Buletin Sayyidul Ayyam Edisi ke-3 Tahun 2015

Page 1

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

1


Daftar Isi Penanggung Jawab Afif Husen, Lc.

Daftar Isi........................................................................2 Salam Redaksi...............................................................3

Kontributor/Penyunting Rendika Agustianto

Hot Topic Perjalanan Politik dan Penegakan Hukum Pasca Reformasi di Indonesia..................................................4

Kontributor/Penyunting Nadia Abdurrahman

Fokus Hebatnya Indonesia dalam Berdemokrasi........8

Design/Layout Fadhlurrahman Armi, Lc. Sosok Raja Jawa Tanpa Mahkota................................12

2

Dialog Kita dan Pluralisme............................................16 Puisi Anak Zaman........................................................19 Renungan Masih Perlukah Perayaan Itu?..........................20 English For Fun (EFF) Mental Patient...................................................23 Perspektif Pemimpin dalam Ilustri Kata............................24

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


Salam Redaksi Alhamdulillah. Puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Telah terbit Buletin bulanan Sayyidul Ayyam PPI Maroko Edisi ke Tiga Bulan Januari ini, dengan segala kekurangannya. Kami dari pihak redaksi sangat berterima kasih kepada para penulis dan kontributor. Yang telah bersedia menyumbangkan ide dan gagasannya untuk dipublikasikan di buletin ini. Pihak redaksi pun terus berusaha memperbaiki kinerjanya agar dapat menyajikan hidangan bacaan yang lebih bermutu dan berkualitas kepada para pembaca yang budiman Pada akhirnya, kami harapkan saran dan kritik dari semua pihak. Silahkan menghubungi pihak redaksi yang merupakan bagian dari Departemen Media Informasi PPI Maroko 2014/2015. Terima kasih dan selamat membaca. Semoga bermanfaat. Redaksi

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

3


4

hot topic

www.aktualpost.com

Sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menetapkan Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR terpilih periode 2014-2019

Perjalanan Politik dan Penegakan Hukum Pasca Reformasi di Indonesia Tuntutan reformasi yang dimotori para mahasiswa pada tahun 1998 akibat terjadinya krisis di bidang politik, ekonomi, hukum dan sosial telah memaksa Presiden Soeharto meletakkan jabatannya pada bulan Mei 1998 dan digantikan oleh BJ. Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden RI. Tujuan reformasi yang paling utama adalah tercapainya kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik atas dasar dan nilai-nilai demokrasi, keadilan sosial dan hukum, perbaikan ekonomi dan kesejahteraan yang merata bagi rakyat Indonesia. Namun, perkembangan politik pasca reformasi dan penegakan hukum yang sering disebut sebagai panglima negara apakah telah sesuai atau masih jauh dari harapan

masyarakat.

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


Politik Indonesia Pasca Reformasi Dibandingkan dua masa sebelumnya, orde lama dan orde baru, kehidupan politik Indonesia pasca reformasi berjalan mengarah kepada hal yang lebih baik. Manisnya buah dari demokrasi mulai terasa di berbagai bidang. Khusus bidang politik dan ketatanegaraan gerakan reformasi di Indonesia telah mencapai bebe r a p a prestasi besar. Prof. DR. Budi Winarno, MA dalam bukunya yang berjudul Sistem Politik Indonesia Era Reformasi menyebutkan beberapa prestasi bidang politik pasca reformasi antara lain, perubahan dalam pemilihan umum (Pemilu) yang lebih demokratis setelah gerakan reformasi dan jatuhnya rezim Soeharto, yaitu pada pemilu 1999. Ketika pada masa orde baru, pemilu hanya dijadikan alat legitimasi kekuasaan Soeharto. Namun, pada pemilu 1999 partisipasi politik diberikan ruang yang lebih luas. Partisipasi masyararakat juga tinggi untuk memilih partai politik dan wakil-wakil yang akan menduduki jabatanjabatan publik tanpa adanya intervensi. Reformasi di bidang politik juga terasa dengan adanya amandemen UUD 1945 pada tahun 2002 yang menegaskan bahwa presiden dan wakil presiden tidak

lagi dipilih MPR, tapi dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu. Sebagai realisasi dari amandemen UUD 45 tersebut, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs. H. Jusuf Kalla menjadi presiden dan wakil presiden pertama RI pilihan langsung rakyat Indonesia. Menjadi bagian realisasi amandemen UUD 45, presiden hanya dapat dijatuhkan oleh parlemen jika terbukti dapat melakukan p e l anggaran hukum. Dibandingkan dengan masa sebelumnya walaupun presiden merupakan mandataris MPR, tetapi pada kenyataanya MPR tidak mempunyai kekuatan signifikan untuk meminta pertanggungjawaban presiden. Reformasi di bidang politik juga menyentuh sistem kepartaian di Indonesia dengan menganut sis-

orde baru, dimana partai politik dibatasi upayanya untuk berkembang dan melaksanakan fungsi-fungsinya secara maksimal dalam sistem politik demokrasi. Sungguhpun sistem multi partai bukan hal baru dalam perjalanan perpolitikan Indonesia, namun tuntutan reformasi seakan menghendaki Indonesia tetap menganut sistem multi partai, setidaknya untuk beberapa dekade ke depan. Di antara perubahan positif yang lain sebagai buah dari reformasi adalah pada otoritas penyelenggaraan pemerintah daerah. Dengan lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Penyelenggara Daerah memiliki wewenang lebih luas dalam menentukan perbaikan dan pembangunan daerah serta dalam mengelola keuangan dan pendapatan daerah. Berbeda dengan yang terjadi sebelumnya di masa orde baru, dimana pemerintah daerah hanya diberi peluang untuk mendapatkan pendapatan dari pajak daerah yang kecil, sementara pendapatan daerah yang besar dikuasai pusat sehingga mereka merasa dicurangi. Penegakan Hukum Pasca Reformasi

tem multi partai dan keterbukaan peluang lebih luas bagi partai-partai tersebut untuk berkembang dan menyentuh grass roots rakyat Indonesia. Berbeda dengan pada masa

U m u r gerakan reformasi hingga saat ini hampir menyentuh 2 dekade, namun melihat upaya penegakan hukum oleh para penegak hukum seperti jauh panggang dari api. Cita-cita reformasi untuk menjadikan hukum sebagai

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

5


6

panglima atau memposisikannya di tempat tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara hingga saat ini sangat belum maksimal. Suramnya wajah hukum merupakan implikasi dari kondisi penegakan hukum yang stagnan. Kalaupun hukum ditegakkan maka penegakannya sering kali diskriminatif, atau biasa yang kita dengar dengan istilah tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Praktik penyelewengan dalam proses penegakan hukum seperti mafia hukum dan peradilan, peradilan yang diskriminatif atau rekayasa proses peradilan merupakan realitas yang gampang ditemui dalam penegakan hukum di negeri ini. Peradilan yang diskriminatif menjadikan hukum di negeri ini persis seperti yang didiskripsikan Plato bahwa hukum adalah jaring laba-laba yang hanya mampu menjerat yang lemah tetapi akan robek jika menjerat yang kaya dan kuat. Sejauh ini, hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas yang dapat memberi keadilan bagi rakyat, tetapi juga dipermainkan layaknya barang dagangan. Meski suara anak bangsa ini sudah serak meneriakkan penegakan hukum, namun hasilnya tetap saja mengecewakan. Hukum yang seharusnya menjadi alat pembaharu masyarakat, telah menjelma menjadi semacam mesin pembunuh karena disokong oleh perangkat hukum yang morat marit termasuk interpretasi hu-

kum yang dangkal. Lembaga peradilan sebagai benteng keadilan lebih mirip ‘lokalisasi’ yang dihuni oleh para ‘pelacur hukum’. Meskipun harapan realisasi penegakan hukum di Indonesia masih jauh dari harapan, namun sesungguhnya perjalanan reformasi hukum baru mulai menjumpai titik terang saat Pemilu 2004 menghasilkan pemerintahan yang legitimate dimana presiden dan wakil presiden untuk pertama kalinya dipilih langsung oleh rakyat. Kehadiran komisi-komisi pembantu negara memberi gambaran bahwa ada agenda kuat dalam mewujudkan reformasi hukum. Beberapa komisi pembantu negara yang dimaksudkan dapat memberi secercah harapan bagi terealisasinya penegakan hukum adalah lahirnya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM), Komisi Penyiaran Independen (KPI), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK), Komisi Ombudsman Nasional (KON), Komisi Hukum Nasional (KHN), Komisi Pengawas Persain-

gan Usaha (KPPU), dan Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS Anak) menunjukkan adanya pemba-

ruan dalam praktek ketatanegaraan. Titik Catatan Politik dan Penegakan Hukum Pasca Reformasi Perjalanan politik pasca reformasi selanjutnya bukan tanpa cela. Prof. DR. Budi Winarno, MA kembali memberi catatan sejumlah keburukan yang terjadi dalam perjalanan perpolitikan Indonesia pasca reformasi antara lain, pertama; Reformasi terkesan hanya terjadi pada kulitnya saja. Hal ini terjadi karena reformasi sistem politik hanya menyentuh pada dimensi struktur dan fungsifungsi politiknya saja (biasanya dalam bentuk konstitusi) tidak pada semangat kebudayaan yang melingkupi pendirian sistem politik tersebut. Padahal konstitusi bukan hanya sekedar dokumen-dokumen belaka melainkan suatu komitmen, keberpihakan, dan makna-makna yang hidup dalam sepanjang perjalanan sejarah. Kedua; Ketiadaan talenta politik yang mengawal reformasi. Sebagai contoh, keberhasilan reformasi di Turki, sangat ditentukan oleh peran kuat dan kecerdasan Mustafa Kemal. Namun, di Indonesia talenta seperti ini nampaknya tidak ada. Amien Rais yang sempat dianggap sebagai tokoh kunci dalam reformasi 1998, tidak masuk dalam struktur eksekutif. Keberadaannya dalam lembaga seperti MPR membuatnya tidak mampu berbuat banyak untuk mengendalikan jalannya reformasi, karena agenda reformasi justru sangat ditentukan oleh kapasitas eksekutif dan legislatif. Sementara di lembaga-lembaga eksekutif dan legislatif tidak memiliki orang-orang yang diharapkan dapat mengawal reformasi, bahkan banyak diantara

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


mereka adalah orang-orang pemegang kekuasaan di era rezim orde baru yang sarat akan budaya KKN. Terkait penegakan hukum, meskipun masyarakat Indonesia menaruh harapan besar setelah bergulirnya reformasi dengan lahirnya sejumlah komisi pembantu negara, namun banyak kalangan kerap mempertanyakan efektifitasnya. Seperti disebutkan oleh Prof. Dr. Moh. Mahfud MD dalam makalahnya yang berjudul Keniscayaan Reformasi Hukum: Upaya Menjaga Jati Diri dan Martabat Bangsa bahwa komisi-komisi pembantu negara belum memberikan dampak yang signifikan terhadap agenda reformasi di bidang hukum meski tidak boleh dikatakan tidak berperan. Keprihatinan masyarakat belum berubah melihat realitas kepastian hukum masih ditegakkan melalui pendekatan undang-undang atau pendekatan legislatif, belum melalui penegakan hukum oleh pengadilan sebagai benteng terakhir masyarakat pencari keadilan. Hingga masa pemerintahan sekarang ini, reformasi hukum belum dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Terbukti, masih dilakukannya kebiasaan-kebiasaan lama melalui praktik korupsi undang-undang, tidak tuntasnya masalah penegakan hukum terhadap pelanggaran HAM, dan terlebih kasus korupsi.

Oleh : Subi MA.

Nur

Isnaini ,

Mahasiswi Program Doktoral Universitas Moulay Ismail , Meknes. Dan Seorang Ibu

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

7


Fokus

HEBATNYA INDONESIA DALAM BERDEMOKRASI

Karikatur Para Elite Partai, Politikus dan Pemimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masih ingat panasnya suhu politik menjelang pemilihan Presiden RI kemaren? Seperti apa wajah Demokrasi Indonesia ?

8

Saling hujat, saling adu argumen, saling berseteru, saling curiga ,saling..saling...dst. Apalagi di zaman internet , butuh informasi apa ya tinggal searching saja , menambah arus suasana berubah menjadi status waspada . Yang dulunya teman sekarang berbalik menjadi lawan karena hanya berbeda pilhan. Yang bikin heran lagi, orang – orang yg dulunya apatis dengan politik , dari anak – anak sampai aki – aki, rame – rame ikut ambil bagian, walau cuman sekedar meramaikan acara yg di gelar 5 tahunan itu. Yah. Begitu kira – kira rentetan ser-

emonial politik Indonesia. Walaupun di dengar agak ngeri, tapi realitanya mereka bertemanan lagi pasca hajatan di tutup. Ini menujukan bahwa Dunia Politik di Indonesia bisa di bilang apik. Sehingga pada proses pemilihan berlangsung suasana pun tetap kondusif sampai usai dan di umumkannya Presiden terpilih secara sah.

sistem demokrasi. Indonesia mampu memainkan peran politik dengan agama secara selaras berjalan bergandengan tanpa harus me-ngesampingkan dan memisahkan keduanya ( skuler ). Hal ini yang di tegaskan Imam Syafi’i rahimahulloh dan di komentari oleh Ibnu Aqil al – Hambali dalam kitabnya Al – funun.

Terus, Apasih rahasia kesuksesannya?

“La siyasat illa ma waafaqa al-syar’u”. Artinya Tidak ada politik kecuali semakna dengan Islam.

Sebagai negara yang penduduknya di dominasi umat islam. Di mana mengatur negara memakai

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


Salah satu momen dalam sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI.

“Kesadaran Politik adalah sebagai fasilitator masyarakat untuk mendekatadalah Matahari kan kepada kasejahteraan dan menghindari dari kekisruhan. Meski- Kesabaran adalah Bumi pun tidak ada ayat Qur’an ataupun Keberanian adalah hadits yg bericara mengenainya ( Cakrawala secara spesisik ,-pen ). Di samping sebagai negara yang cukup bisa di jadikan panutan dalam berpolitik islami, Indonesia juga bisa mentatbiq-kan demokrasi sebagai asas politik bernegara. Karena sejatinya demokrasi itu adalah kemaslahatan. Kemaslatan yang bisa di rasakan oleh rakyat. Bukan sekedar menyuarakan kebebasan. Sehingga men-

Karena sampai saat ini banyak negara – negara yang notabenya islam sebagai agama resmi belum mampu untuk merealisasikan demokrasi secara sempurna, dengan berasaskan kekuatan rakyat kecuali Indonesia. Mesir, Irak, Suriah, Perjuangan adalah Yaman, Afghanistan, Turkey umppelaksana kata-kata” amanya. Adalah sebagian contoh riil dimana Islam dan Demokrasi tak bersahabat dalam sebuah negara . gartikan demokrasi adalah lawan Sehingga menimbulkan konflik yang dari otoriter. Maka pantas saja Pres- parah dan berkepanjangan. iden AS; Barack Obama : “ melalui Dari sini, timbul Fatwa sebagian pemilihan yang adil dan bebas ini, rakyat Indonesia sekali lagi telah ulama, Cendikiawan muslim secara menunjukan komitmen mereka ter- tegas menolak Demokrasi dan mengajak untuk kembali ke jalan Agama. hadap demokrasi “

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

9


10

sebab Agama sudah mengajarkan untuk bermusyawarah, ini sudah lebih dari cukup ketimbang Demokrasi yang hanya menimbulkan perpecahan dan kehancuran, apapun alasanya. Sehingga barang siapa yang meninggalkan ini ( bermusyawarah ) dan lebih memilih demokrasi. Maka ia berdosa karena telah melakukan hal yang tidak di syari’atkan oleh agama. Padahal, Musyawarah dalam islam itu adalah sebuah asas dan pedoman bukan konstitusi . Di mana musyawarah adalah anjuran islam dalam berpolitik yang masih umum tanpa adanya spesifikasi yang mengarah ke sebuah aturan. Seperti apa wajah Demokrasi Indonesia? Demokrasi adalah sebuah aturan dalam berpolitik yang mengedepankan sistem pememilihan pemimpin, sebagai wakil rakyat dalam sebuah lingkungan untuk mengurusi persoalan lingkungan tersebut atas kehendak rakyat. Dan rakyat adalah tuan rumah dalam sebuah tontonan pewayangan yang berjudul Demokrasi. Walau yang mengatur narasi perpolitikan adalah dalang yang mereka pilih, tapi tetap kendali ada pada kekuasaan rakyat. Sehingga ketika ada kebijakan pemimpin yang tidak sesuai dengan rakyat, konsekuensinya adalah ia bisa di makzulkan. “Demokrasi adalah alat. Alat untuk mencapai masyarakat adilmakmur yang sempurna. Pemilu adalah alat. Alat untuk menyempurnakan demokrasi itu. Jadi, pemilu sekedar alat untuk menyempurnakan alat.” (Soekarno, Presiden pertama RI)

Sebagai penggagas Demokrasi Ir. Soekrano ingin rakyat indonesia hidup dengan adil dan makmur yang sempurna. Itu adalah cita – cita yang harus di wujudkan secara nyata bukan sekedar retorika belaka. Terlebih sebagai tempat transaksi kepentingan. Demokrasi matang bisa di ukur dari sikap seorang presiden yang secara legowo memilih untuk tidak mempertahankan ketika di tuntut mundur dari jabatannya oleh rakyatnya sendiri , dengan kata lain, ia tidak menginginkan adanya peperangan antar militer dan rakyatnya. yang akhirnya berujung dengan pertumpahan darah. Karena sekali lagi Demokrasi adalah kepunyaan rakyat. Ir. Soekarno dan KH. Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) misalnya, adalah contoh pemimpin demokrasi sejati yang pernah di miliki Indonesia. Keduanya mampu membawa Indonesia untuk mengerti apa hakikatnya berdemokrasi. Tahun 1967 adalah saksi bisu. Dimana seorang presiden pertama Indonesia di kudeta oleh jendralnya sendiri, dengan beralasan surat yang di sebut “ supersemar “ yg sampai saat ini isinya hanya Soeharto-lah yang tahu. tapi dengan lapang dada dan kearifan beliau lebih memilih opsi untuk mengorbankan dirinya sebagai tumbal sejarah. Dari pada harus meilhat Negerinya berlumuran darah akibat perpecahan yang sudah susah payah ia memperjuangkannya untuk bersatu. Walaupun sebenarnya saat itu beliau bisa mempertahankan kedudukannya dengan bantuan Militer yang setia kepadanya. Begitu pula KH.Abdurrahaman Wahid, pada saat

menjabat Presiden RI, baru berumur 18 bulan harus meninggalkan istana ke-presidenan. Dengan alasan yang intinya adalah praktek konspirasi menjijikan yang di lontarkan oleh MPR RI. Yang sengaja menodai konstitusi dan demokrasi Indonesia. Secara santai beliau keluar dari Istana dengan memakaikan kaos dan celana pendek. Meskipun Gus Dur punya pendukung banyak yang mayoritas warga NU. Beliau lebih memilih untuk meninggalkan kedudukan. Karena bagi belaiu kedudukan hanyalah titipan dari-Nya tak usah di bela mati – matian. Sejarah Indonesia tentang Demokrasi adalah perjalanan yang tidak mudah dan butuh waktu lama untuk memprosesnya. Karena kesadaran pemimpin dan rakyat-lah yang termahal untuk menuju kestabilitasan berdemokrasi sejati. Dalam gubahan penyair kondang tanah air WS. Rendra tentang harapan kearifan bangsa.

Kesadaran adalah Matahari Kesabaran adalah Bumi Keberanian adalah Cakrawala Perjuangan adalah pelaksana katakata Mungkin harapan para penggede Indonesia sudah sedikit mulai terlihat. Yakni tentang kesadaran dalam berdemokrasi. Terbukti dengan keikut sertaan orang – orang yang alergi politik atau minal apatisiyiin, secara serempak membaur dan bergaul dengan politik yg selama ini di dalam benak mereka adalah “ politik = kotor “.

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


Tidak adanya peristiwa yang anarkhis yang memakan korban jiwa. Di sini menunjukan bahwa seakan – akan perayaan demokrasi terutama pemilhan Presiden yg di helat 5 tahuan itu akan menjadi sebuah demokrasi yang penuh dengan keamanan fisik. Lambat laun akan berubah menjadi budaya berpolitik yang santun. Meski harus mengorbankan tenaga, pikiran dan harta sekalipun, tidak lain hanyalah untuk menjadikan Indonesia menjadi lebih sejahtera dan berdaulat di atas kakinya sendiri di masa mendatang. Dan ini akan menjadi gebrakan yang spektakuler di kancah perpolitikan Dunia. Kenapa tidak?. Bukankah Demokrasi model seperti ini yang di dambakan oleh para penggagas demokrasi baik dari kaum Yunani atau Skulerism. Demokrasi itu sebuah budaya dan falsafah hidup, bukan melulu di artikan konstitusi Terakhir. Penulis berharap semoga kedepan Indonesia menjadi Bangsa yang mampu berpolitik yang bersih. Mampu berdemokrasi yang baik. Dan yang terpenting adalah karakteristik keindonseiaan yang menempel di keduanya smoga tidak lekang di makan zaman. Yakni kesantunan dan kesatuan. Demi menuju NKRI yang kaffah.

Aziz . qodli ibn Athiyah al- Andalusy. Hal. 53 Vol. 2 4. siyasah syar’iyyah. Dr. Yusuf al – Qordlowi. Hal 33.

Oleh: Kuntoro Shobirin Penulis sedang menyelesaikan studi s1 nya di Universitas Sidi Muhammad BinAbdillah (SDMBA) Fes, Maroko

Endnote: 1. . fikr islamy wa qodloyana siyasiyah al – mu’ashirah. Dr. Ahmad Raisuni. Hal 93 – 94. 2. Majalah deutsche welle. Terbit 24 juli 2014 3. al - wajiiz ti tafsir al – Quran al –

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

11


Sosok

Raja Jawa T a n p a Mahkota

1 12

Mengingat Bangsa Indonesia, tentunya tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berjuang demi kebangkitan, kemerdekaan, serta harkat martabat ibu pertiwi. Di masa sekarang, tak asing lagi nama Soekarno, bapak proklamator yang kala itu sungguh berpengaruh, bahkan di mata dunia internasional. Di balik sosok fenomenal Ir. Soekarno, ada seseorang yang kehadirannya cukup penting dalam rentetan sejarah tanah air, dan kemudian menjadi mertua dari Presiden Pertama Republik Indonesia.

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


“Kita diberi makan bukan hanya karena kita dibutuhkan susunya.”

2 Bernama lengkap Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto,

pahlawan nasional sekarang lebih dikenal dengan nama H.O.S Cokroaminoto, De Ongekroonde van Java atau “Raja Jawa Tanpa Mahkota” adalah julukan pemerintah kolonial Belanda untuknya. Lahir di desa bakur, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, tepatnya 16 Agustus 1882. Tjokroaminoto terlahir di kalangan terpandang, ayahnya yang bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Namun lingkup keluarganya justru membuatnya berfikir bahwa itu semua adalah feodalisme. Karena memutuskan untuk tidak berkarir seperti ayahnya, gelar ’’Raden Mas’’ pun di hapus dari namanya. Secara formal Tjokroaminoto menempuh pendidikannya di OSVIA (Opleidingsschool voor Inlandsch Ambtenaren) di Magelang dan tamat tahun 1902. Kemudian melanjutkan sekolahnya di Pamong Praja, sekolah untuk menjadi pegawai pemerintahan di zaman Belanda. Tahun 1905-1910, ia menempuh sekolah Sipil malam, Burgerlijke Avondschool (BAS) di Surabaya. Pendidikan Islam didapatnya dari rumahnya sendiri dan dari orang-orang sekitar daerah Madiun hingga Magelang.

3

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

13


Memilih hidup mandiri di surabaya di jalaninya dengan bekerja keras, mulai dari kuli pelabuhan, hingga bekerja di pabrik gula. Tjokroaminoto memiliki kemampuan di bidang sastra Jawa dan bahasa asing (Belanda dan Inggris). Selain itu, ia juga mengasah kemampuan jurnalistiknya dengan menjadi wartawan beberapa surat kabar seperti: Bintang Soerabaya, Utusan Hindia, dan direkturredaktur Fajar Asia.

4

Karir Tjokro berawal setelah ia bertemu dengan Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI), di Surabaya pada 1912. Saat itu Tjokro meng¬usulkan agar nama SDI diu bah menjadi Sarekat Is¬lam - tanpa meninggalkan misi dagangnya – agar lebih luas cakupannya. Usul itu langsung diterima dan ia diminta menyusun anggaran dasar SI. Tanggal 10 September 1912 SI pun resmi berdiri dengan Sa¬manhudi menjadi ketua dan Tjokro menjadi komi¬saris untuk Jawa Timur.

14

5

Oleh : Mohammad Oktobrilyan

Ahkam

Penulis adalah Mahasisswa s1 Fakultas Syariah Univ. Qarawiyyin

di

8

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


“Kita diberi makan bukan hanya karena kita dibutuhkan susunya.”

Selain kemerdekaan Indonesia, pokok gagasan Tjokro yang terkenal adalah pentingnya kebebasan berpolitik serta perlunya membangkitkan kesadaran akan hak-hak kaum pribumi. Ia ingin bangsa Indonesia memiliki pemerin¬tahan sendiri dan terbebas dari belenggu penjajahan. Paling tidak, untuk tahap awal, bangsa Indonesia bisa menyalurkan suaranya dalam masalah politik, misalnya, lewat pembentukan sebuah parlemen sebagai perwujudan prinsip demokrasi. Tak lama setelah ia mengusulkan pembentukan sebuah parlemen, tepatnya pada 1918, pemerintahan kolonial Belanda bersedia membentuk Dewan Rakyat (Volksraad).

8

Itulah ekspresi patriotisme Haji Oemar Said Tjokromaninoto untuk menentang penghisapan dan eksploitasi oleh pemerintahan kolonial. Pemikiran ialah yang melahirkan berbagai macam ideologi bangsa indonesia pada saat itu, rumah ia sempat dijadikan rumah kost para pemimpin besar untuk menimba ilmu padanya, yaitu Semaoen, Alimin, Musso, Soekarno, Kertosoewirjo. Rumah bersejarah bersejarah ini terletak di Jalan Peneleh 7 no 29-31 Surabaya. Rumah ini berada disalah satu gang kecil di peneleh.

6 7

“Tjokroaminoto adalah salah satu guru saya yang amat saya hormati. Kepribadian dan Islamisme¬ nya sangat menarik hati saya.” ungkap Ir. Soekarno atas kekaguman padanya. Ir. Soekarno juga terinspirasi dari bagaimana Tjokroaminoto berorasi dengan nada yang menggebu-gebu. Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah Soekarno hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni Siti Oetari, istri pertama Soekarno. Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah “jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator” perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya yaitu Muso, Alimin, Kartosuwiryo, Darsono, dan yang lainnya terbangun, dan tertawa menyaksikannya. Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Tjokroeaminoto kemudian meninggal pada umur 52 tahun, yaitu tanggal 17 Desember 1934. Dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin. Begitulah seorang guru bangsa yang mencita-citakan pekik kemerdekaan dan kebangkitan nasional yang hakiki. Beliaulah salah satu pendahulu yang telah mencetak kader-kader pemimpin bangsa. Sekalipun pada akhirnya terjadi pertikaian dan tragedi di antara murid-muridnya, ia tetaplah dipandang sebagai sosok yang membangkitkan bangsa ini dari cengkeraman penjajah.

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

15


dialog

Kita dan Pluralisme

Oleh: Muhammad Rizky HK S.S.I Penulis adalah Alumni S1 Fakultas Dirasat Islamiyyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sedang menempuh program Master di Jurusan Aqidah wa al-Adyan di Universitas Hassan II Ain Chock Casablanca Email : riskyskywave@gmail.com

16

Each man wants to have a special God of his own, or at least a special God for his native land. Each nation wishes to confine in its own temples Him, whom the world cannot contain. Can any temple compare with that which God Himself has built to unite all men in one faith and one religion? Kutipan di atas diambil dari sebuah cerita pendek karya seorang penulis Rusia, Leo Tolstoy. Dalam “ The Coffee House of Surat” , Tolstoy menggambarkan dengan ciamik, sketsa kecil perselisihan antar agama yang telah terjadi berabad-abad lamanya. Pertentangan tentang “siapa yang paling benar?” atau “siapa

yang akan diselamatkan?” sudah sejak lama menjadi bumbu konflik, yang seringkali berujung pada peperangan. Tolstoy mengilustrasikan, bagaimana “pride” membutakan para pemeluk agama. Bahwa sikap terlalu membangga-banggakan keyakinan,

menjadi penyebab perselisihan dan perpecahan antar ummat manusia. “Setiap manusia menginginkan Tuhan yang spesial, dan menganggap bahwa tempat ibadah mereka-lah yang paling suci. “ begitu kurang lebih terjemahan kalimat di atas.

Di akhir cerita, Tolstoy me-

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


munculkan sosok murid Confusius, yang membuat semua pemeluk agama terdiam. Ia menggambarkan dunia dan seisinya, adalah “ tempat ibadah yang paling suci” dimana semua agama bisa menyembah-Nya

dengan berbagai cara. Bahwa tidak ada satu tempat ibadah dari agama manapun, yang memiliki lampu secerah matahari, ukiran seluas samudra,dengan hati manusia sebagai kitab sucinya, dan cinta serta kasih sayang sebagai ritualnya. Bumi, adalah tempat ibadah bagi semua agama tanpa terkecuali. Masjid, gereja, Loji, Kuil dan semua tempat ibadah bagi semua Agama. The higher a man’s conception of God,the better will he know Him. And the better he knows God, the nearer will he draw to Him, imitating His goodness, His mercy, and His love of man. Semakin tinggi pemahaman seseorang tentang Tuhan, akan membawanya meniru kebaikan dan kecintaan Tuhan terhadap manusia.

knya diartikan sebagai “pertalian sejati keragaman dalam ikatan ikatan keadaban”

Pluralisme Kisah Pluralisme adalah bagian yang tertuyang menyatu dengan perang dalam adaban, didasari pada “ The persamaan dasar “The lamps are konsep Coffee agama-agama, kalimatHouse of different but the un sawa. Bahwa hakikat Surat” , light is same” agama adalah sama dan menjadi kepada setiap golongan pengantar dari kalangan umat manuyang baik sia Allah memberikan syir`ah untuk mengenal (atau syarî’ah, yakni, jalan) dan Pluralisme. Di sampminhâj (cara) yang berbeda-beda. ing itu, Gus Dur, Nurkholis Majid, Perbedaan agama-agama ini secara dan cendekiawan muslim Indone- teologis memang disebabkan kasia lainnya, telah memperkenalkan rena Allah tidak menghendaki umat pluralisme lewat panggung ilmiah. manusia itu satu dan sama semua Sementara jauh sebelumnya, para dalam segala hal. Allah malah mengFounding Fathers Indonesia mem- hendaki agar manusia dalam perperkenalkan Bhinneka Tunggal Ika, bedaan yang bisa membawa rahmat atau yang dipopulerkan dengan isti- ini, saling berlomba lomba menuju lah Unity In Diversity. kepada berbagai kebaikan. Pluralisme secara bahasa Dalam hal ini, kita bisa terdiri dari kata plural (majemuk), mengambil garis batas perbedaan dan isme (paham) sehingga dapat antara toleransi dan pluralisme. Toldipahami sebagai keberagaman pa- eransi, lebih mengarah kepada sikap ham keagamaan atau kondisi hidup dan perbuatan , sedangkan pluralbersama (koeksistensi) antar agama isme, adalah kesadaran batiniah, (dalam arti yang luas) yang ber- yang menjadi landasan dari sikap beda-beda dalam suatu kelompok toleransi. Kesadaran tentang kemasyarakat dengan tetap memperta- samaan konsep dan tujuan semua hankan identitas atau ajaran masing- agama, akan melahirkan sikap tolermasing agama. ansi beragama, yang lebih jauhnya, diharapkan mampu meredam konflik Pluralisme, dalam pandan- antar ummat beragama di dunia. gan Nurkholis Majid, tidak dapat hanya dipahami dengan mengatakan Pluralisme di Indonesia bahwa masyarakat kita adalah majemuk (Plural), beraneka ragam, terdiri Term Pluralisme kerap mendari berbagai suku dan agama, yang jadi diskursus yang mengasyikkan justru hanya menggambarkan kesan untuk dibahas. Tema ini semakin fragmentasi. Pluralisme juga tidak hangat, ketika ada sebagian golonboleh dipahami sekadar sebagai. gan yang menolak keberadaannya “kebaikan negatif ” (negative good), di Indonesia. Golongan ini melabeli hanya dilihat dari fungsinya untuk Pluralisme sebagai “virus” yang meredam fanatisme. Pluralisme bai-

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

17


18

membahayakan pemikiran generasi Muda Islam.

Kasus penyerangan warga syiah, Penolakan semakin meng- enyerangan terhadap rumah ibadah, gelora, ketika MUI mengeluarkan dan sikap intoleran dalam berbagai fatwa anti-pluralisme. MUI mengang- bentuk, menjadi alarm waspada ungap paham ini sebagai sebuah -isme tuk kelangsungan keberagaman di yang mengajarkan bahwa semua Indonesia. Karenanya, Pluralisme agama sama, Pluralisme dianggap sebagai paham tentang kemajemumenyebarkan paham sinkretisme kan (plural) dirasa perlu keberadann(penyatuan semua agama) yang ya, bukan sebagai ‘misi terselubung’ dikhawatirkan merusak akidah um- penyatuan agama-agama , tetapi semat Islam. Selain itu, identitas plu- bagai penjabaran konsep Bhinneka ralisme yang terkesan ‘barat banget’ Tunggal Ika. menyebabkan sebagian golongan Islam di Indonesia, mengambil sikap Pluralisme ala Indonesia, diswaspada dan hati-hati.– (Merujuk andarkan pada Pancasila dan UUD pada : Keputusan Fatwa Majelis 1945, yang menjamin hak berkeyakiUlama Indonesia Nomor : 7/Munas nan dan beragama berdasarkan sila VII/MUI/11/2005 Tentang Pluralisme, (1) Pancasila dan pasal 28E ayat Liberalisme, dan Sekulerisme Aga- (1) , pasal 28E ayat (2), pasal 28I ma) –. ayat (1), dan pasal 29 ayat (2) UUD 1945. Dan bukan berlandaskan pada Tetapi pada umumnya, kon- relativitas kebenaran semata. Hal ini, sep Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda- menjawab kekhawatiran sebagian beda tapi tetap satu), sudah dapat golongan akan timbulnya kerusaditerima secara luas. Kerukunan kan akidah. Tentu, dengan berbagai beragama, sikap toleransi dan saling catatan, perlunya penanaman akidah menghargai, sudah menjadi identi- yang benar, diikuti dengan pendiditas masyarakat muslim di Indonesia. kan nilai Islam yang universal. Islam Tak salah jika ada yang mengata- rahmatan li al-aalamin. kan “Mengkampanyekan pluralisme beragama terhadap ummat Islam Laa Ikraaha Fi-al-diin. Indonesia, seperti mengajari ikan berenang” Manusia, secara fitrah diciptakan berbeda, baik fisik maupun Sikap saling menghargai ini, jasmani. Perbedaan pemikiran dan didasari pada konsep “Laa ikraaha fisik ini, seyogyanya menyadarkan fiddiin” , dan “Lakum diinukum wa kita akan kebesaran Allah Subhaanliya diin” , yang sudah mendarah ahu wa ta’ala. Bahwa perbedaan, daging dari generasi ke generasi. adalah sesuatu yang ada secara alaDimotori Islam tradisi ala Nahdhatul mi. Kita tak perlu menghakimi orang Ulama, dan modernisasi ala Muham- lain berdasarkan agamanya. Tapi madiyah, serta berbagai organisasi menilai orang lain dengan prinsipkeIslaman . Stabilitas ini kemudian prinsip kemanusiaan. Bahwa agama menjadi terganggu, tatkala muncul manapun,pada intinya mengajarkan sebagian golongan “garis keras” kebaikan. yang terkadang tak bisa memahami kemajemukan. Dari kisah di atas, Tolstoy

mengingatkan kita, untuk memeluk agama seperti memeluk seorang kekasih, Kita hanya perlu menambah kecintaan terhadap apa yang kita yakini, bukan dengan menjelekjelekkan apa yang diyakini orang lain. The lamps are different but the light is same, Begitu kata Jalaluddin al-Rumi. Setiap agama mengajarkan kebaikan, dan setiap pemeluk agama yang taat, akan menyebarkan kebaikannya kepada seluruh manusia. Catatan : The coffee house of surat karya Leo Tolstoy dapat diunduh di: (http://www.goodreads.com/ebooks/ download/17404209-eleven-stories) UUD 1945 bisa diunduh di : (https://docs.google.com/file/d/0B9U luGSPHNZ2MjllYTFjMzktZTQwMC00NzcxLTgyYjAtYzliYzA1MGJhNW Vk/edit?pli=1 ) Pemikiran Cak Nur dikutip dari Membaca Nurkholis Madjid- Budhy Munawar Rahman (https://www.google.com/url?sa=t&r ct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &cad=rja&uact=8&ved=0CCAQFjA A&url=http%3A%2F%2Fwww.abaddemokrasi.com%2Fsites%2Fdefault %2Ffiles%2Febook%2FMembaca% 2520Nurcholish%2520Madjid_0.pdf &ei=70S2VJSzKYOwaYesguAB&us g=AFQjCNGrgTI4i9ZjV9D3xApfCbr oARfFBQ&bvm=bv.83640239,d.d2s)

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


puisi

Anak Zaman

Oleh: Jazmi Rafsanjani - 25 Robiul awwal 1436H - Fes

sulaman pena dalam detak jantung dunia semua terasa sama dan tak lagi bisa terasa malam tak lagi malam - pagi tak lagi pagi hanya sebuah putaran bumi dan matahari mata yg tak lagi kuasa untuk menyelami lautan tuhan bunyi tamparan harapan merajut masa depan dari gelapnya hutan semangat yg akan terus mengasah ketajaman layaknya setan yg tak pantang menyerah hingga akhir zaman bisikan bumi mulai tak mengerti apa yg sebenarnya terjadi dalam pergulatan manusia mulai memakan daging saudaranya dalam sunyi semua akan terhenti ketika manusia mulai mengetahui siapa diri mereka sendiri bukan lagi menghakimi tanpa adanya solusi pujian dan hinaan layaknya jaminan kesejateraan untuk rakyat yg penuh omong kosong berpacu tak kenal letih dalam keringat usaha dan tetesan air mata doa alam pun berdecak kagum hingga malaikat pun menari seraya mengamini bukan lagi bualan anak anak ingusan - bukanlah sebuah lamunan pengangguran

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

19


20

renungan

Masih Perlukah Perayaan Itu?!? Penghujung tahun dan hari dari cerobong pabrik ada di “Andaikan pertama tahun masehi, merupakan mana-mana, serta bermomen yang sangat berharga dan semua sadar bahwa semua bagai minuman menbahagia bagi sebagian orang. itu hanyalah pemborosan dan jadi teman akrab yang Mereka pun menyiapkan segasenantiasa menyertai membuang-buang harta untuk la sesuatu dengan berbagai mereka. Televisi, ramacam pesta untuk menyam- hal yang sia-sia dan tidak ada dio, dan para pemilik butnya. manfaatnya sama sekali bagi pusat perbelanjaan diri sendiri maupun orang tidak mau absen dari Di negeri kita, saat malam ikut serta memeriahkan disekitarnya.� pergantian tahun baru masehi, para tahun baru hingga berbagai pemuda biasanya menggelar berba- hiburan promo, diskon besar-besaran digai pesta. Di antara mereka, ada yang konser music adakan dalam rangka menyambut begadang sampai larut malam untuk yang di gelar di berbagai tempat di natal dan tahun baru masehi. menunggu pukul 00.00 WIB tiba. Apa- alul-alun, THR (tempat hiburan rakybila waktunya tiba, mereka bergem- at), maupun di tempat rekreasi lain- Hingga kebanyakan orang bira dan dengan meniup terompet nya. terbuai, tidak sadar ikut hanyut terserta berpesta ria dengan kembang bawa arus kehidupan sementara ini api. pawai sepeda motor pun dimu- Campur baur antara para dengan begitu meriah acara yang lai dengan menarik gas sepenuhnya muda-mudi, bergandengan tangan digelar oleh mereka untuk menyamdisertai yel-yel yang memekakkan dengan lawan jenis yang memang but kedatangan tahun baru masehi telinga. Dan pada hari pertama tahun telah direncanakan sebelumnya tersebut. Mereka tidak melihat bermasehi, mereka menghadirkan atau- oleh pasangan tersebut, canda dan bagai macam dilemma keagamaan, pun menghadiri panggung-panggung tawa, isapan rokok bagaikan asap social, dan masyarakat yang timbul karenanya. Mereka tidak tau bahwa perayaan tahun baru tersebut tidak ada tuntunannya dari baginda besar kita semua ialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Andaikan semua sadar bahwa semua itu hanyalah pemborosan dan membuang-buang harta untuk hal yang sia-sia dan tidak ada manfaatnya sama sekali bagi diri sendiri maupun orang disekitarnya. Fenomena seperti ini merupakan realita kehidupan yang sen-

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


antiasa berulang setiap pergantian tahun, bahkan dari tahun ke tahun semakin bertambah semarak dan makin tidak terkendalikan arusnya. Tahun ini, wallahu a’lam apakah yang akan terjadi dan mewarnai awal

kepada Allah azza wa jalla dan tidak merayakan sesuatu yang berlebihan sehingga Allah tidak suka akan hal itu. Jikalau kita bisa meminta pada sebagian orang yang masih meng-

tahun baru masehi di negeri kita ini. Yah, mungkinkah kita masih merayakan tahun baru semeriah sebelumnya...kita mendapat banyak sekali musibah yaitu kota Bandung yang terendam sungai, negeri Aceh mengingat tsunami, Cilacap pun demikian, Pasar batik terbesar klewer Solo juseru banjir api...ditambah lebih dari seratus saudara kita hilang bersama Airasia... apakah kita senang dengan bencana atau musibah seperti itu?!? Jawabannya pasti tidak. Maka jangan lah kita sebagai umat muslim menunggu adzab baru menghentikan hal itu tetapi, sebaiknya kita melakukan sesuatu agar adzab itu tidak di turunkan kepada kita semua dengan cara mencegahnya, yaitu meningkatkan rasa keimanan kita

hambur-hamburkan uangnya untuk peringatan tahun baru tersebut lebih baik dana tersebut di alihkan yang awalnya untuk peringatan tahun baru sebaiknya dan sepantasnya dana itu untuk saudara-saudara kita yang mengalami ujian tersebut. Itulah hal yang mungkin di anggap bermanfaat bagi sekitarnya. Kita sebagai seorang muslim yang memiliki kecemburuan besar terhadap agamanya, tentu saja tidak setuju dengan semua perayaan tahun baru tersebut dan tentu saja tidak setuju bila hal itu terjadi di tengah keluarga kita. Kita semua harus tahu bahwa pergantian tahun merupakan tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang tiada tara, yang hanya di pahami oleh orang-orang yang be-

rakal yang memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, dalam sebagian firman-Nya yang artinya: “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.�(Qs.Ali Imron[3]: 190-191). Selain itu, semakin bertambahnya usia seorang muslim seharusnya ia semakin sadar akan memanfaatkan waktu dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat di dunia dan akhirat serta menjauhkan dirinya dari sesuatu yang membahayakan. Hendaklah kita mengingat seberapa pendeknya masa hidup kita di dunia yang waktunya bisa di bilang hanya sementara ini, ketika seorang muslim memasuki tahun baru, ia akan mengingat bahwa ia semakin mendekati akhir masa hidup di dunia ini. bila senantiasa mengingat hal ini, maka kita pun akan semakin bersemangat mencari bekal untuk mendapatkan kebahagiaan ukhrowi (akhirat) yang kehidupannya akan kekal abadi. Berbahagialah dengan keislaman kita, agama kita berbeda dengan agama lain, sehingga dilarang menyerupai orang kafir, terlebih lagi jika kita juga mengikuti cara beragamanya kaum kafir. Oleh karena itu, hendaknya setiap muslim meninggalkan perayaan tahun baru dan penanggalan ala kafir. Sebaiknya kita menghidupkan penanggalan islam dalam rangka meninggikan syiar dan izzah

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

21


22

islam serta kaum muslimin. Selain itu hendaknya kita mengingat kebesara dan keagungan-Nya sehingga menambah rasa takut, cinta dan berharap akan ridho-Nya. Karena tanpa ridho-Nya kita tak akan mendapatkan keberkahan apapun yang kita jalani di dunia ini. Sebelum adzab adzab selanjutnya yang menimpa negeri kita, marilah kita senantiasa meningkatkan hubungan baik kita kepada sang Maha Kuasa atas segala-galanya salah satunya menipiskan kemeriahan menyambut tahun baru tersebut. Marrakech, 1 Januari 2015

Oleh : Imroatul ‘Alimatun Nafi’ah Penulis adalah Mahasiswi s1 di Fakultas Adab dan Humaniora Univ. Cadi Iyyad , Marrakech

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


english for fun

Mental Patient John and David were both patients in a Mental Hospital. One day, while they were walking, they passed the hospital swimming pool and John suddenly dove into the deep end. He sank to the bottom and stayed there. David promptly jumped in and saved him, swimming to the bottom of the pool and pulling John out. The medical director came to know of David’s heroic act. He immediately ordered that David be discharged from the hospital as he now considered him to be OK. The doctor said, “David, we have good news and bad news for you! The good news is that we are going to discharge you because you have regained your sanity. Since you were able to jump in and save another patient, you must be mentally stable. “The bad news is that the patient that you saved hung himself in the bathroom and died after all.” David replied, “Doctor, John didn’t hang himself. I hung him there to dry.” Kontributor (Muhammad R HK)

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

23


24

Pemimpin dalam

4

yang waras P e m i m p i n ada bukan dilay ani rakyat. Y lah yang melayani rak rakyat. Pem yat, ang men impin yang waras, adala ghidupi rakyat, bukan d ihidupi h yang mele ra Memang tid ak akan ad ganya dialas kaki2 raky takan akal, hati dan jiw a pem atnya a dosa. Karen a manusia b impin yang sempurna . ukan mala dan beba gan menjad i pemimpin ikat ataupun Tuhan. Te s dari salah dan yang berkela ta kuan sepert pi minimal jani hewan.

3 ik ingin ngin bal kyaknn a i y i a ya i m p ng han anya tuk r yatn P e m aran ya g yang h i dan un pada rak m p kela pedagan ntung de untung ng g n u ra eora i u encari a o r s t a i A n c d . ja buka ya saja aja. Men impin m baik. men an tan n s k t a m a u k g e r r uk d n si pe ari untu n para p angat ti a ditawa u melak i g n me menc nyaka ustru s ketik , ata j a u k u s b u a g f t e d n a a k i ya merun gis n ta. al mod ik, tetap s rin a t dan lah me n dan pe b u l u t a i k a ya m ura ita ya k . Tidak syak n s u r in Seha pemimp

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


perspektif

Ilustrasi Kata

1 Pemimpin itu dipilih, seperti Tuhan memilih para nabi2NYA. Bukan mengajukan dirinya sendiri untuk dipilih, seperti yang aku lihat dipanggung negeriku. Aku ingin tertawa dengan hal ini, tapi kata temanku ini bukan lawakan yang pantas untuk ditertawakan.

Menjadi pemimpin, bukan ajang kompetisi panjat pinang, saling berebut injak menginjak dan sikut menyikut. Dan lebih parahanya, kompetenya banyak diikuti oleh mereka atau malah saya sendiri yang hanya ingin membuncitkan perutnya saja. Yang hanya ingin mengambil hadiahnya saja yang menggantung.

2

Dizaman saya, pemimpin itu raja yang harus dilayani. Padahal sepengetahuan cetek saya, pemimpin adalah pelayan atau pembantu dari majikanya atau rajanya, yakni rakyat. Sehingga menjadi hal lumrah dizaman saya, menjadi pemimpin adalah gambaran akan limpahan kemewahan, kehormatan, kekuasaan dsb. Bukan refleksi dari pengabdian, kesusahpayahan, kerja keras dsb. Kita boleh memimpin dan menjadi pemimpin, namun dengan tidak berlagak layaknya majikan yang memiliki budak, karena itu memang pemahaman yang keliru dan terbalik. Tak salah menjadi pemimpin, tanpa merubah wajah seperti serigala kelaparan, yang menyulap kepala2 rakyat dengan kambing atau rusa.

Afif Husen, Lc. Penulis adalah mahasiswa program Master Ilmu aqaid wa al-Adyan di Univ. Hassan II Casablanca

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari

25


26

BuLletin sayyidul ayyam | edisi Ke-3 | januari


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.