
2 minute read
Farmasis dalam Pro dan Kontra GMO
Oleh : Salma Dewina Salimah
Apa itu GMO?
Advertisement
Produk Genetically Modified Organism (GMO) atau Produk Rekayasa Genetika (PRG) adalah produk dengan sifat unggul dari suatu organisme yang secara genetik DNA-nya telah diubah melalui suatu proses teknologi (bioteknologi) secara tidak alami sehingga gen tersebut dapat ditransfer dari satu organisme ke organisme lain.
Pengembangan GMO
Telah banyak produk GMO yang tersebar di berbagai bidang seperti pada bidang pertanian, farmasi dan kedokteran, industri, dan lingkungan. Beberapa produk GMO adalah kacang kedelai, kapas, jagung, papaya, beras, tomat, kentang, kacang polong dan masih banyak lagi. Rekayasa genetika pertama kali dimulai ketika gen insulin disisipkan pada plasmid dan dimasukkan kepada bakteri. Produk ini dinyatakan secara aman karena telah dipisahkan secara total dari organisme yang dimodifikasi dengan dimusnahkan sehingga tidak mungkin terjadi mutasi. Namun, rekayasa pada tanaman masih perlu dipertanyakan keamanannya sebab faktor lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Salah satu contohnya yaitu pada herbisida tanaman kedelai direkayasa genetika dengan menambahkan gen khusus sehingga bisa lebih subur untuk melawan alang-alang yang menghambat pertumbuhannya.
Pro dan Kontra GMO
Pihak yang mendukung teknologi GMO ini berpendapat bahwa teknologi ini merupakan jalan keluar yang sangat menjanjikan dalam mengatasi kekurangan pangan, karena dapat menghemat pupuk, pestisida, herbisida, dan dapat menyediakan bibit yang tahan terhadap kekurangan air serta kadar garam yang tinggi pada tanah, serta dapat menanggulangi masalah kekurangan lahan pertanian yang sulit/tidak dapat bertambah (unrenewable resources).
Sebaliknya dampak negatif dari GMO mungkin akan menimbulkan risiko adanya perubahan senyawa pada organisme yang bersangkutan, sehingga dapat menjadi toksin seperti timbulnya gangguan pada keseimbangan ekologi, terbentuknya resistensi antibiotik, terbentuknya senyawa toksik, alergen atau terjadinya perubahan nilai gizi.
Pelabelan
Pada April 2004 Uni Eropa mempelopori kebijakan dalam kewajiban pelabelan dan ketelusuran pakan dan makanan yang mengandung lebih dari 1% produk GMO untuk mendorong keamanan pangan, melindungi lingkungan, dan memastikan hak konsumen untuk tahu. Kemudian Jepang, Australia dan Selandia Baru pun mengadopsi peraturan serupa. Dalam laman www.fda.gov mengungkapkan bahwa Amrika Serikat pun juga akan menerapkan kebijakan kewajiban pelabelan produk GMO pada Januari 2022.
Farmasis menanggapi GMO
Tak bisa dipungkiri bahwa lingkup farmasi sangat dipengaruhi oleh adanya bioteknologi yang menjadi studi dalam pengembangan produk GMO. Organisme rekayasa genetika yang ditargetkan untuk penggunaan obat dan penelitian medis transgenik dimaksudkan untuk menunjukkan perubahan biokimia mereka yang sebenarnya agar lebih cocok untuk digunakan dalam pengobatan. Obat pertama yang diproduksi oleh hewan transgenik ialah antitrombin III dari susu kambing transgenik untuk mencegah pembentukan gumpalan darah kecil yang dapat lepas dan menyumbat pembuluh darah lain. Selain itu masih banyak obat-obatan yang diproduksi menggunakan rekayasa genetika seperti insulin, vaksin, faktor VIII, activator plasminogen jaringan, dan obatobatan kanker berupa terapi antibodi monoklonal. Seperti halnya perizinan obat-obatan pada umumnya, obat yang memanfaatkan organisme rekayasan genetika harus menjalani proses persetujuan yang mendalam untuk memastikan bahwa mereka aman bagi konsumen serta terbukti memiliki efek terapeutik yang valid.
Penutup
Dari sekian kelebihan dan beberapa pendapat negatif mengenai produk GMO dalam bidang pangan maupun obatobatan maka perlu kita akui bahwa pada dasarnya tidak ada teknologi yang tanpa risiko sama sekali (zero risk), namun masyarakat yang menjadi konsumen pangan dan obat-obatan sedapat mungkin dilindungi, terutama menyangkut hal-hal yang belum diketahui akibatnya.
Sumber : stetoskoop.com; media.neliti.com; asc.tp.ugm.ac.id; www. card.iastate.edu; www.fda.gov; gmoanswers.com