ANDALUSIA | FEBRUARI 2017

Page 1


FOTOGRAFI Kusnadi


Buletin andalusia tersedia di www.ppimaroko.com www.issuu.com


KONTEN

kami poetra dan poetri indonesia meng akoe bertoempah darah jang satoe tanah indonesia kami poetra dan poetri indonesia meng akoe berbang sa jang satoe bang sa indonesia kami poetra dan poetri indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean bahasa indonesia

6 8 14 20 26 34

Editorial Opini

Siluet Semu Negara Islam

Dialog

Pemuda dari Kacamata Orang Tua

Fokus

Menakar Kemungkinan Khilafah

Sastra

Anak Cucu Ibrahim

Resensi

Islam Nusantara

4

andalusia

FEBRUARI 2017


REDAKSI

Redaksi andalusia Pimpinan Redaktur: Risyan Nur Hakim Ketua Redaksi: Agus G. Ahmad Bendahara: Feby Meliana Staf Redaksi: Fahruddin Al-Musthofa M. Iqbal Manshury Layyinah Nur Chadijah Wartawan: Arif Afandi Zarkasyi Wiam AAS Fotografer: Usamah Al-Jihadi Muhammad Sajid Kartika Yusrina Layout dan desain: Subhan Ghozaly

FEBRUARI 2017

andalusia

5


EDITORIAL

Semangat Zaman

S

udah berapa tahun baru kita rayakan, dalam hingar-bingar harapan akan kehidupan yang baru, langkah yang maju dan capaian-capaian yang harus terwujud setelah sebelumnya sempat tertunda. Entah dulu pada masa sebelum masehi-atau bahkan awal-awal kalender yang kita pakai--apakah orang-orang merayakan tahun baru atau tidak? Yang jelas tahun bergulir, zaman berganti, orang-orang meninggal, yang lain dilahirkan. Kalender apa pun itu, yang dipakai manusia, baik tanggalan masehi, hij­ riyyah, Cina, atau bahkan Jawa, semua memiliki titik awal dan akhir. Hitungan yang te­ rus bergulir di antara awal dan akhir itu adalah proses, dimana kehidupan berjalan dan segala transaksi lain dituntaskan. Dalam proses awal menuju a­ khir itu, sejarah tercatat, terangkum dalam kehidupan umat. Segala bentuk perkembangan dalam segala bidang memadati sendi-sendi zaman. Kala suatu masa telah sampai puncak cemerlangnya, datang masa lain menggantikan, bercahaya lebih benderang dari sebelumnya. Atau bisa jadi sebaliknya, terjatuh dan semakin gelap gulita. Pergaulan berganti, kehidupan berubah, apa yang dilihat orang tua kita, tidaklah sama seperti yang kita tangkap di masa sekarang. Yang dijalankan oleh pendahulu-pendahulu, mungkin sisa-si-

6

andalusia

sanya masih bisa kita temukan, atau malah sudah menghilang sama sekali. Begitulah sema­ ngat zaman merubah keadaan. Atau lebih tepatnya, keadaan harus berubah, fleksibel mengikuti perkembangan zaman. Banyak peradaban yang berlalu-lalang dari masa ke masa. Salah satu peradaban besar itu adalah islam. Sebenarnya setiap agama sudah memba­ ngun peradaban besarnya sendiri-sendiri. Namun kita akan mencoba fokus terhadap islam dan apa yang telah ditorehkannya, juga yang diperjuangkannya sampai sekarang dan masih terdengar gaunggaungnya. Islam pernah menjadi sebuah kekuatan besar, kerajaan yang menguasai ba­ nyak belahan dunia. Tidak luput di ingatan kita, lima abad lebih lamanya dinasti Abbasiyyah berkuasa (750 M-1258 M), belum lagi ditambah kekuasaan dinasti Umayyah sebelumnya, juga periode kekuasaan islam pasca Abbasiyah runtuh. Cukupl­ ah kita berkata bahwa islam telah berhasil memba­ ngun sebuah imperium besar. Imperium ini, dikenal oleh umat islam dengan nama kekhalifahan. Pemerintahan yang dipegang oleh islam, dengan hukum islam sebagai landasan dan pondasi kehidupan. Khila­ fah sering dihitung sejak wafatnya Nabi Muhammad sampai runtuhnya Turki Utsmani. Banyak masyarakat muslim-

FEBRUARI 2017

-hingga kini--menjunjung tinggi khilafah islamiyyah sebagai sebuah jalan keluar. Solusi dari segala persoalan. Oleh karena itu perjuangan mendirikan khi­ lafah masih digalakkan sampai sekarang. Dengan sisa-sisa semangat mendirikan negara berdasarkan syariat islam. Namun seperti yang telah kita bicarakan sebelumnya. Zaman sudah berganti. Baik tempat, masa itu sendiri, sampai orangorang. Semangat zaman lagilagi menuntut kita sampai pada kondisi saat ini, dimana negaranegara berdaulat telah berdiri. Dengan berbagai macam persoalan kehidupan yang baru, sampai hal-hal tetek-bengek lainnya. Yang jadi pertanyaan, masihkah pendirian negara khi­lafah relevan pada masa ini? Siapkah pemerintahan de­ ngan basis massa beraneka rupa digenggam dalam sebuah pemerintahan islam? Jawabannya tergantung pada pribadi masing-masing dan logika yang dipakai tentunya.

AGUS G. AHMAD


Salam Redaksi

P

embaca yang baik. Mungkin yang pertama dan utama ingin kami sampaikan adalah permohonan maaf, dengan penuh penyesalan. Mungkin banyak yang sadar bahwa sudah beberapa bulan buletin Andalusia tidak terbit, alpa dari hadapan kawan-kawan. Sampai akhir­nya bulan Februari ini, kami kembali hadir melipur rindu pembaca yang mungkin menunggu tulisan-tulisan renyah sebagai teman duduk. Sekian lama itu bukan waktu yang singkat, kami sepenuhnya salah dan kurang kompeten dalam menggarap buletin ini sampai harus mengingkari janji untuk terbit setiap bulan. Yang perlu diketahui, bahwa buletin ini merupakan rombakan dan peningkatan dari buletin tahun sebelumnya. Tim redaksi pada awal peluncuran duduk bersama dan membahas satu per satu perihal kekurangan pada buletin sebelumnya, apa saja yang mesti dirubah dan diperbaharui, atau pun ditambahkan. Pada akhirnya, kami sampai pada satu kesimpulan untuk merubah nama buletin menjadi Andalusia, dengan sepenuhnya sadar dan siap menanggung risiko yang akan terjadi kemudian. Juga beberapa perbaikan konten dan sistem kerja penulisannya. Kami bertaruh kepada buletin Andalusia ini untuk menjadi buletin yang lebih berkualitas dan lebih baik dari sebelumnya. Dengan harapan, meningkatkan jumlah pembaca dan menyebarkan tulisan teman-teman ke lingkup

yang lebih luas lagi. Dalam proses itu, kami hampir mengulang semua dari awal. Seakan melahirkan wajah baru, ruh baru bagi buletin ini. Bukan perkara mudah, mengingat jumlah tim redaksi yang terbatas, bahkan sangat minim untuk merintis sebuah penerbitan buletin bulanan. Beberapa anggota merangkap kerja dan menggantikan peran yang lain jika diperlukan. Di samping itu, tim redaksi yang keseluruhan­ nya merupakan pelajar di Maroko juga dihadapkan de­ ngan jadwal ujian semester dan tes-tes yang lain. Jadwal ujian yang tak menentu dan berbeda-beda di setiap kotanya juga menjadi alasan terlambatnya penerbitan buletin Andalusia. Dengan sangat terpaksa kami mengundur jadwal terbit dan menunggu semua tim siap untuk bergerak dan tidak tertatih-tatih. Tanpa bermaksud berpanjangpanjang kata lagi dalam memberi alasan, kami memohon maaf untuk yang kesekian kalinya. Setelah semua ini, kami akan berusaha kembali menemani hari-hari Anda dengan tulisan-tulisan baru tiap bulannya, tanpa pengunduran jadwal kembali. Dalam rilisnya kali ini, buletin Andalusia membawakan tema yang sebenarnya sudah sering dibahas dan diperbincangkan, namun akhir-akhir ini tampaknya semakin getol saja suara-suara tentang masalah ini diteriakkan. Tak lain adalah khilafah islamiyyah. Semenjak

suhu politik ibu kota Indonesia, Jakarta yang memanas dari akhir tahun 2016 sampai awal 2017, konsep pembangunan negara islam mulai mendapatkan panggung kembali di NKRI. Sebut saja Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang eksistensinya mulai bangkit kembali dan me­ rebut tempat di hati masyarakat Indonesia, baik kalangan tua maupun kawula-kawula muda. Isu-isu negatif yang berkembang di tengah masyarakat dengan pintarnya digiring oleh pihak-pihak pengusung khila­ fah untuk menebarkan ide-ide penegakan syariat islam secara menyeluruh dan menawarkan solusi yang lagi-lagi masih samar untuk diterapkan. Kendati demikian, mereka berhasil mengumpulkan basis massa yang tidak bisa dibilang sedikit, perlahan namun pasti, ideologi yang terus menggerus hakikat NKRI semakin mendarah daging di tengah masyarakat, setidaknya bagi orang-orang dengan pemahaman awam dan rentan dipengaruhi. Oleh karena itu, kami berusaha mengangkat kembali tema ini dengan harapan dapat memberikan andil sebagai bahan pertimbangan para pembaca yang baik, apakah negara islam memang perlu berdiri sekarang ataukah tidak. (red)

FEBRUARI 2017

andalusia

7


OPINI

SILUET SEMU NEGARA ISLAM 8

andalusia

FEBRUARI 2017

Fa M.

hr

in udd

Al-

fa sto u M


Jikalau kita mau menilik tentang konsep negara dalam islam, maka kita tidak akan menemukan sebuah role-mode dan konsepsi negara itu.

FEBRUARI 2017

andalusia

9


siluet semu neg ara islam M

Bertahun-tahun para cendekiawan berusaha mene­ mukan dalil dan argumen guna merperkokoh pondasi negara islam ini. Muncul­ lah beberapa aliran yang pro negara islam dan mereka yang tidak setuju de­ ngan konsep ini

ungkin pembahasan tentang negara islam ini merupakan sebuah pembahasan yang tidak ada habisnya. Bertahuntahun para cendekiawan berusaha menemukan dalil dan argumen guna merperkokoh pondasi negara islam ini. Muncullah beberapa aliran yang pro negara islam dan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini dengan dalih ketidakjelasan konsep tentang negara islam itu sendiri. Salah satu ormas islam yang santer menghembuskan ideologi tentang berdirinya negara islam (red: khilafah) di Indonesia adalah Hizbut Tahrir Indonesia yang lebih dikenal dengan sebu­ tan HTI. Mengutip pendapat Dale F. Eickelman dan James Picastori dalam buku­nya “Muslim Politics” tentang Hizbut Tahrir, “Kelompok islamis ini mempunyai pemikiran untuk mencipta ulang negara islam yang dengannya kaum muslimin dapat membebaskan diri dari pengaruh buruk penjajahan politik dan budaya barat.” Akhir-akhir ini Indonesia sedang dilanda badai pemikiran, di antaranya kasus penistaan

10

andalusia

FEBRUARI 2017

agama yang dilakukan oleh Bapak Ahok tentang surat AlMaidah ayat 51. Dari kasus ini kaum muslimin pun terbelah, kaum islamis fundamentalis yang menuntut dipenjarakannya sang terdakwa dan kaum moderat yang tidak gegabah dalam mengambil sikap serta menunggu keputusan pihak yang berwenang atas kasus tersebut. Di antara kelompok yang pertama ini, muncullah HTI yang dengan semangat yang sama, mempropagandakan negara islam. Mereka mendapat panggung bersama para pendukung islam fundamentalis untuk menuntut keadilan di NKRI ini. Sungguh ironi! Di antara penyebab munculnya paham ‘negara islam’ atau islam sebagai negara tak lain adalah kecenderungan apologetis. Di sinilah Nurcholis Madjid membagi apologi itu menjadi dua bagian. Pertama, apologi karena ideologi barat seperti sosialisme, liberalisme, komunisme dll. Dan kedua, karena legalisme atau apresiasi serba legalitis dalam islam. Untuk sebab pertama, Cak Nur menguraikan bahwa islam lebih mulia dari semua ideologi yang ada tanpa terkecuali. Juga


antara islam dan negara adalah dua kutub yang saling berlawanan satu sama lain. Jikalau kita mau menilik tentang konsep negara dalam islam, maka kita tidak akan mene­ mukan sebuah role-mode dan konsepsi negara itu. Senada dengan ini, Gus Dur mengungkapkan bahwa islam sebagai jalan hidup (syariat) tidak memiliki konsep yang jelas tentang negara. Bahkan lebih lanjut, dasar atas ungkapan itu terdapat dalam dua hal. Pertama, bahwa islam tidak mengenal tentang pergantian pemimpin. Di sini Gus Dur menguraikan tentang bentuk pergantian pemim­pin setelah Nabi Muhammad wafat, dengan ditunjuknya Abu Bakar sebagai khalifah de­ ngan sistem musyawarah antar para pembesar kaum muslimin. Setelah itu, beralih­ lah bentuk awal dengan ditunjuknya Umar Bin Khattab oleh Abu Bakar untuk menggantikannya. Dan menyuruh kaum muslimin kala itu untuk mematuhinya. Lalu dibentuknya dewan pemilih (Ahlul Halli wal ‘Aqdi) sesaat sebelum kematian Sayyidina Umar, dan dipilihlah Sayyidina Utsman untuk menggantikan tongkat estafet ke-khalifah-an. Setelah Utsman, Sayyidina Ali pun menggantikannya. Dan ketika itu, Abu Sufyan telah mempersiapkan anaknya sebagai pemimpin kaum muslimin serta dari situlah mulai dikenal sistem kerajaan dalam islam. Yang kedua, masih menurut Gus Dur, islam tidak memberikan konsep yang jelas tentang negara. Dikarenakan hal ini sangat penting dalam pembentukan suatu negara. Ketidakjelasan konsep negara islam, berarti membiarkan gagasan tersebut tercabik-tercabik karena perbedaan pandangan para

pemimpin islam sendiri. Beliau memberikan contoh tentang kemelut yang terjadi di Iran tentang konsep negara islam mereka. Islam versi mana yang akan digunakan sebagai landasan dasar negara, Syiahkah? atau Islam Universalkah? *** Menengok ke negara Mesir, cikal bakal terjadinya perdebatan sengit antara kaum islamis fundamentalis dengan kolompok sekularis, di antaranya adalah perumusan syariat islam sebagai dasar negara, juga mendirikan negara islam di bumi kinanah. Bahkan kaum islamis yang berafiliasi dalam Gama’ah Islamiyyah pimpinan Syeikh Umar Abdurrahman, berani untuk melaksanakan tindak kekerasan bahkan pembunuhan atas dasar fatwa yang dikeluarkan para ulama mereka. Di sinilah para ulama mengambil peran untuk menyerang para sekularis dan bertameng de­ ngan kekuatan agama untuk menyingkirkan musuh-musuh politik mereka. Sekali lagi, sungguh ironi! Di antara tokoh yang kuat me­ lawan para islamis ekstrimis ini adalah Farag Fouda yang wafat diberondong tembakan oleh pria bertopeng yang diketahui adalah anggota Gama’ah Islamiyyah pada 8 Juni 1992. Diketahui sebelum kematiannya, ia menghadiri debat terbuka dengan kelompok islamis yang waktu itu diwakili oleh Muhammad Al Ghozali, Ma’mun Al Hudhaibi dan Muhammad Imaroh yang dilaksanakan pada acara pameran buku di Kairo tahun 1992. Dan perihal yang diperdebatkan adalah hubu­ ngan antara agama dan politik, negara dan agama, penerapan syariat islam, dan institusi khila­ fah.

Ketidakjelasan konsep negara islam, berarti membiarkan gagasan tersebut tercabikcabik karena perbedaan pandangan para pemimpin islam sendiri

FEBRUARI 2017

andalusia

11


Wawasan tentang negara islam ini masih mempunyai berbagai macam kendala dan kelemahan

Dengan kritis, Farag Fouda menyerang setiap sisi dari wacana pembentukan negara islam ini. Lebih dalam lagi, ia mulai mempermasalahkan tentang konsep yang akan digunakan mereka. Fouda juga mempertanyakan tentang agenda politik yang akan mereka canangkan, karena dengan agenda politik ini--menurutnya--dapat memberi jalan keluar terhadap berbagai problem kita. Seperti sistem pemerintahan dan tata cara­ nya, agenda reformasi di bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan juga soal perbaikan sistem pendidikan, perumahan, dan tata cara menuntaskan persoalan itu dari sudut pandang islam. Dia pun memberikan kritik pedas, di antaranya, “Bukankah itu juga termasuk titik kelemahan mendasar yang dihadapi oleh orang-orang yang berbeda pandangan dengan mereka, sehingga mereka tidak memberikan ruang bagi orang lain untuk mengritik atau menolak keinginan mereka?”

“Lalu, masih maukah kita mengikuti agenda politik yang tidak jelas itu dan tunduk pada doktrin yang tak lain berniat untuk memecah belah keutuhan bangsa Indonesia, Saudara?”

*** Kembali ke fokus awal, bahwa wawasan tentang negara islam ini masih mempunyai berbagai macam kendala dan kelemahan. Mulai dari ketidakjelasan konsep dari negara itu sendiri, kebijakan politik, serta mau dibawa kemana kaum muslimin dan umat manusia setelah terkumpul dan tunduk di bawah panji khilafah ini? Akankah semakin tercipta perdamaian? Atau perpecahan terjadi dimana-mana?

12

andalusia

Maka jelaslah penulis me­ ngutip perkataan Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj bahwa, “Khila­ fah adalah fatamorgana. Semua ormas-ormas islam sudah berkomitmen dengan NKRI adalah bentuk negara yang final.” Gus Dur juga mengingatkan, “Bahkan, HTI bersama Wahabi dan Ikhwanul Muslimin berusaha mengubah wajah Islam Indonesia yang umumnya santun dan toleran agar berubah menjadi wajah garang.”

FEBRUARI 2017

Lalu, masih maukah kita mengikuti agenda politik yang tidak jelas itu dan tunduk pada doktrin yang tak lain berniat untuk memecah belah keutuhan bangsa Indonesia, Saudara? Salam hangat dari Republik Mikir! Fez, 4 Maret 2017


usamah al jihadi

FEBRUARI 2017

andalusia

13


dialog Mengulas kehidupan kawula muda dengan segala karakteristik dan keistimewaannya tidak akan ada penutupnya, apalagi kalau yang mengulas pemuda sendiri, suara bisa serak karena membicarakannya dan tinta habis karena menuliskannya. Ada baiknya kita melihat refleksi pemuda dari kacamata orang tua atau yang lebih dulu menjadi pemuda. Dan kali ini kami berharap teman-teman bersedia membaca dan mengambil ibrah dari kisah muda saudara-saudara kita syabab diyal Maghrib ‘pemuda-pemuda Maroko’. Karena itu, pada edisi ini kami hadirkan hasil wawancara kru Andalusia dengan Said Gafaiti, Ph.D, Profesor Bahasa Arab, spesialisasi studi oriental dan ilmu perbandingan agama, dan Kepala Biro Pedagogy Master Kebahasaan di Universitas Sidi Mohammed Ben Abdellah, Fes. Bagaimana peran pemuda/i Maroko pada masa kemerdekaan Maroko ? Pemuda/i Maroko tentunya memainkan peran penting dalam pembentukan persatuan dan pembangunan masyarakat. Buktinya adalah gerakan nasional pra-kemerdekaan yang dipimpin oleh pemuda-pemuda Maroko yang memiliki sema­ ngat kebangsaan, siap menghadapi tantangan masa kini dan membekali diri dengan ilmu masa depan. Di sam­ping itu, mereka aktif menerbitkan majalah dan koran-koran yang menyuarakan visi dan misi gera­kan nasional Maroko, membongkar siasat keji di balik topeng penjajahan. Pada awalnya mereka menyeru pada kepemilikan tanah perta-

14

andalusia

Said Gafaiti, Ph.D, adalah Profesor Bahasa Arab, spesiali­ sasi studi oriental dan ilmu perban­ dingan agama, dan Kepala Biro Pedagogy Master Kebahasaan di Universitas Sidi Mohammed Ben Abdellah, Fes.

“Pada awalnya mereka menyeru pada kepemilikan tanah pertanian bagi rakyat Maroko dan seruan terus menerus untuk membatasi komoditas penjajah di pasar Maroko.” nian bagi rakyat Maroko dan seruan terus menerus untuk membatasi komoditas penjajah di pasar Maroko. Dalam waktu singkat, gerakan nasional damai ini bertransformasi menjadi gerkan bersenjata yang sebagian besar diinisiai oleh pemuda-pemuda tangguh, yang bersedia berkorban dengan segalanya tentu juga dengan nyawa sendiri, demi mewujudkan kemerdekaan. Tapi perlu digarisbawahi bahwa perjua­ ngan pemuda Maroko dalam

FEBRUARI 2017

misi memerdekakan Maroko tidak lepas dari arahan dan pengawasan para ulama. Bagaimana pandangan Bapak terhadap pemuda islam secara umum dan Maroko secara khusus pada masa ini? Kita tidak dapat memberikan satu gambaran yang mutlak dan universal tentang ke­adaan pemuda islam kini karena adanya perbedaan latar belakang sosial dan politik dari satu


negara ke negara lainnya yang berpengaruh pada pembentukan karakter pemuda. Misal, pemuda di negara teluk Arab memiliki misi dan obsesi yang berbeda dari pemuda di negara Afrika Utara. Berlaku pula sebaliknya, pemuda di negara Afrika Utara memilki visi dan prio­ ritasnya sendiri yang tidak kita temukan di pemuda Indonesia, Malaysia, Thailand dan negaranegara Asia lainnya.

tidak membentengi diri dengan agama (ketakwaan), ilmu, dan akhlak, maka ia akan menjadi mangsa empuk untuk saluran -saluran sesat seperti pornografi, permainan perjudian, atau terjebak dalam budaya ekstrimisme, terorisme dan kepicikan pikiran. Semua itu menimbulkan candu yang jika ia tidak waspada akan mengan­ tarkanya pada satu muara, yaitu kehancuran.

Kaum muda merupakan komponen terpenting dalam struktur kependudukan Maroko, mereka adalah sumber daya manusia yang paling diharapkan dan diandalkan. Mereka ibarat komoditi dengan mutu A, hanya saja kondisi Maroko sekarang kurang mampu memanfaatkan sumber daya manusia ini secara maksimal. Namun kondisi ini akan dapat kita atasi segera insyaallah dengan kemajuan negara dalam sektor ekonomi yang meningkat selama dekade terakhir ini. Kami selalu menghimbau kepada pemuda/i Maroko yang taat, berpendirian teguh, dan berjiwa sosial agar segera bangkit dan mengejar ketertinggalan kita dari negaranegara yang lebih dulu maju.

Oleh karena itu, adalah hal pa­ ling fundamental bagi pemuda untuk mempelajari akhlak dan ajaran islam, serta menjadikan ilmu sebagai pijakan utama dalam mengantarkan umat islam pada kejayaannya. Apa pendapat Bapak tentang aksi demonstrasi mahasiswa yang sedang marak terutama di Fes?

Aksi demo mahasiswa ini adalah warisan politik yang telah dikenal dunia perkampusan Maroko sejak lama, sebagai mana juga terjadi di negara-negara lain yang menganut kebebasan berpendapat. Saya melihat ini sebagai aksi positif dan merupakan hak yang dilindungi undang-undang negara selama Apa saja tantangan yang se- tidak menimbulkan kerusuhan dang dihadapi pemuda kini dan teror yang membahayakan dan apa yang harus diwas- keselamatan masyarakat. padai? Apa saja langkah-langkah Tantangan yang dihadapi pe- yang perlu kita persiapkan muda pada zaman globalisasi sejak dini demi mewujudkan ini sangat banyak dan bera­ masa depan yang cemerlang gam macamnya, katakan saja bagi umat islam? tak terhingga, tidak dapat kita bandingkan dengan tantangan Syarat utama dan langkah di hari kemarin maupun yang di pertama dalam usaha mewumasa lampau. Dunia sekarang judkan pembangunan dan keibarat desa dimana pemikiran, majuan umat islam adalah berideologi dan berita-berita dise­ pegang teguh pada islam, pada bar dari satu tempat ke tem- kemuliaan ajarannya, seperti pat lainnya tanpa penyaring humanisme, toleransi, dan solidan pembatas. Jika pemuda daritas. Sekarang kita hidup di

Dunia sekarang ibarat desa dimana pemikiran, ideologi dan berita-berita dise­bar dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa penyaring dan pembatas.

FEBRUARI 2017

andalusia

15


masyarakat heterogen, bercirikan keragaman suku, bahasa, budaya, agama dan ideologi. Kita dituntut untuk bersikap bijaksana dalam menyikapi setiap perbedaan untuk menghindari bentrokan atau percikan api permusuhan yang tidak mungkin tidak melahirkan konflik dan bentrokan senjata. Langkah kedua sebagaimana telah saya sebutkan sebelum­ nya adalah penguasaan ilmu pengetahuan. Kita sudah menge­ tahui bahwa wahyu AlQur’an yang turun pertama kali adalah lima ayat pertama surat Al-’Alaq yang berisi perintah membaca. Maka, bacalah! Pepatah Arab mengatakan, “Pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan.” Menurut Bapak sudahkah keadaan kami, pemuda sekarang selaras dengan pepatah tersebut?

kan pada mereka, tanggung jawab dari agama, negara dan masyarakat, serta memiliki kognisi penuh akan tugas mereka untuk memenuhi panggilan kejayaan umat.

Saya ingat menikmati setiap hari di liburan musim panas di perpustakaan kota, dan menyisihkan waktu tambahan untuk membaca buku yang saya pinjam di rumah.

Salah satu mukjizat bukti kekuasaan Allah adalah fasefase kehidupan manusia yang berawal sebagai janin dan berakhir sebagai lansia. Di antara fase-fase tersebut, masa muda ibarat musim semi dalam kehidupan seseorang. Ada adagium lama yang mengatakan bahwa fase kanak-kanak adalah fase kekuatan tanpa akal, dan fase lansia adalah fase kebijaksana­an tanpa kekuatan. Sedangkan masa muda adalah fase yang mengumpulkan kekuatan dan kebijaksanaan. Pepatah Arab ini, syababul yaum rijalul ghadi ‘pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan’ dapat dikatakan telah sesuai dengan jiwa pemuda sekarang jika mereka mampu bertindak sesuai dengan tanggung jawab yang dibeban-

16

andalusia

FEBRUARI 2017

Reporter Wiam A.A.S.

Bagaimana Bapak menikmati masa muda? Dan adakah pengalaman istimewa dari masa muda Bapak? Salah satu ciri masa muda saya adalah kecintaan saya pada buku. Saya ingat menikmati setiap hari di liburan musim panas di perpustakaan kota, dan menyisihkan waktu tambahan untuk membaca buku yang saya pinjam di rumah. Hampir semua yang saya miliki juga saya belikan buku dan majalah. Namun di lain sisi, pergaulan saya saat muda tidak terlalu luas karena saya cenderung introvert. Dari gemar membaca kemudian saya tertarik untuk menulis. Saya mulai menerbitkan cerpen-cerpen di usia belia, kemudian saya menulis naskahnaskah drama yang dipentaskan di berbagai kota di Fes. Salah satu prestasi yang kemudian mendongkrak semangat saya adalah ketika saya lulus S1 dengan nilai tertinggi dan menperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan Master di Perancis. Banyak cobaan dan godaan yang saya hadapi selama menempuh studi master di Perancis, tapi kita tahu tidak ada godaan yang dapat mengalahkan kuatnya tekad dan kerasnya usaha kecuali atas izin Allah. Dan Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan pendidikan master dan doktor saya dengan baik. Apa nasehat Bapak untuk kami pemuda Indonesia terutama PPI Maroko dan


bagaimana seharusnya kami menyongsong masa depan? Selama saya mengajar mahasiswa/i indonesia di kampus, termasuk kelas pengembangan Bahasa Arab di Universitas Sidi Mohammed Ben Abdellah Fes, saya mendapatkan kesan yang sangat baik tentang mereka, budi pekerti mereka dalam bersosialisasi, ketaatan beragama mereka di samping rasa hormat yang mereka tunjukkan kepada para dosen. Tidak berlebihan kiranya kalau saya katakan hubu­ ngan saya dengan mereka adalah hubungan mawaddah. Pesan saya agar kalian memanfaatkan kesempatan kalian belajar di Maroko untuk memperbaiki dan memperlancar bahasa Arab dengan sebaikbaiknya. Sehingga di masa depan kalian dapat menempati posisi yang strategis untuk memajukan umat islam. Kesuksesan setiap pelajar Indonesia di Maroko setelah ia pulang ke tanah airnya adalah kesuksesan kami juga. Dan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi kami jika suatu saat kami mendengar salah seorang alumni Maroko menjadi seorang ulama besar, atau mencetak pres­ tasi gemilang dalam bidang Bahasa Arab atau keislaman, dan dia adalah murid kami.

Kesuksesan setiap pelajar Indonesia di Maroko setelah ia pulang ke tanah airnya adalah kesuksesan kami juga.

FEBRUARI 2017

andalusia

17


FOTOGRAFI Usamah A.

18

andalusia

FEBRUARI 2017


big boss

FEBRUARI 2017

andalusia

19


d

na

ar Kh Ke m Ag il un us a G. f g Ah a h k m a i

ak

en

M

n

fokus

20

andalusia

FEBRUARI 2017


Menerapkan syariat islam seharusnya bukanlah mimpi bagi umat islam. Jika hanya untuk menjalankan syariat islam, tanpa negara islam didirikan pun kita sebagai individu yang taat beragama mampu melaksanakannya.

FEBRUARI 2017

andalusia

21


P

ergolakan tentang pendirian sebuah negara islam telah lama bergulir. Berawal dari sema­ ngat sebagian umat islam untuk membawa kembali kejayaan masa lalu pada masa sekarang. Semangat ini juga bertolak dari fenomena penekanan massa muslim yang bertempat di ne­ geri mayoritas non-muslim. Sebenarnya, tekanan serupa juga dialami oleh minoritas yang lain, di berbagai belahan dunia. Penekanan--atau katakanlah penindasan--terjadi pada dasarnya bukan atas sebab keyakinan atau agama tertentu, tetapi lebih kepada emosi masyarakat yang tak terkontrol dikarenakan kebencian yang dipropagandakan oleh sebagian golongan untuk mencapai suatu tujuan pribadi. Penindasan yang dialami sebagian umat islam ini, tidak bisa dinafikan sebagai sumbu pemicu beberapa golongan untuk memba­ngun sebuah negara berasaskan islam, dalam pimpinan islam dan berundangundangkan islam. Berkaca dari sejarah kekuasaan Bani Umayyah, Abbasiyyah sampai pada Turki Utsmani, semangat ini menjadi semakin mengge-

22

andalusia

bu-gebu. Kerajaan islam yang sempat menjadi poros peradaban dunia, bagaimana pun membuat umat islam ingin kembali mencicipi manisnya “kekuasaan”. Agak egois memang jika memandang sempit pihak yang pro khilafah dengan orang-orang yang haus akan kekuasaan semata. Padahal tidak sedikit dari mereka yang niatnya tulus ingin memba­ngun agamanya, mengabdi pada keyakinan yang mereka pegang teguh. Namun, baik golongan yang mengendarai agama untuk mencapai kekuasaan, atau pun mereka yang tidak tahu-menahu dan hanya turut andil meramaikan pasar saham pendirian negara islam, keduanya sama-sama berdiri di pihak menentang negara-negara berdaulat yang telah berdiri saat ini. Negaranegara yang mengadopsi undang-undang buatan manusia sebagai aturan hukum yang berlaku bagi seluruh warga negaranya. Dari sini persoalan dimulai. Setidaknya ada dua unsur pokok yang menjadi dilema dalam upaya pendirian negara islam secara global. Pertama,

FEBRUARI 2017


kompleksitas masyarakat yang telah berkembang sedemikian pesat. Kondisi masyarakat saat ini, yang telah melangkah berabad-abad lamanya sejak wahyu kepada Nabi Muhammad pertama kali turun, telah menjadi sebuah peradaban baru, dan lain sama sekali dari masa kenabian Muhammad tentunya. Dalam proses yang panjang itu, banyak gagasan baru bermunculan, ide-ide, pemikiran dan segala kemungkinan pola pikir manusia yang lain. Lalu terciptalah peradaban modern sekarang, dengan segala hingar-bingarnya. Abad 21 ini, era negara monarki hampir habis direnggut sema­ ngat zaman. Walaupun belum sepenuhnya menghilang, tapi negara dengan kekuasaan mutlak dipegang oleh satu tongkat kepemimpinan hanya tersisa sedikit. Coba saja ban­dingkan dengan abad 19, dimana masih terdapat lebih dari 900 tahta kerajaan di dunia. Jumlah yang banyak itu, saat memasu­ki abad 20 berkurang sampai tinggal 240. Dan saat ini, tak sampai 50 tahta yang tersisa. Itu pun hanya beberapa negara yang menganut sistem monarki mutlak, sebut saja Brunei, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Swaziland dan Vatikan. Tak sampai habis jari kita menghitung­ nya. Lalu sisa kerajaan yang lain dibatasi oleh konstitusi. Tak bisa dipungkiri, salah satu hal paling berpengaruh yang dihasilkan oleh kompleksitas masyarakat ini, adalah sistem konstitusi, segala aturan dan ketentuan tentang ketatanegaraan. Seiring dengan munculnya konstitusi, berakhir pula masa-masa kerajaan yang pernah mendominasi ranah pemerin­tahan dunia. Yang per­ lu di­garisbawahi adalah, kekua-

Seiring de­ngan munculnya kons­titusi, ber­ akhir pula masamasa kerajaan yang pernah mendominasi ranah pemerintahan dunia.

saan islam tidak bisa kita ke­ cualikan dari sistem kerajaan ini. Meskipun mengadopsi nama khilafah islamiyyah, namun dalam prakteknya, kekuasaan ini diwariskan, diambilalih dan diturun-temurunkan kepada keluarga kerajaan, kepada mereka yang memiliki hubu­ ngan darah dengan raja/khali­ fah sebelumnya. Tidakkah kita lihat, penamaan masa Bani Umayyah (keluarga Umayyah), Bani Abbasiyyah (keluarga Abbasiyyah) menunjukkan bahwa negara islam yang mereka anut berdiri di atas model kerajaan, terbatas kepada keluarga yang bersangkutan. Dan ketika kursi kekuasaan diambil-alih selain dari jalur darah, maka dapat dipastikan itu adalah peristiwa penggulingan kekuasaan secara paksa atau reformasi. Beginilah sejarah mencatat. Beberapa khalifah bahkan, naik tahta dengan menumpahkan darah, dengan saling bunuhmembunuh. Contoh kelam dunia warismewariskan tahta tentu bukan hanya tercatat dalam sejarah umat islam. Namun sebagai muslim, kita harus bertolak dari pemikiran bahwa kezaliman dalam merebut kekuasaan pernah ditorehkan oleh saudara-sadara kita sesama muslim dahulu kala. Mengritisi diri sendiri dan apa yang pernah terjadi bukan berarti menis­ takan agama. Karena dalam obrolan kita tentang kezaliman dan kelaliman penguasa, kita berbicara tentang seseorang, tentang makhluk yang diciptakan Tuhan, terlepas dari apa pun agamanya. Tapi dewasa kini, banyak umat islam yang takut untuk membaca sejarah kelam umat islam dan hanya berhenti pada madu-madu kebaikan yang ditinggalkan pendahulunya. Padahal dalam

FEBRUARI 2017

andalusia

23


mengambil sebuah pelajaran, terkadang kita perlu berkubang dalam lumpur dan tidak hanya bermain aman di taman. Jika para penganut paham khilafah saat ini mengadopsi model pemerintahan seperti yang ada pada era kekuasaan Umayyah, Abbasiyyah dan kerajaan-kerajaan islam yang lain, maka pemerintahan yang ingin dibentuk bukan atas dasar kerelaan rakyat atau kebaikan bersama, tapi sebatas pewarisan kekuasaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lalu sistem pemerintahan islam hanya tinggal nama saja. Hakikatnya para pemilik tahta bersembunyi di balik ba­ yang-bayang agama untuk memastikan posisinya agar tetap kuat dan kokoh di puncak. Tujuan negara semacam ini bukan untuk mengangkat derajat islam, namun justru mengangkat beberapa golongan saja. Tidak berhenti sampai di situ, kompleksitas masyarakat saat ini sudah meluas dan semakin terperinci. Contoh saja perihal ekonomi, transaksi-transaksi yang dilakukan imam terdahulu serta hukum-hukum muamalah yang dicetuskan para imam mazhab pada masa lampau tentu tidak selengkap dan serumit masalah ekonomi mo­ dern sekarang. Sebagian hukum yang masih relevan dan dapat digunakan pada kondisi saat ini mungkin dapat dijadikan landasan dan pijakan untuk berdiri. Namun beberapa hukum sudah tertinggal oleh zaman dan terkadang sulit untuk dikompromikan dalam kehidupan masyarakat modern. Dan upaya menyelaraskan kondisi saat ini dengan masa lalu tentu merupakan sebuah tindakan ceroboh dan gegabah yang hanya akan menghasilkan

24

andalusia

keter­tinggalan peradaban. Ini juga persoalan yang selalu dilontarkan kepada kubu pendukung khilafah. Bahwa setelah negara islam berdiri, bagaimana cara memperbaiki seluruh penyakit pada masyarakat. Apa tawaran yang diberikan oleh negara islam untuk membangun sebuah masyarakat yang berkeadilan sosial, sepi dari kesenjangan, maju dalam pembangunan fisik dan sumber daya insani, dengan ha­ nya berpegang pada syariat/ hukum islam secara mutlak di tengah masyarakat yang bermacam-macam. Hampir selalu pertanya­ an macam ini membentur dinding-dinding egoisme dan keangkuhan, lalu hanya dijawab dengan iming-iming dan janji kehidupan yang lebih baik tanpa program yang jelas. Pendukung khilafah seakanakan mendikte, bahwa yang terpen­ting negara islam berdiri dahulu, lalu kemudian “akan dibawa kemana” itu biar dipikirkan setelahnya.

luas. Dengan jumlah yang ba­ nyak ini, seharus­nya kekuatan islam juga semakin berlipat ganda. Ini jika kita hanya melihat dari nilai jumlahnya. Semakin banyak, semakin baik. Namun, kita juga dapat berkata bahwa jumlah umat islam yang menggunung ini menghasilkan resiko perpecahan yang kian besar juga. Semakin banyak, semakin besar resiko perpecahan yang ditimbulkan. Ini logika yang bisa diterima akal sehat. Upaya mendirikan negara islam sebenarnya juga bermaksud menghimpun seluruh umat islam dalam satu payung peme­ rintahan. Usaha membentuk satu negara besar dengan satu komando pusat. Yang seperti ini sama halnya dengan membangun negeri utopis dimana tak ada penjahat sama sekali. Kenyataannya hampir tidak mungkin.

Dilema seperti ini juga hampir dialami oleh sistem-sistem pemerintahan yang lain. Sebut saja demokrasi. Dahulu mudah Begitulah ketika agama dan ne- saja berdemokrasi secara langgara dicampuradukkan menjadi sung, menentukan pemimpin satu-kesatuan tanpa batas. Bila dengan langsung menunjuk tanpa ada sekat yang membata- tanpa perwakilan, merembuksi antara agama dan negara, kan aturan-aturan bersama seyang diciptakan dari hubungan luruh pihak. Ini semua karena tersebut adalah sebuah keru- jumlah masyarakat yang masih mitan tanpa ujung, dan bukan sedikit dan memungkinkan untidak mungkin menyebabkan tuk berkumpul. Dalam hitungan penyalahgunaan agama untuk ribuan atau ratusan ribu masih kepentingan pribadi. mungkin. Namun jika sudah sampai jutaan, ratusan juta Lalu dilema kedua yang diha- atau milyaran, memaksakan dapi umat islam dalam upaya demokrasi langsung seperti mendirikan negara islam ada- dahulu sama saja bunuh diri. lah, jumlah umat islam yang ber- Demokrasi langsung di hadalimpah. Jumlah ini bisa menjadi pan banyak orang menjadi mati keuntungan atau pun kerugian kutu. Lalu menjelmalah ia ke tergantung dari mana kita meli- dalam bentuk demokrasi tidak hatnya. Dalam hal yang positif, langsung, demokrasi perwakibanyaknya anggota menunjuk- lan, sebagaimana yang diterap­ kan suksesnya dakwah islam kan di Indonesia sekarang. dalam merangkul masyarakat Akhir­ nya ia dapat bertahan

FEBRUARI 2017


sampai kini dengan beradaptasi pada tuntutan kehidupan. Sistem khilafah pada akhirnya me足nemukan titik buntu saat berhadapan dengan opsi pemili足 han khalifah itu sendiri. Karena dari awal Rasulullah juga tidak mendeskripsikan secara langsung dan jelas tentang tata cara pemilihan pemimpin umat. Nabi Muhammad meninggal dunia sekaligus meninggalkan urusan pemilihan pemimpin kepada para sahabat. Beliau mungkin meninggalkan petunjuk, namun tidak secara detail memutuskan atau mendiktekan bagaimana prosedur dalam pemilihan tersebut. Pergantian kursi kepemimpinan dari Rasulullah ke Abu Bakar, lalu berpindah ke Umar bin Khattab, kemudian Utsman lalu Ali, dalam proses足 nya tidak menemukan satu titik sepakat tentang tata cara pemilihan tersebut. Masing-ma足 sing memiliki metodenya sendiri. Dalam artian, pintu ijtihad untuk menjalankan dan memutar roda pemerintahan dibuka selebar-lebarnya selama baik dan mengandung kemaslahatan bersama. Jika bukan begitu, seharusnya Rasulullah sudah mengabarkan kepada para sahabat bagaimana tata cara pemilihan pemimpin sesuai syariat islam sebelum beliau wafat. Tanpa keterangan yang jelas, perkara ini seakan-akan sengaja tidak dikekang dengan satu manhaj saja.

Lalu jika pada masa khulafa ar-rasyidin (empat khalifah pertama agama islam, yang dipercaya oleh umat islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad wafat) saja terjadi banyak pertumpahan darah dalam perihal perebutan kursi kepemimpinan. Bagaimana jadinya sekarang dengan jumlah umat islam yang fantastis. Apakah bahkan sempat untuk kita memilih pemimpin? Menerapkan syariat islam seharusnya bukanlah mimpi bagi umat islam. Jika hanya untuk menjalankan syariat islam, tanpa negara islam didirikan pun kita sebagai individu yang taat beragama selayaknya mampu untuk menjalankan syariat agama kita, tanpa harus diperintah oleh pemerintah. Jika persoalannya hanya sebatas keinginan dalam penerapan syariat islam, kita tidak akan sampai berpanjang-panjang untuk beradu mulut dan berselisih pendapat. Namun, kenyataannya ini semua tidak berhenti sampai di situ, justru inti persoalannya adalah apa yang bersembunyi di balik itu semua, kekuasaan. Ya, di bawah kekuasaan, siapa saja mampu bersimpuh dan bertekuk lutut dibuatnya.

FEBRUARI 2017

andalusia

25


SASTRA

Anak Cucu Ibrahim oleh

INAS PRAMODA

Ibrahim hamba yang terdidik ia meragukan keyakinannya ia meyakinkan keraguannya kala berdamai dengan berhala-berhala dan Tuhan ia tak ragu bertanya perihal sang kekasih maka empat burung jadi tumbal dicampakannya di puncak gunung dan mereka bahagia untuk hidup kembali kini burung-burung itu, entah masih hidup atau sudah mati aku membaca Ibrahim membaca warisan yang ditinggalkan kepadanya berita dari langit yang konon satu lalu menghujam tanah jadi seribu dan kitab-kitab peninggalan Ibrahim masih bermusyawarah masih berupaya menuju mufakat agar tak ada lagi agama baru tercipta anak cucu Ibrahim kini, bertengkar untuk menyembah Tuhan atau berhala anak cucu Ibrahim, merumuskan siapa Tuhannya anak cucu Ibrahim, sibuk saling membunuh menumbalkan siapa saja untuk mengenal Tuhan berharap bisa seperti dulu kala burung-burung ditiup kembali ruhnya dengan kehendakNya Fez, 27 Februari 2017

26

andalusia

FEBRUARI 2017


Menjelang Aku menunggu pada bangku kosong di depan tanpa basa-basi sejenak saja aku mengadu pada bohong lagipula jujur tak ada yang mengerti

Tengah

Aku menunggu pada jam pulang saat mereka menutup pintu dari luar lalu redup lampu deramnya hilang mereka mengusirku keluar Padahal aku tertawa pada sisa kopi berduka sebelum tengah malam larut orang-orang dengan jam tangan sendiri ribut juga akhirnya tenggelam Fez, 2 Maret 2017

Malam FEBRUARI 2017

andalusia

27


aku tak memintamu diam hanya menunggu, itu saja lalu aku? bukan ragu, hanya cemas atau khawatir pada tempo yang selalu datang mendadak dan pergi mendesak tanpa pamit, selalu begitu dulu juga, saat kaudatang tak mengetuk pintu maka aku cemas saat melihat ke ruang tamu selalu mungkin untuk kaupulang selekasnya tanpa kutahu sejak kapan kaubisa keluar lompat lewat jendela tanpa meninggalkan sepatu kaca untuk kuukur ke setiap wanita di desa lalu, pada siapa surat kualamatkan nanti? kasih, ada ketimpangan pada tuturku kala kita bersua pada selamat datang dan sampai jumpa di selanya, ingin kuucap rindu lalu tunggu aku, hanya itu mungkin kulekas kembali atau melewatkan jam makan malam di jam menunggu itu sesukamu kau selalu boleh makan sendiri atau pergi dan sampai kini kuberlalu hari sudah terlampau pagi terlalu lama menunggu dalam rindu mungkin bisa membunuhmu jadi untuk itu kaumeminta maaf dan kucabut permintaanku karena kutahu, itu sakit dan aku sudah sejak lama menjadi mayat hidup lalu kaupergi, tak lupa menutup pintu tanpa sepatu tertinggal tanpa jejak terbekas

Pada Siapa

Surat Kualamatkan? 28

andalusia

FEBRUARI 2017


saat sejenak menengok rumah kusapu sisa-sisa aroma tentangmu kubingkis dalam kardus daur ulang kusimpan dalam gudang di depan datang tukang pos dengan segepok surat ia pilah-pilah dan pilih satu dari seratus “Saudara dapat surat.” “Dari siapa untuk siapa?” “Dari dia untuk kamu.” baru saja kubereskan segala rindu kaudatang lagi dengannya lalu harus kuapakan? kautahu ini berakhir di gudang dan segala ketidakpastian yang kaurangkul selalu berakhir di khayalmu dengannya hanya jangan jadi candu dulu pun begitu dan kita bisa terbebas dari semu Rabat, 9 November 2016

FEBRUARI 2017

andalusia

29


Senandung Malam Malam membungkus malu dalam dekapnya jadi kala malam tiba ada bunyi-bunyi dari rumput yang menunggu embun juga suara tangis anak kecil dan lirih ibu yang menenangkannya Kala malam datang disembunyikannya kata-kata menjadi rahasia bayangan mengumpat di balik lampu mengintip, adakah langkah kaki yang mencarinya Malam adalah tamu yang tersipu-sipu dibawanya rindu yang tersesat kemudian dilepasnya agar menemukan jalan pulang sampai pagi datang Kala tiba waktunya hilang malam pergi tanpa pamit namun mereka yang kesunyian akan melihat kala ia kabur lewat jendela Fez, 7 Januari 2017

Gugur Daun Semanggi kau gugur daun semanggi kau pucuk cemara pagi bersamamu tenang berduka dalam sepi bersamamu hilang dendam di dini ku embun hanya sejenak ku gerimis di benak bersamaku cepat melewati jembatan bersamaku singkat lalu sirna di awan abadilah dalam sukmaku menghilanglah bersama lagu Fez, 3 Februari 2017

30

andalusia

FEBRUARI 2017


Anak Dalam Kamar tak ada siang dan malam dalam kamar hanya gelap dan terang bercermin dengan tembok yang disulam yang tidur dipaksa merejang jendela pernah jadi suatu tontonan pada masa yang dulu menyenangkan batas masih belum bikin ngeri terpejam kini tak jadi iri lihat ada celah ditutup caping berdansa sendiri hanya akan jatuh lonceng di muka bergerincing sayang suaranya terdengar jauh jenuh kadang sampai lupa aku terlalu lama sepi jadi nyaman bisu menyambut tamu akan jadi bahan untuk nanti hidup perlahan, redup kemudian Fes, 16 Februari 2017

Ilham Kata-Kata gubahan puisi adalah ilham yang dititipkan Tuhan kepada hambaNya untuk disuarakan di tengah sumur bahkan untuk air yang tak sempat ditimba ia hadir selayaknya mimpi tak sempat kita suratkan maka lupa ia harus segera dialamatkan ditiup ruhnya diantarkan menuju keabadian sebelum mati dan tak sempat dikuburkan Fes, 4 Ferbruari 2017

inas pramoda FEBRUARI 2017

andalusia

31


FOTOGRAFI Kusnadi

32

andalusia

FEBRUARI 2017


kuno di kini

FEBRUARI 2017

andalusia

33


RESENSI

ISLAM NUSANTARA 34

andalusia

Inspirasi Peradaban Dunia

FEBRUARI 2017


Judul buku Karya Editor Penerbit Cetakan ISBN Halaman

: Islam Nusantara inspirasi peradaban dunia : penulis lomba esai ISOMIL PBNU 2016 : Dr. H. Juri Ardiantoro, Munawir Aziz : LTNNU & paniitia ISOMIL 2016 : 1, Mei 2016 : 978-979-433-938-xx : 507 halaman

Pembahasan islam nusantara begitu hangat akhir-akhir ini. Secara geostrategik dan geopolitik, islam nusantara menjadi tawaran konsep keisla­man global yang saat ini membutuhkan rujukan.

W

Sarah Lathoiful Isyaroh

ajah agama selalu dieratkan pada awal mula perjalanan masuknya agama itu sendiri. Kita melihat hausnya masyarakat muslim global akan arti kedamaian dan tole­ ransi, terutama karena perjalanan masuk­ nya agama islam di banyak belahan dunia--termasuk Timur Tengah--yang diwarnai dengan pertempuran darah dan pembantaian umat. Hal ini sangat kontras dengan masuknya islam di negara Indonesia, dimana islam masuk tanpa dorongan dan paksaan pihak manapun. Agama ini masuk dengan penuh kedamaian dan kese­ jukan. Masuknya islam ke wilayah nusantara selalu digandengkan dengan tokoh

walisongo, mereka para wali memanfaatkan budaya yang sudah berkembang di Indonesia dan memadukannya dengan agama, karena tak ada yang bertentangan antara keduanya. Dengan ini agama islam benar ditempatkan pada wadah aslinya, islam rahmatan lil alamin. Dan sudah seharusnya dunia dapat belajar pada bagaimana islam menerapkan nilainilainya di bumi nusantara. Pembahasan islam nusantara begitu hangat akhir-akhir ini. Secara geostrategik dan geopolitik, islam nusantara menjadi tawaran konsep keisla­man global yang saat ini membutuhkan rujukan. Ketika kondisi politik dan diplomasi di Timur Tengah menga­lami ketegangan, identitas is-

FEBRUARI 2017

andalusia

35


lam di kawasan ini juga bercitra negatif de­ngan pertikaian antar kelompok dan radikalisme yang memuncak. Diskursus islam nusantara sangat strategis di te­ ngah perkembangan dunia saat ini. Karena, secara genea­ logis islam nusantara juga tidak terputus dalam jaringan penge­ tahuan dengan islam di timur tengah (Hijaz), terutama pada masa walisongo abad 16-17. Menurut Kiai Said Aqil Siroj (2015), islam nusantara menjadi referensi dalam memaknai nilai-nilai islam yang memberikan ruang bagi kebudayaan. Islam nusantara bukan aliran atau mazhab baru, islam nusantara adalah sebuah ciri khas dalam memaknai sekaligus mengekspresikan nilai-nilai islam. Islam nusantara warisan walisongo dan para ulama, yang menggabungkan islam dengan kebudayaan, islam dengan nasionalisme, islam dengan kekayaan tradisi. Tentu saja, tidak sekedar ritual keagamaan, akan tetapi juga memiliki basis pengetahuan dan kha­ zanah kebudayaan. Dengan ciri khas moderat (tawassuth) dan menjunjung tinggi garis kebangsaan dalam perspektif keagamaan.

Yang diusung oleh ketua PBNU sebagai pengantar buku Islam Nusantara ini ialah kewajiban kita bersyukur atas keha­ diran ulama yang berjiwa nasionalis dan para nasionalis yang berkarakter ulama. Tidak se­ perti masyarakat Timur Tengah, yang kekurangan sosok keulamaan dalam jiwa nasionalis, juga belum mempunyai sang nasionalis yang kuat agama­ nya. Karena sebagai rakyat Indonesia, yang berlandaskan pancasila, kita harus menetapkan dalam benak bahwa negara hidup subur karena pupuk agama, dan di antara kedua­ nya ialah satu badan yang tak dapat dipisahkan. Hubb alwathan min al-iman, memang hadits maudhu’ yang sudah terlanjur menyebar di kalangan masyarakat umum Indonesia, namun makna ha­ dits tersebut tak dapat ditampik kebenarannya.

Karena bentuknya yang merupakan kumpulan esai, sang editor membaginya menjadi tiga bagian, dalam tiap bagian kita dapat mengambil sari dan meresap nilai yang dikandung­ nya. Seperti bagian pertama, belajar dari para kiai, ada tujuh pentolan yang dijadikan Buku “Islam Nusantara: Inspi- simbol di dalamnya, meski kita rasi Peradaban Dunia” ialah tahu bahwa penyematan ini tak karya yang lahir dari para mencakup semua bagian tokoh pemenang lomba esai ISOMIL yang berjasa dalam penye(International Summit of Mod­ baran islam di nusantara. erat Islamic Leaders) yang diadakan PBNU pada Mei 2016 Walisanga ialah simbol terkuat sebagai upaya menghadirkan islam nusantara, hadirnya islam gagasan sekaligus kesepaha- dan penyebarannya yang beman antar pemimpin organisasi gitu memikat ialah buah usaha islam dan ulama moderat dari walisanga yang memadukan seluruh dunia. Dengan harapan budaya Indonesia saat itu, budapat memberi sumbangsih daya yang telah ada tidak serta perdamaian dan kemaslahatan merta dihapuskan begitu saja, umat dunia agar terbebas dari mereka memanfaatkan budaya paham radikalisme dan funda- yang ada dengan tetap me­ mentalisme juga terorisme. ngajarkan nilai-nilai islam, walhasil masyarakat yang tertarik

36

andalusia

FEBRUARI 2017

Islam nusantara menjadi referensi dalam memaknai nilainilai islam yang memberikan ruang bagi kebudayaan


pada keramahan dan kelembutan ajaran agama ini, masuk islam tanpa adanya paksaan. Refleksi islam nusantara dapat juga dilihat dalam tubuh Nahdlatul Ulama, karena NU memiliki Kiai Hasyim Asy’ari (18751947), Kiai Wahab Chasbullah (1988-1971), Kiai Bisri Syansuri (1886-1980), Kiai Wahid Hasyim (1914-1953) yang merupakan kekayaan negeri ini. Mereka dalam narasi sejarah menempatkan nilai islam dan nasionalisme lalu membungkusnya dalam rumusan yang tepat. Sebagaimana salah satu kutipan Mbah Hasyim, “Agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak bersebera­ ngan.”

iman. Nasionalisme adalah bagian dari agama, dan keduanya saling menguatkan. Itulah me­ ngapa NU sebagai jam’iyyah diniyyah islamiyyah wa ijtima’iyyah (organisasi islam dan sosial) terbesar di Indonesia memiliki ciri khas sangat mencintai tanah airnya. Hal ini diperkuat dengan dicetuskannya istilah “Islam Nusantara” yang berlandaskan ukhuwah islamiyyah (persaudaraan antar sesama muslim), ukhuwah wathaniyyah (persaudaraan antar warga negara) dan ukhuwah basyariyyah (persaudaraan antar sesama manusia) yang dibangun atas prinsip almuhaafadhah ‘alaa al-qadiim ash-shalih wa al-akhdzu bi aljadiid al-ashlah (melestarikan nilai-nilai lama yang baik, dan menyerap nilai baru yang lebih baik).

mian yang merosot hingga menghilangkan kesejahteraan rakyat jauh di bawah standar kelayakan. Kesadaran yang diharapkan untuk melawan kolonialisme yang sangat kuat dan mengakar begitu lama. Melalui Nadhatul Wathan, Kiai Wahab mendirikan madrasah yang terletak di beberapa tempat di Jawa Timur, bahkan hingga ke wilayah pantai utara Jawa Te­ ngah. ***

Salah satu tujuan islam nusantara ialah membentengi warga Indonesia dari merambahnya gerakan terorisme di Indonesia. Gerakan ini bukan bayi yang baru lahir dari rahim ibunya, tetapi sebuah virus yang Lalu ada pula abah sepuh bebahayanya sudah merajalela liau, Kiai Abdullah Mubarok bin ke seluruh daerah juga meNur Muhammad, yang merupanelan banyak korban. Mereka kan penyebar Thariqah Qadiadalah segerombol orang yang riyyah wa Naqsyabandiyyah berjuang dalam me­ nyakiti (TQN) di daerah Sunda. Sejak Dalam pembentukan ‘embrio’ saudaranya dan menghunus zaman kolonial usaha penye- organisasi Nahdlatul Ulama, pepe­ rangan sesamanya atau baran islam nusantara sudah menurut Mujamil Qomar (2002) kepada non-muslim dengan berjalan namun hasilnya baru terdapat tiga tokoh yang ber- mengatasnamakan aga­ma kentara pasca kemerdekaan. peran penting, yakni K.H. Ab- a­tau­ jihad. Zikirnya waktu itu ialah kalimat dul Wahab Chasbullah sebagai thoyyibah tahlil laa ilaha illallah. pencetus ide, Mbah Hasyim Dalam NU sendiri sudah lahir Asy’ari sebagai pemegang kun- Syubbanul Wathan (pemuda Juga diurai bagaimana sosok ci dan Syaikhana Cholil Bang- tanah air) yang merupakan ciGus Dur menjadi titik strategis kalan sebagai penentu berdi- kal bakal berdirinya Gerakan islam nusantara dalam me- rinya NU. Berawal dari Kiai Pemuda Anshor (GP Anshor) nyongsong peradaban dunia. Wahab sebagai pencetus dan yang didirikan oleh K.H. Abdul Tak lupa keteladanan K.H. Sa- pelapor berdirinya organisasi- Wahab Chasbullah. Kehadiran hal Mahfudz dalam penerapan organisasi embrio NU seperti organisasi ini disambut baik perdamaian, moderatisme, to­ Tashwirul Afkar dan Nahdlatul oleh kalangan pemuda Suraleransi dan prinsip kebangsaan. Wathan yang berarti ‘kebangki- baya, dalam waktu singkat tan tanah air’. ratusan pemuda bergabung. Dalam bagian kedua, sang Pada tahun 1930, Syubbanul editor menyusun kumpulan Dengan berdirinya organisa- Wathan dan Da’watusy Syubesai dan mengajak pembaca si ini diharapkan kesadaran ban bergabung menjadi Nahbagaimana melihat islam dan masyarakat akan tanah airnya dlatusy Syub­ ban (kebangkitan kebangsaan juga renungan is- bertambah, dimana pada kala pemuda), yang saat itu masih lam nusantara itu sendiri. Ter- itu masyarakat Indonesia se- berdiri independen tanpa ada sirat benar manhaj merayakan dang dalam keadaan terpu- kaitannya dengan NU. Namun islam yang toleran, kenasiona- ruk akibat belenggu penjajah, pada tahun 1931, atas himlan kaum sufi, dan pendalaman pendidikan yang amat minim bauan Abdulllah Ubaid, semua kajian hubb al-wathan min al- bahkan tidak ada, perekono- angggota Nahdlatusy Syubban

FEBRUARI 2017

andalusia

37


dan nilai-nilai keislaman melalui asimilasi dan sinkretisasi juga mewujudkan kedamaian universal. Atau sederhananya, bahwa watak dasar islam nuPada Muktamar Nahdlatul Ula- santara adalah untuk mengins­ ma ke-9 di Banyuwangi nama pirasi dunia. PNU (Pemuda Nahdlatul Ulama) diubah menjadi ANO (An- Setelah menelaah lebih lanjut, shor Nahdlatul Oelama) atas kami sangat merekomendesaran Mbah Wahab. Karena dasikan pembaca untuk memnama Anshor, ialah nama ke- baca dan menyelami lebih hormatan nabi pada orang- dalam buku terbitan pemenang orang yang membantu penyi- lomba ISOMIL PBNU 2016 ini. aran ajaran nabi (suku Aus dan Pengulasan yang begitu luas Khazraj). Pemakaian nama itu dan pemilihan esai yang renyah dengan tujuan tabarukan dan dan apik oleh para tim editor menaladani sikap para pejuang sangat perlu diapresiasi. Waanshor terdahulu. laupun tema yang melompatlompat meski setelah pembagiMaka dari itu, GP Anshor yang an ke dalam tiga bagian besar sudah berkembang di selu- memang tidak bisa dihindarruh Indonesia sangat dibutuh- kan. Yang demikian merupakan karena sebagian teroris kan kewajaran dan kelumrahan ialah pemuda yang bergabung dalam sebuah kumpulan tulisan dalam organisasi pemuda yang lepas. Mengingat para penulis radikal. Senjata yang sudah ialah insan dengan berbagai di­ kerahkan dalam penanggu- latar belakang yang berbeda, langan terorisme antara lain: maka pembahasan yang ada deradikalisasi, yaitu Pendidi- pun terkesan acak dan tak dakan Kepimpinan Dasar, Rijalul pat diikat antar satu sama lain. Anshor, dan Pendidikan dan Lathian Dasar (Diklatsar). Mel- Akhirnya, buku ini ialah pemalui kegiatan tersebut pemuda buka pola pikir semua pembaca diharapkan memiliki pengeta- sebagai pemancing semangat huan, keterampilan dan karak- untuk dapat mendalami kebuter yang terkandung dalam dayaan, kebangsaan, dan kene­ nilai-nilai pancasila dan jauh garaannya sendiri. Dalam tiap dari ideologi radikalisme. babnya mengecamkan bahwa kekerasan bukanlah nilai islam, *** islam itu mendamaikan, menenangkan bukan mericuhkan Dan pada bagian terakhir kum- dan menakutkan. Karena agapulan esai ini, setelah meng- ma kita ialah agama yang menhadirkan sejarah dan penting­ jadi rahmat bagi seluruh alam. nya pemahaman nasionalisme Adanya tantangan akhir zaman dalam ranah agama yang baik, baik dari sisi eksternal islam mulailah tema memasuki ranah yaitu peradaban mo­ dern dan islam nusantara sebagai ins­ sisi internal yaitu islam fundapirasi, yang masuk ke dalam mentalis, maka demi menjawab beberapa hal. Salah satunya kedua tantangan ini Indonesia dalam meneguhkan paradigma telah mendengungkan wacana pengajian islam berke-Indone- baru yang merujuk pada tradisi sia-an, pertautan pengetahuan islam lokal yang sudah ada se-

38

andalusia

FEBRUARI 2017

jak lama dan kini dilegitimasi melalui terminologi “islam nusantara”. Selamat membaca!

islam nusantara

menyatu dengan Nahdlatul Ulama, kemudian lahirlah Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU).


sahara desert

FEBRUARI 2017

andalusia

39


Mau beriklan di buletin andalusia ? hubungi kami di: ppimaroko@gmail.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.