4 minute read

Goenawan Monoharto

Next Article
Chaeruddin Hakim

Chaeruddin Hakim

Begini Nasibnya. Patung Pahlawan Sultan Hasanuddin dibuat masa Walikota Abustam, Karya seniman M.N.Syam. (Foto: Goenawan Monoharto).

Pagi-pagi benar, udara sejuk di anjungan Losari. Masih sepi. Angin laut hampir tidak bertiup namun terasa sangat segar. Dari anjungan bagian Selatan hanya dua orang perempuan setengah baya, petugas kebersihan menyapu halamannya. Tiga atau empat orang gadis sedikit “genit” ber-tiktok di depan patung dada warna putih lecet. beberapa pahlawan di Sulawesi Selatan. Hampir tiga puluh patung dada berjejer, tak heran bila pendapat bijak mengatakan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai. Yakni mengenang para pahlawan dengan membuatkan patung dada-bukan dadaisme. Apakah wajahnya secara anatomi katakanlah mirip atau tidak, itu bukan soal. Menurut cerita, Anjungan Losari digagas dan dikerjakan berapa pembuatannya dan siapa yang membuat tidak diketahui. Sehingga banyak masyarakat bertanya-tanya apakah pembuatan patung dada itu cetakan atau bukan? Apakah dibuat oleh seniman patung yang di ada Makassar atau hanya tukang. Tak jelas, tidak terdeteksi datanya. Di antara patung dada di anjugan Loasari ada patung tiga sosok tokoh dunia, masing-masing

Advertisement

Patung - Patung di Kota Makassar

SENI KOTA TAK GETAR

Goenawan Monoharto

Jurnalis. Seniman. Tinggal di Makassar.

pada masa Walikota Makassar ketika masih Walikota Ilham Arief Sirajuddin, kemudian dilanjutkan oleh Walikota Makassar Danny Pomanto terpilih yang seorang arsitek, ahli tata ruang . Melihat satu persatu patung pahlawan tersebut, tandanya hanya nama pahlawan misalnya Andi Pangerang Petta Rani dengan tahun kelahiran dan wafatnya. Data bersambung tidak ada lagi, tahun

Mathama Gandhi, Syeh Jusuf dan Nelson Mandela. Patung ini diketahui pembuatnya Amirullah Syam dan timnya (Ahmad Fausi dan Achmad Anzul) konsultan Iwan Adjaradji pada masa Walikota Danny Pomanto periode pertama. Pembuatannya tahun 2016, setelah kegiatan seni F8 di Losari. Kemudian ada patung Gadis Toraja menari Panggellu, Patung Becak, Patung seorang wanita menenun. Sekitar itu juga ada prasasti Arsitektur, pada bagian depannya sejumlah nama tertulis. Beberapa bongkahan seperti tembok runtuh ada di sekitarnya. Apakah ini karya arsitek yang sengaja dipasang? Entah. Hanya Walikota Danny yang tahu. Dalam kota Makassar, beberapa patung yang “pantas” disebut patung dada Sultan Hasanuddin dibuat sebelum tahun 1965 karya Ali Walangadi patung di depan Markas KODIM 1408/BS KotaMakassar di jalan Lanto Dg. Pasewang (Jl. Banteng) makassar. Patung tersebut masih ada dan sangat terawat. “Setiap kali ada suara tembakan, patung tersebut menoleh, itu mitos yang dikembangkan anak-anak muda kala itu,” kata Amirullah Syam mengenang. Demikian patung dada Gajahmada warna hitam di depan markas POM di jalan Monginsidi Makassar Kemudian yang cukup tua patung itu, Patung Sultan Hasanuddin naik kuda menunjuk ke laut di depan Benteng Panjua (Fort Rotterdam). Patung ini dibuat pada masa Walikota Abustam oleh seniman yang pernah mengecap pendidikan di Itali, M. N. Syam.

Patung dada Sulthan Hasanuddin di anjungan Losari. (foto: Goenawan Monoharto)

Seonggok batu seperti bongkahan tembok runtuhan. yang digolek di anjungan Losari, apakah ini juga seni kota, memperindah lingkungan?? (foto: Goenawan Monoharto)

Merdeka. Patung Pejuang karya seniman Ali Walangadi tak terurus. ilalang, grafitti menghias, (foto: Goenawan Monoharto)

Monumen Mandala didirikan sebagai petanda Pembebasan Irian Jaya, ketika akhir -akhir jabatan Presiden Soeharto. Dengan memakai lahan yang cukup luas monumen Mandala yang dilengkapi biorama tentang perjalanan Pembebasan Irian Jaya kala itu. Kemudian di depan monumen tersebut dijadikan titik unjuk rasa oleh berkepentingan. “Ada cerita, patung Sulthan Hasanuddin naik kuda itu mirip dengan wajah Walikota Makassar Abustam,” cerita Mahaji Nusa, wartawan senior, yang hadir pada peresmian patung itu. Sebuah patung semasanya ada di gerbang lapangan Karebosi, beberapa laki-laki memikul balok, namun patung itu sudah tak ada, menurut Jendri Pasassang seorang seniman pematung, kemungkinan patung tersebut sudah dihancurkan. “Mungkin senasib dengan patung Ramang karya Sakka Ali Yatimayu juga sudah tak ada dan dihancurkan ketika Karebosi diganti modelnya sebagailahan bisnis. Patung tersebut dibuat pada masa Walikota Malik B. Masri. “Kalau melihat kota Makassar, H. M. Dg, Patompo adalah seorang visioner dalam memperhatikan perkembangan dan keindahan Kota di Makassar,” kata Jendri Pasassang. Setelah era itu, lokasi patung keberadaannya menggusur atau patung dihancurkan oleh karena pengembangan kota disebabkan lokasi patung terlalu dipaksakan atau karena kepentingan pendapatan daerah seperti patung yang ada di gerbang Karebosi jaman dulu. Satu hal yang juga perlu disoroti pengerjaan patung kelak, bisa jadi jebakan bagi seniman patung, terkait dengan hukum. ”Sepanjang saya tahu seniman patung lemah dimanajemen dan pengetahuan tentang hukum, sehingga terkesan hanya menjadi tukang saja bagi kontraktor. Ini fakta seperti yang saya alami, ” sebut Jendri. pemilik studio seni rupa Artmosphere di Makassar. “Nilainya tidak sebanding yang diterima oleh kontraktor, pengerjaan patung proyek pemerintah “ngeri ngeri sedap”, sama peristiwanya yang menjerat seorang kawan yang harus menghabiskan beberapa tahun di Lembaga Pemasyarakatan yang uang tak diterima seperti tuntutan Jaksa”, ungkap Jendri Ada Patung Pajoga Dg. Ngalle di taman segitiga Jl. Kakatua dengan Ujung Jalan Ratulangi Makassar, Patung pejuang Wolter Monginsidi, dan patung Harimau Indonesia (karena tidak tahuan masyarakat menyebuitkan patung macan) yang dibiayai Yayasan 45 dibuat oleh Edi Suharso dari Jogjakarta. Sedang patung dan relief di Monumen Korban 40.000 di Sulsel di jalan korban 40.000 di bikin oleh anak-anak Akademi Seni Makassar yang langsung dipimpin oleh Seniman M.N.Syam pada masa Walikota H.M.Patompo, tahun 1970 an.

Patung Ayam di pasar Daya dibuat Yakob Pangorai. Konon, patung tersebut mendatangkan konflik bahwa patung tersebut dibuat dengan menggusur para pedagang. Patung-Patung tersebut cukup baik keadaannya dibuat oleh Yakob Pagorai, murid M. N. Syam ketika di Akademi Kesenian Makassar, seorang seniman patung di Makassar. Hampir dilupakan, sebab patung “Tentara Pelajar” yang

This article is from: