5 minute read

Cerpen: Hilang Kemana? Berita Aktual Sekolah

Next Article
Sleman

Sleman

Cerita Pendek: Hilang Ke Mana?

oleh: Najwa Laila R. -9F

Advertisement

Suara bel sekolah yang begitu nyaring mengawali pagi dengan suasana sendu. Rintik-rintik hujan yang jatuh bak tetesan air mata langit. Kelas 8F di hari Senin terlihat gaduh, padahal guru matematika sudah berada di kelas 15 menit yang lalu. "Aku kaos ukuran XL, ya, ” pesan Zizah padaku.

Ya, aku bagian mencatat pemesanan kaos kelas pada tahun ini. Dan yang bertugas menerima uang adalah Mela, Si bendahara cantik dan pintar itu. "Wa, aku juga, ya, lengan pendek ukuran M. Uangnya lunas, ya. Kembaliannya buat bayar kas minggu ini, ” jelas Raka panjang lebar. "Ok, langsung kamu kasih saja ke Mela. Sudah aku catat kok, ” jawabku. "Berhenti aktivitas semuanya!" tegas Bu Pri, guru matematika yang rajin itu. "Ibu mendapat laporan dari bendahara 1 kelas yaitu Mela, kalau uang kas hilang 25.000 ke mana, ya?" ujar Bu Pri, wali kelas 8F itu. "Hah hilang lagi?" batinku.

Uang kas kelas hilang lima bulan berturut-turut setelah kenaikan kelas, entah kemana hilangnya. Pasalnya, yang memegang uang kas itu bukan hanya satu orang, melainkan tiga orang sekaligus secara bergilir. Tiga orang tersebut antara lain bendahara satu, Mela, bendahara dua, Nichol, dan Bu Pri.

Dua bulan pertama masih dimaklumi karena saat itu banyak kebutuhan kelas yang perlu dipenuhi. Catatan riwayat pembelian tidak jelas dan yang membeli tidak hanya satu orang. Ya, walaupun nominal uang yang hilang tidak terlalu besar, tetapi jika dihitunghitung lagi, sampai sekarang kelas sudah kehilangan 100.000 lebih. Sampai sekarang pun belum ada yang mengakui siapa yang mengambil uang kas itu.

Cerita Pendek: Hilang Ke Mana?

oleh: Najwa Laila R. -9F

Seminggu kemudian …. "Gais, ini sudah lengkap semua kan yang mau beli kaos kelas? Kalo sudah tinggal aku kasih ke tukang jual kaosnya, " ujarku. "Sudah kok keliatannya, " ujar Shinta seraya memastikan. "Oke, berarti hari ini juga akan aku rekap semua pesanan, terus aku cocokkan sama uangnya, baru aku kasi ke tukang jual kaos, " kataku secara rinci.

Aku mulai mencocokan data pesanan dengan data pembayaran sudah sesuai, aku akan meminta uang ke Mela. "Mel, boleh aku minta uangnya nggak? Habis pulang sekolah, aku langsung mau bayar DP kaos, " ujarku. "Oke, " jawab Mela dengan tangan yang menjulurkan dompet hijau bunga-bunga.

Saat aku mulai menghitung jumlah uangnya ada yang tidak beres, aku ulangi lagi jumlah uang dengan data berbeda. Uangnya kurang. Aku segera memanggil Shinta. Mungkin aku salah menghitung. "Shin, sini deh coba hitung uangnya, " ujarku. "Emm, semuanya 2 juta pas. " "Hah, kok bisa sih? 100 ribunya ke mana?" ujarku bingung. Karena dari hasil perincian total, semua uang harusnya 2.100.000 dari harga kaos 75.000 dikali 28 anak yang membeli. Segeralah aku konfirmasi pada Mela dengan jawabannya yang membuatku pusing. "Mel, kok uangnya kurang 100 ribu, ya?" "Hah, masa sih? Coba hitung lagi deh. " "Iya, udah. Tetep kurang. Coba cek lagi, barangkali terselip di tasmu, " ujarku. "Engga kok, kemarin aku kasih ke Nichol biar dia hitung dan total uangnya pas. Coba kalo kamu tidak percaya tanya saja ke Nichol, " jelas Mela.

Saat itu juga, aku bertanya pada Nichol. "Chol, kamu kemarin menhitung uang kaos bener pas 2 juta 100 ribu?" tanyaku. "Iya, benar. Bu Pri saja juga ikut menghitung, terus sama beliau juga ditukar uangnya biar tidak receh.

Cerita Pendek: Hilang Ke Mana?

oleh: Najwa Laila R. -9F

"Dan habis ditukar kamu hitung lagi?" tanyaku sekali lagi. "Iya, Rp2.100.000 pas. "

Aku langsung bercerita semuanya ke Shinta dan meminta solusinya. "Kalau Mela sepertinya tidak mungkin mengambil. Lihat saja gaya hidupnya. Papa dan mamanya kan juga kerja" , ujar Shinta dengan yakin. "Iya juga sih. Dia juga orangnya bertanggung jawab. Masa iya Bu Pri atau Nichol?" tuduhku. "Sst, kamu jangan ngawur. Mana mungkin bu Pri yang korupsi? Kalo Nichol sepertinya juga tidak mungkin. Dia tidak berperan banyak di keuangan kelas. " "Heh, tapi ‘kan yang awal punya ide beli kaos Bu Pri, Shin. Dia juga yang menyarankan tempat beli kaosnya, " bantahku pada Shinta. "Iya, tahu, tapi masa beliau sih? Dia guru lho, Mel. Eh, tapi dipikir-pikir, uang kas kelas kita sebelum hilang dibawa Bu Pri, lo" , ujarku lagi.

Dan akhirnya aku memilih untuk konsultasi ke Bu Pri untuk menjelaskan semuanya. Bu Pri malah memarahiku, Mela, dan Nichol, dengan alasan karena tidak langsung dicatat. Bu Pri memberikan solusi padaku untuk meminta perpanjangan waktu melunasi kaos kepada tukang kaos.

Sepulang sekolah, aku langsung ke tukang kaos, karena tokonya tak jauh dari sekolah. Untungnya sebelum aku minta perpanjangan waktu, tukang kaos itu memberikan potongan harga 100 ribu. Betapa bersyukurnya aku. Tapi tentang potongan ini belum aku ceritakan ke siapasiapa, kecuali sahabatku Shinta agar yang mengambil mengaku.

Keesokannya aku tetap mengulik masalah ini dengan Shinta. Pada saat berjalan menuju kantin, kami tak sengaja mendengar pembicaraan kelas lain.

"Haduh, aku lagi bokek nih, tapi aku sangat butuh contekannya Mela, "

bisik laki-laki berambut sedikit keriting pada teman laki-lakinya. "Terus gimana nih? Kalo kita tidak berhasil PTS semester ini, bisa mati. Bisa kecabut beasiswaku, " ujar temannya.

Cerita Pendek: Hilang Ke Mana?

oleh: Najwa Laila R. -9F

Aku dan Shinta tatap-tatapan, seperti sudah telepati dan saling mengerti. Di waktu yang bersamaan, kami berpapasan dengan Mela. Segera kuajak dia berbicara di samping toilet. "Mel, kamu jual contekan PTS?" ujarku langsung pada intinya. "Kamu tau dari mana? Jangan asal nuduh dong!" elak Mela. "Ya, adalah. Toh yang namanya Mela satu sekolah cuman kamu doang, " ucap Shinta. "Bukan gimana-gimana Mel, tapi itu cara yang kurang baik. Iya, kami tahu papamu punya banyak kenalan orang orang pendidikan, tapi masa harus seperti ini caranya?" ujarku. "Kita janji akan diam kalo kamu jujur, terus berhenti melakukan hal itu , " tegas Shinta. "Terus, kalo kamu tidak mengakui masalah ini juga pasti bakal panjang karena pasti para guru akan tahu, " ancamku pada Mela.

Tiba tiba Mela menangis dan memohon agar masalah ini tidak disebarkan. Dia mengaku. "Maaf, Wa, Shin. Iya, aku ngelakuin ini karna aku butuh uang. Terus masalah hilangnya uang kaos itu salahku. Aku nekat ambil uang itu buat nafsuku checkout barang. Aku janji, sumpah bakal ganti uang itu. " Dan akhirnya Mela mengaku juga. Shinta menjelaskan pada Mela bahwa uang Rp100.000 itu dimasukkan ke dalam uang kas saja, karena dapat potongan Rp100.000 dari penjual kaos.

Hal ini menjadi pelajaran berhargaku dan Shinta yang sudah menilai orang dari penampilannya saja. Don't judge book by cover. Rahasia ini tetap terjaga olehku dan Shinta. Mela juga sudah berhenti melakukan jual beli contekan itu. Masalah hilangnya uang kas tetap dibiarkan sampai berlarut, hingga kami sudah kelas 9. Kehebohan terjadi lagi, tapi bukan hanya satu kelas yang heboh, melainkan satu sekolah, bahwa Bu Pri, iya, Bu Pri, beliau bersama seorang guru lain korupsi uang kebutuhan koperasi selama satu tahun lebih. Pantas saja koperasi selalu ramai, tapi makanan dan barang yang lain tidak bertambah jumlahnya. Dan yaa, teman sekelasku juga sudah paham ke mana hilangnya uang kas kelas selama ini. --selesai--

This article is from: