
1 minute read
Burung-Burung Manyar
by Gowenna
Novel atau roman karya Romo Mangun yang pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Djambatan pada Agustus 1981. Buku ini selesai ditulis pada saat Romo Mangun berusia 50 tahun. Isi dari novel ini berkaitan erat dengan peristiwa sejarah yang faktual dan konret, yaitu perlawanan senjata dan diplomasi antara Belanda dan Indonesia pada zaman perjuangan kemerdekaan.

Advertisement
Novel ini mengisahkan seorang anak bernama Teto yang hidupnya penuh lika-liku, sejarah, dan peristiwa-peristiwa penting. Teto lahir dan tumbuh di sebuah keluarga biasa yang berkecukupan. Namun, kehidupannya berubah memburuk karena kedatangan Jepang di Indonesia. Ayahnya, seorang yang bekerja untuk Belanda, ditangkap oleh tentara Jepang, sedangkan ibunya harus memilih antara hidup suaminya, atau ia bersedia menjadi gundik Jepang. Pada akhirnya, ibunya pun memilih untuk menjadi gundik Jepang.
Roma 12: 19-21
"Saudara-saudaraku! Jangan sekali-kali balas dendam; biarlah Alla yang membalas dendam. Di dalam alkitab tertulis, "Aku akan membalas kejahatan mereka. Aku akan menghukum mereka, firman Tuhan."
Janganlah balas dendam, tetapi lakukanlah apa yang tertulis di dalam Alkitab, "Jika musuhmu lapar, berilah dia makan; jika dia dahaga, berilah dia minuman. Kerana dengan berbuat demikian, kamu akan membuat dia malu." Janganlah biarkan diri kamu dikalahkan oleh kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan."
Roma 12: 19-21 membahas tentang dendam, Yesus berkata jangan membalas kejahatan dengan kejahatan dan biarlah Aku yang membalas. Jika dikaitkan dengan buku Burung-Burung Manyar, buku ini bercerita tentang dendam terpendam yang Teto rasakan terhadap Jepang karena telah menangkap ayah dan ibunya. Dalam buku ini Teto membalas Jepang dengan cara bersekutu dengan Belanda, tetapi Teto tidak membalas dengan perbuatan melainkan hanya dendam semata.
Trivia
Dalam novel-novelnya, Y. B. Mangunwijaya sering mengambil nama karakterkarakternya dari tokoh-tokoh wayang. Hal ini tak terkecuali pada novel Burung-Burung Manyar. Dalam novel ini, nama asli karakter Asti adalah Larasati. Dalam wayang, karakter Larasati merupakan seorang perempuan yang lembut. Namun, kontras dengan karakter Larasati, Asti merupakan seorang yang berani, serta cerdas.
Kondisi Sosial Politik
Novel Burung-Burung Manyar berlatar belakang di Indonesia waktu era Revolusi Kemerdekaan dan masa Orde Baru. Seting waktu ini sesuai dengan era kehidupan Romo Mangun yaitu dari tahun 1929 sampai dengan saat buku ini terbit yaitu tahun 1981. Meskipun novel ini lebih menjelaskan kondisi psikologis Teto yang sulit menerima kenyataan hidup, kondisi sosial dan politik pada era Revolusi Kemerdekaan dan Orde Baru sangat terlihat jelas dalam novel ini. Dalam novel ini, Teto diceritakan menjadi anggota KNIL untuk membalaskan dendam ayahnya kepada Jepang, sedangkan Atik menjadi juru ketik Sutan Syahrir.
Di era kolonial, banyak orang Indonesia terpelajar yang memilih menjadi pegawai pemerintah Hindia Belanda atau menjadi bagian militer dari KNIL. Alasannya sederhana, yaitu kemapanan hidup karena pegawai kolonial memiliki jaminan penghasilan dan keamanan finansial. Perpindahan haluan juga didukung oleh masa transisi yang dialami oleh Indonesia yang membuat kondisi sosial-politik menjadi tidak stabil. Oleh karena ini pun, tidak aneh apabila banyak orang Indonesia yang bekerja untuk pemerintah kolonial.