
19 minute read
C. Teori-Teori Kebudayaan dan Teori-Teori Tentang Interaksi Sosial
C. Teori-Teori Kebudayaan dan Teori-Teori Tentang Interaksi Sosial 1. Pengertian Kebudayaan
Pengertian kebudayaan menurut para ahli sebagai berikut : a) Menurut Ki Hajar Dewantara Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat. b) Menurut Paul B. Horton Kebudayaan merupakan segala sesuatu, baik berupa materi maupun non materi, yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat. kebudayaan yang berupa materi selalu merupakan hasil perkembangan kebudayaan non materi (norma atau nilai). c) Menurut S.T. Alisjahbana Kebudayaan merupakan penjelmaan hasil aktivitas akal budi manusia yang tersusun dalam suatu pola/konfigurasi nilai-nilai, yaitu nila teori (suatu ilmu yang berusaha merumuskan identitas tiap-tiap benda atau peristiwa), nilai ekonomi (yang berusaha mendapatkan utilitas atau kegunaan segala sesuatu), nilai agama (penjelmaan kekudusan), nilai seni (penjelmaan paham suatu keindahan), nilai kekuasaan (merupakan penjelmaan dari poros vertikal dari organisasi sosial dalam hubungan politik), nilai solidaritas (merupakan poros horizontal dari organisasi sosial dan terjelma dalam kasih sayang, persahabatn maupun gotong royong). d) Menurut Sir Edward Taylor Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, peralatan kerja, bangunan dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. keseluruhan elemen kompleksitas itu terutama ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan hidup. e) Menurut Max Weber Kebudayaan merupakan rangkaian dialektis antara kehidupan sosial dan ide atau nilai. Kehidupan sosial itu meliputi struktur sosial dan kebendaan hasil dari perbuatan manusia sedangkan ide atau nilai meliputi sistem nilai, sistem kepercayaan, ideologi maupun pandangan hidup (world view). Ideologi dapat dibedakan dalam 3 tingkat yaitu magis, religion dan science. Perwujudan nyata dari magis meliputi simbolsimbol, cara-cara oemujaan dan orangnya senidir (magician) yang menimbulkan
Advertisement
otoritas kesucian pada perseorangan sehingga kekuatan magis termanipulasi menjadi tujuan duniawi. Agama mereorintasikan kehidupan pemeluknya agar sesuai dengan tujuan-tujuan salvasi ( keselamatan). Seluruh legitimasi kekuatan agama diturunkan dari sumber-sumber yang transcendental yang boleh jadi munculnya dari interpretasi subjektif. Science menawarkan suatu perhitungan hubungan antara “cara dan tujuan” dalam mencapai sesuatu atau memahami dunia. Oleh karena itu realitas dapat diketahui, diamati, dihitung, diperkirakan bahkan dimanipulasi sejalan dengan kepentingan manusia. f) Menurut Ignas Kleden dan Kuntowijoyo Dapat diinterprestasikan bahwa kebudayaan merupakan rangkaian dari satu kesatuan (sistem) dari elemn pengetahuan, perilaku, normatif dan simbolik.
Rangkaian elemen itu selalu mengalami perubahan, baik dalam proses interaktif maupun dialektik. g) Menurut Van Peursen Kebudayaan merupakan endapan kompleksitas dari kegiatan dan karya manusia yang terus berubah dan dinamis, baik dengan proses penolakan maupun penerimaan pada setiap elemen-elemen kegiatan dan karya manusia. h) Menurut C. Kluckhohn dan Kotjaraningrat Kebudayaan merupakan kepercayaan dan hasil karya manusia yang meliputi 7 unsur yaitu : 1. Perakatan dan perlengkapan hidup manusia seperti : rumah, alat pertanian, alat transportasi, alat produksi dan lain-lain. 2. Sistem perekonomian atau mata pencaharian seperti : berburu, Bertani, nelayan, cara produksi, distribusi dan sebagainya. 3. Sistem kemasyarakatan yang meliputi sistem perkawinan, sistem hukum, sistem politik maupun sistem kekerabatan 4. Bahasa sebagai simbol dapat berupa seni rupa, seni patung, ucapan dan lain-lain. 5. Kesenian yang merupakan karya ekspresi keindahan seperti : lukisan, tarian, nyanyian dan sebagainya. 6. Sistem pengetahuan 7. Agama
i) Menurut R. Linton Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentuknyaannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu. j) Menurut Mangunsarkoro Kebudayaan adalah segala yang bersifat bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya. k) Menurut Larry A. Samovar & Richard E. Porter Kebudayaan dapat berarti simpanan akumulatif dari pengeatahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, pilihan waktu, peranan, relasi ruang, konsep yang luas dan objek material atau kepemilikan yang dimiliki dan dipertahankan oleh sekelompok orang atau suatu generasi. l) Menurut Levo-Henriksson Kebudayaan meliputi semua aspek kehidupan kita setiap hari, terutama pandangan hidup-apapun bentuknya-baik itu mitos maupun sistem nilai dalam masyarakat. m) Menurut William H. Haviland Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua masyarakat. n) Menurut Mitchell (Dictionary of Soriblogy) Kebudayaan adalah Sebagian perulangan keseluruhan tindak atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara generikal. Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar pembangunan masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoritis tentang kebudayaan dapat mengembangkan sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai kebudayaankebudayaan yang lain dan pola perilaku yang bersumber pada kebudayaan sendiri. Pengetahuan yang ada belum menjamin adanya kemampuan untuk dapat digunakan bagi tujuan-tujuan praktis karena antara teori dan praktek terdapat sisi-antara (interface) yang harus diteliti secara tuntas agar dengan pengetahuan yang diperoleh lebih lanjut dari penelitian yang dilakukan, konsekuensi dalam penerapan praktis dapat dikendalikan secara ketat. Dengan demikian akan didapat pemahaman tentang prinsip-
prinsip dan konsep-konsep dasar yang melandasi pandangan-pandangan teoritis tentang kebudayaan.
2. Struktur Kebudayaan
Berikut beberapa struktur dari kebudayaan : 1. Bagian terkecil dari kebudayaan adalah unsur (trait) yang menurut Hoebel adalah suatu kesatuan corak perilaku/benda yang dipeljari dan dianggap tidak dapat diperkecil lagi oleh perilaku/benda tersebut. Misalnya : paku atau pensil (material) dan berjabat tangan mengemudi mobil (non-material). 2. Kebudayaan memiliki unsur yang sangat banyak karena itu berada pada tingkat kompleks kebudayaan yaitu sekelompok unsur yang saling berhubungan dan membentuk lembaga tersendiri. Contoh : tarian, terdiri dari banyak unsur : warna pakaian, hiasan, nilai, bunyi, gerakan, etika tari maupun musiknya dan lain-lain. 3. Menurut Howell, Liebow yang dikutip oleh Paul B. Horton bahwa dari kompleksitas itu dapat dibedakan 2 kategori yaitu kebudayaan khusus, yaitu suatu unsur budaya (misalnya pola perilaku, pikiran, bahasa, pakaian) yang berada di luar kebudayaan induk/lembaga pada umumnya. Meskipun tidak menolak seluruh unsur kebudayaan induk, Contohnya : budaya anak sekolah, budaya pesantren dan lain-lain. Sedangkan budaya tandingan yaitu akumulasi unsur kebudayaan khusu yang menjadi penentang atau berlawanan dengan kebudayaan induk. Biasanya kebudayaan tandingan ini tercermin pada kelompok remaja versus kelompok usia tua; kelompok masyarakat bawah versus masyarakat menengah. Contoh nyata misalnya sekelompok orang
Amerika Yang menentang budaya materialistik dengan mengembangkan budaya agama Asia. 4. Relativisme kebudayaan menurut Paul B. Horton berarti bahwa fungsi, nilai dan arti dari suatu unsur yang berhubungan dengan lingkungan/keadaan kebudayaannya.
Contohnya, balas dendam bagi orang eskomp adalah baik tetapi tidak baik dan terlarang bagi komunitas lainnya. 5. Local genius menurut Quaricth Wales yang dikutip oleh Soerjanto P. adalah sejumlah kesamaan karakteristik kebudayan sebagian pengalaman hidup yang dimiliki oleh kebudayaan Sebagian pengalam hidup yang dimiliki oleh Sebagian kelompok orang.
Kesamaan itu boleh jadi berasal dari satu sumber yang sama tetapi dapat diterima
dengan positif oleh beberapa komunitas yang satu sama lain berbeda kebudayaan induknya. 6. Ada beberapa varian dari struktur kebudayaan sebagai berikut : ➢ Ethnocentrism ➢ Temporerism ➢ Exnosentrism ➢ Conflict Cultura
Keragaman teori kebudayaan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu, (a) perspektif perkembangan sejarah yang melihat bahwa keragaman itu muncul karena aspek-aspek tertentu dari kebudayaan dianggap belum cukup memperoleh elaborasi. Dan (b) perspekif konseptual yang melihat bahwa keragaman muncul karena pemecahan permasalahan konseptual terjadi menurut pandangan yang berbeda-beda. Untuk memahami kebudayaan kita tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. de Saussure merumuskan setidaknya ada tiga prinsip dasar yang penting dalammemahami kebudayaan, yaitu:
1. Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant, signifier, penanda) dan yang ditandai (signifié, signified, petanda). Penanda adalah citra bunyi sedangkan petanda adalah gagasan atau konsep. Hal ini menunjukkan bahwa setidaknya konsep bunyi terdiri atas tiga komponen (1) artikulasi kedua bibir, (2) pelepasan udara yang keluar secara mendadak, dan (3) pita suara yang tidak bergetar.
2. Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure adalah tidak adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak mempunyai nomenclature. Untuk memahami makna maka terdapat dua cara, yaitu, pertama, makna tanda ditentukan oleh pertalian antara satu tanda dengan semua tanda lainnya yang digunakan dan cara kedua karena merupakan unsur dari batin manusia, atau terekam sebagai kode dalam ingatan manusia, menentukan bagaimana unsur-unsur realitas obyektif diberikan signifikasi ataukebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.
3. Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan adalah hubungan antara individu dan masyarakat. Untuk bahasa, menurut Saussure
ada langue dan parole (bahasa dan tuturan). Langue adalah pengetahuan dan kemampuan bahasa yang bersifat kolektif, yang dihayati bersama oleh semua warga masyarakat; parole adalah perwujudan langue pada individu. Melalui individu direalisasi tuturan yang mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku secara kolektif, karena kalau tidak, komunikasi tidak akan berlangsung secara lancar.
3. Fungsi Teori-Teori Kebudayaan
Berikut penjabaran fungsi teori-teori kebudayaan : ➢ Budaya sebagai Sistem Adaptif Satu perkembangan penting dalam teori kultural berasal dari aliran yang meninjau kebudayaan dari sudut pandangan evolusionari. Satu jembatan antara kajiankajian tentang evolusi makhluk hominid (seperti Australopithecus dan Pithecanthropus) dan kajian-kajian tentang kehidupan sosial makhluk manusia telah membawa kita kepada pandangan yang lebih jelas bahwa pola bentuk biologis tubuh manusia adalah "open ended", dan mengakui bahwa cara penyempurnaan dan penyesuaiannya melalui proses pembelajaran kultural (cultural learning) memungkinkan manusia untuk membentuk dan mengembangkan kehidupan dalam lingkungan ekologi tertentu. Penerapan satu model evolusionari seleksi-alam atas dasar biologis terhadap bangunan kultural telah membuat ahliahli antropologi bertanya dengan kearifan yang makin tinggi tentang cara bagaimana komuniti manusia mengembangkan pola-pola kultural tertentu. ➢ Budaya sebagai Sistem Kognitif Budaya dipandang sebagai sistem pengetahuan. Menurut Ward Goodenough: Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yang dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu penomena material: dia tidak berdiri atas benda-benda, manusia, tingkah laku atau emosi-emosi. Budaya lebih merupakan organisasi dari hal-hal tersebut. Budaya adalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran (mind) manusia, modelmodel yang dipunyai manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian menafsirkan penomena material di atas (32, him. 167). Goodenough mempertentangkan pandangan ideasionalnya tentang kebudayaan dengan pandangan yang digunakan oleh orang-orang adaptionist yang telah didiskusikan
dalam bagian terdahulu, yang melihat kebudayaan sebagai "pola kehidupan dalam satu komuniti, yaitu: kegiatan yang terjadi berulang kali secara ajeg dan susunan materi dan sosial" (33, him. 521; 34-37). Maka kcsimpulannya, Goodenough memandang budaya secara epistemologi berada dalam alam yang sama dengan bahasa (langue dari Sassure atau competence dari Chomsky), sebagai aturan-aturan ideasional yang berada di luar bidang yang dapat diamati dan diraba. ➢ Budaya sebagai Sistem Struktural Di daratan Eropa, Levi-Strauss terus memperdalam pandangannya tentang dunia simbolik manusia dan proses pikiran yang menghasilkan dunia simbolik ini. Pada dasawarsa terakhir, pendekatan strukturalis ini telah memberi dampak yang kuat terhadap banyak sarjana yang belajar dalam tradisi Anglo- Amerika. Tulisan-tulisan Levi-Strauss tentang buANTROPOLOGI NO. 52 daya dan pikiran (mind) tidak hanya makin menjalar pengaruhnya; bagaikan buku-buku suci, tulisan-tulisan tersebut telah melahirkan buku-buku tafsiran yang terus makin besar jumlahnya.7 Saya tidak akan menambahkan satu tafsiran lagi terhadap aliran ini. Di sini hanya akan diungkapkan beberapa butir untuk menempatkan posisi pandangan LeviStrauss dalam hubungannya dengan hal-hal yang mendahului dan yang mengikutinya. ➢ Budaya sebagai Sistem Simbolik Jalan lain dalam membahas kebudayaan adalah dengan cara memandang kebudayaankebudayaan sebagai sistem makna dan simbol yang dimiliki bersama (13). Pendekatan ini masih berhubungan, meskipun berbeda, dari pendekatan kognitif Amerika dan strukturalis Eropa daratan yang telah dibicarakan diatas. Di daratan Eropa jalan ini telah dirambah oleh Louis Dumont.11 Di AS pelo - por yang paling menonjol adalah dua ahli antropologi pewaris tradisi Parsons: Clifford Geertz dan David Schneider. Pandangan yang kuat dari Geertz terhadap budaya, yang ditunjang satu aliran kemanusiaan yang luas, makin lama makin menjadi sistematis. Seperti Levi-Strauss, Geertz berada pada puncak pemikirannya ketika dia menciptakan grand theory dalam menafsirkan bahan-bahan etnografi yang khusus. Namun berbeda dari Levi-Strauss, dia menemukan kekhususan tersebut dalam kekayaan kehidupan manusia yang sesungguhnya: dalam satu persabungan ayam, dalam satu upacara kematian, dalam satu peristiwa pencurian biri-biri. Bahan analisisnya
bukanlah mitologi atau adat istiadat yang tcrlepas dari konteks dan akar masyarakatnya. Bahan tersebut terikat dengan manusia-manusia didalam tingkah laku simbolik mereka . Geertz melihat pandangan kognitif Goodenough dan para ahli '"etnografi baru" sebagai pandangan reduksionis dan formalistik yang kabur. Bagi Geertz, makna tidak terletak di "dalam kepala orang". Simbol dan makna dimiliki bersama oleh anggota masyarakat, terletak di antara mereka, bukan di dalam diri mereka. Simbol dan makna bersifat umum (public), bukan pribadi (private).1 " Sistem kultural adalah ideasional. Sama seperti ideasionalnya kwartet Beethoven. Sistem itu berada di luar atau di antara manifestasinya dalam pikiran individu atau penampilan konkrit. Pola-pola kultural, katanya, tidak reified atau metafisikal. Seperti batu dan mimpi, "mereka adalah benda dalam dunia nyata".
4. Pengertian Interaksi Sosial
Sebelumnya teori interaksi sosial melihat pola tindakan dan reaksi individu dalam menanggapi orang lain. Hal tersebut dilandasi dari focus sosiologi yaitu gagasan bahwa manusia berperilaku berbeda ketika berada dalam kelompok. Adapun pengertian interaksi sosial menurut para ahli : 1. Menurut Georg Simmel Georg Simmel adalah seorang sosiolog dan filsuf Jerman menyatakn masyarakat muncul di mana sejumlah orang melakukakn interaksi dan membentuk kesatuan baik sementara maupun permanen. Dikutip dari buku Georg Simmel (2002) karya David Frisby, Georg Simmel menyatakan tugas sosiologi adalah penyelidikan bentuk-bentuk menjadi bagian dari masyarakat, yaitu bentuk sosiasi. 2. Menurut Max Weber
Max Weber dalam Basic Sociological Terms (1968) menyatakan focus kajian sosiologi adalah tindakan sosial. Menurutnya setiap tindakan individu yang ditujukan kepada individua tau kelompok lain memiliki makna yang bersifat subjektif. 3. Menurut Hubert Bonner
Hubert Bonner dalam Social Psychology (1953) menjelaskan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu.
4. Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin Menurutnya dalam Cultural Sociology, a Revision of An Introduction to Sociology (1954), interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. 5. Menurut Kimbali Young dan Raymond, W. Mack Dalam Sociology and Social Life (1954) menerangkan interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. 6. Menurut Soerjono Soekanto Menurut beliau dalam buku Sosiologi : Suatu Pengantar (1994), menjelaskan interaksi sosial adalah sebuah proses sosial yang mempunyai hubungan dengan berbagai cara berhubungan. Adapun beberapa syarat-syarat terjadinya suatu interaksi sosial yaitu sebagai berikut : 1) Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian informasi (baik itu pesan, ide maupun gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain untuk saling memengaruhi satu sama lain. Proses komunikasi dapat terjadi dengan du acara, yaitu komunikasi verbal (bentuk komunikasi secara lisan dan tulisan) dan komunikasi non verbal (bentuk komunikasi memakai simbol-simbol. 2) Kontak Sosial Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antar orang perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia dan sebaliknya, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yag mengarah pada kerja sama. Kontak sosial negatif mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial. Kontak sosial juga dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi bila yang mengadakan hubungan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sedangkan kontak sekunder memerlukan perantara.
5. Teori-Teori tentang Interaksi Sosial
Berikut teori tentang interaksi sosial : 1. Teori Dramaturgi Teori dramaturgi sebagai teori sosiologi memahami dunia sosial melalui interaksi sosial. Dalam proses interaksi sosial, konsep diri (the self) dibentuk melalui interaksi sengan orang lain dalam situasi sosial tertentu. Pendekatan dramaturgis membagi dunia menjadi dua: depan panggung dan belakang panggung. Interaksi sosial kebanyakan terjadi di depan panggung. Diri bukan dimiliki oleh aktor, melainkan produk dari interaksi dramaturgis antara aktor dan audiens. Audiens bisa berupa lawan bicara, orang sekitar, atau dunia sosial secara lebih luas. Ketika berinteraksi di depan panggung, aktor mengatur tampilan dirinya sedemikian rupa agar diterima oleh audiens. Pengaturan ini disebut manajemen impresi, yaitu menciptakan kesan agar diterima secara sosial. Dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari, aktor senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar manajemen impresi akan tampak ketika aktor berada di belakang panggung. Gagasan inti: Dunia ini panggung sandiwara Tokoh: Erving Goffman
2. Teori Interaksionisme Simbolik
Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas untuk berpikir dan pemikirannya dibentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses interaksi, manusia mempelajari makna dan simbol-simbol yang mengarahkannya pada kapasitas menjadi berbeda dengan lainnya. Makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak dan berinteraksi secara berbeda, misalnya cara orang memaknai kesuksesan berbeda-beda atau perbedaan bahasa yang digunakan setiap suku juga berbeda. Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna yang mereka gunakan dalam proses interaksi sesuai interpretasi atas situasi sosial. Mengubah makna dan simbol dilakukan dengan pertimbangan untung rugi, kemudian memilih salah satunya. Perbedaan pola tindakan dan interaksi menciptakan perbedaan kelompok dalam masyarakat.
Gagasan inti : Pemikiran seseorang dibentuk oleh interaksi sosial Tokoh : Herbert Blume
3. Teori Pertukaran
Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini mengangap perilaku manusia (aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor. Perilaku manusia disambut reaksi dari lingkungan yang kemudian memengaruhi balik perilaku setelahnya. Jadi, hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke aktor. Lingkungan, baik sosial atau fisik dimana perilaku aktor eksis, memengaruhi balik perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa positif, negatif, atau netral. Jika positif, aktor cenderung akan mengulangi perilakunya di masa depan pada situasi sosial yang serupa. Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah perilakunya. Contoh sederhana adalah siswa yang datang ke sekolah pakai seragam. Reaksi lingkungan menerima, apalagi diperkuat oleh aturan. Maka siswa tersebut cenderung berpakaian seragam lagi keesokan harinya. Gagasan inti : Perilaku manusia adalah hasil pertukaran dengan reaksi lingkungannya. Tokoh : Georg Homans, Peter Blau
4. Teori Fungsionalisme Struktural Teori fungsionalisme struktural menganggap stratifikasi sosial atau hierarki sebagai sebuah keniscayaan. Setiap masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang terstratifikasi dan semuanya berfungsi sesuai kebutuhan sistem sosial. Singkatnya, stratifikasi merupakan kebutuhan dari sebuah sistem. Perlu digarisbawahi bahwa stratifikasi bukan tentang seseorang yang menempati ’jabatan’ tertentu, tapi tentang posisi sosial dalam sebuah sistem. Setiap posisi bisa diibaratkan organ tubuh, maka ada jantung, hati, ginjal, dan sebagainya. Semua organ bekerja memenuhi kebutuhan fungsional bagi tubuh. Jika salah satu posisi sosial tidak berfungsi, sistem sosial akan kacau. Masyarakat mengalami disorganisasi. Gagasan inti : Sistem sosial ibarat organ tubuh Tokoh : Emile Durkheim, Talcott Parsons
5. Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau bahkan menentukan tindakan manusia. Stuktur merupakan elemen tak kasat mata yang mengatur tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur berada. Struktur bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula yang mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan nilai. Pendapat lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi linguistik. Tidak menutup kemungkinan pula struktur berada dalam relasi antara individu dengan struktur sosial. Teori strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan dari tindakan sosial. Gagasan inti : Tindakan manusia ditentukan oleh sistem struktur Tokoh : Karl Marx, Sigmund Freud, Claude Levi Strauss
6. Teori Poststrukturalisme
Sebagaimana halnya teori neomarxian yang merupakan reaksi dari ide-ide marxian, teori poststrukturalisme merupakan reaksi dari teori strukturalisme. Saat teori strukturalisme berkembang dalam disiplin sosiologi, teori poststrukturalisme muncul dari luar disiplin sosiologi. Teori poststrukturalisme menerima pentingnya struktur tetapi melampaui penjelasan bahwa tindakan sosial dipengaruhi oleh struktur sosial. Teori poststrukturalisme menjelaskan lebih jauh bahwa diatas struktur terdapat relasi kuasa yang berhubungan dengan pengetahuan. Ada pendapat bahwa asumsi ini menjadi pijakan lahirnya postmodernisme, meskipun sebenarnya sangat sulit menarik garis besar dan menjelaskan relasi antara keduanya Gagasan inti : Diatas struktur ada relasi kuasa Tokoh : Michel Foucault
7. Teori Modernisme
Teori modernisme dapat dideskripsikan melalui jargon-jargon yang muncul pada era filsafat modern seperti, kemajuan, rasionalitas, dan kesadaran. Teori modernisme selalu berorientasi pada kemajuan dan apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap lebih baik. Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur sebagai
proses modernisasi cenderung dilihat sebagai periode historis yang lebih baik dibanding sebelumnya. Kondisi kekinian yang mengalami proses pembaruan senantiasa berada dalam tahap kemajuan. Teori modernisme percaya pada perkembangan sejarah yang linier, dari primitif menuju modern, dari keterbelakangan menuju kemajuan. Pada poin ini, terdapat pengaruh positivisme pada teori modernisme. Modernisme membawa peradaban umat manusia pada era modern yang saat ini sering disebut oleh para ilmuwan sebagai era ’modernisme tingkat lanjut’, ’modernitas sebagai projek yang belum kelar’, ’masyarakat resiko’, dan lain sebagainya. Gagasan inti : Kita sedang berada di era modern Tokoh : Jurgen Habermas, Anthony Giddens, Zygmun Baumann
8. Teori Postmoderinsme
Teori postmodernisme berpijak pada pertanyaan apakah kondisi dunia saat ini masih relevan disebut sebagai era modern, sedangkan dunia tampak memperlihatkan karakter-karakter yang berbeda dari era sebelumnya. Munculnya teori postmodernisme secara simbolik menandai akhir dari modernisme, bagitu setidaknya pendapat para pendukung postmodernisme. Teori postmodernisme tidak hanya muncul sebagai kritik, tetapi juga menyudahi, mendeklarasikan era baru yang belum pernah ada sebelumnya. Terdapat perbedaan pendapat apakah era baru ini keberlanjutan dari modernitas atau era yang benar-benar baru. Teori postmodernisme sering diebut pula sebuah gerakan intelektual radikal karena membongkar topeng-topeng kepalsuan modernisme. Misalnya, modernisme mengatakan kemajuan adalah penanda peradaban yang lebih baik. Postmodernisme menolak pandangan seperti itu. Teori postmodernisme meletakkan ketidakpercayaan mada metanarasi modernisme. Gagasan inti : Modernisme telah mati Tokoh : Jean Francois Lyotard, Jean Boudrillard, Fredric Jameson
9. Teori Kritis
Teori kritis dicetuskan olek kelompok intelektual neomarxist yang belakangan dikenal dengan nama The Frankfurt School. Ide-ide teori kritis dipengaruhi oleh Karl Marx, namun sekaligus mengkritik balik fondasi teori marxisme yang menurutnya tak
pernah memuaskan. Teori kritis mengritik determinisme ekonomi, positivisme, modernisme, dan bahkan sosiologi. Teori kritis juga mengklaim melakukan autokritik sebagai bagian dari operasionalisasi teorinya. Terhadap marxisme, menurut teori kritik, teori marxian mendistorsi ide-ide orisinal Karl Marx karena menginterpretasi dengan cara yang mekanistis. Teori sosiologi marxian mereduksi analisis sosial kedalam penjelasan yang sifatnya ekonomistik dan mengabaikan aspek lain dalam hidup yang tidak kalah penting yaitu kultural. Gagasan inti : Kritik teori atas teori Tokoh : Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse
10. Teori Konstruksi Sosial
Teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui interaksi timbal balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan tersebut dipraktikkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat dalam sistem yang kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam individu-individu melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses yang disebut eksternalisasi hingga melekat dalam institusi sistem sosial.
Proses institusionalisasi membawa pengetahuan dan konsepsi manusia tentang realitas melekat dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan. Realitas tersebut dianggap sudah demikian adanya padahal diciptakan. Oleh karena itu, teori konstruksi sosial melihat realitas disebut sebagai produk dari konstruksi sosial. Gagasan inti : Kenyataan adalah konstruksi sosial Tokoh : Peter L. Berger, Thomas Luckmann
11. Teori Globalisasi
Teori globalisasi menekankan pentingnya melihat relasi timbal balik atara lokal dan global dalam menganalisis fenomena sosial. Secara garis besar, globalisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga dimensi teori: ekonomi, politik dan kultural. Dimensi ekonomi mengkaji fenomena ekonomi pasar global di era neoliberalisme serta
perlawanannya dari perspektif marxian. Dimensi politik globalisasi melihat peran negara bangsa di era globalisasi. Dimensi kultural mengkaji implikasi kultural globalisasi pada tataran lokal dan sebaliknya. Dalam sosiologi, dimensi kultural teori sosiologi globalisasi melahirkan beberapa konsep utama, seperti penyatuan, penyebaran atau hybrid, dan pembedaan kultur antar masyarakat atau negara bangsa. Gagasan inti : Relasi timbal balik antara lokal dan global Tokoh : Antonio Negri, Michael Hardt
12. Teori Konsumsi
Teori konsumsi muncul pada era Revolusi Industri namun tidak berkembang secara signifikan dalam disiplin sosiologi. Baru pada kelahiran postmodernisme, teori konsumsi menjadi populer. Teori postmodernisme sering melihat masyarakat kontemporer sebagai masyarakat konsumsi. Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya analisis sosial pada aspek produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial.
Kelas sosial, dalam perspektif teori sosiologi konsumsi tidak lagi ditentukan oleh moda produksi, proses produksi, kepemilikan alat produksi, melainkan oleh moda konsumsi dan gaya hidup. Memasuki era digital, teori konsumsi semakin mendapat panggung, seperti munculnya konsep Prosumer dimana perilaku manusia seakan tak henti dalam dalam proses produksi dan konsumsi. Gagasan inti : Masyarakat kontemporer adalah masyarakat konsumsi. Tokoh : Jean Baudrillard
13. Teori Sistem
Asumsi dasar teori sistem adalah dunia secara keseluruhan merupakan sebuah sistem dan dunia sosial memiliki sistemnya sendiri yaitu komunikasi. Komunikasi diproduksi oleh masyarakat. Salah satu kata kunci dalam teori sistem adalah kompleksitas. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa sistem selalu berada di lingkungan dan sistem selalu lebih sederhana ketimbang lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan selalu lebih kompleks ketimbang sistem.
Teori sistem sebagai teori sosiologi mengatakan semua dimensi kehidupan merupakan sebuah sistem, dari sel biologis, ekonomi pasar, sampai kehidupan sosial secara keseluruhan. Apa yang membuat sistem bekerja adalah nilai yang diproduksi oleh elemennya. Misalnya, sebuah sistem ekonomi pasar, memiliki elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai dalam sebuah sistem ekonomi pasar karena sistem memproduksi nilai. Sulit membayangkan bahwa uang bernilai pada dirinya sendiri karena uang tanpa sistem hanyalah secarik kertas. Gagasan inti : Dunia berada dalam sebuah kompleksitas sistem Tokoh : Niklas Luhmann