34 minute read

LAPIS RE:LIGHTS

Re:Zero Kara Hajimeru Isekai Seikatsu 2nd Season

Advertisement

Siapa tidak mengenali salah satu anime yang sempat populer pada tahun 2016 lalu. Adaptasi anime yang dikenali atas siapa waifu terbaik antara #Rem adan #Emilia sempat menjadi tren pada kala itu. Pada musim panas 2020 ini, adaptasi anime ini mendapatkan kelanjutannya yaitu musim keduanya yang terbagi atas dua bagian. Bagian pertama ini telah tayang selama musim panas 2020.

Musim kedua ini menceritakan kelanjutan perjuangan Subaru Natsuki setelah mengalahkan salah satu pengurus dari sekte penyihir yaitu Petelgeuse Romanee-Contii dari penyihir kemalasan. Tidak lama setelah mengalahkan pengurus sekte penyihir, Subaru juga berhasil mengalahkan salah satu hewan buas penyihir yaitu “Paus Putih” bersama dengan aliansi yang dicetuskannya dan akhirnya berhasil menyelamatkan Rem dari nasib malangnya.

Namun dalam perjalanan kembalinya menuju kediaman Roswall, aliansi dihadang oleh musuh baru. Salah satunya dari musuh tersebut nantinya berperan dalam penyebab Rem yang dilupakan oleh seluruh orang di dunia tersebut. Kemudian Subaru dan Emilia dihadapkan juga oleh realita pahit yang mana mereka tidak menduganya. Akankah mereka berdua berhasil menyelesaikan tantangan baru tersebut atau akankah mereka menyerah dalam perjuangannya untuk menjadi raja selanjutnya maupun membenarkan nama Emilia?

Musim kedua ini para penonton disajikan oleh beragam tantangan baru yang cukup menarik dan seru bahkan pada awal bagian saja anime ini telah berhasil meneteskan air mata kepada penontonnya.

KILAS BERITA BULAN INI

Adaptasi Anime Majo no Tabitabi Siap Rilis Awal Oktober 2020

Komite produksi telah mengungkap bahwa adaptasi animenya akan tayang pada 2 Oktober 2020 pukul 21:00 JST mendatang [@majotabi_PR]

Game Mary Skelter Finale Mengalami Penundaan Hingga November 2020

Karena beberapa alasan, game ini terpaksa mengalami penundaan kedua kalinya menjadi tanggal 5 November 2020 mendatang [Compile Heart]

Game Mario Kart Live: Home Circuit Akan Hadir di Switch

Ingin bermain Mario Kart dengan sensasi yang lebih seru lagi? Nantikanlah game spesial yang memadukan mobil RC dan game masa kini [Nintendo]

Adaptasi Anime Kami-tachi ni Hirowareta Otoko Siap Rilis Awal Oktober 2020

Selain itu telah diumumkan pula bahwa lagu pembukanya akan dinyanyikan oleh Azusa Tadokoro dengan judul “yasashii Sekai” [@kamihiro_anime]

Adaptasi Anime Maoujou de Oyasumi Ungkap Lagu Tema Pembukanya

Inori Minase selaku seiyuu protagonis animenya turut menyanyikan lagu pembukanya yang berjudul “Kaimin! Anmin! Syalist Seikatsu” [@maoujo_anime]

Adaptasi Anime Kuma Kuma Kuma Bear Tayang Awal Oktober 2020

Adaptasi dari novel ringan karangan Kumanano akan tayang pada 7 Oktober 2020 pukul 21:00 JST [@kumabear_anime]

Nantikanlah Musim Kedua Machikado Mazoku

Penggemar Shamiko? Kabar gembira adaptasi animenya akan berlanjut pada musim keduanya, hal tersebut telah diungkap melalui situs resminya serta majalah Manga Time Kirara Carat [@machikado_staff]

Ditunda, Adaptasi Anime Tatoeba Last Dungeon akan Tayang Januari 2021

Komite produksi terpaksa menunda penayangan adaptasi ini hingga awal Januari 2020 mendatang [@lasdan_PR]

September 2020, Game Magia Record Server Inggris Ditutup

Adaptasi Anime Princess Connect Re:Dive Berlanjut Ke Musim Kedua

Belum saja menyentuh setengah tahun ulang tahun keduanya, Aniplex terpaksa menutup server bahasa Inggrisnya pada 29 September 2020 mendatang. [@magireco]

Yabai desune! Komite produksi telah mengumumkan bahwa adaptasi anime Princess Connect akan berlanjut segera ke musim keduanya [@priconne_anime]

Komentar Redaksi: Bulan ini para penggemar Anime dikejutkan oleh berbagai pengumuman adaptasi anime hingga penundaan ataupun penutupan game. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri kreatif bidang ini adalah ranah yang cukup besar namun berat sekali dalam mengembangkan lingkar komunitas masing-masing.

Sempat Ditunda,

Kini Film Anime Josee to Tora ke Sakana-tachi

Siap Tayang Akhir Tahun 2020 S etelah sempat ditunda akibat wabah pandemi COVID-19, komite produksi adaptasi film anime Josee to Tora ke Sakana-tachi mengumumkan penundaan penayangan film ini. Kabar tersebut disampaikan pada awal masa pandemi di bulan Juni 2020, beberapa bulan kemudiannya pada pertengahan bulan Agustus 2020. Akhirnya kabar mengenai tanggal pasti selanjutnya setelah penundaan telah diumumkan. Film ini direncanakan akan tayang di Jepang pada 25 Desember 2020 mendatang.

Adaptasi film anime ini sendiri diproduksi oleh studio dibalik anime seperti Boku no Hero Academia dan Noragami yaitu studio BONES dibawah arahan sutradara Koutarou Tamura. Beliau telah berperan juga dalam anime seperti Kodomo no Jikan hingga Space Dandy, serta nantinya akan dibantu juga oleh Haruko Iizuka, seorang staf dibalik produksi anime Accel World yang akan berperan sebagai sutradara animasi. Dikabarkan juga Loundraw akan menjadi desainer konsep dari film ini, ia merupakan staf dibalik Tsuki ga Kirei. Naskahnya sendiri akan ditulis oleh Sayaka Kuwamura dan terdapat pula Evan Call yang turut mengkomposisi musik untuk film ini.

Adapula lagu tema spesial dari adaptasi ini akan dibawakan oleh Eve dengan judul “Ao no Waltz”. Bagi yang belum mengetahui siapa itu Eve? Beliau adalah seorang produser dan penulis lagu sejak tahun 2009 di situs Niconico dan kini berada dibawah label Toy’s Factory. Beliau juga pernah mendapatkan nominasi dan penghargaan pada ajang Space Shower Music Awards 2020 dalam kategori “Best Breaktrhough Artist” dan “Best Animation Video”.

Josee

CV: Kaya Kiyohara

Kenali Lebih Dekat Adaptasi Sebelumnya dari Film Anime Josee to Tora ke Sakana-tachi

Adaptasi film anime Josee to Tora ke Sakana-tachi merupakan sebuah adaptasi dari novel karangan Seiko Tanabe (1928-2019). Beliau adalah sastrawan asal Jepang yang merupakan alumni dari Universitas Khusus Perempuan Shoin Osaka, dan selama hidupnya ia telah mendapatkan sejumlah penghargaan seperti Akutagawa, Yomiuri, dan Asahi. Bahkan ia menerima medali “Bunka-Kunsho”, sebuah penghargaan khusus yang diberikan oleh kaisar Jepang kepada warga Jepang yang telah memberikan kontribusi dalam pengembangan seni, literatur, sains, dan teknologi.

Karangan novel ini ditulisnya pada tahun 1985 yang dahulu merupakan kumpulan cerita pendek. Pada tahun 2003 adaptasi pertama dari novel ini ditayangkan di bioskop Jepang yang disutradarai oleh Isshin Inudo dan diproduksi oleh Osamu Kubota. Film ini berdurasi 116 menit, sementara adaptasi film animenya akan berdurasi 98 menit.

Film ini menceritakan kisah seorang mahasiswa bernama Tsuneo Suzukawa, suatu hari, pada saat ia sedang mengajak anjing bosnya di taman, ia melihat sebuah kereta bayi yang terlepas dari orang tuanya. Ketika ia mencoba untuk membantunya sang orang tua yang sedang membawanya menanyakan apakah cucunya baik-baik saja? Ketika melihat kembali kereta bayi tersebut, Tsuneo melihat bahwa bukanlah bayi yang berada pada ranjang tersebut melainkan seorang perempuan muda bernama Kumiko.

Walaupun memiliki cerita yang sederhana, film ini mampu memberikan penggambaran yang unik terhadap sekitarnya sehingga menjadikan salah satu drama yang menarik untuk ditonton. Film ini membedakan diri dengan tidak terlalu memaksakan kebiasaan dari film drama pada umumnya, namun ia selalu membawakan ceritanya dengan santai dan menenangkan. Walau mungkin film ini tidak akan memberikan tangisan yang dalam pada wajah pembaca, namun setidaknya film ini mampu memberikan senyuman bahagia atas akhir cerita yang disampaikan.

Tidak dapat dipungkiri juga film ini telah meraih beragam penghargaan seperti penghargaan dari kementerian pendidikan Jepang untuk Isshin Inudo dengan penghargaan “New Director Award for Fine Art”. Pemerannya juga mendapatkan penghargaan seperti Satoshi Tsumabuki (Tsuneo Suzukawa) mendapati penghargaan “Best Actor Awards” dari Kinema Junpo dan Hochi Film Awards. Film ini juga berhasil menjadi salah satu dari empat film terbaik Jepang pada tahun 2003 melalui survei yang dilakukan Kinema Junpo.

Tsuneo Suzukawa

CV: Tashi Nakagawa

Yuki Monji ULASAN SERI KOMIK THE IDOLM@STER MILLION LIVE

Akhirnya telah selesai juga komik karya Yuki Monji mengenai seri The Idolm@ster Million Live. Seri ini telah dirilis oleh Elex Media Komputindo di Indonesia sebanyak 5 volume yang dapat dibeli masing-masing pada rentang harga 20 - 30 ribu rupiah berdasarkan daerah jual. Bagi yang belum mengetahui apa itu The Idolm@ster, maka ini merupakan seri dimana kita berperan sebagai produser dari sebuah agensi dan berusaha untuk mengembangkan bakat idol.

Seri komik Million Live menceritakan kisah tiga idol yang bernama Mirai Kasuga, Shizuka Mogami, dan Tsubasa Ibuki yang berada di agensi 765 Production. Pada volume 1-3, pembaca akan disajikan latar dan permasalahan awal yang dihadapi idol tersebut. Volume tersebut membahas dan mendorong idol agar yakin pada dirinya untuk menampilkan yang

terbaik. Kemudian volume 4-5 adalah pengujian mental para idol disaat tampil pada panggung yang mereka telah idamkan sejak dahulu. Dapat kami katakan lima volume ini merupakan penggambaran yang baik mengenai dunia seri Million Live, karenanya sejauh ini seri ini hanya dapat dinikmati melalui game hp ataupun konsol. Walau sejatinya memang seri Idolm@ster berasal dari game, namun saat diadaptasikan ke bentuk lainnya, para penggemar dapat lebih berinteraksi dan memahami lebih dalam pengembangan karakter dari idol yang mereka latih. Komik karya Yuki Monji ini merupakan salah satu contoh dimana adaptasi dapat menjadi bentuk ungkapan atas perkembangan karakter setiap idol yang ada khususnya dalam seri Million Live.

Ayumu Kasuga

Castle Town Dandelion Vol.1

Butuh sebuah komik slice of life ringan berbentuk yonkoma? Maka tidak perlu jauh-jauh inilah komik Castle Town Dandelion, menceritakan kisah keluarga Sakurada yang saat ini tengah mengadakan pemilihan raja selanjutnya. Pembaca akan dikenalkan oleh protagonis bernama Akane Sakurada, seorang putri yang memiliki kemaluan terhadap pemantauan CCTV di negaranya, sehingga ia menginginkan menjadi raja yang nantinya akan menghilangkan aturan ini.

Naomichi Io

My Youth Romantic Comedy is Wrong as I Expected @Comic Vol.01

Masa muda adalah suatu kenagan yang buruk ataupun spesial bagi sebagian orang. Pada komik Oregairu, pembaca akan dikenali dengan pemuda bernama Hachiman Hikigaya, seorang siswa SMA yang selalu berpikiran negatif di sekitarnya, karena itu sang wali kelas menyuruhnya agar ikut sebuah klub dan disanalah kisah Hachiman dimulai menjadi cerita yang dapat dibilang “gue banget”. Bagi sebagian pembaca, sang protagonis ini dapat dibilang sebuah kisah yang “hampir mirip dengan mereka”.

Taiki Kawakami

Regarding Reincarnated to Slime Vol.1

Meninggalkan dunia asli dan bereinkarnasi, ya inilah dunia isekai. Sebuah tema yang telah menjadi tren, pembaca akan dimanjakan oleh adaptasi komik tensura yang menghadirkan protagonis lelaki yang terlahir kembali menjadi sebuah slime. Salah satu poin plus dalam komik ini adalah penceritaannya yang mudah untuk dicerna serta menarik sekali. Kisahnya dimulai dari perjalanan sederhana hingga menjadi sebuah kisah perjuangan para monster membangun desanya sendiri.

Renato Reimundo Jr.

Tiap Detik Vol.1

Apakah pembaca menginginkan produk Indonesia bergaya “anime”? maka komik Tiap Detik dapat menjadi pilihan kalian. Dengan membawakan kisah klasik akan sebuah narasi anime romantic comedy, pembaca akan disajikan dengan cerita yang sederhana namun cukup lucu untuk dibaca. Ceritanya tersendiri tidak terlalu berat ataupun terlalu sederhana, melainkan komposisi yang pas untuk membuat romcom simpel yang digemari orang-orang.

Aiko Koyama

Juru Masak Para Maiko Vol.1

Ini adalah kisah seorang gadis bernama Kiyo, yang bekerja sebagai juru masak dari sebuah wisma khusus Maiko. Disinilah kisah kesehariannya dalam mempersiapkan masakan untuk para Maiko dimulai, selain menghidangkan makanan yang sederhana, kisah akan penyiapan makanan tersebut penuh akan kehangatan khas bagi para pembaca dan penghuni wisma tersebut. Tidak ada kisah yang cukup “comfy” untuk dibaca dengan seru di akhir pekan.

Harurunzw

The Idolm@ster Cinderella Girls Fanbook – Rhapsody

Sebuah kisah parodi dari karakter Idol@ster Cinderella Girls, namun yang membedakan kali ini adalah pasangan yang cukup unik daripada biasanya. Kali ini pembaca dimanjakan oleh pasangan Rin Shibuya dengan Sachiko Koshimizu. Bagi penggemar salah satu karakter tersebut, maka doujinshi ini adalah manajaan mata bagi pembaca ataupun penggemar seri Idolm@ster, dengan cerita “comfy” yang ringan, pembaca akan langsung terpikat dengan pembawaannya.

Keiichi Arawi

City Vol.1

Pernahkah terbayang oleh pembaca bahwa kehidupan sederhana disuatu kota akan terasa unik dan lucu? Inilah komik City, sebuah komik terbaru dari pencipta seri Nichijou yaitu Keiichi Arawi. Kisah sederhana melibatkan satu hingga seluruh orang di kota ini sangatlah lucu untuk dibaca dan dinikmati di akhir pekan. Leluconnya pula juga cukup masuk akal dan logis untuk selera warga Indonesia sendiri, walau mungkin ada beberapa lelucon yang agak kadaluarsa.

Ishizuka Chihiro

Flying Witch Vol.1

Sebuah cerita sederhana mengenai seorang penyihir muda yang sedang berada di kota Aomori. Pembaca dikenali oleh seorang perempuan muda bernama Makoto, sesuai tradisi keluarga, setelah 15 tahun, sang penyihir diharuskan untuk keluar dari rumah agar dapat mencari ilmu yang lebih dan menjadi seorang penyihir hebat kelak nanti. Kisah yang cukup “comfy” hadir kembali dengan hadirnya komik Flying Witch, sensasi kota Aomori menjadi ciri khas sendiri saat membaca komik yang indah ini.

ISTILAH SINGKAT DUNIA JEJEPANGAN

Visual Novel (ビジュアルノベル) Sebuah game yang hanya menfokuskan pada aspek cerita saja. Dimana keseluruhan isi dari game ini hanyalah cerita yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga pemain dapat memainkan kehidupan protagonisnya dan biasanya dapat memilih jalan ceritanya sendiri.

Monster Musume (モンスター娘) Salah satu bentuk personifikasi yang berusaha menggambarkan sebuah monster dalam bentuk “moe”. Biasanya juga disingkat sebagai monsume, personifikasi ini mengusahakan agar bentuk monster dapat dipertahankan sekaligus menampilkan sisi “moe”-nya.

Tsundere (ツンデレ) Suatu sikap sebuah karakter yang identik dengan sikap orang yang dingin, namun seiring waktu akan menunjukkan sisi lainnya kepada orang yang disayanginya. Biasanya sikapnya masih berupa malu-malu atas sesuatu ataupun melebihkan suatu kejadian.

Omake

(おまけ) Isitlah yang digunakan untuk ilustrasi yang berupa coretan cepat dari sang ilustrator ataupun sebuah kata-kata singkat yang ingin disampaikan oleh ilustrator. Biasanya omake digunakan dalam ranah perkomikan, untuk menggambarkan sisi lain yang tidak ada di jalan cerita utamanya.

Comic Market

(コミックマーケット) Pameran buku yang diadakan di Jepang dua kali dalam setahun. Pameran ini selalu diisi oleh beragam komik ataupun produk lainnya yang berasal dari suatu grup. Normalnya isi dari pameran ini berisikan karya doujinshi yang merupakan parodi dari karya aslinya.

Dakimakura (抱き枕) Adalah istilah khusus untuk menyebut sebuah bantal berukuran manusia (150-180cm). Namun yang membedakan bantal ini dari bantal lainnya adalah dengan adanya sebuah sarung khusus yang merupakan karakter favorit sang pemilik bantal tersebut.

Yonkoma Manga (4コマ漫画) Jenis pembawaan komik khusus, dimana penceritaannya menggunakan panel tetap sebanyak empat buah untuk tiap ceritanya. Mengenai penempatan panelnya sendiri biasanya ditaruh dalam bentuk vertikal, namun adapula yang menaruh secara horizontal 2x2.

Nico Nico Douga (ニコニコ動画) Sebuah layanan penyebaran video yang populer di Jepang dimana warganet dapat menaruh sebuah komentar yang nantinya akan sinkron dengan pemutaran videonya. Hal ini membuat layanan ini seperti sedang menonton bersama. Kini dikenali saja dengan nama “Nico Nico”.

Looking back at what happened earlier in 2020, I could say this is the best year as a new content creator to get a head start to kickstart their dream in the creative industry. While many news today announcing that many of a global financial downturn, and thus many of small businesses has been struggling as they faced the COVID-19 pandemic (Lowrey, 2020). One might see that the creative industry has taken a toll to due to this pandemic, yes it’s true that many of the larger creator in the industry has also taken a toll, as we see that Japan animation studio has to deal with the pandemic as they’re still using the old model of animation production. But then why am I saying that the COVID-19 has make some of content creator a good year? While many seems like to suffer from the impact. Alas in my opinion, while there is some talented person in the creative industry, not everyone has the right skill when the time is needed. Every creative person need to hone their skill especially those who’re still studying in school and college. Honing their skill need a lot of time especially when you’re new to the industry and you can’t really be good in an instant, it takes time and time is valuable when you’re studying in school or college.

When the COVID-19 has impacted the world as a whole, some people might get depressed because they’re out of a work or business, but as time keeps moving on, I thought we shouldn’t look at what is happening right now and focused on tomorrow. First of all, let’s look at what is a creative industry? It’s an industry that involved a lot of person in the business of content creation either that be podcast, video game, e-sports, film, animation, television, music, and more. The industry is based on the creativity of the person creating it and it will keep going bigger as a new workforce is joining in the industry.

I would like to make an example based on my surrounding, due to the COVID-19 pandemic, may of my college friends has been homesick as they routinely do what they usually do. When they’re realized that, they’re doing the same thing again, they wanted to mprovised more and seek out a good thing’s in the creative industry as the industry has a lower barrier of penetration. Looking at that many of my friends started to draw a fanart and some animation, studying by looking at online tutorial and practicing it daily because currently they had a lot more time rather before COVID-19 impact. They’re doing not because they wanted it, but they’re seeing that their friends also keep improving their skills, it’s like a domino effect. Making a fanart is the start, but as I observe during the pandemic, they’re now entering to make their own original character, some might say as the foundation of an intellectual properties, we also needed an original character to tell our own story. So thenI started to look at the past of a biggest comic market in Indonesia, called Comic Frontier. It’s a proving ground as many of those participant rarely creating their own IP, mostly they don’t take a risk of creating a new idea but creating a new idea is much more bigger opportunities for them to sell when they’re in a minus. Looking today as well, there is an emerging creator from across Indonesia.

One of them is Indonesia animation studio, while by looking at our history that local animation studio has been around since the “New Order”. Many of our locally animation studio hasn’t been known or even get a recognition from outside. But today, we’re seeing a renaissance of creator, especially from an animation studio. As many of our local ads has started to us the animation made by locally crafted animator, their animation really connect us as an Indonesian, the vibe, the feeling, the looks, all of that is crafted to the liking of Indonesian people. There’re some of it that is being made by a foreign animator since they’re selling at a lower price a whole. But when we’re seeing the animation industry, it’s not a matter of money, it’s a matter of staff .When building a content, we must learn the foundation, which in this case learning how to draw a basic object or character from an existing IP into a reality, then continue to create a new character as time progresses, then maybe you will learn some new tricks to yourself. As we see that Japan animation is having a bad time and their production cycle has been disrupted. One might sees this as an example that our production is failing, but if we’re going to see the bigger picture, this moment is a proving ground for other animation studio, as we see Chinese studios began to improve their self to the extend as in par of Japanese animation studio (Nakafuji, 2020). This time is perfect for new animation studio to shows it teeth to the world as many of expensive project has taken a hit, but for an indie which conserve their spending on a budget friendly project, this moment make them can prove how good they’re and maybe after the pandemic, they soon will land a better project as they have shown their capabilities.

After seeing how the animation industry can thrive during this pandemic, let’s take a look at another creative industry that has gained an attention in Indonesia. The game industry in Indonesia, has been gaining a lot of attention from the central government and investor, as we sees many of local indie studio has gained a lot of headline outside of Indonesia. Creating a game is a mix of all talent in the creative industry, as they needed a sound engineer, animator, designer, programmer, and producer. When you have the grasp of drawing fundamentals, you can continue your path as an animation animator, game animator, artist, and designer, there’s a possibility by seeking a new skill. Game is not only a fun experience for a lot of people, but also a medium to tell a story or idea to the player. Game has shown that gameplay doesn’t always be the main selling point, but a well-constructed story of a game is also a decision for player.

Entering the game industry also isn’t that hard, as many people can learn programming quickly and master the basic idea for implementing the mechanic of a game. Still thought that programming is still scary? How about drawing as I mentioned before, drawing has also a major role in game development, as without visual sometime in this century, people will not look up our game. Still believe you can’t really enter it? How about by joining in as a producer who seek up the management role, as today you can join a game jam across the world to make a simple game together, doing this and you can think as an understanding of how a game is being made. A game isn’t an expensive project like we all know, there are an inexpensive game that is being made by indie, and lots of local studio has been capitalizing in that concept, creating an unique game that is different from the larger developer. The most major factor of being an successful indie is a simple but great idea, and that can be done in small scale team as there will be no interruption from the manager or director. Working as an small team in the pandemic is also easy, as you can just seek people on your social media and begin starting a new project. Game industry has also a small barrier of entrance, as many software and asset is available for free and creative common copyright. So you can just practice a long as the pandemic is still happening.

Still think that the pandemic is a bad case for collaboration and creating a joint project with friends? Well as we saw many of small creative industry hasn’t really takes a hit during this pandemic. Rather than thinking about it, why not start your new career at home, there’s an emerging market of video content creator, as one of them is virtual youtuber. Currently virtual youtuber has become an unique game streaming which many audience enjoy, because we aren’t watching some person who play video game, but a character that play a game. As of today there’s a lot of potential monetization and during the pandemic to really start a virtual youtuber channel is getting more easier by just creating your own avatar then stream it across the internet. Potentially virtual youtuber can go into a sub culture because it’s based on merging the animation into gaming, or I’d like to say live animation, where we can see our favorite character be voiced everyday and interacting with us. Can’t go on the video? Then why don’t make a patreon or trakteer account? As of today there’s a lot of content creator that are willing to go all in on one platform and dedicated their life to creating great content, but they’re lacking of funds to do so as youtube ads or google ads weren’t generating enough revenue for them. By creating a patreon or trakteer account they can provide an option for their fans to support OPINI KOMUNITAS their vision about creating a great content to their platform. Basically it’s like subscribing to the creator directly and finance them to make a greater content with an added benefit depending on the creator, it can be an photoshop file, voice file, script file, earlier preview, and other stuff that the creator wanted to share to their fans. This method really make a difference as of today pandemic, most of the people that are being force to work from home, sometime really enjoy some entertainment, so basically they’re willing to support their favorite creator to the fullest if they can enjoy a routine content from them.

All of the above sub sector of the creative industry is really just the tip of the ice berg, where we can still uncover more sub sector within this industry. In the end, I think that during this pandemic, we shouldn’t look at today or past, but seek the tomorrow that we wanted to believe that existed. Doing nothing isn’t an option, but doing something is an option for us to seek and explore our potential. for those who’re not a creative person, who knows, maybe inside yourself, you will find a potential in the creative industry and join the industry in the future.

Ditulis oleh Cakra Bhirawa | Halaman ini adalah pendapat pribadi dari sang penulis dan tidak berarti merefleksikan kebijakan maupun pandangan dari Animazine ataupun Dai Kazoku dan FLAC.

INILAH HALCA

Seorang musisi yang memulai karirnya pada tahun 2018 lalu dan sempat menyanyikan lagu untuk beragam anime seperti Wotaku ni Koi wa Muzukashii, Kaguya-sama wa Kokurasetai, Ace Attorney, dan yang terkini Kanojo Okarishimasu. Inilah “Halca”, penyanyi perempuan kelahiran 7 Juli ini berada dibawah label Sacra Music dari Sony Music Entertainment Japan dan agensi Music Ray’n.

Ia telah menyukai musik sejak masa kecil dengan inspirasi pertamanya oleh lagu “Again” yang dinyanyikan oleh Yui, seorang musisi yang dikenali atas lagu seperti “Good-bye Days”. Semenjak saat itu, ia semakin tertarik akan beragam jenis musik, khususnya anisong ketika masa SMPnya. Ia sempat tertarik dengan musik anime karena adanya kanal tayangan anime pada TV kabel rumahnya. Beberapa anime yang berperan penting dalam kehidupannya adalah Toradora dan Cardcaptor Sakura. Namun Salah satu anisong favoritnya adalah “Kiss Kara Hajimaru Miracle” dari anime Kotetsu Tenshi Kurumi. Karena itu ia memutuskan untuk mengikuti klub paduan suara dan teater di sekolahnya untuk melatih suaranya.

Setelahnya ia memutuskan untuk memasuki industri musik sebagai musisi melalui audisi Utakatsu! Audition yang dikenali atas audisi dalam lingkup anisong. Ia mengikuti audisi tersebut pada tahun 2013 dan berhasil memenangkannya, setelahnya ia berusaha untuk terus berlatih hingga memulai debut perdananya pada 2018 mendatang.

Pada tahun 2017, ia turut diundang oleh salah satu penyanyi terkenal Chico, yang dikenali juga atas nyanyiannya bersama grup musik HoneyWorks. Pada kala itu ia diberikan tugas untuk sesi pembuka dalam tour live Chico. Karirnya profesionalnya pada kala itu telah memulai babak baru, karenanya setelah itu ia menyanyikan lagu “Kimi no Sora” untuk merayakan ulang tahun ke-10nya webnovel Noichigo. Dalam tahun yang sama ia juga berkolaborasi dengan Honeyworks dengan dinyanyikannya “Resonator” dari anime Beatless darinya untuk mini-album bernama White Disc.

Tahun 2018 menandakan debut perdananya dengan dirilisnya single perdananya yang berjudul “Kimi no Tonari” untuk adaptasi anime Wotaku ni Koi wa Muzukashii. Dalam peluncuran single perdana ini, Halca juga menjual kembali mini-allbum White Disc yang dirilis pada 2017 lalu. Darisanalah ia memulai langkahnya untuk mengisi beragam lagu tema anime. Selanjutnya ia merilis single berjudul “Starting Blue” untuk adaptasi anime Ace Attorney. Pada tahun 2019 ia merilis single ketiganya “Sentimental Crisis” untuk anime Kaguya-sama wa Kokurasetai dan “Houkago no Liberty” untuk anime Bokutachi wa Benkyou ga Dekinai. Terakhir pada tahun 2020 ia merilis single yang berjudul “Toki Toshite DISKOGRAFI Violence” utnuk anime Jashin-chan Dropkick dan

“Kokuhaku Bungee Jump”

untuk adaptasi anime Kanojo, Okarishimasu.

Beragam kegiatan Halca yang diunggahnya pada akun Twitter @halca77

31 Oktober 2018 Starting Blue

13 November 2019 Houkago no Liberty

2 September 2020 Kokuhaku Bungee Jump

INILAH OKAMOTO’S

Okamotozu atau kerap dikenali seabgai OKAMOTO’S adalah grup band rock Jepang yang dibentuk pada tahun 2006. Band ini terdirikan atas 4 siswa SMP yang terinspirasikan oleh artis Jepang Taro Okamoto, kemudian para anggota band memutuskan untuk memakai nama panggung mereka dengan nama belakang Okamoto.

Mereka memulai debut perdananya pada tahun 2009 dengan kompilasi “Here Come the Modernity”, kemudian mereka merilis debut album pertamanya “Here Are Okamoto’s”. Sayangnya setelah perilisan tersebut Masaru Okamoto memutuskan untuk keluar dari band dan digantikan oleh Hama Okamoto. Karena itu mereka memutuskan untuk menampilkan penampilan solo mereka untuk album perdana mereka, penampilan ini dilaksanakan hampir 10 kali setiap bulannya selama tahun 2009.

Pada tahun 2010, mereka memulai penampilan perdana di luar negeri pada festival musik South by Southwest di Texas, Amerika Serikat serta beragam kota besar lainnya di Amerika Serikat dalam rangka Japan Nite Tour. Di tahun yang sama mereka juga mendapatkan kontrak dibawah label Ariola Japan yang dibawahi oleh Sony Music Entertainment Japan. Melalui kontrak tersebut, mereka mengumumkan debut singlenya yang berjudul “Yokubo o Sakebe!!!”, lagu tersebut juga diperdengarkan sebagai lagu tema penutup ke-18 dari anime Naruto: Shippuden.

Dokumentasi Okamoto’s yang diunggahnya pada akun Twitter @okamotos_info

DISKOGRAFI

Perempuan asal prefektur Osaka kelahiran 25 November 1996 yang bernama Konomi Suzuki merupakan salah satu perempuan yang berkarir dalam industri musik dan sulih suara di Jepang. Ia pertama kali memulai karirnya dalam industri musik adalah pada tahun 2011 dengan label Media Factory dan pada 2016, ia berada dalam naungan label Mages. Sementara itu ia memulai karirnya sebagai seiyuu pada tahun 2012. Bagi para penggemarnya ia dikenali dengan lagu tema yang ia nyanyikan untuk anime Sakurasou no Pet na Kanojo,Watashi ga Motenai no wa Dou Kangaetemo Omaera ga Warui!, No Game No Life, dan Re:Zero kara Hajimeru Isekai Seikatsu. Dalam dunia sulih suara, ia memerankan karakter Rin untuk anime Lost Song dan sebagai pemeran tambahan pada anime Tasogare Otome x Amnesia.

Perempuan asal Osaka ini adalah anak termuda dari tiga bersaudara. Ia mulai tertarik sebagai musisi pada masa kecilnya, dan hal tersebut didukung oleh ibunya dengan mengikuti les menari serta mulai mengikuti berbagai kompetisi menyanyi di usia yang muda. Setelah memasuki jenjang SMA, ia tertarik dengan karakter Sheryl Nome dari anime Macross Frontier, dan disaat itulah ia memastikan impiannya untuk menjadi penyanyi anisong di masa depan.

Karena itu ia mencoba mengikuti audisi Animax All-Japan Anisong Grand Prix pada tahun 2010, akan tetapi audisi pertamanya tersebut gagal dan ia mencoba lagi pada tahun 2011 di audisi yang sama. Akhirnya ia berhasil lolos audisi, dan pada tahun 2012 ia merilis debut singlenya berjudul “Choir Jail” yang digunakan untuk lagu tema pembuka anime Tasogare Otome × Amnesia, di anime yang sama ia juga memerankan karakter sampingan juga di episode kelima. Single tersebut berhasil meraih peringkat ke-34 pada Oricon Weekly Charts selama 9 pekan.

Setelah itu ia juga merilis single keduanya yang berjudul “Days of Dash” pada akhir 2012, lagu tersebut dinyanyikan untuk lagu penutup anime Sakurasou no Pet na Kanojo. Kemudian karirnya terus menanjak hingga sekarang pada tahun 2020, ia merilis single ke-17 dan ke-18nya yaitu “Theater of Life” untuk anime Deca-Dence dan “Realize” untuk anime Re:Zero kara Hajimeru Isekai Seikatsu 2nd Season.

Beberapa foto yang diunggah oleh Konomi Suzuki pada akun Twitter @Suzuki_Konomin

DISKOGRAFI

ULASAN GAME KLASIK DARI STUDIO ANIME LEGENDARIS “GAINAX” “PRINCESS MAKER”

Pernahkah terbesit dalam pikiran kalian bahwa dibalik studio anime legendaris GAINAX, yang telah membuat karya klasik seperti Neon Genesis Evangelion, Fushigi no Umi no Nadia, Kare Kano, Oruchuban Ebichu, dan Gurren Lagann. Sebelumnya studio tersebut juga pernah mencoba ranah baru dalam industri kreatif ini, yaitu industri “game”. Ya, inilah hasil game yang telah dibuat oleh studio yang memiliki peranan dalam produksi anime diatas yaitu “Princess Maker”. Game ini sendiri telah mendapatkan sekuel yang cukup panjang dan telah menjadi game klasik dalam dunia simulasi, akan tetapi game ini belum pernah keluar dari negeri sakura ini hingga dirilis kembali dalam bentuk “refine”nya yang memperhalus grafis dari game ini agar lebih nyaman dimainkan. Dan inilah ulasan dari saya Cakra Bhirawa mengenai game pertama dari seri Princess Maker yang berjudul “Princess Maker Refine”.

INFORMASI SINGKAT

Princess Maker Refine mebawakan pemain dalam suatu kisah, dimana pemain merupakan pahlawan ksatria yang telah menyelamatkan kerajaan dari musibah besar. Beberapa hari setelah kejadian tersebut, muncullah seorang anak perempuan yang berumur 10 tahun di depan kediaman ksatria. Disinilah pemain akan berperan sebagai ayah asuh yang akan menentukan masa depan anak tersebut.

NARASI PENCERITAAN GAME

Bagi saya pribadi, penceritaan dalam game perdana ini cukuplah bagus sekali, dengan latar yang cukup jelas dan kisah yang mudah dicerna, saya tidak habis pikir mengapa game ini tidak dirilis diluar Jepang. Akan tetapi bila melihat dari sisi lain penceritaan, saya pikir memang game ini sedikit “bahaya”, walaupun memang ini adalah game simulasi merawat anak, saya pikir penceritaan disini masih lekat dengan topik “seksualitas anak-anak” dan itu adalah topik yang cukup berat, namun terlepas dari itu, penceritaan disini dapat saya bilang adalah salah satu game yang dapat memberikan titik gambaran atas bagaimana game bertemakan “merawat anak” itu dapat dimainkan. Salah satu hal yang saya sukai dari penceritaan disini adalah pilihan atas jalan yang diinginkan pemain dan rute tersebut dapat terjadi dengan mudahnya

MEKANIK GAME

Jika sebelumnya saya membahas mengenai adanya jalan cerita yang dapat dipilih sesuai pilihan pemain, maka kini saatnya membahas bagaimana game ini bergerak. Sebagaimana temanya “merawat anak”, game ini dapat dibilang sebagai “simulasi dasar” atas apa yang mungkin kalian lakukan bila memiliki anak, namun dengan bumbu era medieval. Pemain akan diberikan pilihan untuk menentukan ingin merawat anaknya seperti apa dan memberikan kebahagiaan seperti apa. Namun dari opsi tersebut pemain juga harus memanajemen kehidupannya mulai dari dimana ia harus bekerja? belajar dimana? hingga interaksi sederhana seperti bincang keluarga. Interaksi tersebut memungkinkan pemain untuk merubah sikap hingga penampilan dari anak pemain. Bila pemain terlalu memberikan tekanan kepada anaknya, maka seiring waktu anak tersebut akan marah dan memberontak, namun hal tersebut tidaklah membuat game ini berakhir begitu saja, melainkan pemain akan mendapatkan akhiran anak bandel dan itu bukanlah rute yang salah juga. Karena kembali lagi ini adalah game merawat anak sehingga tidak ada pilihan untuk merawat anak dengan baik ataupun buruk, semua tergantung orang tua tersendiri.

GRAFIS DAN VISUAL GAME

Untuk game perdana yang memulai tema “merawat anak”, game ini cukup indah sekali untuk dilihat. Walau memang terasa sekali bahwa ini adalah game lawas terutama dari visual mata anak hingga lingkungan sekitarnya, semua terasa seperti gaya anime era 90-an. Akan tetapi hal tersebut tidaklah merubah argumen bahwa game ini adalah contoh yang baik untuk memulai suatu tema baru di dunia game, saya bahkan tidak akan beragumen apapun mengenai visual yang disajikan, namun yang perlu dicatat, terdapat beberapa visual yang saya pikir agak “vulgar” untuk dilihat. Lalu bila melihat UI/UX, maka game ini sangat terasa tidak dapat bertahan dengan perkembangan waktu, menu disini sangatlah kecil dan memiliki tulisan yang menurut saya tidaklah pas untuk dimainkan di era sekarang, saya sendiri sempat kesulitan untuk memainkan game ini akibat visualnya sih. UI/UX ini nantinya akan terasa sekali pada saat pemain mencoba untuk bertarung dengan monster ataupun berinteraksi dengan tokoh di game tersebut. Ya mungkin jika kalian menyukai UI/UX ala-ala game point and click saya pikir hal ini tidaklah mengganggu, namun bagi saya tipe seperti itu cukup mengganggu dalam permainan simulasi seperti ini.

KESIMPULAN AKHIR

Bagi pembaca yang menginginkan sebuah permainan unik dalam kategori simulasi, maka game Princess Maker Refine dapat menjadi pilihan terbaik kategori tersebut. Karena bagi kalian yang benar sangat menyukai simulasi, game ini memanjakan kalian dengan simulasi sederhana namun kompleks, hal seperti memberikan pendidikan yang terbaik akan menyebabkan ia menjadi semakin pintar dan begitu pula sebaliknya. Sehingga pemain diharuskan untuk dapat membagi waktu yang terbaik bagi putrinya agar ia dapat menjadi sosok yang pemain idamkan atau untuk mendapatkan rute final yaitu menjadi putri sejati yang kelak akan memimpin kerajaan tersebut. Akan tetapi perlu diakui untuk game lawas, pada layanan Steam harga game ini cukuplah mahal dan untuk harga sekitar $9.99 dolar amerika saya pikir tunggulah hingga ada diskon summer ataupun winter sale sehingga pembaca tidak perlu mengeluarkan dana yang cukup besar.

This article is from: