38 minute read

Kisah Cinta/Love Story

KISAH CINTA

Advertisement

SELLY ABI dan YULFIBA’A

7 JULI 2009 – 27 JUNI 2014

PEMBUKA

“Jodoh ada di tangan Tuhan”. Itu sebuah pepatah klasik yang biasa kita dengar. Artinya, manusia tidak pernah tahu ‘siapa’ jodohnya. Manusia hanya sebatas berusaha melalui pergaulan dengan lawan jenisnya. Diawali dengan pendekatan/pdkt, perkenalan kemudian pacaran. Kalau jodoh dilanjutkan ke pelaminan. Semuanya melalui proses entah itu singkat atau lama; entah itu langsung atau tidak. Ada juga pepatah lain ‘Cinta tak perlu dicari, nanti dia akan datang sendiri’. Artinya, manusia tidak pernah tahu ‘kapan’ mendapatkannya. Dia datang tanpa direncanakan, diduga atau dipikirkan sebelumnya. Dia datang kapan saja secara tiba-tiba atau secara kebetulan.

Perjalanan cinta dan jodoh kami seperti dua pepatah klasik di atas. Cinta kami datangnya tak terduga; tak direncanakan sebelumnya. Tak pernah terbayangkan bagaimana awal pertemuan cinta kami.

Sederhana dan alami. Singkat dan berkesan. Dari mata turun ke hati.

Awal cinta kami bukan di tempat romantis seperti taman yang indah; bukan di tempat luks; bukan juga tempat sepi. Tapi tempatnya biasa-biasa saja dan mungkin jarang ditemui sehingga dianggap langka. Angkutan umum yaitu bis Kembang Indah Werang – Ruteng adalah tempat bersejarah karena dari situlah awal cinta kami bersemi. Cinta itu datang memang tak memandang waktu dan tempat; mengatasi ruang dan waktu. Tergantung perasaan hati kita merasakan sekaligus meresponnya. Kalau hati kita merasa ada sentuhan meski kecil harus direspon untuk menerima getaran cinta itu. Jangan disia-siakan sebab perasaan seperti itu mungkin hanya datang sekali itu saja.

Selanjutnya, kami jalani proses pacaran seperti air mengalir. Dan proses ini pun tidak selalu mulus; tidak saja rasa saling sayang dan bahagia tapi juga

ada rasa benci, jengkel kadang-kadang juga dengan airmata karena sakit hati. Semua itu mendewasakan cinta kami. Proses yang menyita waktu hampir lima tahun ini sampailah kami pada titik puncak untuk menentukan keputusan penting bahwa masingmasing kami adalah jodoh. Jodoh yang diberikan Tuhan sendiri melalui sakramen pernikahan suci tanggal 27 Juni 2014.

Cinta itu adalah anugerah Tuhan. Setiap hari aku bersujud dan berdo’a kepada Tuhan, dan kini Dia menganugerahkan cinta itu yaitu: kamu! Selamat Membaca!

Kupersembahkan ini buat isteriku tercintaYulfi Baa, dan orangtuaku.

BIS KEMBANG INDAH

Tujuh Juli 2009. Siang itu kira-kira jam 12 aku dengan santai duduk di terminal Mena Ruteng menunggu bis Kembang Indah mau pulang ke Rekas. Sambil menghisap sebatang rokok aku dengan sabar menunggu tanpa menghiraukan hiruk-pikuk tukang ojek yang sedang memburu penumpang. Bis Kembang Indah sudah cukup lama parkir di halaman terminal sambil menunggu penumpang lainnya. Tibatiba mataku terpana sesaat ketika melihat seorang cewek yang melintas di samping bis tersebut. Rupanya dia salah-satu penumpang. Tinggi, putih, hidung mancung, rambut panjang ikal yang diikat dengan rapi. Dia mengenakan kemeja dan celana jeans warna biru. Begitulah kira-kira mataku menyaksikan penampilan cewek cantik di siang bolong itu. Hatiku deg-degan pingin tahu sekalian kenalan dengannya. Mataku terus mengikuti langkah kakinya dan ternyata dia naik bis Kembang Indah.

Dengan bergegas aku pun beranjak dari tempat dudukku dan mengikuti masuk ke bis tersebut karena mau berangkat. Aku mengambil tempat duduk paling belakang sambil mataku sibuk memperhatikan cewek tadi. Dia duduk di kusri bagian tengah dekat jendela. Kursi di sampingnya kosong. Aku pun pingin pindah duduk ke sampingnya tetapi ragu jangan-jangan ada teman cowoknya. Bis sudah mulai jalan meninggalkan terminal Mena. Mataku tidak pernah diam memperhatikan dengan seksama kursi kosong di sebelahnya. Hatiku bertanya-tanya sambil berharap mudah-mudahan dia sendirian.

Sampai di Wae Garit hatiku sedikit tenang karena meyakinkan diri bahwa cewek itu tidak ada temannya. Penumpang dalam bis tidak begitu banyak. Ketika masuk Cancar ada beberapa penumpang yang mau naik. Otakku langsung berpikir jika aku tidak berani pindah tempat duduk di depan maka kursi kosong yang ada disamping cewek itu

akan diisi oleh penumpang-penumpang tersebut. Karena itu belum sempat bis berhenti aku pun cepatcepat sambil mengangkat tasku pindah posisi di samping cewek tadi.

“Permisi...di sini ada orang?” sapaku sok akrab

padahal sudah tahu kalau di situ kosong. “Tidak ada,” jawabnya dengan singkat tanpa

senyuman. “Boleh aku duduk di sini?” tanyaku lagi. “Boleh”, jawabnya. Hatiku pun sedikit lega mendengar jawabannya

sambil dalam hati bergulat ,”Untung aku punyakeberanian tadi sebab kalau tidak harapanku untukduduk di dekatnya hanya menjadi mimpi sepanjang

kurang lebih empat jam perjalanan siang itu”. Bis pun terus berjalan memasuki Pela. Berhenti

sedikit karena ada penumpang mau naik. Aku lihat

cewek di sampingku membeli keripik pisang. Akupun tak ketinggalan pesan koja cero. Sambil makanhatiku tidak tenang. Tangan dan mulutku sibukmengupas kulit koja dan mengunyah bijinya namunhatiku asyik memikirkan bagaimana aku harusmemulai mengajaknya ngobrol. Cukup lama kamimembisu; dia sibuk dengan kripik dan aku asyikdengan koja ceroku. Pikirku dalam hati kalau beginiterus keadaannya tidak ada guna aku pindah tempatduduk dengan berapi-api tadi. Aku harus bisa untukmemulai percakapan. Sementara itu bis sudah maumasuk Pa’ang Lembor. Sekitar lima menit mau

masuk Wae Bangka aku pun mulai buka suara. “Kamu asalnya dari mana?” tanyaku. “Dari Werang,” jawabnya singkat.

“Yang benar? Soalnya aku tidak pernah lihat

kamu di Werang,” timpalku seadanya. “Iyah, benar koq. Emang kaka orang mana?” dia

balik tanya. “Aku dari Rekas,”jawabku. “Oh,”sahutnya. “Rumah kamu di Werang di mana?” tanyaku

lagi. “Di pertigaan jalan menuju SMP Pajung Mala,”

jawabnya. Aku diam sejenak karena bingung menerka

lokasi rumahnya. Yang aku tahu SMP Pajung Malaitu sudah ditutup. Dan letaknya dulu di kampungGenggo. Lama sesudah itu baru aku pahammaksudnya adalah SMP/SMA St. Klaus Werang dipertigaan Wae Racang.

Lanjutku “Kamu SMA yah? SMA di mana?”

tanyaku lagi. “Iyah. Aku SMA Negeri Komodo Labuanbajo,”

jawabnya singkat. “Oiyah? Aku juga selama ini tinggal di Labuan

Bajo tapi tidak pernah lihat kamu,” timpalku sok

akrab lagi. “Aku pernah sekali lihat kaka koq waktu misa di

gereja Roh Kudus,” jawabnya. Aku sedikit tersentak

mendengar ucapannya. “Trus ada urusan apa di Ruteng?” tanyaku tak

pernah diam. “Aku tempohari ikut tes di STKIP jurusan

PGSD; aku ke Ruteng mau dengar pengumumanlulus tetapi pengumumannya ditunda. Daripadatunggu di Ruteng lebih baik aku pulang kampung

dulu. Nanti kakakku kebetulan pegawai di situ akan

lihat pengumumannya,” jelasnya. Suasana kami dalam bis itu sudah mulai cair dan

mengalir seperti air. Hatiku semakin lega takterhingga. Alunan suara Broery Marantika ‘RobeklahDada Ini’ di dalam bis siang itu semakinmenghanyutkan rasa bahagia di hatiku. Tak terasa bissudah masuk Wae Nengke. Sebentar lagi aku akansampai Rekas. Rasa ingin tahu lebih jauh semakinkuat mendorong hatiku untuk mengalihkan obrolan.Belum sempat aku mengutarakannya tiba-tibahandponenya berdering. Aku sempat mendengarsuara di balik telpon memberitahukan kalau dia lulustes. Benar, ketika aku tanya siapa yang telpon,ternyata kakaknya memberitahukan berita

kelulusannya. Aku pun mengucapkan selamat atasberita tersebut dan dijawabnya terimakasih. Setelahitu aku beranikan diri minta nomor hpnya. Dia punkasih dan aku balik miskol. Sementara itu bisKembang Indah mau masuk Indrong. Aku pun kreatif

mencari akal biar lebih akrab lagi. “Oh iyah, dari tadi aku belum tahu nama kamu.

Nama kamu siapa?” tanyaku. “Yulfi,”jawabnya. “Aku Marsel,” balasku. Dalam hati aku senyum-senyum sendiri biar

lebih keren gitu soalnya nama panggilanku seharihari

Seli. Heeeeeeheeeeeeeee......... “Boleh tahu sekarang jam berapa?” tanyaku lagi.

Pura-pura nanya padahal di hpku ada jamnya juga.Namanya juga kreatif. Kebetulan dia memakai jamtangan. Belum sempat dia jawab aku pegang

tangannya. Perasaanku berkecamuk dalam hati.Takut dia dodet, takut dia marah. Lebih takut lagi diateriak dalam bis. Mau taruh di mana mukaku tahanmalu di tengah penumpang dan om sopir yang nota

bene kenal aku. Geco’ dempo..... Syukur kepada Tuhan rupanya itu hanya perasaanku

saja. Nyatanya dia hanya diam seribu bahasa. Jaonggaku wa nai ca lau. Haaaahaaaaaeto ro

mbolomg...... Dari Indrong sampai aku turun di Rekas tangan

kami terus saling berpegangan erat tak mau lepasdan dilepaskan. Aeh.....oe apa ho’o ga jaong wa naigaku. Ini ada tanda-tanda awal perasaan suka samasuka mulai tumbuh. Di pertigaan di Nampe Laka, akupun dengan berat hati turun dari bis. Berat hatimelepas genggaman tangannya. Tetapi satu yang

kutahu hatinya tak bisa lepas dari hatiku. Ini yang

menghibur hatiku. Benar kata orang cinta itu bisa datang kapan dan

di mana saja. Cinta itu bisa datang secara tiba-tiba,tidak pernah dipikirkan atau direncanakansebelumnya. Cinta itu bisa datang secara kebetulantanpa harus dicari dan dikejar. Masing-masing orangmemiliki kisah cintanya sendiri-sendiri. Masingmasingorang mempunyai cara sendiri-sendiri untukmenanggapi sekaligus menyemai dan menjaga cintaitu dalam hati supaya semakin berkembang dan terusberkembang menuju satu ikatan cinta di mahligai

perkawinan yang suci. Awal cinta kami datang secara tiba-tiba, tak

pernah direncanakan sebelumnya, dan mungkinsecara kebetulan bertemu di dalam bis Kembang

Indah. Terimakasih bos Kembang Indah Werang omNatus. Mungkin kalau bis ini tidak ada kisah cintakami mungkin tidak ada; kalau pun ada pasticeritanya tidak seperti ini. Cinta dari mata turun kehati. Ciieehhhh........

CELANA JEANS SIALAN Setelah pertemuan di bis, kami tetap menjalin

komunikasi melalui handpone baik itu sms atautelepon. Melalui sms aku tidak ragu-ragu lagimenanyakan apakah dia sudah punya pacar ataubelum. Dia bilang belum ada pacar. Aku tak peduliapakah ini sebuah jawaban jujur atau tidak. Yangpenting bagiku itu sebuah tanda dia mau menerimadiriku dan pintu masuk untuk mengenalnya lebih

jauh. Apalagi ketika aku menyampaikan isi hatiku

ingin menjadi pacarnya dia mengiyahkan. Tibalah suatu saat dia tidak menolak ketika aku

memintanya untuk bertemu lagi. Tempatpertemuannya di Labuan bajo. Tidak susah bagikukarena saat itu aku tinggal di kota itu. Dan kebetulanjuga dia ada keperluan di Labuanbajo pergi untukmendaftarkan adik perempuannya di SMA NegeriKomodo. Kami pun janjian ketemu di depan sekolahsetelah pendaftaran adiknya itu selesai. Aku punsetelah merapikan penampilanku apa adanyalangsung meluncur ke lokasi. Sesampainya di sanadia dan adiknya baru keluar dari halaman sekolah danlangsung menemuiku. Setelah menyapa ala kadarnyaaku pun mengajaknya untuk jalan-jalan. Diluar

dugaan, dia menolak secara halus. Alasanya belumminta ijin sama saudaranya dimana dia menginap.Ketika aku minta bagaimana kalau aku ke rumahsaudaranya dia pun melarangku. Katanya di rumahsaudaranya itu banyak orang. Dia pun langsung pamitkarena takut dicari saudaranya. Aku pun diammembisu tak bisa ngomong banyak dan kehabisan

akal meluluhkan hatinya. Aku pulang dengan hati galau. Galau abis....

Berbagai pertanyaan datang silih bergantimenyaksikan sikapnya tadi. Dingin dan judes banget.Seolah-olah dia tidak mengenal aku lagi. Kenapasikapnya begitu? Apakah jawaban iyah di sms untukmenjadi pacarku beberapa hari yang lalu adalahbohong? Tetapi kalau itu bohong kenapa dia mau

menemuiku? Sikapnya yang ‘tidak bersahabat’ itusungguh membuat suasana hatiku kecewa berat.Harapanku untuk bisa mengenalnya lebih jauhkandas. Perasaan bahagia berhari-hari selama inisejak pertemuan di bis itu lenyap seketika. Ketikaaku mau sampai rumah setelah dari pertemuan taditiba-tiba handphoneku berdering tanda ada smsmasuk. Aku pun berhenti sejenak dan membacapesan itu. Sebuah pesan dari dia. Hatiku semakin

kecewa ketika membaca isi sms tersebut. “Kita putus,” begitu isi pesan singkat itu. “Kenapa putus? Apa salahku?” balasanku. “Pokoknya putus. Titik,” jawabnya. “Ok,”jawabku singkat. Lanjutku,” Tapi...kita

masih bis berteman kan?” “Iyah,”sahutnya.

“Maaf sebelumnya, meski kamu putusin aku dankita cuma teman biasa, boleh kan aku panggil kamudengan kata ‘sayang’?” tanyaku dengan berani di

sms. Dia jawab,”Boleh kok.” Aku pun bingung dan bertanya-tanya dengan

diriku ‘apa maksud’ dari semua ini? Di satu sisi diabilang putus tapi di sisi lain tidak menolak dipanggil‘sayang’. Tapi aku tak peduli; harapanku masih ada.Meski kecewa aku masih mengontaknya ketika diakembali ke Werang. Aku masih penasaran kenapa diamenolak ketika aku mengajaknya jalan-jalantempohari. Aku kaget karena jawabnnya diluardugaanku selama ini. Sebuah jawaban yang bisamenghapus kekecewaan sekaligus mengembalikanrasa bahagia yang aku alami sebelumnya. Mungkin

jawaban ini makanya dia tidak menolak akumemanggilnya dengan kata ‘sayang’ meskipun sudah

putusin aku. Begitu pikiranku seadanya dalam hatiku. “Aku menolak ajakan kakak tempohari karena

aku malu,” jawabnya polos. “Kenapa harus malu; emangnya kita mau bikin

yang aneh-aneh?” kataku dengan tak sabar. “Malulah kak. Siapa yang tidak malu jalan-jalan

dengan orang yang celananya riwit-riwit di

bawahnya,”timpalnya. Darat.....aku baru ingat, waktu itu aku pake

celana jeans warna biru. Bagian bawahnya memangaku sengaja potong karena sudah robek sehinggakelihatan benang kainnya tidak teratur (riwit-riwit).Celana jeans itu celana favoritku. Kemana-manapasti aku memakainya. Dalam hati aku tertawa

sendiri karena lucu namun menyesal juga gara-garacelana jeans ini bikin gagal semua rencana jalan-jalanwaktu itu. Cuka minyak celana jeans sialan!!! Sejaksaat itu aku pun tidak pernah lagi memakai celana itu

dan bahkan aku membuangnya entah kemana. Aku sadar bahwa kita tidak bisa menilai diri kita

sendiri. Harus ada orang lain yang menilai baik atauburuk dan salah atau benar tentang pribadi atau sikapkita sehari-hari. Orang lain ini pun tidak semua oranguntuk bisa meyakinkan kita bahwa penilainnya itubenar adanya sehingga membuat kita berubah.Sebelumnya ada saudara saya yang sering komentarmiring atas pakaian dan celana yang saya kenakankarena menurut mereka pakaian saya tidak pernahada yang baru; itu-itu saja dari dulu termasuk celana

jeans riwit. Tetapi bagi saya komentar-komentar miring itu dianggap angin lalu karena begitulah saya. Saya berpakaian apa adanya saja. Kalau masih bagus untuk apa ganti dengan yang baru; yang penting tidak robek. Berbeda dengan penilaian Yulfi ini langsung membuat saya terhipnotis untuk mengiyahkan bahkan menyingkirkan celana favoritku. Keyakinanku 1000 persen benar bahwa kata putus yang dilontarkannya beberapa hari yang lalu bukan datang dari hatinya yang tulus tetapi sebuah ‘syarat sekaligus ancaman’ bagi perasaanku. Yulfi memberi aku pilihan : Aku atau celana favorit. Pilih AKU, buang celana jeans; atau pilih celana jeans, AKU putusin kamu. Nekarabo ge jeans riwit meski kau celana favoritku tetapi demi nyai aku ucapkan

selamat tinggal buatmu. Rasa galau dan kecewa punberubah menjadi lega dan bahagia. Geco’

dempo....Heeeheeeee...... Kira-kira 2 minggu setelah itu dia sms

memberitahukan kalau dia saat ini ada di Labuanbajo. Aku pun tak menunggu lama lagi memintanyauntuk bertemu. Dia saat ini tak menolaknya. Namunhatiku masih ragu apa benar dia mau ketemu aku.Aku hanya membatin jika dia bohong berarti diamemang menolak aku. Tempat ketemu disepakati didepan kantor pariwisata yang tak jauh dari tempattinggalku. Kurang lebih 5 menit aku menunggu adasebuah bemo berhenti di depan kantor pariwisata.Mataku yakin cewek yang turun dari dalam bemo ituadalah orang yang aku tunggu-tunggu. Benar. Dia

memakai kaos berkerak warna-warni dan celana jeans biru. Tinggi, putih, hidung mancung. Satu kata: cantik. Aku tidak lagi memakai celana jeans riwit sialan karena takut mengalami tragedi yang sama. Meski pakaianku apa adanya tetapi ada perubahan penampilan; sedikit rapi dan gaul. Aku pun menjemputnya dan bersenda gurau sedikit di depan teras kantor pariwisata. Kemudian aku mengajaknya jalan-jalan sebentar. Karena siang itu panas dan maklum aku belum punya sepeda motor akhirnya terpaksa kami berhenti di samping kantor bekas Setwan di belakang kantor Camat Komodo. Kebetulan di samping kantor itu ada pohon rindang dan kami pun duduk di situ. Cerita bla-bla-bla akhirnya dia pun minta pamit pulang. Pertemuan

singkat siang itu cukup membuat hatiku bahagia. Meski sebentar tetapi bermakna luar biasa bagiku. Pertanda ada kemauan hatinya untuk menerimaku dan melanjutkan hubungan dua hati lebih serius lagi.

PACARAN DAN KULIAH

September 2009. Saatnya Yulfi menjadi mahasiswa di STKIP Ruteng. Komunikasi antara

kami sangat intens. Tak ada hari tanpa sms atautelpon sekedar mengatakan ‘Halo sayang, apakabarmu hari ini’. Dari pagi sampai malamhandphoneku selalu berdering. Sesibuk apapun diatetap sms. Begitupun sebaliknya. Jarak 90-ankilometer bukanlah sebuah masalah untuk membatasidan menghalangi tumbuhnya perasaan cinta kamiberdua. Kurang-lebih satu bulan kami kenalan serasasudah satu tahun karena antara kami sudah akrab. Inibisa dirasakan ketika saling curhat di sms atautelepon. Saling berbagi, saling senda-gurau dan

saling percaya satu sama lain. Sebagaimana mahasiswa baru pada umumnya,

sebelum memulai kuliah harus terlebih dahulumengikuti kegiatan Ospek. Yulfi pun selama kurang

lebih dua minggu mengikuti kegiatan tersebut dengantelaten. Menurut ceritanya, dia pernah pingsan saatitu. Mungkin daya tahan fisiknya lemah denganpadatnya jadwal kegiatan tersebut. Mendengar beritaitu aku pun sedih. Seandainya aku ada di Ruteng kalaitu pasti aku akan menemani ketika dia mengalami

kondisi seperti itu. Di Ruteng dia tinggal bersama saudaranya di

dekat kompleks SMP/SMA Bintang Timur. Berapapun jarak tempuhnya aku tak peduli sekedarmelampiaskan rasa kangen. Tak terhitung sudahsangat banyak sms dan telepon selama ini tetapirasanya tak sama ketemu langsung meski semenit.Karena itu aku pun memberitahunya melalui smsakan pergi ke Ruteng untuk menemuinya. Dia pun

merasa senang mendengar rencana kedatanganku. Dia memberitahukan nanti ketemunya di depan Rumah Sakit karena kebetulan saat itu dia sedang menjenguk saudaranya yang tinggal serumah dengannya di Bintang Timur maui melahirkan. Aku pun menepati janjiku. Waktu itu aku datang bersama kesaku dengan sepeda motor. Setelah basa-basi sebentar kesaku langsung pamit. Kesa yang mengerti; tanpa diminta atau dikaseh tanda khusus dia langsung angkat kaki. Kami pun sepakat untuk jalan-jalan sebentar setelah sebelumya dia terlebih dahulu minta ijin pada saudaranya. Kami pun berhenti di suatu tempat; sebuah rumah makan/warung bakso di lampu merah di jalan Ahmad Yani. Pertemuan pertama di kota dingin Ruteng memberi kesan tersendiri yang

secara otomatis tersimpan di memory hati kamiberdua. Hanya waktu itu dia menolak ketika akumeminta ke rumahnya. Mungkin dia belum beranimemperkenalkan aku kepada saudaranya. Aku tidakkecewa dan juga tidak memaksanya untuk mengikuti

kemauanku. Oktober 2009. Aku bersama kedua orangtuaku

ke Jakarta mengikuti acara wisuda S2 dari kakakku.Betapa semakin indahnya jika Yulfi ikut bersamaku.Hampir sebulan aku di sana. Badanku di Jakartatetapi hatiku ada di Bintang Timur. Setiap hari kamisaling komunikasi lewat sms atau telepon. Dia selalumenasehatiku untuk menjaga cinta kami yang barutumbuh. Sekembali dari Jakarta aku pergi ke Ruteng.Aku menemuinya di depan kampus STKIP sesuai

smsnya. Kali ini tanpa aku minta (dalam hati sangat berharap) dia mengajakku ke rumah di Bintang Timur. Hatiku senang banget karena begitulah harapanku dari tadi. Sesampainya di rumah aku memberikan ole-ole sebuah baju kaos yang sengaja aku beli di Jakarta. Dia nampak bahagia. Aku dengan santai mengatakan sayang, jangan lihat bajunya tetapi di balik baju itu tanda perhatianku buat kamu. Gombal........heeeeeeheeee. Sunggingan senyum meluncur di bibirnya sambil mengecup keningku. Alamak......hatiku berdegup tanda bahagia tak terkira. Tanpa kata namun memiliki makna sangat dalam di hatiku. Ungkapan cinta tak mesti secara verbal. Justru bahasa tubuh memberikan arti yang luar biasa efeknya atas nama sebuah cinta.

Cinta kami bukan hanya tumbuh tetapi sudah mulai mekar. Meski demikian aku belum percaya diri untuk memberitahukannya kepada keluarga terutama kedua orangtuaku tercinta. Padahal mereka sudah seringkali menanyakan dan bahkan memaksaku untuk mencari pacar. Sampai-sampai ada keluarga secara guyon bilang mudah-mudahan saja kamu masih normal sebagai seorang laki-laki. Kami apalagi bapakmu sudah tua memiliki beban berat karena belum menyelesaikan tanggungjawab sebagai orangtua untuk mengurus pernikahan kamu. Yang lain bilang, kamu harus pikir baik-baik bahwa sebaikbaiknya orang lain mengurus pernikahan kamu, tidak sama baiknya ketika orangtua sendiri yang mengurus pernikahan anaknya. Orang lain itu pasti pertama-

tama tanya berapa banyak duit yang kamu miliki untuk pernikahan itu? Syukur-syukur ada cukup uang sebab sumbangan keluarga besar (warang dan werong) hanyalah sumbangan untuk menambah jumlah uang yang kita miliki dalam urusan pernikahan itu. Sebaliknya orangtua sendiri tidak pernah tanya hal tersebut karena merasa itu adalah tanggungjawabnya. Kalau pun tanya, dia masih tetap berusaha sendiri entah bagaimana saja caranya mendapatkan duit untuk acara pernikahan anaknya. Ketika mendengar semua ini aku tidak membantah. Semua masukan itu bagus dan memang benar adanya. Namun, dalam hati aku bertanya bagaimana kalau aku belum memiliki perasaan jatuh hati kepada cewek? Yang namanya cinta tidak bisa dipaksakan

oleh siapa pun. Jangankan orang lain diri kita sendiri saja tidak bisa memaksakan untuk mencintai seorang lawan jenis. Ada cowok naksir dan cinta mati dengan seorang cewek tetapi ceweknya tidak suka. Sebaliknya juga ada cewek yang naksir dan cinta mati seorang cowok tetapi cowoknya tidak memiliki perasaan yang sama. Ketika keluargaku dan temanteman cemas dan kadang-kadang sinis melihat aku belum punya pacar, aku menjawab dengan santai bahwa mencintai seorang cewek itu tidak seperti pilih/beli barang di toko atau di pasar. Ada uang ada barang. Aku juga bilang kamu boleh cemas jika hormon kelaki-lakianku sudah tidak normal. Pernah ada teman yang kelewatan sinis seolah-olah aku ‘mati rasa’. Aku skak mat dengan mengatakan bawa

ke sini saudarimu untuk buktikan apa benar aku matirasa. Mendengar jawaban itu teman tadi mau marahsalah-salah, mau bantah tidak ada kata-kata. Terpaksamuka merah dan pelan-pelan pergi membawa malu

tanpa permisi. Baru tahu rasa. Hedeeeeh.......... Agustus 2010. Di sela-sela rasa bahagia

melakoni masa indah pacaran kami, malam tanggal23 Agustus 2010 sekitar jam 11 adik saya Wimmemberitahu berita bahwa bapa Agus Anton diRekas ada pingsan. Saat itu memang saya kerja diLabuanbajo. Tidak lama setelah itu handponekuberdering. Sebuah panggilan masuk dari kaka DanielPardi tetapi suara di balik hp itu suaranya MantriNuel Musa. Aku langsung punya firasat pasti beritaburuk karena tidak biasanya kaka Daniel Pardi

menelpon malam-malam apalagi sebelumnya bapa pingsan. Aku tidak mampu menjawab panggilan itu karena itu aku kasih hp ke kela Siam Taku. Kebetulan saat itu kami dua masih nonton TV di ruang tamu sementara Helin saudariku sudah tidur lelap bersama anaknya. Kurang lebih dua menit bicara Siam pun langsung menangis mendengar kabar bapa Agus sudah meninggal. Aku pun langsung menangis membuat Helin terbangun. Ketika Helin tanya ‘ada apa’ aku susah menjawab. Tetapi ketika dia mendesak terus aku pun kesetau kalau bapa Agus sudah meninggal. Kami pun malam itu menangis. Tetangga pun berdatangan di rumah dan diputuskan malam itu juga kami berangkat menuju Rekas. Satu jam perjalanan kami pun sekitar jam 1

dini hari tiba di Rekas. Saat itu bapa Agus sudahdibaringkan di ruang tamu. Kepergian bapa Agusterlalu cepat bagiku apalagi secara fisik masih sehat.Tak terduga dan bahkan dalam hati munculpenyesalan yang mendalam karena tidak sempat akumenceritrakan calon wotenya padahal

hubungankami sudah setahun sejak 2009. Maram toe mangahia laing berkat gami cepisa, dasor bae liha mangatimi gaku ga. Co’e mek pande na mo olo ket eko.....Nekarabo da guru (guru adalah panggilankesayangan kami untuk bapa Agus karena dia seringngomong guru ndukur. Apa leng artin ndukur hitu da

aik na). Beberapa hari setelah kepergian bapa Agus, aku

pun memberanikan diri memberitahukan ke mama

Vero tentang hubungan kami selama ini. Rasa sedih mama Vero sepertinya sedikit terobati terlihat dari raut wajahnya. Dia tak bisa tahan meluapkan tawa khasnya ketika aku menceritrakan pertemuan awal kami dan bagaimana usahaku di dalam bis untuk meraih tempat duduk di sampingnya. Aku menyampaikan rasa penyesalanku tidak sempat kasihtahu bapa Agus. Padahal pasti dia juga sangat bahagia mendengarnya. Mama Vero hanya mengatakan “Itu pe gau tu, co toe nunduk leng lahu one hia laing mose na”? Aku jawab belum saatnya aku kasihtahu selama ini gereng menteng salah’n go. Aku pikir saatnya belum tiba aku memberitahukan kepada bapa Agus karena merasa belum yakin 100 persen apakah Yulfi ini adalah jodoh saya? Daripada

buru-buru aku kasihtahu namun toh pada akhirnyatidak jadi. Memang ini sebuah pilihan bagiku.Kasetahu ke bapa Agus sementara hatiku masihragu ;atau nanti dulu dikasihtahu tapi bapa Aguskeburu pergi. Hidup harus terus dijalani; tidak perludisesali karena aku yakin bapa Agus meski secarafisik sudah tidak ada tetapi di alam baru di sana diasudah tahu dan merasa bahagia melihat anaknya

sudah punya pacar. Aku pun yakin bapa Agus sendiri yang menjaga

cinta kami berdua karena setelah acara peringatanhari ke delapan atas kepergiannya, tanggal 9September 2010, aku mengajak Yulfi ke rumah diRekas sekaligus berkunjung ke makam bapa Agus.

Pa’u reweng gaku da mai wali manga e wote dite ga.

Mai ris wote dite ho,o ko guru..... Hatiku bertambah kuat dan semakin percaya diri

akan cinta kami setelah Yulfi menginjakkan kaki dirumahku yang pertama kalinya saat itu. Selanjutnyahubungan kami berjalan seperti air mengalir. Kuliah,kerja dan pacaran. Setiap bulan saya sempatkan diribertandang ke Ruteng sekedar melepas rasa kangen.Sayalah yang harus aktip mendekatkan diri secarafisik karena pertemuan fisik jauh lebih bermaknaketimbang komunikasi jarak jauh lewat handphone.Cinta atau asmara ibarat menanam bunga. Bunga itubaru bisa tumbuh dan mekar dengan baik jikadisiram, dirawat, diberi pupuk dengan telaten. Cintajuga harus disiram,dirawat dan sesekali diberi pupuk

dengan telaten sehingga bisa tumbuh dan mekardengan bagus. Siram, rawat dan pupuk hanya bisadilakukan melalui komunikasi secara langsung, dan

dilakukan dari hati yang tulus. Meski demikian cinta kami tidak luput dari

masalah. Jatuh cinta itu memang indah sampaisampaikeindahannya tak bisa diungkapkan dengankata-kata. Kata-kata tidak mampu mengungkapkanindahnya sebuah cinta. Namun dibalik keindahan ituada riak-riak atau duri yang selalu mengganggu. Danseringkali hal-hal tersebut datangnya tak terdugamembuat hati deg-degan karena tidak siapmenghadapinya. Cobaan pertama yang saya alami takterduga sebelumnya; tak pernah terpikirkan dalamhatiku ketika malam itu handphoneku berdering. My

queent (nama di kontak hpku) memanggil. Rasasenang hatiku mendengar sapaan ‘hallo my beibs’.Tak lama setelah itu dia menanyai umurku. Fiarasat

hatiku mulai tidak enak; pasti ada apa-apa setelah ini. “Beibs, umur beibs sebenarnya berapa?” tanya

dia.

“Emangnya kenapa kamu tanya lagi hal itu; akukan sudah kasehtau kan?” jawabku dengan penuh

was-was. “ Beibs jawab aja dulu,” sahutnya Saya belum sempat jawab langsung dia

menghakimi aku,”Aku baru tahu ternyata selama inikamu telah bohong; aku paling benci pembohong

seperti kamu”. Aku langsung diam membeku sambil merenung

dan menyesali apa yang telah terjadi. Sadar bahwaapa yang dituduhkan itu memang benar adanya. Eme

nu jaong e ka’eng na one pate ke’ot aku tu ga. Matakine. Tak kuduga dan tak kusangka ternyatakebohonganku itu tempohari ketahuan juga ibaratpepatah sepandai-pandai membungkus yang busukakan bau juga. Aeh…eme nu nggitu e posisi,n ga comhema kaut; neka do na alasan untuk bela diri;semakin bela diri semakin ketahuan salahnya dansemakin bikin suasana menjadi panas. Tak lamasetelah hening terdengar lagi suaranya dengan penuhkesenduan. Kata-kata itu sedikit demi sedikitmembuat kegalauan hatiku pelan-pelan menjadi

tenang. “ Supaya ite tau aku suka laki-laki itu jujur apa

adanya; aku jengkel bukan karena umur kita terpautjauh tetapi karena ite tidak jujur kasetau ke saya. Aku

sayang ite apa adanya apalagi selama ini ite sudah

baik dengan saya,”katanya. Pencerahannya itu sungguh luar biasa membuat

hatiku mendadak bahagia banget. Kata-katapenyejukan dari seorang wanita yang telah aku

bohong selama ini. “Sayang…maafkan atas sikapku itu. Jujur, aku

takut kamu putusin aku jika aku kasetau umurkuyang sebenarnya saat itu. Saat itu hubungan kitabelum begitu lama ketika kamu tanya tentangumurku. Kala itu aku yakin seyakin-yakinnya pastikamu tidak mau menerima aku. Aku pikir lebihbagus aku tunjukin dulu perhatianku yang besaruntuk membuktikan rasa sayangku kepadamu. Akumau tunjukin bahwa rasa sayang dan cintaku sangatbesar kepadamu. Aku tak peduli dan menerima resiko

jika suatu saat kamu putusin aku setelah kamu tahuumurku yang sebenarnya”,begitu kata rayuan jituku

kepadanya. “Aku tak peduli perbedaan umur kita yang cukup

jauh; yang lebih penting bagiku adalah rasa hatikusudah terpaut dengan ite punya hati. Mau orangngomong apa tentang pilihanku aku cuek aja, dan akuhanya jawab: Masbulo??? Masalah buat

loe???”balasnya. “Sayang… terimakasih yah?,” kataku. “Sama-sama sayang. Tetapi jangan ulangi lagi,”

jawabnya singkat. Hatiku sangat bahagia. Aku bisa terlepas dari

pate ke’ot tadi. Aku sudah siap sebelumnya jikamemang gara-gara itu dia putusin aku karena akusudah membohongi dirinya. Aku mengambil hikmah

dari kejadian ini bahwa kejujuran itu sangat pentingdalam membina sebuah hubungan asmara. Cintaharus didirikan di atas fondasi kejujuran; cinta tanpakejujuran adalah napsu semata. Terimakasihsayangku…hatimu luar biasa baik mau memaafkan

dan menerima aku. MATA KERANJANG

Dasar laki-laki tak tau di untung. Tak puasdengan satu cewek masih mau lirik cewek lain. Mauenaknya sendiri. Egois. Ngomongnya cinta tetapimasih gatel juga godain cewek lain. Rupanya tidakjera-jera yah? Kebaikan orang untuk memberi maafbukannya bikin tobat malah semakin melunjak sifatjeleknya. Begitulah kira-kira kata-kata yang pas

untuk mengungkapkan kelakukan saya selama

pacaran dengan Yulfi. Aku lupa tahun berapa kejadiannya. Yang aku

ingat saat itu ada beberapa mahasiswi STIPASmelakukan praktek di paroki Rekas. Didorong olehrasa iseng aku berkenalan dengannya. Katakan sajainisial nama cewe itu E dari kampung anta beranta.Waktu itu hari Minggu setelah misa aku berpapasandengannya, kami berkenalan dan dia mengajak akuke asrama di sebelah atas pastoran Rekas. Kamingobrol-ngobrol di teras sambil tukaran nomor hp.Ketika ditanya apakah aku sudah punya pacar, akujawab tanpa beban : belum. Biasalah namanya jugalaki-laki banyak jurus jitu untuk menggombal ria.Sepertinya dia suka saya; aku pun juga suka tapi

hanya iseng saja. Begitulah pertemuan singkat hari itu. Setelah itu tidak pernah lagi ketemu. Beberapa hari kemudian kegatelanku ini ketahuan oleh Yulfi. Aku sempat kaget dan jejer setengah mati sambil bertanya dalam hati kenapa dia tahu? Siapa yang bocorin dan mulut ember…..? Aku tak bisa mengelak dan membela diri ketika dari balik hp mendengar cercaan habis-habisan dari Yulfi. Do agu lanar ket jaong situ ko…gok na saung tilu da. Aeh….hema ket ta ai bae le ru salah. Tidak hanya sampai di situ, selama kurang lebih 2 minggu hubungan kami mengalami musibah; dia tidak mau angkat telpon, tidak mau balas sms aku. Memang saat itu dia sudah bilang putus. Darat…ho’o te rengkok’n ge kodong….. Tetapi saya tidak mau terima begitu saja

situasi tersebut. Saya berpikir kalau begini terussituasinya bisa berbahaya akhirnya nanti. Lebih baiksaya pergi ke Ruteng untuk menemuinya secaralangsung. Untungnya beberapa hari sebelum keRuteng aku coba sms lagi untuk memberitahurencana saya dia membalas smsku. Awalnyajawabannya judes: untuk apa kamu datang lagi; kitasudah putus! Aku jawab begini: Aku tidak mau kamuputusin aku di telepon; aku mau dengar langsung kataputus itu dari kamu. Meski dengan berat hati namundia menerima rencanaku untuk menemuinya di

Ruteng. Aku pun pergi ke Ruteng. Ketika ketemu di

Ruteng aku menjelaskan semua kepadanya tentangpertemuanku dengan cewe E sekaligus meyakinkan

dia bahwa aku tidak punya hubungan spesial denganE itu. Aku juga secara jujur mengaku salah atas apayang telah aku lakukan; menyesal karena sudahmelukai hati sucinya. Singkatnya hasil pertemuan itudia dengan tulus memaafkan aku dengan syarat tidakmau mengulangi hal tersebut di kemudian hari. Baena cembes agu nisang nai laing ca hitu da. Ampong

da Muri…. Eeeeehhh….beberapa bulan setelah itu kejadian

yang sama terulang lagi. Kali ini dengan cewe SMAdari kampung tetangga seputaran Wae Longge. Diasekolah di Ruteng. Perkenalannya saat kunjunganSTKIP di kampung tersebut. Kebetulan Yulfi ikutrombongan STKIP dan menginap di rumah ceweSMA ini. Selain menemani Yulfi saat itu secara

diam-diam aku berkenalan dengannya. Niat busukkuakhirnya ketahuaan juga. Yulfi tidak mau banyakomong lagi. Hanya satu kata: putus! Saya rasa dari

sikapnya keputusannya ini tidak main-main. Aku pun lagi-lagi ke Ruteng untuk menemuinya.

Dia memang menerima saya di kostnya. Tapi darisikapnya jelas-jelas keputusannya memang sudahbulat:putus! Berbagai cara saya lakukan untukmeluluhkan hatinya tak berhasil juga. Taung caragaku ga te pande kole-kole nai na. Nu nia na awarlaku toe ngance o ine na… Malahan sempat dia usirsaya. Tas baju yang saya bawa sudah dibuang di luarkamar kosnya. Aeh….pikir nai wa tu com retang ketga. Mungkin dengan melihat tetesan air matapenyesalan ini hatinya terenyuh dan kasihan.

Darat….mo nggape laku hia agu retang ko; semakindia marah semakin ngenges nggape’n laku agu mesemeseket bisut. Lor kolen da. Tu’u-tu’u ming dasecara perlahan hatinya terenyuh sambil berucaphema ga nono io? Sambil nangis saya jawab toe mekhema aku sebelum inuk maafkan aku dan tarikkembali kata putus itu. Puji Tuhan….akhirnyahatinya luluh untuk memaafkan sekaligus menarikkembali kata putus dari mulutnya. Lucunya, setelahsedikit tenang aku kasetau bahwa aku tadi hanyaakting saja saat menangis untuk menarikperhatiannya. Itu na reget nain e dan marah-marah

tapi tidak lama akhirnya baikan juga. Heeeheeee........ Mulai saat itu aku berjanji secara tulus baik itu

dengan Yulfi maupun dengan diriku sendiri untuk

setia. Sungguh-sungguh tobat karena sudah tahu bagaimana rasa hati sakit bila diputusin oleh orang yang kita cintai. Semua nomor hp cewe di hpku dihapus. Benar kata orang bijak ’jangan bermain api nanti terbakar sendiri’. Mungkin apa yang saya lakukan dengan dua cewe di atas hanya iseng tetapi bagi Yulfi itu sangat menyakitkan. Bagaimana kalau dibalik aku sebagai Yulfi pasti aku juga sakit hati; mungkin aku lebih jahat menanggap Yulfi adalah musuh sepanjang hidup. Pelajaran yang berharga yang bisa aku ambil adalah pikir dulu sebelum bertindak! Cinta bukanlah sebuah permainan yang bisa dimain-mainkan sesuai keinginan sendiri. Itu namanya egois. Cinta itu adalah perasaan hati yang harus dijaga, dirawat, disiram dengan curahan kasih

yang tulus supaya bisa mekar indah mewangisepanjang waktu.

WERO WEKI dan TUKE MBARU

27 Desember 2011. Usia pacaran kami sudah berjalan tiga tahun. Selama itu aku belum pernah ke rumahnya di Werang apalagi ketemu dengan orangtuanya atau calon mertua aku. Sebenarnya aku pingin sekali ketemu dengan mereka tetapi ketika aku utarakan niat itu Yulfi ragu-ragu. Mungkin dia takut orangtuanya marah atau tidak setuju karena dia masih kuliah. Untungnya aku sering berkomunikasi dengan saudaranya yang masih sekolah di SMAN Komodo.

Aku sampaikan niatku untuk ketemu orangtua.Adiknya mendukung dan secara diam-diam diamenceriterakan hal ini ke orangtua di Werang.Rupanya orangtuanya tidak melarang jika saya pergike rumahnya. Orangtuanya bilang orang lain yangtidak dikenal saja diterima datang ke rumah apalagiteman-teman dari anak-anaknya. Setelah itu baruYulfi mengiyahkan ketika saya mengutarakan

kembali niat saya untuk pergi ke Werang. Setelah Natal tahun 2011 saya pertama kali

masuk rumah dan berkenalan dengan keduaorangtuanya. Beberapa hari sebelumnya saya sudahnekad untuk pa’u reweng pada saat nanti saya kerumah orangtuanya. Karena itu saya mencarinarasumber untuk mendapatkan pengetahuan tentang

bagaimana cara gojat saat wero weki sekaligusbahan-bahan yang perlu disiapkan. Bapak KarelKampo salah-seorang yang saya dekatinmemberitahukan bagaimana cara ngomongnya dandia kasetau bahan-bahan yang dibawa 1 botol tuak(bir), rokok Surya, dan uang Rp 50.000,00.Berangkatlah saya bersama Yulfi ke Werang dariRuteng dengan bis Kembang Indah. Saya sudahinformasikan terlebih dahulu dengan Yulfi bahwasaya akan meceriterakan hubungan cinta ini dengankedua orangtuanya. Daripada orang lain duluan lebih

baik saya yang pertama. Kami sampai di rumah kira-kira sore jam 5.

Perasaan deg-degan serta-merta hilang seketikamelihat respon mereka ketika menerima

kedatanganku. Aku diterima sebagai tamu denganpenuh keramahan. Meski saat itu masih malu-maluaku dalam hati merasa senang tak terkira. Ketikamalam tiba setelah makan malam selesai aku punmulai mempersiapkan diri dengan tugas pentingberikutnya untuk pa’u reweng. Aku pikir malam iniadalah kesempatan emas bagiku untuk secara terusterangmenyampaikan isi hatiku ke calon mertua.Kapan lagi kalau bukan malam ini. Ada rasa degdegantetapi aku percaya diri apalagi sudah

mempersiapkan semua hal sebelumnya. “ Itu iwon da bapa agu mama, te manga nunduk

eng mai gaku ho’o,” aku buka suara. “Nggitu na? Apa na e hitu gra?” jawab bapa

camer. Titi botol tuak laku agu ca bungkus e rongkosurya na’a olo mai ise.

Terus saya bilang ” Iyo...ceki dise empo danong

ho’o da ite; eme manga tuak manga kole rongko na. Setelah itu saya ambil uang lima puluh ribu

sambil pa’u reweng: “Eta Ruteng sekolah’n anakdite ite, sale Rekas eng aku. Maram tadang taulanding jaong de jaman ho’o ga ata tadang ngancejadi dining na. Selama ho’o cumang taur nuk agusut gami ata sua. Iyo....rantang babang agu langatlite cai e aku, nia main beo na agu apa betuan na;wie ho’o weron laku aku eng ca anak dite da.Ngasang gaku Seli Abi ata Rekas. Rantang le mu’u

itu wa eng si tuak ceki d’empo danong. “Reweng di’a taung gemi situ; kunci’n da one

hemi ata sua”,jawab bapa camer singkat. “Toe manga ci’al lami anak lut reweng gemi

hitu tapi toe mek ngance walen lami; olo ri neng

lami anak ce gami. Te suan ga laing sekolah en mekanak gami; jadi harus mengerti lemi maksud na,”

sambung mama camer. “Terimakasih ite. Ce’e aku taungs reweng dite.

Lut sekolah hitu jaga di’a e laku porong sanggenenggan liha. Kapu toe pa’u agu pola toe gomal

laku”, jawabku singkat. Hatiku terasa plong dan bahagia setelah

menyampaikan semua perasaan hatiku kepadamereka malam itu. Aku pikir malam itu merekalangsung panggil Yulfi untuk menanyakantanggapannya. Saat itu Yulfi ada di dapur. Rupanyadia sudah pasang telinga baik-baik untuk merekamsemua pembicaraan kami tadi. Malam itu kami terusberceritera sampai kira-kira jam 11.

Beberapa hari setelah itu Yulfi menceriterakanmamanya sudah memberitahukan dia tentangpertemuan beberapa hari lalu itu. Dan sempatmenanyakan jawabannya; dan Yulfi menjawab iyahbahwa Seli Abi adalah pacarnya. Terimakasih yahsayangku atas kesedian hatimu untuk menerima aku.Terimakasih juga buat bapa mama camer yang tidakmau mendikte anaknya tentang pilihan pasangan

hidupnya. Hubungan cinta kami semakin lengket saja.

Begitu juga hubunganku dengan kedua orangtuanyaserta tiga orang saudaranya berjalan lancar seperti airmengalir. Setelah itu pelan-pelan aku dengan bantuanYulfi memberanikan diri untuk mengenal keluargabesarnya baik yang di Cereng maupun di Rangat.

Bagiku hal ini sangat penting karena keluarga besarnya Yulfi adalah juga menjadi keluargaku juga. Dan lebih baik hubungan baik dengan mereka harus dijalin sejak awal. Berdasarkan pemikiran seperti itu tahun baru 2013 yang lalu aku ikut merayakan tahun baru bersama keluarga besar di Tanah Dereng- Ceremba. Kampung ini adalah kampung asal mama dari Yulfi. Sebuah kebiasaan setiap tahun baru pasti mereka rayakan secara bersama-sama. Tempatnya gantian antara Tanah Dereng dan Cereng. Yulfi juga sesekali mengajak aku ke kampung Rangat yang adalah kampung asal dari bapanya. Jauh sebelum mengenal keluarga besarnya, aku sudah mengajak Yulfi mengenal keluarga besarku. Mengajaknya ke rumah di Rekas, Labuan Bajo dan Ruteng.

Keluargaku di kampung Rahak juga sudah mengenalYulfi karena aku mengajak dia ketika ada hajatan

keluargaku. 9 November 2013. Kami ke Ruteng: saya, bapa

mama Yulfi, Yulfi dan om Martinus beserta tanta Vinuntuk mengikuti acara wisudanya Yulfi di STKIP St.Paulus Ruteng. Kami nginap di Lawir di rumahsaudaranya Yulfi. Proficiat sayang hari ini kamudilantik sebagai seorang sarjana pendidikan. Akuteringat pesan mama camer waktu wero weki dulu;aku bisa menjaga kepercayaan mereka supaya jangankorbankan kuliah anaknya demi sebuah cinta. Cintaitu penting tetapi jangan korbankan hal pentinglainnya. Boleh pacaran tetapi ingat selesaikan kuliah.

MOTOR REVO

Awal 2013 saya merencanakan untuk kredit motor. Ketika rencana ini saya beritahu Yulfi sangat mendukung. Kurang lebih dua bulan saya latih di Labuanbajo dengan bantuan adik Eda. Di Ruteng juga saya pinjam motor teman untuk latih di bandara Satar Tacik. Yulfi selalu menemani dengan setia. Kurang lebih dua bulan saya sudah bisa bawa motor tetapi rencana beli motor tinggal rencana; terlalu banyak pertimbanagan. Ketika Yulfi tanya saya hanya bilang sabar. Suatu waktu dia bilang,”Saya sudah bosan minta supaya kamu beli motor; saya tidak mau desak lagi. Tapi ingat, jangan marah kalau orang lain bonceng saya nanti”. Geco’ dame.....Bahaya kalau benar begini. Saya renung

benar juga apa yang dikatakannya. Katakata’bonceng

lata’ ho’o ata berat’n gro.... Saya pun kembali ingat sebelumnya pernah kami

dari Werang mau ke Rekas. Karena tidak ada otokami pun pakai 2 motor ojek. Waktu itu saya belumbisa bawa motor terpaksa meski dengan berat hati diadengan ojek lain. Bae ket salang Werang go dongalang watu pongkor na rantang pa’u ga terpaksahia ko nggape tukang ojek. Bo reget nai e tapi co’okole mek apa leng toe bae wa motor da.Heeeeheeeeee. Sehingga mendengar ‘ancaman’jitunya itu mendorong saya supaya segera beli motor.Dan 13 Februari 2013 rencana beli motor itu menjadikenyataan. Bo toe manga seng da tapi eme nuk ketjaong ‘bonceng lata’ agu ita kole le ru bonceng

lata’n gra aeh....com kubang ket kredit motor hituga. Mungkin saya beli motor ini karena dorongan

Yulfi dengan cara jitunya. Dan ternyata enak juga setelah ada motor segala

urusan bisa lancar. Rekas-Werang-Ruteng-Labuanbajo eta lobo motor terus ditemani Yulfi.Pisangkali pa’u itu semua hal biasa. Pa’u agu hiakole aeh...neka do na jaong inuk.Heeeheee.....Pengalaman jatuh yang paling beratwaktu kami ke Labuanbajo lewat jalan Rangat. Kamijatuh terlempar ke samping; aku riu lime dan nggesosedangkan hia ga tum na wa aspal e cangkem semokna. Kodong...bo na kasian go tapi toe nagce campe’nlaku ai aku iwo da’at na. Saya rasa waktu itu tangansaya patah karena terasa sakit sekali dan ndancok

ngger pe,ang e toko tetak. Dalam kondisi seperti itu, saya merasakan bagaimana besarnya rasa cinta Yulfi kepada saya. Aku lihat dia menangis cucurkan airmata melihat kondisi saya dalam keadaan sakit yang amat sangat. Dalam hati saya berdo’a dan berterimakasih kepada Tuhan karena menganugerahkan kepada saya seorang wanita yang mencintai saya. Untung saja lokasi kami jatuh itu tak jauh dari kampung Tembel. Kebetulan suami dari kakanya orang Tembel sehingga kami dihantar ke Rangat karena di sini ada orang yang bisa urut. Rencana kami ke Labuanbajo hari itu batal karena kami harus bermalam di Rangat. Kebetulan juga Rangat ini adalah kampung asal dari bapanya Yulfi sehingga malam itu kami tidur di rumah bapa tu’anya

Yulfi. Sepanjang hari itu saya mendapat pengobatandari keluarga di Rangat. Besoknya saya telepon adikdi Limbung untuk datang ke Rangat ambil motor

sedangkan kami terus ke Labuanbajo dengan travel. Pengalaman jatuh itu tidak membuat saya kapok.

Kalau saya kapok berarti ‘bonceng lata’ akanmenjadi kenyataan nanti. Rantang ‘bonceng lata’hitu iwo mesen da makanya satu minggu kemudiansaya mulai bawa motor lagi meski tanganku masihterasa sakit.

Setelah tanganku ada perubahan kearah yang lebih baik ‘labok’ kole eta lobo motor aguYulfi ko. Selain hemat uang dan segala urusan lancaryang lebih penting ternyata naik motor berdua sangatromantis. Kata-kata tak bisa ungkapkan bagaimanaromantisnya. Hedeh.....

Kalau dulu bis Kembang Indah adalah langanan kami ke Ruteng tapi sekarang tidak lagi. Kalau dulu kami habiskan uang seratus ribu dari Werang-Ruteng (PP); sekarang cukup 30 ribu. Kalau dulu kami mabuk ke Ruteng tapi sekarang tidak lagi. Kalau dulu sampai di Ruteng kami jalan kaki ke pasar atau ke toko, sekarang kami nyaman di atas motor. Kalau dulu ketika mau pulang ke Werang dari Ruteng kami selalu diburu waktu karena takut ketinggalan bis tapi sekarang waktu kami atur sendiri sesuai kemauan. Di jalan pun kami bebas menentukan laju kendaraan dan bisa sejenak berisitirahat melepas lelah. Semuanya karena ada sang Revo,motor kami yang setia menghantar kami berdua kemana saja tujuan kami. Namun demikian, Kembang Indah meski berganti

bodinya saat ini tetap kami kenang karena dari situlah awal pertemuan cinta kami berdua. Mungkin kalau bis Kembang Indah tidak ada maka cinta kami pun tidak seperti ini. Terimakasih Kembang Indah; terimakasih e om Natus bos Kembang Indah.

CERENG

20 Juli tahun 2013, Yulfi pindah tempat tinggal. Orangtuanya tetap tinngal di Werang sedangkan dia di Cereng. Tinggal bersama om tercinta bapa Martinus Tjama yang nota bene adalah kepala

sekolah SDK Cereng. Dia diminta omnya mengajar di SDK Cereng sebagai guru komite. Awalnya saya merasa berat melepas kepergiannya ke Cereng; bukan masalah jarak yang jauh tetapi transportasi ke sana sangat sulit apalagi kalau musim hujan datang. Tambahan lagi saat-saat awal di sana tidak ada jaringan telepon. Bae na cebel’n pucu karena tidak bisa komunikasi. Mesen nuk o ine na. Tapi saya tidak boleh egois karena semua ini demi masa depannya. Dia ke sana bukan tanpa tujuan; dia ke sana bukan berarti melupakan saya. Dia ke sana mau kerja; manfaatkan peluang yang ada apalagi ada tawaran untuk menjadi guru. Ini adalah panggilan nuraninya untuk mempraktekan ilmu yang didapatnya selama kuliah untuk menjadi guru yang baik.Ta’ong ket

cekoen neng kembung hitu da. Jauh di mata dekat dihati. Mau ke sana pikir dua kali karena susahnya

transportasi. Tapi untungnya selama menjadi guru komite dia

sering datang tugas ke kecamatan atau kabupaten.Kalau sudah begini saya langsung datang ke Weranguntuk melepas rasa kangen selama ini. Dari Cerengdia sering jalan kaki sekitar 5 jam perjalanan lewatjalan pintas naik gunung turung gunung. Bo nakembung eme nuk kole lako wa’i na. Karena itu,ketika balik dari Werang mau ke Cereng saya puntergerak untuk menemaninya jalan kaki. Memang eeme lako ket agu hae apalagi pacar mesa taungsposo, heal taungs mendo, toe ket manga beret rabocel. Bayangkan tuke golo setelah kampung Gurung

dan setelah itu redu mau masuk Paku sepertinya takterasa. Sampai di Paku biasanya kami istirahatsebentar di rumah saudaranya sekedar melepas lelah.Dari Paku kami melanjutkan perjalanan sekitar 2 jamlagi ke Cereng. Bo hitu laun ga lako one lengkongmese terus sampai di Cereng tetapi lumayan cape.Perjalanan kaki selama 5 jam seolah-olah jadi dekat;pinginnya jalan terus sambil berharap mudahmudahankampung Cereng itu masih jauh.

Haaaaahaaaaahaaaa.... Sebaliknya kalau jalan sendiri pasti menyerah

duluan karena tak mampu. Co nggitu na mecik nalako wa’i agu tadang kole hitu. Tetapi karena ada diadi samping membuat aku semangat dan segar bugar.Jujur, manga eng e nuing beti bocel da tapi demi si

dia semuanya bisa diterima dengan hati lapang dansukacita. Mungkin le mesen nuk agu momang da.Neka tiba ket ata minak’n do koket ata pa’it ra.

Haaahaaaaahaaaaa...... Agustus 2013. Dia masih di Cereng sebagai

guru. Dengan berjalan kaki hari itu dia ke Werangkarena pada tanggal 10 Agustus 2013 ada acara tukembaru. Rombongan yang pergi ke Werang untukacara tuke mbaru berjumlah enam orang. Sayasendiri, bapa koe Step Sem sebagai pateng, kelasiam, adik Wim dan Yoan. Ditambah keluarga diWerang ka’e Jhon Budi dan Vin Naru. Saat itupateng langsung minta berapa jumlah kimpu baik etasekang maupun wa tana. Maksudnya supaya tahumemang dari awal sehingga nanti pada acara

selanjutnya tidak dibicarakan lagi. Pihak ineamekasetau eta sekang na mbolong 100 juta, wa tananga pitun kaba mose ca kaba paki. Jaong taung situda ite; ata nggo e ite nia sangge manga eng dite go.Pateng woe bapa Step hanya jawab: Aeh... mose daite; toe ngance poka’n lami; hami ket wali aguweta’r sale. Bo manga ite ata toe manga tapi ngaji

dite ra porong manga pate gami te kawe ra. Pembicaraan malam itu sangat baik; penuh

kekeluargaan. Mungkin karena sesama orang Kemposehingga bae taur leras urus adat. Selanjutnyadibicarakan juga acara berikutnya yaitu toto/tulisngasang direncanakan bulan Maret hanya tanggalnyaditentukan kemudian hari. Besoknya rombonganpulang ke Rekas kecuali saya masih tinggal di

Werang. Jaong danong go lonto bejuang bantu iseto’a. Jaong kri hitu da kenyataan ga toe lontobejuang gaku tu tapi lonto bo. Paling-paling da ememo cebong sili wae racang neka hemong wa jerigente tiku wae. Itu ge da....Neka ruak da to’a io?

haaaaahaaaahaaaaa....... 27 Maret 2014. Kurang lebih tujuh bulan setelah

tuke mbaru dilanjutkan dengan acara toto adat dantoto gereja/tulis ngasang. Rombongan pihak woeberangkat dari Rekas dengan oto Kasih Sayangditambah beberapa motor. Sampai di Werang sekitarjam 6 sore. Ketika di Werang jumlahnya semakinbertambah karena hampir semua keluargaku diWerang semuanya hadir. Jauh sebelumya saya sudahmemberitahukan mereka untuk hadir baik dari

ineame sa’i maupun ase ka’e. Saya sangat senangkarena keluarga yang saya hubungi sebelumnyasemua hadir. Trimakasih untuk atas dukungan untukkeberhasil acara toto ini. Tanpa mereka, saya tak bisa

apa-apa. Pembicaraan adat malam itu semuanya berjalan

lancar. Pihak ineame tidak menuntut banyak meskicoga gami tidak banyak. Pihak ineame mengerti betulkata-kata ‘ wae tiku tedeng,toe wae tuak’. Sebelumpembicaraan resmi dimulai, pihak woe kaping muingpateng ineame beserta beberapa orangtua lainnyasecara terbuka berterusterang ‘baro kurang’ di tandaidengan satu botol tuak/bir dan uang Rp 10.000,00.Bukan angkanya yang disorot tetapi nilai adatnya. Inisangat penting dilakukan untuk menjaga komunikasi

supaya terjalin dengan baik. Toe manga do natuntutan de ine ame eme di’a-di’a jaong le woe. Emekurang wa seng jaong molor ket. Seringkali dalampembicaraan adat seperti ini terjadi suasana tegangkarena tuntutan pihak ineame tidak sesuai denganjumlah uang yang di bawa pihak woe. Celakanyawoe tetap bertahan sementara ineame bersikeras.Akhirnya keluar kata-kata ‘hami ket toko Sala nengda ite celek manga nipi di’a sing wie’. Suasana punmenjadi tidak bagus antara kedua belah pihak. Untukmenghindari hal-hal seperti ini makanya dibutuhkan

komunikasi yang baik. Setelah pembicaraan adat selesai demi efisiensi

waktu langsung dilanjutkan dengan acara karong. Dokole tetek bengek adat nda tapi harus dilalui

semuanya. Tui ngasang, poto dan lain-lain semuanya

uang. Itulah adat; adat yang seni bae na manik na..... Pagi tanggal 27 Maret 2013 dilanjutkan acara

tulis ngasang di gereja. Puji Tuhan semuanyaberjalan lancar. Saat ini kami tukar cincin tunangandi hadapan pastor paroki romo Yovan dan disaksikanoleh banyak orang yang hadir. Hatiku semakinbahagia. Tanggal nikah pun dipastikan tanggal 27Juni. Romo Yovan menjelaskan bahwa khusustanggal ini ditentukan oleh pengantin bukan olehkeluarga karena yang berkepentingan adalahpengantin. Keluarga menyesuaikan saja. Memangsaya dan Yulfi sudah menentukan tanggal pernikahankami adalah 27 juni 2014 hari Jumat. Begitulahsekilas ulasan acara toto saya dan Yulfi. Semuanya

berjalan lancar dan berkesan. Siang sekitar jam 2 rombongan woe kembali ke Rekas kecuali saya sebagai kope harat masih tinggal beberapa hari lagi di Werang. Toe lonto bejuang da tapi tu’u-tu’u te lupi Yulfi terus. Mendo te kole ai olo mai ranga eng toko racap. Haaahaaaaahaa...

PENUTUP Begitulah kisah cinta kami. Kisah dengan sejuta

rasa yang berkesan dan tak terlupakan sepanjanghidup. Ada duka, ada suka. Ada tawa, ada airmata.Ada bahagia, ada rasa sakit hati; ada sayang, adabenci. Semuanya datang silih berganti; semua datangmeski tak diundang dan semua pergi juga tanpadisuruh. Itulah seni sebuah hubungan cinta.

Semuanya kami lalui seperti air mengalir. Danmembuat cinta kami semakin mekar bersemi dan

berakar dalam hati masing-masing. Pacaran kami sejak 7 Juli 2009. Cukup lama juga

kurang lebih 4 tahun lebih. Lihat dari lamanya prosespacaran banyak hal yang kami pelajari. Namun kamisadar semua itu belum apa-apa karena itu mungkinhanya kulit luarnya. Rasa duka selama masa pacarantak ada nilai apa-apanya jika dibandingkanbagaimana duka yang dirasakan nanti saat menjalanihidup sebagai suami-isteri. Tempayan cinta kamisesungguhnya masih kosong karena itu harus selaludiisi setiap detik, menit dan jam melalui pengalamanhidup itu sendiri. Bagaimana esok semuanyatergantung bagaimana hari ini; bagaimana hari ini

agar lebih baik tidak ada orang lain yang bisamengubahnya kecuali diri sendiri.

-------TAMAT------

This article is from: