ANDALUSIA | SEPTEMBER 2016

Page 1


FOTOGRAFI Amrullah WD


Buletin andalusia tersedia di www.ppimaroko.com www.issuu.com


KONTEN

6 EDITORIAL Yang Penting Belajar OPINI

26

14

DIALOG Dr. Nadia Syarqowi

8

SASTRA Ceritaku,

kamu,

hujan & senja

ISLAM DAN PERSOALAN PENDIDIKAN

20 FOKUS resensi Al-‘Ulama Al-‘Uzzab

4

andalusia

SEPTEMBER 2016

34


REDAKSI

Redaksi andalusia Pimpinan Redaktur: Risyan Nur Hakim Ketua Redaksi: Agus G. Ahmad Bendahara Feby Meliana Staf Redaksi: Fahruddin Al-Musthofa M. Iqbal Manshury Layyinah Nur Chadijah Wartawan: Arif Afandi Zarkasyi Wiam AAS Fotografer: Usamah Al-Jihadi Muhammad Sajid Kartika Yusrina Layout dan desain: Subhan Ghozaly

SEPTEMBER 2016

andalusia

5


EDITORIAL

(Jangan) Dungu di Kandang Ilmu Jika Mesir bangga dengan AlAzhar yang berdiri sejak tahun 970 M sebagai icon pendidikan dan keilmuan, Maroko patut berbangga dengan Al-Qarawiyyin yang juga dikenal sebagai akar dan basis keilmuan. Lewat Al-Qarawiyyin, Fez pun dijuluki kota ilmu. Didirikan tahun 859 M oleh Fatimah Al-Fihri—anak sang saudagar asal Tunisia yang senang ilmu, Qarawiyyin melahirkan banyak ulama, ilmuwan, dan filsuf terkenal. Seperti Ibnu Khaldun, Maimonides (filsuf Yahudi), Muhammad Al-Idrisi, Muhammad Taqiyuddin Al-Hilali, Abdullah AlGhumari, Imam Al-Bannani, Leo Africanus, Abdul Karim Al-Khattabi, ‘Allal Al-Fassi, dan sebagainya. Maroko adalah negeri ilmu dan ulama. Tak hanya muncul dari lingkungan Al-Qarawiyyin, banyak pula ulama Andalusia yang di penghujung hayatnya berkiprah membina umat dan mengabdi di tanah seribu benteng. Adalah Qadhi Iyadh, bernama lengkap Abu Al-Fadhl ‘Iyadh bin Musa bin Iyadh Al-Yahshibi Al-Sabti (544 H) seorang Imam hadis, ahli

6

andalusia

tafsir, fiqih dan ushulnya, nahwu dan bahasa, dan ulama Maliki. Karena kiprahnya di bidang ilmu dan pengabdian umat, nama beliau diabadikan menjadi nama Universitas di Marrakesh, kota tempat beliau wafat. Karya beliau pun dijadikan rujukan para ulama hingga kini. Diantara yang paling masyhur, Asy-syifa’ bi at-ta’rif bi huquqi AlMushthafa. Terlebih ulama-ulama asli Maroko yang nama dan karyanya bergaung kencang di tanah air. Semisal Imam Al-Jazuli dengan kitabnya Dalâ’il Al-Khairât, Imam Shanhaji dengan karyanya Âjurumiyah, dan sebagainya. Apalagi ulama dan intelektual kontemporernya. Sebut saja Syaikh Bin Bayyah, Syaikh At-Talidi, Syaikh Dr. Faruq Hamadah, Syaikh Dr. Farid Al-Anshari, Syaikh Dr. Ahmad Raisuni, Syaikh Dr. ArRougi, Syaikh Dr. Said Al-Kamali, dan deretan nama ulama Maroko dengan segudang karya tulisnya yang bermutu, dilengkapi aktifitas keilmuannya yang berjejer. Belum termasuk para dosen yang tekun bergelut di bidang keilmuan

SEPTEMBER 2016

Risyan Nur Hakim

dan pemikiran Islam di kampuskampus studi Islam di seluruh penjuru Maroko. Mereka yang tak banyak muncul di publik atau media namun mengakarkan kesan mendalam di hati para mahasiswa karena kerendahan hati dan keluhuran ilmunya. Negeri matahari terbenam ini sangat kaya dengan sumber ilmu dan ulama, hingga tak bijak rasanya jika kita abai dan lesu mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya. Padahal kini kita sudah terlanjur tercebur di lumbung ilmu. Untuk itu, selayaknya kita bertanya menelisik diri, sudah berapa lama kita tinggal di negeri senja dan sudah berapa ulama yang kita kunjungi? Seberapa gigih kita menyerap pengalaman dan ilmunya? Sudah berapa banyak pula karya mereka yang kita kaji dan ambil intisarinya? Jika ada ungkapan, tikus mati di lumbung padi, jangan sampai ada ungkapan lain, manusia (maaf) dungu di lumbung ilmu, karena terlalu santai, abai atau lalai. Wallahu A’lam.


Salam Redaksi

P

embaca budiman, terlebih dahulu kami akan berbagi cerita. Anggap saja sebagai perkenalan buletin ini. Cerita pertama tentang nama buletin. Pada rapat perdana, kami mendiskusikan segala hal terkait buletin. Dari menentukan rubrik, menunjuk para penulis, sampai kesan dan pesan dari tim redaksi tahun lalu. Menariknya, semua tema tuntas dibahas di hari yang sama, kecuali soal nama. Selain karena mesti berkonsultasi terlebih dahulu dengan para senior, ternyata menentukan nama tak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab nama mengandung refleksi, doa, dan harapan. Beberapa redaksi pendahulu kami ajak urun embuk soal nama. Sekaligus memohon arahan nama baru yang lebih sesuai jika diperlukan. Dengan senang hati mereka menjelaskan asal usul dan sejarah buletin yang saat itu terbit tiap Jumat sehingga dinamai Sayyidul Ayyam (tuan dari segala hari) Dengan frekuensi mingguan, wajar nama tersebut muncul dan digunakan. Namun jika frekuensi bulanan dengan tebal halaman lebih banyak, nama tersebut tak lagi mewakili buletin. Akhirnya, kami berinisiatif menyesuaikannya dengan nama baru yang lebih relevan. Dua minggu kemudian kami sepakati satu nama baru, ANDALUSIA. Nama yang kami pikir paling menarik dari delapan nama yang kami diskusikan. Memang tak sepenuhnya mencerminkan tempat saat ini kita berada. Namun

jika kita perhatikan, banyak sekali ulama legendaris yang lahir di tanah Andalusia namun dijadikan panutan di negeri senja. Karya-karya mereka pun menjadi rujukan utama. Misalnya, Abû Bakar Ibnu Al-‘Arabi penulis Ahkâm Al-Qur’ân kelahiran Sevilla yang wafat di Aghlan, dekat Fez (543 H); Abu Al-Fadhl Iyadh bin Musa (Qadhi Iyadh) kelahiran Ceuta dan wafat di Marrakesh (544 H); Abu Abdillah Al-Qurthuby (671 H) penulis Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, kelahiran Cordoba; Imam Syathibi penulis Al-Muwâfaqât kelahiran Xativa; Ibnu Malik penulis Alfiyah kelahiran Jaen, dan sebagainya. Semoga nama ini merefleksikan doa dan harapan terwujudnya peradaban Islam yang pernah berjaya di Andalusia sekitar 8 abad (711-1492) karena tradisi ilmiah yang subur dan menjamur di segala lini cabang ilmu. Cerita kedua tentang rubrik. Pada setiap edisi, insha Allah kami akan menampilkan dialog dengan para tokoh intelektual atau ulama Maroko seputar tema yang diangkat. Yang kami harapkan adalah transformasi ide dan gagasan dari para pakar di Maroko. Selain bermanfaat untuk membangun jaringan, mempererat ikatan persaudaraan Indonesia-Maroko, juga sebagai bentuk belajar mendulang ilmu di luar kelas. Bukankah ilmu lebih luas dari sekat-sekat kampus dan kelas.

menuangkan cerita pengalaman paling menarik, berkesan, lucu, konyol, dan unik selama berada di Maroko. Kami yakin tiap pembaca memiliki cerita tersendiri terkait serba-serbi hidup di Maroko. Sayang kan jika tidak ditulis dan dibagi. Untuk edisi kali ini, tema yang akan ditampilkan adalah Islam dan ilmu. Topik ini dipilih karena tahun ajaran baru sudah hadir di hadapan kita. Berharap semoga kita kembali melangkah mencari ilmu dengan semangat baru yang lebih menggebu. Reporter kami, Saudari Wiam, berhasil meliput obrolannya dengan Dr. Nadia Charkoui, ketua divisi perempuan pada Râbithah Al-‘Ulamâ’ Al-Muhammadiyah di kantornya, Rabat seputar serbaserbi mencari ilmu ala perempuan dan ibu rumah tangga. Siapa bilang pengembaraan ilmu monopoli kaum pria. Narasumber berbagi cerita tentang tips perempuan berkecimpung di dunia akademisi. Simak obrolannya di rubrik dialog. Akhirnya, selamat menikmati sajian perdana kami. Saran, kritik, dan masukan berharga dari pembaca budiman sangat kami nantikan. Tentu demi buletin ANDALUSIA yang lebih baik. Salam Redaksi

Rubrik lain yang juga menarik, yaitu resensi, opini, dan rehat. Khusus rubrik rehat, kami mengajak para pembaca untuk berkontribusi

SEPTEMBER 2016

andalusia

7


OPINI

Yang Penting

Belajar Oleh: Afif Husen, Lc.

8

andalusia

SEPTEMBER 2016


“Islam dari awal kemunculanya sudah menekankan kepada siapapun untuk terus memahami, belajar, bertelaah dan

berpikir� SEPTEMBER 2016

andalusia

9


“Konsep baku pendidikan memang tidak ditemukan dalam islam, namun kita akan merasakan spiritnya yang tertutur dan terefleksikan melalui ritme dakwan nabi beserta mukjizatnya, Al Quran.”

N

yatanya memang tidak terdapat metode pendidikan baku dalam islam, seperti halnya corak pendidikan pada era modern­ ini yang komposisi umumnya memiliki kurikulum, berjenjang, ter­kotak-kotakan dalam spesifikasi kajian tertentu, juga diakhir episodenya nanti akan diadakan penilaian kemampuan yang termaktub dalam raport. Raport adalah barometer tertulis yang mengukur kemampuan anak didik cedas atau tidaknya, lulus atau tidaknya dalam tahapan selanjutnya dsb. Tidak ditemukanya dalil-dalil ekplisit yang menjelaskan metode baku dalam pola belajar mengajar pendidikan ala islam, bukan berarti islam tidak peduli dalam dunia pendidikan itu sendiri. Islam dari awal kemunculanya sudah menekankan kepada siapapun untuk terus memahami, belajar, bertelaah dan berpikir, dikuatkan dalam maklumat isi wahyu pertama yang turun kepada nabi, penyeruan untuk memahami atau iqra’ . Ilmu tidak memiliki standar baku dalam bagaimana ia bisa diperoleh dan bagaimana ia bisa disampaikan. Seperti halnya rumah di tengahtengah padang luas yang kita bisa menuju ke arahnya dari berbagai

10

andalusia

SEPTEMBER 2016

arah, dalam berbagai cara dan kapanpun. Pengetahuan membentang tak berjeda dan kita tenggelam di dalamnya, sehingga mustahil kita memadatinya dengan satu pintu saja untuk menguak keberadaanya. Konsep baku pendidikan memang tidak ditemukan dalam islam, namun kita akan merasakan spiritnya yang tertutur dan terefleksikan melalui ritme dakwan nabi beserta mukjizatnya, Al Quran. Seperti bagaimana pola tahapan pendidikan dimulai, bisa kita tengok melalui rotasi dakwah nabi dalam menyebarkan ajaran agama islam kepada penduduk Arab. Nabi memulai dakwahnya diawali de­ ngan pembenahan akidah, akhlak, mental dan cara berfikir. Membenarkan manusia dari dalam terlebih dahulu dengan membenarkan iman dan takwa. Jika bukan karena iman, tidak mungkin seseorang mau menjalankan aktifitas sholat dengan gerakan gerakan anehnya, mau mengeluarkan zakat yang terlihat megurangi harta, haji, jihad dsb yang jika dilihat dari kacamata rasional begitu sangat aneh dan merugikan. Optimalisasi pendidikan akan terbangun dengan benar manakala mental, akal dan hati sudah terbangun dengan benar pula. Pernyataan ini bias dilihat dari ayat ayat makiyyah sebelum nabi hijrah


ke Madinah yang banyak menekankan pembenahan akidah dan moral . Pun tak ubahnya dalam metode pendidikan yang seharusnya, tahapan yang harus dibangun terlebih dahulu adalah penanaman budi pekerti yang luhur, akidah yang kuat dan mental yang baik, tidak begitu saja mentransformasi berbagai pengetahun tanpa filterisasi. Luasnya pengetahuan bukan jaminan seseorang akan menjadi baik, sukses dan mulia jika tanpa adanya akhlak dan akidah yang mapan. Bisa saja pengetahuannya akan menjerumuskan dirinya kepada keniscayaan, bisa jadi pengetahuanya tidak berarti lebih bagi dirinya dan lingkungan­nya. Apa gunanya orang berilmu jika tidak bermoral? Karena pada akhirnya masyarakat akan melihat akhlaknya, bukan ilmunya.

ruh dalam satu waktu, pastilah akan ditolak, pastilah umat akan kesulitan dalam memahami dan menjalankanya. Seperti tidak relevannya seorang anak kecil dibebankan untuk memahami dan melakukan bertumpuk-tumpuk teori dan aktifitas.

Ajaran agama islam disampaikan oleh nabi secara bertahap, bahkan beberapa di antaranya turun berdasarkan permasalahan dan feno­ me­na yang terjadi dalam masyarakat arab. Tahapan ini menjadi hal urgen dalam rangka agar umat mampu memahaminya dengan baik, dan agar mampu menjalankanya secara maksimal. Bisa dibayangkan jika ajaran agama turut secara menyelu-

Konsep pendidikan seperti bagaimana sebuah pengetahuan disampaikan, bisa kita menelaahnya dalam parsialisasi teks-teks Quran dan hadits.

Materi pendidikan etisnya diberikan dengan cara bertahap menyesuaikan dengan kemampuan anak didik. Tidak patut sebuah mata pelajaran orang dewasa disampaikan kepada anak-anak kecil, dan tidak etis sebuah mata pelajaran tertentu di­ sampaikan sekaligus dari A sampai Z-nya. Jika hal ini dipaksakan berlangsung, maka tak ubahnya kita merusak para anak didik tersebut yang pada akhirnya mereka tidak dapat apa-apa dan tidak dapat me­ lakukan apa-apa.

a. Metode ceramah, yaitu memaparkan sebuah pengetahuan secara lisan dari guru kepada anak didik. b. Pendekatan tanya jawab, yaitu

SEPTEMBER 2016

andalusia

11


cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru.

“Yang terpenting adalah bagaimana caranya agar kita tetap belajar.�

c. Melalui pendekatan diskusi, ya­itu suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintergrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi, saling mempertahankan pendapat dan memecahkan sebuah masalah ter­ tentu. Jadi metode diskusi adalah cara yang dapat dipakai oleh seorang guru dikelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa. d. Metode pendekatan cerita, yaitu menyampaikan materi pelajaran dengan alurnya secara kronologis tentang bagaimana terjadinya peris­ tiwa tersebut . e. Metode pemberian tugas, adalah ara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan sejumlah tugas terhadap murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruhuntuk mempertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan bisa berbentuk memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau menghafal pelajaran akhirnya membuat kesimpulan tertentu . f. Metode eksperimen, adalah suatu metode mengajar yang melibatkan murid untuk melakukan percobaanpercobaan pada mata pelajaran

12

andalusia

penelitian (pengindera­an) diisyaratkan seperti halnya ketika Ibrahim mencari Tuhan, meneliti dengan panca indera kemudian diakhir pencariannya menemukan kesimpulan. g. Metode demonstrasi, adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu. Ketika lapar, yang terpenting adalah bagaimana caranya agar kita bisa makan, bukan memprioritaskan harus ada lauk yang enak terlebih

SEPTEMBER 2016

dahulu atau menunggu rumah makan langganan yang akan buka tiga hari ke depan. Yang terpenting adalah bagaimana caranya agar kita tetap belajar, bukan memikirkan bagaimana metodologi konsep belajar bakunya dalam belajar. Belajar akan tetap diwajibkan meskipun tanpa konsep bakunya. Konsep kapasitasnya sebatas pelengkap agar belajar menjadi lebih kondusif dan maksimal. Seseorang memiliki kewajiban belajar, bukan memikirkan konsep belajarnya.


FOTOGRAFI Nayil A

SEPTEMBER 2016

andalusia

13


dialog

wawancara bersama dr. nadia charkoui Dr. Nadia Charkoui adalah dosen ilmu perbandingan agama di Universitas Mohammed V, Rabat. Selain dosen, baliau aktif dalam berbagai organisasi seperti penelitian dan riset pemikiran islam dan perbandingan agama dan penelitian persoalan perempuan di Maroko.

14

andalusia

SEPTEMBER 2016

K

eberhasilannya menyelesaikan studi Doktor dan sederet prestasi akademik yang diperolehnya di tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga menarik untuk kita selidiki lebih jauh. Karena itu, kami meghadirkan hasil wawancara kru buletin bersama Dr. Nadia seputar perjalanan pendidikan beliau hingga mampu menamatkan S3 di Maroko. Semoga pengalaman inspiratif beliau dapat mendongkrak sema­ ngat belajar kita dalam menyambut tahun ajaran baru. Bagaimana perjalanan anda dalam menempuh pendidikan formal? Saya menempuh studi S1 jurusan Studi Islam di Universitas Mohammed V, Rabat. Dan saya melanjutkan S2 di unversitas yang sama di jurusan Perdebatan Agama dalam Pemikiran Islam karena saya memi-


mendorong dan memotivasi saya untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang Doktor, dan kami selalu menyemangati satu sama lain. Dalam kehidupan rumah tangga kami, ilmu dan pendidikan adalah prioritas utama kami, termasuk membeli buku, baik buku pelajaran atau buku ilmiah lainnya. Karena itu, anggaran belanja rumah terba­ nyak kami alokasikan untuk pembelian buku, bukan untuk belanja barang lainnya yang diluar kebutuhan primer kami.

liki keinginan kuat untuk melanjutkan studi saya ke jenjang yang lebih tinggi. Pembahasan dalam jurusan ini berkonsentrasi pada perbandingan agama. Tujuannya adalah untuk melatih bagaimana kita menyikapi perbedaan dan memahami budaya lain yang berbeda dari budaya kita. Beberapa materi yang kita pelajari ada yang berkaitan dengan agama islam seperti perdebatan agama dalam peradaban islam di Andalusia, dan ada yang bekaitan dengan yahudi dan kristen. Saya ingin menegaskan bahwa pembahasan perbandingan agama adalah pembahasan pokok dalam pemikiran islam dan bukan berasal dari budaya Barat sebagaimana diyakini banyak orang. Oleh karena itu, saya menulis tesis yang membahas tentang kisah dan percakapan-percakapan yang terkandung dalam surat Al-Kahfi. Dalam surat ini terdapat banyak kisah yang dipaparkan dalam bentuk percakapan yang mengandung nilai-nilai moral. Dan saya menulis disertasi tentang metode Al-Quran dalam membalas argumentasi orang yahudi dan kristen. Tujuan saya adalah untuk membuktikan bahwa nash Al-Quran adalah perintis ilmu perbandingan agama, karena dalam nash Al-Qur'an terdapat nash yang

menjelaskan tentang cabang-cabang ilmu perbandingan agama yang meliputi: ilmu perbandingan agama, ilmu hiwar 'percakapan' agama, dan ilmu sejarah agama. Apa faktor terkuat yang mendorong Anda memilih jurusan ilmu perbandingan agama untuk jenjang Master dan Doktor? Setelah menempuh studi S1 di jurusan Studi Islam, kita dapat memilih untuk berkonsentrasi pada ilmu yang kita minati, seperti ilmu fikih, hadits, Al-Qur'an, perbandi­ngan agama, dsb. Saya memilih ilmu perbandingan agama karena jurusan ini termasuk baru dibandingkan jurusan lainnya dan pembahasannya di jenjang ijazah belum mendalam. Selain itu, dengan memilih jurusan ini saya dapat menambah wawasan dalam bidang yang lebih luas, berlatih ilmu debat, dan melatih diri dalam menentukan pilihan. Karena dengan lebih banyak mempelajari ilmu-ilmu kita akan semakin memahami peranan penting agama islam dalam kehidupan. Siapa saja yang memotivasi Anda untuk melanjutkan pendidikan? Saya sangat bersyukur saya dan suami bergerak dalam bidang yang sama, memiliki visi dan cita-cita yang sama, sehingga dia selalu

Selain suami, saya mendapatkan banyak motivasi dari orangtua saya. Mereka tidak pernah bersekolah tinggi. Karena itu, mereka berharap saya dan saudara-saudara saya dapat bersekolah tinggi. Mereka menyema­ngati dan memudahkan jalan kami untuk menuntut ilmu. Alhamdulillah. Bagaimana Anda mengatur waktu antara kuliah dan tugas rumah, terutama karena Anda seorang ibu dari dua anak? Kehidupan rumah tangga tidak banyak mengganggu pendidikan saya karena saya menikah setelah lulus S2. Anak pertama saya lahir tahun 2004 dan saya menyelesaikan pendidikan Doktor saya tahun 2006. Pada tahun yang sama anak kedua lahir. Walaupun saya menjadi seorang ibu tetapi itu tidak menyurutkan semangat saya untuk menyelesaikan studi dan meraih gelar Doktor, ditambah bantuan dan motivasi dari suami agar dapat menyelesaikan studi tepat waktu. Karena itu, saya dan suami me­ng­ ang­gap gelar Doktor ini sebagai anak perempuan kami, hasil dari perencanaan rumah tangga kami. Di dalam keluarga kecil pun, kami selalu menanamkan sikap berlapang dada dan menerima perbedaan pendapat pada diri anak -anak kami. Biasanya ketika saya dan suami mendiskusiakan suatu buku atau tema tertentu, anak-anak akan mendenganrkan dan ikut berdis-

SEPTEMBER 2016

andalusia

15


kusi. Kami selalu mengikutsertakan anak-anak dalam mendiskusikan suatu tema atau penelitian ilmiah yang sedang kami garap atau proyek ilmiah yang ingin kami lakukan, sehingga mereka sangat paham apa itu Injil dan Taurat. Pernahkah Anda merasa lelah, bosan atau mengalami kesulitan dalam belajar? Dan bagaimana cara Anda mengatasi rasa tersebut? Pertama, sebelum saya mengambil langkah, saya akan meluruskan niat dan memantapkan hati. Sehingga saya tidak akan menyesali pilihan saya di kemudian hari. Saya memilih jurusan Studi Islam mutlak atas keinginan saya dan saya tidak pernah menyesalinya atau merasa bosan karenanya. Pernah saya diminta untuk memilih antara bahasa Bar-bar atau Urdu, sebagai salah satu mata pelajaran pendukung. Saya memilih bahasa Bar-bar, dan teman -teman saya menyayangkan pilihan tersebut karena bahasa Bar-bar itu sulit. Tapi saya memilih mempelajarinya karena saya ingin mendalami ilmu perbandingan agama dan bahasa Bar-bar adalah kunci untuk mempelajari yahudi. Mustahil mendalami suatu ilmu tanpa mempelajari bahasanya terlebih dahulu. Kesulitan dalam belajar pasti ada, seperti saat kita kehabisan ide atau sulit berfikir. Tapi ketahuilah bahwa kesulitan itu adalah titik permulaan, ketika kamu berada di titik itu sesungguhnya kamu sedang berada di permulaan jalan yang benar. Dalam melakukan riset ilmiah, meru­muskan masalah dan mengum­pulkan bahan referensi adalah langkah mudah, tapi dalam menggarap pembahasannya sulit dan kita sering kehabisan ide. Hal ini kadang menyurutkan tekad dan semangat kita, kita akan bertanyatanya kenapa harus meneliti hal ini? Kenapa ini begitu sulit? Seorang Doktor temanku pernah menggambarkannya seperti kesu-

16

andalusia

litannya orang yang melahirkan, karena sesungguhnya kita sedang melahirkan ide- ide dan pemikiran baru. Dan sesungguhnya kesulitan dalam belajar harus ada dan sesuatu yang baik, karena jika kesulitan itu dapat diatasi kita akan merasakan nikmatnya keberhasilan. Bagaimana saya mengatasi kesulitan itu? De­ ngan sabar. Siapa tokoh yang Anda hormati dan idolakan? Dan bagaimana peranannya dalam mendongkrak semangat Anda dalam belajar? Saya sangat menghormati guruguru yang mengajari saya selama saya kuliah di jurusan Studi Islam. Mereka adalah guru yang sangat mumpuni dalam bidangnya dan berwawasan luas. Kalaupun secara jasmani kami tidak bersama lagi tapi kami sangat dekat dan hubugan baik itu tetap terjaga hingga detik ini. Di antara mereka adalah Dr. Tihami Ar-Raji, beliau yang membimbing saya dalam menyusun skripsi, tesis, dan disertasi. Beliau adalah guru besar ilmu Qiroat Al-Qur’an. Beliau mengajar saya ilmu perbandingan agama, dan dalam pengajarannya beliau menggabungkan kedua ilmu tersebut dengan memberika contoh perbedaan qiroat dan pendapat ulama dalam ilmu qiroat. Selain itu, selama membimbing, beliau tidak pernah memaksakan pada saya pendapat tertentu atau membebankan saya dengan tugas yang berat, beliau justru mendorong saya untuk menyam­paikan ide dan hasil penelitian saya sendiri. Begitu pula Dr. Abdul Majid Ash-Shaghir, beliau adalah guru besar ilmu perbandi­ ngan agama, sangat mumpuni dalam bidangnya. Dr. Muhammad Ismaili adalah sosok guru yang istimewa di jurusan Studi Islam, dekat dengan murid-muridnya. Dari beliau, kita belajar memantapkan tekad, bagaimana bersosialisai dan hal-hal lain yang bermanfaat untuk pendidikan kita. Saya menghormati dan banyak mendapatkan ilmu

SEPTEMBER 2016

dari mereka dan semua guru tanpa terkecuali. Selain mereka, saya juga mengagumi pemikiran Dr. ‘Ishmat Dandasy, Prof. Ahmad Raisuni dan banyak lagi, semua memiliki kemampuan dan keistimewaan dalam bidangnya masing-masing. Ada perspektif yang menyebar di masyarakat umum bahwa ilmu ada dua macam, yaitu ilmu duniawi dan ilmu akhirat. Bagaimana pendapat Anda tentang pembagian ini? Menurutku ini adalah perspektif salah. Karena Al-Quran tidak pernah menjelaskan yang demikian itu. Kita sebagai umat Isalm sudah seyogyanya berpegangan pada ajaran Al-Quran, menjalani hukum­nya, mengambil ibrah dari kisah-kisah dan petunjuk yang terkan­dung dalam ayat-ayatnya, ia adalah buku petunjuk bagi yang membaca dan memahaminya. Sedangkan alam dan semesta ini adalah buku yang dapat dilihat, dan Al-Quran mengan­jurkan kita agar selalu bertadabbur dan mengamati alam semesta ini. Ilmu-ilmu terapan seperti matematika, fisika, kimia, biologi, dsb. masuk dalam tadabbur itu sendiri. Ada ayat yang membahas tentang ilmu arkeologi, maksud dari berjalan di bumi adalah mempelajari geografinya, peninggalan dan sejarah bangsa-bangsa terdahulu, dan mempelajari semua hal yang mengantarkan kita untuk mengenal Allah dengan benar. Sesungguhnya pembagian ilmu menjadi beberapa bagian (matematika, fisika, fikih, dll) adalah hasil pemikiran manusia yang diberi nikmat akal guna menjalani tugasnya dalam menjaga bumi. Untuk menunaikan tugas tersebut, manusia menggabungkan Al-Quran dan akal yang hasilnya mencakup semua macam jenis ilmu. Selain sebagai dosen di uni-


versitas dan anggota Robithoh Muhammadiyah lil ’Ulama, Anda aktif di berbagai organisasi dan banyak mengisi seminar nasional dan internsional. Apa tips Anda sehingga Anda dapat menjalankan semuanya dengan baik? Saya mengerjakan semua hal itu selama itu bidang saya dan saya mampu. Misal, di kampus sekarang saya hanya betugas dalam pengujian skripsi dan tesis, itu sesuai bidang saya di ilmu perbandingan agama. Dan saya aktif di organisasi perem­puan yang pembahasannya tidak jauh dari ilmu perbandingan agama. Jadi, semua pekerjaan saya masuk dalam pembahasan ilmu perbandi­ngan agama dan pemikiran islam secara umum dan perempuan secara khusus. Karena hakikatnya, manusia sebagaimana ia mangambil ia harus memberi. Ilmu tidak mungkin didapat tanpa memberi. Anda harus mengambil dan memberi manfaat.

capai dan Allah SWT akan memudahkan jalannya insyaAllah. Karena sesungguhnya perkara yang baik akan dimudahkan. Kalian meninggalkan rumah, keluarga, dan negara menuju Maroko yang jauh beribu kilometer darinya demi melanjutkan sekolah dan kembali ke negaramu dengan ijazah yang membanggakan. Akan lebih baik jika kalian bisa kembali dengan gelar yang tinggi. Karena itu, peliharalah sabar dan semangat kalian agar dapat mewujudkan mimpi kalian dan mimpi orangtua kalian. Kalian adalah harapan besar bagi keluarga kalian masing-masing dan mereka menantikan keberhasilan kalian. Yang perlu kalian lakukan hanyalah saling menyemangati, bersabar, bertekad, dan memperbarui sabar dan tekad setiap saat.

memberikan teladan akhlak yang mulia dalam bersosialisasi dengan sesama dan berorganisasi. Dengan bekerjasama, kalian dapat saling menguatkan tekad dan semangat. Karena teman-temanmu akan mengarahkanmu ke jalan yang lebih baik bukan ke jalan yang buruk.

Harapan terakhir saya, agar kalian tetap menjaga dan memelihara kerjasama dan kekeluargaan di antara kalian seperti ini. Kalian

Apa cita-cita Anda saat kecil? Sepertinya saya bukan anak pemim­ pi, karena ketika ada yang bertanya apa mimpi saya setelah beberapa tahun nanti saya tidak bisa menjawabnya. Saya lebih suka menjadi realistis dari pada bermimpi. Saya tidak percaya pada hasil atau keberhasilan sesuatu sebelum saya memulainya. Saya menetapkan target untuk jangka waku tiga bulan, setahun atau dua tahun, tapi saya tidak menetapkan saya ingin jadi ini atau itu, karena saya akan mempertimbangkan baik-buruknya dan meletakkan batas pemisah di antaranya. Adakah pesan dan nasehat untuk kami pelajar Indonesia di Maroko sebagai cambuk semangat kami dalam menyambut tahun ajaran baru ini? Saya berharap agar kalian selalu memiliki visi yang jelas, apa yang kalian impikan harus kalian rencanakan mulai saat ini agar dapat kalian

SEPTEMBER 2016

andalusia

17


FOTOGRAFI Oyi Kresnamurti

18

andalusia

SEPTEMBER 2016


On Our Way to Marrakech SEPTEMBER 2016

andalusia

19


fokus

Islam dan Persoalan Pendidikan Oleh: Agus G. AHmad



“Penurunan kwalitas ilmu penge­tahuan pada abad pertengahan berbanding lurus dengan bangkitnya nilai-nilai religi di masyarakat Eropa. Agama berkembang dan hampir mengontrol setiap kehidupan manusia, termasuk pemerintahan.”

S

udah lebih dari 14 abad islam menunjukkan posisinya di dunia. Dimulai dari semenanjung Arab, Timur Tengah sampai kini merambat ke seluruh dunia. Islam sudah menjadi sebuah kekuatan besar dengan jumlah populasi penduduk yang melimpah. Banyak negara-negara islam berdiri, membangun dinastinya sendiri. Islam sebagai agama yang “rahmatan lil ‘alamin” berusaha untuk masuk ke setiap aspek kehidupan manusia, lalu bersemayam bersama di antara pondasi-pondasi kehidupan yang ada. Islam masuk ke ekonomi, politik, budaya, sosial sampai pada pendidikan. Dalam upayanya untuk mewujudkan cita-cita islam sebagai agama rahmat semua alam, islam pernah menunjukkan taringnya pada dunia di masa keemasannya, pada suatu zaman yang dikenal dengan nama “abad pertengahan”. Di kala Eropa sedang dilanda krisis akibat tekanan dari gereja, islam menjadi kiblat ilmu pengetahuan. Muncul nama-nama cendekiawan muslim yang tersohor sampai sekarang, sebut saja Ibnu Khaldun, Ibnu Rusydi, dll. Dan kini, ilmu pengetahuan berpindah kiblat ke dunia barat, Eropa, atas kemajuan

22

andalusia

SEPTEMBER 2016

sains dan teknologinya. Penurunan kwalitas ilmu penge­ tahuan pada abad pertengahan berbanding lurus dengan bangkitnya nilai-nilai religi di masyarakat Eropa. Agama berkembang dan hampir mengontrol setiap kehidupan manusia, termasuk pemerintahan. Konsekuensinya, sains yang telah berkembang sejak jauh-jauh hari dianggap sebagai sesuatu yang menentang kekuasaan Tuhan, bertolak belakang dengan kitab suci dan membahayakan, sains dianggap sebagai sihir, pelakunya--para ilmuwan--wajib dibimbing menuju jalan yang benar, kalau perlu, sampai pertumpahan darah. Pengaruh gereja begitu kuatnya, dan tidak ada yang boleh menentang. Karena menentang gereja, sama dengan menentang Tuhan. Polemik seperti ini tidak hanya terjadi di dalam gereja. Dalam lingkup islam pun sering mengalami hal semacam ini. Ketika suatu Pemerin­ tahan memaksakan kehendaknya kepada rakyat, agama bisa menjadi alasan yang kuat untuk mengon­ trol tingkah laku masyarakat, dan menuntun mereka menuju apa


yang penguasa kehendaki, yang mereka bilang sebagai “kehendak Tuhan”. Pemaksaan ini bisa terjadi di segala aspek, termasuk pendidikan. Misalnya, pemerintah tinggal menentukan kemana arah yang ingin mereka tuju, kemudian menyisipkan doktrin-doktrin ke dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum dan segala metode pembelajaran. Mereka dapat memaksa anak didik untuk selalu menyepakati apa yang dipelajarinya. Dan ketika ada yang menyim­pang, saat itu mereka dibilang sesat dan harus disucikan. Setiap agama samawi memiliki pegangan kitab suci, kitab yang diturunkan Tuhan sebagai pedoman hidup umatnya. Quran menjadi pegangan umat islam untuk membimbing ke jalan yang benar, ke Yang Maha Benar. Quran menjadi acuan pertama dan utama agama Islam dalam menentukan pilihan. Kemudian terdapat hadits nabi, penjelasan Nabi Muhammad atas hukum-hukum dan persoalanpersoalan yang ada secara lebih terperinci dan mendetail. Hadits ini menjadi pegangan kedua umat islam. Lalu seiring perkembangannya, acuan dalam agama islam tak hanya terbatas pada dua sumber ini, tapi juga semakin bercabang. Sedikitnya ada dua sumber lagi yang disepakati mayoritas ulama, yaitu ijma’ (kese­

pakatan ulama) dan qiyas (memutuskan hukum suatu perkara yang belum ada dalilnya, dengan melihat kepada perkara lain yang memiliki kesamaan dalam illat/sebab hukum tersebut).

Tentu saja untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Quran tidak dihadir­ kan dalam bentuk detail terperinci. Tak mungkin Quran menerangkan segala sesuatu sampai ke akarakarnya. Quran sebagai kitab suci tak bisa dipaksakan sama dengan Berkembangnya sumber-sumber buku-buku sains dan ensiklopedia. pengambilan hukum ini tak lain Terkadang mungkin Quran menkarena perkembangan zaman dan jelaskan perkara tentang kejadian masyarakat yang terus berpualam, namun tidak secara universal tar, berubah-ubah tiap saat. DiQuran menjadi kitab ilmu pengetamana kondisi masyarakat di masa huan alam. Terkadang juga Quran lalu tidak sama dengan kondisi menceritakan hal-hal yang bersifat masyarakat sekarang dan nanti. Pun geografis, pun tidak menjadikanbegitu, sebagian golongan masih nya kitab pegangan ilmu geografi. ada yang tetap memakai hanya dua Quran dengan segala isinya tetap sumber hukum dalam islam, yaitu akan menjadi kitab suci, pedoman Quran dan hadits. Dan golongan untuk bagaimana hidup menjadi yang lain bahkan lebih memlebih baik, di dunia dan akhirat. Tak persempitnya lagi, hanya sampai perlu selalu sesuai dengan hal-hal Quran, dan menolak hadits. Kedua yang berada di ranah manusiawi, kagolongan ini (baik yang mengakui rena ada beberapa hal gaib yang tak dua sumber dan hanya satu sumber) bisa dijangkau oleh akal dan hanya masuk ke dalam golongan islam diperuntukan untuk pembuktian fundamentalis. keimanan seorang hamba. Ketika Quran dipaksakan untuk sesuai Padahal, Quran sebagai kitab suci dengan zahir fisik, dan sebaliknya, yang sifatnya menyeluruh, diturun­ maka akan terjadi ketimpangan dan kan dengan seumum mungkin, agar usaha tipu daya untuk mencatut-cadapat fleksibel di tengah perputatutkan hal-hal yang berseberangan ran masyarakat. Selain itu, karena satu sama lain. ditasbihkan sebagai kitab suci ter­akhir, pamungkas, Quran diQuran adalah kitab pegangan untuk canangkan mampu bertahan sampai pendidikan agama, itu yang pasti akhir zaman, tak lagi berubah-ubah dan menjadi fakta. Di masyarakat, sepeninggalan Nabi Muhammad. pendidikan mempunyai berbagai

SEPTEMBER 2016

andalusia

23


macam klasifikasi. Beberapa orang membaginya ke dalam pendidikan formal dan informal. Yang lain membaginya ke dalam pendidikan agama dan umum. Di Indonesia, pendidikan agama umumnya dapat ditempuh melalui jalur pesantren, sedangkan pendidikan umum dapat melewati sekolah formal. Secara umumnya begini, meskipun terkadang ada yang memasukkan pendidikan agama dalam sekolah formal, dan juga sebaliknya. Beberapa instansi berusaha menggabungkan antara pendidikan agama dan umum. Entah berhasil atau tidak, terlihat jelas ada upaya untuk membangun sebuah generasi masyarakat yang paripurna, maju dalam sains dan rohani. Mungkin ini juga usaha untuk mengembalikan islam ke kejayaan masa lalu, saat umat islam tak hanya fasih dalam berdalil, pun dapat bersaing di kancah sains. Namun, kenyataannya jarang sekali seseorang menguasai berbagai bidang sekaligus. Apalagi bidang agama dan umum secara bersamaan. Kalaupun ada, mereka adalah orang-orang

24

andalusia

dengan kecerdasan di atas rata-rata atau ketekunan yang tinggi. Kita menyebut orang-orang seperti ini dengan kata jenius. Tempat belajar yang menggabungkan antara pendidikan agama dan umum, kiranya berusaha mewujudkan insan yang sedemikian rupa seperti ini. Namun, hanya sedikit yang dapat mengambil sekaligus dua bidang dengan sudut pandang berbeda. Kebanyakan akan fokus terhadap satu bidang, entah itu agama atau umum. Dan menyelaminya lebih dalam dari yang lain. Begitulah sistem yang berjalan di rata-rata setiap orang. Sistem ini juga yang dite­rapkan dalam dunia perkuliahan. Universitas, yang disebut universal, menawarkan berbagai macam bidang pelajaran untuk dijajaki. Ketika kita memilih salah satu dari beberapa bidang tersebut, kita akan difokuskan ke dalam pembahasan yang lebih sempit, namun juga lebih luas. Memfokuskan diri ke dalam satu bidang, berarti membahas detail tentangnya, tak hanya sampai di permukaan, namun sampai ke dalam. Berbeda dengan pembelajaran dengan beberapa mata pelajaran sekaligus, yang hanya

SEPTEMBER 2016

disodori dengan dasar-dasar materi sebagai pengantar, seperti yang diterapkan pada jenjang SD-SMA. Secara garis besar, sistem pendidikan formal yang seperti ini menjadi seperti piramida pendidikan. Semakin ke atas, semakin kecil, semakin sempit, namun bertambah tinggi. Dalam pendidikan islam pula, ditemukan adanya pemfokusan fan ilmu. Oleh karenanya seringkali ulama satu ahli fan fiqih namun sebatas tahu fan ushul fiqih. Juga ada yang merupakan pakar ‘ulumul Qur’an dan ‘ulumul hadits, namun kurang di ilmu faraidh/ waris dsb. Karena mencetak spe­ sialisasi adalah tujuan pendidikan yang hakiki. Yang menjadikan seseorang memiliki bidang keah­ liannya masing-masing. Walaupun tidak menutup kemungkinan, untuk menguasai bidang-bidang yang lain. Namun, secara umumnya, manusia dituntut untuk memiliki satu bidang yang ia ahli di dalamnya. Demikian juga pengertian pendidikan yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang menyatakan bahwa pendidikan


adalah sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. Pendidikan dengan menggabungkan antara pendidikan islam dan umum, ini merupakan sebuah iktikad baik, dengan segala kele­bihan dan kekurangannya. Yang salah adalah, ketika berusaha mengaplikasikan Quran dan ha­dits menjadi sebuah buku pelajaran umum secara keseluruhan, dengan menafikan buku-buku lain yang memang sesuai di bidangnya. Dewasa kini, banyak yang ingin menyariatkan ilmu pengetahuan agar sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kitab suci. Pemikiran seperti ini, yang dulu akhirnya mengekang para ilmuwan Eropa di bawah kekuasaan gereja. Agama dan sains, terkadang sepakat pada suatu permasalahan, namun juga sering berseberangan dalam

perkara yang lain. Relasi antara keduanya bagai berjalan di atas tali tipis. Sewaktu-waktu bisa jatuh. Agama tidak harus logis secara keseluruhan, karena konsep agama yang berdasarkan atas keyakinan. Mungkin karena itu juga, banyak pemuja logika yang meninggalkan Tuhan dan memilih untuk mempercayai hanya pada akalnya sendiri. Ini juga tidak bisa disalahkan secara logika. Usaha dalam menyariatkan ilmu pengetahuan, memaksakan kecocokan antara sains dan agama, mungkin kiranya hanya menjadi anganangan semu. Seharusnya sudah jelas peran agama di masyarakat, namun memang benar pepatah mengatakan, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.”. Justru peran agama yang hakiki dikaburkan dengan anganangan agama yang logis secara sempurna. Emile Durkheim menyatakan, “Agama merupakan kekuatan yang amat mempengaruhi sikap hidup manusia secara individual maupun sosial.”. Peran agama di masyarakat adalah membangun

ranah batin, bukan melulu soal fisik. Agama sebagai pengontrol sikap masyarakat, memanipulasi perilaku masyarakat agar sesuai dengan norma-norma yang baik. Membangun hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama dan manusia dengan alam. Agama tentu tidak membahas soal bagaimana menghitung jarak antara planet, mengukur keliling bumi, bagaimana organ dalam tiap makhluk hidup dll. Karena memang bukan itu fungsi agama yang hakiki. Itu tugas dari sains dan ilmu pengetahuan lain untuk mengoreknya. Jika ingin mengkombinasikan antara pendidikan agama dan pendidikan umum, mungkin celah yang paling memungkinkan dan bermanfaat adalah dengan menyisipkan nilai-nilai budi luhur keagamaan dalam setiap pelajaran yang diberikan. Bagaimana membentuk karakter seseorang yang berketuhanan agar hidup sesuai dengan ajaran-ajaran baik yang disampaikan agamanya. Wallahu a’lam.

SEPTEMBER 2016

andalusia

25


SASTRA

CERITAKU, KAMU, HUJAN DAN SENJA Kepada: Silvia Mari sejenak kita hujan-hujanan Tanpa payung, tanpa jas hujan Berjalan saja di atas lajur ini Sepanjang rel yang dicampakan keretanya Berdua, hanya berdua, bersama rintik yang kita bertanya-tanya kapan habisnya Aku ingin mencari tempat yang ramai, yang tenang Gemericik di bawah sini dan gemuruh di atas sana Cocok sekali, untuk berbisik, “Aku cinta.” Kepada siapa? Entah Sengaja, biar kaumenerka-nerka, hujankah? Basahkah? Awankah? Padamukah? Atau Dia yang mengutusmu? Agar kaupastikan, suaraku terdengar bahkan di berisik hujan ini Lalu biarkan saja petir dan guntur ribut, biarkan mereka iri, saat tanganku menggapaimu yang terpeleset, hampir jatuh Dan aku akan teriak menyombongkan diri, menuding ke langit dan menunjuk dada, “Untung ada aku!” Lalu bila petir menyambarmu (atau aku), itu hanya semakin menguatkan hipotesaku, bahwa dia hanya cemburu Kau mungkin bertanya-tanya, ada apa di ujung sana? Kaukira itu senja Namun tidak, aku tak ingin membawamu sekedar sampai senja Senja hanya membuai sesaat Yang kaubilang itu indah Kenapa harus pergi selekas itu Lalu tiba-tiba kau dirundung gelap Seperti ngantuk, lalu kautertidur, lalu kauterbangun, baru kausadar hari sudah pagi Senja itu sekedar senja, tanpamu Justru aku ingin memamerkanmu pada senja Biar ia tersipu-sipu dan malu, lalu pergi Dan tinggal aku untuk mengagumi keindahanmu Tuh kan, kamu menengadah ke atas lalu menjulurkan tanganmu Tersenyum kaubilang, “Hujan sudah reda.” Lagi-lagi aku tak tahu sejak kapan Lihat kan, air hujan tak melunturkan senyummu

26

andalusia

SEPTEMBER 2016


OLEH: INAS PRAMODA

Maka nikmat Tuhan mana lagi yang aku dustakan? Maka bagaimana aku bilang Tuhan tidak ada? Biar hanya aku yang mengerti Biar hanya aku yang mengagumi Kau tak usah Justru ketidaktahuanmu aku suka Lalu kaubilang, “Ayo pulang!” Terkadang aku kasihan kepada rel yang kita titi berdua, yang kita tertawa di atasnya sambil menjaga keseimbangan Mereka berdua, begitu dekatnya, namun hanya sampai situ tak dapat bersua Diam di sana, sampai berkarat, sampai ditumbuhi rumput ilalang Yang ini kuharap kausadar Bahwa kita bisa jadi seperti rel ini Di depan pintu rumahmu, aku hanya terus meracau, “Kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu.” Yang hanya kaujawab, “Sampai jumpa.” Mungkin kaulupa, kala hujan tadi aku sempat berbisik, “Aku cinta.” Mungkin kaupikir aku lelaki penuh teka-teki Nyatanya, aku hanya lelaki bodoh, hanya itu Kini, sudah berapa musim yang sudah terlewat hanya sekedar musim Berapa rintik hujan yang hanya sekedar hujan Berapa potong senja yang hanya sekedar senja Lihat, rel yang dulu kita susuri itu sudah dilewati oleh kereta Kita berdua berdiri saling berhadapan, bersimpang jalan Tuh kan, bahkan kini rel kereta kasihan kepadaku Sekilas aku mengingat hujan Sekilas aku mengingat senja Seterusnya aku mengingatmu. Rabat, 22 September 2016

SEPTEMBER 2016

andalusia

27


Tanah dimana Bocah Menggali

kubur

Di sini anak-anak pulang sekolah tak sampai ke rumah Sepatu mereka hanya meninggalkan jejak dua langkah Langkah keluar gerbang dan langkah yang mereka tak sempat tahu ujungnya Mereka bocah dan di mata mereka semua orang dewasa pahlawan Memberi tumpangan dan berdongeng di sepanjang jalan pulang Mereka hanya masih bocah dan tak tahu guna lekuk tubuhnya Mereka tertawa mendapat tambahan uang jajan dan pujian Mereka baru hapal doa sebelum makan dan bangun tidur Tapi di sini tak ada makan dengan lahap dan tidur yang nyenyak Seragam yang masih basah tak sempat kering di jemuran Celana yang belum dijahit sempurna masih berlubang Mereka mengalungkan arit dan cangkul di pundaknya Mengais tanah lunak bekas diguyur hujan semalaman Menggali lubang kubur untuk kemarin yang panjang dan hari ini Besok mereka datang kembali di atas mahakaryanya sendiri Di sini, tanah dimana bocah menggali kubur Bocah menabur kembang dari kertas dan bungkus jajan Menanam rerumputan yang tercabut dari akarnya

28

andalusia

SEPTEMBER 2016


Keguguran dan buku tulis dalam tas belum sampai halaman belakang Belum sampai menyoret cerita tentang jatuh cinta dan sakit hati Mereka bocah yang kelak entah akan jadi apa Mereka bocah yang kehilangan pasangan hidup, anak dan sejarah Di sini bocah bebas untuk jadi apa saja, bebas berbuat semaunya Bebas menggali lubangnya sendiri atau menjatuhkan bocah lain Anak di bawah umur bebas menjadi dewasa dan menjelma setan Bajingan yang tinggal belulang lahir kembali dengan tubuh suci Mereka yang berlindung di balik dosa bergelas-gelas arak Bergantian menggali lubang sampai jadi sumur tanpa dasar Menyanyikan lagu kebebasan dan kemerdekaan di atas penjajah Di sini, tanah dimana bocah menggali kubur Bocah-bocah mati dalam sumur yang keruh Dan jerat tali yang tak kunjung menggapai tangan mereka Rabat, 18 Mei 2016

SEPTEMBER 2016

andalusia

29


PURNAMA MERAH

30

andalusia

SEPTEMBER 2016


Kemarin aku terlalu sibuk dengan hidup Sampai hidup jadi pekerjaan Bulan purnama merah /I/ Dan malam yang tak kunjung pagi Apa yang lebih indah dari sekedar berbaring? Bertemu sang kekasih dalam mimpi yang panjang Kapan lagi? Orang-orang menabur kembang Meratapi ribuan maaf yang terlambat datang Aku bukan pergi, hanya kembali Menuju keabadian yang nyata Dalam gelap yang pekat Tak perlu malu membuka baju Menangis, tertawa, merintih, terbahak Tak ada yang menghibur, tak ada yang mencela Tak ada yang melipur, tak ada yang mengumpat Tak ada yang berbagi kue manis dan kopi Bulan purnama merah /II/ Dan cahaya yang tertutup awan hitam Kemarin aku terlalu sibuk dengan hidup Sampai hidup jadi pekerjaan Di rumah, di sekolah, di tempat ibadah Hari ini roda kembali berputar Menyusur lembah dan gigir yang curam Memandang langit tanpa bintang Layangan yang terbang tanpa benang Dan bulan purnama merah yang tak terang Apa yang lebih indah dari sekedar berbaring? Ditemani bunga-bunga yang masih basah Dan harum aroma melati yang meresap Esok kita kan berjumpa lagi Dalam mimpi yang abadi Di bawah bulan purnama merah Aku menunggu Fes, 22 April 2016

SEPTEMBER 2016

andalusia

31


REHAT

Kebersihan

Hati

T

holhah bin Abdurrahman bin Auf adalah salah satu orang Quraisy yang paling baik di zamannya. Pada suatu hari sang istri berkata kepadanya, “Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih tercela daripada saudara-saudaramu.” Tholhah bingung dan bertanya kepada sang istri, “Loh, kok begitu?” Sang istri menjawab, “Aku lihat saudara-saudaramu itu, kalau kamu sedang kaya mereka selalu ada. Tapi pas kamu tak punya uang, wah, pada hilang semua.” Sambil mengeluh ia utarakan unek-uneknya ke sang suami. Dengan santainya, Tholhah berkata kepada istrinya, “Demi Allah, justru ini adalah bukti keluhuran akhlak mereka. Mereka datang saat kita mampu untuk memuliakan mereka. Dan mereka pergi meninggalkan kita, saat kita tak mampu menunaikan hak-hak mereka.” Habis sudah percakapan mereka berdua. Perihal kisah ini, Imam Mawardi berkomentar, “Lihatlah bagaimana Tholhah dengan kemuliannya menafsirkan hal-hal yang buruk dengan kebaikan. Dengan ini, jelas menunjukkan bahwa kerelaan hati merupakan kenyamanan di dunia dan harta di akhirat. Dan itu juga merupakan sebab masuk ke surga.”

32

andalusia

SEPTEMBER 2016


FOTOGRAFI Usamah A

Lorong Waktu

SEPTEMBER 2016

andalusia

33


RESENSI

Al-‘ulama Al-‘Uzzab Alladziina Aatsaru al-‘Ilma ‘Ala Az-Zawaj 34

andalusia

SEPTEMBER 2016


“Ilmu pengetahuanlah yang membuat mereka mengambil jalan hidup yang terjal dilandasi dengan kekuatan jiwa yang teguh dan istiqomah dalam menggapai ridho Ilahi melalui perantara ilmu.” Oleh: M. Fahruddin Al-Musthofa

M Judul : Al-‘Ulama Al-‘Uzzab alladzi na Aatsaru al-‘Ilma ‘ala Az- Zawaj Pengarang : Al-‘Allamah Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah Penerbit : Maktab Al-Mathbu’ah Al- Islamiyah Tahun terbit : 1982 M – 1402 H Jumlah halaman : 156 halaman

ungkin sebagian orang menilai dengan pandangan sempit bahwa seseorang yang sedang menyendiri atau dalam istilah kekinian adalah “jomblo” itu sebagai stereotip yang bernilai negatif berbanding terbalik pada anak-anak muda yang dengan bangganya mengaku mempunyai sebuah hubungan dalam bingkai pacaran dan merasa lebih baik daripada mereka yang jomblo. Tak dapat dipungkiri, fenomena jomblo sebagai kambing hitam pergaulan zaman sekarang semakin kronis dan memprihatinkan, ditambah lagi banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi di kalangan kawula muda sebagai senjata makan tuan dari pergaulan bebas yang lebih mengarah kepada pornografi dan pornoaksi. Akan semakin menarik tatkala fenomena men-jomblo atau membujang ini dialami oleh sebagian ulama dan cendekiawan muslim dalam pengembaraan mencari ilmu pengetauhan seluas mungkin. Sekali lagi ilmu pengetahuanlah yang membuat mereka mengambil jalan hidup yang terjal dilandasi dengan kekuatan jiwa yang teguh dan istiqomah dalam menggapai ridho Ilahi melalui perantara ilmu. Melalui risalah kecil yang berjudul “Al-‘Ulama Al-‘Uzzab alladziina Atsaru Al-‘Ilma ‘ala Az-Zawaj” penulis membawa pembaca sekalian me­ngarungi kisah-kisah ulama, mufassir, mufti dan cendekiawan lainnya tentang usaha dan jerih payah mereka dalam mencari ilmu sampai pada tahap “mendahulukan ilmu

SEPTEMBER 2016

andalusia

35


Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah daripada menikah” dan memilih membujang hingga akhir hayatnya. Melalui pengantar yang ditulis Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam muqaddimahnya, beliau menjelaskan bahwa yang melatarbe­ lakangi dalam penulisan risalah ini adalah belum adanya kumpulan tulisan atau karya yang mengupas­ secara khusus bab ini. Dan ini men­jadi nilai plus bagi muallif ‘pengarang’ dalam mengawali debut penulisan dalam pembahasan tema baru ini. Sehingga ketika pembaca baru melirik judul buku ini pasti akan dibuat penasaran dan ingin membaca lebih intens untuk karya ini. Dari segi isi, kitab ini berisikan dua

36

andalusia

pokok pembahasan besar. Pertama, penulis memaparkan alasan me­ ngapa para ulama memilih mening­ galkan salah satu nikmat fitrah se­­bagai manusia dan merupakan salah satu tuntunan syariat untuk menyempurnakan keberagamaan seseorang, yakni nikah, dan memi­ lih berkhidmat sepenuhnya untuk ilmu pengetahuan dan menjadikan ilmu syariat untuk mencapai sebuah hakikat kehidupan dalam mereguk samudera kasih-Nya. Pembahasan kedua adalah, kisah sederet nama para cendekiawan muslim yang masyhur akan keluasan ilmu dan kezuhudan mereka dalam menyikapi dunia . Terdiri dari

SEPTEMBER 2016


para mufassir, ushuli, ahli nahwu dan fuqaha, yang muallif rangkum jejak perjalanan mereka mencari ilmu dalam keadaan menjomblo. Di antaranya: Imam Dhahabi sang sejarawan handal, Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari, Imam Nawawi, sang pakar nahwu dan bahasa yang beraliran mu’tazilah Imam Zamakhsyariy dan masih banyak lagi yang lainnya, sekitar puluhan ulama yang terkumpul dalam kitab ini. Tujuan dikarangnya buku ini yang terpenting bukan untuk mendukung atau menghalalkan menjomblo dalam proses tholabul ilmi, tapi penulis menyebutkan bahwa untuk mengingatkan pada anak

muda zaman sekarang dan para pemimpin masa depan akan berharganya ilmu bagi para pendahulu mereka, serta kerasnya usaha mereka dalam menggantungkan hidup mereka demi ilmu pengetahuan. Sehingga para pemuda ini akan berlomba-lomba meraih kemuliaan ilmu dan meraih kebaikan atas pentingnya ilmu, baik di dunia atau pun di akhirat. Sesuai apa yang Allah janjikan dalam firmannya, “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman kepadaNya dan mereka yang berilmu.�. Selamat membaca, dengan membaca Anda akan tahu.

SEPTEMBER 2016

andalusia

37


FOTOGRAFI Usamah A

40 38

andalusia

SEPTEMBER 2016


Gurat Senja

SEPTEMBER 2016

andalusia

41 39


Mau beriklan di buletin andalusia ? hubungi kami di: ppimaroko@gmail.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.