ANDALUSIA | MARET 2018

Page 1

Buletin Perhimpunan Pelajar Indonesia di Maroko

andalusia

MARET 2018


2

andalusia

MARET 2018


MARET 2018 andalusia

3


www.ppimaroko.id ppimaroko ppimorocco

KONTEN

4

andalusia

PPI Maroko

Editorial Kontribusi Pemuda Berawal dari Pemula

6

Salam Redaksi

7

Opini Pemuda, Kemana Langkahmu?

8

Dialog Ustad Abdul Shomad

14

Fokus Pemuda, Kontributor atau Provokator?

20

Sastra Cerpen: Tenung

26

Rehat

32

Resensi Al-i’laam bi anna at-Tashawwuf min Syari’ah al-Islam

34

MARET 2018


REDAKSI

andalusia Diterbitkan oleh: Perhimpunan Pelajar Indonesia di Maroko PPI Maroko Pimpinan Redaktur: Agus G. Ahmad | Ketua Redaksi: Usamah Aljihadi | Bendahara: Kartika Yusrina | Staf Redaksi: Zaenal Arifin, Maysa Sonia | Wartawan: Wiam A.A.S., Fawas Gibran | Fotografer: Habibullah Al Fikri, Muhammad Sajid | Layout dan desain: Mu’tamid, Ziyaul Haq Alamat Redaksi: 10, Sect. D Nouveau Kouass Yacoub El-Mansour 10050 Rabat Email: ppimaroko@gmail.com

MARET 2018 andalusia

5


Editorial

Kontribusi Pemuda Berawal dari Pemula

P

emuda digadang-gadang sebagai agen perubahan. Misinya adalah misi yang diwariskan secara turun temurun dari golongan tua (yang dulu juga pernah muda, yang dulu juga membawa misi yang sama). Tongkat estafet itu sekarang berada di tangan kita (yang masih muda tentunya). Agen perubahan ini bukan main-main. Pemuda diharapkan mampu merubah keadaan yang belum baik menjadi baik, dan yang baik menjadi lebih baik. Arah perubahan yang dinantikan adalah melulu baik. Pada bulan Maret ini, OISAA (Overseas Indonesian Students’ Association Alliance) atau Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia menyelenggarakan kegiatan “Sarasehan Nasional” yang bertempat di Aula Kemendikbud. Tema yang diangkat adalah “Cendekiawan Dalam Pembangunan Menuju 2045.” 2045 adalah 100 tahun kemerdekaan Indonesia, atau disebut dengan Indonesia Emas. Terhitung dari tahun 2018 ini, berarti kurang 27 tahun lagi. 27 tahun dari sekarang, yang diharapkan adalah kontribusi dari para pemuda. Lebih-lebih yang belajar di luar negeri. Harapan segenap bangsa Indonesia kepada pelajar di luar negeri untuk kontribusi pembangunan dalam negeri, seakan berlipat lebih tinggi. Ini bisa menjadi motivasi,

6

andalusia

MARET 2018

atau malah tekanan. Yang mesti digarisbawahi adalah, berkontribusi dalam pembangunan tidak harus menunggu menjadi seorang expert terlebih dahulu. Semua yang mengawali langkah pertama, akan selalu jadi pemula. Seperti halnya bayi yang baru belajar berjalan, ia baru jadi pemula. Awalnya butuh sesekali berpegangan, lalu berjalan pelan-pelan, lalu terjatuhjatuh, baru kemudian berjalan secara sempurna, berdiri dengan dua kakinya sendiri. Pemuda dalam berkontribusi membangun bangsa, akan diawali dengan menjadi pemula. Dan itu wajar, sewajarwajarnya. Yang diharapkan adalah berkontribusi nyata, walau pun masih dalam tahap belajar dan belum ahli. Atau mungkin dari lingkungan kecil dan sederhana. Lingkungan sekitar tempat tinggal, kampung, desa-desa, masyarakat yang masih dalam jangkauan tangan, dsb. Yang masih dalam upaya mencari ilmu, sekurangnya harus membangun kesadaran pribadi, bahwa hidup nanti adalah pengabdian. Apa yang kita pelajari selama ini, sejatinya bukan hanya milik kita, pun untuk kepentingan bersama, kepentingan masyarakat, dan kepentingan dunia. Ini semua dalam upaya mewujudkan dunia yang lebih baik dan nyaman untuk ditinggali.

Agus G. Ahmad


Salam Redaksi

S

udah tiga bulan kita memasuki tahun 2018. Berarti sudah seperembat jalan menuju akhir dari tahun ini. Terdengar masih jauh, tapi pada masanya nanti barulah terasa itu sangat dekat. Banyak hal yang masih diupayakan oleh tim redaksi buletin andalusia belakangan ini. Terkait masalah intern meliputi konten buletin, penyelarasan font dan layout sehingga ramah untuk dibaca, dsb. Juga masalah ekstern mulai dari kontribusi teman-teman pelajar Indonesia di Maroko untuk menulis dan menuangkan idenya pada buletin ini, juga pencarian narasumber untuk wawancara yang kami harapkan bisa memberikan pengetahuan, wawasan yang lebih juga kredibel. Semua itu dilakukan untuk membuat buletin ini menjadi lebih baik ke depannya, juga memberikan kemudahan kepada penerus tim redaksi nanti yang tentunya akan berubah seiring bergantinya kepengurusan PPI Maroko.

Itu juga yang membuat tim redaksi meminta maaf kepada teman-teman yang menunggu terbitnya buletin andalusia ini sejak lama. Bulan Maret ini kami hadir dengan tema “Kontribusi Pemuda dalam Membangun Bangsa�. Karena mayoritas pembaca andalusia yang merupakan temanteman pelajar di luar negeri, juga pembaca-pembaca lain yang berusia muda. Juga guna menumbuhkan kesadaran keapda teman-teman, bahwa kita, sebagai bangsa Indonesia, juga mesti turut andil dalam pembangunan rumah kita. Rumah yang semestinya hanya kita tinggalkan untuk sementara, bukan selawasnya. Akhir kata, selamat membaca kembali andalusia edisi Maret 2018. Salam Redaksi

Oleh karena banyak kendala yang dihadapi, dan kami merasa untuk menerbitkan buletin ketika sudah matang dan siap dilahap (bukan hanya sekadar sarana uji coba belaka), tim redaksi mengundur jadwal penerbitan buletin hingga bulan ini, sematamata untuk menjaga kualitas buletin dan kenyamanan membaca para penikmat buletin andalusia.

MARET 2018 andalusia

7


Dialog

Pemuda, Kemana Langkahmu? Oleh: Karima Nabila P.

8

andalusia

MARET 2018


Zaman ini telah terkontaminasi dengan gemerlap bermedia sosial.

MARET 2018 andalusia

9


“Masa muda, masa yang berapi-api.”

K

alimat yang diambil dari lirik lagu Rhoma Irama ini memang benar adanya. Masa muda ialah masa dimana kita selalu ingin unjuk gigi, dimana pertemanan adalah segalanya, dimana ego dipertuanagungkan, dimana semangat membara dan menggelora, serta dimana rasa malu hampir tiada. Tak semua orang bisa melalui masa muda nya dengan bijak. Banyak di antara mereka yang tidak mengerti apa arti masa muda yang sebenarnya. Dewasa ini, social media telah menjamah seluruh penjuru dunia. Sukar kita temukan telepon genggam tak bertajuk smartphone khususnya di Indonesia. Bahkan siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) pun banyak yang sudah memiliki smartphone pribadi. Seperti hipnotis, tren social media mampu menaklukan ribuan bahkan jutaan orang hingga kalut didalamnya. Terlebih kepada para pemuda. Acap kali membuatnya lupa akan dunia nyata yakni lupa akan kontribusi­ nya untuk negara. Terlena akan kenikmatannya membuat diri­ nya kaku dalam bermasyarakat. Bersekolah hanya untuk sekedar pintar, bukan terdidik, yang mana berdampak hilangnya tatakrama, kesopanan, kesantunan, kebe­ ragaman suku, juga toleransi sesama insan. Alih-alih terkesan menggurui para ortu tentang gadget, alangkah senangnya bila ada kei-

10

andalusia

MARET 2018

kutsertaan orang tua dalam kegiatan bermedsos anak-anaknya. Banyak anak di bawah umur 17 tahun sangat suka menyanyikan lagu-lagu dewasa dikarenakan tontonan youtube yang tidak terkontrol. Juga sikap matrelialistis yang merambat pada jiwajiwa mereka yang mana juga mengukur kebahagiaan itu dari banyak nya kekayaan dan kegaul -an itu dari merk yang melekat pada produk yang ia pakai. Perlu diketahui, kebiasaan semasa kanak-kanak pun bisa berimbas ketika mereka dewasa. Pemuda pada era globalisasi ini sangat berbeda de­ ngan para pemuda pada masa sebelum kemerdekaan. Zaman ini telah terkontaminasi dengan gemerlap bermedia sosial. Boleh saja kita up to date mengenai pemakaian teknologi baru, tapi kita juga harus menyeimbangkannya dengan kegiatan sosial di lingkungan masyarakat. Karena suara pemuda sangat berpengaruh dalam kehidupan bernegara. Bahkan seperti kata Bung Karno, “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, dan berikan aku 1 pemuda akan kuguncangkan dunia.” Sebagai contoh, pada masa akhir orde baru saat penggulingan pemerintahan Presiden Soeharto yang salah satunya disebabkan demo mahasiswa kala itu. Juga Bung Tomo, pada usia 17 tahun ia dapat mencapai Pandu Garuda dimana derajat ini sangat susah didapatkan di usia


yang sangat belia. Pahlawan kita yang lainnya pun, seperti Slamet Rijadi dan Soprijadi, tidak hanya menghabiskan masa muda nya dengan menghitung followers, tetapi beliau diamanahkan untuk memimpin pasukan di Ambarawa dan Semarang serta Bung Soprijadi sudah ikutserta dalam organi­ sasi PETA atau Pasukan Pembela Tanah Air yang juga merupakan tokoh penting dalam Insiden Pemberontakan Blitar. Serta masih banyak lagi cerita para pahlawan lainnya yang dapat kita teladani yang tidak mungkin saya utarakan disini. Sebagai pemuda yang menginginkan perubahan dan pergerakan negara nya agar menjadi lebih baik, ada ba­ iknya kita melakukan pembenahan yang dimulai dari diri kita sendiri. Ada segudang cara untuk me­ rubah sikap kita agar menjadi priba­ di yang lebih baik. Diantaranya, banyak membaca, mengikuti training, ikutserta dalam berorganisasi, sering mengintrospeksi diri, membiasakan “maaf, tolong, terimakasih”, membiasakan diri untuk selalu jujur, menjaga amanah, menghindari ketamakan, dan lain sebagainya. Peran kita sebagai mahasiswa Indonesia yang be­ lajar di luar negeri sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Selain me­ nimba ilmu di negeri orang kita juga dapat meneladani kebiasaan positif mereka, seperti terbiasa membersihkan rumah

sebelum bepergian, saling sapa dengan setiap orang yang ditemui, berpola makan yang sehat, senang bermusyawarah, atau mempelajari rahasia majunya negara tersebut. Kemudian kita aplikasikan kebiasaan tersebut yang kiranya relevan ke dalam masyarakat setibanya kita di kampung halaman. Kita juga dapat membagi ilmu yang kita pelajari kepada tetangga dan warga sekitar. Mengadakan festival “ Indonesian Day” di negara tempat kita belajar serta menggunakan media sosial untuk membagikan tautan mengenai kebudayaan Indonesia pun termasuk cara yang bagus untuk memperkenalkan budaya kita kepada dunia. Dengan banyaknya problematika yang ada di Indonesia, kita harus menyatukan misi kita sebagai generasi muda. Serta menyusun strategi yang jitu untuk mewujudkan misi tersebut. Bagaimana kita dapat menyusun strategi jika kita tak bersatu, bagaimana ada kesatuan jika diri kita tak saling mengerti satu sama lainnya. Dan semua itu bermula dari diri sendiri. Tidak selalu dengan hal besar kita dapat mengabdi untuk negeri, namun dengan hal sederhana pun dapat membuat tumbuh kembang cinta kita terhadapnya. Tchao! “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuangan mu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Bung Karno

MARET 2018 andalusia

11


12

andalusia

MARET 2018


MARET 2018 andalusia

13


Dialog

Ustad Abdul Shomad

Alumni S2 Institut Darul Hadith Hassaniyya Rabat, Maroko

14

andalusia

MARET 2018


Siapa di zaman sekarang yang tidak mengenal sosok Ustad Abdul Shomad, Lc., M.A.? Ustad yang banyak dikenal melalui video ceramahnya yang semakin viral di berbagai jejaring media sosial se­perti Facebook dan YouTube.

U

stad Abdul Shomad ber­ asal dari Riau. Setelah lulus Aliyah di Indonesia, beliau melanjutkan studi S1 di Universitas Al-Azhar Mesir, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan S2 di Darul Hadith Hassaniyya Rabat, Maroko. Sepulangnya ke tanah air, beliau mengabdikan diri sebagai dosen di UIN Sultan Syarif Kasim, Riau. Selain juga aktif dalam beberapa organisasi masyarakat seperti Badan Amil Zakat, MUI, dan NU. Beliau juga telah menerbitkan beberapa bu­ ku terjemahan, salah satunya berjudul “Sejarah Agama Yahudi” yang terbit pada tahun 2009. Di tengah kesibukan beliau sebagai dosen dan penceramah (ketika itu beliau sedang di Palembang), beliau menyempatkan diri untuk menjawab beberapa pertanyaan dari teman-teman PPI Maroko seputar tema “Pemuda dan Kontribusi untuk Bangsa”.

Di era globalisasi ini, banyak kritik terhadap metode pendi­ dikan Islam yang cende­rung menggunakan hafalan dari pada menggunakan nalar kri­ tis sebagaimana metode pen­ didikan di barat. Haruskah kami selaku mahasiswa me­ ninggalkan metode ini atau mempertahankannya? Pendidikan Islam adalah kombinasi antara teks dan kontekstual, kombinasi antara

nazhari (teori) dan tathbiqi (praktek), antara rasionalisme dan wahyu. Kombinasi ini melahirkan Avicena yang kita kenal dengan Ibnu Sina, Averoes yang kita kenal dengan Ibnu Rusyd, Imam Abu Hamid Al-Ghazali, dll. Dalam dunia pendidikan barat pun para pelajar medis menghafal rumus, istilah, dll. Ada saatnya untuk menghafal data teks Quran, hadis, dll. Ada pula masanya menganalisa data. Analisa tanpa data maka itu sama saja hampa.

Bagaimana manajemen wak­ tu Ustad selama menuntut ilmu? Antara organisasi dan kuliah? Saya tinggal di Cite Universitaire Internationale Hay Riyadh. Pagi saya ke kampus Darul Ha­ dith. Makan siang di asrama Moulay Ismail. Sore saya baca buku sambil nulis untuk tesis. Maghrib pulang. Ketika malam saya pindahkan yang saya baca itu ke komputer. Sabtu-Ahad saya ke sekretariat PPI Maroko dan juga pastinya tetap ikut kegiatan KBRI. Saya selesaikan S2 saya setahun 11 bulan. Di KBRI saya tetap aktif. Satu hal penyesalan seumur hidup yaitu tidak beristifadah kepada Masyayikh Sadah Ghuma­ riyyin. Tidak talaqqi kepada Syaikh Abdullah Talidi. Sesal tak dapat dijemput.

MARET 2018 andalusia

15


“Musuh yang tulus lebih baik dari sahabat yang penuh kepentingan.” Apa kontribusi yang paling di­ nanti masyarakat dari pelajar yang menuntut ilmu agama Islam di Timur Tengah? Dan apa saja kiat­kiat menjadi orang sukses setelah kembali ke tanah air? Masyarakat ingin hasil yang nyata. Beberapa caranya adalah dengan membuat dan memelopori kajian bersilabus dan berkurikulum. Seperti kajian tafsir surat-surat pendek, kajian syarah hadis-hadis pilihan, kajian tematik fikih 4 mazhab, kajian sirah nabawiyah, kursus Bahasa Arab. Kemudian dalam penyampaian jangan pakai bahasa langit (bahasa tinggi), karena yang kita hadapi adalah makhluk bumi. Kemudian problema juga banyak orang yang sekolah lama di Arab tapi akhirnya tidak memberi kontribusi apa-apa. Lama-lama di Arab kok malah ngurus koper jamaah umroh. Selanjutnya, bisnis itu baik, tapi jangan tinggalkan dakwah dan pendidikan.

MARET 2018

Cap terorisme sekarang dis­ andingkan dengan Islam, yang mana ketakutan dan kebencian manusia akan ter­ orisme melahirkan islampho­ bia. Bagaimana peran pemu­ da muslim dalam mengatasi masalah tersebut?

Kiat sukses di tanah air: 1. Jalin silaturrahim/network dengan senior-senior.

Berbuat saja, Adven-adven ini akan menilai.

3. Kenali bakat diri; politik, bisnis, dll. Jadikan itu sebagai mod-

andalusia

5. Ombaknya keras, anginnya kencang, karangnya tajam. Setelah sampai di pulau harapan, semua indah untuk dikisahkan.

Menjelang salat Jumat tadi, saya makan di rumah makan samping rumah sakit Awal Bros Pekanbaru. Tiba-tiba datang seseorang, “Pak Ustad, boleh foto? Saya selalu dengar ceramah Pak Ustad. Saya suka. Kenalkan saya Adven. Ini anak saya Maria dan Daniel. Saya non-Muslim Pak Ustad.” (Di rumah makan samping Awal Bros Sudirman, menjelang salat Jumat tadi).

2. Orang lain tahu isi kepala kita melalui bicara lisan dan tulisan. Asah kemampuan pada dua aspek itu; ceramah dan menulis.

16

al. Tetap pada jalur dakwah dan pendidikan. Tujuan akhir: ridho Allah. 4. Usaha dan kerja keras itu pilihan. Terkenal itu anugerah.

“Musuh yang tulus lebih baik dari pada sahabat yang penuh kepentingan”.


Bagaimana cara kita meng­ hadapi perbedaan pendapat dalam berdakwah, juga me­ nanggapi masyarakat yang fanatik terhadap sebagian golongan? Manhajuna manhaj albayan (manhaj kami adalah manhaj yang jelas). Sikap ifrath wa tafrith (melampaui batas) itu biasa. Lumrah dalam berdinamika. Kitab dengan judul “AlGhazali baina Maadihiihi wa Muntaqidiihi” yang ditulis oleh Syaikh Al-Qaradawi menggambarkan ba­gai­mana indahnya warna-warni. Apa pesan Ustad untuk te­ man-teman pelajar di luar negeri? Dan PPI Maroko khu­ susnya?

anak muda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah. “Setelah menemukan titik balik, hijrah. Buat komunitas, buat kegiatan-kegiatan yang positif, berkuda, memanah, berenang, kajian, nonton bareng, ambil semangat, kumpulkan sahabat-sahabat, buat target. Buah dari segalanya adalah istiqomah. Sampai pada akhirnya kita pun juga akan meninggalkan dunia ini dalam keadaan tersenyum, karena sudah menyelamatkan bukan hanya masa muda kita saja, tapi masa muda orang lain terselamatkan oleh kita.” (Wiam AAS, Ziyan Al Ghifari)

Bekali diri dan Jangan masuk hutan dengan tangan kosong. 1. Sukses studi Lc., M.A., Ph.D. 2. Sukses talaqqi, ijazah kitab, zikir, dll. 3. Sukses organisasi sebagai wadah penempa diri. 4. Perkuat jaringan. 5. Jangan putus kontak dengan Allah. *** Pada lain kesempatan, dalam sebuah video singkat di media sosial, Ustad Abdul Shomad berpesan agar para pemuda berusaha masuk dalam golongan

MARET 2018 andalusia

17


Medina Qodima Fez

18

andalusia

MARET 2018


MARET 2018 andalusia

19


Fokus

Pemuda, Kontributor atau Provokator? Oleh: Ziyan Al Ghifari

20

andalusia

MARET 2018


Pertanyaan besar pada diri kita sebagai pemuda, apakah kita sudah menyiapkan rencana untuk pembangunan Indonesia di masa depan?

MARET 2018 andalusia

21


“Kemauan pemuda, adalah kepuasan baginya.�

B

erbicara tentang pemuda, harus diakui bahwa pemuda merupakan aktor utama yang memiliki peran besar dalam setiap fase-fase kebangkitan bangsa dan Islam kita. Tidak hanya dalam kurun waktu milenial sekarang, akan tetapi juga masa dahulu yang perannya telah dicatatkan dengan tinta emas sejarah. Pemuda itu identik de­ ngan kemauan. Ketika seorang pemuda sudah berkemauan dan berkeinginan, maka sekuat tenaga ia akan berusaha untuk menggapainya. Tak pelaklah, keluar ungkapan bahwa kemauan pemuda adalah kepuasan baginya. Sering juga kita dengar bahwa pemuda itu identik dengan sebuah perubahan. Para pemudalah yang berkhidmat untuk Islam. Contohnya saja, Abdullah bin Umar atau sering dikenal dengan Ibnu Umar, beliau adalah pemuda yang sangat mencintai Islam dan mencintai Rasulullah. Saking cintanya kepada Islam pada saat umur 14 tahun beliau meminta kepada Rasulullah untuk ikut berjihad di peperangan Uhud, tetapi karena beliau belum baligh saat itu, maka Rasulullah tidak mengizinkannya. Itulah salah satu contoh dari banyaknya pemudapemuda tangguh di zaman Rasulullah. Kita juga kenal dengan nama Chairul Saleh, Sukarni, dan Wikana, yaitu tiga orang pemuda yang selalu terbakar

22

andalusia

MARET 2018

dengan semangat cita-cita kemerdekaan dan proklamasi. Tiga pemuda inilah yang sangat ingin agar kemerdekaan negara tercinta segera dilaksanakan. Walau akhir­ nya Presiden Soekarno dengan bijak meminta mereka untuk bersabar dan memikirkan matang-matang rencana kemerdekaan tersebut. Kemudian sebut saja Mark Zuckerberg, salah satu contoh pemuda yang sangat berpengaruh di era milenium ini. Pendiri sekaligus pemilik perusahaan media sosial terbesar dunia yang bernama Facebook itu sudah membuat perubahan besar di dunia komunikasi. mendirikan mega perusahaan itu di umur 20 tahun dan sekarang masuk ke angka 33 tahun yang mana pada usia itu masa-masa kematangan seorang pemuda. Walau memang dia adalah seorang nonmuslim. Paling tidak dengan kematangan ide dan semangatnya di usia muda tersebut bisa menjadi contoh bagi para pemuda. Dan masih banyak lagi pemuda-pemuda revolusioner yang telah mencatatkan nama mereka dalam sejarah. Tetapi yang lebih dari itu adalah, peran masa muda para nabi-nabi kita di masa mudanya untuk menyampaikan risalah dari Allah Yang Maha Segalagalanya, terutama dan terkhusus nabi panutan kita, Muhammad SAW, yang masa mudanya beliau habiskan untuk berdakwah me­ ngajak orang-orang masuk Islam


dan menjalankan perintah Allah SWT. Lantas muncul perta­ nya­ an, pemuda manakah yang akan memberi kontribusi yang besar bagi bangsa? Apakah setiap pemuda itu akan membawa misi kebangkitan bagi bangsa kita? Atau justru sebaliknya, pemuda yang akan menjadi provokator untuk merusak bangsa dan jati diri Indonesia? Telah diungkit sebelum­ nya, pemuda memiliki sema­ ngat dan tekad yang membara. Ketika seorang pemuda berkata dan menginginkan sesuatu maka mati-matian akan ia perjuangkan demi menggapainya. Ya, itulah sifat keinginan yang kuat. Karena itulah pemuda kerap disebut sebagai harapan besar bagi sebuah bangsa, dan kontribusinya akan selalu ditunggu-tunggu oleh bangsa. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa pemuda juga memiliki sikap negatif. Misalnya sikap emosional yang selalu membara. Padahal emosi yang tidak terkontrol akan menghasilkan kerusakan yang besar. Sering kita lihat betapa banyaknya demonstrasi yang harapannya berjalan damai, justru sebab emosi pemuda yang tidak terkontrol demonstrasi menjadi ricuh, bahkan sampai memakan korban. Inilah sebagian contoh pemuda provakator yang akan merusak bangsa.

Setiap ada sudut positif pasti juga ada sudut negatif, dan yang paling penting yakni bagaimana caranya seorang pemuda bisa mengoptimalkan potensi positif yang dimilikinya dan mengontrol kemungkinan negatif yang juga ada pada dirinya. Kemudian berbicara tentang kontribusi, pemuda revolusioner harusnya memberikan yang terbaik untuk bangsanya, bukan mencoreng nama negara. Hal ini akan lebih banyak dirasakan oleh pemuda Indonesia khususnya yang berada di luar negeri seperti kita. Kontribusi kita akan ditunggu-tunggu. Walau banyak orang berpikiran, “Yah buat apa saya memberikan kontribusi untuk negara, sedangkan negara tidak ada peduli­ nya dengan pendidikan kita.â€? Ini salah satu pemikiran yang terlalu pendek dan dangkal. Bangsa dan negara yang kita dilahirkan dan dibesarkan di sana, bagaimana bisa kita masih saja berharap imbalan? Lalu dengan tega kita masih saja hitung-hitungan demi kontribusi kepada bangsa?

khususnya pemuda Indonesia, untuk selalu bekerja, beramal, dan berkarya mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Pemuda Indonesia akan me­ ngubah bangsanya dari “kucingâ€? menjadi “macanâ€? Asia, bahkan dunia. Pertanyaan besar pada diri kita sebagai pemuda, apakah sejauh ini kita sudah memberikan kontribusi yang nyata, atau paling tidak sudah menyiapkan rencana untuk pembangunan Indonesia di masa depan? Atau justru sebaliknya, kita sudah memberikan dampak negatif kepada bangsa dan negara bahkan menjadi cikal bakal provokator yang akan merusak bangsa? Ya, harapannya tentu pilihan pertama, yakni pemuda kontributor perubahan ke arah yang lebih baik.

Lagi-lagi kita diingatkan oleh sang proklamator de­ ngan perkataan indah nan kaya maknanya tentang pemuda. Di suatu pidato beliau berkata, “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.â€? Kata mutiara ini tentu bukan sebagai penghias saja. Akan tetapi, kalimat itu sebagai motivasi yang akan menstimulasi para pemuda,

MARET 2018 andalusia

23


Sastra

mampus kau dikoyak-koyak sepi. aku ini binatang jalang dari kumpulannya terbuang. aku masih sangat hafal nyanyian itu nyanyian kesayangan dan kebanggaan kita bersama sejak kita di sekolah rakyat. aku ingin mencintaimu dengan sederhana. menghisap sebatang lisong, melihat Indonesia raya. dan di langit dua tiga cukong mengangkang berak di atas kepala mereka. kemerdakaan itu nasi dimakan jadi tai. sekali berarti sudah itu mati. kau sudah lama sekali tahu dimana kuburan dia. winka winka.

CERPEN & puisi

24

andalusia

MARET 2018


Tenung Oleh: Inas Pramoda

S

emalam sebuah bola api memancar di langit. Ia terbang menjauh keluar desa bak bintang jatuh. Zuhayati tak sengaja melihatnya dari balik jeruji jendela di kamar. Bayinya yang baru tujuh bulan merengek dan memaksa Zuhayati terjaga malam-malam buta. Sambil menimang dan menyusui oroknya, ia berdiri dan menghampiri bingkai jendela. Temaram bulan purnama memikat Zuhayati untuk menengoknya lebih dekat. Lalu bola api yang entah dari mana asalnya lewat tanpa isyarat. Zuhayati tiba-tiba terlonjak. Padahal belum lewat seminggu sejak penampakannya terakhir kali di langit desa. Zuhayati meski gentar, namun bersyukur sempat melihat laju bola api itu. Seketika tatkala wujudnya diketahui, bola api itu lenyap seperti lilin tertiup angin. Tenung yang berupa bola api, telah lama dipercaya akan runtuh saat ada seseorang yang memergokinya terbang.

“Mas ini loh... anakmu masih netek kok disuruh tidur.” “Hmm...” Slamet sempurna terbius mimpi.

“Oh iya... dengar-dengar kampung sebelah memang lagi masa pemilihan kades loh,” saut Saniah.

“Mas, Mas, bangun...”

Suaminya melenguh enggan tergugah. “Ada apa toh Dek?” gumamnya sembari tetap terpejam. “Bola api Mas, ini kelakuan Mbah Anom mesti ya.” “Owalah... sudah hilang kan? Sini tidur lagi,” ujarnya sambil menepuk-nepuk sisi ranjang yang kosong.

Esok paginya, gerobak sayur Sardi ramai dikepung ibu-ibu. Apalagi sebabnya kalau bukan cerita bola api semalam. Sardi harus rela lapak rezekinya digunakan sebagai tempat nimbrung mereka. Matanya awas, khawatir ada yang sudah membungkus sayur tapi lupa membayar. Zuhayati sambil menggendong anaknya berkisah menggebu-gebu. Ibu-ibu lain jadi pembanding. “Bocah lanangku ini loh yang jadi saksi,” Zuhayati menepuk-nepuk bayinya yang melongo. “E...e... aku lihat kemarin pak Misrawi mampir ke rumah Mbah Anom,” Fitri menanggapi.

“Walah, pas toh kalau begitu. Pak Misrawi kan nyalon jadi kades,” sambut Rohana. “Mesti saja, wah... coba kalau bu Yati tidak lihat bola api semalam. Pasti pak Sukri sudah mati hari ini.” Saniah menggebrak gerobak sayur Sardi. Beberapa tomat terjungkal. Sardi langsung

sambat. Akhirnya Saniah minta maaf sambil memunguti tomattomat yang tergeletak di tanah. Sardi menelan ludah dan serasa nafasnya tercekik, pupil matanya bergetar melihat sosok Mbah Anom yang berjalan hanya beberapa langkah dari lapaknya. Sardi berdehem memberi isyarat kepada ibu-ibu agar segera membungkus obrolan, dan enyah. Mbah Anom kian dekat. Mungkin hawa keberadaannya mengelus tengkuk ibu-ibu yang masih bergumul. Mereka langsung sadar sedang berhadapan dengan kengerian. Bayi Zuhayati sontak menangis, meronta-ronta. Sang ibu masih kalut, beserta perempuan yang lain. Tanpa perintah, mereka segera meringkas belanjaan pagi itu, dan membubarkan diri. Tinggal Sardi dan gerobak sayurnya yang terpaku. Ia bahkan tak sadar Rohana dan Saniah belum membayar. Mbah Anom tak berkatakata. Selalu begitu tiap hari. Tak ada seorang di desa yang ingin berbagi suara dengannya. Mbah Anom sudah sepuh, kakinya digerogoti penyakit gula darah sejak bertahun-tahun. Di beberapa bagian kulitnya sudah mengelam hitam. Rambutnya gondrong bergelombang, terurai melewati bahu, dan putih-putih helainya. Dengan kumis beruban yang tak terawat, juga pakaian berwarna suram, seakan aura jahat keluar dari pori-porinya. Mbah Anom terkenal di desa sebagai tukang

MARET 2018 andalusia

25


tenung. Dukun adiluhung. Ia tak mencari nama baik, dan nama baik tak pernah tersemat kepadanya. Meski warga meyakini seluruh kejadian buruk yang terjadi di desa, atau kampung-kampung tetangga, adalah kelakuan Mbah Anom, mereka tak pernah berani mengambil sikap. Sekadar lewat di depan gubuknya pun segan. Mereka memilih tak ikut campur, jauh-jauh, dan berharap ia segera mampus saja. Di desa itu, ada dua orang yang dianggap hanya serupa sampah. Selain Mbah Anom, seorang lagi ialah lelaki paruh baya yang menghabiskan sisa umurnya dengan menenggak arak dan berjudi. Parman namanya, ia mengepul sampah dan menjualnya ke tengkulak. Parman seperti tak bisa lagi hidup lebih berarti. *** Kabar pak Misrawi mati telah tersebar sampai ke desa Temurejo. Menurut cerita dari mulut ke mulut, perutnya membuncit seperti sedang hamil tua, kedua lubang telinganya mengeluarkan nanah dan belatung, dan semalaman pak Misrawi muntah darah juga paku. Akhir yang tragis. Terang saja, gara-gara ia mati, pak Sukri yang terpilih jadi Kepala Desa Kesilir. “Ngeri Bu... amit-amit deh, nauzubillah.” Rohana mengelus tengkuknya. Gerobak sayur Sardi ramai seperti lalulalu. “Kok jadi pak Misrawi ya yang mati?” Zuhayati keheranan. “Dukunnya pak Sukri ampuh berarti Bu,” tukas Saniah. “Mbah Anom kalah sakti dong ya?” Zuhayati kembali bertanya.

26

andalusia

MARET 2018

“Ya gara-gara kamu itu, tenungnya Mbah Anom jadi gugur.” Telunjuk Fitri menuding hidung Zuhayati. “E...e... sudah tiga hari kok aku tidak lihat Mbah Anom ya?” gantian ia bertanya. Ibu-ibu yang lain saling berpandangan. Sardi ikut penasaran. Dari roman wajah mereka, semua tampak bersepakat bahwa Mbah Anom tak pernah muncul tiga hari ini. “Kalau muncul pada kabur. Begitu hilang dicariin. Sudah, pokoknya jangan lupa bayar semua, ayo dihitung habis berapa ibu-ibu.” Sardi menutup percakapan sebelum mereka pura-pura lupa membayar. Bermula dari aduan seorang warga yang mengeluh tentang bau busuk di sekitar gubuk Mbah Anom, kepala desa akhirnya turun tangan. Ini sudah empat hari sejak Mbah Anom menghilang. Orang-orang di desa segera menyebar desasdesus. Semua was-was dengan apa yang terjadi di gubuk sang tukang tenung. Mereka berkerumun di sekitar gubuk sambil saling berbisik. Pak Suwarno selaku pimpinan di desa lalu memberanikan diri untuk masuk. Pintu gubuk yang terbuat dari jalinan bambu tak terkunci. Pak Suwarno harus membekap hidungnya dengan selendang sebab aroma busuk yang tak ternyana. Sudah diikat erat, masih saja ingin muntah rasanya. Pak Suwarno bolak-balik menahan isi perutnya agar tak tumpah. Ia lalu menuju dapur, sumber dari segala bau yang nista itu. Matanya terbelalak begitu melihat jasad terkulai di tanah. Pak Suwarno tak sanggup lagi menahan dorongan di perutnya. Ususnya terasa melilit. Lalu muntahan tumpah ruah mengotori selendang yang dipakainya.

Tubuh Mbah Anom terge-

letak di depan tungku perapian. Matanya melotot tanpa pupil, hanya tertinggal warna putih dengan saraf-saraf merah. Mulutnya menganga. Dari hidung dan telinganya mengucur darah bercampur nanah. Belatungbelatung merayap di sekujur muka. Kulitnya seperti arang. Mbah Anom terlihat masih memakai surjan. Entah kutukan macam apa yang ditiup ke ubunubunnya. Miris. Pak Suwarno keluar gubuk sambil terhuyung. Orang-orang terperanjat sambil melayangkan sukur ke hadirat Ilahi, sebab doa-doa mereka agar Mbah Anom mati terkabul. Malam hari warga berkumpul di balai desa. Mereka merebus opini tentang jasad Mbah Anom yang sudah bobrok. “Mayat itu harus segera disingkirkan Pak, lama-lama bangkainya bisa mengganggu dan bikin penyakit,” ujar Slamet yang diamini warga lain. “Iya saya paham. Tapi bagaimana? Harus dibuang kemana?” tanya pak Suwarno. Orang-orang hening. Beberapa ada yang batuk secara tidak alami. Mereka yang sudah melihat rupa jasad Mbah Anom, pasti tak sanggup memandangnya kembali. “Dibakar saja,” lanjut Slamet, “Kita bakar sekaligus gubuk laknatnya.” Bola mata pak Suwarno dan segenap warga yang hadir tiba-tiba terpantik sinarnya. Mendengar usulan Slamet, mereka seakan disiram hujan setelah kemarau bermusim-musim. Tanpa banyak komentar, pertemuan malam itu ditutup dengan pulang ke rumah masing-masing. Namun luput dari perhatian mereka, sesosok lelaki ikut menyimak dari kejauhan. Parman dengan botol araknya yang kosong diam


termangu. Ia tak tahu harus pulang kemana.

“Pergi sana! Pergi!” orangorang menyahuti dari belakang.

***

“Maaf, bapak-bapak, ibuibu...” Parman mengangkat sebelah tangan. “Apa tega membakar gubuk ini? Yang di dalam itu jasad manusia, bukan kayu bakar.”

Desa Temurejo pagi itu lebih dingin dan kaku dari biasa. Gerobak sayur Sardi tetap meniti jalan-jalan desa. Namun Sardi harus meringkas dagangannya lebih awal. Warga desa telah sepakat berkumpul di gubuk Mbah Anom pukul delapan. Pak Suwarno menggenggam obor di tangan. Sementara beberapa orang menyiapkan drum-drum berisi minyak tanah. Mereka siap membakar tukang tenung itu bersama peraduannya. Slamet dan Sardi tampak semangat menyiram dinding-dinding anyaman dengan minyak tanah. Para istri berdiri mengambil jarak dari gubuk Mbah Anom. “Bapak-bapak, ibu-ibu, hari ini desa Temurejo akan bebas dari jerat perdukunan, yang telah lama meresahkan warga. Dukun laknat di dalam sana sudah menerima ajal yang hina. Dan pagi ini, kita semua akan membersihkan sisa-sisa ilmu hitam yang terkutuk. Bapak-bapak dan ibu-ibu siap?” seru pak Suwarno bergelora. “Siap!” serentak orangorang menjawab, sambil beberapa mengepalkan tangan ke atas. Lalu terdengar seloroh kasar saling bersahutan. Pak Suwarno siap dengan obor di tangannya. Sebelum api menjilat minyak tanah di gubuk reyot itu, seorang lelaki menerobos kerumunan. “Berhenti! Berhenti!” Parman terengah-engah menenangkan teriakan warga. Orang-orang menyorotnya dengan pandangan benci dan emosi. “Apa benar kalian ingin membakar jasad Mbah Anom?” “He, mau apa kamu?!” bentak kepala desa.

“Tukang mabuk beraniberaninya nasihatin kami, mau dibakar sekalian?” Slamet menyerobot. “Tunggu... mohon tunggu. Biar saya yang mengubur Mbah Anom dengan layak. Kalian boleh bakar gubuknya setelah itu. Tolong...” pinta Parman. “Bakar! Bakar!” terdengar teriakan susul-menyusul. Suara Parman ditelan gelombang kekesalan. Kata-katanya tenggelam. Parman sempurna dicampakkan. Pak Suwarno melempar obor ke gubuk, kemudian api menyambar seluruh persendiannya. Bunyi meretih terdengar ramai, bergema. Asap membumbung hitam. Orang-orang bersorak-sorai. Di tengah kecamuk kemenangan warga, Parman menendang pintu tanpa dihiraukan. Ia merangsek masuk ke dalam gubuk sambil terbatuk-batuk dan mual. Diseretnya jenazah Mbah Anom yang sudah bejat. Parman dilumuri bau anyir darah dan nanah. Tatkala berhasil keluar dan menghirup udara yang lebih lega, warga sudah mulai sepi. Beberapa yang masih tersisa lari tunggang-langgang melihat mayat Mbah Anom yang tak keruan. Parman membopong jenazah tukang tenung itu ke tanah kosong di pinggir desa. Di sana, semalaman tadi Parman mengeruk tanah jadi liang lahat. Dengan kondisi carut-marut, ia menghantarkan jenazah Mbah Anom di peristirahatan terakhirnya.

“Semoga tenang Mbah. Orang-orang itu selalu memikirkan kebahagiaannya sendiri.” Parman pulang ke gubuknya setelah membasuh badan di aliran sungai. Tak ada yang menunggu di rumah. Istri dan anaknya yang masih dalam kandungan telah lama mati, sebab kiriman tenung dari entah siapa. *** Gerobak sayur Sardi ramai seperti lalu-lalu. “E...e... sudah seminggu kok aku tidak lihat Parman ya?” celetuk Fitri. Ibu-ibu yang lain saling berpandangan. Sardi ikut penasaran. Dari roman wajah mereka, semua tampak bersepakat bahwa Parman tak pernah muncul seminggu terakhir. Kepala desa turun tangan setelah mendapatkan laporan dari warga. Parman tak terlihat beranjak dari gubuknya selama berhari-hari, namun tak tercium bau busuk dan anyir dari dalam. Pak Suwarno akhirnya masuk memeriksa. Begitu membuka pintu, aroma melati yang kuat mengusik rongga hidungnya. Lalu semerbak bau segar menyelinap di udara. Pak Suwarno segera menuju kamar, sumber dari segala wangi tak ternyana itu. Matanya terbelalak begitu melihat jasad terbaring tenang di ranjang. Wajah Parman putih bersih dan terlihat lebih gemuk. Bibirnya tersenyum rupawan. Kedua tangannya mendekap di perut seperti orang sedang salat. Malam hari warga berkumpul di balai desa. Mereka saling berebut untuk menguburkan jenazah Parman.

TAMAT

MARET 2018 andalusia

27


TERASING Oleh: Inas Pramoda

Gemulai musim gugur tahun ini rontok, sebab gedung-gedung tak berdaun, kaca-kaca tak berdahan, dan angin enggan sirna membentur dinding dan aspal. Yang sampai ke tanah hanya selembaran dan koran-koran sejak tanggal kemarin, aroma kelabu dan duri-duri kasat mata merengkuh pejalan kaki, mati, satu per satu. Sudah sejak lama waktu pasar malam masih ramai disinggahi, dipasrahi menelantarkan duka ke pangkuan pagi, untuk lalu jadi mimpi yang terlupa. Jika malam ini sunyi masih menghuni, orang-orang berharap: rahasia tetap misteri dan tak lagi menjelma berita dini hari agar tidur mereka bukan gelisah bertubi-tubi. Di kota ini fantasi jadi kali mati, ikan-ikan menggelepar dan tak lagi hanyut sampai ke laut, tak lagi mencumbu air tenang dan gelombang. Jejak-jejak dihapus hujan yang sejenak, masing-masing bingung menunjuk alamat, hilang arah dan tersesat di depan rumahnya sendiri, yang terasa asing. “Di rumah ini, tak ada lagi sebab kepulanganku. Alamat yang tertulis di sini bukan lagi rumah, dan tak lagi ramah.� Bibirku bergetar, dan zikirnya berputar. Malam memanjang, siang memangkas diri namun hari-hari masih begini saja, lagaknya sibuk dan pongah, memahat sesiapa saja merasa dirinya pecundang.

Rabat, 2017

28

andalusia

MARET 2018


sebuah REKAYASA malam hari Oleh: Inas Pramoda

malam ini dingin turun dari celah bulan yang bukan purnama menyusup sebagai bekas keikhlasan awan, langit, dan angin agar jelas saja bahwa jarak bukanlah sebab kita menggigil sehingga mendekap masing-masing selimut dan bingkai kosong mungkin kaudengar ada getar tersimpan di halaman, di kursi ayun senada detak-detak nadi menjelang magrib yang ingin pulang sementara ujung jemariku menyentuh bibir sepucat kapur bibirmu itu yang tak sempat terjamah kata-kata selasar enggan menemui kata pengantar di balik kerah baju yang diselip rapi malam ini agar menemukan diksinya yang selaras angin, langit, dan awan bersekongkol memanggil dingin dingin yang dipingit agar gang-gang rumah kita sibuk mencarinya

Casablanca, 2018

MARET 2018 andalusia

29


30

andalusia

MARET 2018


MARET 2018 andalusia

31


Rehat

Q&A

orang berkacamata

Kamu kalau lepas kacamata bisa lihat gak? Pinjam kacamatanya dong! Kok jadi kecil ya gambarnya? Oh iya burem.

Apakah orang rabun tidak bisa melihat tanpa kacamata?

�

Duh, ini yang paling konyol. Ya jelas bisa. Orang rabun bukan gak bisa lihat sama sekali bro, sis. Cuma pengelihatan kita ini agak kurang jelas dibanding orang normal lain. Buram. Ada rabun jauh, ada rabun dekat. Rabun jauh pakai kacamata minus, rabun dekat pakai kacamata plus. Duh ini kan pelajaran biologi dasar say~ Kenapa bisa rabun? Kurang makan wortel (dikira kelinci apa ya?). Hmm... jangan baca sambil tiduran (tidur yang terlentang). Jangan lihat tivi dekat-dekat (berasa jadi emak-emak jagain anaknya hari Minggu). Dan satu lagi yang penting, jangan colok mata kamu pakai gunting kuku~ sakit masbro. Kenapa kalau lepas kacamata suka sipit sih? Jadi... gimana jelasinnya buat orang normal yah... jadi begini, kalau matanya kita sipitin, itu bakal lebih jelas lihatnya. Semakin kecil corong yang digunakan buat menangkap cahaya, semakin menajamkan pengelihatan kita (eh gitu gak sih? Bukan anak IPA say maklum). Pakai kacamata itu turunan gak sih? Tanjakan say~ hohoho, yah bisa jadi kalau orang tuanya rabun anaknya juga rabun. Seperti kata pepatah, kurma jatuh gak jauh dari pohonnya (pakai kurma ya, biar kerasa Timur Tengah). Benar gak mitos orang yang pakai kacamata itu manis? Ehem... ya kalau ini, bisa lihat langsung mukaku sambil minum kopi pahit. Insyaallah lumer~

32

andalusia

MARET 2018


yang repot dari pakai kacamata... Kalau makan mie kuah masih panas, uapnya bakal nutupin kacamata kita~ (kayaknya butuh wiper kayak kaca mobil)

Suka lupa naruh kacamata di mana~ (jam-jam rawan: bangun tidur & setelah mandi)

Susah gaya-gayaan pakai kacamata hitam (nanti numpuknumpuk say kacamatanya)~

Apalagi kalau berenang... pakai kacamata nanti hanyut, gak pakai nanti buram~ dilema nak!

MARET 2018 andalusia

33


Resensi

Al-i’laam bi anna at-Tashawwuf min Syari’ah al-Islam 34

andalusia

MARET 2018


“Ulama Maroko dari masa ke masa senantiasa mengajar dan menyebarkan nilai-nilai spiritual (tasawwuf) kepada masyarakat Maroko.”

Oleh: M. Iqbal Mansury, Lc.

Judul : Al-I’laam bi anna At-Tasawwuf min Syari’ah Al-Islam Pengarang: Syaikh Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumariy Al-Hassani Penerbit: Al-Ma’arif Al-Jadidah, Rabat Tahun terbit: 1435 H/ 2014 M Jumlah halaman: 182 halaman

M

aroko merupakan salah satu ne­gara yang menjunjung tinggi ajaran-ajaran tasawwuf. Dari tempat ini banyak lahir ulama sufi, di antaranya Al-Imam Sulaiman Al-Jazuli, Al-Waliy Al-Quthb Abdussalam

bin Masyish, Ibnu ‘Aajibah, Sidi Ahmad At-Tijani dan Ahmad Zarouq Al-Faasi. Ulama Maroko dari masa ke masa senantiasa mengajar dan menyebarkan nilainilai spiritual (tasawwuf) kepada masyarakat Maroko, sehingga banyak dijumpai di negara seribu benteng ini peninggalan-peninggalan zawiyah dari para pendirinya dan thariqah-thariqah tasawwuf, sebut saja Zawiyah Tijaniyah, Shiddiqiyah, Dharqawiyah dan masih banyak lagi. Gharb al-Islam ‘Barat Islam’ khususnya Ma­roko memiliki tiga prinsip yang dijadikan manhaj dalam beragama, seperti dikatakan dalam kitab “Mursyid AlMu’in” karya Ibnu ‘Asyir, bahwa dalam bertauhid mengikuti Imam

Asy’ari, dalam fiqih mengikuti Mazhab Maliki, dan dalam bertasawwuf mengikuti Thariqah Shufiyyah Junaidiyyah (nisbat kepada Imam Al-Junaid Al-Baghdadi). Oleh sebab itu, ulama Maghrib telah banyak mengarang kitab yang berkenaan dengan tasawwuf. Salah satunya adalah maha karya yang sangat populer dari seorang ulama hadits kontemporer, adalah kitab “Al-I’laam bi anna At-Tasawwuf min Syari’ah Al-Islam” ini, dikarang oleh seorang ulama kontemporer yang pakar dalam bidang hadits. Beliau ada­ lah Syeikh Abdullah bin Shiddiq al-Ghumari, beliau termasuk keluarga Al-Ghumariyyin yang dikenal memilki kedalaman di bidang ilmu hadits.

MARET 2018 andalusia

35


Pada masa sekarang sudah sangat jarang seorang ulama yang pakar dalam hadits sekaligus juga pakar dalam bidang tasawwuf, karena menggabungkan kedua bidang ini bukanlah hal yang mudah. Maka dalam kitab ini beliau menjelaskan hakikat tasawwuf dan hal-hal yang berkaitan dengannya melalui pendekatan ilmu hadits. Tidak ada satu pun pembahasan yang dipaparkan melainkan diiringi dengan hadits-hadits nabawi. Yang pertama, dalam muqaddimah­ nya beliau sekilas menjelaskan keagungan tasawwuf, berbagai defini­sinya dan manfaat bagi kehidupan manusia. Pada pembahasan selanjutnya dijelaskan hal-hal dan istilah yang populer dalam tasawwuf se­perti al-karamah, alwilayah, al-mukasyafah, awliya’ dan pembagian­ nya, ilmu batin, ilmu zahir dan masih banyak lagi. Pembahasan-pembahasan yang di­ sa­ jikan tasawwuf akan selalu relevan dalam implementasinya di setiap dimensi waktu, lebih-lebih pada era modern ini, peran tasawwuf sebagai kritik sosial memilki peran yang sangat besar, mengajarkan arti kehidupan, mengantarkan manusia kepada puncak makrifat. Dengan mendalami tasawwuf serta menerapkannya dalam kehidupan­sehari-hari akan memberikan dam­pak positif

pada setiap individu, me­ ngubah cara pandang hidup men­ jadi lebih baik. Contoh di da­ lam hal ibadah, beribadah tidak me­ lulu hanya soal berdiri, rukuk dan sujud, namun juga hati ikut hanyut dalam kekhusyukan, karena dikatakan dalam sebuah hadits, “Beribadah kepada Allah seakanakan engkau melihatNya.“ Kemudian dalam kehidupan bermasyarakat pun peran tasawwuf sangat kompleks. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab ini, bahwa dalam kalangan sufi terdapat suatu maqam (tingkatan perjalanan sufi) yang disebut dengan al-muraqabah, yakni seorang hamba merasa dirinya terus dimonitori oleh Sang Maha Mengawasi di setiap perilakunya, maka dengan begitu seseorang akan mempertimbangkan beribu kali atas perbuatan yang dia kerjakan, sekalipun itu tidak diketahui oleh sesamanya. Di dalam tasawwuf diajarkan bagaimana kita berakhlaqul karimah antar diri sendiri maupun dengan sesama manusia, menanamkan serta menghiasi sifat-sifat mulia yang diistilahkan dengan tahalliyyah seperti zuhud, qanaah dan wara, juga melepas diri dari hawa nafsu dan sifat-sifat tercela yang diistilahkan dengan takhalliyyah seperti hasud kepada sesama, tamak dan rakus akan dunia yang fana. Di bab selanjutnya beliau menyam­ paikan keutamaan mengadakan ha­ laqah zikir yang

Syaikh Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumariy 1328-1413 H 36

andalusia

MARET 2018


“Barang siapa yang bertasawwuf tapi tidak berfiqih maka ia akan zindiq, barang siapa berfiqih namun tidak bertasawwuf, maka ia akan menjadi fasiq dan bagi siapa saja yang menggabungkan kedua­nya, maka telah menggapai hakikat.”

merupakan salah satu amalan thariqah shufiyyah. Bahwa berzikir adakalanya dengan menjahr-kan (mengeraskan suara) pun adakalanya dilirihkan, keduanya merupakan amalan yang diperbolehkan dalam agama Islam, lalu beliau memaparkan argumennya dari pendapat-pendapat para ulama salaf, seperti Al-Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Dan tidak kalah penting­nya juga dalam kitab tersebut beliau menjelaskan dengan sa­ ngat detail bahwa tasawwuf merupakan salah satu dari tiga pilar agama Islam yaitu “ihsan”, dan ini juga merupakan jawaban dari sebuah pertanyaan besar yang ditujukan kepada beliau. “Siapa yang pertama kali mendirikan thariqah shufiyyah? Lalu apakah pendiriannya berdasarkan wahyu ilahi?” Walhasil, metode beliau dalam penyusunan kitab ini bisa disimpulkan ke dalam dua poin penting­ . Yang pertama adalah setiap pembahasan yang beliau paparkan selalu dihubungkan dengan satu atau beberapa ha­ dits yang berkaitan dengan pokok pembahasan, di samping itu juga argumen yang ada diperkuat dengan qaul-qaul ulama salaf. Yang kedua, melakukan istinbath (pengambilan hukum) dari nashnash tersebut dan menyampaikan kesimpulannya. Adapun yang melatar­ belakangi penulisan dan penyusunan kitab ini adalah realita atau kejadian-kejadian yang beliau saksikan pada saat itu, bahwa dari sekian banyak kelompok-kelompok radikal yang menyebarkan pemahaman-pemahaman menyimpang, tidak sedikit yang menolak amalan-amalan kalangan sufi dan meragukan eksistensi tasawwuf dalam ajaran Islam, sebagaimana yang beliau katakan,

ing di luar Islam yang dibawa oleh orang-orang Budha, kemudian menuduh ulama-ulama sufi sebagai pelaku bid’ah, khurafat dan dengan berbagai macam tuduhan-tuduhan yang sangat irrasional, bahkan nash-nash pun menolaknya. Oleh karena itu, melalui kitab ini kami terpanggil untuk meluruskan pemahaman tersebut semata-mata meharapkan ridha Allah Subhanahu wa ta’ala.“ Beliau mengakhiri pembahasannya dalam kitab ini dengan memaparkan kesaksian ulama salaf tentang tasawwuf, seperti Imam Syafi’i pernah mengatakan, “Sejak aku menemani ulama sufi, tidak ada yang bisa kuambil manfaat darinya selain tiga kata: waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak memotongnya, maka ia akan memotongmu.” Begitu juga Imam Malik mengatakan, “Barang siapa yang bertasawwuf tapi tidak berfiqih maka ia akan zindiq, barang siapa berfiqih namun tidak bertasawwuf, maka ia akan menjadi fasiq dan bagi siapa saja yang menggabungkan kedua­nya, maka telah menggapai hakikat.” Sekali lagi, melalui kitab ini Syaikh Abdullah menegaskan kembali pada kita bahwa tasawwuf merupakan bagian dari ajaran syariat Islam yang patut untuk kita ketahui, bukan justru menganggapnya hal yang asing lagi.

“Sungguh pada zaman ini, sudah banyak orang-orang yang mengingkari tasawwuf, bahkan menganggapnya hal as-

MARET 2018 andalusia

37


38

andalusia

MARET 2018


MARET 2018 andalusia

39


Buletin Perhimpunan Pelajar Indonesia di Maroko

Mau beriklan di buletin andalusia? hubungi kami di: ppimaroko@gmail.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.