SAYYIDUL AYYAM EDISI VIII | FEBRUARI 2016

Page 1

EDISI VIII| FEBRUARI 2016

SAYYIDUL YYAM

BEBAS, BERKARYA, BERKALA

SOCIAL

so close, so far 10, Sect. D Nouveau Kouass Yacoub El-Mansour 10050 Rabat E-mail: ppimaroko@gmail.com | Situs: http://www.ppimaroko.com


Daftar Isi

23-24

Puisi Rue Karomah

2

Salam Redaksi

25-29

3-11

Cerita Pendek Melhania & ZE

Fakta Pengaruh Gadget Pada Anak Usia Dini

13-16

Opini Bersosial Berdasarkan Tatanan Syariah Islam

17-18

Galeri Winter Holiday

19-22

Sosok IBNU KHALDUN

30-31

Sekilas Info Lomba Esai & Fotografi

32-34

Monolog Hajinguk! Media S.O.S.ial

35-37

Resensi Menyapa Ulama-Ulama Barat Islam

38-40

Life Style Pintar Bermedia Sosial

41-43 Pojok Sihir

SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab: Fakih Abd. Azis | Pimpinan Redaksi: Agus G. Ahmad | Wakil Pimpinan: Azhari Mulyana | Keuangan: Layyinah CH | Staf Redaksi: Rumaisah MA, Fahruddin A, M. Risky HK

Layout: Giovani

1 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


Salam Redaksi Salam Sejahtera untuk kita semua. Februari telah datang, tak lupa kami ucapkan selamat ulang tahun untuk para pembaca yang lahir pada tanggal 29 Februari. Setelah absen di awal tahun kemarin dikare­ nakan cuti ujian, kami redaksi buletin Sayyidul Ayyam kem­ bali hadir untuk menemani waktu luang anda. Pada edisi ke VIII ini, buletin Sayyidul Ayyam me­ ngangkat tema yang tentunya sudah tak asing di telinga kita: “SOCIAL MEDIA: SO CLOSE, SO FAR”. Masih terlintas di benak, pada tahun 2000-an media sosial masih sangat terbatas, salah satu yang dikenal waktu itu adalah: MIRC, program chatting antar ‘room’ yang tersedia di tiap ‘serv­ er’nya. Ada lagi Friendster, yang mengadopsi buku dia­ ry elektronik dengan tampilan lay-out yang dapat diatur sesuai keinginan. Pada tahun 2004, pendatang baru yang mengusung nama “Facebook” diluncurkan, perhatian ma­ syarakat langsung teralihkan, perlahan Friendster mulai ditinggalkan. Lalu tahun 2006 muncul “Twitter” dengan berbagai fitur anyar di kancah jejaring sosial. Jejaring so­ sial ini semakin marak setelah basis teknologi komunikasi bergeser dari Symbian ke Android dan jajaran ponsel pintar lainnya (Iphone, Windows Phone, dll). Lalu wabah ‘Social Media’ mulai merebak di masyarakat, berbagai jenis jeja­ ring sosial mulai berkembang, mulai dari Instagram, Path, dsb. Seiring dengan berkembangnya media sosial, perla­ han tapi pasti, kehidupan sosial masyarakat yang sebenar­ nya mulai ditinggalkan. Dan mungkin, nasibnya akan sama dengan Friendster, hanya tinggal kenangan masa lampau. Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat.

Kepada para pembaca, kami ucapkan: “Selamat Membaca! Selamat Bersosial!” Redaksi

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

2


Fakta

photo: www.kompasiana.com

Pengaruh Gadget Pada Perkembangan Anak Usia Dini 3 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


1. Pendahuluan

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sekarang teknologi telah berkembang kian pesatnya. Teknologi diciptakan untuk mempermudah urusan manusia. Berbagai macam jenis teknologi yang tidak terhitung jumlahnya dapat kita jumpai di zaman yang modern ini. Salah satu contoh teknologi yang sangat po­ pular adalah gadget Setiap orang meng­ gunakan gadget dengan teknologi yang modern seperti televisi, telepon geng­ gam, laptop, komputer tablet, smart phone, dan lain-lain. Gadget ini dapat ditemui dimanapun, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Anak-anak kini telah menjadi konsumen aktif dima­ na banyak produk-produk elektronik dan gadget yang menjadikan anak-anak sebagai target pasar mereka. “Apalagi jangankan anak-anak, orang tua pun ada yang sangat menyukai gadget sam­ pai disebut gadget freak.” (Muzakki, 2013) Panji Ismail (2013) Dari fak­ tor semakin banyaknya teknologi yang bersaing menyebabkan harga dari gadget semakin terjangkau. Yang du­ lunya gadget adalah sesuatu yang elit, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi. Dilihat dari kenyataan sekarang, sudah menjadi hal yang biasa bahwa anakanak SD saja memiliki gadget berupa smart phone taupun handphone sebagai bahan mainan mereka. Dahulu orang yang mampu membeli gadget hanya­ lah orang golongan menengah ke atas, akan tetapi pada kenyataan sekarang

orang tua berpenghasilan pas-pasan saja mampu membelikan gadget untuk anaknya. Beberapa tahun yang lalu gadget hanya banyak di pakai oleh para pem­ bisnis dari kalangan menangah ke atas. Alasan mereka menggunakan gadget adalah untuk memudahkan bisnis mereka. Namun pada zaman sekarang, gadget tidak hanya dipakai oleh para pembisnis saja, banyak para remaja bahkan anak-anak pun telah banyak menggunakan gadget. “Semakin ba­ nyak produk yang ada di pasaran, maka semakin tinggi pula tingkat konsumtif pelaku pasar.” (Suhandi, 2013). Alasan para remaja menggunakan gadget ka­ rena memiliki berbagi fungsi selain un­ tuk berkomunikasi juga untuk berbagi, menghibur dengan audio, video, gam­ bar, game, dan lain-lain. Disadari atau tidak, kebiasaan lingkungan terhadap anak usia dini akan membentuk perkembangan anak. Pada saat ini seiring berkembangnya teknologi, banyak sekali yang berpe­ ngaruh pada anak salah satunya adalah penggunaan gadget. gadget sangat mu­ dah sekali menarik perhatian dan minat anak dan sudah menjadi hal yang bia­ sa jika anak-anak saja sudah memakai gadget dalam kehidupan sehari-hari. gadget memiliki dampak positif dan negatif, Untuk itu peran orang tua sa­ ngat penting dalam perkembangan tek­nologi yang sangat maju di zaman sekarang ini. Berbagai penelitian dari kedok­

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

4


teran maupun dunia psikolog mengenai dampak gadget telah dilakukan. Gadget memiliki pengaruh besar terhadap ke­ hidupan manusia, demikian pula ter­ hadap anak-anak. Dari segi psikolo­ gis, masa kanak-kanak adalah masa keemasan dimana anak-anak belajar mengetahu apa yang belum diketahu­ inya. Jika masa kanak-kanak sudah ter­ candu dan terkena dampak negatif oleh gadget, maka perkembangan anakpun akan terhambat khususnya pada segi prestasi. Dari penjelasan di atas maka saya tertarik untuk memilih judul ”Pe­ ngaruh Gadget terhadap Perkembangan Anak Usia Dini” yang diharapkan agar masyarakat siap terutama para orang tua untuk menghadapi era modern ini, serta dapat membimbing anaknya un­ tuk maju dan tidak terpengaruh buruk oleh perkembangan teknologi sekarang ini. Berdasarkan uraian di atas tulisan ini akan membahas mengenai: apa pe­ ngertian gadget, perkembangan gadget, mengapa gadget sangat berpengaruh, dampak positif dan negatif gadget dan cara mengatasinya. Pembahasannya berikut ini.

“DIsadari atau tidak, kebia­ saan lingkungan terhadap anak usia dini akan membentuk perkembangan anak”

2. Pengertian gadget

“Gadget adalah sebuah istilah dalam ba­ hasa Inggris yang mengartikan sebuah alat elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi khusus.” (Osland,2013). “Istilah gadget sebagai benda dengan karakteristik unik, memiliki sebuah unit dengan kinerja yang tinggi dan ber­ hubungan dengan ukuran serta biaya. Salah satu hal yang membedakan gadget dengan perangkat elektronik lainnya adalah unsur “kebaruan”. Arti­ nya, dari hari ke hari gadget selalu muncul de­ngan­menyajikan teknologi terbaru yang membuat hidup manusia menjadi lebih praktis.

3. Perkembangan gadget pada zaman sekarang

Di zaman yang sangat modern pada saat ini perkembangan teknolo­ gi terus berkembang. Karena perkem­ bangan teknologi akan berjalan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin tinggi. Teknologi diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan memberikan nilai yang positif. Namun demikian, wa­ laupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. (Tn, 2013), Semakin canggih zaman maka semakin banyak gadget yang akan digunakan tentunya apalagi sekarang ini semakin banyaknya aplikasi canggih

5 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


yang berkembang dan terus berkem­ bang pesat maka semakin banyak pula orang yang ingin memilih dan meng­ gunakannya untuk kebutuhan dalam mencari dan mendapatkan informasi yang dibutuhkannya setiap harinya. Seperti yang diketahui, saat ini perkembangan gadget di Indonesia pertumbuhannya cukup pesat. Bahkan peminat gadget di Indonesia semakin bertambah dan hampir semua kala­ ngan masyarakat gemar menggunakan gadget. Beberapa perusahaan gadget kini tengah berlomba-lomba untuk mengembangkan produk dengan ke­ unggulan masing-masing. jadi bisa di­ pastikan beberapa tahun ke depan, tek­ nologi gadget semakin tren. Sekarang tidak hanya kalangan atas saja yang dapat memiliki tab­ let dan smartphone. Namun kalangan menengah juga sudah dapat memiliki sebuah tablet dan smartphone karena semakin bersaing nya di pasaran untuk membuat harga gadget semakin ekono­ mis. Karena itu banyak produk-produk baru yang menawarkan gadget dengan harga yang cukup murah. Karena itu lah sekarang orang dengan mudah untuk memilki sebuah gadget. Tak heran juga permainan yang dimainkan anak zam­ an sekarang berbeda dengan dulunya.

4. Gadget sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak

Beberapa faktor yang membuat gadget sangat berpengaruh antara lain

adalah: a. Gadget semakin hari semakin cang­ gih, hal ini tentu memberikan banyak manfaat yang mempermudah peker­ jaan. Apalagi dengan ukurannya yang terbilang kecil, gadget mudah dibawa kapan pun dan dimana pun. hal ini­ lah yang membuat gadget seolah-olah menjadi sebuah barang yang tidak bisa terpisahkan dari aktivitas manusia. Se­ lain itu gadget dilengkapi juga dengan fitur game yang sangat menarik minat anak-anak. b. Secara tidak sadar gadget membuat ketergantungan. “Secara tidak sadar, saat ini anak-anak sudah mengalami ketergantungan menggunakan gadget. Ketergantungan inilah yang menjadi salah satu dampak negatif yang sangat berpengaruh.” (Eko Prasetyo, 2013). Contohnya saja hand­ phone. Sehari saja tidak mnggunakan handphone pasti ada rasa yang meng­ ganjal.

5. Dampak positif dan nega­ tif dari pengaruh Gadget pada prestasi anak

Dampak pengaruh Gadget pada perkembanan anak sangat banyak. Dampak yang diberikan dari segi pen­ didikan di Indonesia terbagi dua yaitu, dampak positif dan dampak negatif. 1. Dampak positif a. Menambah pengetahuan Rizki syaputra, Dhani. (2013) menyim­ pulkan bahwa dengan meng­

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

6


gunakan gadget yang berteknologi canggih, anak-anak dengan mudah dan cepat untuk mendapatkan informasi mengenai tugas nya disekoloah. Misal­ nya kita ingin browsing internet dima­ na saja dan kapan saja yang ingin kita ketahui. Dengan demikian dari internet kita bias menambah ilmu pengetahuan. b. Memperluas jaringan persahaba­ tan Gadget dapat memperluas jari­ ngan persahabatan karena dapat de­ ngan mudah dan cepat bergabung ke social media. Jadi, kita dapat dengan mudah untuk berbagi bersama teman kita. c. Mempermudah komunikasi Gadget merupakan salah satu alat yang memiliki tekonologi yang canggih. Jadi semua orang dapat dengan mudah berkomunikasi dengan orang lain dari seluruh penjuru dunia. d. Melatih kreativitas anak Kemajuan teknologi telah mencip­ takan beragam permainan yang krea­ tif dan menantang. Banyak anak yang termasuk kategori ADHD diuntungkan oleh permainan ini oleh karena tingkat kreativitas dan tantangan yang tinggi. Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006:

“Secara tidak sadar, saat ini anak-anak sudah mengalami ketergantungan terhadap gadget”

2) ADHD sendiri merupakan singka­ tan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder yang merupakan ganggu­ an perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. 2. Dampak negatif a. Mengganggu kesehatan Gadget dapat mengaganggu kese­ hatan manusia karena efek radiasi dari tek­ nologi sangat berbahaya bagi ke­ sehatan manusia terutama pada anakanak yang berusia 12 tahun kebawah. Efek radiasi yang berlebihan dapat mengakibatkan penyakit kanker. b. Dapat mengganggu perkemba­ ngan anak Gadget memilki fitur-fitur yang canggih seperti kamera, video, games dan lain-lain. Fitur itu semua dapat mengganggu proses pembelajaran di sekolah. Misalnya ketika guru mene­ rangkan pelajaran di depan salah satu siswa bermain gadget nya di belakang atau bisa juga di pergunakan sebagai alat untuk hal-hal yang tidak baik. c. Rawan terhadap tindak kejahatan Setiap orang pasti ada yang memi­ liki sifat update dimana saja. Jadi orang i­ngin­berbuat kejahatan dengan mudah mencarinya dari hasil updatenya yang boleh dibilang terlalu sering. d. Dapat mempengaruhi perilaku anak “Kemajuan teknologi berpoten­ si membuat anak cepat puas dengan penge­ tahuan yang diperolehnya se­

7 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


hingga menganggap apa yang didapat­ nya dari internet atau teknologi lain adalah pengetahuan yang terlengkap dan final” (Ratih Ibrahim, 2012). Pada faktanya ada begitu banyak hal yang harus digali lewat proses pembelaja­ ran tradisio­nal dan internet tidak bisa menggantikan kedalaman suatu penge­ tahuan. Kalau tidak dicermati, maka akan ada kecende­rungan bagi genera­ si mendatang untuk menjadi generasi yang cepat puas dan cenderung berpi­ kir dangkal. Generasi mendatang ber­ potensi untuk menjadi gene­rasi yang tidak tahan dengan kesulitan. Dengan kata lain, anak akan berpikir atau mera­ sa bahwa hidup ini seharus­nya mudah dan pada akhirnya anak berusaha un­ tuk menyederhanakan masalah dan berupaya menghindari kesukaran. Kemajuan teknologi mempercepat segalanya dan tanpa disadari anak pun dikondisikan untuk tidak tahan dengan keterlambatan. Hasilnya anak makin hari makin lemah dalam hal kesabaran serta konsentrasi dan cepat menuntut orang untuk memberi yang diinginkan­ nya dengan segera. Romo (2013). Menurutnya bermain gadget dalam durasi yang panjang dan dilakukan setiap hari secara kontinyu, bisa membuat anak berkembang ke arah pribadi yang antisosial. Ini terjadi karena anak-anak ini tidak diperkenal­ kan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Selain itu juga berpotensi mendo­ rong anak untuk menjalin relasi secara dangkal. Waktu untuk bercengkerama

secara langsung berkurang karena se­ karang waktu tersita untuk menikmati semuanya dalam kesendirian

6. Cara mengatasi dampak nega­ tif dari pengaruh gadget ter­ hadap prestasi anak

Sosok yang paling berpengaruh dalam mencegah maupun mengata­ si dampak negatif dari gadget adalah orang tua. Maka orang tua memiliki peran besar dalam membimbing dan mencegah agar teknologi gadget tidak berdampak negatif bagi anak. Jovita Maria Ferliana, M.Psi. (2013) menjelaskan cara-cara yang harus dilakukan oleh orang tua ialah sebagai berikut : 1. Pilih sesuai usia Dilihat dari tahapan perkemba­ ngan dan usia anak, pengenalan dan penggunaan gadget bisa dibagi ke be­ berapa tahap usia. Untuk anak usia di bawah 5 tahun, pemberian gadget sebaik­ nya hanya seputar pengena­ lan warna, bentuk, dan suara. Artinya, ja­ ngan terlalu ba­ nyak memberikan ke­ sempatan bermain gadget pada anak di bawah 5 tahun. Terlebih di usia ini,

“Generasi mendatang berpotensi untuk menjadi generasi yang tidak tahan dengan ke­ sulitan”

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

8


yang utama bukan gadget-nya, tapi fungsi orang tua. Pasalnya gadget ha­ nya sebagai salah satu sarana untuk mengedukasi anak. Ditinjau dari sisi neurofisiolo­ gis, otak anak berusia di bawah 5 ta­ hun masih dalam taraf perkembangan. Perkembangan otak anak akan lebih optimal jika anak diberi rangsangan sensorik secara langsung. Misalnya, meraba benda, mendengar suara, ber­ interaksi dengan orang, dan sebagainya. Jika anak usia di bawah 5 tahun meng­ gunakan gadget secara berkelanjutan, apalagi tidak didampingi orang tua, aki­ batnya anak hanya fokus ke gadget dan kurang berinteraksi dengan dunia luar. Yang berikutnya, otak bagian depan adalah bagian yang berfungsi memberi perintah dan menggerakkan anggota tubuh lainnya. Di bagian otak belakang, ada yang namanya penggerak. Di bagian ini, terdapat hormon endor­ fin yang mengatur pusat kesenangan dan kenyamanan. Pada saat bermain gadget, anak akan merasakan kesena­ ngan, sehingga memicu meningkatnya hormon endorfin. kecanduan berhubu­ ngan dengan ini jika dilakukan dalam jangka waktu lama dan kontinyu. Aki­

“Perkembangan otak anak akan lebih optimal jika anak diberi rangsangan sensorik secara langsung”

batnya, ke depannya, anak akan men­ cari kesenangan dengan jalan bermain gadget, karena memang sudah terpola sejak awal perkembangannya. Dari aspek interaksi sosial, perkembangan anak-anak usia di bawah 5 tahun sebaiknya memang lebih ke arah sensor-motorik. Yaitu, anak harus bebas bergerak, berlari, meraih sesua­ tu, merasakan kasar-halus. Memang di gadget juga ada pengenalan warna atau games dimana orang melompat. Namun, kemampuan anak untuk berinte­ raksi secara langsung dengan objek nyata di dunia luar tidak diperoleh anak. 2. Batasi waktu Anak usia di bawah 5 tahun, boleh-boleh saja diberi gadget. Tapi ha­ rus diperhatikan durasi pemakaian­nya. Misalnya, boleh bermain tapi hanya setengah jam dan hanya pada saat seng­ gang. Contohnya, kenalkan gadget se­ minggu sekali, misalnya hari Sabtu atau Minggu. Lewat dari itu, ia harus tetap berinteraksi dengan orang lain. Aplika­ si yang boleh dibuka pun sebaik­ nya aplikasi yang lebih ke fitur pengenalan warna, bentuk, dan suara. Sejalan pertambahan usia, ketika anak masuk usia pra remaja, orang tua bisa memberi kebebasan yang lebih, karena anak usia ini juga perlu gadget untuk fungsi jaringan sosial mereka. Di atas usia 5 tahun (mulai 6 tahun sampai usia 10 tahun) orang tua bisa memperba­ nyak waktu anak bergaul dengan gadget. Di usia ini, anak sudah

9 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII |FEBRUARI 2016


harus menggali informasi dari lingku­ ngan. Jadi, kalau tadinya cuma seming­ gu sekali selama setengah jam dengan supervisi dari orangtua, kini setiap Sab­ tu dan Minggu selama dua jam. Boleh main games atau browsing mencari in­ formasi. Intinya, kalau orang tua sudah menerapkan kedisiplinan sedari awal, maka di usia pra remaja, anak akan bisa menggunakan gadget secara ber­ tanggungjawab dan tidak kecanduan gadget.

3. Hindarkan kecanduan Kasus kecanduan atau penyalah­ gunaan gadget biasanya terjadi karena orang tua tidak mengontrol penggu­ naannya saat anak masih kecil. Maka sampai remaja pun ia akan melakukan cara pembelajaran yang sama. Akan su­ sah mengubah karena kebiasaan ini su­ dah terbentuk. Ini sebabnya, orang tua harus ketat menerapkan aturan ke anak, tanpa harus bersikap otoriter. Dan ja­ ngan lupa, orang tua harus mene­rapkan reward and punishment. Kalau ini ber­ hasil dijalankan, maka anak akan bisa melakukannya secara bertanggung­ jawab dan terhindar dari kecanduan. Ciri-ciri anak yang sudah kecanduan antara lain: a. Anak menghabiskan sebagian be­ sar waktunya untuk bermain dengan gadget. b. Anak mengabaikan/mengesamping­ kan kebutuhan lain hanya untuk ber­ main gadget. Misalnya lupa makan, lupa mandi.

c. Anak mengabaikan teguran-teguran dari orang sekitar

4. Beradaptasi dengan zaman Salah satu dampak positif gadget adalah akan membantu perkemba­ ngan fungsi adaptif seorang anak. Arti­ nya kemampuan seseorang untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitar dan perkembangan zaman. Jika perkembangan zaman se­ karang muncul gadget, maka anak pun harus tahu cara menggunakannya. Artinya fungsi adaptif anak berkembang. seorang anak harus tahu fungsi gadget dan harus bisa meng­ gunakannya karena salah satu fungsi adaptif manusia zaman sekarang ada­ lah harus mampu mengikuti perkemba­ ngan teknologi. Sebaliknya, anak yang tidak bisa mengikuti perkembangan tek­nologi bisa dikatakan fungsi adaptif­ nya tidak berkembang secara normal. Namun, fungsi adaptif juga ha­rus menyesuaikan dengan budaya dan tem­ pat seseorang tinggal. Kalau anak ting­ gal di sebuah desa dimana gadget ada­ lah barang langka, maka wajar jika anak tidak tahu dan tidak kenal yang nama­ nya gadget.

7. Kesimpulan

Teknologi adalah keseluruhan sa­ rana untuk menyediakan barang-ba­ rang yang diperlukan bagi kelangsu­ ngan dan kenyamanan hidup manusia. Sedangkan gadget adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

10


artinya perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Dari pembahasan di atas, teknolo­ gi jelas mempengaruhi perkembangan anak. Karena sebuah perangkat tek­ nologi merupakan media pembelaja­ ran yang sangat efektif. Dengan adanya tampilan gambar yang bisa berjalan, efek suara atau nyanyian membuat me­ dia pembelajaran dengan memanfaat­ kan perangkat teknologi sangat disukai oleh anak-anak. Dan karena kemajuan teknologi juga dapat membantu daya kreatifitas anak, jika pemanfaatnya diimbangi dengan interaksi dengan lingkungan sekitarnya Dengan terlalu membebaskan anak dibawah umur menggunakan tek­nologi yang terlalu canggih seper­ ti gadget maka itu dapat mengubah peri­laku seorang anak, untuk itu peran orang tua sangat penting.

8. Saran

Orang tua harus tegas atau tidak boleh memanjakan anaknya yang umurnya di bawah 12 tahun untuk menggunakan gadget. Karena lebih ba­ nyak dampak negatif yang timbul apa­ bila seorang anak di bawah umur telah diberikan gadget. Salah satu dampak negatif yang terjadi ialah dapat mem­ buat anak menjadi malas, mengganggu kesehatannya dan juga dapat menyalah gunakan fungsi gadget. Maka sebaiknya orang tua perlu memikirkan apa yang boleh diberikan oleh anak-anaknya yang masih beru­ mur di bawah 12 tahun. Apabila ingin memberikan nya juga haruslah selalu tetap mengontrol penggunaan gadget nya jangan terlalu berikan kebebasan yang berlebihan. Dan juga melarangnya untuk membawa gadget ke sekolah, ka­ rena bisa menghambat proses pembela­ jarannya di sekolah.

Feby Meliana Azhari *Mahasiswi S1 Jurusan Dirasat Islamiyyah Universitas Qadi Ayyad - Marrakech

11 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


Potret

Menanti Semi

by: G. Ahmad

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

12


Opini

BERSOSIAL BERDASARKAN TATANAN SYARIAT ISLAM Islam mengajarkan umatnya un­ tuk bermuamalah (bersosialisasi) yang dalam literatur Islam dikenal dengan habl min an-naas. Hubungan sesama manusia ini tentunya memiliki ram­ bu-rambu yang harus ditaati agar ter­ hindar dari berbagai penyakit sosial yang dapat merusak tatanan hidup bermasyarakat. Bersosial dalam dunia global dihadapkan dengan kenyataan bergabung dan berinteraksi dengan media sosial. Dengan satu jari saja se­ seorang dapat mengakses ribuan in­ formasi dari berbagai belahan dunia dalam hitungan detik. Kebutuhan akan media informasi ini menjadi kebutu­ han yang massif dan tidak dapat dipi­

sahkan. Hampir tidak ditemui orang yang tidak memiliki smartphone de­ ngan bera­gam merek dan aplikasi yang mendu­kung kebutuhan akan informasi terkini. Dunia menjadi lebih sempit dan jarak yang jauh menjadi lebih dekat. Ha­ nya dengan bermodalkan laptop atau­ pun smartphone seseorang juga dapat menghasilkan pundi-pundi rezeki dari penggunaan media sosial tersebut. Konsekuensi penggunaan media sosial ini melahirkan dua potret kelom­ pok dalam masyarakat, pertama: mas­ yarakat yang mampu mengakses dan berbagi informasi secara fungsional, se­ hingga menjadikan mereka masyarakat yang melek teknologi (literasi teknolo­

13 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


gi) berpengetahuan luas dan memi­ liki banyak peluang dalam berbagai hal dengan pemanfaatannya. Kedua, kelompok yang hanya mengikuti tren dan cenderung mengeluhkan dampak negatif dari kemunculan teknologi in­ formasi tersebut. Dari kedua sisi kelompok ini maka muncul pertanyaan bagaimana menyikapi penggunaan media sosial agar proporsional, atau apakah perlu mengisolasi diri dan bersikap anti me­ dia sosial? Kemunculan media sosial merupakan pilihan yang logis dan me­ rupakan keharusan sebagai akibat dari pergaulan global yang semakin dina­ mis. Literasi teknologi memiliki peran

pen­ting juga bagi umat Islam sebagai wahana penyampaian pesan-pesan kea­ gamaan (dakwah) secara propor­ sional. Mengisolasi diri dari media so­ sial sama halnya mengisolasi diri dari pergaulan di tengah masyarakat, kare­ na hidup di dunia maya sama halnya dengan hidup di dunia nyata. Begitu juga dengan adab syar’i di dunia maya sama dengan di dunia nyata, walau­

“Bersosial dalam dunia global­ dihadapkan dengan kenya­ taan bergabung & berinte­ raksi dengan media sosial.”

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

14


perbedaannya hanya pada dimensi ruang. Bersosial berdasarkan tatanan syariat Islam merujuk pada dua sum­ ber utama yaitu al-Qur’an dan as-Sun­ nah. Kedua sumber ajaran Islam ini mengajarkan nilai-nilai dan tata cara yang harus dilakukan dalam bersosial. Diantara yang menjadi tuntunan ber­ sosial sebagaimana berikut: (1) Menyampaikan informasi de­ngan benar, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta (QS. Al-Hajj: 30). Menahan diri menyebarluaskan infor­ masi tertentu di media sosial yang fak­ ta atau kebenarannya sendiri belum diketahui. Menyaring informasi sebe­ lum mensharingnya. (2) Bijaksana, memberi nasihat yang baik, serta argumentasi yang jelas, ter­ struktur, dan baik pula (QS. An-Nahl: 125). Karakter, pola pikir, kadar pe­ mahaman orang lain dalam jejaring pertemanan di media sosial umum­ nya beragam sehingga informasi yang disampaikan harus mudah dibaca dan dicerna, dengan tata-bahasa yang baik dan jelas. (3) Meneliti fakta/cek-ricek. Untuk

“Mengisolasi diri dari media sosial sama halnya mengisolasi diri dari pergaulan di te­ ngah masyarakat.”

mencapai ketepatan data dan fakta se­ bagai bahan baku informasi yang akan disampaikan, keharusan mengecek dan meneliti kebenaran fakta dengan informasi awal yang ia peroleh agar tidak terjadi kidzb, fitnah dan namimah (QS. Al-Hujarat: 6). Ketidakhati-hatian dalam menyebutkan dan memberi atribusi kepada pihak tertentu yang tersebar ke ranah publik bisa beraki­ bat pencemaran nama baik sebagaima­ na larangan dalam UU ITE. (4) Tidak mengolok-olok, mencaci-ma­ ki, atau melakukan tindakan penghi­ naan sehingga menumbuhkan keben­ cian (QS. Al-Hujarat: 11). Karakteristik dunia maya yang cair dan sangat be­ bas, memungkinkan melakukan tin­ dakan-tindakan negatif kepada pihak lain dengan modus tanpa indetitas (anonim) sehingga memicu provo­ kasi dan adu domba (flamming dan trollling), untuk itu pengguna media sosial perlu menjaga kehati-hatian da­ lam bertutur kata dalam bentuk ver­ bal dan nonverbal. (5) Menghindari prasangka/su’udzon (Al-Hujarat: 12). Dalam bahasa hukum, penyampai in­ formasi melalui media sosial henda­ knya memegang teguh “asas praduga tak bersalah”. Prasangka dan stereotip tidak berdasar membahayakan kare­ na memicu bullying dan pembunuhan karakter. (6) Hindari berlebihan bercerita, me­ ngeluh, berdoa di media sosial. Rasu­ lullah SAW bersabda:

15 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


”Setiap umatku mendapat pemaafan kecuali orang yang menceritakan (aib­ nya sendiri). Sesungguhnya diantara perbuatan menceritakan aib sendiri adalah seorang yang melakukan suatu perbuatan (dosa) di malam hari dan sudah ditutupi oleh Allah swt kemudian di pagi harinya dia sendiri membuka apa yang ditutupi Allah itu.” (HR. Bukhori dan Muslim). Sebuah ungkapan mengatakan mu­ lutmu adalah harimaumu, apabila di­ analogikan dalam dunia media sosial, “statusmu adalah harimaumu.”

Islam telah memperingatkan tentang pertanggungjawaban atas se­ gala hal, “Tidak ada satu kata yang di­ ucapkannya, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)(QS. Qâf:18). Sebaliknya, dengan menyaring setiap informasi yang di­terima dan akan disebarluas­ kan, media sosial bisa digunakan se­ cara strategis sebagai sarana dakwah di tengah gersangnya khazanah ilmu dan informasi yang seimbang tentang Islam. Wallahu ‘alam.

“Tidak ada satu kata yang diucapkannya, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)” Q.S. Qaf: 18

Fatma Youlia Rachid

*Mahasiswi Program Doktoral Jurusan Sastra Arab | Universitas Sidi Mohammed ben Abdellah - Fes

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

16


Galeri

Winter Holiday

Voulubilis 17 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII |FEBRUARI 2016


Ifrane City

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

18


Sosok

Menge

Bapak

IBN Ia bernama lengkap Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Mu­ hammad bin al-Hasan al-Hadrami Abu Zaid, dan lebih dikenal dengan Ibnu Khaldun. Banyak gelar yang disandang­ kan kepadanya, diantaranya adalah Imam al-Muarrikhin dan Wadhi’ ‘Ilm al-Ijtima’ (penggagas ilmu sosial), salah seorang ulama terkemuka yang kete­ narannya tidak diragukan lagi di Timur dan Barat, bahkan ia juga termasuk seorang filsuf muslim, sejarawan, dan pakar ekonomi. Dilahirkan di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H / 27 Mei 1332 M, perjalanannya dimulai. Rihlah Keilmuan Di Tunisia ia tumbuh besar serta menuntut ilmu dan telah menghafal alQur’an sejak usia dini, namun itu tidak

membuat seorang Ibnu Khaldun puas dengan apa yang ia dapatkan disana, sehingga ia melakukan perjalanan ke beberapa negara, diantaranya Fes, An­ dalusia, Granada, Tilimsan dan Kairo. Di Fes ia pernah belajar di Jami’ al-Qa­ rawiyyin (sebuah universitas tertua di dunia). Disana juga ia pernah men­ duduki jabatan penting. Kemudian di Mesir ia diangkat menjadi guru besar di berbagai lembaga pendidikan, seper­ ti Universitas al-Azhar, Sekolah Tinggi Hukum Qamhiyah, Sekolah Tinggi Zha­ hiriyyah dan Sekolah Tinggi Sharghat Musyiyyah. Adapun Mata kuliah yang diajarkan adalah fiqih, hadis dan bebe­ rapa teori tentang sejarah sosiolo­ gi yang telah ditulis dalam kitabnya “Muqaddimah Ibnu Khaldun”. Seiring ia merantau ke berbagai

19 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


enal Lebih Dekat

k Ilmu Sosial

NU KHALDUN tempat untuk mencari ilmu, pada akhir­ nya banyak juga yang berguru dengan­ nya. Ini menjadi sebuah pelajaran bagi kita akan pentingnya melakukan rihlah dalam mencari ilmu. Ibnu Khaldun per­ nah memberi petuah: “Sesungguhnya melakukan rihlah (perjalanan) dalam mencari ilmu dan menemui Masyayikh (guru) akan da­pat menambah kesempurnaan dalam penga­ jaran. Sebabnya demikian karena se­ seorang akan mangambil pe­ngetahuan atau ilmu para masyayikh dan juga budi pekerti mereka. Dan juga talaqqi dengan para ulama dan memerbanyak masya­ yikh akan memberikan manfaat kepada seseorang agar ia dapat membedakan istilah-istilah keilmuan sebagaimana yang ia lihat dari perbedaan metode mereka di dalam istilah-istilah itu. Itu

akan membangkitkan kemampuannya dalam mendalami ilmu dan memperkokoh kepekaannya sehingga ia dapat membenarkan pengetahuan yang ia dapat dan membedakan dari yang lain. Maka Rihlah haruslah dalam (jalur) menuntut ilmu untuk mencari faidahfaidah dan kesempurnaan dengan bertalaqqi atau menemui para masyayikh dan menjumpai secara langsung para tokoh-tokoh ulama, dan Allah memberikan hidayah ke jalan yang benar kepada siapa yang Dia Kehendaki.” Karya-Karya Ibnu Khaldun Karya-karya Ibnu Khaldun ba­ nyak dinikmati oleh berbagai kalangan ilmuan, karena di dalamnya terdapat banyak fan ilmu sehingga menjadikan­ nya sosok yang memiliki pengaruh be­

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

20


sar dalam pengembangan khazanah berbagai keilmuan, adapun diantara­ nya adalah: • Kitab at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya) • Muqaddimah (pendahuluan atas kitab al-’Ibar yang bercorak sosiologis-histo­ ris dan filosofis) • Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhas­ sal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Mu­ ta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi). Penikmat karangan-karangannya tak sebatas cendekiawan muslim saja, pun juga orang-orang orientalis men­ jadikannya referensi penting, kitab alI’bar contohnya pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prole­ gomenes d’Ibn Khaldoun.

Peran Penting Ibnu Khaldun Melihat karya-karyanya, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Ibnu Khaldun sangat memerhatikan akan penting­ nya ilmu pengetahuan dan menjunjung tinggi sejarah. Karena sejarah merupa­ kan hal yang sangat berharga bagi umat manusia, sebagaimana sebagian ahli hikmah mengatakan: “Seseorang yang tidak memiliki tanah air, maka tidak memilki sejarah, dan seseorang yang tidak memiliki sejarah

maka ia akan dilupakan.” Ibnu Khaldun selain menjadi to­ koh penting di masyarakat, pun juga menjadi seorang penulis yang sangat produktif, terbukti dari karyanya yang berjilid-jilid, seluruh pemikiran bri­ liannya ia torehkan melalui tulisannya. Lebih-lebih mengenai ilmu keislaman, sebagai buktinya ia menjunjung tinggi akan kehebatan al-Qur’an. Sebagaima­ na yang ia katakan: “Ketahuilah bahwa pendidikan alQur’an termasuk syiar agama yang di­ terima oleh umat Islam di seluruh du­ nia Islam. Oleh kerena itu pendidikan al-Qur’an dapat meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran al-Qur’an pun patut diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.” Dari sini kita lihat bahwa Ibnu Khaldun mengedepankan ilmu spiritu­ al, ilmu yang akan menjaga seseorang dari perbuatan yang menyimpang. Karena suatu peradaban negara atau kelompok masyarakat tidak akan men­ jadi baik dan terorganisir kecuali de­ ngan memperbaiki jiwa individu-in­ dividunya. Jika masyarakatnya sudah beradab maka akan dapat membangun sebuah peradaban sosial dan lain se­ bagainya. Lalu mengapa ia digelari Bapak Ilmu Sosial? Mungkin yang bisa dijadikan buk­ ti kongkrit bahwa seorang Ibnu Khal­ dun merupakan Bapak Ilmu Sosial ada­

21 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


lah kitabnya al-Muqaddimah. Pernah seorang ilmuan sosiolo­ gi Barat mengomentari tentang kar­ ya-karya Ibnu Khaldun. Ia mengata­ kan, “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi.” Karenanya Muqad­ dimah (pendahuluan) ini masih terus dikaji hingga saat ini. Bahkan buku ini telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Jika kita meneliti lebih dalam ter­ hadap kitab ini, maka kita dapati bah­ wa Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala so­ sial’ dan tanda-tanda yang dapat dipa­ hami mengenainya. Pada bab ke-dua dan ke-tiga, ia berbicara tentang ge­ jala-gejala yang membedakan antara masyarakat primitif dengan masyar­ akat modern. Pada bab selanjutnya ia berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan cara berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh

faktor-faktor dan lingkungan geografis terhadap gejala-gejala ini. Kemudian pada pembahasan selanjutnya berbi­ cara mengenai ilmu pengetahuan serta alat-alatnya. Dengan demikian kita ketahui bah­ wa sebuah karya di abad ke-14 de­ ngan lengkap menerangkan hal ihwal sosiologi dan sebenarnya tidak hanya berhenti di sosiologi, akan tetapi men­ cakup sejarah, ekonomi, dan ilmu pe­ ngetahuan. Dan sangatlah pantas gelar ini disandangkan kepadanya, karena telah banyak memberikan sumbangsih dan pengaruh yang sangat besar bagi umat Islam bahkan umat manusia. Selain mengajar berbagai keil­ muan di negeri Kinanah, ia juga diang­ kat menjadi Hakim Agung Madzhab Maliki disana, hingga ia wafat pada 26 Ramadhan 808 H, bertepatan pada pada tanggal 16 Maret 1406 M dalam usia 74 tahun. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman para sufi di luar Bab alNashir, Kairo.

M. Iqbal Mansury *Mahasiswa S1 Jurusan Dirasat Islamiyyah Universitas Hassan II - Casablanca

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

22


Puisi

Perempatan Rue Karomah Agus G. Ahmad I

Ada pemuda tersesat di perempatan Rue Karomah Di atas saku bajunya tersemat nama: Rendra Mulutnya merapal mantra-mantra politik, filsafat dan budaya Diselipkan di tiap katanya, ahh, ohh, wah Hahaha, Rendra tertawa. Anak kecil kakinya pincang. Terjatuh, mengesot di aspal berdarah-darah Darahnya menggumpal jadi genangan, Rendra berkata-kata Darah merah warnanya. Dan dua tiga kawan bermain tak kembali menjemput Sampai ajal tiba di perempatan Rue Karomah.

II

Rendra menunjuk langit, menepuk jidat Di atas kepalanya, burung merpati berak, di atas: Rendra Mulutnya merapal tembang-tembang durhaka Lalu ia teringat Nuh dan kaumnya yang ditelan bah Hahaha, Rendra tertawa. Anjing menggonggong Rendra berlalu, lalu balik badan, mencium keningnya “Terima kasih, tapi ini dimana?” Anjing menggonggong: “Rue Karomah bodoh!” Dasar anjing! Kau dan perempatan ini sama bodohnya Anjing menggonggong dan Rendra berlalu.

23 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


III

Sesekali Rendra menoleh ke belakang Seringkali ia bosan, dan kakinya tak ingin beranjak Mulutnya merapal baris-baris koran tadi pagi Sensasi itu sama, di penjara yang dingin, di panggung gemerlap Di perempatan Rue Karomah, Rendra terasingkan Hahaha, Rendra Tertawa. Melihat kumis tumbuh di mukanya Kenapa tak sekalian jenggot, lalu aku bisa berlagak badut Bahkan salon di pojok tak menerima tamu asing Lampunya dimatikan, pintunya dikunci, tulisan ‘open’ dibalik ‘close’ Sampai senja datang di perempatan Rue Karomah.

IV

Sepasang kekasih bercumbu dibawah pohon zaytun Lalu ribut tentang hak asuh anak. Rendra menguping. Mulutnya merapal sajak-sajak cinta Kahlil Gibran Dan kisah kasih Layla Majnun yang tak khatam Hahaha, Rendra tertawa. Darah perawan menetes. Buah zaytun tak lagi suci. Lalu ia ingat buah khuldi Adam Yang mengeluarkannya dari surga, yang berakhir anak cucunya Sekarang aku disini, tersesat di Perempatan Rue Karomah salah siapa? Rendra melihat jam tangannya, jarum detik tak lagi berdetak Berputar-putar sampai malam di perempatan Rue Karomah.

V

Ada pemuda tersesat di perempatan Rue Karomah Ia terbaring disana melamun, namanya: Rendra. Semalam Rendra berjalan sampai habis perempatan, tak berujung Mulutnya merapal nama-nama jalan yang ia hapal Perempatan, pertigaan, sampai tinggal simpang jalan, semua Rue Karomah. Disini Rendra tak punya kerabat. Di mukanya ada cap orang asing Bola matanya berputar di tempat, sambil berdoa di bawah lampion “Ya Tuhan, aku sudah mati dan mereka disini masih hidup” “Ya Tuhan, aku masih hidup atau sudah mati?” “Ya Tuhan, aku mati dan Kau hidup kekal abadi selamanya”

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII |FEBRUARI 2016

24


Cerita Pendek

Melhania & Ze

photo by: Tanjil Furqan

ZE

Lampu LED telepon genggamku berkedap-kedip warna putih, menanda­ kan ada pesan WA, dan pastinya sudah bisa ditebak siapa pengirimnya, John Kim. Dia memberi tau sedang berada di apartemenku dan ingin meminjam rancangan maket yang diusulkan Prof. Park kemarin, teman Koreaku yang satu ini memang tau sekali cara merusak susasana soreku. Aku segera menuju mobil dan bergegas pulang dengan me­ ninggalkan setumpuk buku yang wajib dibaca. Perlahan ku masuki apartemen mungil itu dan menuju ke kamar un­ tuk mengambil rancangan maket yang i­ngin dipinjam oleh John. Ia tampak

sibuk menata laporan yang akan dise­ rahkan ke Prof. Park, wajahnya tampak gugup sekali, jelas saja, karena Prof. Park sendiri yang akan meneliti lapo­ ran rancangan gedung olahraga yang kami rancang itu. “Kau tampak tidak seperti biasanya John?” Komentarku. “Jujur, kali ini aku gugup sekali ZE, se­ cara Prof. Park sendiri yang akan me­ neliti laporan kita bukan asistennya yang super bawel itu.” “Meskipun bawel kau suka sekali meng­ godanya.” Godaku sambil menyodorkan kopi yang ku buat. “Hahaha, meski bawel, dia baik hati ZE. Berkali-kali dia membantu kita, dan dia

25 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


lumayan cantik juga.” “Dasar kau!” Setelah menyelesaikan semua kekura­ ngan laporan maket, kami bergegas menemui Prof. Park. Kali ini aku cuma mengantar, John sendiri yang akan menghadap Prof. Park karena besok aku juga harus menemui klien, tapi sampai saat ini belum ada kabar dimana dan pukul berapa kita akan bertemu. Ting, rupanya ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.

MELHANIA

Aku menyukai gerimis, itu ro­ mantis. Aku menyukai bulan, kilaunya di tengah temaram, membuat nyaman hati. Aku menyukai merah, keberanian yang tangguh. Aku menyukai piano, alu­ nannya yang lembut, menemani pagiku yang sepi. Dan yang pasti, aku menyukai Seoul, karena segala yang ada padanya, aku jatuh cinta! Aku, Melhania. “ZE, senang bertemu dengan anda.” Ucapku tenang. “Saya juga, hmm, bisakah langsung dimulai?” “Oke, silakan!” “Kami ingin merenovasi lahan yang ada di belakang, sebelah kanan ho­ tel rencananya kami akan buat taman bermain, taman bermain yang bisa dinikmati semua kalangan dan pastinya ramah untuk anak-anak. Sebelum­nya, terimakasih sudah mempercayakan proyek ini kepada perusahaan kami, kami pastikan anda termasuk orang yang beruntung bisa bekerja sama de­

ngan kami.” “Sombong sekali.” Batinku. “Kami butuh meninjau lapangan untuk memastikan kondisi lahan yang akan digarap,sebelum pengerjaan proyek dimulai.” Lelaki itu menjelaskan pan­ jang lebar tanpa menyadari ada sosok yang memperhatikannya dari tadi. “Sepertinya aku kenal dia, aah aku sama sekali tak asing dengan orang di depan ini,” Ucapku lirih.

AYA

“Ayo!” Aku mendengar seruan mengajak dari balik tembok rumah. Aku berlari keluar dan mengikutinya me­ nerjang hujan. Dia memberikan sebuah bunga pinggir jalan dan menyelipkan­ nya di telingaku. “Ayo kita main putri-putrian… Aku akan jadi panglima perang yang tangguh buat kerajaanmu,” Ujarnya, “Dan aku sendi­ ri yang akan membuatkan kerajaan itu untukmu, bagaimana? Saat besar nanti, aku mau jadi arsitek yang keren.” Kata­ nya dengan bangga sambil berlari men­ inggalkanku di tengah hujan deras ini. “Woy, gapapa kan?” Tanya Ale kepada­ ku. “Sofa mengajak kita mengerjakan tugas kesenian di rumahnya sekarang, mumpung orangtuanya sedang keluar kota.” Aku mengiyakan ajakan Ale dan per­ gi bersamanya. Minggu ini ada guru ke­senian memberi tugas untuk mem­ buat poster, ini tugas terakhir sebelum pengu­ muman kelulusan diumumkan. Dan sekarang aku berada disini, bersa­

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

26


ma Sofa, putri direktur utama Jawa Pos, koran swasta terbesar di Indonesia, dan juga Ale, putra sulung keluarga Hardi­ an, pemilik saham terbesar PT Indo­ food Fritolay Makmur yang sejak 1995 memegang sebagian besar pemasok makanan ringan di Indonesia. Aku sendiri amat berbeda dengan mereka, abahku adalah seorang pemuka aga­ ma masyhur di kotaku. Sejak kecil aku hidup dengan aturan agama yang kuat dan mengikat dari keluargaku. “Ini ya minumnya,” Ujar Sofa seraya menyerahkan jus jeruk buatannya. Sekolah kami adalah sekolah ter­ favorit di kota ini. Banyak anak-anak pe­ jabat yang sekolah disini. Teman-teman­ ku berasal dari keluarga yang hidup mewah dan ‘semau gue’, ala anak muda. Bebas dan menyenangkan. Meskipun begitu, abahku tidak terlalu melarang ini itu pada kami, putra-putrinya. Be­ liau membekali batas-batas yang tak boleh kami lewati dengan pengertian yang halus.

NIZAR

“Ini hadiah ulang tahunmu, tung­ gulah! Di ulang tahunmu yang ke-23, aku akan memberi hadiah yang le­bih bagus dari ini.” Janjiku padanya. Dia tampak sumringah mendapat hadiah dariku, sahabatnya. Kamu sekarang seperti apa ya? Bukankah ini sudah lama sekali? Genap sepuluh tahun sejak kita tak lagi ber­ temu. Suara melengkingmu dulu, apa­ kah masih sama? Khayalku.

“Buk, apa mau saya antar ke dokter? Ibuk terlihat tidak sehat sejak kemarin.” “Ndak usah le… Ibuk ndak apa-apa. Cuma batuk biasa kok,” Jawab ibuku. Sejak kecil aku selalu bercita-ci­ ta menjadi orang kaya, karena dalam bayangan anak lelaki kecil ini, kaya akan menjadi solusi semua masalah. Keluar­ ga kecil kami memang sedikit kurang beruntung, ayahku yang ha­nya bekerja sebagai tukang tidak mampu memenu­ hi kebutuhan sehari-hari. Kami sering menerima bantuan dari para tetangga, terutama pak Khudlori, tetangga sebe­ lah rumah. Beliau adalah ayah Aya, sa­ habat kecilku. Dan disinilah aku seka­ rang, kota kecil di Kalimantan Timur. Terpisah ribuan mil dari Aya. Satu-sa­ tunya sahabatku. Kemampuan renang­ ku yang luar biasa mengantarkanku pada beberapa perlombaan tingkat na­ sional. Pelatihku selalu menyemangati­ ku untuk semakin maju lagi. “Kamu ingin bertemu Aya kan? maka kamu harus jadi terkenal dan panggil dia di TV nanti,” Usul pelatih­ ku. Aku meyukai hidupku sekarang. Aku bisa membantu ibuku mencari uang dari hasil tunjangan yang aku dapat sebagai hadiah beberapa lomba renang yang kuikuti. Kehidupan kami sema­kin membaik. Kini aku mulai me­ langkah untuk mencari Aya, sahabatku, dan be­rencana membalas semua kebai­ kan yang dilakukan keluarganya untuk kelurga kami, terutama untuk memenu­ hi janji yang telah aku buat untuknya di ulang tahun ke-23nya.

27 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


ZE

Aku bercita- cita menjadi arsitek sejak kecil. Bagiku, memandang sebuah bangunan hasil desain kita sendiri sungguh memuaskan, melegakan. Itu menyenangkan. Banyak orang yang bi­ lang kalau aku, hmm… sedikit angkuh. Sebenarnya aku tidak sekejam yang mereka gambarkan, aku hanya tidak pandai mengungkapkan isi hatiku, itu saja. Dan tidak sedikit orang yang tidak menyukai kejujuran yang lugas. Dan itu membuat aku terlihat kejam. Sejak dua tahun yang lalu, aku dikirim ke sini –Seoul– untuk belajar. Karena otakku yang memang encer, banyak Profesor yang merekomendasikanku di berbagai perusahaan. Dan sekarang aku berun­ tung menjadi asisten ahli Prof. Park. Beliau sering memberiku kesempatan untuk ikut menyumbangkan ide dalam desain yang beliau buat. Anak kampung pedalaman ini sekarang sudah jadi arsitek keren buk! Karena persaingan yang ketat serta tabiatku yang sedikit kejam, aku tidak memiliki banyak teman. Hanya beberapa rekan sekantor, dan tentunya John Kim, teman sekamarku di asrama dulu. Aku tidak merasa kesepian atau sebagainya, karena sejak kecil, aku ter­ biasa seperti ini, tidak memiliki teman. Saat kecil, tidak ada yang mau ber­ teman dengan anak tukang sepertiku, kumuh dan miskin. Tapi kini dunia su­ dah berbalik memihakku. Memang ini­ lah kenya­taan hidup, sepeti roda yang

berputar. Ingin kembali dimasa, dima­ na bahagia begitu sederhana, bersama Aya.

MELHANIA

Pada pertemuan pertama kami, aku menyadari satu hal, dia sangat menyebalkan. ZE, nama yang angkuh. Seangkuh orangnya. Tapi, sorot mata itu, mengapa terlihat sama?

ZE

Melhania? Nama yang asing. Tapi me­ngapa segala hal tentangnya mengi­ ngatkanku pada seseorang? Seseorang yang aku tinggalkan tanpa sepatah kata, seseorang yang padanya aku memili­ ki janji, seseorang dengan senyum pa­ ling menyejukkan, Aya sahabatku. Hari ini aku akan bertemu dengannya lagi, Melhania. Seberapapun kuat aku me­ nyangkal, senyum itu benar-benar membuat hatiku jadi tak menentu. Apa­ bila memang dia Aya, kenapa dia tidak mengenaliku? Apa aku memang sese­ orang yang dilupakan? Ah… frustasi!

MELHANIA

Meski mempertaruhkan harga di­ riku, aku akan bertanya. Ya, bertanya pada lelaki menyebalkan itu. Namun sangat tidak mungkin bukan? Orang se­ lembut dan sesederhana Nizar sahabat­ ku adalah ZE si angkuh itu? Di per­ temuan kedua inilah, disaat yang tidak terduga, ringtone handphone kami berdering bersamaan dan saat itu pula

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

28


kami berdua terkesiap, terlempar jauh di tengah hiruk-pikuk kota Surabaya. Aku menatapnya dan berkata dalam hati, “Akhirnya aku Melhania Maryam menemukan mu, ZE. Nizar.” Lagu yang menjadi ringtone kami ber­ dua itu, lagu kesukaan kami. Meng­ gambarkan persahabatan kami, per­ sahabatan yang tidak mengenal masa. Dan inilah saatnya, aku dapat meluna­ si janjiku, batinku.

“To help a friend in need is easy, but to give him your time is not always opportune” Charlie Chaplin

Fahmidiya Khilda Maulidiy *Mahasiswi S1 Jurusan Dirasat Islamiyyah at-Ta’lim al-’Atiq Imam Nafie - Tangier

29 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


30


31


Hajinguk! Media S.O.S.ial Media sosial, sebuah judul yang telah berkembangbiak dari pemaknaan aslinya. Sebab, jika dirunut dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna media sosial sebagai sarana komunikasi yang ditujukan untuk tempat berbagi sesa­ ma sosial, mutlak telah keluar dari jalur orbitnya. Media sosial yang ada di te­ ngah-tengah kita kini, ialah media yang menjadi ajang pamer, ajang berlomba kekayaan, ajang sindir-menyindir tan­ pa asal juga usul, parah­nya lagi, media saat ini menurut mas Prie GS, ialah ajang privasitasi diri sendiri. Karena kita telah dimabukkan olehnya, dilumatkan dengan kehidupannya. Seakan menjel­ ma sebagai ruh yang hidup dalam jiwa yang berhasil mengalahkan kehidupan dalam dunia asli. Faktanya, para manusia kekini­ an telah meleburkan segenap hasrat mereka dengan dunia maya melebihi kadar manfaat yang seharusnya dida­ pat. Menyadur kembali pandangan mas

Monolog

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

32


Prie GS, karena sungguh, pemblokkan pada diri sendiri dan alam sekitar su­ dah mejadi keadaan yang sangat lumrah dewasa kini. Tetangga yang seha­rusnya menjadi teman karena sebelahan kini hanya tinggal atap yang bertangga, ali­ as belum berhasil menjadi teman beri­ kut jiwa, mungkin raga telah bersama dalam kurun waktu yang lama, namun jiwa belum sempat bertegur sapa. Di­ sini, masihkah fungsi media sosial lebih mensosialkan kita? Ironisnya, bukan hanya batasan sesama tetangga, antar anak, ibu, dan ayah yang berada dalam satu atap pun telah melahirkan sekat. Semua sibuk pada dunianya masing-masing. Sang anak akan merasa tertinggal eranya jika satu hari tak update berita atau status. Dan dengan mudah menolak permin­ taan sang ibu mengangkat jemuran ketika sedang asyik tenggelam dalam pengarungan balas-membalas media sosial. Karena letak wibawa ‘balasan’ di dunia maya melebihi derajat penting­ nya membantu orang tua. Serta reputa­ si dunia maya telah mejelajahi segala­ nya, saat ini. Dituhankan oleh otak sendiri, di­

“Para manusia kekinian telah meleburkan hasrat mereka dengan dunia maya melebihi kadar manfaat”

sem­pitkan oleh perilaku pribadi, kita telah menciptakan labirin dalam perpu­ taran ulah yang kita jalankan. Sembo­yan mendekatkan yang jauh dalam waktu yang sama menjauhkan yang dekat ia­ lah mempekerjakan sebuah bangunan dengan tujuan menghancurkannya ke­ tika sudah jadi, sia sia. Para ahli Google sendiri, telah bersepakat bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa pengaruh alat persegi tipis android itu, akan jauh lebih me­ numbuhkan kepekaannya terhadap so­ sial, juga melahirkan tingkat kreatifitas yang tinggi pada lingkungan. Mereka pemegang saham Facebook atau Goo­ gle sendiri berusaha mencari sekolah yang tidak mengenalkan anak pada alat eletronik sebelum masanya tiba (SMA). Karena jika ditelaah melalui kacamata psikologi, meninggalkan anak bermain dengan alat eletronik di rumah sendi­ rian sama halnya membiarkan anak bermain dengan orang yang sama seka­ li tidak dikenalinya, sangat fatal. Panduan membenahi cara pan­ dang yang sudah menjadi momok pub­ lik harus dimulai melalui ranah yang paling kecil, sebagai pendidik, orang tua tidak boleh dengan serta mer­ ta membiarkan anak-anak asyik pada alat eletronik apapun, yang dengan itu menyebabkan mereka kecanduan dan menjadi jembatan dalam mengalihkan dunia asli ke dunia maya. Karena, dalam menghadirkan makna sarana komunikasi pada sosial kita harus merekonstruksi media sosial

33 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


dengan segala marabahayanya saat ini, dengan mempererat hubungan silatu­ rahmi, membangun semangat kreatifi­ tas terhadap lingkungan, juga upayaupaya lain agar tidak tenggelam dalam suramnya media dewasa ini. Alat eletronik, android, smart­ phone, Facebook, Twitter serta ber­ bagai antek media sosial lainnya seke­ dar sarana, yang dalam pemakaiannya pun ada undang-undang khusus. Bagi masyarakat Indonesia, budaya mem­ baca, menulis, dan berdiskusi adalah bentuk urgen yang tidak bisa ditoleran­ si, kita bangsa yang merdeka maka ha­ rus menerapkan kemerdekaan dalam memperlakukan diri. Kemerdekaan ia­ lah lautan semua suara, maka jangan kita kerdilkan jiwa merdeka ini dengan menyekat batas lingkungan, memfokus­ kan batas pandangan pada hal-hal yang memperbudak diri kembali. Perilaku mengikuti era hanya

akan menumpulkan cara berfikir otak, mematikan semangat bersaing, karena kita tak perlu meraut kembali daya otak untuk menghafal sejarah-sejarah bang­ sa atau sekedar menyalurkan opini pada penerbit agar membentuk sebuah karya, karena karya yang ter’amazing’ kini adalah status yang disertai ribuan likers, dan wibawa yang teratas adalah subscribe terbanyak dan yang paling banyak ditampilkan, atau foto dengan wajah tipuan manipulasi kamera, haji­ nguk. Mari bersosial dengan tidak ber­ media sosial, mari kembalikan makna sosial pada khittahnya, boleh mengam­ bil manfaat pada media sosial tapi tidak dimanfaatkan oleh medianya. Se­ bagai wajah penerus, kita miskin akan pengemban tanggungjawab. Jika terus terjerumus pada mode era kekinian ha­ bislah riwayat bangsa kita.

Sarah Lathoiful Isyaroh *Mahasiswi S1 Jurusan Dirasat Islamiyyah Universitas Mohammed V - Rabat

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

34


Resensi

Menyapa Ulama-Ulama Barat Islam

Judul buku: Menyapa Ulama-Ula­ ma Barat Islam Penyusun: Anggota PPI Maroko Tahun terbit: 2015 Harga: 60 MAD (Rp. 90.000,-)

Terdapat dua puluh sembilan biog­rafi ulama-ulama dari belahan Barat Islam, yang wilayahnya kini meli­ puti negeri Spanyol, Maroko, Tunisia, Libya, Aljazair, Mauritania, Mali dan se­ kitarnya. Biografi ulama-ulama Barat Islam ini adalah produk dari judul buku yang penggarapannya melibatkan dua

puluh enam penulis dari anggota PPI Maroko, yang berhasil dihimpun dan dicetak pada akhir tahun 2015. Katakan saja mustahil, bahwa se­ seorang tak akan bisa mengetahui sifat tertentu, kecuali sebelumnya ia menge­ tahui sesuatu yang disifati. Seperti hal­ nya tidak mungkin seseorang mengeta­ hui sifat air yang merupakan benda cair, kecuali ia sudah melihat dan mengeta­ hui bentuk airnya lebih dulu. Tak akan terbayangkan sifat besi yang padat dan keras, kecuali sebelumnya ia telah mengetahui besinya terlebih dahulu. Pun dalam buku sederhana ini memiliki spirit sama seperti hubu­ngan antara sifat dan mausuf. Bahwa untuk

35 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


mengetahui ilmu (sifat) seseorang, -anggap­ lah seorang ulama misalnyatentu seyogyanya kita harus mengeta­ hui sosoknya dahulu. Jika memang kita tidak pernah berinteraksi langsung denganya, atau mata tidak pernah meli­ hatnya, maka semoga dengan mengeta­ hui biografinya, adalah cara lain dimana kita bisa berkenalan dan bercengkrama dengan mausuf atau ulama tersebut, sebelum jauh mendalami ilmu-ilmu­ nya. Biografi ini, semata-mata reflek­ si dari ikhtiar kecil, sebagai pintu awal untuk mengenal seorang sosok yang layak diketahui, sebelum kita jauh me­ langkah menyelami ilmu-ilmunya. Se­ kaligus dalam rangka memperkenalkan dan mengakrabkan ulama-ulama Barat Islam kepada orang-orang dari belahan

Timur Islam seperti Indonesia, yang realitasnya masih awam dengan khaz­ anah-khazanah dari tanah Barat Islam, yang sejujurnya tidak kalah menarik dan hebat dengan khazanah dari tanah Timur Islam. Tidak bertujuan mengadu antara Timur dan Barat, namun sela­ gi atas nama mencari ilmu, bukankah semuanya harus dijamah dan diarungi meskipun ilmu tersebut bersembunyi, atau bahkan menjelma menjadi koto­ ran sekalipun? Dengan ini, buku “Menyapa Ula­ ma-Ulama Barat Islam” sangat kami rekomendasikan bagi para pencari ilmu yang haus akan dahaga pengeta­ huan dan sosok yang pantas untuk dikenang, atau sedikitnya untuk dika­ gumi. (red.)

Afif Husen, Lc. *Mahasiswa Program Master Jurusan Akidah dan Agama Universitas Hassan II - Casablanca

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

36


LifeStyle

“Pintar” Bermedia Sosial 37 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


Zaman sekarang siapa sih yang

tak kenal internet? Dari mulai pejabat negara sampai mamang becak pun tahu. Internet sendiri pertama kali di­ gunakan untuk kepentingan militer Amerika. Namun seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan internet men­ jadi semakin meningkat dan bermeta­ morfosa menjadi kebutuhan manusia secara umum. Bahkan, penggunaan in­ ternet tersebut seolah menjadi sebuah budaya baru. Komponen dari internet sendiri sangatlah banyak, salah satu dari kom­ ponen yang paling sering diakses ada­ lah media sosial. Dengan media sosial kita dapat menyalurkan pikiran priba­ di ke ruang publik untuk kemudian dikonsumsi khalayak ramai. Dulu sese­ orang harus ke warnet terlebih dahulu untuk mengakses media sosial. Itupun hanya sebatas jejaring sosial friendster, mig33, mirC, Yahoo! Messenger dan se­ bagainya. Lain halnya dengan sekarang, media sosial seakan menjamur di kala­ ngan masyarakat dengan berbagai rag­ am. Dua diantaranya adalah facebook dan twitter. Kemunculan facebook dan twitter dipicu oleh semakin canggihn­ ya gadget yang menjadi semakin multi­ fungsi. Media sosial dewasa ini hadir da­ lam setiap kesempatan. Di terminal, stasiun, pasar, bandara dan tempat umum lainnya akan kita jumpai orangorang yang sedang mengakses media sosial. Umumnya masyarakat meng­ gunakan media sosial untuk menyam­

bung tali silaturahmi dengan keluarga atau teman yang sudah terpisah, entah karena pekerjaan atau sekolah. Akses yang mudah membuat pengguna media sosial semakin bertambah dari waktu ke waktu. Entah itu dari strata sosial tinggi atau rendah. Mulai dari orang tua, remaja, hingga anak-anakpun tak ketinggalan menggunakannya. Namun demikian media sosial tak ubahnya sebuah alat, yang bermanfaat atau tidaknya tergantung si pengguna itu sendiri. Pada dasarnya, penggunaan media sosial dapat membawa kita ke­ pada dua hal; mengarah pada hal positif atau negatif. Agar kita pintar di dalam penggunaan media sosial, ada baikn­ ya memperhatikan beberapa poin di bawah ini; Poin pertama adalah tujuan. Apa tu­ juan kita menggunakan media sosial, apakah misalnya untuk mempererat tali silaturahmi, atau hanya sekedar menunjukkan eksistansi kita agar terli­ hat kekinian dan tidak kudet? Atau tu­ juan lain seperti pekerjaan dan eduka­ si? Well, apapun itu kita harus ingat selalu tujuan kita menggunakan media sosial agar tidak menyimpang dalam penggunaannya. Why? Sebab, layak­nya nikotin dalam rokok, atau kafein da­ lam kopi, media sosial mempunyai daya candu yang kuat. Jika tidak terus me­ nerus mengingat apa tujuan kita sejak awal, bukan tidak mungkin kita akan tergiur untuk melakukan hal-hal yang melenceng dari tujuan asal. Belum lagi di dalam media sosial tercecer banyak

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII |FEBRUARI 2016

38


sekali link, iklan,dan terkadang por­ tal berita yang memuat hal-hal negatif yang menjerumuskan. Jadi, mempunyai tujuan yang positif, serta cerdas dalam ber-media sosial adalah hal utama yang harus diperhatikan. Poin kedua adalah postingan. Setelah kita punya tujuan, ada baiknya kita mempertimbangkan apa yang nantinya akan kita posting karena media sosial bukanlah buku diary yang bisa seenak­ nya kita isi. Dilihat dari apa tujuan kita, jika memang itu seputar bisnis dan edukasi, jangan sekali-kali membuat berita hoax hanya untuk mendongkrak bisnis atau postingan kita. Banyak ke­ mungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi jika kita seenaknya mem­ posting informasi. Dan jika tujuan kita untuk berinteraksi, maka ada baiknya kita menggunakan bahasa yang san­ tun, apakah nantinya menyinggung perasaan orang lain atau tidak, apakah me­ nimbulkan multi tafsir atau tidak. Sebab bahasa tulisan berbeda dengan bahasa lisan. Seseorang yang bisa ber­ bicara dengan baik, jelas, dan benar be­ lum tentu bisa menulis sebaik, sejelas, dan sebenar saat ia bicara. Dan sema­ kin baik kita bertutur, semakin banyak pula jaringan pertemanan yang akan kita dapatkan. Selain bahasa, kita juga ha­rus memperhatikan informasi yang kita posting, sebaiknya jangan terlalu mengumbar informasi pribadi maupun foto yang terlalu mencolok karena hal tersebut merupakan sasaran empuk bagi para pelaku kriminal.

Poin ketiga adalah alokasi waktu. Kalau kedua point diatas sudah aman, ting­ gal kita menyesuaikan dengan waktu yang kita habiskan. Jika tidak disiasati, banyak waktu terbuang hanya untuk “haha hihi” di media sosial. Dan bukan hanya waktu, kuotapun akan cepat ha­ bis jika tidak teliti dalam mengalokasi­ kan waktu penggunaannya. Sehingga hal tersebut mengakibatkan kanker mendadak karena pengeluaran uang non bujet untuk membeli kuota tamba­ han. Selain dengan dua hal tadi, alokasi waktu dalam penggunaan media sosial sangat berdampak pada cara kita ber­ sosialisasi. Kita harus ingat, bahwa me­ dia sosial berfungsi untuk mendekat­ kan yang jauh dan bukan menjauhkan yang dekat. Kita bisa melihat fenomena di kedai maupun cafe, tempat yang se­ harusnya asyik dan nyaman digunakan untuk kongkow, diskusi, atau membuat quality time bareng sahabat, justru ma­ lah menjadi sunyi senyap karena peng­ huninya asyik ber-media sosial sehing­ ga mengabaikan lingkungan sekitarnya. Atau juga karena keseringan chatting di media sosial sehingga kalau kita ber­ temu menjadi canggung. Guys, kualitas sebuah persaudaraan dan pertemanan bukan hanya dari kuantitas chatingan kita atau seberapa sering kita kirim chatting tapi juga sebesar apa kita sa­ ling berbagi. Poin terakhir, agar tidak hanya stalking wall ataupun timeline seseorang, boleh­ lah kita mampir sebentar pada situs-situs yang bermanfaat. Karena

39 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


beranda facebook atau timeline twitter seperti buku bacaan bagi kita. Sebagai pengguna, kita bebas memilih sumber informasi yang kita inginkan. Di kedua media sosial tersebut, banyak akunakun dari publik figur –dalam hal ini kyai– yang bisa kita ikuti. Di facebook, misalnya, ada K.H. Ah. Musthofa Bisri ( Gus Mus), K.H. Husein Muhammad, Ha­ bib Luthfi bin yahya dan lain-lain. Ba­ nyak juga fanpage atau grup yang berisi tentang biografi tokoh atau kisah inspi­ ratif yang dapat menambah pengeta­ huan kita. Bahkan, terkadang kita bisa me­ nemukan informasi mengenai ha­ lal-haram suatu perkara atau barang, lifestyle, kesehatan dan sebagainya. Be­ gitu pula dengan twitter, banyak akunakun yang tak jauh berbeda dengan facebook yang bisa kita follow. Di sam­ ping itu, kita harus berhati-hati dalam

menerima informasi, ada baiknya kita mengunyah pelan-pelan informasi yang kita dapat sebelum kita mengkonsum­ sinya. Pada intinya, media sosial adalah pisau bermata dua. Kita bisa menggu­ nakan pisau untuk memotong sayuran, melepaskan tali dan sebagainya. Kita juga dapat menggunakan pisau untuk memutus urat nadi kita sendiri atau orang lain. Begitu halnya dengan me­ dia sosial, kalau kita menggunakannya dengan baik kita akan mendapatkan manfaat yang banyak seperti jaringan pertemanan, bisnis, ilmu pengetahuan, gadget atau teknologi terkini dan lain sebagainya. Namun kalau kita menya­ lahgunakannya, media sosial bisa mem­ bunuh diri kita dengan efek negatif yang diberikan. Selamat bermedia so­ sial dengan cerdas guys!

Salsabila Wilhemina A. *Mahasiswi S1 Jurusan Dirasat Islamiyyah at-Ta’lim al-’Atiq Imam Nafie - Tangier

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

40


photo by: aries ahmad IG: @arisbling

Pojok

SIHIR Oleh : Agus G. Mereka bilang di dunia ini tak ada yang namanya sihir, mereka sia­ pa? Entah. Yang jelas mereka yang mendalami ilmu-ilmu eksak dan logi­ ka. Pengagum otak, yang yakin bahwa segala sesuatu bisa dijelaskan oleh akal secara logis, dan diterima semua manusia dan peradaban yang ada. Tak ada yang salah, jika sihir yang dimak­ sud berupa Wingardium Leviosa, lalu voila! Bulu-bulu beterbangan di seki­ tar, berputar-putar di udara. Dan se­ abrek mantra-mantra mistis Harry Potter lainnya. Ah, khayal! Jika terbang semudah itu, pasti Wright bersaudara sekarang sedang mengutuk diri mere­ ka sendiri di bawah kubur. Fenomena-fenomena alam yang ada, harus bisa dipecahkan dan di­ jabarkan. Bagaimana? Kenapa? Jika belum menemukan jawaban yang se­ padan, fenomena-fenomena ini akan dibungkus dalam kerangka misteri dan ditasbihkan sebagai anomali yang pada suatu saat harus ada yang ber­ hasil menjelaskan sebabnya. Beginilah ilmu pengetahuan terus berputar di antara pertanyaan-pertanyaan manu­ sia. Sudah fitrah sejak awal bahwa kita dilahirkan dalam keadaan kepo, ingin tahu segala hal yang menarik perha­ tian. Dan manusia begitu mudahnya

41 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


tertarik akan segala sesuatu. Saat ba­ nyak orang bergerombol melingkar dan saling berbisik-bisik, secara na­ luriah kita merasa harus ikut melihat apa yang terjadi saat itu juga. Ada apa gerangan? Kenapa orang-orang berkumpul? Pasti ada sesuatu. Lalu ya, kita mendekat, berdesak-desakan sampai bisa maju ke barisan depan, dan ter­ nyata sedang ada promosi obat-obat­ an mujarab made in Saudi dan lem su­ per lengket yang bisa melekatkan apa saja, bahkan sandal yang putus seka­ lipun. Huft, begitulah kemudian rasa ingin tahu terjun bebas terhempas ke tanah dan diendapkan sedalam-da­ lamnya dalam kubangan rasa kece­ wa dan akhirnya hanya bergumam, “Yaelah, kirain ada apa”. Dan tentu bukanlah sebuah dosa untuk sepotong kata tanya dan rasa ingin tahu. Ini lumrah, bahkan seorang pemuka agama juga penasaran kenapa saat tak jadi bersin rasanya tidak enak? Atau kenapa saat ngulet selepas tidur rasanya sangat nikmat? Seka­ li lagi, ini hal yang wajar. Bayangkan jika tak ada manusia yang penasaran dan bertanya-tanya, mungkin abad 21 ini kita akan tetap hidup dalam masa pertengahan, dengan lampu mi­ nyak dan saling bertukar pesan lewat burung merpati. Beruntunglah ada orang macam Edison yang penasaran kenapa matahari bisa bersinar sampai siang jadi terang. Ada orang macam William Morton yang ingin tahu cara mencabut gigi tanpa rasa sakit. Dan

tentunya ada Wright bersaudara yang sempat bengong melihat burung me­ layang-layang di udara tanpa harus menapakkan kaki. Dan voila! Manusia berhasil menciptakan sihir itu sendiri dengan tangan dan keringat mereka. Bahkan sebelum novel Harry Potter dicetak dan filmnya laris manis sam­ pai sekuel ketujuh. Di samping rasa ingin tahu, Tu­ han juga menyelipkan rasa narsis da­ lam diri tiap insan. Bahwa setiap ma­ nusia ingin diperhatikan oleh orang lain. Rasa narsis ini sebagai penyeim­ bang keingintahuan mereka. Dengan narsis, orang lain akan mencari tahu tentang mereka, aku, kamu, dia dan kita. Terkadang seorang bertingkah konyol dan bodoh agar wanita yang duduk di pojok kelas melirik ke arah­ nya. Ada lagi mereka yang menjelma menjadi sosok misterius dan penuh tanda tanya, semata-mata untuk me­ ngundang teman-teman di sekitarnya agar datang kepadanya dan bertanya langsung. Seorang anak cenderung nakal ketika saudaranya yang lain lebih diperhatikan. Dan seorang ga­ dis memakai parfum agar lelaki yang disuka mencari tahu apa nama par­ fum yang dipakainya. Tentu sebagian orang diberkahi rasa narsis minimal, lebih memilih menutup diri dan men­ jauh dari pergaulan. Mereka yang se­ perti ini biasa dipanggil dengan sebu­ tan kuper, introvert, aneh, sampai ke­lainan jiwa. Tapi pun begitu, dalam hati kecilnya, mereka ingin ada yang

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

42


memperhatikan. Dengan dua rasa ini, ingin tahu dan ingin diperhatikan. Manusia menciptakan satu sihir yang mam­ pu menyihir mayoritas masyarakat dunia. Mantra sihirnya sudah dirapal sejak awal 2000-an, dan tongkatnya sudah diayun sejak saat itu. Sekarang aku, kamu, dia, mereka dan kita sudah tersihir dengan sihir ini. Begitu dekat dan hadir di tengah-tengah kita. Ya, si­ hir ini bernama “Media Sosial”. Sihir yang mendekatkan dan menjauhkan. Sihir yang menyambung dan memu­ tus. Sihir yang mempertemukan dan memisahkan. Sihir yang mengakrab­ kan dan meregangkan. Sekali lagi, se­ lamat datang di era sihir digital. Dengan mantra like dan comment, seseorang dapat dijadikan pu­ jaan atau hinaan dalam waktu bersa­ maan. Benar saja, tak perlu berjumpa langsung, atau saling mengenal satu sama lain. Seseorang dengan mudah dapat menilai dan menghakimi orang

lain hanya lewat sugesti yang diberi­ kan lewat tulisan. Berbondong-bon­ dong masyarakat mengimani suatu perkara sebagai sebuah kebenaran dan mengamininya sebagai sebuah jawaban atas segala permasalahan hidup yang ada. Seorang gadis po­ los yang masih perawan rela dibawa kabur lelaki yang dikenalnya hanya dalam kurun waktu sebulan dengan iming-iming janji manis dan akhirnya diinapkan di hotel selama satu malam. Sementara seorang anak yang lain, menyiapkan seutas tali tambang di dalam kamar. Lalu kemudian diling­ karkan di leher dan mengkhatamkan hidupnya sendiri atas nama korban bullying. Sihir ini sekarang menjadi sebuah feno­mena misteri lain, yang jawabannya mengorbankan hidup banyak orang. Sihir ini sihir hitam, dengan kutukannya yang tak kunjung hilang. (red.)

43 SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016


PPI Maroko

VISIT

DONT

FORGET @ppimorocco

US

@ppimaroko

SA VIII

Kepuasan Anda Tujuan Kami

CP: +212 630325257

SAYYIDUL AYYAM | EDISI VIII | FEBRUARI 2016

44


visit us: website: www.ppimaroko.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.