
26 minute read
Integrasi 9 Nilai Utama Gus Dur dalam Pembelajaran Karakter di SMK NU Tenggarang
Daris Wibisono Setiawan SMK NU Tenggarang Jalan Santawi 79 Nangkaan - Bondowoso aswaja.lintang9@yahoo.com
Advertisement
ABSTRACT The goals of this study are to (1) explain how is the education management in SMK NU Tenggarang; (2) describe the integration of Gus Dur‟s 9 main point in the learning system at SMK NU Tenggarang; and (3) describe the constraints faced in the implementation of the Gus Dur „s 9 main points. The study uses a qualitative research approach that requires a depth of appreciation in the interaction between concepts or in-depth analysis of the concept relationships studied empirically The results of the study indicate that; (1) Integration of the Gus Dur‟s 9 main points strongly support the implementation of strengthening character education at schools according to the expectations of the Indonesia nation, (2) Integration of the Gus Dur‟s 9 main points must be synergistic between the school and the active role of the student‟s parents, (3) Integration of Gus Dur 9 main poins is much easier to implement by synchronizing the curriculum, and (4) the school principal of SMK NU Tenggarang and the teacher must continue to make smart solutions in grading up Gus Dur‟s 9 main points. On the other hand, the implementation of Gus Dur‟s 9 main points in the learning system at SMK NU Tenggarang experiences several obstacles including; (1) diversity in the point of view on the essence of respecting diversity, (2) low student literacy, and (3) lack of parental support in supporting Gus Dur's 9 main points integration program. Keywords : Integration of Gus Dur‟s 9 main points , character education
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan penyelenggaraan pendidikan di SMK NU Tenggarang; (2) mendeskripsikan pelaksanaan integrasi 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran karakter di SMK NU Tenggarang; dan (3) mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan integrasi 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran karakter di SMK NU Tenggarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang membutuhkan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antara konsep atau analisis secara mendalam tentang hubungan-hubungan konsep yang dikaji secara empirik. Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan beberapa metode seperti; (a) observasi, (b) dokumentasi, dan (c) wawancara mendalam. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu; reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Integrasi 9 nilai utama Gus Dur sangat mendukung implementasi penguatan pendidikan karakter di sekolah sesuai harapan bangsa Indonesia, (2) Integrasi 9 nilai utama Gus Dur harus sinergis antara sekolah dan peran aktif orang tua peserta didik, (3) Integrasi 9 nilai utama Gus Dur lebih mudah diterapkan dengan melakukan sinkronisasi kurikulum, dan (4) Kepala SMK NU Tenggarang beserta dewan guru harus terus melakukan kiat-kiat cerdas dalam melakukan up grading 9 nilai utama Gus Dur. Sementara itu, pelaksanaan integrasi 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran di SMK NU Tenggarang mengalami beberapa kendala antara lain; (1) kemajemukan pandangan terhadap esensi menghargai keberagaman, (2) rendahnya daya baca (literasi) siswa, dan (3) kurangnya dukungan orang tua dalam mendukung program integrasi 9 nilai utama Gus Dur. Kata Kunci : Integrasi 9 nilai utama Gus Dur, pembelajaran karakter
ASNA: Jurnal Kependidikan Islam dan Keagamaan Vol. 1 No. 2 (2019) A. PENDAHULUAN Implementasi pendidikan karakter bangsa yang telah diperkuat dengan peraturan presiden (Perpres) nomor 87 tahun 2017 menjadi langkah tegas SMK NU Tenggrang untuk terus semangat melaksanakan pentina pendidikan karakter. Upaya tersebut dilakukan secara bersama oleh guru dan pimpinan sekolah melalui sinkroniasai semua mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lain diluar mata pelajaran untuk mengembangkan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian peserta didik. Penanaman 9 nilai utama Gus Dur diharapkan mampu digunakan peserta didik sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak yang menunjukkan kemuliaan karakternya. Perpres nomor 87 tahun 2017 diperkuat dengan keluarnya Permendikbud nomor 20 tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal merupakan gerakan gerakan pendidikan dibawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan ola raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Pendidikan karakter harus mengandung nilai nilai yang dapat membentuk karakter yang baik. Terdapat beebrapa dasar mendidik karakter secara efektif (Lickona, 1991) yaitu: membangun pondasi karakter melalui etika inti dan pendukung, mendeskripsikan karakter dari segi perasaan, perilaku dan fikiran, lakukan pendekatan yang ekstensif, sahaja serta sungguhsungguh, buatlah grup pembelajaran dengan banyak kepedulian, memberikan kesempatan siswa untuk bertindak secara moral, merancang kurikulum pembelajaran yang berarti melalui pengembangan karakter agar siswa berhasil tanpa menghilangkan rasa hormat kepada guru dan sesama, meningkatkan motivasi diri siswa, mengikutsertakan seluruh warga sekolah dalam pembelajaran, meningkatkan karakter sebagai pemimpin dalam diri siswa, ajak lingkungan sekitar baik keluarga maupun masyarakat dan menilai karakter seluruh warga sekolah.
Khusnaini ( 2019) “Analisis Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter Bela Negara Di SMK Sore Tulungagung”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan kebijakan, kesesesuaian implementasi dan mengevaluasi efektifitas kebijakan penguatan pendidikan karakter Bela Negara di SMK Sore Tulungagung. Hasil penelitian yang didapatkan, perencanaan penguatan pendidikan karakter Bela Negara kurang baik, sebab minimnya acuan perundangan yang dipakai, indikator ketercapaian nilai-nilai dasar karakter bela negara. Pada implementasi kebijakan dinyatakan cukup baik, terlihat adanya kegiatankegiatan yang mengajarkan wawasan kebangsaan pada peserta didik, namun perlu adanya pengawasan dari tim pelaksana. Terakhir, tahap evaluasi kebijakan masih kurang baik, sebab evaluasi pendidikan karakter ini berupa pelanggaran secara umum, bukan pada indikator nilainilai dasar Bela Negara.
Taqiudin Zarkasi dan Al Kusaeri (2018), “Penguatan Pendidikan Karakter (Perpres Nomor 87 Tahun 2017)”, hasil dari penelitian ini menyebutkan terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK; yaitu religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotong royongan. Masing melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan kepribadian. M. Syaifuddien Zuhriy (2011), “Budaya Pesantren Dan Pendidikan Karakter Pada Pondok Pesantren Salaf”, penelitian ini menyimpulkan; pertama, pesantren sebagai subkultur mempunyai tiga komponen inti, yaitu kepemimpinan kiai yang mandiri, tidak terkooptasi oleh pemerintah, kemudian, kitab-kitab rujukan pengajian berasal dari kitab-kitab klasik dan terakhir mempunyai value system tertentu yang dikembangkan dari kajian-kajiannya terhadap kitab-kitab klasik atau lebih dikenal dengan kitab kuning. Komponen tersebut bergerak seiring dengan dinamika pesantren hingga membentuk budayanya sendiri. Tidak terkecuali, di
ASNA: Jurnal Kependidikan Islam dan Keagamaan Vol. 1 No. 2 (2019) Pondok Pesantren Ihyaul Ulum Gilang Babat dan Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban. Kedua, faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan karakter di Pondok Pesantren Ihyaul Ulum Gilang Babat dan Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban ini paling tidak ada tiga hal yang pokok, yaitu pertama keteladan Kiai, kemudian, intensitas interaksi yang terus menerus yang dilakukan baik antar santri, santri dengan pengurus serta pengasuh dengan seluruh santri. Terakhir, adanya aturan dan tata tertib dalam bentuk Peraturan Santri yang digunakan untuk melindungi kebijakan pondok, kebijakan atas dasar elaborasi dari kerso dalem (kehendak) Kiai serta visi dan misi pesantren. Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama semua komponen bangsa, dan bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab dunia pendidikan yang waktu pembelajarannya terbatas oleh ruang dan waktu. Pendidikan karakter menjadi sangat penting dilakukan sebagai jawaban atas maraknya fenomena perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pribadi manusia dan sekolompok masyarakat. Tragisnya, degradasi moral bangsa ini sudah begitu jauh masuk pada sanubari generasi penerus bangsa yang masih menyandang status pelajar. Carut marutnya permasalahan sosial yang terjadi dan selalu menjadi santapan setiap detiknya di layar televisi menjadi semakin cepat pula virus perilaku menyimpang ini menusuk jiwa pemuda harapan bangsa.
Realitas sosial yang ada di masyarakat dan terus berkembang pesat sampai saat ini, seperti; kenakalan remaja, narkoba, tawuran pelajar, balapan liar, dan perilaku negatif lainnya harus diakui merupakan hasil dari ketidakmampuan manusia dalam melakukan pemecahan masalah secara arif dan bijaksana. Setidaknya, jika pembelajaran di SMK NU Tenggarang dilaksanakan dengan baik dan melibatkan siswa secara aktif dengan metode dan media pembelajaran yang tepat maka setiap siswa akan mampu melakukan pemecahan masalah dengan cara yang positif.
SMK NU Tenggarang yang sejak awal pendiriannya pada 23 Juli 2009 berkomitmen untuk menyelenggarakan pendidikan gratis sampai lulus kepada warga masarakat yang kurang beruntung secara ekonomi tentu saja dalam pelaksanaan pembelaaran membutuhkan kerja keras. Latar belakang kondisi sosial ekonomi peserta didik membuat semua guru harus selalu melakukan kreatifitas dan inovasi agar para peserta didik tersebut merasakan kenyamanan dan kebahagiaan di sekolah. Proses pembelajaran di SMK NU Tenggarang yang konvensional dan berlangsung terus menerus dari tahun ke tahun menjadikan tujuan pendidikan tidak tercapai. Pembelajaran selama ini juga belum memberikan ruang ekspresi kepada siswa dalam mengasah kepekaan sosial yang terjadi pada masyarakat sekitar. Akibatnya, salah satu tujuan akhir pendidikan di SMK NU Tenggarang adalah terbentuknya pribadi yang berkarakter dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dari setiap permasalahan sosial disekitarnya akan sangat sulit tercapai. Pembelajaran di SMK NU Tenggarang cenderung menggunakan pandangan behavioristik, bagaimana belajar hanya dimaknai sebagai perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar harus dirubah dengan paradigma konstruktivistik. Di dalam pandangan konstruktivistik, belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan (Degeng, 1998: 8). Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka dilakukan penulisan tentang: “Integrasi 9 Nilai Utama Gus Dur Dalam Pembelajaran di SMK NU Tenggarang” Penulisan artikel ini tentu saja untuk menjawab upaya penguatan penguatan pendidikan karaker peserta didik yang berangkat dari rumusan masalah antara lain; bagaimana penyelenggaraan pendidikan di SMK NU Tenggarang, bagaimana pelaksanaan 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran karakter di SMK NU Tenggarang, dan kendala-kendala apa saja yang terjadi pada pelaksanaan 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran karakter di SMK
ASNA: Jurnal Kependidikan Islam dan Keagamaan Vol. 1 No. 2 (2019) NU Tenggarang. Sementara itu, tujuan penulisan artikel hasil penelitian di SMK NU Tenggarang ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan di SMK NU Tenggarang, untuk mendeskripsikan integrasi 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran karakter di SMK NU Tenggarang, dan mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi pada proses integrasi tersebut. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penulisan di atas, maka manfaat penulisan ini secara praktis dapat berfungsi sebagai bidang kajian bahwa manajemen dan kepemimpinan sekolah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu lembaga pendidikan, secara teoritis diharapkan penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menjadi landasan teoritik dalam melakukan pengembangan sekolah khususnya terkait penumbuhan semangat menjaga keberagaman peserta didik dan juga sebagai bekal setelah lulus pendidikannya, dan pada akhirnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi tentang bagaimana integrasi 9 nilai utama Gus Dur dapat menjadikan siswa SMK lebih berkarakter baik, sehingga dari penulisan ini bisa menjadi rujukan untuk penulisan dengan tema yang relevan.
Visi adalah konsepsi ideal dan pandangan jauh ke depan yang menggambarkan secara singkat ke mana dan bagaimana SMK NU yang akan dibangun bersama dengan masyarakat Bondowoso menuju kualitas luar biasa dan mampu menjawab tantangan jaman. Dengan demikian Visi dari SMK NU adalah “Terwujudnya Sumber Daya Manusia yang beriman, berdaya, bermartabat, berkarakter, serta mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi sehingga mampu melakukan pemberdayaan kepada masyarakat demi kemajuan bangsa”. Sementara itu, misi SMK NU Tenggarang adalah; (1) peningkatan kualitas kehidupan keagamaan melalui peningkatan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, (2) mengembangkan semangat kemandirian dengan memberikan wadah eksplorasi potensi diri sehingga dapat dikembangkan secara optimal, (3) menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam rangka menciptakan generasi penerus bangsa yang mandiri dan bermatabat dalam kehidupan, (4) menciptakan sistem pendidikan yang demokratis, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab dalam mengasah kepribadian dan potensi siswa, dan (5) peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan keterampilan sehingga output yang dihasilkan mampu meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat.
Sebagai wujud komitmen untuk mencapai visi dan misi dibutuhkan komiten bersama antara kepala sekolah dan semua dewan guru dengan syarat multak loyalitas-integritas- dan totalitas tanpa batas. Modal utama menjadi kepala sekolah adalah berfikir dan bertindak blue ocean (nyleneh, berani beda, dan menentang arus). Dinamika pendidikan SMK yang sangat cepat untuk pemenuhan kebutuhan dunia usaha dan industri menuntut pentingnya berfikir cerdas dalam membuat terobosan-terobosan dan pelatihan-pelatihan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk peningkatan kompetensi dan karakter siswa. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang lebih luas untuk menyiapkan tenaga kerja yang orientasinya tidak hanya keterampilan saja tetapi dapat meliputi seluruh potensi yang dimiliki siswa. Pendidikan pada SMK meliputi unsur afektif, kognitif dan psikomotorik yang semuanya dapat menjadi bekal untuk memasuki dunia kerja. Sekolah kejuruan mempunyai misi utama untuk menyiapkan siswanya untuk memasuki lapangan kerja. Dengan demikian keberadaan SMK diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang siap pakai, dengan kata lain SMK dituntut menghasilkan lulusan yang siap kerja (Sutopo Rahayu, 2009: 12). SMK merupakan bagian integral dari sektor ekonomi yang ikut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga perlu dikembangkan kuantitas dan kualitasnya. Kualitas SMK akan mereflesikan kualitas tenga kerja Indonesia yang perlu dibangun untuk meningkatkan keunggulan kompetitif sumber daya manusia Indonesia. Dengan demikian,
ASNA: Jurnal Kependidikan Islam dan Keagamaan Vol. 1 No. 2 (2019) SMK memegang peran penting dalam menekan angka pengangguran di Indonesia.Untuk itu, perlu diaktualisasikan didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Lebih jauh dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), tujuan penyelenggaraan SMK adalah pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta sikap professional. Nafas pembelajaran abad 21 tentu saja harus menekankan empat hal yaitu; Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Innovation, Communication, dan Collaboration. Pembelajaan tersebut tentunya harus meninggalkan model pembelajaran yang selama ini mengedepankan ranah kognisi (pengetahuan) belaka harus diubah melalui penyeimbangan pengetahuan dengan sikap dan keterampilan. Hal ini bertujun agar pendidikan mampu melahirkan generasi yang cerdas dan bermoral. Untuk itu, KH Abdurrahman Wahid mempunyai konsep tentang pendidikan karakter dengan mengedepankan moralitas dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan karakter yang dimaksud adalah pendidikan karakter yang berbasis pada kearifan lokal.
Kearifan lokal tersebut merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi dan juga ajaran agama Islam. Dalam bahasa Gus Dur, kearifan lokal itu disebut dengan Pribumisasi Islam, di mana ajaran agama Islam dan tradisi lokal dijadikan landasan moral dalam kehidupan nyata kehidupan masyarakat. Karena penanaman nilai-nilai moral dapat dilakukan melalui pendidikan, maka kearifan lokal (tradisi dan ajaran agama Islam) harus dijadikan ruh dalam proses pendidikan tersebut. Adat kebiasaan dalam suatu tatanan masyarakat menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Norma adat yang berlaku menjadi landasan moral dalam berperilaku. Sedangkan ajaran agama menjadi pedoman hidup agar sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Kearifan lokal yang terbentuk dari tradisi lokal dan lokalitas ajaran agama mampu memberikan pelajaran hidup yang berguna bagi proses perkembangan kedewasaan seseorang melalui proses pendidikan. Basis pemikiran dan tindakan Gus Dur yang membuatnya menjadi orang besar tentu berpijak pada podasi nilai tertentu pada akhirnya dirumuskan menjadi 9 nilai utama Gus Dur (Nur Kholik Ridwan, 2019: 17). Nilai-nilai itu disarikan dari berbagai perjumpaan, kesaksian, tindakan, dan tentu saja beragam percikan pemikiran Gus Dur yang tersebar di berbagai tempat dan ingatan. Kesembilan nilai itu adalah; ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan, dan kearifan lokal.
1. Ketauhidan
Ketauhidan bersumber dari keimanan kepada Allah sebagai yang Maha Ada, satusatunya Dzat hakiki yang Maha Cinta Kasih, yang disebut dengan berbagai nama. Ketauhidan didapatkan lebih dari sekadar diucapkan dan dihafalkan, tetapi juga disaksikan dan disingkapkan. Ketauhidan menghujamkan kesadaran terdalam bahwa Dia adalah sumber dari segala sumber dan rahmat kehidupan di jagad raya. Pandangan ketauhidan menjadi poros nilai-nilai ideal yang diperjuangkan Gus Dur melampaui kelembagaan dan birokrasi agama. Ketauhidan yang bersifat ilahi itu diwujudkan dalam perilaku dan perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. 2. Kemanusiaan
Kemanusiaan bersumber dari pandangan ketauhidan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan paling mulia yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Kemanusiaan merupakan cerminan sifat-sifat ketuhanan. Kemuliaan yang ada dalam diri manusia mengharuskan sikap untuk saling menghargai dan menghormati. Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian juga merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan Sang Pencipta. Dengan pandangan inilah, Gus Dur membela kemanusiaan tanpa syarat.
ASNA: Jurnal Kependidikan Islam dan Keagamaan Vol. 1 No. 2 (2019) 3. Keadilan Keadilan bersumber dari pandangan bahwa martabat kemanusiaan hanya bisa dipenuhi dengan adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam kehidupan masyarakat. Keadilan tidak sendirinya hadir di dalam realitas kemanusiaan dan karenanya harus diperjuangkan. Perlindungan dan pembelaan pada kelompok masyarakat yang diperlakukan tidak adil, merupakan tanggungjawab moral kemanusiaan. Sepanjang hidupnya, Gus Dur rela dan mengambil tanggungjawab itu, ia berpikir dan berjuang untuk menciptakan keadilan di tengah-tengah masyarakat. 4. Kesetaraan
Kesetaraan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama di hadapan Tuhan. Kesetaraan meniscayakan adanya perlakuan yang adil, hubungan yang sederajat, ketiadaan diskriminasi dan subordinasi, serta marjinalisasi dalam masyarakat. Nilai kesetaraan ini, sepanjang kehidupan Gus Dur, tampak jelas ketika melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap kaum tertindas dan dilemahkan, termasuk di dalamnya adalah kelompok minoritas dan kaum marjinal. 5. Pembebasan Pembebasan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki tanggungjawab untuk menegakkan kesetaraan dan keadilan, untuk melepaskan diri dari berbagai bentuk belenggu. Semangat pembebasan hanya dimiliki oleh jiwa yang merdeka, bebas dari rasa takut, dan otentik. Dengan nilai pembebasan ini, Gus Dur selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka yang mampu membebaskan dirinya dan manusia lain. 6. Kesederhanaan
Kesederhanaan bersumber dari jalan pikiran substansial, sikap dan perilaku hidup yang wajar dan patut. Kesederhanaan menjadi konsep kehidupan yang dihayati dan dilakoni sehingga menjadi jati diri. Kesederhanaan menjadi budaya perlawanan atas sikap berlebihan, materialistis, dan koruptif. Kesederhanaan Gus Dur dalam segala aspek kehidupannya menjadi pembelajaran dan keteladanan. 7. Persaudaraan
Persaudaraan bersumber dari prinsip-prinsip penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan semangat menggerakkan kebaikan. Persaudaraan menjadi dasar untuk memajukan peradaban. Sepanjang hidupnya, Gus Dur memberi teladan dan menekankan pentingnya menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran. 8. Keksatriaan
Keksatriaan bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilainilai yang diyakini dalam mencapai keutuhan tujuan yang ingin diraih. Proses perjuangan dilakukan dengan mencerminkan integritas pribadi: penuh rasa tanggung jawab atas proses yang harus dijalani dan konsekuensi yang dihadapi, komitmen yang tinggi serta istiqomah. Keksatriaan yang dimiliki Gus Dur mengedepankan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani proses, seberat apapun, serta dalam menyikapi hasil yang dicapainya. 9. Kearifan Lokal
Kearifan lokal bersumber dari nilai-nilai sosial-budaya yang berpijak pada tradisi dan praktik terbaik kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal Indonesia di antaranya berwujud dasar negara Pancasila, Konstitusi UUD 1945, prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan seluruh tata nilai kebudayaan Nusantara yang beradab. Gus Dur menggerakkan kearifan lokal dan menjadikannya sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial-budaya-politik dalam membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban (Nur Kholik Ridwan, 2019: 21).
ASNA: Jurnal Kependidikan Islam dan Keagamaan Vol. 1 No. 2 (2019) Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education) berbasis 9 nilai utama Gus Dur dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Pengintegrasian nilai 9 utama Gus Dur dalam pembelajaran sekolah bisa dilakukan sebagai upaya mencetak generasi emas masa depan bangsa Indonesia yang berkarakter ditengah kemajemukan.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas mengenai berbagai analisis terhadap hasil kegiatan 9 nilai utama Gus Dur sebagai penguatan pendidikan karakter yang meliputi: (1) bagaimana penyelenggaraan pendidikan di SMK NU Tenggarang, (2) bagaimana integrasi 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran karakter di SMK NU Tenggarang, (3) kendala-kendala apa saja yang terjadi dalam integrasi 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran karakter di SMK NU Tenggarang. 1. Penyelenggaraan Pendidikan di SMK NU Tenggarang SMK NU Tenggarang merupakan lembaga pendidikan kejuruan dibawah Yayasan LP Ma’arif NU Bondowoso yang berdiri sejak tanggal 23 Juli 2009. SMK NU Tenggarang lahir dengan semangat yang tinggi untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat khususnya yang mempunyai keterbatasan ekonomi untuk bisa menyekolahkan anaknya gratis sampai lulus di SMK NU Tenggarang. Lembaga pendidikan ini meskipun memberikan pelayanan gratis sampai lulus namun mempunyai komitmen yang sangat tinggi untuk menjaga kualitas. SMK NU Tenggarang harus terus manajamkan kualitasnya agar selalu mendapatkan kepercayaan masyarakat. Hal ini bisa terlihat dari tabel rekapitulasi jumlah siswa SMK NU Tenggarang pada tiga tahun terakhir berikut ini;
Rekapitulasi Jumlah Siswa SMK NU Tenggarang
Tahun Ajaran Kelas
Jumlah X XI XII 2016/2017 59 57 49 165
2017/2018 77 59 57 193
2019/2020 65 82 46 193
Total 191 198 152 541
(Sumber: Dokumen SMK NU Tenggarang)
Latar belakang mata pencaharian orang tua siswa SMK NU Tenggarang tentunya adalah masyarakat ekonomi kurang mampu, kondisi ini linier dengan visi misi sekolah dalam membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat yang kurang beruntung secara ekonomi dapat menyekolahkan anaknya dengan gratis di SMK NU Tenggarang. Adapun mata pencaharian orang tua siswa/i SMK NU Tenggarang seperti dalam tabel berikut;
ASNA: Jurnal Kependidikan Islam dan Keagamaan Vol. 1 No. 2 (2019) Mata Pencaharian Orang Tua Siswa kelas X Tahun Pelajaran 2019/2020 SMK NU Tenggarang NO PEKERJAAN JML PROSENTASE
1 PNS/TNI/POLRI 0 0%
2 Pedagang/wiraswasta 14 24%
3 Tukang Becak 12 20%
4 Petani 11 16%
5 Buruh Tani 26 40%
JUMLAH 65 100%
(Sumber: dokumen SMK NU Tenggarang) Dari data penulusuran riwayat pekerjaan orang tua seperti terlihat di atas dapat dijelaskan bahwa input siswa yang masuk di SMK NU Tenggarang sebagian besar adalah siswa yang kurang beruntung dalam ekonomi. Realitas ini tentu saja berdampak pada proses pembelajaran yang terjadi dikelas seperti; (1) rendahnya semangat belajar, (2) masih rendahnya tingkat kesadaran pentingnya pendidikan, dan (3) masih lemahnya keterlibatan orang tua dalam memberikan motivasi anaknya. Menariknya, dengan latar belakang kondisi tersebut, SMK NU Tenggarang dengan kolektifitasnya membangun mental dan semangat juang peserta didik dari titik NOL hingga pada akhirmya bisa menghantarkannya pada DU/DI. Pada perkembangannya, SMK NU Tenggarang juga memberikan akses yang seluasluasnya kepada masyarakat sekitar untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan budidaya perikanan dan pengolahan hasil perikanan untuk menumbuhkan gerakan kemandirian ekonomi masyarakat agar semakin sejahtera. Kegiatan-kegiatan pelatihan ersebut secara regular dilakukan di kampus SMK NU Tenggarang dengan tutor guru-guru produktif yang merupakan guru SMK NU sendiri. Kehadiran SMK NU Tenggarang seperti mimpi awal pendiriannya adalah untuk menyelenggarakan pendidikan gratis sampai lulus dan berkualitas demi terciptanya generasi emas gemilang masa depan Indonesia yang lebih beriman, berdaya dan bermartabat.
2. Integrasi 9 Nilai Utama Gus Dur Dalam Pembelajaran Karakter di SMK NU Tenggarang Proses pembelajaran pendidikan di SMK NU Tenggarang dengan mengintegrasikan 9 nilai utama Gus Dur dilaksanakan secara terpadu. Istilah terpadu dalam pembelajaran berarti pembelajaran menekankan pengalaman belajar dalam konteks yang bermakna. Pengajaran terpadu dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pendekatan belajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, peserta didik akan memahami konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahaminya melalui kesempatan mempelajari apa yang berhubungan dengan tema atau peristiwa autentik (alami). Dalam implementasi 9 nilai utama Gus Dur sebagai penguatan pendidikan karakter di SMK NU Tenggarang, peran teladan merupakan strategi yang biasa digunakan. Untuk dapat menggunakan strategi ini ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, guru harus berperan sebagai model yang baik bagi peserta didiknya sehingga mudah melaksanakan nilai-nilai utama Gus Dur. Kedua, peserta didik harus mau dan mampu meneladani gurunya. Metode keteladanan (alqudwah) kepada peserta didik merupakan cara terbaik untuk mengatasi berbagai masalah; orang akan melakukan proses identifikasi, meniru, dan memeragakannya. Dengan metode pembiasaan, seseorang akan memiliki komitmen yang hebat. Pembiasaan
ASNA: Jurnal Kependidikan Islam dan Keagamaan Vol. 1 No. 2 (2019) dalam penanaman nilai 9 utama Gus Dur merupakan tahapan penting yang dilaksanakan secara massif oleh guru dalam setiap mata pelajaran. Langkah pertama yang dilakukan kepala SMK NU Tenggarang dalam implementasi 9 nilai utama Gus Dur sebagai penguatan pendidikan karakter adalah bekerjasama dengan GusDurian Bondowoso mengadakan Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) untuk semua guru/TU SMK NU Tenggarang dengan tujuan agar semua guru/TU memahami dan mendalami esensi 9 nilai utama Gus Dur. Pelaksanaan KPG ditindaklanjuti dengan pemantapn-pemantapan untuk mengupas satu persatu 9 nilai utama Gus Dur. Kedua melakukan integrasi 9 nilai Gus Dur dengan sinkronisasi kurikulum. Langkah ini dilakukan dengan harapan bahwa nila-nilai utama tersebut dapat diterapkan guru melalui pembelajaran di kelas sesuai mata pelajaran yang diajarkan. Indikator integrasi tersebut adalah dengan masuknya 9 nilai utama Gus Dur dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru di SMK NU Tenggarang.
Pendidikan karakter tidak merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi nilai nilai karakter tersebut diintegrasikan dalam kurikulum, artinya menjadi penguat kurikulum yang sudah ada, yaitu dengan mengimplementasikannya dalam mata pelajaran dan kehidupan sehari-hari peserta didik. Mata pelajaran Agama Islam dan PPKN, guru membuat program/ kegiatan untu siswa SMK NU Tenggarang seperti; peringatan hari toleransi setiap tanggal 16 November, silaturahim rutin kepada tokoh lintas agama di Bondowoso (GKI, GKJW, Pure Tri Dharma Santi, Vihara Area Matrea, forum pelajar lintas agama , kunjungan hari raya besar agama lain, dan beberapa kegiatan menghargai keberagaman lainnya. Mata pelajaran produktif perikanan, guru bersama siswa melakukan program SMK NU manunggal desa dan pemuda gereja, bekerjasama dengan desa atau pemuda gereja untuk menggugah kesadaran pemuda/i agar belajar entrepreneurship berbasis budidaya perikanan dan pengolahan perikanan. Mata pelajaran seni budaya, SMK NU Tenggarang telah melakukan kerjasama dengan pendeta Martin dari GKI Bondowoso setiap seminggu sekali melatih paduan suara menyanyikan lagu Syubbanul Wathon dan lagu-lagu nasional lainnya. Kolaborasi pementasan seni bersama lintas agama untuk penggalangan korban bencana ala Palu, Lombok, dan Bondowoso sendiri. Ketiga melakukan branding 9 nilai utama Gus Dur disetiap sudut sekolah. Dari kegiatan branding menggunakan banner dengan desaign yang menarik diharapkan semua warga sekolah bisa melihat, memahami, dan mengimplementasikan 9 nilai utama Gus Dur dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Beberapa contoh kegiatan branding 9 nilai Gus Dur merupakan sinkronisasi dengan mata pelajaran penddikan kewirausahaan dengan beberapa produk seperti; leaflet, kaos Gus Dur, hiasan dinding, lukisan Gus Dur dengan pesan-pesan meneduhkan, mug, kalender, jam dinding, dan beragam karya lainnya. Keempat gerakan literasi 9 nilai utama Gus Dur dengan penggandaan buku saku GusDurian yang didalamnya menerangkan secara detail 9 nilai utama Gus Dur. Dengan kegiatan literasi ini diharapkan semua warga sekolah semakin mengerti tentang 9 nilai tersebut. Pojok literasi 9 nilai Gus Dur dengan tersedianya rak buku di masing-masing kelas dan tidak saja di perpustakaan sebagai langkah mendekatkan siswa/i dengan buku bacaan sangat efektif dalam upaya pemahaman nilai 9 Gus Dur pada pengetahuan peserta didik. Kelima implementasi 9 nilai utama Gus Dur. Implementasi tersebut dilakukan oleh sekolah dengan melibatkan semua warga sekolah agar 9 nilai utama tersebut tidak sekedar menjadi wacana saja tanpa implementasi yang jelas dan terukur. Beberapa kegiatan implementasi yang pernah dilakukan adalah; kunjungan siswa/i SMK NU Tenggarang ke SMP Katholik, SMK NU Sambang Tempat Ibadah (Pura, Wihara, Gereja, Klentheng), Dialog Lintas Iman, dan beberapa kegiatan lainnya seperti tersebut di atas.
ASNA: Jurnal Kependidikan Islam dan Keagamaan Vol. 1 No. 2 (2019) Keenam, untuk melihat bagaimana capaian integrasi 9 nilai Gus Dur dalam pembelajaran karakter di SMK NU Tenggarang dapat dilihat dari 6 aspek yaitu: (1) kebijakan dan dukungan administrasi sekolah terhadap pelaksanaan pendidikan karakter, (2) pengetahuan guru tentang 9 nilai Gus Dur dalam pelaksanaan pendidikan karakter, (3) pengetahuan siswa tentang 9 nila Gus Dur dalam pembelajaran karakter, (4) peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan karakter, (5) isi kurikulum yang digunakan sekolah, (6) dukungan masyrakat tentang integrasi 9 nilai Gus Dur dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter. Berdasarkan keenam aspek tersebut di atas, terlihat dari paparan data penelitia di SMK NU Tenggarang menunjukkan bahwa 9 nilai Gus Dur lebih mudah diterima dan sinergis dengan upaya pembentukan lima nilai karakter utama masa depan bangsa Indonesia.
3. Kendala-Kendala Integrasi 9 Nilai Utama Gus Dur Dalam Pembelajaran Karakter di SMK NU Tenggarang Pelaksanaan program integrasi 9 nilai utama Gus Dur di SMK NU Tenggarang dalam rangka mendukung penguatan pendidikan karakter secara umum tidak menemukan kendala yang berarti. Namun, mengingat kemajemukan pemahaman akan pemaknaan menghargai pruralisme oleh masyarakat tentu saja berdampak pada suksesi program integrasi 9 nilai utama Gus Dur. Kendala-kendala yang dihadapi SMK NU Tenggarang dalam rangka mensukseskan program integrasi ini juga terjadi dari dalam komunitas sendiri. Banyak juga yang menentang siswa SMK NU Tenggarang masuk gereja, pura, wihara, atau klenteng karena ditakutkan akan mendapatkan dosa besar. Penentangan itu pada awalnya berawal dari kekhawatiran orang tua atas pemahaman tentang indahnya keberagaman yang masih rendah. Pandangan konservatif masyarakat akan makna menghargai perbedaan, memisahkan wilayah hubungan manusia dengan Tuhan yang bersifat pribadi dan juga ketika seorang manusia juga harus dituntut berhubungan yang baik sesama manusia menjadi benturanbenturan yang tidak terhindar lagi. Namun, dengan langkah-langkah program integrasi 9 nilai utama Gus Dur yang terus menerus dilakukan sekolah, kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Program 9 nilai utama Gus Dur sebagai penguatan pendidikan karakter di SMK NU Tenggarang mengalami beberapa kendala antara lain; (1) kemajemukan pandangan terhadap esensi menghargai keberagaman, (2) rendahnya daya baca (literasi) siswa, dan (3) kurangnya dukungan orang tua dalam mendukung program integrasi 9 nilai utama Gus Dur. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala-kendala tersebut di atas adalah; sekolah secara konsisten melakukan pemahaman 9 nilai utama Gus Dur kepada wali murid , kepala sekolah melalui guru membuat pojok literasi di masing-masing sudut kelas yang berisi buku-buku 9 nilai utama Gus Dur, sekolah melakukan up grading 9 nilai utama Gus Dur kepada semua warga sekolah dengan mendatangkan pemateri-pemateri lintas agama, memberikan buku penghubung (sekolah ke orang tua) agar implementasi 9 nilai utama Gus Dur mendapatkan dukungan maksimal dari orang tua.
C. PENUTUP
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian untuk menggambarkan 9 nilai utama Gus Dur sebagai penguatan pendidikan karakter dalam pembelajaran di SMK NU Tenggarang, maka dapat disimpulkan beberapa hal antara lain; Integrasi 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran di SMK NU Tenggarang sangat mendukung implementasi penguatan pendidikan karakter di sekolah sesuai harapan bangsa Indonesia, Integrasi 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran di SMK NU Tenggarang harus sinergis antara sekolah dan peran aktif orang tua peserta didik, Integrasi 9 nilai utama Gus Dur dalam pembelajaran di SMK NU Tenggarang lebih mudah diterapkan dengan melakukan sinkronisasi kurikulum sehingga nilai-nilai tersebut masuk dalam skenario pembelajaran guru pada setiap mata pelajaran, dan
ASNA: Jurnal Kependidikan Islam dan Keagamaan Vol. 1 No. 2 (2019) kepala SMK NU Tenggarang bersama dewan guru harus terus melakukan kiat-kiat cerdas dalam melakukan up grading 9 nilai utama Gus Dur sehingga akan lebih mudah memberikan pemahaman kepada peserta didik. Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian, maka rekomendasi yang diberikan yaitu; lembaga pendidikan SMK harus mempunyai komitmen yang tinggi dalam menciptakan lulusan yang kompeten dan berdaya saing tinggi dalam menghadapi tantangan jaman era revolusi industri 4.0, menciptakan lulusan yang berkualitas harus didukung dengan penguatan pendidikan karakter melalui integrasi 9 nilai Gus Dur dalam pembelajaran,pentingnya membangun sinergis tripartid pendidikan sebagai langkah cerdas suksesnya program sekolah.
Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. 1990. Riset kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar Ke Teori dan Metode. Terjemahan oleh Munandir. Jakarta: Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud. Creswell, J.W. 2010. Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Terjemahan oleh Achmad Fawaid. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Degeng, I.N.S. 1998. Mencari Paradigma Baru Pemecahan Masalah Belajar:Dari Keteraturan Menuju ke Kesemrawutan. Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang. Tidak diterbitkan. Djamarah, saiful bahri dan Aswan Zain. 2005. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta. Khusnaini ( 2019). Analisis Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter Bela Negara Di SMK Sore Tulungagung. Universitas Muhammadyah Malang. Lickona, t. (1991). Educating for Character: How Our Schools can Teach Respect. In t. lickona. New York: Bantam Books M. Syaifuddien Zuhriy (2011). Budaya Pesantren Dan Pendidikan Karakter Pada Pondok Pesantren Salaf. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Nur Kholik, Ridwan. 2019. Ajaran-Ajaran Gus Dur, Syarah 9 Nilai Utama Gus Dur. Yogyakarta: Penerbit Noktah. Suryana. (2003). Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat, Dan Proses Menuju Sukses. Edisi Revisi. Jakarta : Salemba Empat. Sanjaya, wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Media Prenada. Taqiudin Zarkasi dan Al Kusaeri (2018). Penguatan Pendidikan Karakter (Perpres Nomor 87 Tahun 2017). Jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang kerang.
Peraturan-peraturan Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. https://ainamulyana.blogspot.com/2018/07/permendikbud-nomor-20-tahun-2018.html. Diakses pada tanggal 16 Desember 2019 pukul 22.30 WIB.