7 minute read

Table 3.1 AKPL

BAB III RANCANGAN AKTUALISASI

3.1Identifikasi isu

Advertisement

Identifikasi isu dilakukan di unit kerja ruang ICU Rs Paru dr. H.A Rotinsulu dan didapatkan isu-isu aktual sebagai berikut : 1. Belum optimalnya pelaksanaan oral hygiene pada pasien yang terpasang ventilator di Ruang ICU RS Paru dr.H.A Rotinsulu 2. Belum optimalnya cara pemasangan circuit HFNC pada pasien gagal nafas di

Ruang ICU RS Paru dr.H.A Rotinsulu 3. Belum optimalnya inform consent pasien baru covid di Ruang ICU RS Paru dr.H.A Rotinsulu

3.2 Latar Belakang ISU

Dalam penetapan isu yang berkualitas dan aktual sebaiknya dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat bantu penetapan kriteria isu yakni dengan metode AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Problematik dan Kelayakan). Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komprehensif. Kelayakan artinya isu tersebut masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya. Berikut ini merupakan penetapan isu dengan Metode AKPL, yaitu :

No. Isu A K P L Jumlah Prioritas

1. Belum optimalnya pelaksanaan oral hygiene pada pasien yang terpasang ventilator di Ruang

ICU RS Paru dr.H.A Rotinsulu 2. Belum optimalnya cara pemasangan circuit HFNC pada pasien gagal nafas ICU di Ruang ICU RS

Paru dr.H.A Rotinsulu 5 5 4 3 17 3

5 5 5 5 20 1

3. Belum optimalnya inform consent pasien baru covid di ruang ICU RS Paru dr. H.A arotinsulu 5 5 4 4 18 2

Tabel 3.1

Berdasarkan hasil tapisan isu dengan menggunakan AKPL maka yang menjadi prioritas isu utama adalah Belum Optimalnya Cara Pemasangan

Circuit HFNC pada pasien gagal nafas di Ruang ICU RS Paru dr.H.A Rotinsulu tahun 2021.

Diawali oleh Novel Corona Virus (SARS Cov 2) tahun 2019 lalu di Wuhan, virus ini telah tersebar secara global pada lebih dari 170 negara dan per tanggal 11 Maret 2020 WHO mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi. Klinis dari penyakit ini bervaiasi mulai dari gejala ringan sampai gejala berat. Pasien umumnya bergejala ringan-sedang sebanyak 80 %. Akan tetapi 14% dari pasien berlanjut sampai dengan gangguan hipoksemia yang memerlukan terapi oksigen dan 5% pasien lain nya memerlukan bantuan respirasi lanjutan. Pasien Covid-19 dapat timbul gejala pneumonia yang ditandai infiltrat intertisial bilateral dan memburuk menjadi ARDS (Acute Distres Syndrom) dan gagal nafas akibat ketidak seimbangan ventilasi/perfusi (Procopio,et al., 2020). Pertanggal 12 Februari 2021, telah ditemukan 100 juta kasus konfirmasi positif COVID-19 dan lebih dari 2 juta kasus kematian didunia (WHO, 2021). Di Indonesia, sebanyak 1,2 juta kasus konfirmasi COVID-19 diantaranya 13,7% kasus aktif dan 2,7% kasus meninggal. Jumlah kasus paling banyak terdapat di provinsi DKI Jakarta yaitu sebanyak 25,7%, diikuti oleh Jawa Barat (14,4%), Jawa Tengah (11,7%), dan Jawa Timur (10,1%) (Satgas COVID-19, 2021). Gagal napas hipoksemia adalah tanda utama dari penyakit coronavirus gejala berat (COVID-19). Pasien dengan usia tua (>80 tahun) merupakan pasien dengan probabilitas tinggi yang membutuhkan ventilasi mekanis/HFNC (Lee, et al., 2020). Panduan awal lebih memprioritaskan penggunaan ventilasi mekanis dini dibandingkan strategi ventilasi non-invasif seperti HFNC dan NIV, didasarkan pada ketidakefektifan dan resiko penyebaran seperti yang ditunjukkan pada pasien SARS-CoV dan MERS-CoV. Seiring perjalanan terapi COVID-19, ventilasi mekanis dini diasosiasikan dengan mortalitas yang tinggi dan penggunaan ventilator berkepanjangan. Secara simultan, data-data seperti

HFNC/NIV dan manuver posisi telungkup diteliti dapat menstabilkan pasien COVID-19 (Soares III, et al., 2020). Prinsip terapi oksigen dengan HFNC didasarkan pada sebuah alat yang mampu memberikan kebutuhan oksigen yang hangat dan lembab pada aliran yang tinggi melalui nasal kanul. Kanul ini dapat memberikan aliran sampai 60 L/menit dengan suhu 31-37 derajat Celcius dengan kelembaban absolut 44 mg H2O/L; FiO2 bervariasi antara 21-100%. Kelebihan HFNC mencakup pembersihan dead space faring, reduksi usaha respirasi, efek PEEP (Positive End-Expiratory Pressure), pemberian fraksi oksigen inspirasi yang konstan, perbaikan pembersihan mukosiliar, dan kenyamanan pasien. HFNC juga dikenal dapat memberikan PEEP yang rendah, dimana dapat memberikan efek menguntungkan bagi kondisi gagal napas ringan-sedang. Selain itu, dengan memberikan gas yang hangat dan terhumidifikasi, HFNC mengurangi usaha metabolik yang diperlukan untuk mengkondisikan udara. HFNC lebih dapat ditoleransi dibandingkan dengan bantuan ventilasi lainnya dan mengurangi kejadian intubasi sehingga memberikan prognosis klinis yang baik pada pasien dengan gagal napas akut (Procopio, et al., 2020). Dukungan respirasi diberikan untuk menjaga kecukupan oksigenasi dan ventilasi alveolar, dan tatalaksana lini pertama pada gagal napas respirasi hipoksemia adalah suplementasi oksigen. Pada napas spontan, temperatur udara yang masuk diregulasi oleh hidung dan ruang orofaring. Suplementasi oksigen lain kadangkala tidak melembabkan udara yang masuk sehingga menyebabkan keluhan seperti hidung kering, tenggorokan kering, dan nyeri pada nasal. Keluhan tersebut berakibat pada komplian yang rendah terhadap terapi oksigen. Udara yang kering juga mengurangi pembersihan mukosiliar nasal. Pada percobaan dengan hewan coba, udara kering dapat menyebabkan pelepasan/pengelupasan jaringan epitel, kongesti vascular subepitel, edema, dan kerusakan serta inflamasi akut pada silia. Udara dingin dapat merangsang bronkhokonstriksi pada pasien dengan asma. Penggunaan alat konvensional seperti NIV diasosiasikan dengan sungkup yang tidak nyaman, nasal kering, mulut kering, iritasi pada mata, trauma nasal dan mata, serta distensi gaster. Penggunaan HFNC yang dapat menghangatkan dan melembabkan aliran udara memberikan keuntungan fisiologis. Aliran udara yang tinggi membersihkan karbondioksida pada ruang mati anatomis. HFNC juga mengurangi WOB (work

of breathing) sehingga menurunkan frekuensi napas (Nishimura, 2016). Penggunaan terapi HFNC dini pada pasien dengan COVID-19 gejala berat dapat memperbaiki oksigenasi, dan menurunkan frekuensi napas, terapi HFNC dapat memperbaiki indeks infeksi pasien (CRP dan hitung jenis leukosit) dan menurunkan lama rawat ICU (Teng, et al., 2020). Secara fisiologis, aliran inspirasi (volume tidal) tidak konstan dan bervariasi tiap tarikan napas. Ini berarti terdapat perbedaan aliran inspirasi dan aliran oksigen yang terdistribusi tiap napas. Pada sungkup oksigen konvensional terdapat lubang-lubang untuk mencegah rebreathing, sehingga bisa dipastikan bahwa fraksi oksigen yang diterima lebih rendah dibandingkan prediksi alat. Fraksi oksigen inspirasi aktual (FiO2) lebih tinggi saat pernapasan dengan mulut terbuka dibanding dengan pernapasan dengan mulut tertutup dan lebih rendah selama penggunaan nasal kanul. Sedangkan FiO2 pada pasien dengan HFNC lebih mendekati fraksi oksigen yang diperhitungkan dibanding pada pasien dengan sungkup muka (Nishimura, 2016). Melihat banyaknya pasien gagal nafas yang membutuhkan HFNC, maka dilakukan analisis penyebab agar dibuat SOP untuk pemasangan circuit HFNC pada pasien gagal nafas di RS paru Dr.H.A Rotinsulu Bandung.

3.3 Analisa Penyebab Isu

Setelah melakukan identifikasi terhadap prioritas isu yang akan diselesaikan, maka digunakanlah diagram fishbone atau diagram tulang ikan. Diagram fishbone ini digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah karena menekankan pada hubungan sebab akibat. Dalam menganalisis hubungan sebab akibat ini diperlukan beberapa kategori yakni man(tenaga kerja), method(metode atau proses), material(informasi atau lainnya) dan environment (lingkungan yang berperan). Berikut dibawah ini merupakan analisis prioritas masalah dengan diagram fishbone, yaitu :

Kurangnya pendampingan pengkajian pada alat HFNC oleh perawat yang sudah mahir kepada perawat yang kurang mahir Belum adanya buku petunjuk cara pemasangan circuit HFNC

Masih ada perawat yang belum mengikuti pelatihan cara pemasangan circuit

Belum adanya petunjuk teknis cara pemasangan circuitHFNC man

method material

Terdapat perbedaan cara pemasangan circuit HFNC diantara perawat

environment

Belum Optimalnya Cara Pemasangan circuit HFNC pada pasien gagal nafas di Ruang ICU RS Paru dr.H.A Rotinsulu

3.4 Rumusan Isu

Berdasarkan pada diagram fishbone diatas disimpulkan beberapa penyebab akar masalah dari isu Belum Optimalnya Pemasangan Circuit HFNC pada pasien gagal nafas di ruang ICU RS Paru dr.H.A Rotinsulu diantaranya:

1) Belum adanya buku petunjuk cara pemasangan circuit HFNC 2) Terdapat perbedaan cara pemasangan circuit HFNC diantara perawat 3) Belum adanya petunjuk teknis cara pemasangan circuit HFNC 4) Masih ada perawat yang belum mengikuti pelatihan cara pemasangan circuit HFNC 5) Kurangnya pendampingan pengkajian pada alat HFNC oleh perawat yang sudah mahir kepada perawat yang kurang mahir

3.5 Dampak

Isu tersebut jika tidak segera diselesaikan dapat menimbulkan dampak yaitu: 1. Tidak tertanganinya pasien gagal nafas yang bisa menyebabkan terjadinya kematian 2. Kurang maksimalnya pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang terpasang HFNC

3.6 Gagasan Pemecahan Isu

Dalam penyelesaian permasalahan di atas, penyusun akan melakukan beberapa kegiatan sesuai dengan Sasaran Kinerja Pegawai, penugasan atasan, dan inovasi yaitu Menyusun Standar Operasional Prosedur Pemasangan

Circuit HFNC Pada Pasien Gagal Nafas Di Ruang ICU RS Paru dr.H.A

Rotinsulu Tahun 2021 .Adapun rincian kegiatan penyelesaian isu adalah sebagai berikut :

NO KEGIATAN SUMBER

1 Berkonsultasi dengan Kasie Keperawatan, untuk mengatasi masalah Belum tersedianya SOP mengenai pemasangan circuit HFNC pada pasien gagal nafas di ruang ICU RS Paru dr.H.A Rotinsulu Penugasan Atasan

2 Menyusun rancangan Standar Operasional Prosedur pemasangan circuit HFNC pada pasien gagal nafas di ruang ICU RS Paru dr.H.A Rotinsulu Inovasi

3 Mensosialisasikan Standar Operasional Prosedur pemasangan circuit HFNC pada pasien gagal nafas di ruang ICU RS Paru dr.H.A Rotinsulu Inovasi

4 Melakukan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) antar perawat tentang pemasangan circuit HFNC pada pasien gagal nafas SKP

5 Melakukan demonstrasi pelaksanaan pemasangan circuit HFNC pada pasien gagal nafas di ruang ICU RS Paru dr. H.A Rotinsulu SKP

Tabel 3.2

This article is from: