3 minute read

Bujang vs Berkeluarga

Next Article
Bahaya Nikah Dini

Bahaya Nikah Dini

B BU UJ JA AN NG G B BE ER RK K V SV SELUELUA AR RG GA A

Kehidupan seorang bujang dan bekeluarga pastilah berbeda. Pernikahan membuat seseorang menambah peran dalam kehidupan sebagai suami/istri dan juga seorang orang tua nantinya. Tiap peran memiliki tugas dan tanggungjawab yang berbeda, maka persiapan menjadi penting untuk dilakukan agar tangggung jawab nanti dapat diselesaikan dengan baik

Advertisement

Kehidupan seorang bujang

memiliki tanggungjawab

utama kepada diri sendiri. Sehingga aktivitasnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Masa inilah yang harus dimaksimalakan seseorang untuk membentuk dirinya sendiri, karir, keuangan, sosial, mimpi dan cita-citanya.

Kehidupan seorang setelah

Menikah, Tanggungjawabnya bertambah kepada keluarga

barunya yakni istri, anak-anaknya, juga kepada keluarga istrinya

hingga kepada Negara tanpa kehilangan tanggungjawabnya kepada dirinya sendiri.

Mimpi dan cita-cita tiap-tiap anggota keluarga kini menjadi beban juga untuk seseorang yang telah menikah. Maka egoisme untuk mengejar keinginan diri tidak bisa lagi diutamakan seperti di masa Bujang.

S SU UM MB BE ER R M MA AS SA AL LA AH H K KE EL LU UA AR RG GA A

Kurang mengenal pasangan

Jangan dikira setiap pasangan baru akan langsung klop, punya chemistri yang baik. Akan tetapi perlu proses saling mengenal lebih dalam yang cukup lama. kurang mengenal pasangan sering menjadi sumber masalah

Ketidaksiapan mental

Tidak siap mental berarti tidak siap hidup berdua 24 jam sehari 7 hari dalam seminggu, tidak siap bertanggungjawab, saling terbuka, atau tidak siap menurunkan ego untuk pasangan dan keluarga. ini juga sumber masalah lho

Ketidaksiapan ekonomi

Nikah biayanya banyak, karena seumur hidup bukan hanya berhenti saat setelah resepsi. oleh karenanya butuh perencanaan jika tidak mau nantinya akan menjadi sumber masalah yang dahsyat.

Komunikasi buruk

Komunikasi sebelum menikah dan sesudah itu berbeda. Keterbukaan informasi dan intensitas obrolan menjadi penting. perlu dirumuskan bersama bagaimana cara komunikasi yang baik jika ada perselisihan nantinya, jika tidak maka siap-siap untuk menghadapi masalah.

Komunikasi pihak ke-tiga

Komunikasi dengan pihak ketiga juga bisa menimbulkan maslah lho. bukan hanya pelakor saja, namun juga sahabat atau bahkan keluarga. pastikan komunikasi dengan semua pihak ketiga diketahui pasangan juga dan pastikan untuk berdiskusi persoalan rumah tangga hanya dengan pasangan.

S ST TR RA AT TE EG GI I P PE EN NY YE EL LE ES SA AI IA AN N M MA AS SA AL LA AH H K KE EL LU UA AR RG GA A

Strategi penyelesaian konflik adalah bekal utama yang harus dimiliki setiap pasangan yang hendak menikah. Karena konflik dalam pernikahan nantinya tidak akan bisa dihindari sehingga satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah melakukan manajemen konflik dan menyelesaikanya.

1.avoiding (menghindari)

menghindari masalah adalah sebaik-baiknya strategi. menghindari masalah dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan sebaik-baiknya dengan pasangan dan memperisiapkan diri untuk hidup dalam dunia pernikahan dan membentuk keluarga baru.

2.compromising (berkompromi)

berkompromi dengan pasangan terhadap hal-hal sepele yang baru diketahui setelah menikah adalah hal yang baik. temukan solusi jalan tengah dengan saling menerima dan berkompromi atas hal-hal tersebut. berkomunikasi dengan baik apabila menemukan hal yang dirasa tidak cocok dengan pasangan lalu temukan jalan tengahnya bersama.

3.Accomodating (mengakomodasi)

Saling menerima perbedaan adalah kunci dari strategi akomodasi. terkadang perbedaan tidak dapat disatukan dan satu-satunya jalan adalah menerimanya. akan tetapi jika itu adalah hal mendasar dan mengganggu apabila didiamkan maka hendaknya dibicarakan agar tumbuh empati diantara pasangan.

4. Collaborating (Mengkolaborasikan)

Semua orang pasti memiliki perbedaan dengan kita. mengkolaborasikan perbedaan tersebut menjadi kebaikan akan sangat indah dan jauh dari menjadi masalah. untuk mencapai ini harus memulai keterbukaan, kemudian empati, dan berpikir bersama untuk membangun kekuatan dari perbedaan yang ada.

7 7 L LA AN NG GK KA AH H M ME EN NG GH HA AD DA AP PI I K KO ON NF FL LI IK K A AL LA A R RA AF FF FE EL L L LE EE E

1. Berdiskusi dengan bahasa yang halus 2. Turunkan Ego 3. Carilah pemahaman, bukan alasan 4. Tunjukkan empati dan kasih sayang 5. Jujurlah dan saling percaya 6. Kontrol emosi, jangan mengamuk 7. Fleksibel dan selingi dengan candaan

This article is from: