6 minute read

JALAN TANDES

Next Article
KAWASAN KETINTANG

KAWASAN KETINTANG

Uji Coba Rumah Pompa, Plengsengan Depan UHT Ambrol

Surabaya, Memorandum

Advertisement

Upaya Pemkot Surabaya mengurangi banjir dengan membuat rumah pompa di beberapa lokasi patut diacungi jempol. Sayang, di balik keseriusan itu masih ada kendala yang harus ditanggung pemkot.

Salah satunya plengsengan ambrol di sepanjang Jalan Arief Rahman Hakim. Tepatnya di depan Universitas Hang Tuah (UHT) dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Nala Husada. Dikatakan Kusbianto (58), satpam RSGM Nala Husada,

FOTO: ISTIMEWA

Khofi fah Indar Parawansa

51,74 Persen Belanja Perangkat Daerah untuk Pendidikan

Surabaya, Memorandum

Nota Keuangan untuk Raperda tentang APBD Jatim tahun 2021 dengan alokasi terbesar RAPBD Jatim tahun anggaran 2021 sebesar 51,74 persen diperuntukkan sektor pendidikan. Hal ini disampaikan Gubernur Khofi fah Indar Parawansa dalam sidang paripurna di DPRD Jatim. “Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar pendidikan dialokasikan untuk dinas Bersambung ke halaman 4 Surabaya Tri Rismaharini. Selama 10 tahun memimpin Kota Pahlawan, ia telah menggagas permatidak memiliki tempat tinggal. bahwa ambrolnya plengsengan setelah diujicobakan rumah pompa yang baru dibangun di Jalan Arief Rahman Hakim.

“Sebelumnya sungai sempat dikeruk dengan backhoe namun waktu itu belum ambrol. Saat diujicoba kondisi air surut, sehingga plengsengan diduga tertarik ke bawah,” ujarnya saat Bersambung ke halaman 4

FOTO: MEMORANDUM/FERRY

Kondisi plengsengan di depan Universitas Hang Tuah serta Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Nala Husada yang ambrol.

PR-PR Tinggalan Risma untuk Penerusnya UMKM Eks Lokalisasi Dolly Butuh Banyak Pelatihan

Surabaya, Memorandum

Enam tahun berlalu, keberadaan UMKM eks lokalisasi Dolly terus bertambah. Total sebanyak 35 UMKM tumbuh di bawah naungan Pemkot Surabaya program pemberian permakanan tersebut. Suatu ketika

Pemkot Surabaya menemui orang terlantar dengan kondisi kelaparan, sehingga akhirnya meninggal. Meski orang tersebut bukan warga Surabaya,

Wali Kota Risma pun iba dan berinisiatif membuat program permakanan tersebut.

“Aku ndak mau ada orang

Surabaya yang meninggal karena kelaparan,” kata Wali Kota

Risma.

Awalnya program permakanan yang digagas Wali Kota

Risma sejak 2013 ini, hanya diberikan kepada lansia miskin atau para orang tua. Lansia menjadi target utama karena kebanyakan mereka tinggal sendiri.

Namun seiring waktu, program tersebut terus berjalan hingga penerima bantuan makanan bertambah untuk anak yatim piatu dan penyandang disabilitas. “Kegiatan permakanan merupakan pemberian makan kepada masyarakat

Surabaya yang termasuk penyandang PMKS,” kata wali kota perempuan pertama di

Surabaya ini.

Untuk pelaksanaan kegiatan ini, Dinas Sosial (Dinsos)

Surabaya bekerja sama dengan kelompok masyarakat, yakni

Karang Wreda untuk permakanan lansia, panti asuhan untuk permakanan anak dan

IPSM (Ikatan Pekerja Sosial melalui Dinas terkait. Tentu saja ini menjadi pekerjaan rumah (PR) Wali Kota Tri Rismaharini ataupun penggantinya untuk membuat mereka tetap eksistensinya tetap terjaga.

FOTO: MEMORANDUM/MG3 Masyarakat) untuk permakanan bagi penyandang disabilitas.

“Makanan akan disediakan oleh para pelaksana yang kemudian dikirimkan oleh para kurir kepada para penerima manfaat permakanan satu kali setiap harinya,” ungkap dia.

Dinsos Surabaya mencatat, sejak 2013 hingga 2019, total sebanyak 30.865 jiwa penerima manfaat permakanan ini. Mereka terdiri dari 18.779 jiwa lansia, 5.750 jiwa anak, dan 6.336 jiwa penyandang disabilitas.

“Mulai tahun 2020, kegiatan permakanan dialihkan ke masing-masing kelurahan untuk mendekatkan ke sasaran penerima permakanan,” kata Kepala Dinsos Surabaya Suharto Wardoyo.

Selain permakanan, kata Kadinsos, Pemkot Surabaya juga memiliki program rehabilitasi rumah tidak layak huni (rutilahu) atau bedah rumah. Program ini dilakukan dengan cara merenovasi rumah tidak layak huni milik warga fakir miskin yang diusulkan oleh masyarakat kepada pemkot maupun dari hasil survei oleh Dinsos Surabaya.

Program ini sasarannya adalah warga Kota Surabaya yang berkategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Data tiga tahun terakhir mencatat, program ini

Salah satu UMKM baru yang dihadirkan pemkot di eks lokalisasi Dolly.

Terakhir, Oktober kemarin diresmikan sebuah bangunan 2 lantai eks wisma Barbara di Jalan Kupang Gunung Timur I (Gang Dolly) ini, dipergunakan sebagai pasar burung dan batu akik.

Mayoritas UMKM eks lokalisasi Dolly didominasi pelaku mandiri dengan modal sendiri. Selebihnya pemkot menumbuhkan peluang ke UMKM dengan diberi fasilitas seperti mlaku-mlaku tunjungan, DS (Dolly Saiki) Point, sebagai wadah UMKM dan pelatihan-pelatihan gratis setiap minggunya.

“Untuk modal kita sendiri, cuma diberi pelatihan dan dibantu jual seperti disuruh dititipkan di DS Point,” ujar Puspita, pemilik Oma Jamu Pakde.

FOTO: MEMORANDUM/MG3

Siti, pelaku UMKM eks Dolly, menunjukkan batik jumput.

Binaan Pemkot Hanya 35 UMKM

USAHA Mikro Kecil Menengah (UMKM) di eks lokalisasi Dolly bisa dikatakan go international. Saat ini sekitar 35 UMKM dalam binaan Dinas Bersambung ke halaman 4

10 Tahun Wali Kota Risma Gagas Permakanan hingga Perbanyak Bedah Rumah

Program kesejahteraan sosial masyarakat selalu menjadi prioritas di masa kepemimpinan Wali Kota kanan hingga memperbanyak rehabilitasi rumah tidak layak huni (rutilahu) atau bedah rumah. Ia tak ingin ada satu pun warganya yang kelaparan dan

SELAMA 10 tahun kepemimpinan Wali Kota Risma, berbagai terobosan program untuk mengatasi masalah kesejahteraan sosial itu telah berjalan. Bahkan, seiring berjalannya waktu program pemberian permakanan, bedah

rumah, hingga pelayanan di lingkungan pondok sosial bagi PMKS (penyandang masalah kesejahteraan sosial) terus mengalami perkembangan.

Dalam berbagai kesempatan, Wali Kota Risma menceritakan awal mula munculnya

Bersambung ke halaman 4 telah menyasar ribuan orang. Tahun 2018 realisasi program ini sebanyak 1.009 unit rumah, kemudian 2019 tercatat ada 1.090 unit rumah, dan 2020 ada 463 unit rumah.

“Sementara sejak awal digagas tahun 2011 hingga 2020 ini, total realisasi program rutilahu telah mencapai 7.258 unit rumah,” terangnya.

Selama ini, Pemkot Surabaya terus berupaya meningkatkan kesejahteraan sosial warganya. Salah satu upaya yang dilakukan itu dengan meningkatkan berbagai layanan di beberapa lingkungan pondok sosial.

Di Surabaya sendiri, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), tunas wisma, anak jalanan hingga anak berkebutuhan khusus (ABK) mendapat fasilitas pelayanan berupa tempat penampungan sekaligus rehabilitasi, pembinaan dan pemberdayaan. Mereka tersebar dan mendapat pelayanan di lima Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) yang dikelola pemkot melalui dinas sosial sesuai dengan peruntukkannya.

Lima Liponsos yang dikelola Pemkot Surabaya yakni, UPTD Liponsos Keputih (menampung sementara hasil razia ODGJ, gelandangan pengemis dan anjal), UPTD Kampung Anak Negeri (penampungan anak jalanan), UPTD Babat Jerawat (penampungan penderita kusta), Liponsos Kalijudan (penampungan Anak Berkebutuhan Khusus), dan UPTD Griya Wreda (penampungan lansia telantar).

Anang, sapaan lekat Suharto Wardoyo mengungkapkan, data penghuni di UPTD Liponsos Keputih hingga Kamis (12/11/2020), tercatat sebanyak 1.050 orang. Mereka terdiri dari 931 orang ODGJ, 49 orang gelandangan dan pengemis (gepeng), 60 orang lanjut usia (lansia), 9 orang anak jalanan (anjal), dan satu orang terlantar. Para penghuni di sini berasal dari berbagai daerah di dalam dan luar Jawa Timur. ”Sedangkan jumlah penghuni Liponsos Keputih yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Menur terdapat 41 orang,” papar dia.

Sedangkan di UPTD Kampung Anak Negeri, anak-anak jalanan tak hanya diberikan ditampung dan diberikan pembinaan secara formal. Namun pengembangan minat dan bakat juga dilakukan hingga anak-anak itu mampu menorehkan prestasi. Kini, UPTD yang berada di Jalan Wonorejo Timur No 130 Surabaya ini dihuni sebanyak 34 anak.

Menariknya, pemkot melalui Dinas Sosial juga memiliki UPTD Liponsos Kalijudan. UPTD ini tak hanya sekadar tempat bernaung bagi anak-anak penyandang disabilitas. Liponsos Kalijudan menjadi wadah pengembangan kreativitas bagi mereka. “Di Liponsos Kalijudan saat ini dihuni 50 anak,” ujar Anang.

Tak hanya UPTD yang dikhususkan bagi anak-anak, pemkot juga memiliki Griya Wreda atau tempat penampungan bagi para lansia. Griya Wreda sendiri didirikan dan diresmikan oleh Wali Kota Risma tahun 2013 di Jalan Jambangan Surabaya. Sebelumnya, beralamat di Medokan Asri, Surabaya.

“Hingga November 2020 ini, jumlah penghuni Griya Werda Jambangan mencapai 151 orang,” kata Kepala UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya, Septati Hendartini.

Di samping UPTD Griya Wreda yang dikhususkan bagi lansia, dinsos juga memiliki tempat rehabilitasi sosial bagi eks penyandang penyakit kusta. Panti yang berada di Jalan Babat Jerawat, Benowo Surabaya tersebut, saat ini menampung sekitar 93 orang.

Mereka tak hanya berasal dari Surabaya, namun berbagai daerah di dalam dan luar Jawa Timur. Meski telah sembuh, eks penderita penyakit kusta sering kali ditolak saat kembali ke kampung halamannya. Untuk itulah, mereka tinggal dan dirawat Pemkot Surabaya di UPTD Babat Jerawat.

(*/fer/day)

This article is from: