4 minute read

Berlari Melintas Lorong Waktu di SANGIRUN

Berlari Melintas

Lorong Waktu di

Advertisement

Apa jadinya jika kata ‘ran’ dalam Sangiran diubah menjadi ‘run’? Tentu saja hal ini dapat menimbulkan pemikiran yang berbeda serta memunculkan kemungkinan adanya tujuan lain berkunjung ke situs yang berlokasi di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, selain belajar mengenai evolusi manusia. Barangkali tidak terpikirkan sebelumnya bahwa salah satu tujuan datang ke situs Sangiran adalah untuk berlari. Namun, inilah yang terjadi pada 20-21 November 2021 di Sangiran. Sekitar 100 pelari berlomba menjelajah lima klaster museum serta enam desa di sekitar situs dengan total rute lintasan sepanjang 25 km.

SANGIRUN

Ir. Suharti, MA, PhD Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek berlari di “lorong waktu”

- Syefri Luwis

SangiRUN Night Trail 2021 merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Kemendikbudristek melalui Direktorat Pengembangan dan Kebudayaan yang bekerjasama dengan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Pemerintah Kabupaten Sragen, Pemerintah Kabupaten Karanganyar, dan komunitas Luar Kotak. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati 25 tahun Sangiran sebagai warisan dunia. UNESCO menetapkan Situs Sangiran ke dalam daftar warisan dunia nomor 593 pada tahun 1996 dengan nama “Sangiran Early Man Site”.

Kegiatan SangiRUN Night Trail 2021 tergolong unik dibandingkan dengan lomba lari lain, satu di antaranya karena diselenggarakan pada malam hari dengan titik start dan finish di Museum Krikilan. Peserta melewati enam titik di seputar situs, yaitu Desa Ngebung, Desa Manyarejo, Desa Brangkal – Pasar Poerba, Desa Bukuran, Desa Dayu – Sumur Emas, dan Desa Krikilan – Punden Tingkir. Situasi malam hari menjadi pendukung utama sajian video forest mapping dan ornamen yang menggambarkan evolusi manusia purba. Situasi pada rute lintasan tersebut tentu saja tidak hanya dapat memacu otototot kaki peserta, namun juga mampu memicu daya imajinasi peserta. Kegiatan SangiRUN Night Trail 2021 dimulai sekitar pukul 19.00. Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, hadir memberikan sambutan, dilanjutkan oleh Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid, yang sekaligus memukul gong tanda kegiatan resmi dibuka. Peserta lari dibagi ke dalam empat kelompok. Tiap kelompok berlari mengikuti aba-aba berupa lambaian bendera dari para pejabat di lingkugan Kemendikbudristek, berturut-turut Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti; Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid; Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Restu Gunawan; dan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

Sekitar pukul 22.00, pelari pertama berhasil mencapai garis finis, diikuti para pelari lain hingga berakhir pada pukul 02.00 dini hari. Raut muka bahagia terpancar dari wajah-wajah peserta meski berlari di tengah gelap malam. “Acara ini sangat berkesan, berbeda dari acara lari lainnya. Saya baru pertama kali ini ke Sangiran, sehingga benar-benar menambah wawasan dan pengalaman mengenai sejarah dan potensi pariwisata Sangiran. Sambutan dari warga setempat juga luar biasa. Menurut saya, acara semacam ini perlu dilanjutkan di waktu mendatang dan bisa di daerah lain yang juga memiliki potensi sama.” kata Abdul Aziz Permana, juara 2 lomba untuk kategori pria.

Siap berlari Asep Amirudin

Pengembangan dan Pemanfaatan Sangiran

Berdasarkan UU nomor 5 tahun 2017, pengembangan adalah upaya menghidupkan ekosistem kebudayaan serta meningkatkan, memperkaya, dan menyebarluaskan kebudayaan. Sementara pemanfaatan didefinisikan sebagai upaya pendayagunaan Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) untuk menguatkan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam mewujudkan tujuan nasional.

Kegiatan SangiRUN diselenggarakan sebagai upaya pengembangan dan pemanfaatan situs Sangiran agar lebih dikenal luas oleh masyarakat. Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengatakan kegiatan ini bukan hanya sekadar lomba lari namun juga usaha mendorong agar Sangiran semakin dikenal masyarakat luas dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitar di Kabupaten Karanganyar dan Sragen. Selain untuk memperlihatkan kemampuan manusia dalam beradaptasi terhadap lingkungan, kegiatan itu juga berusaha memadukan kerjasama antarinstansi pemerintah untuk mendukung kesejahteraan masyarakat Sangiran.

Di antara banyaknya tinggalan arkeologis yang kemudian terdaftar sebagai situs dan cagar budaya nasional, barangkali situs prasejarah Sangiran termasuk ke dalam situs yang cukup jarang dimanfaatkan keberadaannya, baik oleh pemerintah maupun komunitas dan masyarakat. Selama ini, kegiatan pengembangan dan pemanfaatan Sangiran masih berpusat pada kegiatan pendidikan dan penelitian saja. Upaya pengembangan dan pemanfaatan sebuah situs dalam konteks yang lebih luas, misalnya dapat mengambil contoh dari Candi Borobudur. Selain dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan wisata, pemanfaatan Borobudur juga menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas melalui berbagai macam kegiatan seperti ajang

Pejabat Kemendikbudristek mengikuti SangiRun -

Syefri Luwis

Borobudur Writers and Cultural Festival, Borobudur Jazz Festival, hingga menjadi lokasi syuting film Hollywood. Oleh karena itu, SangiRUN Night Trail ini merupakan upaya pemanfaatan situs prasejarah dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya menjangkau komunitas pelari, namun juga menciptakan kesan yang baru bahwa berbicara soal Sangiran tidak melulu soal museum.

Berbicara mengenai pemanfaatan situs juga tidak dapat terlepas dari pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini juga mengintegrasikan potensi budaya desa di sekitar situs. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemanfaatan sebuah situs atau cagar budaya tidak bisa hanya terfokus pada pemanfaatan dari objeknya saja, namun juga perlu memperhatikan ekosistemnya yang menjadi pendukung dari keberadaan situs tersebut, sebagaimana yang terdapat di situs Sangiran. Setidaknya di sekitar situs Sangiran, terdapat enam desa yang menjadi desa penyangga situs. Desa-desa tersebut juga memiliki potensi budaya yang luar biasa. Misalnya saja Desa Bukuran yang memiliki kesenian rodad dan menjadi salah satu penampil di SangiRUN Night Trail. Dengan memanfaatkan situs Sangiran sebagai rute lintasan lari marathon juga diharapkan dapat menjadi pemantik kegiatan pemanfaatan untuk bidang yang lainnya. Meskipun demikian, tentu saja upaya pemanfaatan tersebut juga harus memperhatikan aspek dampak negatif terhadap situs serta nilai-nilai pentingnya, yang dalam hal ini disebut sebagai nilai universal luar biasa. Sehingga, jangan sampai upaya pelestarian situs justru menjadi bertolak belakang dengan dampak dari upaya pemanfaatannya (Anny Veradiani, Direktorat PPK Kemdikbudristek).

Medali adalah Pencapaian -

Syefri Luwis

This article is from: