya

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN\ A. Deskripsi Siklus I 1. Perencanaan Peneliti merencanakan tindakan pada siklus I membuat format angket penilaian RPP agar bisa dilaksanakan dalam penilaian terhadap RPP yang dibuat oleh guru pada awal tahun pelajaran.

2. Pelaksanaan 196

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Rapat bulanan dilaksanakan setiap tanggal 30 dalam rapat ini khusus membicarakan masalah perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut: a. peneliti memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau hambatan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. b. Peneliti menjelaskan kepada guru tentang pentingnya RPP dibuat secara lengkap. c. Peneliti memberikan bimbingan dalam pengembangan RPP. d. Peneliti mencontohkan satu RPP yang perlu direvisi, dan bagian mana saja yang memang harus diadakan perbaikan oleh guru. e. Peneliti memberikan waktu 15 hari kepada guru untuk menyelesaikan RPP mereka, dan paling lambat dikumpul pada hari Rabu pada tanggal 15 Agustus 2018. Selama waktu itu, guru sangat dipersilakan untuk bertanya kepada peneliti sebagai kepala sekolahnya apa saja yang tidak dimengerti atau kurang dipahami guru.

3. Observasi Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti, untuk mengamati scara tidak langsung apakah guru-guru melaksanakan tugas yang diberikan, dan kadang kala guru-guru pada saat tertentu baik secara berkelompok atau perorang diingatkan pekerjaan mereka untuk memperbaiki RPP mereka. Dan hari Rabu tanggal 15 Agustus semua RPP yang sudah dibuat diserahkan kepada peneliti untuk diperiksa berdasarkan format angket.

B. Hasil Pengamatan Pada Siklus I Hasil pengamatan dari tindakan siklus I terbagi menjadi 13 bagian komponen RPP yang dibuat guru dan diinterpretasi satu persatu, untuk dillihat perkembangan dari supervisi perbaikan RPP ini.

Untuk komponen identitas dalam RPP, seperti identitas sekolah, kelas, semester dan yang lainnya. Maka berdasarkan pengamatan terhadap RPP yang telah diserahkan guru-guru, maka skor nilai komponen dengan penilaiannya skor yang didapatkan dari hasil penilaian kepala sekolah sebagai atasan mereka, dan sebagai peneliti pada penelitian tindakan sekolah ini, tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.

No. 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

HASIL ANGKET PADA SIKLUS I KOMPONEN SKOR (DALAM PERSEN) 1 2 3 4 Mencantumkan Identitas 100 Mencantumkan kompetensi Inti 100 Mencantumkan Kompetensi Dasar 100 Mencantumkan Indikator Pencapaian 100 Kompetensi Mencantumkan Tujuan Pembelajaran 17,65 35,29 17,65 Mencantumkan Materi Pembelajaran 14,71 48,53 5,88 Mencantumkan Metode Pembelajaran 75,00 197

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No.

KOMPONEN

SKOR (DALAM PERSEN) 1 2 3 4 26,47 35,29

8.

Mencantumkan Media, alat dan sumber pembelajaran 9.

Mencantumkan langkah-langkah kegiatan 10. Mencantumkan langkah penilaian 11. Mencantumkan langkah-langkah pengayaan 12. Mencantumakan langkah-langkah Remedial 13. Ditandatangani oleh guru yang bersangkutan dan kepala Sekolah Keterangan Skor 1. Tidak mencantumkan 2. Mencantumkan tetapi tidak lengkap 3. Mencantumkan secara lengkap 4. Mencantumkan secara lengkap dan sinkron

8,82

61,76

8,82 50,00

61,76

50,00 100

Dari tabel 4 pengisian terlihat untuk komponen identitas persentasenya 100%, berarti sudah baik, lengkap dan sikron, dan bisa diambil kesimpulan seluruh guru sudah melaksanakannya. Sedangkan untuk komponen kedua, yakni mencantumkan kompotensi inti dalam RPP mereka hasil pengamatan menunjukkan 100%, Ini berarti semuanya sudah mencantumkan. Sedanngkan untuk komponen selanjutnya, adalah pencantuman kompetensi Dasar, berdasarkan hasil pengamatan persentasenya 100%, berarti semua guru sudah mencantumkan dalam RPP mereka. Untuk pencantuman indikator pencapaian kompotensi, hasil pengamatannya sebesar 100% juga, berarti seluruh guru sudah mencantumkan indikator pencapaian kompetensi tersebut dalam setiap RPP mereka.

Untuk pencantuman komponen tujuan pembelajaran terlihat ada 17,65% orang guru yang mencantumkan tujuan pembelajaran namun tidak lengkap, sedangkan ada guru juga yang mencantumkannya secara singkat ini sebanyak 35,29%. Sedangkan guru yang benar-benar lengkap, ada 17,69.

Sedangkan total skornya sebesar 70,59%.

Untuk komponen pencantuman materi pelajaran pada RPP, guru yang mencantumkan materi pelajaran yang tidak lengkap sebanyak 14,71%.

Sedangkan yang mencantumkan secara lengkap sebanyak 48,53%, dan untuk yang mencantumkan lengkap dan sinkron sebesar 5,88%. Sedangkan skor gabungannya sebesar 69,12%.

Selanjutnya untuk komponen metode pembelajaran, maka hasil pengamatan terhadap RPP yang mencantumkan secara lengkap yakni 100%, atau semuanya sudah mencantumkan secara lengkap metode pemebelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran, dan skor total sebesar 75,00%.

Sedangkan untuk komponen mencantumkan media, alat dan sumber pembelajaran dalam RPP terlihat bahwa hampir setengahnya (26,47%) 198

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

mencantumkan media, alat dan sumber pembelajaran dalam RPP mereka, namun pencantuman itu tidak lengkap secara keseluruhan, ada saja hal-hal yang masih terlupakan oleh guru untuk dicantumkan, sedangkan sisanya yakni hampir setengahnya juga (35,29%) yang mencantumkan media, alat dan sumber pembelajaran seara lengkap dalam RPP mereka.

Untuk komponen mencantumkan langkah-langkah kegiatan dalam RPP, hasil pengamatan langkah-langkah kegiatan RPP lengkap dengan durasi waktunya, ternyata lebih separuh guru atau 50,75% mencantumkan secara lengkap, dan sedikit guru (8,82%) guru yang mencantumkan tidak lengkap, dan pencantumannya ini masih terlihat ada yang tidak singkron, ini bisa diduga guru-guru melakukan penyalinan RPP begitu saja dari RPP terdahulu atau orang lain, sehingga kurang memperhatikan sinkronisasi materi yang dibahas dengan jalannya kegiatan KBM. Sedangkan komponen selanjutnya yakni komponen mencantumkan langkah penilaian lebih setengah guru 61,76% mencantumkan secara lengkap. Pencantuman tersebut mencantumkan soal-soal yang diberikan, dilengkapi dengan jawaban dari soal-soal tersebut. Sedangkan sedikit sekali guru (8,82%) yang belum mencantumkan secara lengkap. Sedangkan skor untuk aspek ini 70,% secara keseluruhan.

Untuk langkah pengayaan dalam RPP, hasil pengamatan terhadap angket semua guru banyak yang diberikan skor 2, artinya 100% guru hanya mencantumkan namun tidak lengkap dalam hal pengayaan. Pencantuman tersebut hanya mencantumkan soal-soal yang diberikan, tidak dilengkapi dengan jawaban dari soal-soal tersebut, apalagi dengan alasan mengapa soal tersebut diberikan, atau istilahnya tidak ada kisi-kisinya. Skor untuk item ini sebesar 50%.

Sedangkan untuk langkah remedial, hasil pengamatan terhadap RPP, guru diberikan skor 2, artinya 100% guru hanya mencantumkan namun tidak lengkap dalam hal remedial. Pencantuman tersebut hanya mencantumkan soalsoal yang diberikan, tidak dilengkapi dengan jawaban dari soal-soal tersebut, apalagi dengan alasan mengapa soal tersebut diberikan, atau istilahnya tidak ada kisi-kisinya. Memang benar, guru beralasan ada lampiran yang khusus untuk langkah remedial ini, namun sayang sekali, dokumen tersebut tidak bisa diperlihatkan guru kepada kepala sekolah atau peneliti, sehinggga dianggap tidak lengkap.

Sedangkan untuk komponen terakhir, setiap guru mendapatkan nilai atau skor 4, dan persentasenya mencapai 100% ini berarti semua guru sudah mencantumkan validasi RPP berupa tanda tangan guru yang bersangkutan, dan tanda tangan dari kepala sekolah.

C. Refleksi Hasil Siklus I Dari pengamatan yang telah dilakukan berdasarkan hasil angket dan pengamatan RPP guru SMK Negeri 1 Kuripan, dari 13 komponen RPP yang dinilai maka 6 komponen saja yang bisa di raih oleh seluruh guru dengan nilai 4, yakni komponen mencantumkan identitas, mencantumkan kompetensi inti, mencantumkan kompetensi dasar, dan mencantumkan indikator pencapaian kompetensi, serta validasi RPP yang ditandatangani oleh guru dan kepala sekolah. Sementara 7 komponen lainnya masih belum bisa mencapai skor 3 199

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

atau 4 secara 100%, ini berarti 7 komponen dicantumkan tetapi tidak lengkap, dan nilai komulatif persentasinya juga tidak mencapai 75%. Hal ini lebih mudah dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

125%

100%

100% 100% 100% 100%

100%

71%

75%

69%

75%

71%

71%

62% 50%

50%

50%

11

12

25% 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

13

Gambar 1 DISTRIBUSI OBSERVASI TERHADAP RPP GURU Dari gambar 4.1 dapat dilihat dengan jelas ada 7 komponen yang belum mencapai nilai persentasi ≥ 75%, yakni komponen 5, komponen 6, komponen 8, komponen 9, komponen 10, komponen 11, dan komponen 12.

Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus I tersebut, maka hal yang perlu dibenahi adalah 7 komponen yang belum sempurna tersebut, dengan kembali menggelar pertemuan untuk memberikan bimbingan tentang penyempurnaan RPP. D. Diskripsi Siklus II 1. Perencanaan Peneliti merencanakan tindakan pada siklus II membuat format angket penilaian RPP yang hanya mencantumkan 7 komponen yang akan dinilai ulang, Karena hasil di siklus I belum mencapai 75% secara kumulatifnya. Peneliti juga merancang kegiatan pertemuan untuk perbaikan RPP, pada Kamis tanggal 30 Agustus 2018.

2. Pelaksanaan Rapat dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus membicarakan masalah perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut: a. peneliti menyampaikan hasil dari kegiatan pengamatan pada Siklus I, masih terdapat 7 komponen yang harus diperbaiki oleh guru dalam pembuatan RPP. b. memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau hambatan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terutama dari 7 komponen tersebut.

200

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

c. Peneliti menjelaskan cara-cara untuk melengkapi 7 komponen tersebut. d. Peneliti memberikan bimbingan dalam pengembangan RPP. e. Peneliti memberikan waktu 15 hari kepada guru untuk menyelesaikan RPP mereka, dan paling lambat dikumpul pada hari Senin, tanggal 10 September 2018.

3. Observasi Hari Senin, tanggal 10 September semua RPP yang sudah diperbaiki diserahkan kepada peneliti untuk diperiksa berdasarkan format angket, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini E. Hasil Pengamatan Pada Siklus II Hasil pengamatan dari tindakan siklus II terbagi menjadi 7 bagian komponen RPP yang diperbaiki oleh guru, dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5 No. 5.

6.

8.

9.

10.

11.

12.

HASIL ANGKET PENILAIAN PADA SIKLUS II KOMPONEN SKOR (DALAM PERSEN) 1 2 3 4 Mencantumkan Tujuan Pembelajaran 52,94 29,41 Mencantumkan Materi Pembelajaran 57,35 23,53 Mencantumkan Media, alat dan 48,53 35,29 sumber pembelajaran Mencantumkan langkah-langkah 66,18 11,76 kegiatan Mencantumkan langkah penilaian 26,47 6,714 Mencantumkan langkah-langkah 35,29 52,95 pengayaan Mencantumakan langkah-langkah 39,71 47,06 Remedial

Untuk pencantuman tujuan pembelajaran terjadi perbaikan skornya, sekarang pada siklus II lebih setengahnya atau 52,94% mencantumkan secara lengkap, dan sedikit guru atau 29,41% mencantumkan secara lengkap dan sinkron. Sedangkan nilai totalnya sebesar 82,35% Untuk komponen pencantuman materi pembelajaran pada RPP pada Siklus II guru yang mencantumkan materi pelajaran secara lengkap sebanyak 57,,35% dan sebagian kecil atau 23,53% mencantumkan secara lengkap dan sinkron. Sedangkan nilai total persentase sebesar 80,88%.

Untuk komponen mencantumkan media, alat dan sumber pembelajaran hasil pengamatan pada siklus II sebanyak 48,53% sudah mencantumkan secara lengkap mencantumkan media, alat dan sumber pembelajaran dalam RPP mereka, dan sebanyak 53,29% mencantumkan media, alat dan sumber pembelajaran secara lengkap dan singkron. Sedangkan persentase secara menyeluruh sebesar 83,82%.

Untuk hasil pengamatan terhadap komponen nomor 9, yakni komponen hasil langkah-langkah kegiatan pada RPP, berdasarkan hasil pengamatan pada RPP di siklus II, guru yang mencantumkan langkah201

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

langkah kegiatan RPP lengkap dengan durasi waktunya sudah sebanyak 66,18%. Dan yang mencantumkan secara lengkap dan singkron sebanyak 11,76%. Sedangkan total persentase dari komponenini sebesar 77,94%.

Untuk komponen langkah penilaian, hasil pengamatan pada siklus II , untuk mencantumkan langkah-langkah penilaian secara lengkap sebanyak 26,47%. Sedangkan yang mencantumkan langkah-langkah penilaian secara lengkap dan singkron sebesar 64,71%. Dan total dari persentase pada komponen ini sebesar 91,18%.

Untuk langkah pengayaan yang dituangkan dalam RPP pada Siklus II ini guru yang mencantumkan secara lengkap sebesar 35,29%. Dan yang mencantumkan secara lengkap dan singkron sebesar 52,94. Sementara untuk total persentasenya sebesar 88,24%. Pencantuman secara lengkap dan singkron ini berarti mencantumkan soal-soal yang diberikan, dilengkapi dengan jawaban dari soal-soal tersebut, dan alasan mengapa soal tersebut diberikan, atau istilahnya ada kisi-kisinya.

Untuk komponen langkah remedial yang terdapat dalam komponen RPP. Bila dikatakan lengkap dan singkron, maka Pencantuman mencantumkan soal-soal yang diberikan, dilengkapi dengan jawaban dari soal-soal tersebut, dan alasan mengapa soal tersebut diberikan, atau istilahnya ada kisi-kisinya. berdasarkan pengamatan pada Siklus II sebanyak 39,71% guru sudah mencantumkannya secarwa lengkap yakni mencantumkan soal-soal yang diberikan, dilengkapi dengan jawaban dari soal-soal tersebut. Namun belum menyebutkan alasan mengapa soal tersebut diberikan, atau istilahnya ada kisi-kisinya. Sedangkan dari tabel 4.22 ini juga dapat dilihat bahwa persentase lengkap dan singkron sebesar 47,06%. Untuk total persentase pada komponen pengayaan ini sebesar 86,76%.

F. Refleksi Hasil Siklus II Dari pengamatan 7 komponen yang harus diperbaiki oleh guru, agar komponen itu diadakan secara lengkap, hasil pengamatan di sikulus II bisa dilihat pada gambar 2 berikut ini.

95% 91% 90% 85%

88% 82%

87%

84% 81%

80%

78%

75% 70% KOM 5

Gambar 2.

KOM 6

KOMP 8

KOMP 9

KOMP 10

KOMP 11

KOMP 12

TOTAL SKOR 7 KOMPONEN DI SIKLUS II 202

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

G. Pembahasan Hasil Siklus I dan Siklus II Pada siklus I didapatkan 7 komponen yang ada dalam RPP masih belum dicantumkan secara lengkap, atau dicantumkan secara lengkap dan sinkron, dan bila dijadikan dengan persentase, tidak mencapai minimal 75%. Namun tindakan siklus II, maka 7 komponen tersebut sudah dilengkapi oleh para guru, sehingga seluruh komponen yang ada dalam RPP minimal dicantukan secara lengkap, dan sangat lebih baik dicantumkan secara lengkap dan sinkron dengan keadaanya, bahkan persentasenya bisa mencapai minimal 75%. Tujuh komponen yang menjadi titik perhatian tersebut adalah 1. Komponen 5, yakni pencantuman tujuan pembelajaran pada RPP 2. Komponen 6, yakni materi pembelajaran 3. Komponen 8, yakni media, alat dan sumber pembelajaran.

4. Komponen 9, yakni langkah-langkah kegiatan RPP. 5. Komponen 10, yakni langkah penilaian 6. Komponen 11, yakni langkah pengayaan 7. Komponen 12, yakni langkah remedial Hasil pengamatan terhadap rataan 7 komponen RPP yang bermasalah secara persentase dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.

0,9 0,75

91% 82% 71%

81%

84%

69%

78% 71%

88%

87%

71%

62% 0,6

50%

50%

0,45 0,3 0,15 0 KOMP 5

KOMP 6

KOMP 8

KOMP 9

SIKLUS I

KOMP 10

KOMP 11

KOMP 12

SIKLUS II

Gambar 3. PERBANDINGAN PERSENTASE 7 KOMPONEN ANTARA SIKLUS I DAN SIKLUS II Dari gambar 3 tersebut, bisa kita bandingkan antara hasil tindakan pada siklus I dan II. Untuk Komponen 5, atau pencantuman tujuan pembelajaran pada RPP pada Siklus I persentasenya sebesar 70,59 %, dan di Siklus II sudah berubah menjadi 82,35% ada peningkatan sebesar 11,76%.

Pada komponen 6, yakni materi pembelajaran dalam Siklus I nilai persentasenya 69,12%, di siklus II sudah berubah menjadi 80,88% atau terjadi peningkatan sebesar 11,76% Sedangkan untuk Komponen 8, yakni media, alat dan sumber 203

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

pembelajaran pada Siklus I tercatat sebesar 61,76% dan di Siklus II tercatat menjadi 83,82% ini berarti terjadi peningkatan sebesar 22,06%.

Pada Komponen 9, yakni langkah-langkah kegiatan RPP dalam Siklus I persentasenya mencapai 70,59% sedangkan di Siklus kedua menjadi 77,94% ini terjadi peningkatan sebesar 7,35%.

Untuk Komponen 10, yakni langkah penilaian pada siklus I nilai persentasenya sebesar 70,59%. Sedangkan di Siklus II nilai total persentasenya sebesar 91,18 maka terjadi peningkatan sebesar 20,59 Komponen 11, yakni langkah pengayaan penilaian pada siklus I, nilai persenasenya sebesar 50,00% sedangkan pada siklus II, nilainya menjadi 88,24 meningkat sebesar 38,24%.

Untuk komponen terakhir yakni komponen 12, nilai persentasenya pada siklus I sebesar 50%. Maka pada Siklus II meningkat menjadi 86,76 atau meningkat sebesar 36,76%.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun RPP dengan lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun RPP setelah mendapatkan bimbingan pengembangan/ penyusunan RPP dari peneliti.

2. Ada 7 komponen dalam RPP yang masih belum dikuasai secara maksimal oleh guru, yakni Komponen pencantuman tujuan pembelajaran pada RPP, Komponen materi pembelajaran, Komponen media, alat dan sumber pembelajaran, Komponen langkah-langkah kegiatan RPP, Komponen langkah penilaian, Komponen langkah pengayaan dan Komponen langkah remedial dalam RPP. 3. Terjadi peningkatan persentase pengerjaan komponen di siklus II dibandingkan dengan Siklus I. B. Saran-saran Dari pembahasan sebelumnya, peneliti menyarankan berikut : 1. Kepala Sekolah hendaknya mempergunakan bimbingan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP, sehingga guru dapat membuat RPP dengan baik, dan benar sesuai dengan harapan.

2. Kepala sekolah hendaknya juga melakukan PTS lainnya, dengan model atau tindakan lainnya untuk memajukan kinerja guru-guru, sehingga bisa membawa kemajuan dalam pembelajaran di sekolah mereka.

3. Kepala Sekolah hendaknya menyiapkan sarana penunjang kepada guru-guru baik, berupa peralatan alat tulis kantor untuk pembuatan RPP, ataupun dukungan berupa buku-buku bacaan pendidikan bagi guru, sehingga kinerja guru lebih bagus lagi.

204

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

DAFTAR PUSTAKA (2006). Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

(2005). UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.

(2005). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

(2007). Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007a tentang Standar Proses.

Jakarta: Depdiknas.

(2007). Permendiknas RI No. 12 Tahun 2007b tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarata: Depdiknas.

(2008). Perangkat Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran SMK. Jakarta.

(2008). Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Depdiknas.

(2009). Petunjuk Teknis Pembuatan Laporan Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Karya Tulis Ilmiah Dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah. Jakarta.

Daradjat, Zakiyah. (1980). Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.

Depdiknas. (2003). UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Depdiknas.

Fatihah, RM . (2008). Pengertian konseling (Http://eko13.wordpress.com, diakses 19 Maret 2019).

Imron, Ali. (2000). Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.

Kemendiknas. (2010). Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta.

(2010). Supervisi Akademik. Jakarta.

Nawawi, Hadari. (1985). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Pidarta, Made . (1992). Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. (2009). Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan Indikator.

Jakarta : Binamitra Publishing.

Suharjono. (2003). Menyusun Usulan Penelitian. Jakarta: Makalah Disajikan pada Kegiatan Pelatihan Tehnis Tenaga Fungsional Pengawas.

Suparlan. (2005). Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

205

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN TERHADAP KOMPETENSI GURU SMKN 4 BANJARMASIN DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP Syafruddin Noor1, Nuryati2 ( Kepala SMK Negeri 4 Banjarmasin1, Dosen Politeknik Negeri Tanah Laut 2 ) e-mail : syaf.smk004@gmail.com1, nuryati@politala.ac.id2 ABSTRAK Kompetensi guru dalam menyusun syllabus dan RPP merupakan faktor utama dalam kesuksesan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dan selain itu peranan supervisi yang dilakukan kepala sekolah juga merupakan factor pendorong dalam rangka meningkatkan kompetensi guru sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh supervisi berkelanjutan terhadap kompetensi guru dalam menyusun syllabus dan RPP. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Banjarmasin dengan populasi adalah seluruh guru yang berjumlah 104 dan sampel sebanyak 80 orang yang dihitung dengan menggunakan tabel Krejcie dan Morgan dan sampel ditarik dengan teknik stratified random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Supervisi akademik secara berkelanjutan terbukti secara ilmiah dapat mempengaruhi kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP di SMK Negeri 4 Banjarmasin; (2) Langkah-langkah terjadinya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP tersebut meliputi: pengumuman rencana supervisi terhadap guru, pelaksanaan supervise individual, dimana setiap guru diminta mempresentasikan silabus dan RPP-nya kepada kepala sekolah, kemudian kepala sekolah memberikan masukan terhadap kekurangan silabus dan RPP guru, untuk mengecek originalitas silabus dan RPP yang disusun guru, kepala sekolah melakukan supervise kelas. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan rencana yang dimuat dalam silabus dan RPP dengan penerapannya di kelas. Jika sesuai maka dapat dipastikan, kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP tersebut benar (bukan jiplakan atau dibuatkan orang lain). Jika banyak ketidaksesuaian maka ada kemungkinan silabus dan RPP tersebut dibuatkan oleh orang lain; dan (3) Peningkatan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP yang baik meningkat dari sebelumnya 57% menjadi 100%.

Kata Kunci : Supervisi Berkelanjutan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran EFFECT OF CONTINUOUS SUPERVISION ON THE COMPETENCE OF TEACHERS IN DEVELOPING THE SYLLABUS AND LESSON PLAN AT SMKN 4 BANJARMASIN ABSTRACT Teacher competence in compiling syllabus and lesson plans is a major factor in the success of a teacher in carrying out the learning process in the classroom and besides the role of supervision carried out by school principals is also a driving factor in improving teacher competence so that this study aims to determine the 206

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

effect of continuous supervision on teacher competence. in compiling the syllabus and lesson plans. This research was conducted at SMK Negeri 4 Banjarmasin with a population of 104 teachers and a sample of 80 people calculated using Krejcie and Morgan tables and the sample was drawn using stratified random sampling technique.

The results of the study show (1) that continuous supervision is scientifically proven to affect teacher competence in compiling syllabus and lesson plans at SMK Negeri 4 Banjarmasin; (2) The steps for increasing teacher competence in compiling the syllabus and lesson plans include: announcement of a supervisory plan for teachers, implementation of individual supervision, where each teacher is asked to present his syllabus and lesson plans to the principal, then the principal provides input on syllabus deficiencies. and the teacher's lesson plans, to check the originality of the syllabus and lesson plans prepared by the teacher, the principal supervises the class. This is done to adjust the plans contained in the syllabus and lesson plans with their implementation in the classroom. If it is appropriate, it can be ascertained that the competence of the teacher in compiling the syllabus and lesson plans is correct (not plagiarized or made by someone else). If there are many discrepancies, there is a possibility that the syllabus and lesson plans were made by someone else; and (3) the improvement of teacher competence in compiling a good syllabus and lesson plans increased from the previous 57% to 100%.

Keywords: Continuous Supervision, Lesson Plan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pengertian pendidikan (UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Mengingat tujuan mulia pendidikan tersebut, maka pendidikan yang dilakukan memerlukan strategi dalam mencapainya. Strategi dalam pendidikan ini disebut dengan strategi pembelajaran. Ada tiga hal pokok dalam strategi pembelajaran, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Dalam tiga hal pokok strategi pembelajaran tersebut, perencanaan menjadi awal penting dalam pemenuhan tujuan pendidikan. Dengan perencaan yang matang pelaksanaan pembelajaran menjadi terarah dan efisien. Salah satu bagian dari perencanaan pembelajaran yang sangat penting dibuat oleh guru sebagai pengarah pembelajaran adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Menyadari pentingnya penyusunan perencanaan pembelajaran ini, sudah semestinya guru membuat perencanaan agar hasil pembelajaran maksimal. Sayangnya, hal penting ini tidak diformulasikan dalam bentuk kongkrit (hanya disimpan di pemikiran pengajar), sehingga kepala sekolah kesulitan untuk mengukur dan mengevalusi kinerja guru secara akademik.

207

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Hasil pengamatan di tahun pelajaran 2017/2018 di SMKN 4 Banjarmasin didapatkan data hanya 57% guru yang menyusun silabus dan RPP dan secara kualitas, silabus dan RPP yang baik baru mencapai angka 33% dari silabus dan RPP yang dibuat oleh guru.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebagai kepala sekolah berkewajiban untuk melakukan supervise akademik yang berkelanjutan. Dengan metode tersebut diharapkan setelah kegiatan, guru yang menyusun silabus dan RPP meningkat dan kualitas silabus dan RPP yang membaik.

B. Tugas Pokok Fungsi Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Dia bertanggungjawab mengelola dan memberdayakan berbagai potensi masyarakat serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Oleh karena itu dalam implementasi MBS kepala sekolah harus memiliki visi, misi, dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkannya melalui perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan supervisi pendidikan. Ia juga dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah. Singkatnya, dalam implementasi MBS kepala sekolah harus mampu berperan sebagai (1) Kepala sekolah sebagai Educator; (2) Kepala Sekolah sebagai Manajer; (3) Kepala Sekolah sebagai Administrator; (4) Kepala Sekolah sebagai Supervisor; (5) Kepala Sekolah sebagai Leader; (6) Kepala Sekolah sebagai Innovator; (7) Kepala Sekolah sebagai Motivator. Tujuh kompetensi kepala sekolah ini sering disingkat dengan EMASLIM. C. Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaranuntuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989; Glickman, et al., 2007).

Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervise.

Agar pelaksanaan supervisi akademik berjalan dengan baik maka perlu mengetahui prinsip-prinsinya. Adapun prinsip-prinsip adalah sebagai berikut: 1. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.

2. Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.

3. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.

4. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.

5. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.

6. Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam engembangkan proses pembelajaran. gkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK).

7. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.

208

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

8. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran.

9. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.

10. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.

11. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.

12. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala Sekolah 13. Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.

14. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas.

Sedangkan ranah lingkup supervisi akademik Ruang lingkup meliputi (1) pelaksanaan KTSP, (2) persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru.(3) pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan peraturan pelaksanaannya., dan (4) peningkatan mutu pembelajaran melalui pengembangan supervisi akademik juga mencakup buku kurikulum, kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.Supervisi edukatif tidak kalah pentingnya dibanding dengansupervisi administratif.

Sasaran utama supervisi edukatif adalah proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang mempengaruhi prosespembelajaran antara lain guru, siswa, kurikulum, alat dan bukupelajaran serta kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu, fokus utama supervisi edukatif adalah usaha-usaha yang sifatnya memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu: memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.

D. Kompetensi Guru Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Diyakini Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman.

Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Usman (1994:1) mengemukakan kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. McAhsan (1981:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: “…is aknowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini,kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

209

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton (1979:222), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.Sofo (1999:123) mengemukakan “A competency is composed ofskill, knowledge, and attitude, but in particular the consistent applications of those skill, knowledge, and attitude to the standard of performance required in employment”. Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan.

E. Silabus dan RPP 1. Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. a. Prinsip Pengembangan Silabus 1) Ilmiah. Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

2) Relevan. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

3) Sistematis. Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

4) Konsisten. Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

5) Memadai. Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

6) Aktual dan Kontekstual. Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

210

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

b.

c.

d.

1)

2)

3)

7) Fleksibel. Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8) Menyeluruh. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

Unit Waktu Silabus 1) Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan d tingkat satuan pendidikan.

2) Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.

3) Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Khusus untuk SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.

Pengembang Silabus Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan.

Komponen-Komponen Silabus Silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdiri dari beberapa komponen, sebagai berikut.

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Standar kompetensi mata pelajaran adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu, kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan siswa untuk suatu mat pelajaran, kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki siswa, kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam dalam suatu mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi terdapat dalam Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal pada tiap mata pelajaran yang harus dicapai siswa. Kompetensi dasar dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan guru mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran.Misalnya, mampu menyelesaikan diri dengan lingkungan dan sebagainya.Kompetensi Dasar terdapat dalam Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar.Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang 211

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

4)

5)

6)

7) 8) 9) 2.

perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan,maupun sikap.

Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar adalah ciri penanda ketercapain kompetensi dasar.Indikator dalam silabus berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pda diri siswa.Tandatanda ini lebih spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri siswa, target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi atau tercapai.

Materi Pokok Materi pokok adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian belajar.Secara umum materi pokok dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis,yaitu fakta,konsep,prisip,dan prosedur.

Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah bentuk atau pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.Strategi pembelajaran meliputi kegiatan tatap muka dan non tatap muka (pengalaman belajar).

Alokasi Waktu Alokasi waktu adalah waktu yang diperlukan untuk menguasai masing-masing kompetensi dasar.

Adanya Penilaian Penilaian adalah jenis, bentuk, dan instrumen yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur keberhasilan belajar siswa.

Sarana dan Sumber Belajar Sarana dan sumber belajar adalah sarana dan sumber belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indicator atau beberapa indicator untuk satu kali pertemuan atau lebih.

RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan silabus mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai persamaan. Silabus memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu 212

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

silabus adakalanya beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu, rencana pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai. a. Tujuan dan Fungsi RPP Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk : (1) mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar; (2) dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana.

Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar ( kegiatan pembelajaran ) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien.

Dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai scenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya bersifat luwes ( fleksibel ) dan member kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikan dengan respon siswa dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya. b. Unsur-unsur yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan RPP Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyususnan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah: 1) Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan didalam silabus; 2) Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup ( life skill ) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari; 3) Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung; 4) Penilaian dengan system pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada system pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus. c. Komponen-komponen RPP Komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses terdiri dari : 1) Identitas mata pelajaran 2) Standar kompetensi 3) Kompetensi dasar 4) Indikator pencapaian kompetensi 5) Tujuan pembelajaran 213

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

6) 7) 8) 9)

Materi ajar Alokasi waktu Metode pembelajaran Kegiatan pembelajaran

II. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah di SMK Negeri 4 Banjarmasin yang beralamat di Jl Hasan Basri No.07 Banjarmasin. Penelitian ini dilaksanakan oleh Kepala SMKN 4 Banjarmasin.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan melaksanakan supervise akademik yang meliputi supervise tradisional dan supervise klinis yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: Langkah awal yang direncanakan pada penilitian tindakan sekolah ini terdiri dari beberapa kegiatan, yakni identifikasi masalah, pengajuan proposal, dan mempersiapkan instrument A. Siklus pertama.

1. Perencanaan. Pada tahap ini, peneliti merencanakan langkah-langkah (1) Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah membuat silabus dan RPP; (2) Meminta guru untuk mengumpulkan perangkat pembelajaran; (3) Peneliti memeriksa administrasi guru secara kuantitas dan kulitatif; (4) Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan; (5) Menyusun rencana tindakan (berupa penjadwalan supervise individual atau kelompok disesuaikan dengan temuan pada identifikasi masalah) 2. Pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana tindakan supervise individual/kelompok untuk menilai administrasi guru yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Pelaksanaan supervise dilakukan dengan pertemuan individual office-conference. Hal ini dilakukan terutama kepada guru yang tidak mengumpulkan perangkat pembelajaran, untuk mengetahui penyebab/masalahnya. Tahap ini peneliti rencanakan berlangsung selama 2 minggu dan dilaksanakan bersama-sama dengan kolaborator.

3. Observasi. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil awal yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus 1.

4. Refleksi. Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-data yang diperoleh. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama kolaborator untuk membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus kedua.

214

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

B. Siklus kedua 1. Perencanaan. Tahap perencanaan pada siklus kedua ini, peneliti melakukan pertemuan dengan kolaborator untuk menyusun penjadwalan supervise kelas dan menyiapkan instrument supervise untuk siklus kedua.

2. Pelaksanaan. Pada tahap ini, guru-guru yang sudah siap perangkat perencanaan pembelajarannya disupervisi kelas oleh peneliti. Hal ini untuk melihat kesesuaian perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran.

3. Observasi. Di tahap observasi siklus kedua, peneliti mengobservasi kesesuaian perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran serta melihat keberterimaan siswa dalam proses belajar mengajar. Pada tahap ini pula, peneliti mengumpulkan data-data yang terjadi selama tahap pelaksanaan.

4. Refleksi. Pada tahap refleksi siklus kedua, peneliti melakukan evaluasi bersama guru yang disupervisi terhadap hasil observasi di siklus kedua.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Kompetensi Guru Sebelum Kegiatan Penelitian 1. Kuantitas silabus dan RPP tahun pelajaran 2018/2019 Pada akhir tahun pelajaran 2018/2019, peneliti mencatat guru yang menyetorkan perangkat pembelajaran untuk ditandatangani. Hasil perhitungan perangkat pembelajaran yang dikumpulkan dapat dilihat pada table berikut: Tabel 1

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

DAFTAR SETORAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019 RPP SILABUS Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam PKn Bahasa Indonesia Matematika Bahasa Inggris Sejarah Biologi Fisika Kimia Geografi Sosiologi Ekonomi PenjasOrkes SBK

X XI A XI S XII A XII S V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

V 215

V

V

V

X XI A XI S XII A XII S V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

V

V

V

V

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

SILABUS No

RPP

Mata Pelajaran

X XI A XI S XII A XII S X XI A XI S XII A XII S V V TIK V V V V V V V V Bahasa Sunda PLH Bahasa Arab Jumlah 14 11 11 7 14 10 5 8 10 5 Sumber : Lembar control setoran perangkat pembelajaran 2018/2019 15 16 17 18

Lebih jelasnya, prosentase jumlah guru yang mengumpulkan perangkat pembelajaran sebelum kegiatan adalah: Tabel 2.

REKAPITULASI GURU YANG MENYETORKAN PERANGKAT PEMBELAJARAN % YANG JUMLAH YANG No. KOMPONEN SEHARUSNYA MENGUMPULKAN MENGUMPUL 19 19 100 1 Standar Isi Mapel 19 19 100 2 Kalender Pendidikan 19 10 53 3 Program tahunan 19 10 53 4 Program semester 19 10 53 5 KKM 19 19 100 6 Analisis Tujuan Mapel 19 0 0 7 Analisis Materi Mapel 19 19 100 8 Analisis pemetaan SK/KD 19 12 63 9 Silabus 19 10 53 10 RPP 19 14 74 11 Agenda Kegiatan Harian 19 5 26 12 Pelaksanaan Prog. Semester 19 19 100 13 Daftar hadir siswa 19 19 100 14 Daftar nilai Analisis Hasil Ulangan 19 2 11 15 harian 19 12 63 16 Analisis hasil UTS 19 12 63 17 Analisis butir soal 19 4 21 18 Bank soal Program perbaikan dan 19 1 5 19 Pengayaan 19 0 0 20 Laporan hasil perbaikan 380 218 57 Jumlah Sumber : lembar control pengumpulan silabus dan RPP Wakasek Kurikulum 216

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berdasarkan data pada tabel 2 dapat dilihat bahwa data dasar guru yang meyusun perangkat pembelajaran adalah sebesar 57%. Dari silabus dan RPP yang terkumpul ini, kemudian penulis melakukan penelaahan terhadap kualitas dari perangkat pembelajaran yang dikumpulkan terutama pada silabus dan RPP. Data yang diperoleh dari penelaahan tersebut dapat digambarkan pada table kualitas silabus dan RPP SMK Negeri 4Banjarmasin pada sub berikut.

2. Kualitas silabus dan RPP guru tahun pelajaran 2018/2019 Kualitas silabus dan RPP yang dibuat oleh guru SMK Negeri 4 Banjarmasin secara umum dapat dikatakan kurang baik. Hal ini dikarenakan banyak silabus dan RPP yang masih format lama dan terkesan tidak original (copy paste dari orang lain). Hal ini terlihat dari tidak timbulnya visi dan misi serta tujuan sekolah pada silabus dan RPP yang dibuat oleh guru. Secara lebih jelas berikut penulis gambarkan hasil penilaian penulis terhadap kualitas silabus dan RPP 80 orang guru SMKN 4 Banjarmasin.

Tabel 3.

RINGKASAN NILAI KUALITAS SILABUS DAN RPP TAHUN PELAJARAN 2018/2019 RataNAMA KOMPONEN Silabus RPP rata Nilai tertinggi 76 81 78 Nilai Terendah 61 31 Rata-rata 66 64 65 Jumlah < 70 55 52 54 Jumlah > 70 25 28 27 Prosentase < 70 31 35 33

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kualitas silabus da RPP guru SMK Negeri 4 Banjarmasin pada tahun pelajaran 2018/2019 masih sangat rendah. Dari 80 orang guru yang silabus dan RPP-nya dianalisa oleh peneliti, hanya rata-rata 33% Guru yang memiliki silabus dan RPP yang sesuai dan dinilai baik. Lebih rinci, prosentase guru yang silabusnya baik (di atas 70) adalah 31% dan guru yang RPP-nya baik (di atas 70) adalah 35%.

B. Kompetensi Guru Menyusun Silabus Setelah Siklus I 1. Kuantitas Guru yang Menyusun Silabus dan RPP setelah Siklus I Pada siklus ini seluruh guru diminta untuk mengumpulkan perangkat pembelajaran tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan analisis dan penilaian terhadap kuantitas guru yang menyetorkan perangkat pembelajaran terutama silabus dan RPP. Dari hasil perhitungan peneliti terhadap jumlah guru yang mengumpulkan silabus dan RPP didapatkan data sebagai berikut:

217

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 4. REKAPITULASI PERHITUNGAN PENGUMPULAN SILABUS DAN RPP PADA SIKLUS 1 Silabus RPP

No. 1 2 3 4 5

Kelas

X XI XI XII XII Ratarata Prosentase

% Seharusnya Mengumpulkan Mengumpulkan

18 15 15 15 15

% Seharusnya Mengumpulkan Mengumpulkan

14 12 11 13 10

78 80 73 87 67

18 15 15 15 15

13 12 10 11 11

72 80 67 73 73

12 60

77 75

16 80

12 57

73 71,25

Dari data jumlah guru yang mengumpulkan silabus dan RPP pada awal siklus 1, dapat terlihat bahwa dengan informasi adanya supervise akademik terhadap Silabus yang sebelumnya hanya 57%, mengalami peningkatan kuantitas menjadi 75% dan RPP yang sebelumnya 33% mengalami peningkatan kuantitas menjadi 71,25%.

2. Kualitas silabus dan RPP setelah siklus I Sebelum melakukan supervise individual, Peneliti melakukan analisa kedua terhadap sampel silabus dan RPP yang dibuat oleh guru. Hasil analisis kualitas silabus dan RPP tersebut dapat terlihat pada tabel berikut: Tabel 5.

No A. 1 2.

3.

4.

A. 1 2.

3.

4.

REKAPITULASI PENILAIAN SILABUS DAN RPP PADA SIKLUS 1 Klasifikasi Rentang % Penilaian nilai f Silabus A : Baik Sekali 86 - 100 35 B : Baik 71 - 85 7 65 C : Cukup 51 – 70 13 0 D: Kurang 0 - 50 0 100 Jumlah 20 35 Prosentase A dan B RPP A : Baik Sekali 86 - 100 44 B : Baik 71 - 85 8 45 C : Cukup 51 – 70 9 15 D: Kurang 0 - 50 3 100 Jumlah 20 44 Prosentase A dan B

218

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Sementara itu, hasil analisa kualitas penyusunan silabus dan RPP setelah dilakukan supervise individual (setelah direvisi) dapat dilihat pada tabel 6 berikut : Tabel 6 No B. 1 2.

3.

4.

B. 1 2.

3.

4.

REKAPITULASI PENILAIAN SILABUS DAN RPP SETELAH REVISI (Siklus 1) Klasifikasi Rentang % Penilaian nilai f Silabus 15 A : Baik Sekali 86 - 100 3 65 B : Baik 71 - 85 13 20 C : Cukup 51 – 70 4 D: Kurang 0 - 50 100 Jumlah 20 80 Prosentase A dan B RPP 10 A : Baik Sekali 86 - 100 2 75 B : Baik 71 - 85 15 15 C : Cukup 51 – 70 3 D: Kurang 0 - 50 100 Jumlah 20 85 Prosentase A dan B

Hasil analisa revisi silabus dan RPP pada tabel diatas memperlihatkan terjadinya peningkatan kualitas silabus dan RPP. Dimana kualitas A dan B meningkat dari 35 dan 44% menjadi 80 dan 85%. Dari sini pula terlihat bahwa jumlah guru yang mengumpulkan sampel silabus dan RPP menjadi 100%.

C. Kompetensi guru menyusun silabus dan RPP setelah siklus ke-2 Pada siklus kedua ini, penelitian dilanjutkan dengan menguji keaslian silabus dan RPP yang disusun oleh guru. Metode yang digunakan adalah supervise kelas. Dari pelaksanaan rencana pembelajaran ini, dapat terlihat keaslian penyusunannya. Hasil dari analisa penguat tersebut, menunjukkan bahwa silabus dan RPP yang dikumpulkan benar disusun oleh guru yang bersangkutan. Karena terjadi kesesuaian scenario antara perencanaan dan pelaksanaan di kelas. Data kesesuaian tersebut dapat dilihat dari tabel 7 berikut: Tabel 7

HASIL PENILAIAN SUPERVISI KELAS Klasifikasi No Rentang nilai f Penilaian 15 1 A : Sesuai 76 – 100

219

% 75

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Klasifikasi No

Rentang nilai

f

Penilaian 5 2 B : Cukup sesuai 51 – 75 3 C : Kurang sesuai 26 – 50 4 D : Tidak sesuai 0 – 25 Jumlah 20 Sumber: Lembar penilaian pelaksanaan silabus dan RPP

% 25 100

Dari hasil perhitungan pada tabel 7, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa silabus dan RPP yang dikumpulkan guru adalah bersifat original. Hal ini terlihat dengan cukup besarnya guru mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang dibuat.

III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang terurai pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa: 1. Supervisi akademik secara berkelanjutan terbukti secara ilmiah dapat mempengaruhi kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP di SMK Negeri 4 Banjarmasin. Hal Ini terbukti dengan meningkatnya jumlah silabus guru yang baik dari 35% menjadi 80% setelah supervise akademik.

Selain itu jumlah RPP yang berkualitas baik juga meningkat dari 44% menjadi 85%.

2. Untuk mengecek originalitas silabus dan RPP yang disusun guru, kepala sekolah melakukan supervise kelas. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan rencana yang dimuat dalam silabus dan RPP dengan penerapannya di kelas. Jika sesuai maka dapat dipastikan, kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP tersebut benar (bukan jiplakan atau dibuatkan orang lain). Jika banyak ketidaksesuaian maka ada kemungkinan silabus dan RPP tersebut dibuatkan oleh orang lain.

3. Peningkatan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP yang baik meningkat.

B. Saran 1. Untuk kepala sekolah, pelaksanaan supervise individual sangat cocok digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP yang selama ini masih menjadi administrasi yang masih sulit diminta dari guru-guru kita. Untuk mengujinya, kita dapat menggunakan supervise kelas.

2. Untuk pengawas diharapkan dapat memberikan masukan yang lebih jelas dan terarah dalam pembinaan terhadap guru.

DAFTAR PUSTAKA Sudrajat, Ahmad. (2011). Konsep Supervise Akademik. https://akhmadsudrajat. wordpress.com/2011/03/04/konsep-supervisi-akademik/

220

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Anwar, Moch. Idochi. (2004). Administrasi Pendidikan dan ManajemenBiaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta Asmani, J.M. (2012). Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Burhanuddin, dkk. (2007). Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep, Pendekatan, dan Penerapan pembinaan Profesional. Malang: Rosindo Malang.

Depdiknas. (1997). Petunjuk Pengelolaan Adminstrasi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2008). Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta.

Depdiknas. (2010). Supervisi Akademik; Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah; Jakarta: Depdiknas.

Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. (2007). Supervisionand Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition.

Boston: Perason.

Harahap, Baharuddin. (1983). Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan olehGuru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: DamaiJaya Kunandar.(2009). Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: MengembangkanStandar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhaimin (2004).Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E., (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep,Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Prasojo, L.D. & Sudiyono. (2011). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media.

Purwanto, N. (2012). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sahertian, Piet A. (2000). Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi PendidikanDalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: RinekaCipta.

Sapari, Achmad. (2002). Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel.

Jakarta: Kompas (16 Agustus 2002).

Sergiovanni, T.J. (1982). Supervision of Teaching. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.

Wulandari, Sri.(2012). Pengertian Silabus dan Rpp.http://snwulandari. blogspot.co.id/2012/05/pengertian-silabus-dan-rpp.html Supandi. (1996). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas Terbuka.

Suprihatin, MD. (1989). Administrasi Pendidikan, Fungsi dan TanggungJawab Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah.Semarang: IKIP Semarang Press.

Surya, Muhammad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya Suryasubrata.(1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

221

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Usman, Moh. Uzer. (1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wahidin; (2008) 13 Faktor untuk menjadi Kepala Sekolah Yang Efektif, Wardani, IGK. (1996). Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti.

Zuhdi, Salimudin. (2013) Supervisi Akademik.https:// salimudinzuhdi. wordpress.com/2013/12/28/supervisi-akademik/

222

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENGGUNAAN SUPERVISI KOLABORATIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMA NEGERI 7 BANJARMASIN Arusliadi1 , Eddy Khairuddin2 (Kepala SMA Negeri 7 Banjarmasin1, Koordinator Pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan 2) e-mail : ahmadrusliadi66345@gmail.com1, eddy.khairuddin02@gmail.com2 DOI : https://doi.org/10.31219/osf.io/u736r ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan, pertama, bagaimana penggunaan Supervisi Kolaboratif untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di SMA Negeri 7 Banjarmasin. Kedua, apakah dengan menggunakan Supervisi Kolaboratif dapat Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru di SMA Negeri 7 Banjarmasin.

Pendekatan supervisi kolaboratif merupakan salah satu pendekatan supervisi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah secara kolegial, bersifat mendampingi dan kemitraan dalam membimbing/ memfasilitasi guru agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya. Prinsip-prinsip pada pendekatan supervisi kolaboratif terdiri dari: Kolaboratif, Kolegial, Kemitraan, Terbuka, dan Fleksibel Kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah dilakukan dengan 5 langkah, 1) refleksi awal, 2) penyusunan rencanan, 3) pelaksanaan tindakah, 4) observasi atau pengamatan, dan 5) refleksi. Kegiatan dilaksanakan dalam 2 siklus, yakni siklus I dan siklus II. Dilaksanakan pada tahun pelajaran 2019/2020, pada bulan September-November 2019, dengan subyek penelitian sebanyak 67 guru.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kompetensi profesional guru dari pra-siklus ke siklus I sebesar 6,01 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada pra-siklus sebesar 57,44. dansiklus I sebesar 73,45 dengan kriteria cukup. Kompetensi profesional guru juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 12,21 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada siklus II sebesar 85,66 dengan kriteria baik.

Kata kunci: Supervisi Kolaboratif, Profesional Guru USING COLLABORATIVE SUPERVISION TO IMPROVE TEACHER'S PROFESSIONAL COMPETENCE AT SMA NEGERI 7 BANJARMASIN ABSTRACT The purpose of this research is to answer the questions, first, how to use Collaborative Supervision to Improve Teacher Professional Competence at SMA Negeri 7 Banjarmasin. Second, can using Collaborative Supervision Improve Teacher Professional Competence at SMA Negeri 7 Banjarmasin.

The collaborative supervision approach is one of the supervisory approaches that can be used by school principals in a collegial, assisting and partnering manner in guiding/facilitating teachers in order to carry out their professional duties. The 223

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

principles of the collaborative supervision approach consist of: Collaborative, Collegial, Partnership, Open, and Flexible School Action Research activities are carried out in 5 steps, 1) initial reflection, 2) planning, 3) implementing actions, 4) observing or observing, and 5) reflection. The activity was carried out in 2 cycles, namely cycle I and cycle II. It was held in the 2019/2020 school year, in September-November 2019, with 67 teachers as research subjects.

The results showed an increase in the professional competence of teachers from pre-cycle to cycle I of 6.01 points. The average professional competence of teachers in the pre-cycle is 57.44. and cycle I of 73.45 with sufficient criteria. The professional competence of teachers also increased from cycle I to cycle II by 12.21 points. The average professional competence of teachers in the second cycle is 85.66 with good criteria.

Keywords: Collaborative Supervision, Professional Teacher I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Profesionalisme seorang guru terlihat dari kompetensinya sebagai seorang guru yang terdiri dari kompetensi pedagogik, profesional, keperibadian dan sosial. Salah satu dimensi kompetensi guru sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru adalah kompetensi profesional. Dengan Permendiknas tersebut berarti seorang guru harus kompeten dalam melakukan kinerja profesionalnya.

Kompetensi profesional guru menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 terdiri dari kemampuan guru dalam: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Efektivitas pelaksanaaan kinerja profesional guru sangat bergantung pada kompetensi kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya diantaranya dalam melakukan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik, kepala sekolah sebagai supervisor dan penanggungjawab kegiatan di sekolah harus mampu menyusun program, melaksanakan, dan melakukan tindak lanjut supervisi akademik di sekolah yang dipimpinnya. Pelaksanaan supervisi akademik yang baik oleh kepala sekolah akan menghasilkan kompetensi guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang baik pula. Selanjutnya, pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik akan berdampak pada peningkatan prestasi siswa. Dengan demikian, keberhasilan siswa dalam pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru dalam memfasilitasi pembelajaran dan kompetensi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik.

Kompetensi supervisi akademik kepala sekolah terdiri dari tiga aspek yaitu kompetensi dalam menyusun program, melaksanakan, mengevaluasi dan 224

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

menindaklanjuti temuan-temuan ketika melaksanakan supervisi akademiknya.

Program supervisi akademik yang harus disusun oleh seorang kepala sekolah merupakan pedoman atau acuan dalam melaksanakan supervisi akademik. Selain itu, program supervisi akademik juga dapat mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran secara efektif. Dari hasil pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah juga harus mampu merefleksi kinerjanya dan melaksanakan tindak lanjut sebagai umpan balik yang sangat berguna untuk peningkatan kualitas baik bagi siswa, guru, maupun dirinya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya.

Berdasarkan hasil refleksi diri yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai kepala sekolah, selama ini kepala sekolah melaksanakan tugas supervisi akademiknya dengan menerapkan pendekatan supervisi langsung secara individual, dengan cara mendatangi guru yang sedang bertugas, mengamati kinerjanya dan melakukan penilaian. Pendekatan supervisi individual ini tidak terlalu efektif untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya khususnya yang berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hasil kajian empirik yang peneliti lakukan terhadap guru-guru di SMA Negeri 7 Banjarmasin menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru masih rendah terutama pada kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Rata-rata kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampunya berdasarkan penilaian kinerja guru terhadap 67 guru di SMA Negeri 7 diperoleh data sebagai berikut: Tabel 1 HASIL KINERJA GURU DALAM PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN Rata-rata No. Aspek Skala 4 Skala 100 A. Keterurutan 2,37 59,25 B. Keberjenjangan 2,47 61,75 C. Kedalaman 1,97 49,25 D. Keluasan 2,38 59,50 Nilai Rata-rata Keseluruhan 2,30 57,44 Hasil analisis data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampu masih pada kategori sedang yaitu indeks rata-rata 2,30 atau 57,44. Hasil refleksi terhadap temuan tersebut menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan masih rendahnya kompetensi guru tersebut diduga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal yang diduga mempengaruhi rendahya kompetensi profesional guru antara lain: 1. Guru belum memahami teknik pengembangan materi pembelajaran; 2. Guru tidak melakukan analisis materi pembelajaran sebelum mengembangkan bahan ajar atau materi pembelajaran; dan 3. Kurangnya motivasi diri guru untuk melakukan kinerja profesionalnya dengan baik.

225

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Faktor eksternal yang diduga mengakibatkan rendahnya kompetensi profesional guru adalah pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah yang lebih bersifat menilai. Idealnya, supervisi dilaksanakan secara kolegial, tidak menggurui, bersifat kemitraan dan pendampingan, serta dilakukan melalui diskusi dan curah pendapat secara terbuka dan fleksibel untuk membantu guru merefleksi kinerjanya dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

B. Supervisi Kolaboratif Perumusan atau pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang, baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya, maupun isi yang terkandung di dalam perkataanya itu (semantic). Secara etimologis, supervisi menurut Wajowasito dan Poerwadarminta yang dikutip oleh Ametembun (1993:1) Supervisi dialih bahasakan dari perkataan inggris “Supervision” artinya pengawasan’. Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut Ametembun (1993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi.

Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.

Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, tentu memiliki misi yang dan tujuan tertentu. Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada guru dalam melakukan kinerja profesionalnya secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu pembelajaran. Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh kepala sekolah antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran di sekolah, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back (Razik, 1995: 559). Hal ini sejalan pula dengan pandangan Drake (1980: 278) yang menyebutkan bahwa supervisi adalah suatu istilah yang sophisticated, sebab hal ini memiliki arti yang luas, yakni identik dengan proses manajemen, administrasi, evaluasi dan akuntabilitas atau berbagai aktivitas serta kreativitas yang berhubungan dengan pengelolaan sekolah.

Keberhasilan kegiatan supervisi sangat bergantung pada pendekatan yang diterapkan. Nolan (2011) merinci pendekatan supervisi menjadi tiga jenis yaitu: 1. Pendekatan langsung (direktif) Pendekatan langsung adalah pendekatan supervisi oleh supervisor dengan memberikan arahan secara langsung dalam merespon stimulus dari orang yang disupervisi.

2. Pendekatan tidak langsung (nondirektif) Pendekatan tidak langsung adalah pendekatan supervisi oleh supervisor dengan memberikan arahan secara tidak langsung dalam merespon stimulus dari orang yang disupervisi. Pendekatan ini memberikan kesempatan yang leluasa kepada orang yang disupervisi untuk mengutarakan masalahnya.

C. Pendekatan kolaboratif Pendekatan kolaboratif merupakan gabungan antara pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru yang memungkinkan supervisor dan yang disupervisi untuk bersama-sama sepakat dalam menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan 226

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

proses supervisi. Pendekatan kolaboratif dapat dilakukan melalui kegiatan menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, menyajikan, memecahkan masalah, dan negosiasi Pendekatan supervisi kolaboratif dilaksanakan oleh supervisor dengan berbagi tanggung jawab dengan orang yang disupervisi. Dengan demikian, pada saat kepala sekolah melaksanakan supervisi kolaboratif, maka kepala sekolah berbagi tanggung jawab dengan guru. Tugas supervisi oleh kepala sekolah dalam supervisi kolaboratif adalah mendengarkan dan memperhatikan secara cermat keluhan guru terhadap masalah perbaikan, peningkatan, dan pengembangan kinerjanya. Dalam pendekatan supervisi kolaboratif, kepala sekolah dapat meminta penjelasan guru terhadap hal-hal yang kurang dipahaminya. Selanjutnya, kepala sekolah mendorong guru untuk mengaktualisasikan pemikiran bersama dalam praktik nyata pemecahan masalah yang berkaitan dengan tugas guru (Glickman, 1984).

Beberapa pakar supervisi mengemukakan bahwa gagasan pendekatan supervisi kolaboratif diilhami oleh gerakan hubungan instansi. Gerakan ini sekaligus merupakan reaksi terhadap praktik model supervisi klasik yang mengatakan bahwa fungsi supervisi adalah untuk mengawasi mutu dengan cara mengarahkan, menunjukkan, mengharuskan, memantau, menilai dan mengajar (Wiles & Lovell, 1975). Dalam praktik supervisi, pendekatan ini disebut juga sebagai supervisi kolegial, kesejawatan atau kolaboratif, yang lebih banyak mengilhamikarya para pakar supervisi klinis.

D. Kompetensi Profesional Guru Saat ini banyak ahli yang memberi definisi tentang kompetensi.

Purwadarminta (2011) mengartikan kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Menurutnya, kompetensi terkait dengan kemampuan seseorang dalam melaksanakan kewenangannya.

Kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dinyatakan bahwa guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru yang kompeten adalah guru yang memiliki empat kompetensi tersebut. Salah satu kompetensi guru terkait dengan mata pelajaran yang diampunya adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional guru menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 terdiri dari kemampuan guru dalam: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

227

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

II. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Model Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan model Kemmis dan Mc. Taggart yang merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/ tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setelah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.

Akan tetapi, pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Refleksi Awal Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya.

Berdasarkan hasil refleksi awal, dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian.

2. Penyusunan Perencanaan Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari masalah penelitian. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.

3. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTS hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoretik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.

4. Observasi (pengamatan) Kegiatan observasi dalam PTS dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini, peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.

5. Refleksi Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan.

Dalam kegiatan ini, peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu 228

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

B. Lokasi, Subyek dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Banjarmasin, dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah 67 guru di SMA Negeri 7 Banjarmasin yang memiliki karakteristik bahwa kompetensi profesionalnya rendah khususnya dalam mengembangkan materi pembelajaran. Namun, guru di sekolah ini dapat bekerja secara kolaboratif dan memiliki motivasi untuk selalu merefleksi kinerjanya serta berbagi pengalaman dengan rekan sejawatnya. Nama-nama subyek diganti dengan kode sehingga Ketika dibicarakan pada pembahasan, nama guru tersebut tidak muncul, namun digantikan dengan kode SB-Nomor angka.

Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan sekolah den gan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif untuk meningkatkan kompetensi profesional guru telah dikoordinasikan dan disepakati bersama 67 guru yaitu pada bulan Agustus s.d. November 2019 (4 bulan).

C. Alat Pengumpulan Data 1. Lembar Observasi atau Pengamatan Lembar observasi terdiri dari lembar observasi proses supervisi kolaboratif dan lembar observasi kinerja guru dalam melaksanakan kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran. Lembar observasi proses supervisi kolaboratif digunakan untuk mengamati aktivitas kepala sekolah dan guru dalam melakukan proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif. Lembar observasi kinerja profesional guru digunakan untuk mengamati kinerja guru dalam mengembangkan materi pembelajaran.

2. Lembar Catatan Lapangan Catatan lapangan digunakan oleh peneliti untuk mencatat temuantemuan lain yang tidak terdapat pada lembar observasi terkait dengan aktivitas kepala sekolah dan guru selama supervisi dengan menerapkan pendekatan kolaboratif.

3. Pedoman wawancara Pedoman wawancara digunakan ketika wawancara dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 67 guru tentang masalah-masalah yang urgen untuk dipecahkan bersama terkait kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran.

E. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengolahan data secara kuantitatif dilakukan terhadap variabel kompetensi profesional guru. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan atau observasi kinerja profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang terdiri dari empat aspek yaitu keterurutan, keberjenjangan, kedalaman, dan keluasan diolah dengan menentukan nilai rata-ratanya. Analisis data kompetensi profesional guru dilakukan menggunakan prosentase (%), yakni perhitungan yang digunakan untuk 229

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

mengetahui tingkat prosentase skor penilaian dari masing-masing indikator kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Prosentase (%) =

∑ 𝑵

X 100%

Dimana: ∑ n = Jumlah skor jawaban responden N = Jumlah skor jawaban ideal % = Tingkat persentase (Mohammad Ali, 1987:184) Data kuantitatif berupa prosentase kemudian dijadikan dasar untuk dikonversi kedalam data kualitatif menggunakan kriteria berikut.

Tabel 2 KRITERIA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Skor Kriteria 91 – 100 Sangat Baik 76 – 90 Baik 61 – 75 Cukup 51 - 60 Kurang ≤ 50 Sangat Kurang Teknik pengolahan data kualitatif dilakukan terhadap variabel proses supervisi kolaboratif yang dikumpulkan melalui lembar observasi proses supervisi kolaboratif yang diolah dengan cara mengkategorikan dan mengklasifikasikan data berdasarkan analisis kaitan logis, kemudian ditafsirkan dalam konteks permasalahan penelitian. Kegiatan ini berupaya memunculkan makna dari setiap data yang didapat, sehingga data itu tidak hanya bersifat deskriptif. Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, pengolahan dan analisis data dilakukan secara terus-menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan program tindakan.

Teknik analisis data kualitatif yang digunakan adalah model Miles and Huberman yang terdiri dari empat tahap sebagai berikut: 1. Data Reduction (Reduksi Data), yaitu kegiatan merangkum data yang dikumpulkan. Data didapat dari instrumen lembar observasi proses supervisi kolaboratif.

2. Data Display (penyajian data) yaitu kegiatan menyajikan data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori flowchart dan sejenisnya, termuat dalam laporan hasil penelitian.

3. Conclution Drawing/ Verification merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar-benar dapat dipertanggunggjawabkan. Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun sajian data diambil suatu kesimpulan.

230

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

F. Prosedur Penelitian 1. Siklus 1 a. Perencanaan 1) Merencanakan proses supervisi kolaboratif sesuai dengan prinsipprinsip pendekatan supervisi kolaboratif.

2) Menyusun instrumen penelitian berupa lembar observasi proses supervisi kolaboratif, lember observasi kinerja profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran, panduan wawancara dan catatan lapangan.

3) Melakukan analisis kebutuhan guru.

4) Sesuai jadwal, peneliti memberikan materi tentang teknis pengembangan materi pembelajaran dan bahan ajar.

5) Menyepakati jadwal kegiatan pada pertemuan berikutnya. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan diskusi dan curah pendapat antara kepala sekolah dengan 67 guru tentang masalah-masalah krusial pada saat mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar.

2) Melaksanakan tindakan berupa supervisi kolaboratif antara kepala sekolah dan guru dengan melaksanakan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

3) Melaksanakan refleksi bersama antara kepala sekolah dan 67 guru tentang pelaksanaan kinerja profesionalnya pada kelompok kerja guru difasilitasi oleh kepala sekolah. c. Observasi Berikut adalah fokus-fokus dari kegiatan observasi: 1) Proses supervisi kolaboratif yang terdiri dari pelaksanaan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

2) Kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar. d. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini, semua data yang terkumpul dianalisis. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan refleksi untuk merumuskan rekomendasi-rekomendasi pada siklus II berdasarkan temuan-temuan pada siklus I terkait proses supervisi kolaboratif dan kompetensi profesional guru. Pada kegiatan refleksi, temuan-temuan pada siklus 1 diklarifikasi dan dirumuskan tindak lanjutnya untuk diterapkan pada siklus II. 2. Siklus 2 a. Perencanaan 1) Memperbaiki perencanaan proses supervisi kolaboratif berdasarkan rekomendasi-rekomendasi pada siklus I 2) Melakukan analisis kebutuhan guru.

231

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

b. Pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan diskusi dan curah pendapat antara kepala sekolah dengan 67 guru tentang masalah-masalah krusial pada saat melaksanakan kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar.

2) Melaksanakan tindakan berupa supervisi kolaboratif antara kepala sekolah dan guru dengan melaksanakan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

3) Melaksanakan refleksi bersama antara kepala sekolah dan 67 guru tentang pelaksanaan kinerja profesionalnya difasilitasi oleh kepala sekolah. c. Observasi Berikut adalah fokus-fokus dari kegiatan observasi: 1) Proses supervisi kolaboratif yang terdiri dari pelaksanaan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

2) Kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar. d. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini, semua data yang terkumpul dianalisis. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan refleksi untuk merumuskan rekomendasi-rekomendasi berdasarkan temuan-temuan pada siklus II terkait proses supervisi kolaboratif dan kompetensi profesional guru.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Siklus I Supervisi kolaboratif pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Senin, 5 Agustus s.d. hari Kamis 5 September 2019. Pendekatan supervisi kolaboratif pada siklus I dilaksanakan dengan menerapkan kesepuluh prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

Temuan-temuan selama proses supervisi kolaboratif berlangsung dikumpulkan menggunakan lembar observasi, Untuk lebih jelasnya, tabel 3 berikut adalah deskripsi hasil pengamatan peneliti sebagai observer: Tabel 3.

No 1

DESKRIPSI HASIL OBSERVASI PADA SIKLUS I Tahapan Spesifik Temuan Tahap Pra-Supervisi Seluruh guru tidak membawa daftar masalah Kolaboratif terkait kompetensi profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar, curah pendapat dan diskusi tidak berjalan dengan baik, hanya satu orang guru yaitu SB-7 yang aktif mencurahkan pendapatnya

232

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No 2

3

Tahapan Spesifik Tahap Pelaksanaan Supervisi Kolaboratif

Temuan Guru SB-18 dan SB-28 tidak menyiapkan hasil analisis materi pembelajaran yang telah disusunnya sehingga mengganggu proses supervisi kolaboratif

Tahap Pasca-Supervisi Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi Kolaboratif pelaksanaan supervisi kolaboratif dengan menyampaikan temuan dan pemecahannya

Hasil refleksi pada siklus I yang telah dilakukan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Seluruh guru tidak membawa daftar masalah terkait kompetensi profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar sehingga curah pendapat dan diskusi pada tahap Pra-Supervisi Kolaboratif tidak berjalan dengan baik dibuktikan dengan hanya satu orang guru berkode SB-7 yang aktif mencurahkan pendapatnya. Temuan ini diduga disebabkan oleh kepala sekolah yang tidak melakukan koordinasi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah-masalah krusial pada saat melakukan kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar, mencatat dan membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi dilakukan (tahap Pra-Supervisi Kolaboratif).

2. Terdapat dua orang guru dengan kode SB-18 dan SB-28 yang tidak menyiapkan hasil analisis materi pembelajaran ketika supervisi kolaboratif dilakukan di sekolah sehingga pelaksanaan supervisi kolaboratif menjadi terganggu.

Berdasarkan hasil refleksi di atas, peneliti merekomendasikan pelaksanaan supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif untuk siklus II sebagai berikut: 1. Pada tahap Pra-Supervisi Kolaboratif, kepala sekolah harus terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan semua guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan diantaranya mengindentifikasi masalahmasalah krusial ketika melaksanakan kinerja profesionalnya, mencatat dan membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah dan guru lainnya.

2. Pada tahap pelaksanaan Supervisi Kolaboratif, kepala sekolah harus menguatkan dan menegaskan kepada guru untuk menyiapkan kelengkapan untuk melaksanakan kinerja profesionalnya pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

B. Siklus II Supervisi kolaboratif pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Senin 7 Oktober 2019 sampai dengan hari kamis 7 November 2019. Pendekatan supervisi kolaboratif pada siklus II dilaksanakan berdasarkan rekomendasirekomendasi pada siklus I dengan menerapkan kesepuluh prinsip pendekatan

233

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel melalui tahapan-tahapan spesifik sebagai berikut: 1. Tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala sekolah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan semua guru dan menjelaskan teknis supervisi kolaboratif yang akan dilaksanakan diantaranya mengindentifikasi masalah-masalah krusial ketika melaksanakan kinerja profesionalnya dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar, mencatat dan membawanya pada saat curah pendapat dan diskusi bersama kepala sekolah dan guru lainnya.

Selanjutnya, kepala sekolah bersama 67 guru melaksanakan curah pendapat dan diskusi difasilitasi oleh kepala sekolah tentang masalah-masalah krusial yang teridentifikasi oleh guru dalam melaksanakan kinerja profesionalnya.

Pada akhir tahap pra-supervisi kolaboratif, kepala sekolah menguatkan dan menegaskan kepada guru untuk menyiapkan kelengkapan diantaranya hasil analisis materi pembelajaran.

2. Tahap supervisi kolaboratif, kepala sekolah melaksanakan supervisi kolaboratif bersama guru pada saat guru lain sedang melaksanakan kinerja profesionalnya dengan menerapkan kelima prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

3. Tahap pasca-supervisi, kepala sekolah bersama 67 guru melaksanakan refleksi pelaksanaan kinerja profesional dan supervisi kolaboratif difasilitasi oleh kepala sekolah.

Temuan-temuan selama proses supervisi kolaboratif berlangsung dikumpulkan menggunakan lembar observasi proses supervisi kolaboratif dan catatan lapangan. Untuk lebih jelasnya, tabel 4. berikut adalah deskripsi hasil pengamatan peneliti sebagai observer: Tabel 4.

DESKRIPSI HASIL OBSERVASI PADA SIKLUS II No Tahapan Spesifik Temuan 1 Tahap Pra-Supervisi Curah pendapat dan diskusi berjalan dengan Kolaboratif baik, seluruh guru aktif berdiskusi dan mencurahkan pendapatnya 2 Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan supervisi kolaboratif berjalan Supervisi Kolaboratif dengan efektif, guru mampu menerapkan solusi-solusi dari masalah yang teridentifikasi sebelumnya sebagai hasil curah pendapat dan diskusi dengan guru lain dan kepala sekolah pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

3 Tahap Pasca-Supervisi Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi Kolaboratif Pada siklus II ini tidak ditemukan lagi temuan-temuan negatif, dan pelaksanaan supervisi kolaboratif sudah sesuai dengan tahapan-tahapan spesifik supervisi kolaboratif. Temuan-temuan positif pada tahap spesifik supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif. Hasil refleksi pada siklus II yang telah dilakukan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut: 234

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

1. Curah pendapat dan diskusi berjalan dengan baik dan seluruh guru aktif berdiskusi dan mencurahkan pendapatnya.

2. Pelaksanaan supervisi kolaboratif berjalan dengan efektif dan guru mampu menerapkan solusi-solusi dari masalah yang teridentifikasi sebelumnya sebagai hasil curah pendapat dan diskusi dengan guru lain dan kepala sekolah pada tahap pra-supervisi kolaboratif.

3. Seluruh guru terlibat dalam proses refleksi pada tahap pasca-supervisi kolaboratif dikarenakan kepala sekolah telah koordinatif dengan guru dan telah berhasil memotivasi guru untuk saling belajar.

C. Kompetensi Profesional Guru pada Siklus I Berikut perbandingan pra-siklus dan setelah Siklus I, rata-rata kompetensi profesional guru di SMA Negeri 7 Banjarmasin yang diukur dan diamati terhadap 67 guru.

80

73,45

70 60

57,44

50 40 30 20 10 0 PRA SIKLUS

Grafik 1.

SIKLUS I

PERBANDINGAN RATA-RATA KOMPETENSI PROFESIONAL PADA PRA-SIKLUS I, DAN SIKLUS 1

Pada Grafik 1. di atas terlihat skor rata-rata kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar pada Siklus I sebesar 73,45 dengan kriteria cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar setelah diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif sudah cukup baik.

Berbeda dengan sebelum diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif, ratarata kompetensi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar Pra-Siklus sebesar 57,44 dengan kriteria kurang.

D. Kompetensi Profesional Guru pada Siklus II Berikut merupakan perbandingan rata-rata kompetensi profesional guru di SMA Negeri 7 Banjarmasin yang diukur dan diamati terhadap 67 guru, antara Siklus I dan Siklus II..

235

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687 100

85,66 80

73,45

60 SIKLUS I

Grafik 2.

SIKLUS II

PERBANDINGAN RATA-RATA KOMPETENSI PADA SIKLUS I DAN II

Pada Grafik 2. di atas terlihat bahwa skor rata-rata kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar sebesar 85,66 dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar pada siklus II setelah diterapkan pendekatan supervisi kolaboratif sudah baik. Berbeda dengan siklus I, rata-rata kompetensi profesional guru dalam mengembangkan materi pembelajaran dan bahan ajar sebesar 73,45 dengan kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan supervisi kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi profesional guru. Tiga Nilai kompetensi tersebut akan diperbandingkan, seperti dalam grafik berikut ini.

85,66

90 73,45

75 60

57,44

45 30 15 0 RATAAN NILAI PRA SIKLUS

SIKLUS I

SIKLUS II

Grafik 3. PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

236

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Grafik 3 menunjukkan kompetensi profesional guru mengalami peningkatan dari pra-siklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Hal ini menunjukkan pendekatan supervisi kolaboratif telah dilaksanakan secara efektif.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Proses supervisi dengan menerapkan pendekatan supervisi kolaboratif secara spesifik terdiri dari tahap pra-supervisi kolaboratif, supervisi kolaboratif dan pasca-supervisi kolaboratif.

2. Peningkatan kompetensi profesional guru dari pra-siklus ke siklus I sebesar 6,01 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada pra-siklus sebesar 57,44 dengan kriteria kurang dan pada siklus I sebesar 73,45 dengan kriteria cukup. Kompetensi profesional guru juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 12,21 poin. Rata-rata kompetensi profesional guru pada siklus II sebesar 85,66 dengan kriteria baik.

B. Saran Beberapa saran dikemukakan sebagai berikut : 1. Kepala sekolah harus terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan semua guru sebelum mengadakan kegiatan suverisi 2. Kepala sekolah harus menerapkan prinsip-prinsip pendekatan supervisi kolaboratif yaitu prinsip kolaboratif, kolegial, kemitraan, terbuka dan fleksibel.

3. Kepala sekolah harus koordinatif dengan guru dan memotivasi guru untuk saling belajar.

DAFTAR PUSTAKA Alfonso, RJ., Firth, G.R., dan Neville, R.F.(1981). Instructional Supervision, A Behavior System, Boston: Allyn and Bacon, Inc. Ali Mohamad, (1987), Pengantar Statistik, Bandung.

Danim, Sudarwan. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1982). Alat Penilaian Kemampuan Guru: Buku I. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.

----------------. (1982). Panduan Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.

--------------. (1996). Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi, Jakarta: Depdikbud -------------- .(1996). Jabatan Fungsional Kepala Sekolah dan Angka Kreditnya Jakarta: Depdikbud.

--------------.(1997). Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar.

Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar --------------. (1997). Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah: Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, TK dan SLB --------------.(1998). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, Jakarta: Depdikbud.

237

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

---------------. (2003). Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen PMPTK – Depdiknas RI, 2007, Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru, Jakarta.

Direktorat Tenaga Pendidik – Dirjen PMPTK – Depdiknas RI, (2008), Metode dan Teknik Supervisi, Jakarta.

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar – Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2014), Supervisi Pembelajaran - Bahan Materi Bimbingan Teknis Penguatan Kepala Sekolah , Jakarta.

Glickman, C.D (1995). Supervision of Instruction. Boston: Allyn And Bacon Inc. Gwynn, J.M. (1961). Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company.

McPherson, R.B., Crowson, R.L., & Pitner, N.J. (1986). Managing Uncertainty: Administrative Theory and Practice in Education. Columbus, Ohio: Charles E. Merrill Pub. Co. Nolan, J.F. (2011) Teacher Supervision and Evaluation. Wiley: United State of America.

Oliva, Peter F. (1984). Supervision For Today’s School. New York: Longman. ________(2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta. ________(2007) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Jakarta.

Pidarta, Made. (1992). Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwadarminta, (2003), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakata.

Purwanto, Ngalim.(2003). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

238

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 MARABAHAN MATERI MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION Khairul Anwar ( Kepala / Guru SMP Negeri 5 Marabahan ) E-mail : khairul150222@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini untuk menjawab permasalah, 1) Bagaimana aktivitas guru pada pembelajaran materi membaca pemahaman dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition di kelas VIII B SMP Negeri 5 Marabahan di SMP Negeri 5 Marabahan. 2) bagaimana aktivitas siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Marabahan meningkat pada materi membaca pemahaman dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition. 3) bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Marabahan terhadap kegiatan pembelajaran materi membaca pemahaman dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition.

Proses pembelajaran membaca pemahaman melalui pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition dengan cara, 1) Memahami isi bacaan dengan teknik identifikasi kata kunci 2) Memahami isi bacaan dengan teknik menentukan kalimat utama. 3) Memahami isi bacaan melalui menentukan hubungan antar paragraf. 4) Memahami isi bacaan melalui hubungan sebab akibat 5) Memahami isi bacaan kemudian menceritakan kembali dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dan 6) Memahami isi bacaan dengan mengajukan pertanyaan.

Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 5 Marabahan dengan jumlah siswa 21 orang siswa yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Ada beberapa faktor yang diteliti, yaitu : 1) Faktor siswa, 2) Faktor KBM dan 3) Faktor Out Put. Hasil penelitian menunjukkan proses pembelajaran meningkat dalam setiap siklus dan pertemuan, hal ini terbukti dari rata-rata keberhasilan siswa dalam evaluasi secara individu pada pertemuan terakhir siklus II pertemuan 3 adalah (95.22 %) siswa tuntas dalam belajar.

Kata Kunci : Cooperative Integrated Reading and Composition IMPROVING LEARNING OUTCOMES STUDENTS OF CLASS VIII B AT SMP NEGERI 5 MARABAHAN IN UNDERSTANDING READING MATERIAL USING COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION METHOD ABSTRACT This research is to answer the problem, 1) How is the teacher's activity in learning reading comprehension material using the Cooperative Integrated Reading and Composition method in class VIII B of SMP Negeri 5 Marabahan at SMP 239

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Negeri 5 Marabahan. 2) how the activity of class VIII B students of SMP Negeri 5 Marabahan increased in reading comprehension by using the Cooperative Integrated Reading and Composition method. 3) how are the learning outcomes of class VIII B students of SMP Negeri 5 Marabahan towards learning activities for reading comprehension materials using the Cooperative Integrated Reading and Composition method.

The process of learning to read comprehension through Cooperative Integrated Reading and Composition learning by, 1) Understanding the content of the reading with keyword identification techniques 2) Understanding the content of the reading by determining the main sentence technique. 3) Understanding the content of the reading by determining the relationship between paragraphs. 4) Understanding the content of the reading through causal relationships 5) Understanding the content of the reading then retell it using the Cooperative Integrated Reading and Composition method and 6) Understanding the content of the reading by asking questions.

This research includes Classroom Action Research (CAR) conducted in class VIII B of SMP Negeri 5 Marabahan with a total of 21 students consisting of 11 male students and 10 female students. There are several factors studied, namely: 1) Student factors, 2) KBM factors and 3) Out Put factors.

The results showed that the learning process increased in each cycle and meeting, this was evident from the average success of students in individual evaluation at the last meeting of cycle II meeting 3 was (95.22%) students were complete in learning.

Keywords: Cooperative Integrated Reading and Composition I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam meraih kemajuan. Dengan kemampuan membaca yang memadai, mereka akan lebih mudah menggali informasi dari berbagai sumber tertulis. Tetapi kemampuan itu tidak diperoleh secara alamiah, melainkan melalui proses pembelajaran yang sebagian merupakan tanggung jawab guru. Dalam hubungan ini guru dituntut untuk mampu membantu siswanya dalam mengembangkan kemampuan membacanya. Tugasnya yang utama di SMP ialah menggabungkan dasar-dasar kemampuan membaca yang sangat diperlukan agar dapat mengikuti studi lanjutan. Karena itu seyogyanya guru menguasai dengan baik bagaimana mengembangkan kemampuan tersebut pada siswa SMP. Peneliti dapat merasakan bahwa proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 5 Marabahan masih jauh dari yang diharapkan, nilai rata-rata Ujian Akhir Semester tahun Ajaran 2018/2019 adalah 5,75 yang seharusnya 7,00 standar ketuntasan belajar. Hal ini, mungkin disebabkan tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah. Oleh karena itu saya ingin meningkatkan melalui Penelitian Tindakan Kelas.

B. Pengertian Membaca Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain menyimak, berbicara, dan menulis. Banyak pendapat tentang batasan membaca yang telah 240

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

dikemukakan oleh para pakar. Batasan itu adalah sebagai berikut : membaca itu bersifat aktif, membaca memerlukan strategi, dan membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa lainnya, yakni menyimak, berbicara dan menulis.

Harras dan Sulistianingsih (Depdiknas, 2009:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses psikologis, proses sensoris, proses perseptual, proses perkembangan dan proses perkembangan keterampilan berbahasa.

Kelima proses dalam membaca tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Membaca proses psikologis, artinya adalah kesiapan dan kemampuan membaca sangat dipengaruhi dan berkaitan erat dengan faktor-faktor yang bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi serta tingkat perkembangan dini, seperti intelgensia dan usia mental.

2. Membaca sebagai proses sensoris berarti bahwa membaca dimulai dari melihat atau meraba dengan individu penglihatan dan peradaban.

3. Membaca sebagai proses perseptual berarti bahwa dalam membaca, persepsi di mulai dari melihat dan mendengar.

4. Membaca sebagai proses perkembangan berarti bahwa membaca merupakan proses perkembangan berarti bahwa membaca merupakan proses perkembangan disepanjang hidup seseorang. Membaca merupakan suatu yang diajarkan dan dipelajari, bukan sesuatu yang terjadi secara individual.

5. Membaca sebagai proses perkembangan keterampilan berbahasa berkaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya yaitu menyimak, berbicara dan menulis, membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa bersifat objektif, berlanjut dan digeneralisasikan.

C. Cooperative Integrated Reading and Composition Indikator yang dapat ditentukan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman melalui pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition dapat ditentukan sebagai berikut : 1. Memahami isi bacaan dengan teknik identifikasi kata kunci 2. Memahami isi bacaan dengan teknik menentukan kalimat utama 3. Memahami isi bacaan melalui menentukan hubungan antar paragraf.

4. Memahami isi bacaan melalui hubungan sebab akibat 5. Memahami isi bacaan kemudian menceritakan kembali dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition.

6. Memahami isi bacaan dengan mengajukan pertanyaan III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis sebab penelitian ini menyangkut kegiatan yang dipraktekkan oleh guru sehari-hari. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada dalam pekerjaan guru. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dalam kancah kelas tempat guru mengajar. (Kasbolah ES, 2012:15).

2. Jenis Penelitian Prosedur / langkah dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model pembelajaran sistem spiral refleksi diri yang 241

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (2009 : 48) yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan.

B. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 5 Marabahan dengan jumlah siswa 21 orang siswa yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan dengan suasana belajar pagi hingga siang hari.

C. Faktor yang Diteliti Dalam rangka menjawab permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini ada beberapa faktor yang diteliti, yaitu : 1. Faktor siswa, yaitu berupa aktivitas siswa cukup aktif dan bergairah mengikuti pembelajaran membaca pemahaman.

2. Faktor KBM, berupa metode dan strategi yang digunakan apakah cukup efektif untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3. Faktor Out Put, Berupa hasil belajar siswa apakah dengan metode dan strategi yang digunakan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap isi bacaan.

D. Skenario Tindakan 1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I a. Merencanakan tindakan yang sesuai dengan kesepakatan untuk melakukan pelatihan siswa secara sistematis tentang membaca tema tata tertib, kegiatan dan pengalaman. b. Tindakan (action) : 1) Pendahuluan Memberikan remedial materi pelajaran yang diberikan sesuai dengan hasil tes formatif.

2) Kegiatan Inti Membentuk 4 kelompok secara heterogen, Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran., 3) Penutup Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok Guru membuat kesimpulan bersama. c. Pengamatan (observasi) Oleh peneliti dinilai kemampuan siswa untuk menceritakan kembali isi teks wacana. d. Refleksi terhadap hasil observasi, bagaimana kesan guru, dan hasil penelitian peneliti. Ternyata masih perlu dilakukan tindakan dalam siklus kedua.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II a. Merencanakan tindakan yang sesuai dengan kesepakatan untuk melakukan latihan siswa secara sistematis tentang membaca pemahaman dengan tema kesehatan, lingkungan dan pendidikan. b. Tindakan (action) 1) Pendahuluan Memberikan remedial serta mengadakan apersepsi tentang pembelajaran membaca pemahaman dengan tema tata tertib, kegiatan dan pengalaman.

2) Kegiatan Inti Siswa dibentuk menjadi 4 kelompok secara heterogen, Guru memberikan wacana sesuai dengan topik 242

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

pembelajaran Siswa dalam kelompok menanggapi wacana dengan menemukan ide pokok. Kelompok membuat pertanyaan sesuai wacana dengan menemukan ide pokok. Kelompok menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang dibuat.

Kelompok secara bergiliran mempersentasikan kedepan kelas, kelompok yang lain menanggapi.

3) Kegiatan Akhir, Siswa yang sudah kembali duduk di bangku semula diberi lembar tes, sebagai kegiatan evaluasi secara individu. Siswa mengumpulkan lembar jawaban, Guru menutup pelajaran dengan tindak lanjut.

E. Data dan Cara Pengambilan Data 1. Sumber data : Sumber data ini diambil oleh peneliti pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Marabahan dengan jumlah siswa 21 orang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

2. Jenis data : Jenis data yang akan diteliti adalah data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

3. Cara pengambilan data a) Data aktivitas siswa dalam kelompok diambil dari lembar observasi. b) Data tanggapan yang diambil dari hasil pengamatan observer c) Data hasil belajar siswa secara individu dengan memberikan tes hasil belajar.

4. Analisis data Data diperoleh dari lembar observasi, lembar pengamatan kelompok, dan hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik analisis statistik.

Rumus yang digunakan adalah : F P  x 100 N Keterangan : P = Prosentasi yang dicari F = Nilai perolehan N = Jumlah siswa 100 % = Nilai ketetapan dalam mencari jumlah angka.

F. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan akan ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : “Tindakan kelas ini dianggap berhasil apabila 70 % siswa memperoleh rata-rata minimal 7”.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Siklus 1 1. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan kegiatan Tindakan pada Siklus I, sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan.

2. Observasi dan Evaluasi a) Observasi Kegiatan Pembelajaran Hasil pengamatan observer dari guru pamong dari tiga kali pertemuan pada siklus I ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 243

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

TABEL 1

OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN PTK SIKLUS I Skor Nilai Kegiatan No. Aspek yang di Observasi Bobot Skor x Pembelajaran 1 2 3 4 5 Bobot 1 2 3 4 5 6 I Pertemuan I 1.Kelompok dipersilahkan X 25 75 membacakan dan menemukan ide pokok x 5 15 dan memberi tanggapan terhadap wacana. x 30 60 2.Kelompok menuliskan x 5 20 tanggapannya pada x 5 15 lembar tugas yang disediakan.

3.Kelompok membuat x 5 20 pertanyaan yang sesuai x 5 20 pada teks wacana yang dibagikan.

4.Kelompok menuliskan jawaban dari pertanyaan yang dibuat.

5.Tiap-tiap kelompok mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil tanggapan, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan didepan kelas.

6.Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan memberi masukan pada kelompok yang maju.

7.Guru memberi masukan dan bimbingan jika permasalahan belum jelas.

Jumlah 80 225 Rata-Rata 2,81 II Pertemuan II 1.Kelompok dipersilahkan x 25 100 membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan x 5 15 terhadap wacana.

2.Kelompok menuliskan x 30 90 tanggapannya pada x 5 20 244

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No.

Kegiatan Pembelajaran

1

2

III

Pertemuan III

Skor Aspek yang di Observasi 3 lembar tugas yang disediakan.

3.Kelompok membuat pertanyaan yang sesuai pada teks wacana yang dibagikan.

4.Kelompok menuliskan jawaban dari pertanyaan yang dibuat.

5.Tiap-tiap kelompok mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil tanggapan, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan didepan kelas.

6.Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan memberi masukan pada kelompok yang maju.

7.Guru memberi masukan dan bimbingan jika permasalahan belum jelas.

Jumlah Rata-rata 1.Kelompok dipersilahkan membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana.

2.Kelompok menuliskan tanggapannya pada lembar tugas yang disediakan.

3.Kelompok membuat pertanyaan yang sesuai pada teks wacana yang dibagikan.

4.Kelompok menuliskan jawaban dari pertanyaan yang dibuat.

5.Tiap-tiap kelompok mendapatkan kesempatan 245

1

2

3

5

Nilai Skor x Bobot 6

5

20

x

5

20

x

5

20

80 25

285 3,56 125

x

5 30

20 90

x x

5 5

20 20

x

5

20

x

5

20

4

Bobot

5

4 x

x x

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No.

Kegiatan Pembelajaran

1

2

Skor Aspek yang di Observasi

1

2

3 untuk mempresentasikan hasil tanggapan, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan didepan kelas.

6.Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan memberi masukan pada kelompok yang maju.

7.Guru memberi masukan dan bimbingan jika permasalahan belum jelas.

Jumlah Rata-rata Jumlah seluruh pertemuan Jumlah rata-rata keseluruhan

3 4

4

5

Bobot 5

Nilai Skor x Bobot 6

80 240

315 3,94 825 3,44

Keterangan : Nilai =

Sx B 825   3,44 = A, B, C , D B 240

Berdasarkan tabel tersebut diatas tentang kegiatan pembelajaran mengenai penggunaan waktu ketika guru melaksanakan pembelajaran oleh guru pamong pada pertemuan kesatu (2,81), pertemuan kedua (3,56) sedangkan pertemuan ketiga pada siklus I adalah (3,94), dari keterangan tersebut bahwa penggunaan waktu belum efektif dari keseluruhan memperoleh rata-rata (3,44), katagori nilai adalah cukup. b) Obsevasi Aktivitas / Sikap Siswa dalam Belajar Hasil pengamatan aktifitas / sikap siswa dalam belajar oleh guru pamong adalah sebagai berikut : Tabel 2 No I

II

OBSERVASI AKTIVITAS / SIKAP SISWA DALAM BELAJAR Kegiatan Jumlah Prosentase Komponen Objek Sikap Pembelajaran Siswa (%) Pertemuan I 1. Respon terhadap mata 17 80.95 % pelajaran 18 85.71 % 2. Respon terhadap guru 19 90.47 % 3. Respon terhadap KBM 19 90.47 % 4. Respon terhadap tugas Pertemuan II 1. Respon terhadap mata 17 80.95 % pelajaran 19 90.47 % 246

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No

III

Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan III

Komponen Objek Sikap 2. Respon terhadap guru 3. Respon terhadap KBM 4. Respon terhadap tugas 1. Respon terhadap mata pelajaran 2. Respon terhadap guru 3. Respon terhadap KBM 4. Respon terhadap tugas Jumlah Rata-rata

Jumlah Siswa 20 19

Prosentase (%) 95.23 % 90.47 %

18 19 20 20

85.71 % 90.47 % 95.23 % 95.23 %

18.75

225 89.28 %

Berdasarkan tabel tersebut diatas tentang aktivitas /sikap siswa dalam belajar oleh guru pamong pada siklus I dalam kegiatan belajar mengajar cukup baik, dimana (89.28 %) siswa bersikap aktif mengikuti pembelajaran. ) Evaluasi Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa terhadap membaca pemahaman dari tiga kali pertemuan pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 PRESENTASI RATA- RATA HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS I Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Ket No Nilai F % F % F % 1 10 Pertemuan 2 9 1 4.76 % I = belum 3 8 1 4.76 % 4 19.04 % 7 33.33 % tuntas 4 7 5 23.8 % 6 28.57% 5 23.8 % II = belum 5 6 6 28.57% 6 28.57% 5 23.8 % tuntas 6 5 5 23.8 % 3 14.28 % 4 19.04 % III = belum 7 4 3 14.28 % 2 8% tuntas 8 3 1 4.76 % 9 2 10 1 Jumlah siswa 21 28.56 % 21 47.61 % 21 61.89 % yang tuntas Berdasarkan hasil belajar siswa terhadap membaca pemahaman dari tiga kali pertemuan dapat disimpulkan sebagai berikut : pertemuan kesatu (28.56 %), pertemuan kedua (47.61 %), pertemuan ketiga (61.89 %). d) Evaluasi Hasil Pengamatan Kegiatan Kelompok Hasil pengamatan pada kelompok dari tiga kali pertemuan pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut :

247

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 4.

HASIL PENGAMATAN KERJA KELOMPOK No Kelompok Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III 1 Kelompok I 80 85 90 2 Kelompok II 75 75 80 3 Kelompok III 85 85 90 4 Kelompok IV 75 80 85 Rata-rata 78,75 81,25 86,25 3. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran pertama, kedua dan ketiga pada siklus I ini maka dapat direfleksikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kendala atau hambatan yang dihadapi a. Tidak semua kelompok mampu menanggapi ide pokok, membuat pertanyaan serta menjawab pertanyaan, hal ini tentunya banyak menyita waktu sehingga waktu pembelajaran tidak efektif lagi. b. Kelompok masih banyak yang malu, ragu dan merasa gugup ketika mempresentasikan hasil tanggapan didepan kelas. c. Sebagian besar siswa adalah kelompok diam dan siswa yang aktif saja yang menanggapinya. d. Ketika lembar soal dibagikan sebagian besar siswa mendapat nilai rata-rata dibawah indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni 70 %.

2. Langkah-langkah Rencana Tindakan Perbaikan a. Disarankan pada siswa dalam kelompok harus melatih dalam menanggapi teks wacana terutama tentang ide pokok, membuat pertanyaan dan menjawab pertayaan. b. Agar siswa memperoleh nilai diatas indikator yakni 70 % siswa harus tuntas maka siswa harus memahami dan menyimak isi wacana secara benar.

B. Siklus II 1. Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus II ini dipersiapkan perangkat pembelajaran sama halnya seperti siklus sebelumnya.

2. Observasi dan Evaluasi a. Observasi Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan guru pamong sebagai kolaborator dalam penelitian ini pada pertemuan kesatu, kedua dan ketiga pada siklus II adalah sebagai berikut :

248

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 5 OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Kegiatan Skor N Bob Pembelaja Aspek yang di Observasi o. ot 1 2 3 4 5 ran 1 2 3 4 5 I Pertemuan 1. Kelompok dipersilahkan x 25 I membacakan dan menemukan ide 5 pokok dan memberi x 30 tanggapan terhadap wacana.

5 2. Kelompok menuliskan x 5 tanggapannya pada lembar tugas 5 yang disediakan. x 5 3. Kelompok membuat pertanyaan x yang sesuai pada teks wacana yang dibagikan.

4. Kelompok menuliskan jawaban x dari pertanyaan yang dibuat.

5. Tiap-tiap kelompok x mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil tanggapan, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan didepan kelas.

6. Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan memberi masukan pada kelompok yang maju.

7. Guru memberi masukan dan bimbingan jika permasalahan belum jelas.

Jumlah 80 Rata-Rata II Pertemuan 1. Kelompok dipersilahkan x 25 II membacakan dan menemukan ide x 5 pokok dan memberi tanggapan x 30 terhadap wacana. x 5 2. Kelompok menuliskan x 5 tanggapannya pada lembar tugas x 5 yang disediakan. x 5 3 . Kelompok membuat pertanyaan yang sesuai pada teks wacana yang dibagikan.

4. Kelompok menuliskan jawaban dari pertanyaan yang dibuat.

5. Tiap-tiap kelompok mendapatkan kesempatan untuk 249

Nilai Skor x Bobot 6 125 20 30 20 25 20 25

325 4,06 125 20 120 25 25 20 25

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

N o.

II I

Kegiatan Pembelaja ran

Skor Aspek yang di Observasi

mempresentasikan hasil tanggapan, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan didepan kelas.

6. Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan memberi masukan pada kelompok yang maju.

7. Guru memberi masukan dan bimbingan jika permasalahan belum jelas.

Jumlah Rata-rata Pertemuan 1. Kelompok dipersilahkan III membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana.

2. Kelompok menuliskan tanggapannya pada lembar tugas yang disediakan.

3 . Kelompok membuat pertanyaan yang sesuai pada teks wacana yang dibagikan.

4. Kelompok menuliskan jawaban dari pertanyaan yang dibuat.

5. Tiap-tiap kelompok mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil tanggapan, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan didepan kelas.

6. Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi dan memberi masukan pada kelompok yang maju.

7. Guru memberi masukan dan bimbingan jika permasalahan belum jelas.Kemajuan siswa belajar Jumlah Rata-rata Jumlah seluruh pertemuan

1

2

3

4

5

Bob ot

80 x x x x x x x

25 5 30 5 5 5 5

80 240

250

Nilai Skor x Bobot

360 4,50 125 25 120 25 25 20 25

365 4,56 1050 4,375

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Keterangan : Sx B 1050   4,375 = A, B, C , D B 240 Berdasarkan tabel tersebut diatas tentang kegiatan pembeljaran mengenai penggunaan waktu mengalami kemajuan yang sangat signifikan dibuktikan pada pertemuan kesatu (4,06), pertemuan kedua (4,50) dan pertemuan ketiga (4,56) jadi rata-rata nilai secara keseluruhan pada siklus II ini adalah (4,375), sehingga dapat dikatakan sangat baik. b. Observasi Aktivitas/Sikap Siswa dalam KBM Hasil pengamatan oleh guru pamong tentang aktivitas / sikap siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Nilai =

Tabel 6.

OBSERVASI AKTIVITAS / SIKAP SISWA DALAM KBM Kegiatan Jumlah Prosentase No Komponen Objek Sikap Pembelajaran Siswa (%) I Pertemuan I 1. Respon terhadap mata 18 85.71 % pelajaran 18 85.71 % 2. Respon terhadap guru 20 95.23 % 3. Respon terhadap KBM 19 90.47 % 4. Respon terhadap tugas II Pertemuan II 1. Respon terhadap mata 18 85.71 % pelajaran 20 95.23 % 2. Respon terhadap guru 20 95.23 % 3. Respon terhadap KBM 19 90.47 % 4. Respon terhadap tugas III Pertemuan III 1. Respon terhadap mata 19 90.47% pelajaran 20 95.23 % 2. Respon terhadap guru 20 95.23 % 3. Respon terhadap KBM 20 95.23 % 4. Respon terhadap tugas Jumlah 231 Rata-rata 19.25 91.66 % Berdasarkan pengamatan dari guru pamong dalam mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran pada tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pada siklus II ini prosentasi yang dicapai adalah (91.66 %) dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, hal ini membuktikan bahwa aktivitas siswa mengalami kemajuan yang sangat membanggakan. c. Observasi Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil evaluasi dari tiga kali pertemuan pada siklus II ini tentang “ Penggunaan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman”. Dapat dilihat pada tabel berikut :

251

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 7. PRESENTASI RATA- RATA HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS II Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III No Nilai Ket F % F % F % 1 10 2 9.52 % Pertemuan 2 9 1 4.76 % 2 9.52 % 2 9.52 % I = belum 3 8 7 33.33 % 10 47.61 % 12 57.14 % tuntas 4 7 6 28.57% 4 19.04 % 4 19.04 % II = belum 5 6 4 19.04 % 2 9.52 % 1 4.76 % tuntas 6 5 3 14.28 % 3 14.28 % III = 7 4 belum 8 3 tuntas 9 2 10 1 Jumlah siswa 21 66.66 % 21 76.17 % 21 95.22 % yang tuntas Berdasarkan tabel 7 tersebut diatas tentang prosentase rata-rata hasil belajar siswa dari tiga kali tindakan pada siklus II dapat diuraikan bahwa nilai ketuntasan belajar siswa pertemuan kesatu (66.66 %), pertemuan kedua (76.17 %) dan pertemuan ketiga (95.22 %) yang mendapat nilai diatas 70.

Dengan demikian hasil belajar siswa melampaui dari indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini yaitu 70 % siswa harus tuntas dalam pembelajaran. d. Evaluasi Hasil Pengamatan Kerja Kelompok Hasil pengamatan kerja kelompok pada tiga kali kegiatan pada siklus I adalah sebagai berikut : Tabel 8. HASIL PENGAMATAN KERJA KELOMPOK No Kelompok Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III 1 Kelompok I 90 95 95 2 Kelompok II 80 80 85 3 Kelompok III 95 95 95 4 Kelompok IV 75 85 85 Rata-rata 85 88,75 90 3. Refleksi Siklus II Dari hasil analisis terhadap hasil akhir secara umum menunjukkan ternyata setelah dilakukan kegiatan pembelajaran tentang “Penggunaaan Metode Cooperative Integrated Reading and Compositions dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Dimana pada pertemuan terakhir Siklus II ini prosentase rata-rata ketuntasan yaitu (95.22 %) siswa telah berhasil mendapatkan nilai 7 keatas bahkan melebihi dari indikator keberhasilan yakni 70% siswa tentang dalam pembelajaran.

252

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

C. Pembahasan Penelitian Untuk hasil belajar siswa pada tiap-tiap pertemuan baik Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada grafik berikut : 80 71,44 70 61,89 60

52,39 47,61

50

38,11

40 28,56

30 20 10 0

PERTEMUAN I

PERTEMUAN II

TUNTAS

PERTEMUAN III

TIDAK TUNTAS

Grafik 1 : KETUNTASAN BELAJAR SISWA SIKLUS 1 95,22

100 90 76,17

80 70

66,66

60 50 40

33,34

30

23,83

20 4,78

10 0 PERTEMUAN I

PERTEMUAN II

TUNTAS

PERTEMUAN III

TIDAK TUNTAS

Grafik 2. KETUNTASAN BELAJAR SISWA SIKLUS II Jadi seluruh kegiatan pembelajaran sudah selesai dilaksanakan dan dibuktikan dari hasil pertemuan kedua dan pertemuan ketiga pada siklus II 253

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

memperoleh nilai di atas indikator keberhasilan yakni 70 % siswa tuntas dalam belajar sehingga tindakan ini dapat dihentikan dengan kesimpulan : Atas dasar penilaian akhir pada siklus II pertemuan 3.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan proses pembelajaran sebanyak enam kali pertemuan, dari dua kali siklus yang telah dilaksanakan dimana pada tiap-tiap akhir pertemuan dilakukan koreksi terhadap hasil belajar siswa secara individu dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan judul :“ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 5 Marabahan Materi Membaca Pemahaman Dengan Menggunakan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition.”. Meningkat dalam setiap siklus dan pertemuan, hal ini terbukti dari rata-rata keberhasilan siswa dalam evaluasi secara individu pada pertemuan terakhir siklus II pertemuan 3 adalah (95.22 %) siswa tuntas dalam belajar. Dan dari hasil tersebut diatas melebihi dari indikator keberhasilan yakni siswa telah mampu memperoleh nilai di atas 70 %.

B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas maka disarankan kepada : 1. Siswa hendaknya memperbanyak latihan membaca sehingga mudah untuk memahami isi bacaan melalui metode Cooperative Integrated Reading and Composition 2. Guru yang mengalami kesulitan yang sama dalam mengajar hendaknya menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition untuk memahami isi bacaan sebagai upaya tindakan pemecahan.

3. Kepala Sekolah dan Pengawas SMP mengadakan pembinaan dan bimbingan kepada guru dalam meningkatkan pembelajaran dalam membaca pemahaman.

4. Kepada Pemerintah dan instansi terkait (Depdiknas) hendaknya melakukan pengawasan terhadap kebijakan pendidikan khususnya sistem evaluasi pendidikan dasar untuk meningkatkan pembelajaran membaca pemahaman serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA Achmad, Subur, (2012), MUTU (Media Komunikasi dan Informasi Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar) Jakarta : Primari Education Quality Improvement Project (PGQIP) Ahmad, S Harjosujono, (2010) , Hakekat kegiatan Pembelajaran Membaca, Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas, (2009), Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tentang Membaca, Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas, (2003), Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas Kasihani, Kasbolah ES. (2012). Penelitian Tindakan Kelas untuk Peningkatan Profesionalisme Guru. Malang : Universitas Negeri Malang.

Mochlisah, (2010), Materi Pokok Pembelajaran Bahasa Indonesia 3, Jakarta : Dirjen Dikti.

254

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION DAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUKAN MEDIA GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT SISWA KELAS X-TSM SMK NEGERI 5 BANJARMASIN Muhammad Qamaruzzaman1, Noor Fajriah2 Guru SMK Negeri 5 Banjarmasin1, Dosen Prodi Matematika FKIP ULM Banjarmasin2 e-mail : muhammadqamaruzzaman85@guru.smk.belajar.id1 n.fajriah@ulm.ac.id 2 DOI : https://doi.org/10.31219/osf.io/sf6yw ABSTRAK Penelitian tindakan ini merupakan langkah untuk menanggulangi permasalahan kurangnya aktivitas siswa terlibat dalam pembelajaran persamaan dan fungsi kuadrat matematika, dan di sisi lain hasil belajar siswa untuk pelajaran matematika pada materi ini di tahun sebelumnya masih dibawah KKM yang dipatok yakni 75, dan ketuntasan klasikal juga belum mencapai 80%. Dengan masalah ini diperlukan satu alternatif untuk menyelesaikannya yakni dengan penerapan Group Investigation dan penemuan terbimbing berbantukan geogebra dalam Pembelajaran matematika pada materi Persamaan dan Fungsi Kuadrat.

Penelitian ini bersifat tindakan kelas yang dilakukan 2 siklus. Siklus I dan siklus II dilaksanakan masing-masing 2 kali pertemuan. Dan setiap selesai 2 kali pertemuan diadakan pengambilan data. Untuk melihat aktivitas belajar siswa dilakukan pengamatan dengan angket observasi yang sudah disiapkan, untuk hasil belajar siswa dilaksanakan tes obyektif, dengan soal diambil dari soal Ujian Nasional (UN) sehingga terjamin dari segi validitas dan reliabilitas soal.

Hasil penelitian ini menunjukkan, siswa terbantu untuk mendapatkan materi pembelajaran secara mandiri, didukung kerja sama group, dan siswa mampu melihat realistik-kontekstual materi pelajaran mereka dengan bantuan geogebra.

Hasil prestasi siswa, pada Sikus I rata-ratanya sebesar 74.58 sedangkan pada Siklus II rata-rata prestasi siswa mencapai 79.00 sedangkan KKM dipatok 75, berarti prestasi belajar pada II telah melampaui KKM yang ada. Namun ketuntasan belajar secara klasikal, pada siklus I sebesar 78%, sedangkan Siklus II mencapai 97%.

Kata Kunci : Penemuan Terbimbing, Group Investigation, Geogebra.

IMPLEMENTATION OF GROUP INVESTIGATION AND GUIDED DISCOVERY ASSISTED BY GEOGEBRA TO IMPROVE LEARNING ACTIVITIES AND OUTCOMES EQUATIONS AND SQUARE FUNCTIONS OF X-TSM CLASS AT SMK NEGERI 5 BANJARMASIN ABSTRACT This action research is a step to overcome the problem of the lack of student activity involved in learning mathematical equations and quadratic functions, and on the other hand student learning outcomes for mathematics lessons on this 255

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

material in the previous year were still below the KKM which was set at 75, and classical completeness had not yet reached 80%. With this problem, an alternative is needed to solve it, namely by applying Group Investigation and guided discovery assisted by geogebra in mathematics learning on the material of Quadratic Equations and Functions.

This research is a classroom action research conducted in 2 cycles. Cycle I and cycle II were held in 2 meetings each. And after every 2 meetings, data collection is held. To see student learning activities, observations were made with an observation questionnaire that had been prepared. To determine the success of student learning, an objective test was carried out, with questions taken from the previous year's National Examination (UN), so that the validity and reliability were guaranteed.

The results of this study indicate that students are helped to obtain learning materials independently, supported by group collaboration, and students are able to see the contextual realistic of their subject matter with the help of geogebra. The results of student achievement, in Cycle I the average is 74.58 while in Cycle II the average student achievement reaches 79.00 while the KKM is set at 75, meaning that learning achievement in II has exceeded the existing KKM. However, in terms of classical mastery learning, in the first cycle it only reached 78%, while in Cycle II it reached 97%, and for classical mastery it was set at 80%.

Keywords: Guided Discovery, Group Investigation, Geogebra.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses Belajar Mengajar (PBM) matematika di kelas kebanyakan masih mewarisi ritme pembelajaran pada tahun-tahun sebelumnya, dengan langkah pertama, penyajian definisi/ aksioma/ teorema, kedua penyajian contoh-contoh dan non-contoh, ketiga mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan, dan keempat, penugasan pekerjaan rumah baik secara kelompok maupun secara individu. Dengan cara mengajar seperti ini pengembangan ketrampilan menghafalkan merupakan tujuan utama pembelajaran.

Langkah pembelajaran matematika seperti itu, akan didominasi oleh penyajian masalah matematika dalam bentuk tertutup (closed problem atau highly structured problem) yaitu permasalahan matematika yang dirumuskan sedemikan rupa, sehingga hanya memiliki satu jawaban yang benar dengan satu pemecahanannya. Di samping itu, permasalahan tertutup ini biasanya disajikan secara terstruktur dan eksplisit, mulai dengan yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan konsep apa yang digunakan untuk memecahkan masalah itu.

Ide-ide, konsep-konsep dan pola hubungan matematika serta strategi, teknik dan algoritma pemecahan masalah diberikan secara eksplisit, sehingga siswa dengan mudah dapat menebak solusinya.

Tidak jarang orang berpendapat, pembelajaran matematika di sekolah sangat teoretik dan mekanistik. Pembelajaran matematika hanya menekankan pada teori dan konsep-konsep matematika tanpa disertai dengan penerapannya pada berbagai bidang yang lain seperti ekonomi, sains, teknologi, dan kehidupan

256

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

sehari-hari. Pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa tidak mengetahui untuk apa mereka belajar matematika. Dengan kata lain pelajaran matematika dirasakan kurang bermakna bagi kehidupannya, sehingga menyebabkan kurangnya minat siswa terhadap matematika.

Hal inilah yang juga terlihat di kalangan siswa SMK Negeri 5 Banjarmasin khususnya kelas X TSM ketika belajar matematika, apabila guru pengajar melakukan pembelajaran seperti ritme yang dulu, maka kalangan siswa pandailah yang akan antusias dalam belajar, sementara siswa yang tergolong sedang tidak begitu antusias, dan di lain pihak ada juga siswa yang menjadi tidak tertarik dalam belajar. Namun bila, ritme pembelajaran dirubah dengan melibatkan mereka secara individu ataupun kelompok melalui tugas-tugas tertentu, seperti group investigation barulah mereka akan terlibat antusias untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran matematika.

Masalah selanjutnya dalam pembelajaran matematika adalah, pelajaran bermain pada konsep abstrak, artinya tidak bisa diraba, dilihat gambaran dari pembelajaran matematika tersebut, menurut kata lain pembelajaran matematika jarang realistik, karena sukar dibayangkan dan dipikirkan bagaimana gambaran dan konsep dari materi matematika tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan realistik ini, tidak harus permasalahan yang konkret ada di dunia nyata, tidak mesti sesuatu yang ada di sekitar kita, tetapi permasalahan itu dapat dibayangkan dan dipikirkan dalam pikiran, dan bisa dilihat. Syukur-syukur materi pembelajaran matematika tersebut bisa mengarah pada kontekstual, atau terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa direalisasikan bila kita menggunakan media pendidikan seperti geogebra.

B. Metode Penemuan Terbimbing Metode penemuan dikatakan sebagai metode mengajar penemuan materi yang dilakukan oleh siswa. Dalam studi ini menemukan diri Anda sesuatu yang baru. Ini tidak berarti bahwa ia menemukan itu benar-benar baru karena sudah diketahui oleh orang lain. Berbeda halnya dengan Descartes awalnya dirintis geometri analitis. Dia adalah orang pertama yang menemukan sesuatu yang baru, yaitu hubungan antara aljabar dan geometri oleh penemuan sistem koordinat.

Jika seorang anak sekarang di sekolah dasar kegiatan belajar berhasil menemukan bentuk mereka sendiri persamaan linear dan garis lurus melalui titik-titik tertentu pada bidang koordinat, ia telah menemukan sesuatu yang baru.

Tapi hanya di sini adalah baru baginya sendiri, karena sudah diketahui oleh orang banyak. (Markaban, 2006: 20).

Beberapa kekuatan dari metode penemuan ini adalah sebagai berikut: 1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

2. Siswa memahami materi pembelajaran yang benar, untuk memiliki proses sendiri untuk menemukan itu. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.

3. Menemukan sendiri menciptakan perasaan puas. Kepuasan batin dalam mendorong ingin menjalani lebih lama, sampai penemuan kepentingan penelitian peningkatan. Siswa memperoleh pengetahuan dengan metode

257

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuan untuk konteks yang berbeda.

4. Metode ini melatih siswa untuk belajar di banyak mereka sendiri C. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Menurut Supriyono (2009) model pembelajaran kooperatif merupakan konsep pembelajaran yang mencakup semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Umumnya dianggap lebih diarahkan ke pembelajaran kooperatif oleh guru, di mana guru memberikan tugas dan pertanyaan dan memberikan bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa memecahkan masalah tersebut. Guru biasanya menetapkan ujian tertentu pada akhir tugas. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar prestasi akademik, toleransi, keragaman menerima, dan pengembangan keterampilan sosial.

Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, demokratik teaching, dan kelompok belajar kooperatif.

Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Demokratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman siswa (Budimansyah, 2007: 7). Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.

Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.

1. Ciri-Ciri Model Group Investigation Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni sebagai berikut: a. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. b. pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan 258

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok. c. pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. d. adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. e. pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.

2. Tujuan Model Pembelajaran Grup Investigation Metode Grup Investigation paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling terkait: a. Group Investigasi membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. Hal ini mempunyai implikasi yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan membentu mencapai tujuan. b. Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui investigasi. c. Group Investigation melatih siswa untuk bekaerja secara kooperatif dalam memecahkan suatu masalah. Dengan adanya kegiatan tersebut, siswa dibekali keterampilan hidup yang berharga dalam kehidupan bermasyarakat.

Jadi guru menerapkan model pembelajaran GI dapat mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan, belajar isi dan belajar untuk bekerja secara kooperatif D. Pembelajaran Matematika Matematika adalah pelajaran yang paling ditakuti oleh beberapa pelajar di sekolah, bahkan para mahasiswa pun juga enggan untuk mendekati pelajaran ini. Mengapa ini bisa terjadi ? Mungkin karena mereka sudah merasa takut duluan sebelum mempelajari matematika. Pengertian matematika itu sendiri adalah sederetan angka-angka, dan simbol matematika yang bisa kita selesaikan melalui operasi hitung matemati, (Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, Pembagian).

Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar kompetensi dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak berorientasi pada penguasaan materi matematika semata, tetapi materi matematika diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.

259

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok, untuk setiap aspeknya.

Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin di capai.

Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa maka ruang lingkup materi matematika adalah aljabar, pengukuran dan geomerti, peluang dan statistik, trigonometri, serta kalkulus.

E. Geogebra Geogebra merupakan salah satu software pembelajaran matematika yang cukup handal. Geogebra dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran geometri, aljabar, kalkulus serta statistik. Software yang pertama kali dikembangkan oleh Markus Hohenwarter ini dapat membuat media pembelajaran berupa lembar kerja yang dinamis (dynamic worksheet). Untuk menjalankan Geogebra diperlukan Java Runtime Environtment (JRE) Pada dasarnya geogebra dapat digunakan sebagai : 1. media pembelajaran matematika 2. alat bantu untuk menulis bahan ajar.

3. alat bantu untuk menyelesaikan soal matematika Salah satu contoh penggunaan yang sangat sederhana misalnya pada kotak isian input saya memasukan fungsi kuadrat, maka setelah menekan tombol [Enter] grafik fungsi kuadrat tersebut akan ditampilkan.

Dengan menggunakan tool point yang disediakan, saya mengklik dua titik perpotongan grafik tersebut dengan sumbu x, sebagai penyelesaian dimana y=0. Selain itu sebagai contoh juga dapat di gunakan dalam pembelajaran integral. Berikut ini contoh aplikasi GeoGebra:

Gambar 1. CONTOH APLIKASI GEOGEBRA

260

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

II. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian tindakan kelas (PTK), yang merupakan suatu untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya.(Dzaki, 2009). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas (Kunandar, 2009).

Subyek penelitian adalah siswa kelas X TSM SMK Negeri 5 Banjarmasin tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak 35 orang (lihat lampiran siswa). Sedangkan sampel penelitian mengambil sampel total, sedangkan obyek mata pelajaran adalah Persamaan dan Fungsi Kuadrat. (lihat lampiran RPP). Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Banjarmasin. Waktu pelaksanaan penelitian digelar pada bulan Januari – Februari 2020, sebanyak 2 siklus dengan jumlah keseluruhan pertemuan 4 kali dengan didalamnya terdapat 1 kali evaluasi pada siklus I dan siklus II. B. Prosedur Penelitian Tindakan 1. Persiapan Tindakan Kegiatan awal pada siklus pertama dalam penelitian ini adalah : a. Menyusun rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ) b. Membuat LKS Persamaan Kuadrat dan Fungsi Persamaan Kuadrat dengan metode penemuan terbimbing. (LKS terlampir). c. Membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil, sebanyak 5 orang, sehingga ada 7 kelompok, karena jumlah siswa kelas X TSM SMK Negeri 5 Banjarmasin Tahun Peljaran 2019/2020 sebanyak 35 orang. d. Setiap kali pertemuan, guru mengarahkan siswa untuk memperlajari LKS yang telah diberikan secara berkelompok, kemudian masalah yang terkait dengan materi ini. e. Guru hanya memfasilitasi kelompok yang mengalami hambatan, dengan mengingatkan lagi LKS yang telah dibacanya, guru tidak diperkenankan untuk memberikan jawaban langsung. f. Hasil pembelajaran dalam kelompok dipresentasekan oleh seluruh kelompok, pada pertemuan besar dan ditanggapi oleh kelompok lainnya. g. Mempersiapkan instrument observasi untuk melihat aktivitas siswa dalam pembelajaran kelompok. h. Menyusun alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa berupa ulangan harian 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini meliputi : Siklus I : a. Penyajian materi 8 x 45 menit, dengan Kompetensi Persamaan Kuadrat, dilaksankana pada tanggal 14, dan 21 Januari 2020.

261

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

b. Membuat Kelompok yang heterogen sebanyak 7 kelompok, terdiri dari 5 orang. c. Membahas materi dalam LKS tersebut, dan menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS tersebut. d. Melakukan pemantauan selama pembelajaran berlangsung baik aktivitas siswa untuk melihat aktivitas belajar siswa dalam kelompok. e. Setiap kelompok mempresentasekan hasil tugas mereka ke depan kelas, dan kelompok lain menanggapinya. Sementara guru melakukan penguatan pada ujung kegiatan setiap kelompok. f. Mengadakan tes berupa ulangan harian. Tes dilaksanakan setelah selesai pembahasan Persamaan Kuadrat. Lama tes 1 x 45 menit, pada tanggal 21 Januari 2020. g. Refleksi I, dari hasil tes dan observasi dilakukan analisis untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan pelaksanaan dan hasil belajar, kemudian dilakukan refleksi untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

Jika Siklus I telah selesai maka dilanjutkan siklus II dengan rancangan sebagai berikut.

Siklus II : a. Penyajian materi 8 x 45 menit, dengan Kompetensi Persamaan Fungsi Kuadrat, dilaksanakan tanggal 28 Januari 2020, dan 4 Februari 2020. b. Membuat Kelompok yang heterogen sebanyak 7 kelompok, terdiri dari 5 orang. c. Membahas materi dalam LKS tersebut, dan menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS tersebut. d. Melakukan pemantauan selama pembelajaran berlangsung, untuk melihat aktivitas belajar siswa dalam kelompok. e. Setiap kelompok mempresentasekan hasil tugas mereka ke depan kelas, dan kelompok lain menanggapinya. Sementara guru melakukan penguatan pada ujung kegiatan setiap kelompok. f. Mengadakan tes berupa ulangan harian. Tes dilaksanakan setelah selesai pembahasan Persamaan Kuadrat. Lama tes 1 x 45 menit, pada tanggal 4 Februari 2020. g. Refleksi II, dari hasil tes dan observasi dilakukan analisis untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan pelaksanaan dan hasil belajar.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket Pengumpulan data dilakukan melalui observasi PBM (Proses Belajar Mengajar), untuk melihat aktivitas belajar siswa dengan perangkat observasi untuk melihat sikap dan ketrampilan siswa. Format yang digunakan berdasarkan PERMRNDIKBUD Nomor 14 Tahun 2013 tentang Penilaian dalam Kurikulum 2013.

262

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

a. Format pengamatan sikap dalam pembelajaran Sikap No Nama Siswa Aktif Bekerjasama Toleran KB B SB KB B SB KB B SB 1 Keterangan: KB : Kurang baik B : Baik SB : Sangat baik

No

b. Format Pengamantan Ketrampilan dalam Pembelajaran Keterampilan Menerapkan konsep/prinsip dan strategi Nama Siswa pemecahan masalah KT T ST

1 Keterangan : KT = Kurang Terampil, T = Terampil dan ST = Sangat Terampil 2. Tes Ulangan Data yang diambil untuk menilai hasil belajar siswa berupa data ulangan per Kompetensi Dasar (Per-KD), soal diambil dari soal UN, sehingga validitas dan reliabilitasnya tidak diranggukan lagi. Dari hasil tes dianalisis berdasarkan ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dengan rumusan sebagai berikut : Persentase ketuntasan individual : Persentase ketuntasan klasikal :

𝑥 100 𝑥 100%

E. Indikator Keberhasilan Guru mengajarkan suatu materi ajar dikatakan berhasil bila setiap menyampaikan materi ajar sudah mengikuti tahapan-tahapan secara benar dan hasil belajar siswa memenuhi KKM yakni 75, Sedangkan ketuntasan secara klasikal ditentukan dengan 80% siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal. Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil apabila jumlah persentasi antarai baik dan sangat baik, terampil dan sangat terampil minimal 80% III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Siklus I Peneliti membuat rencana tindakan dengan langkah pertama menyusun rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ), Lembar Kerja Siswa (LKS) yakni pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan berbantuan media geogebra. Dengan langkah ini, diharapkan adanya efisiensi dan efektifitas waktu dalam pembelajaran. Langkah kedua, mempersiapkan instrument pengamatan siswa untuk melihat aktivitas

263

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

belajar mereka serta menyusun alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa berupa tes di akhir kegiatan siklus.

Tindakan siklus I ini yakni Penyajian materi ( subject master ) 6 x 45 menit, dengan Kompetensi Persamaan Kuadrat. Sedangkan tujuan pembelajarannya adalah : siswa dapat menentukan akar persamaan kuadrat dengan cara pemaktoran dan rumus ABC. Sedangkan tujuan lainnya, adalah siswa dapat membentuk persamaan kuadrat bila akar-akarnya diketahui 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pada siklus I, dilaksanakan dengan penyajian materi (subject master) selama 8 x 45 menit ( 2 kali pertemuan / tatap muka ). Pertemuan siklus I dilaksanakan pada tanggal, 14, dan 21 Januari 2020.

Pertemuan 1 membahas tentang sub pokok bahasan : Pengertian akar-akar persamaan, kuadrat. Pertemuan kedua membahas penentuan akarakar dengan pemaktoran dan rumus ABC. Sedangkan pertemuan, ke-3 membuat persamaan kuadrat dengan akar-akar yang diketahui. .

3. Observasi dan Evaluasi Siklus I Berdasarkan pengamatan guru selama kegiatan pada Siklus 1 ditemukan beberapa hal sebagai berikut : Pertama : Siswa dituntut untuk memahami materi yang ada berdasarkan daya nalar mereka sendiri.

Kedua : Bila siswa bermasalah dengan pemahamannya, maka mereka akan saling bertanya satu sama lain, bagaimana memahami penjelaan materi seperti yang dijelaskan dalam LKS tersebut.

Ketiga : Guru hanya memberikan penjelasan bersifat tidak langsung dengan meminta siswa untuk mengulang kembali bacaan terdahulu atau contohcontoh soal yang sama dengan yang lalu.

Keempat : Guru akan memberikan contoh baru, di saat siswa mengalami kemacetan dalam penyelesaian masalah atau pemahaman materi pembelajaran tersebut.

Kelima, setiap kelompok menyajikan hasil permasalahan yang didapatnya di depan kelas, dan ditanggapi oleh kelompok lainnya.

Keenam, guru memberikan penguatan di akhir setiap diskusi kelompok, dan di akhir pertemuan, atau ketika menutup pembelajaran.

Tes pada siklus I dilaksanakan setelah penyajian materi dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, untuk tes pada siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2020, Tes tertulis ini dalam bentuk pilihan ganda.

4. Hasil Pengamatan Aktivitas dan Tes Belajar Siklus I a. Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus I Hasil pengamatan aktivitas pembelajaran secara dapat dilihat pada tabel berikut:

264

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 1.

No. 1.

2.

3.

HASIL PENGAMATAN SIKAP SISWA BELAJAR DALAM KELOMPOKNYA PADA SIKLUS 1 SIKAP PROSENTASE KB B SB Aktif 22 58 19 Bekerja Sama 47 39 14 Toleran 0 100 0

Sedangkan untuk hasil pengamatan penilaian ketrampilan siswa, dalam hal penerapan konsep atau prinsip dan strategi pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2.

No. 1.

2.

3.

HASIL PENGAMATAN PENILAIAN KETRAMPILAN SISWA PADA SIKLUS I KETRAMPILAN PROSENTASE Kurang Terampil Terampil Sangat Terampil

0 64 36

b. Hasil Belajar Siswa Siklus I Pengamatan pada hasil belajar, dapat dilihat hasilnya pada pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3.

No. 1.

2.

3.

RINGKASAN HASIL TES PADA SIKLUS I Komponen Nilai KKM 75 Rata-rata Tes 78,00 Ketuntasan Perorangan 78 %

5. Refleksi Siklus I a. Aktivitas Belajar Siswa.

Hasil pengamatan sikap siswa ketika kegiatan Group Investigation selama kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 1, menunjukkan pada sikap aktivitas belajar siswa terdapat 22% kurang baik, 58 % baik, dan 19% sangat baik. Berarti untuk keaktifan siswa dalam kelompok sudah lebih dari setengah siswa menunjukkan sikap yang baik ketika dilaksanakan pembelajaran kelompok melalui model Group Investigation, namun belum mencapai 80% untuk gabungan baik dan sangat baik.

Sedangkan untuk kreteria kerja sama dalam kelompok, terlihat masih kurang karena prosentase kurang baik mencapai 47% artinya hampir separuh siswa kurang bekerja sama dalam kegiatan group

265

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

investigation. Jumlah Prosentase Baik dan sangat baik, dalam bekerja sama belum mencapai 80% Pada sikap toleransi sesama anggota kelompok dalam kegiatan group investigation, terlihat berdasarkan hasil pengamatan 100% siswa bersikap baik dalam hal toleransi terhadap sesamanya. Ini menunjukkan sikap tenggang rasa dalam kelompok sudah terjalan dengan baik.

Pengamatan pada ketrampilan siswa, pada Siklus I memperlihatkan pada tabel 3 sebelumnya menunjukan bahwa, tidak ada siswa (0%) siswa yang kurang terampil menerapkan konsep dalam pemecahan masalah, dan gabungan persentase siswa terampil dan sangat terampil mencapai 100%, artinya sudah melebihi indidkator keberhasilan minimal 80%. b. Hasil Belajar Siswa.

Hasil tes yang dilaksanakan diperlihatkan dalam tabel 3, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siklus I ketuntasan klasikal belum tercapai, dan nilai rata-rata tes pada siklus 1 mencapai angka 74,58 ini kurangg dari nilai KKM (75). Berarti belum memenuhi indicator melebihi nilai KKM. B. Siklus II 1. Perencanaan Tindakan Siklus II Peneliti membuat rencana tindakan lanjutan dengan menyusun rencana pelaksanaan pengajaran ( RPP ), Lembar Kerja Siswa (LKS) yakni pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan berbantuan media geogebra. Langkah kedua, mempersiapkan instrument pengamatan siswa untuk melihat aktivitas belajar mereka serta menyusun alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa berupa tes di akhir kegiatan siklus.

Tindakan siklus II ini yakni Penyajian materi ( subject master ) 8 x 45 menit, dengan Kompetensi Fungsi Kuadrat. Sedangkan tujuan pembelajarannya adalah : siswa dapat menentukan titik potong pada sumbu x dan pada sumbu y, sebuah fungsi kuadrat yang diberikan. Sedangkan tujuan lainnya, adalah siswa dapat menentukan titik puncak, atau titik balik dari sebuah fungsi kuadrat. Dan terakhir menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari dengan mempergunakan titik puncak atau titik minimum dari sebuah fungsi kuadrat.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pada siklus II, dilaksanakan dengan penyajian materi (subject master) selama 8 x 45 menit ( 2 kali pertemuan / tatap muka ). Pertemuan pertama, membahas tentang sub pokok bahasan : Menentukan titik potong pada sumbu x dan pada sumbu y, dari sebuah fungsi kuadrat. Pertemuan kedua menentukan titik balik suatu fungsi kuadrat dan sifat-sifat sebuah fungsi kuadrat. Sedangkan pertemuan, ketiga mempergunakan penggunaan titik balik maupun titik minimum/maksimum fungsi kuadrat dalam pemecahan masalah sehari-hari yang ditemukan oleh siswa.

3. Observasi dan Evaluasi Siklus II Berdasarkan pengamatan guru selama kegiatan pada Siklus II ditemukan beberapa hal sebagai berikut : 266

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Pertama : Siswa dituntut untuk memahami materi yang ada berdasarkan daya nalar mereka sendiri.

Kedua : Bila siswa bermasalah dengan pemahamannya, maka mereka akan saling bertanya satu sama lain, bagaimana memahami penjelaan materi seperti yang dijelaskan dalam LKS tersebut.

Ketiga : Guru hanya memberikan penjelasan bersifat tidak langsung dengan meminta siswa untuk mengulang kembali bacaan terdahulu atau contohcontoh soal yang sama dengan yang lalu.

Keempat : Guru akan memberikan contoh baru, di saat siswa mengalami kemacetan dalam penyelesaian masalah atau pemahaman materi pembelajaran tersebut.

Kelima, setiap kelompok menyajikan hasil permasalahan yang didapatnya di depan kelas, dan ditanggapi oleh kelompok lainnya.

Keenam, guru memberikan penguatan di akhir setiap diskusi kelompok, dan di akhir pertemuan, atau ketika menutup pembelajaran.

Tes pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2020, setelah penyajian materi dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tes dalam bentuk pilihan ganda.

4. Hasil Pengamatan Aktivitas dan Tes Belajar Siklus II a. Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus II Hasil pengamatan aktivitas pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.

No. 1.

2.

3.

HASIL PENGAMATAN SIKAP SISWA BELAJAR DALAM KELOMPOKNYA PADA SIKLUS II SIKAP PROSENTASE KB B SB Aktif 0 81 19 Bekerja Sama 0 78 22 Toleran 0 72 28

Sedangkan untuk hasil pengamatan penilaian ketrampilan siswa, dalam hal penerapan konsep atau prinsip dan strategi pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5.

No. 1.

2.

3.

HASIL PENGAMATAN PENILAIAN KETRAMPILAN SISWA PADA SIKLUS II KETRAMPILAN PROSENTASE Kurang Terampil Terampil Sangat Terampil

267

0 33 67

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

b. Hasil Belajar Siswa Sikus II Pengamatan pada hasil belajar, dapat dilihat hasilnya pada tabel 6 berikut ini : Tabel 6.

No. 1.

2.

3.

RINGKASAN HASIL TES PADA SIKLUS II Komponen Nilai KKM 75 Rata-rata Tes 79.00 Ketuntasan Perorangan 97 %

5. Refleksi Siklus II a. Aktivitas Belajar Siswa.

Hasil pengamatan sikap siswa ketika kegiatan Group Investigation selama kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4, menunjukkan pada sikap aktivitas belajar siswa, tidak ada siswa (0%) siswa yang keaktifannya kurang baik. Sebaliknya, mayoritas siswa memiliki keaktifan baik (81%) sisanya 19% menunjukkan keaktifan yang sangat baik.

Sedangkan untuk kreteria kerja sama dalam kelompok, tidak asa siswa yang tergolong kurang baik dalam kerjasamanya (0%), sedangkan yang banyak terlihat adalah sikap kerjasama yang tergolong baik (78%), Sedangkan prosentase sangat baik dalam sikap bekerja sama terlihat mencapai 22%.

Pada sikap toleransi sesama anggota kelompok dalam kegiatan group investigation, terlihat berdasarkan hasil pengamatan mayoritas siswa (72%) menunjukkan sikap toleransi yang baik. Dan sisanya menunjukkan sikap toleransi yang sangat baik (28%).

Pengamatan ketrampilan siswa pada Siklus II diperlihatkan dalam tabel 6. Dari tabel itu dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa (0%) siswa yang kurang terampil menerapkan konsep dalam pemecahan masalah, dan mayoritas siswa sangat terampil (67%) dalam penerapan strategi pemecahan masalah, dan sisanya 33% menunjukkan sikap yang terampil dalam pemecahan masalah. b. Hasil Belajar Siswa.

Hasil tes pada siklus II ketuntasan klasikal mencapai 97%, ini sudah memenuhi ketuntasan klasikal (80%). Dan nilai rata-rata tes pada siklus 1 mencapai angka 79,58 ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai KKM (75). Berarti sudah memenuhi indicator keberhasilan dari segi ketuntasan klasikal.

C. Perbandingan Hasil antara Siklus I dan Siklus II a. Aktivitas Belajar siswa Siklus I dan II Perbandingan aktivitas belajar dapat dilihat pada grafik berikut ini, antara siklus I dan Siklus II

268

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Grafik 2. HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS BELAJAR SIKLUS I

Grafik 3. HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS BELAJAR SIKLUS II Berdasarkan grafik 2 dan 3 dapat terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa, antara siklus I dan II. Peningkatan ini cukup signifikan bila dilihat dari kenaikan tabel tersebut. Ini memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas belajar dengan penerapan group investigation dengan penemuan terbimbing berbantuan geogebra. b. Hasil Belajar siswa Siklus I dan II Perbandingan hasil belajar siswa, antara siklus I dengan Siklus II dapat dilihat pada grafik 4 berikut ini : 97

100 80

74,58

79

78

60 40 20 0 RATAAN TES

KETUNTASAN KLASIKAL (%) SIKLUS I

SIKLUS II

Grafik 4. PERBANDINGAN HASIL TES SIKLUS I DAN II

269

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berdasarkan Grafik 4, dari hasil tes belajar yang dilaksanakan pada Siklus I terjadi perbedaan dengan Siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan prestasi belajar. Misalkan pada rata-rata nilai prestasi terjadi peningkatan dari 77.58 menjadi 79.00. Sedangkan pada sesi prosentase juga terdapt kenaikan yakni dari 81 persen menjadi 97%. Ini menunjukkan dengan penerapan group investigation dengan penemuan terbimbing berbantuan geogebra dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan antara lain : 1. Penerapaan group investigation dengan penemuan terbimbing berbantuan geogebra di kelas X-TSM dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa.

2. Penerapaan group investigation dengan penemuan terbimbing berbantuan geogebra Pembuatan di kelas X-TSM dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. peningkatan aktivitas belajar siswa, antara siklus I dengan Siklus II, terutama sikap dalam kelompok belajar.

4. Ada peningkatan prestasi belajar antara hasil tes pada Siklus I dengan hasil tes pada Siklus II. B. Saran-saran 1. Penerapaan group investigation dengan penemuan terbimbing berbantuan geogebra diharapkan dapat diterapkan guru-guru matematika lainnya dengan materi pembelajaran lainnya.

2. Guru harus mengembangkan teknik-teknik penemuan terbimbing untuk membantu siswa mempelajari materi pelajaran, sehingga mereka bisa mandiri untuk belajar.

3. Guru hendaknya membantu kelompok belajar yang heterogen, sehingga siswa dapat belajar sesama siswa, sehingga sosialisasi antar siswa tercipta.

DAFTAR PUSTAKA …………Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (hxxp://smacepiring.wordpress.com) ………… Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014, tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah. ………….Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014, tentang Penilaian Hasil Bealjar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dimyati & Mudjiono,(2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2008) Psikologi Belajar, Edisi 2, Rineka Cipta, Jakarta: Dzaki, M.F., (2009), Penelitian Tindakan Kelas. http:// peneltiantindakankelas. blogspot.com/ 2009/02/penelitian-tindakan- kelas- definisi.html , Diakses 4 Oktober 2010, 15;00 WITA.

270

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Hamalik, Umar.(2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ibrahim, M, (2000), Pembelajaran Kooperatif, University Press, Surabaya.

Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta didik, Pustaka Pelajar, yogyakarta.

Jihad, a & Abdul Haris, (2008), Evaluasi pembelajaran, Multi Presindo, Yogyakarta.

Kunandar, (2009), Guru ProfesionalImplementasi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi sertifikasi Guru, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Maimunah. (2005). Pembelajaran Volume Bola dengan Belajar Kooperatif Model GI pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM. Tesis tidak diterbitkan.

Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing, PPPG Matematika. Yogyakarta.

Mudjijo, (1995). Tes Hasil Belajar, PT Bumi Aksara ,Jakarta.

Maimunah. (2005). Pembelajaran Volume Bola dengan Belajar Kooperatif Model GI pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM. Tesis tidak diterbitkan.

Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Mulyasa, E. (2009). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung, Rosdakarya.

Mulyono Abdurrahman,(1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, 1999. Jakarta.

Sanjaya. (2007). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman A.M, (2008). Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Setiawan. (2006).

Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. Yokyakarta. PPPG Matematika Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Slavin, R. E, (2005), Cooperative Learning: Theory, Researsh, and Practice, Terjemahan Nurulita, Nusa Media, Bandung.

Suke Silverius, (1991). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik,: Grafindo, Jakarta.

Suprijono,A, (2009), Cooperative Learning, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Supandi. (2005). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode GI untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMAN 2 Trawas Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Tim MKPBM, (2001), Strategi Belajar Mengajar Kontemporer, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.

Wina Senjaya. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Witting, (1990). Theory and Problems of Psychology of Learning,: Mc Graw Hiil Book Company, New York Winkel , (1986). Psychologi Pendidikan, Gramedia, Jakarta.

271

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

PENGGUNAAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR DALAM MEMAHAMI ISI BACAAN SISWA KELAS V SDN SUNGAI PUNGGU BARU 2 KECAMATAN ANJIR MURA Rohani Parwati ( Guru SD Negeri Sungai Punggu Baru 2) e-mail : rohani150222@gmail.com ABSTRAK Penelitian merupakan penelitian Tindakan kelas, dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan 1) Apakah dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran memahami isi bacaan siswa kelas V SDN Sungai Punggu 2 Kecamatan Anjir Muara ? 2) Apakah dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran memahami isi bacaan siswa kelas V SDN Sungai Punggu 2 Kecamatan Anjir Muara ? 3) Apakah dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran memahami isi bacaan siswa kelas V SDN Sungai Punggu 2 Kecamatan Anjir Muara ?

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Sungai Punggu Baru 2 Kecamatan Anjir Muara dengan jumlah siswa 25 orang siswa yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan dengan suasana belajar pagi hingga siang hari.

Hasil penelitian menunjukkan, secara umum menunjukkan ternyata setelah dilakukan kegiatan pembelajaran tentang “Penggunaaan Metode Cooperative Integrated Reading and Compositions dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Dimana pada pertemuan terakhir Siklus II ini prosentase rata-rata ketuntasan yaitu (84%) siswa telah berhasil mendapatkan nilai 7 keatas bahkan melebihi dari indikator keberhasilan yakni 70% siswa tentang dalam pembelajaran. Jadi melalui metode Cooperative Integrated Reading and Compositions dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci : Pemahaman Isi Bacaan USE OF COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION IN IMPROVING LEARNING ABILITY IN UNDERSTANDING THE CONTENT OF READING STUDENTS OF CLASS V AT SD NEGERI SUNGAI PUNGGU BARU 2, ANJIR MUARA ABSTRACT This research is a classroom action research, carried out to answer the questions 1) Can using the Cooperative Integrated Reading and Composition method increase teacher activity in learning to understand the reading content of fifth graders at SDN Sungai Punggu 2, Anjir Muara District? 2) Can using the 272

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Cooperative Integrated Reading and Composition method increase student activity in learning to understand the reading content of fifth graders at SDN Sungai Punggu 2, Anjir Muara District? 3) Can using the Cooperative Integrated Reading and Composition method improve student learning outcomes in learning to understand the reading content of fifth graders at SDN Sungai Punggu 2, Anjir Muara District?

This research was carried out in 2 cycles with the research subjects being fifth grade students of SDN Sungai Punggu Baru 2, Anjir Muara District with a total of 25 students consisting of 10 male students and 15 female students with a learning atmosphere from morning to afternoon.

The results showed, in general, it turned out that after learning activities about "Using the Cooperative Integrated Reading and Compositions Method could improve students' ability to understand the content of the reading. Where at the last meeting of Cycle II, the average percentage of completeness is (84%) students have managed to get a score of 7 and above even exceeds the success indicator, which is 70% of students about learning. So, through the Cooperative Integrated Reading and Compositions method, it can improve students' reading comprehension in the learning process KEY WORD : Understanding Content Reading I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak ada bedanya seperti menulis, membaca di SD pun dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu : 1. Membaca kelas rendah ; dan 2. Membaca kelas tinggi. Hakikat membaca ialah kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau lambang tulis dengan menggunakan pengertian yang tepat (Ahmad S Harjosujono : 2010 : 7.2) Kelompok membaca kelas tinggi atau membaca lanjutan semakin tinggi kelasnya semakin banyak membaca pemahamannya, untuk membaca jenis ini diberikan di kelas 3, 4, 5, dan 6. Pada dasarnya tujuan pengajaran membaca lanjutan ini adalah bagaimana guru dapat mempelancar kemampuan siswa untuk mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang bermakna dan akhirnya dapat memahami isi wacana.

(Petunjuk Pengajaran Membaca dan Menulis kelas 3, 4, 5, dan 6 di Sekolah Dasar Depdikbud). Kelompok membaca kelas rendah dapat disebut membaca permulaan yang sepenuhnya dilaksanakan atau disejajarkan dikelas 1 dan kelas 2 dan selanjutnya di kelas-kelas yang lebih tinggi, tetapi jangan lupa bahwa membaca teknik ini masih tetap dipakai sampai membaca kelas tinggi, hanya kadar pemakaiannya berkurang, semakin tinggi kelasnya semakin berkurang membaca tekniknya.

Kemampuan membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam meraih kemajuan. Dengan kemampuan membaca yang memadai, mereka akan lebih mudah menggali informasi dari berbagai sumber tertulis. Tetapi kemampuan itu tidak diperoleh secara alamiah, melainkan melalui proses pembelajaran yang sebagian merupakan tanggung jawab guru. Dalam hubungan ini guru dituntut untuk mampu membantu siswanya dalam mengembangkan kemampuan membacanya. Tugasnya yang utama di SD ialah menggabungkan dasar-dasar kemampuan membaca yang sangat diperlukan agar dapat mengikuti 273

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

studi lanjutan. Karena itu seyogyanya guru menguasai dengan baik bagaimana mengembangkan kemampuan tersebut pada siswa SD. Membaca pemahaman adalah membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesustraan, resensi kritis, drama tertulis, polapola fiksi. Namun pada di lapangan, pada proses pembelajaran muatan Bahasa Indonesia di kelas V SDN Sungai Punggu Baru 2 masih jauh dari yang diharapkan, nilai rata-rata ulangan semester tahun Ajaran 2020/2021 adalah 4,25 yang seharusnya 7,00 standar ketuntasan belajar. Hal ini, mungkin disebabkan tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah.

B. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Membaca Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa selain menyimak, berbicara, dan menulis. Banyak pendapat tentang batasan membaca yang telah dikemukakan oleh para pakar. Batasan itu adalah sebagai berikut : membaca itu bersifat aktif, membaca memerlukan strategi, dan membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa lainnya, yakni menyimak, berbicara dan menulis.

Membaca merupakan suatu proses. Hal ini didukung oleh beberapa batasan tentang membaca. Berikut ini Hodgson (Depdiknas, 2009:3) mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi dan dampak bacaan itu.

Selanjutnya Andersen (Depdiknas, 2009:3) berpendapat bahwa membaca adalah proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis. Batasan membaca tersebut dikenakan pada membaca level paling rendah. Finochiaro dan bonono (dalam Depdiknas, 2009:4) menyatakan bahwa membaca adalah proses memetik serta memahami arti / makna yang terkandung dalam bahasa tulis. Batasan itu lebih tepat dikenakan pada membaca literal. Dipihak lain Thorndike (dalam Depdiknas 2009:4) berpendapat bahwa membaca merupakan proses memetik serta memahami arti / makna yang terkandung dalam bahasa tulis. Batasan itu lebih tepat dikenakan pada membaca literal. Dipihak lain Thorndike (dalam Depdiknas 2009:4) berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir atau bernalar.

Membaca merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan tertentu, misalnya untuk memperoleh pesan penulis, memperoleh pemahaman memetik dan memahami arti / makna dalam bahasa tertulis.

Membaca besifat aktif. Sekalipun membaca merupakan keterampilan reseptif, membaca tetap merupakan kegiatan yang menuntut keaktifan pembaca. Pembaca aktif mengenali lambang-lambang tertulis, memahami isi bacaan, menulis ide-ide utama bacaan, menggaris bawahi bagian-bagian yang penting.

274

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Membaca memerlukan strategi. Berbagai strategi dilakukan pembaca agar tujuan membacanya tercapai. Apakah pembaca akan menerapkan strategi tradisional, atau strategi lainnya. Yang pasti uap pemilihan strategi akan berdampak pada perolehan hasil baca.

Membaca merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari menyimak, berbicara dan menulis sewaktu membaca pembaca yang baik akan menyimak bahan yang dibacanya. Selain itu, dia bisa mengkomunikasikan hasil bacaannya secara lisan atau tertulis. Dengan demikian, membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa lainnya.

2. Tujuan Membaca Menurut Nurhadi (2011:136) menuliskan bahwa tujuan membaca adalah sebagai berikut : a. Mendapat alat tertentu yaitu berupa prestise, membaca untuk mendapat rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya. b. Memperkuat nilai pribadi atau keyakinan. c. Mengganti pengalaman estitika yang sudah usang d. Menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan dan penyakit tertentu.

3. Macam-Macam Membaca Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa jenis pengajaran membaca lanjut terdiri atas : membaca teknis, membaca dalam hati, membaca cepat, membaca pustaka/bebas, membaca bahasa dan membaca indah. a. Membaca Teknik Membaca teknik menurut Wiet Supratman (2013:38) yang disuarakan atau nyaring. Membaca teknik bertujuan memperbaiki kesalahan-kesalahan baca. Kesalahan baca itu, misalnya kesalahan pelafalan kata, pemenggalan kalimat, lagu / intonasi kalimat. Kesalahan baca bisa berakibat kesalahan pemahaman isi yang dibaca. b. Membaca Dalam Hati Wiet Supratman (2013:40) menyatakan “Kegiatan membaca dalam hati melakukan tanpa bersuara. Kegiatan membaca dalam hati pada hakekatnya kegiatan membaca yang dilakukan oleh mereka yang sudah mempunyai kemampuan membaca teknis yang baik. c. Membaca Cepat Membaca cepat ialah membaca yang ditujukan untuk melatih anak dengan secepat-cepatnya membaca dalam hati sambil mengusahakan penangkapan isi bacaan.

II. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis sebab penelitian ini menyangkut kegiatan yang dipraktekkan oleh guru sehari-hari. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada dalam pekerjaan guru. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dalam kancah kelas tempat guru mengajar. (Kasbolah ES, 2002:15).

275

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Sedangkan Prosedur / langkah dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model pembelajaran sistem spiral refleksi diri yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (2009 : 48) yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan.

Setting dalam penelitian tindakan kelas adalah keadaan sekolah khususnya kelas dan siswa-siswinya yang harus ada ketika guru (peneliti) sedang melaksanakan proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas V SDN Sungai Punggu Baru 2 Kecamatan Anjir Muara dengan jumlah siswa 25 orang siswa yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan dengan suasana belajar pagi hingga siang hari.

B. Skenario Tindakan Langkah merencanakan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua merupakan realisasi dari rencana yang kita buat. Melakukan pengamatan merupakan langkah ketiga. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat menentukan apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan yang kita inginkan. Refleksi sebagai langkah keempat kita lakukan setelah tindakan berakhir. Adapun skenario tindakan penelitian tindakan ini dirancang sebagai berikut : 1. Siklus I a. Merencanakan tindakan yang sesuai dengan kesepakatan untuk melakukan pelatihan siswa secara sistematis tentang membaca tema tata tertib, kegiatan dan pengalaman. b. Tindakan (action) : 1) Pendahuluan Memberikan remedial materi pelajaran yang diberikan sesuai dengan hasil tes formatif.

2) Kegiatan Inti dengan Membentuk 4 kelompok secara heterogen, kemudian Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran. Setelah itu, Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.

3) Penutup, dengan Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok, dan Guru membuat kesimpulan bersama. c. Pengamtatan (observasi), Oleh peneliti dinilai kemampuan siswa untuk menceritakan kembali isi teks wacana. d. Refleksi terhadap hasil observasi, bagaimana kesan guru, dan hasil penelitian peneliti. Ternyata masih perlu dilakukan tindakan dalam siklus kedua.

2. Siklus II Merencanakan tindakan yang sesuai dengan kesepakatan untuk melakukan latihan siswa secara sistematis tentang membaca pemahaman dengan tema kesehatan, lingkungan dan pendidikan, sedangkan tindakannya hamper sama dengan Siklus I.

276

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

C. Data dan Cara Pengambilan Data Sumber data ini diambila oleh peneliti pada siswa kelas V SDN Sungai Punggu Baru 2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Sementara itu Jenis data yang akan diteliti adalah data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Jenis data ini diperoleh dari kemampuan siswa bekerja sama dalam kelompok serta kemampuan siswa secara individu menjawab soal-soal tes yang diberikan dari keseluruhan tindakan siklus.

Cara pengambilan data adalah 1) Data aktivitas siswa dalam kelompok diambil dari lembar observasi, 2) Data tanggapan yang diambil dari hasil pengamatan observer, 3) Data hasil belajar siswa secara individu dengan memberikan tes hasil belajar.

Sedangkan analisis data diperoleh dari lembar observasi, lembar pengamatan kelompok, dan hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik analisis statistik. Rumus yang digunakan adalah : P 

F x 100 N

Keterangan : P = Prosentasi yang dicari F = Nilai perolehan N = Jumlah siswa 100 % = Nilai ketetapan dalam mencari jumlah angka.

D. Indikator Keberhasilan Indikator kinerja yang akan ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :” Tindakan kelas ini dianggap berhasil apabila 70 % siswa memperoleh rata-rata minimal 7.”

III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Siklus 1 1. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, pada metodologi penelitian sebelumnya, yakni persiapan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan penutup. Hal ini dilaksanakan baik pada pertemuan 1, yang digelar tanggal 7 Oktober 2021, pertemuan 2 digelar pada tanggal 14 Oktober 2021, dan pertemuan 3 pada tanggal 21 Oktober 2021.

2. Observasi dan Evaluasi a. Observasi Kegiatan Pembelajaran Hasil pengamatan abserver dari guru pamong dari tiga kali pertemuan pada siklus I ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

277

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Tabel 1.

OBSERVASI AKTIVITAS GURU SIKLUS I Kegiatan Skor No. Pembelajara Aspek yang di Observasi Bobot 1 2 3 4 5 n I Pertemuan 1 1. Persiapan pembelajaran x 25 a) Pendahuluan 10 menit x 5 b) Kegiatan inti 35 menit x 30 c) Kesimpulan 5 menit x 5 d) Evaluasi 15 menit x 5 2. Motivasi siswa belajar x 5 3. Kemajuan siswa belajar x 5 Jumlah 80 Rata-Rata II Pertemuan 2 1. Persiapan pembelajaran x 25 a) Pendahuluan 10 menit x 5 b) Kegiatan inti 35 menit x 30 c) Kesimpulan 5 menit x 5 d) Evaluasi 15 menit x 5 2. Motivasi siswa belajar x 5 3. Kemajuan siswa belajar x 5 Jumlah 80 Rata-rata III Pertemuan 3 1. Persiapan pembelajaran x 25 a) Pendahuluan 10 menit x 5 b) Kegiatan inti 35 menit x 30 c) Kesimpulan 5 menit x 5 d) Evaluasi 15 menit x 5 2. Motivasi siswa belajar x 5 3. Kemajuan siswa belajar x 5 Jumlah 80 Rata-rata Jumlah seluruh pertemuan 240 Keterangan :

Nilai Skor x Bobot 75 15 60 20 15 20 20 225 2,81 100 15 90 20 20 20 20 285 3,56 125 20 90 20 20 20 20 315 3,94 825 3,44

Nilai = S x B  825  3,44 = A, B, C , D B

240

A. B. C. D.

Amat Baik = 4,00 – 5,00 Baik = 3,50 – 3,99 Cukup = 3,00 – 3,49 Kurang = < 3,00 Berdasarkan tabel tersebut diatas tentang kegiatan pembelajaran mengenai penggunaan waktu ketika guru melaksanakan pembelajaran oleh guru pamong pada pertemuan kesatu (2,81), pertemuan kedua (3,56) sedangkan pertemuan ketiga pada siklus I adalah (3,94), dari keterangan tersebut bahwa penggunaan waktu belum efektif dari keseluruhan memperoleh rata-rata (3,44), katagori nilai adalah cukup.

278

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

b. Obsevasi Aktivitas / Sikap Siswa dalam Belajar Hasil pengamatan aktifitas / sikap siswa sebagai berikut :

I

Tabel 2 Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1

II

Pertemuan 2

III

Pertemuan 3

No

OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I Jumlah Prosentase Komponen Objek Sikap Siswa (%) 1. Respon terhadap mata pelajaran 20 80 % 2. Respon terhadap guru 21 84 % 3. Respon terhadap KBM 23 92 % 4. Respon terhadap tugas 23 92 % 1. Respon terhadap mata pelajaran 20 80 % 2. Respon terhadap guru 21 84 % 3. Respon terhadap KBM 23 92 % 4. Respon terhadap tugas 24 96 % 1. Respon terhadap mata pelajaran 21 84 % 2. Respon terhadap guru 21 84 % 3. Respon terhadap KBM 23 92 % 4. Respon terhadap tugas 24 96 % Jumlah 1056 Rata-rata 12 88 %

Berdasarkan tabel tersebut diatas tentang aktivitas /sikap siswa dalam belajar oleh guru pamong pada siklus I dalam kegiatan belajar mengajar cukup baik, dimana (88%) siswa bersikap aktif mengikuti pembelajaran. c. Evalusi Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa terhadap membaca pemahaman dari tiga kali pertemuan pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.

No

Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah siswa yang tuntas

OBSERVASI HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS I Pertemuan Pertemuan I Pertemuan II III Ket F % F % F % Pertemuan 1 4 % I = belum tuntas 2 8% 4 16 % 7 28 % II = belum tuntas 5 20 % 6 24 % 5 20 % III = belum tuntas 7 28 % 9 36 % 8 32 % 6 24 % 4 16 % 4 16 % 4 16 % 2 8% 1 4% -

25

28 %

25

279

40 %

25

52 %

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berdasarkan hasil belajar siswa terhadap membaca pemahaman dari tiga kali pertemuan dapat disimpulkan sebagai berikut : pertemuan kesatu (28 %), pertemuan kedua (40 %), pertemuan (52 %) siswa yang tuntas dalam pembelajaran sedangakan (72 %) pertemuan kesatu, (60 %) pertemuan kedua dan (48 %) yang belum tuntas dalam pembelajaran. d. Evaluasi Hasil Pengamatan Kegiatan Kelompok Hasil pengamatan pada kelompok dari tiga kali pertemuan pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. HASIL PENGAMATAN KERJA KELOMPOK SIKLUS I No Kelompok Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 1 Kelompok I 80 85 90 2 Kelompok II 75 75 80 3 Kelompok III 85 85 90 4 Kelompok IV 75 80 85 Rata-rata 78,75 81,25 86,25 Berdasarkan tabel 4 tentang hasil kerja kelompok saat pembelajaran memahami isi bacaan dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dapat disimpulkan pada pertemuan kesatu : Kelompok 1 (80), Kelompok 2 (75), kelompok 3 (85), kelompok (75). Pertemuan kedua : kelompok 1 (90), kelompok 2 (75), kelompok 3 (85), kelompok 4 (80) dan pertemuan ketiga : kelompok 1 (90), kelompok 2 (80), kelompok 3 (90), kelompok 4 (85).

Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan cukup baik namun masih perlu meningkatkan kerjasama, cara mempresentasikan serta cara memberikan tanggapan terhadap teks wacana, karena rata-rata hasil kerja kelompok dari 3 kali pertemuan adalah (82,09).

3. Refleksi Tindakan Kelas Siklus I Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran pertama, kedua dan ketiga pada siklus I ini maka dapat direfleksikan hal-hal sebagai berikut : a. Kendala atau hambatan yang dihadapi 1) Tidak semua kelompok mampu menanggapi ide pokok, membuat pertanyaan serta menjawab pertanyaan, hal ini tentunya banyak menyita waktu sehingga waktu pembelajaran tidak efektif lagi.

2) Kelompok masih banyak yang malu, ragu dan merasa gugup ketika mempresentasikan hasil tanggapan didepan kelas.

3) Sebagian besar siswa adalah kelompok diam dan siswa yang aktif saja yang menanggapinya.

4) Ketika lembar soal dibagikan sebagian besar siswa mendapat nilai rata-rata dibawah indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni 70%.

280

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

b.

Langkah-langkah Rencana Tindakan Perbaikan 1) Disarankan pada siswa dalam kelompok harus melatih dalam menanggapi teks wacana terutama tentang ide pokok, membuat pertanyaan dan menjawab pertayaan.

2) Agar siswa memperoleh nilai diatas indikator yakni 70 % siswa harus tuntas maka siswa harus memahami dan menyimak isi wacana secara benar. c. Karena hasil belajar siswa dalam evaluasi masih belum memenuhi standar maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus II).

B. Siklus II 1. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, pada metodologi penelitian sebelumnya, yakni persiapan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan penutup. Hal ini dilaksanakan baik pada pertemuan 1, yang digelar tanggal 28 Oktober 2021, pertemuan 2 digelar pada tanggal 11 November 2021, dan pertemuan 3 pada tanggal 18 November 2021.

2. Observasi dan Evaluasi a. Observasi Aktivitas Guru Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan guru pamong sebagai kolaborator dalam penelitian ini pada pertemuan 1, 2, dan 3 pada siklus II adalah sebagai berikut : Tabel 5 No.

Kegiatan Pembelajaran

I

Pertemuan 1

II

Pertemuan 2

OBSERVASI AKTIVITAS GURU SIKLUS II Skor Aspek yang di Observasi Bobot 1 2 3 4 5 1. Persiapan pembelajaran a) Pendahuluan 10 menit b) Kegiatan inti 35 menit c) Kesimpulan 5 menit d) Evaluasi 15 menit 2. Motivasi siswa belajar 3. Kemajuan siswa belajar Jumlah Rata-Rata 1. Persiapan pembelajaran a) Pendahuluan 10 menit b) Kegiatan inti 35 menit c) Kesimpulan 5 menit d) Evaluasi 15 menit 2. Motivasi siswa belajar 3. Kemajuan siswa belajar Jumlah Rata-rata

281

x x x x x x x x x x x x x x

25 5 30 5 5 5 5 80 25 5 30 5 5 5 5 80

Nilai Skor x Bobot 125 20 30 20 25 20 25 325 4,06 125 20 120 25 25 20 25 360 4,50

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

No.

Kegiatan Pembelajaran

III

Pertemuan 3

Skor Aspek yang di Observasi 1. Persiapan pembelajaran a) Pendahuluan 10 menit b) Kegiatan inti 35 menit c) Kesimpulan 5 menit d) Evaluasi 15 menit 2. Motivasi siswa belajar 3. Kemajuan siswa belajar Jumlah Rata-rata Jumlah seluruh pertemuan

1

2

3

4

5 x x

x x x x x

Bobot 25 5 30 5 5 5 5 80 240

Nilai Skor x Bobot 125 25 120 25 25 20 25 365 4,56 1050 4,375

Keterangan : Nilai =

Sx B 1050   4,375 = A, B, C , D B 240

A. B. C. D.

Amat Baik = 4,00 – 5,00 Baik = 3,50 – 3,99 Cukup = 3,00 – 3,49 Kurang = < 3,00 Berdasarkan tabel tersebut diatas tentang kegiatan pembeljaran mengenai penggunaan waktu mengalami kemajuan yang sangat signifikan dibuktikan pada pertemuan kesatu (4,06), pertemuan kedua (4,50) dan pertemuan ketiga (4,56) jadi rata-rata nilai secara keseluruhan pada siklus II ini adalah (4,375), sehingga dapat dikatakan sangat baik. b. Observasi Aktivitas/Sikap Siswa dalam KBM Hasil pengamatan oleh guru pamong tentang aktivitas / sikap siswa dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6.Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Kegiatan Jumlah Prosentase No Komponen Objek Sikap Pembelajaran Siswa (%) I Pertemuan 1 1. Respon terhadap mata pelajaran 21 84 % 2. Respon terhadap guru 21 84 % 3. Respon terhadap KBM 23 92 % 4. Respon terhadap tugas 24 96 % II Pertemuan 2 1. Respon terhadap mata pelajaran 23 92 % 2. Respon terhadap guru 22 88 % 3. Respon terhadap KBM 23 92 % 4. Respon terhadap tugas 24 96 % III Pertemuan 3 1. Respon terhadap mata pelajaran 23 92 % 2. Respon terhadap guru 23 92 % 3. Respon terhadap KBM 24 96 % 4. Respon terhadap tugas 24 96 % Jumlah 1100 Rata-rata 12 91,67 % 282

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

Berdasarkan pengamatan dari guru pamong dalam mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran pada tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pada siklus II ini prosentasi yang dicapai adalah (91,67 %) dari keseluruhan siswa yang mengikuti pembelajaran, hal ini membuktikan bahwa aktivitas siswa mengalami kemajuan yang sangat membanggakan. c. Observasi Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil evaluasi dari tiga kali pertemuan pada siklus II ini tentang “ Penggunaan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman”. Dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

OBSERVASI HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS II Pertemuan Pertemuan I Pertemuan II III Nilai F % F % F % 10 2 8% 9 1 4% 2 8% 4 16 % 8 7 28 % 8 32 % 8 32 % 7 7 28 % 9 36 % 7 28 % 6 6 24 % 4 16 % 3 12 % 5 4 16 % 2 8% 1 4% 4 3 2 1 Jumlah siswa yang 25 28 % 25 40 % 25 52 % tuntas

Ket Pertemuan I = belum tuntas II = tuntas III = tuntas

Berdasarkan tabel 7 tersebut tentang prosentase rata-rata hasil belajar siswa dari tiga kali tindakan pada siklus II dapat diuraikan bahwa nilai ketuntasan belajar siswa pertemuan kesatu (60 %), pertemuan kedua (70 %) dan pertemuan ketiga (84 %) yang mendapat nilai diatas 70. Dan dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa perolehan nilai terhadap siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran yaitu pertemuan kesatu (40 %), pertemuan kedua (30 %), dan pertemuan ketiga (16 %). Dari uraian tersebut diatas bahwa tindakan pada penelitian ini dapat dikatakan berhasil, terbukti (84 %) siswa sudah tuntuas dalam belajarnya melampaui dari indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini yaitu 70 % siswa harus tuntas dalam pembelajaran.

283

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

d. Evaluasi Hasil Pengamatan Kerja Kelompok Hasil pengamatan kerja kelompok pada tiga kali kegiatan pada siklus I adalah sebagai berikut : Tabel 8. HASIL PENGAMATAN KERJA KELOMPOK SIKLUS II No Kelompok Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 1 Kelompok I 90 95 95 2 Kelompok II 80 80 85 3 Kelompok III 95 95 95 4 Kelompok IV 75 85 85 Rata-rata 85 88,75 90 Berdasarkan tabel 8 tentang hasil pengamatan kegiatan kerja kelompok pada tiga kali kegiatan proses belajar mengajar dapat dilihat bahwa pertemuan kesatu kelompok 1 (90), kelompok 2 (80), kelompok 3 (95), dan kelompok 4 (75). Pertemuan kedua pada siklus II kelompok 1 (95), kelompok 2 (80), kelompok 3 (95), kelompok 4 (85) sedangkan pada pertemuan ketiga, kelompok 1 (95), kelompok 2 (85), kelompok 3 (95), kelompok 4 adalah (85).

Dari data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca pemahaman dengan Metode Cooperative Integrated Reading and Compositions menunjukkan perubahan yang memuaskan. Karena dari hasil rata-rata dari tiga kali kegiatan siklus II ini adalah (87,92).

3. Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus II dari tiga kali pertemuan meningkat kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas V terhadap isi wacana yang diberikan pada setiap pembelajaran.

Dari hasil analisis terhadap hasil akhir secara umum menunjukkan ternyata setelah dilakukan kegiatan pembelajaran tentang “Penggunaaan Metode Cooperative Integrated Reading and Compositions dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Dimana pada pertemuan terakhir Siklus II ini prosentase rata-rata ketuntasan yaitu (84%) siswa telah berhasil mendapatkan nilai 7 keatas bahkan melebihi dari indikator keberhasilan yakni 70% siswa tentang dalam pembelajaran.

Jadi dengan demikian melalui metode Cooperative Integrated Reading and Compositions dapat meningkatkan membaca pemahaman siswa dalam proses pembelajaran dan tindakan siklus pada penelitian ini dapat diterima.

C. Analisis Tindakan Berdasarkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Penggunaan waktu efektif, hasil belajar siswa dalam pembelajaran serta hasil pengamatan kerja kelompok mengalami kemajuan yang sangat siginifikan. Untuk hasil belajar siswa pada tiap-tiap pertemuan baik Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada grafik berikut :

284

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

72%

80%

60% 52%

60% 40%

48%

40%

28%

20% 0%

PERTEMUAN 1

PERTEMUAN 2

TUNTAS Grafik 1

PERTEMUAN 3

TIDAK TUNTAS

KETUNTASAN BELAJAR SISWA SIKLUS I

84%

90% 75%

70%

60%

60%

40%

30%

45%

16%

30% 15% 0%

PERTEMUAN 1

PERTEMUAN 2

TUNTAS Grafik 2

PERTEMUAN 3

TIDAK TUNTAS

KETUNTASAN BELAJAR SISWA SIKLUS II

Jadi seluruh kegiatan pembelajaran sudah selesai dilaksanakan dan dibuktikan dari hasil pertemuan kedua dan pertemuan ketiga pada siklus II memperoleh nilai di atas indikator keberhasilan yakni 70 % siswa tuntas dalam belajar.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan proses pembelajaran sebanyak enam kali pertemuan, dari dua kali siklus yang telah dilaksanakan dimana pada tiap-tiap akhir pertemuan dilakuan koreksi terhadap hasil belajar siswa secara individu dapat disimpulkan 285

p ISSN 2807-5536 ------------------------- Volume 1 Nomor 3, Februari 2022 --------------------------- e ISSN 2808-3687

bahwa “Penggunaan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Sungai Punggu Baru 2. Hal ini terbukti dari rata-rata keberhasilan siswa dalam evaluasi secara individu pada pertemuan terakhir siklus II adalah siswa tuntas dalam belajar. Dan dari hasil tersebut diatas melebihi dari indikator keberhasilan yakni siswa telah mampu memperoleh nilai di atas 7.

B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas maka disarankan kepada : 1. Siswa hendaknya memperbanyak latihan membaca sehingga mudah untuk memahami isi bacaan.

2. Guru yang mengalami kesulitan yang sama dalam mengajar hendaknya menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition untuk memahami isi bacaan ; sebagai upaya tindakan pemecahan.

3. Kepala Sekolah dan Pengawas TK/SD mengadakan pembinaan dan bimbingan kepada guru dalam meningkatkan pembelajaran dalam membaca pemahaman.

4. Kepada Pemerintah dan instansi terkait (Depdiknas) hendaknya melakukan pengawasan terhadap kebijakan pendidikan khususnya sistem evaluasi pendidikan dasar untuk meningkatkan pembelajaran membaca pemahaman serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA Achmad, Subur, (2012), MUTU (Media Komunikasi dan Informasi Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar) Jakarta : Primari Education Quality Improvement Project (PGQIP) Ahmad, S Harjosujono, (2010) , Hakekat kegiatan Pembelajaran Membaca, Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas, (2009), Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tentang Membaca, Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas, (2003), Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas Kasihani, Kasbolah ES. (2012). Penelitian Tindakan Kelas untuk Peningkatan Profesionalisme Guru. Malang : Universitas Negeri Malang.

Mochlisah, (2010), Materi Pokok Pembelajaran Bahasa Indonesia 3, Jakarta : Dirjen Dikti.

286