2 minute read

Eksternal & Internal : pressure

“kamu kok kek gitu sih ?” “ Eh kamu itu ikutin aja saran yang kubilang… lebih baik loh kek gini” “Btw aku kemaren keterima Student Exchange loh di Madrid, kamu kapan ?’. Kamu mungkin pernah mengalami dan mendengar perkataan yang demikian. Seberapa sering mendengar kalimat yang demikian ? Lalu, gimana cara kamu menyikapinya ? Bagi mereka, itu mungkin sebuah cara untuk memotivasi dan memberi saran ke kamu, tapi apakah kamu benar benar termotivasi dan merasa terbantu dengan apa yang mereka sampaikan ? Atau justru sebaliknya, yang mereka sampaikan itu, menjadi beban tersendiri bagi kamu ? Judul di atas merupakan sebuah situasi yang mana kerap kali setiap orang mengalami tekanan yang berasal dari lingkungan sekitarnya dan juga yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Lalu bagaimana selanjutnya ?

Advertisement

Adi seorang remaja dengan segala keterbatasannya adalah mahasiswa di sebuah kampus ternama. Ia mengaku bahwa kemampuannya secara akademik adalah biasa saja. TIdak ada sesuatu yang unggul. Padahal adi memiliki kemampuan nonakademik yang cukup baik, melalui kemampuan bermain musik dan desain grafis yang baik. Pada awal diterima dan menjalani aktivitas di kampus tersebut, ia merasa bangga dan juga merasa bersyukur. Banyak mengenal teman teman baru dari berbagai wilayah. Ia menjalani hari - harinya dengan sangat bergairah. Adi berteman dengan banyak individu yang memiliki ambisi dan tekad kuat dalam masa studinya. Setelah 1 tahun, adi ternyata tidak seperti awal masuk ke kampus. Ia mendapat banyak cerita dan juga kisah dari teman-temannya yang memiliki kemampuan akademik yang luar biasa.

Tak bisa dipungkiri, terkadang sekitar kita memiliki kekuatan yang besar untuk menjadikan kita seperti apa yang mereka mau. Hal tersebut yang sebenarnya membuat seseorang menjadi kehilangan jati dirinya. Padahal, kita yang mengetahui bagaimana diri kita, kapasitas dan kemampuan kita.

Hal tersebut juga yang menjadikan kita sebagai pribadi yang selalu mempertanyakan “kok jadi gini ?” “kok aku gak bisa kek dia ?” Ujungnya, kita mulai menyalahkan keadaan, tdiak terima dengan apa yang ada pada kita, tidak pernah merasa cukup dan selalu membandingkan diri dengan orang lain. Sering merasa tidak layak dan juga merasa paling terbelakang dari antara semua individu yang ada di sekitar kita. Insecure bukanlah isu yang tabu dikalangan remaja masa kini. Tapi percaya atau tidak, insecure memiliki pengaruh yang besar untuk menghambat langkah demi langkah.

Sudahkah kita bersyukur dengan apa yang telah kita miliki saat ini ?

Apakah kita adalah individu yang sama dengan adi ? Pada intinya adalah fokus pada apa yang bisa kamu kendalikan, selebihnya jangan diambil pusing. Sekitar kita memang baik, tapi tidak ada yang lebih baik daripada diri sendiri. Sekitar kita memang perhatian dan peduli kepada kita, tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan perhatian dan kepedulian dari dirimu sendiri. Kamu adalah guru terbaik buat dirimu sendiri. Bercerita dan sharing dengan sekitar bukanlah hal yang salah, tetapi akan menjadi salah jika kita melakukan seluruh yang disampaikannya kepada kita tanpa menggunakan sistem ambil buang. Kita juga tidak bisa mengendalikan sekitar kita untuk jadi seperti apa yang kita mau, yang bisa dikendalikan adalah diri kita sendiri bagaimana cara untuk mengendalikan mereka supaya tidak menjadi boomerang bagi diri kita sendiri.

Yakobus 1 : 17 “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” Apa yang saat ini ada pada kita, itu menjadi titipan Allah untuk kita kembangkan dan syukuri supaya bisa menjadi berkat bagi diri sendiri dan juga bagi setiap orang disekitar kita. Ubah insecure menjadi bersyukur !!!

This article is from: