Shirvano Insight Special Edition 2: Creating A Place For All

Page 1

Youth-friendly Public Space in a Pandemic World

Desa Adat dalam Hukum Tata Ruang Indonesia

The Comfortable Jogja - Becoming Livable City Through Urban Acupuncture

Ruang dan Rungu

Planning Child-friendly Open Space through Children Perspective H. 1 H. 7 H. 13 H. 15 H. 19

Table of Contents

Contributors

Preface

Acknowledgements

Introduction

Youth-friendly Public Space in a Pandemic World

Desa Adat dalam Hukum Tata Ruang Indonesia

The Comfortable Jogja - Becoming Livable City Through Urban Acupuncture

Ruang dan Rungu

Planning Child-friendly Open Space through Children Perspective

Contents ii ii iv vi vii ix 1 7 13 15 19
Table of
Sumber: Jan Antonin Kolar | Unsplash

Cover: Freepik

Contributors

Researcher

Muhammad Farhan Attarikshah

Dhiya Soliha H.

Abiyyu Fathin Derian

Rizky Nur Asih

Sari Kusumaningsih

Reviewer

Farah Salsabila Puteri - Urban Planner Intern

Nadine Natasya Nabillah - CPTEE Analyst Intern

Rara Dzikrina Istifadah - CIOO Analyst Intern

Ananta Faza Abidin - Project Management Intern

Annisa Nur Awalia - Tourism Analyst Intern

Handika Ezha P. - Environmental Analyst Intern

Alfiani Nur Lailika - Urban Designer Intern

Hardy Salim - Economic Analyst Intern

Diena Aslama Scientifionisa K- Architect Intern

Muhammad Iqbal Suryo Utomo - Architect Intern

Ayubella Anggraini L. - Urban Planner Intern

Cinta Berliana - Project Management Intern

Sherin Meutia Khansa - Urban Designer Intern

iv

Support Team

Project Manager

Fadilla Giffariny Amuna - Knowledge Management Intern

Project Manager Assistant

Aulia Siti Nurmala - Project Management Intern

Formatting Team

Winda Ayu Dwi Riantie - Sales Intern

Nafisah Shafa Ardia - Business Development Intern

Layouting Team

Diaz Tri Cahyantoro - Content Creator Intern

Al Lahla Zikri Mufadil - Content Creator Intern

v

Preface

Dengan penuh rasa bangga, kami mempersembahkan buku hasil kolaborasi dari interns Shirvano Consulting Internship Program Batch 19 kepada para pembaca yang mendedikasikan diri untuk menciptakan lingkungan inklusif dan mendukung perwujudan kota yang lebih baik bagi seluruh komunitas di masa depan.

Buku ini berisi hasil-hasil riset dan penelitian dari tim intern di batch-batch sebelumnya mengenai upaya menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua. Dengan peluncuran buku ini secara luring, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya penyediaan ruang-ruang inklusif dan aksesibel bagi semua kalangan masyarakat sehingga dapat mengakomodasi terlepas dari perbedaan latar belakang maupun ragam aktivitas.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini, terutama kepada tim intern sebelumnya yang telah melakukan riset dan penelitian dengan sangat serius sehingga menghasilkan laporan yang berkualitas. Tak lupa, kami juga berterima kasih kepada perusahaan Shirvano Consulting yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk penulisan buku ini.

Terakhir, harapan kami adalah agar buku ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, khususnya dalam menciptakan tempat yang inklusif bagi semua di masa depan.

vi

Acknowledgements

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proyek buku ini, hasil kolaborasi interns Shirvano Consulting Internship Program Batch 19, yang membahas topik “Creating a Place For All”. Buku ini adalah buah dari kerja keras dan dedikasi dari banyak individu yang memiliki visi untuk menciptakan tempat yang inklusif bagi semua orang.

Tema “Creating a Place For All” dalam buku ini adalah sebuah konsep yang sangat penting dalam masyarakat yang semakin kompleks dan beragam. Ini mencerminkan tekad untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, mengakomodasi, dan menerima semua individu, tanpa memandang latar belakang, identitas, atau perbedaan mereka. Semoga buku ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang dan membantu memajukan pemahaman kita tentang pentingnya menciptakan tempat yang ramah bagi semua individu.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan menginspirasi penulisan buku ini. Semua kontribusi Anda telah menjadikan buku ini menjadi karya kolaborasi yang luar biasa.

vii
vii
viii
Sumber: Xavi Cabrera | Unsplash

Introduction

Hi Shirvamates!

Kembali berjumpa dengan Shirvano Insight Special Edition 2 yang kali ini disusun oleh teman-teman interns Shirvano Internship Program Batch 19 dengan pembahasan mengenai penyediaan ruang yang inklusif bagi seluruh elemen masyarakat.

Mengangkat tema besar “Creating a Place For All” pada edisi kali ini akan mengulas mengenai penyediaan ruang bagi seluruh elemen masyarakat termasuk di dalamnya membahas best practices, permasalahan, tantangan, hingga design guidelines yang dapat digunakan dalam upaya mengakomodasi seluruh kebutuhan berkegiatan masyarakat luas. Pembahan pada edisi kali ini meliputi penyediaan ruang ramah anak ataupun difabel serta bagi pejalan kaki, ruang publik bagi kalangan muda, hingga penataan ruang untuk desa adat.

Edisi ini terbit dengan tujuan utama menarik benang merah dari setiap pembahasan sebagai insights untuk digunakan sebagai lesson learned dalam merencanakan ruang-ruang kota berikutnya.

ix
Cities have the capability of providing something for everybody, only because, and only when, they are created by everybody.

Youth-friendly

Public Space in a Pandemic World

Researcher: Muhammad Farhan

Reviewer: Rara Dzikrina Istifadah, Farah Salsabila

Puteri, Nadine Natasya Nabillah

Pentingnya Ruang Publik dalam

Kehidupan Perkotaan untuk Remaja

dalam Masa Pandemi

Ruang publik adalah salah satu elemen penting dalam kehidupan perkotaan. Kegunaan ruang publik juga bervariasi seperti menjadi tempat perkumpulan dan sosialisasi individu dan kelompok, serta menjadi sarana aktivitas sosialisasi ataupun pertunjukan seni dan budaya. Remaja dalam kisaran umur 15-20 tahun menjadi salah satu pengguna utama ruang publik dengan kebutuhan yang unik dari pengguna ruang publik yang lainnya. Remaja cenderung lebih agresif dengan melakukan banyak pergerakan, berkumpul, dan cenderung lebih independen1 Beberapa aktivitas diantaranya adalah leisure (bersantai), exercise (latihan kebugaran), serta art and culture (seni budaya)2. Namun, dengan kondisi pandemi COVID-19, ketersediaan remaja dalam ruang publik untuk tempat, duduk, makan, bermain, olahraga, dan tampil menjadi terancam.

Dalam masa pandemi dimana social distancing menjadi kebiasaan baru di kehidupan sosial masyarakat, diperlukan pemikiran ulang mengenai desain ruang publik yang dapat mengakomodasi kebutuhan serta mendukung kegunaan area sebagai sarana kehidupan sosial masyarakat. Dengan pengadaan ruang publik yang nyaman dan benar akan mengurangi potensi dan risiko terhadap keamanan, cedera fisik, bau, pengaruh sensoris yang tidak menyenangkan, dan efek samping iklim3. Untuk mengatasi kondisi pandemi dan mempersiapkan diri untuk the new normal pasca pandemi, analisa ulang perencanaan ruang publik layaknya dapat ditinjau dari aspek vegetasi, jarak, dan sirkulasi.

COVID-19 bukanlah pandemi pertama dalam peradaban manusia. The Great Plague of London di tahun 1655-1666 adalah salah satu epidemic terbesar dari bubonic plague atau Pes Bubo yang menyebabkan meninggalnya seperlima dari total penduduk Kota London. Karena disebabkan oleh rendahnya kualitas kebersihan dan sanitasi di lingkup publik seperti jalanan dan ruang terbuka lainnya, pemerintah menerapkan aturan baru dan standar sanitasi di daerah perumahan dan ruang publik masyarakat. Pada tahun 1918-1920, terdapat pula Spanish Flu yang mengakibatkan penerapan

standar kesehatan di multi-family housing, pelebaran jalan, dan peningkatan fasilitas kesehatan yang signifikan. Contoh diatas menunjukan keterkaitan bagaimana kualitas ruang publik mempengaruhi kehidupan masyarakat terutama pada aspek kesehatan dan sosialisasi.

Ruang publik ramah remaja yang responsif terhadap pandemi COVID-19 merupakan kebutuhan sosial dalam kehidupan perkotaan. Untuk tetap mempertahankan kehidupan sosial remaja dan penggunaan ruang publik untuk masyarakat lainnya dibutuhkan intervensi dalam segi perencanaan area.

Success Story: Ruang Publik di Masa

Pandemi

Parc De La Distance, Vienna

Parc De La Distance adalah sebuah proyek seni publik yang diciptakan sebagai tanggapan terhadap pandemi COVID-19. Ini adalah salah satu contoh bagaimana seni bisa digunakan untuk mengkomunikasikan konsep-konsep seperti physical distancing dan dampak pandemi pada kehidupan sehari-hari. Konsepnya adalah menciptakan ruang terbuka di taman yang menggambarkan pentingnya menjaga jarak fisik selama pandemi. Taman ini memiliki pola geometris yang rumit, dengan lorong-lorong yang dirancang agar orang bisa berjalan-jalan tanpa berdekatan satu sama lain.

Two-way Pedestrian Plan, Cardiff

Rencana ini umumnya bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas dan keselamatan pejalan kaki, serta mendorong mode transportasi berkelanjutan di kota. Pejalan kaki dapat bergerak lebih leluasa dan langsung menuju tujuan mereka tanpa harus melakukan putaran ekstra untuk mencapai sisi jalan yang benar. Selain itu, dengan memberikan lebih banyak ruang bagi pejalan kaki, ini bisa menghasilkan pengembangan ruang publik yang lebih menarik dan nyaman untuk dinikmati oleh warga kota.

Amphitheater Step, Singapore

Dalam konteks pandemi, ruang publik seperti amfiteater langkah-langkah memiliki potensi untuk menjadi "youth-friendly" karena ruang ini dapat digunakan untuk berbagai aktivitas terbuka seperti pertunjukan musik kecil, pameran seni, atau pertemuan kelompok kecil, memberikan pemuda cara untuk tetap terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan kreatif dan budaya. Juga dalam desain yang tepat, ruang bertingkat bisa memberikan ventilasi alami dan akses ke cahaya matahari, yang dapat mendukung kesejahteraan fisik dan mental. Sehingga pastinya, desain yang luas dan bertingkat dapat memungkinkan pengguna space tersebut untuk berkumpul dan bersosialisasi sambil menjaga jarak fisik yang diperlukan dalam situasi pandemi.

1 1 Thompson, C. W., & Travlou, P. (Eds).(2007). Open space: people space. Taylor & Francis 2 Shaftoe, H., & International Institute for Environment and Development. (2008). Convivial Urban Spaces: Creating effective public places. Earthscan: London. 3 Gehl, J. Cities for people; Island Press: Copenhagen, Denmark, 2010.

Design for Distancing: Seating Design for Distancing: Seating adalah pendekatan desain yang diambil oleh beberapa kota, termasuk Baltimore, Freedom Square di Brno, dan Domino Park di New York, sebagai respon terhadap pandemi COVID-19. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan ruang duduk yang memungkinkan orang untuk menjaga jarak fisik yang diperlukan sambil tetap menikmati ruang publik. Dalam pandemi, orang mungkin lebih sadar akan pentingnya menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan. Desain tempat duduk yang mempertimbangkan jarak fisik dapat memberikan rasa aman dan nyaman saat berkumpul dengan teman atau kelompok kecil.

Reimagining Taman Indonesia Kaya di Masa

Gambaran Umum Taman Indonesia Kaya

Taman Indonesia Kaya berlokasi di Jl. Menteri Supeno Mugassari, Kota Semarang. Sebelum menggunakan nama Taman Indonesia Kaya, taman ini dikenal dengan nama Taman Menteri Supeno dan Taman KB karena terdapat patung ibu dengan dua anak sebagai lambang keluarga berencana. Lokasi Taman Indonesia Kaya bisa dikatakan strategis karena terletak tidak jauh dari Simpang Lima Semarang. Taman ini memiliki luas 5.000m2 dan telah diresmikan pada tanggal 10 Oktober 2018

dengan nama Taman Indonesia Kaya. Salah satu hal yang sangat unik dan menarik dari taman ini setelah direnovasi adalah tersedianya jalur khusus pengguna kursi roda. Oleh karena itu, Taman Indonesia Kaya juga dikenal sebagai taman ramah difabel.

Panggung teater merupakan fasilitas utama yang tersedia di Taman Indonesia Kaya. Panggung teater tersedia di ruang atraksi budaya. Panggung teater digunakan sebulan sekali dalam pertunjukkan atraksi budaya yang juga digelar setiap sebulan sekali. Panggung teater memiliki kapasitas hingga 1000 penonton yang didesain mengelilingi panggung5

Sumber:

Tempat duduk tersedia di beberapa titik di Taman Indonesia Kaya. Pengunjung dapat memanfaatkan tempat duduk yang tersedia sekaligus menikmati pemandangan dan keasrian Taman Indonesia Kaya. Opsi tempat duduk lainnya adalah dengan memanfaatkan keberadaan panggung teater apabila sedang tidak ada pertunjukan5 .

Lokasi Taman Indonesia Kaya dan Simpang Lima yang Berdekatan

Sumber: Google Maps, 2023

Kondisi Eksisting Taman Indonesia Kaya

Taman Indonesia Kaya memiliki berbagai macam fasilitas penunjang. Dalam bentuk taman, fasilitas yang tersedia di Taman Indonesia Kaya bisa dikatakan lengkap daripada taman-taman kota lainnya. Fasilitas tersebut berupa panggung teater, tempat duduk, tempat bermain anak-anak, jalur pejalan kaki, pertunjukkan air mancur, fasilitas Wi-Fi, fasilitas air minum, landmark berupa patung sebagai ikon taman, dan fasilitas toilet. Secara umum, berikut adalah gambaran tata letak dari berbagai fasilitas yang tersedia di Taman Indonesia Kaya⁶

Tempat bermain anak-anak tersedia dan ditunjang oleh berbagai fasilitas taman seperti keberadaan air mancur. Keberadaan air mancur seringkali digunakan oleh anak-anak untuk bermain air5 .

2
A. Panggung Teather B. Tempat Duduk C. Tempat Bermain Anak-Anak Tata Letak Fasilitas Taman di Taman Indonesia Kaya Sumber: Wulandari, 2020 Panggung Teater Taman Indonesia Kaya Supriyono, 2020 Tempat Duduk di Taman Indonesia Kaya Sumber: Supriyono, 2020. Air Mancur Untuk Tempat Bermain Anak di Taman Indonesia Kaya
http://repository.unika.ac.id/22380/1/laporan%20lengkap.pdf 6
Sumber: Supriyono, 2020
5
Supriyono. (2020). Retrieved from Evaluasi Taman Kota Semarang Sebagai Ruang Publik: Wulandari, U. (2020). Retrieved from Taman Indonesia Kaya sebagai Ruang Terbuka Publik di Semarang Berdasarkan Kebutuhan Pengguna: https://onesearch.id/Record/IOS2450.article-60251

Jalur pejalan kaki merupakan infrastruktur vital dari keberadaan taman. Hal ini dikarenakan pengunjung akan banyak melakukan kegiatan berjalan kaki selama berada di taman. Jalur pejalan kaki yang tersedia di Taman Indonesia Kaya tersedia dengan nyaman dan dikelilingi pepohonan rindang dan tanaman perdu yang rapi serta terawat5

H. Fasilitas Toilet

Fasilitas toilet merupakan salah satu fasilitas vital untuk ruang publik seperti taman. Taman Indonesia Kaya menyediakan fasilitas toilet yang keadaannya cukup bersih yang dan dilengkapi fasilitas khusus untuk difabel. Ruang ganti pemain teater juga sudah dilengkapi dengan AC5

Sumber:

Pertunjukkan air mancur di Taman Indonesia Kaya

dapat dilihat pada pukul 19.00-20.00 WIB pada hari kerja dan pada pukul 19.00-21.00 WIB pada hari libur. Pertunjukkan air mancur diiringi dengan alunan musik yang indah dan menarik5

Seluruh fasilitas dan kenyamanan tersebut dapat dinikmati saat sebelum COVID-19 hingga saat ini. Namun, tentunya perlu adanya adaptasi dari peristiwa pandemi COVID-19 lalu pada tahun 2019-2021. Terdapat tiga aspek yang menjadi perhatian sebagai bentuk mitigasi COVID-19 yang sangat mungkin diterapkan di Taman Indonesia Kaya4, yaitu:

Aspek Vegetasi

Fasilitas Wi-Fi dan air minum tersedia secara gratis. Pengunjung dapat memanfaatkan fasilitas Wi-Fi selama berada di Taman Indonesia Kaya. Pengunjung juga dapat meminum air minum yang tersedia secara langsung dan gratis5 .

Selama masa new normal, vegetasi diharapkan dapat memberikan batas yang jelas dan memberikan jarak antara fasilitas-fasilitas publik di Taman Indonesia Kaya. Namun, saat ini penggunaan vegetasi sebagai pembatas, pemberi jarak, dan pemecah sirkulasi belum diterapkan. Memanfaatkan vegetasi sebagai pembatas, pemberi jarak, dan pemecah sirkulasi dapat diterapkan untuk mendukung desain Taman Indonesia Kaya yang responsif terhadap Pandemi COVID-19 dan memberikan kenyamanan bagi pengunjung.

Aspek Jarak

Taman Indonesia Kaya sebagai salah satu taman yang populer bagi remaja di Kota Semarang belum menerapkan prinsip pemberian jarak holistik di setiap fasilitas-fasilitasnya. Salah satu contohnya adalah area panggung pada bagian area tempat duduk yang sering digunakan pengunjung untuk bersantai belum memberikan batasan yang jelas.

Aspek Sirkulasi

Taman Indonesia Kaya menyediakan beragam landmark dan patung sebagai bentuk keindahan taman. Landmark tersebut berupa mural yang selalu dimanfaatkan pengunjung sebagai tempat berfoto yang ikonik5

Taman Indonesia Kaya belum mempertimbangkan sirkulasi pergerakan pengunjung selama masa new normal dan pasca pandemi. Lebar jalur setapak belum dibuat sebagaimana lebar minimum jalur setapak di masa new normal yaitu 1,5 meter. Alur sirkulasi pengguna juga tidak diatur sehingga pada beberapa titik pintu masuk masih sering terjadi penumpukan pengunjung.

Prinsip Perbaikan Desain

Perbaikan desain perlu dilakukan untuk menjadikan

Taman Indonesia Kaya nyaman dan aman serta sebagai bentuk pertahanan dari penularan COVID-19. Perbaikan desain diharapkan akan menjadikan masyarakat dapat menikmati taman kota

3
D. Jalur Pejalan Kaki E. Pertunjukkan Air Mancur F. Fasilitas Wi-Fi dan Fasilitas Air Minum G. Landmark Patung Sebagai Ikon Taman Jalur Pejalan Kaki di Taman Indonesia Kaya Supriyono, 2020 Pertunjukkan Air Mancur di Taman Indonesia Kaya Sumber: Supriyono, 2020 Wi-Fi Gratis dan Air Minum Gratis di Taman Indonesia Kaya Sumber: Supriyono, 2020 Patung dan Mural di Taman Indonesia Kaya Sumber: Supriyono, 2020 Fasilitas Toilet di Taman Indonesia Kaya Sumber: Supriyono, 2020 4 Ikshah, M. F. (2021). Retrieved from Youth-Friendly Public Space in a Pandemic World, Study Case: Taman Indonesia Kaya Semarang:
https://drive.google.com/file/d/1RoJEpZBIDye1oKRaXfdVYzbkyGVOBxZd/view 5
Supriyono. (2020). Retrieved from Evaluasi Taman Kota Semarang Sebagai Ruang Publik:
http://repository.unika.ac.id/22380/1/laporan%20lengkap.pdf

dengan nyaman dan aman tanpa perlu ragu dan khawatir bahaya penyebaran pandemi COVID-19. Gambaran jenis aktivitas yang dapat ditemukan di Taman Indonesia Raya adalah sebagai berikut4

Prinsip desain yang digunakan untuk perbaikan desain Taman Indonesia Kaya adalah dengan menggunakan tiga prinsip. Prinsip-prinsip tersebut adalah vegetation, distance, and circulation4

1. Vegetation

Prinsip vegetation adalah dengan memaksimalkan fungsi vegetasi sebagai soft scape, pembatas, peneduh, dan pemberi jarak untuk memastikan penerapan protokol kesehatan pada ruang publik. Prinsip ini juga tetap memaksimalkan fungsi sebagai canopy, elemen estetika, dan pembentuk micro climate.

2. Distance

Prinsip distance atau jarak adalah untuk memastikan penerapan physical distancing dapat diterapkan secara maksimal oleh pengunjung ruang publik. Rekomendasi pada prinsip distance atau jarak juga diberikan dengan desain yang fungsional, universal, inklusif, dan fleksibel. Pemberian jarak tersebar pada area tempat duduk utama taman, court atau stage area, dan dining area.

3. Circulation

Prinsip circulation atau sirkulasi bertujuan untuk memastikan physical distancing dan mengurangi adanya kemungkinan terjadinya penumpukan pengunjung di titik-titik tertentu seperti pintu masuk. Prinsip circulation atau sirkulasi direkomendasikan dengan memberikan pelebaran jalur untuk memberikan ruang jarak aman bagi pengunjung.

Rekomendasi Perbaikan Desain Sebagai Bentuk

Mitigasi Pasca Pandemi di Taman Indonesia Kaya

Penerapan ketiga

perbaikan desain

tersebut akan

memberikan

Taman Indonesia

Kaya yang aman

dan nyaman dari

penyebaran virus COVID-19. Berikut

adalah siteplan

hasil rekomendasi

berdasarkan ketiga

prinsip perbaikan

desain di Taman

Indonesia Kaya4

4 Ikshah, M. F. (2021). Retrieved from Youth-Friendly Public Space in a Pandemic World, Study

Case: Taman Indonesia Kaya Semarang: https://drive.google.com/file/d/1RoJEpZBIDye1oKRaXfdVYzbkyGVOBxZd/view

Sumber:

Peta Pengelompokkan Ruang dan Aktivitas di Taman Indonesia Kaya

Sumber: Ikshah, 2021

Vegetation

Vegetasi Peneduh atau Pemecah Angin

Vegetasi Pengarah/Pembatas/Penghias

Sumber:

Distance

Seating Area

Dining Area Court atau Stage Area

Rekomendasi Desain Distance atau Jarak di Taman Indonesia Kaya

Sumber: Ikshah, 2021

Circulation

Sirkulasi Kendaraan

Sirkulasi Pejalan Kaki

Partial Street Closure (Ekspansi Area PKL)

Rekomendasi Desain Circulation atau Sirkulasi di Taman Indonesia Kaya

Sumber: Ikshah, 2021

Rekomendasi Desain Vegetation atau Vegetasi di Taman Indonesia Kaya Ikshah, 2021 Siteplan Hasil Rekomendasi Prinsip Desain untuk Pasca Pandemi di Taman Indonesia Kaya Ikshah, 2021
4

Berikut adalah bentuk siteplan sebelum dan sesudah rekomendasi dengan menggunakan ketiga prinsip tersebut4

Siteplan Hasil Rekomendasi Keseluruhan Prinsip Desain di Taman Indonesia Kaya Sumber: Archify dan Project for Public Space diolah oleh Ikshah, 2021

1. Rekomendasi Prinsip Vegetasi

Rekomendasi yang diberikan adalah dengan memanfaatkan vegetasi sebagai pembatas terutama pada area tempat duduk. Rekomendasi yang diberikan adalah dengan memberikan vegetasi yang mampu menyerap molekul radikal bebas dan antitoxin

Siteplan Hasil Rekomendasi Prinsip Vegetasi di Taman Indonesia Kaya Sumber: Dzhambov, dkk. diolah oleh Ikshah, 2021

5

Rekomendasi pemberian jarak diberikan dengan menggunakan planters (seating area), maupun marka pada area panggung dan dining area (PKL). Pembatasan dan pemberian jarak dilakukan dengan intervensi desain yang fleksibel, menarik, dan playful

Siteplan Hasil Rekomendasi Prinsip Jarak di Taman Indonesia Kaya

Sumber: Archify dan Project for Public Space diolah oleh Ikshah, 2021

3. Rekomendasi Prinsip Sirkulasi

Rekomendasi yang disarankan adalah dengan intervensi jalur sirkulasi melalui penambahan dan pelebaran jalur untuk menurunkan paparan COVID-19, terutama pada jalur setapak dan area pejalan kaki.

Siteplan Hasil Rekomendasi Prinsip Sirkulasi di Taman Indonesia Kaya

Sumber: Citylab diolah oleh Ikshah, 2021

2. Rekomendasi Prinsip Jarak
6

Desa Adat dalam Hukum Tata Ruang Indonesia

Researcher: Dhiya Soliha H.

Reviewer: Ananta Faza Abidin, Handika Ezha Pradana, & Annisa Nur

Posisi Desa dalam Kebijakan Tata Ruang

Tujuan Penataan Ruang

Pengaturan ruang telah diletakkan sebagai salah satu elemen penting yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya proses pembangunan suatu wilayah, terutama dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Ketika kehidupan manusia dihadapkan pada tuntutan yang semakin rumit, potensi penyalahgunaan ruang wilayah menjadi lebih besar, khususnya dalam upaya memenuhi kebutuhan beragam masyarakat. Maka dari itu, diperlukan usaha pencegahan melalui berbagai instrumen hukum yang harus dikembangkan dengan cermat agar memastikan pengaturan yang efektif terhadap ruang wilayah dan penggunaannya sesuai dengan tujuan yang telah diatur dalam peraturan hukum yang relevan.

Proses Perencanaan

Tahapan perencanaan tata ruang melibatkan serangkaian langkah yang bertujuan untuk mengatur dan mengorganisasi penggunaan lahan dan ruang dalam suatu wilayah. Proses perencanaan tata ruang bertujuan untuk menciptakan penggunaan lahan yang teratur, berkelanjutan, dan sesuai dengan kepentingan semua pihak yang terlibat

sambil mempertimbangkan faktor lingkungan dan keberlanjutan jangka panjang.

Posisi Tata Ruang Desa

Tata ruang desa merujuk pada pengaturan dan perencanaan penggunaan lahan serta ruang dalam skala desa. Posisi tata ruang desa adalah tentang bagaimana lahan dan ruang dalam sebuah desa diatur, diorganisir, dan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, termasuk pemukiman, pertanian, lingkungan, infrastruktur, dan lainnya. Tata ruang desa melibatkan pemetaan dan penataan wilayah desa dengan tujuan mencapai pengembangan yang berkelanjutan, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Penting untuk memperhatikan bahwa tata ruang desa harus mengacu pada regulasi dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat, termasuk peraturan tata ruang yang lebih tinggi dalam skala wilayah atau negara. Tata ruang desa penting untuk mencapai pengembangan yang seimbang antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan di tingkat lokal. Itu juga dapat membantu menjaga identitas dan karakter unik setiap desa, sambil tetap mengintegrasikan mereka ke dalam rencana pembangunan yang lebih luas.

7
Judul Gambar Sumber
Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2018
Tata Cara Penyusunan RTRW
Sumber: Permen ATR/

Urgensi Penataan Ruang Desa

Penataan ruang desa memiliki urgensi yang sangat penting dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat di tingkat lokal. Berikut adalah beberapa alasan mengapa penataan ruang desa menjadi penting:

1. Pemanfaatan Lahan yang Efisien: Penataan ruang desa memastikan penggunaan lahan yang efisien dan optimal. Dengan merencanakan penggunaan lahan secara terencana, desa dapat menghindari tumpang tindih penggunaan dan menghindari pemborosan lahan yang berharga.

2. Pengendalian Pertumbuhan yang Teratur: Tanpa penataan ruang yang baik, pertumbuhan desa dapat menjadi tidak terkendali dan tidak teratur. Penataan ruang membantu mengendalikan pertumbuhan penduduk dan pembangunan sehingga infrastruktur dan fasilitas dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat dengan baik.

3. Pengembangan Infrastruktur yang Terkoordinasi; Penataan ruang memungkinkan pengembangan infrastruktur seperti jalan, listrik, air bersih, dan sanitasi dapat dilakukan secara terencana dan terkoordinasi. Ini menghindari pembangunan infrastruktur yang tidak teratur dan tidak efisien.

4. Pertanian dan Konservasi Lingkungan: Melalui penataan ruang desa, lahan untuk pertanian dan pelestarian lingkungan dapat diidentifikasi dan diatur dengan baik. Ini membantu menjaga sumber daya alam dan mendukung keberlanjutan ekonomi dan lingkungan desa.

5. Peningkatan Kualitas Hidup: Penataan ruang yang baik dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk tinggal dan bekerja bagi warga desa. Fasilitas publik seperti tempat ibadah, sekolah, kesehatan, dan tempat rekreasi dapat ditempatkan dengan strategis.

6. Mengatasi Konflik Penggunaan Lahan: Tanpa penataan ruang yang jelas, konflik terkait penggunaan lahan dapat muncul antara berbagai kepentingan seperti pertanian, perumahan, industri, dan lainnya. Penataan ruang membantu menghindari konflik semacam itu.

7. Pengelolaan Risiko Bencana: Penataan ruang dapat membantu mengurangi risiko bencana dengan mengidentifikasi daerah rawan bencana dan menghindari pembangunan di area yang berisiko tinggi.

8. Pengembangan Ekonomi dan Pariwisata: Penataan ruang yang baik dapat mengidentifikasi potensi ekonomi lokal, termasuk pariwisata dan industri kreatif, yang dapat memberikan peluang pendapatan tambahan bagi masyarakat desa.

9. Pelestarian Budaya dan Warisan: Penataan ruang desa juga dapat mempertimbangkan pelestarian budaya, warisan arsitektur, dan ciri khas lokal yang merupakan identitas desa.

10. Kesinambungan Jangka Panjang: Penataan ruang desa yang berorientasi pada keberlanjutan membantu melindungi lingkungan, menjaga kualitas hidup masyarakat, dan memastikan bahwa pembangunan yang terjadi saat ini tidak mengorbankan kepentingan generasi mendatang.

Dengan semua urgensi ini, penataan ruang desa menjadi instrumen yang penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, kesejahteraan masyarakat, dan pelestarian lingkungan di tingkat lokal.

Implementasi Tata Ruang Desa

Penataan Ruang Desa

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang8. Penataan ruang desa merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan pengelolaan dan perencanaan penggunaan lahan serta infrastruktur di wilayah pedesaan. Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih teratur, fungsional, berkelanjutan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa1. Beberapa aspek yang biasanya tercakup dalam penataan ruang desa meliputi:

1. Zonasi Lahan

Pengelompokan lahan berdasarkan fungsinya, seperti zona pertanian, zona perumahan, zona perdagangan, zona konservasi alam, dan lain sebagainya. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi8. Zonasi lahan membantu memastikan bahwa aktivitas yang berbeda tidak saling mengganggu dan optimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa.

2. Infrastruktur

Merencanakan dan mengembangkan fasilitas umum seperti jalan, jembatan, drainase, listrik, air bersih, sanitasi, dan lain-lain. Infrastruktur yang baik dapat meningkatkan konektivitas, aksesibilitas, dan kualitas hidup di desa.

3. Pengembangan Permukiman

Penataan ruang desa juga termasuk perencanaan pola ruang dan pengembangan permukiman3. Hal ini dapat meliputi lokasi rumah, desain rumah, dan pengaturan taman atau ruang terbuka.

8
1 A. Rohiani, Perencanaan Penataan Ruang Desa Berbasis Potensi Desa sebagai Kendali Pembangunan Desa yang Terarah dan Berkelanjutan, Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan), Vol 5 (1): 15-27, 2021, http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2021.5.1.15-27 3 M. M. Sudarwani dan I. Priyoga, Kajian Pola Ruang dan Rumah Tradisional Desa Panglipuran, Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan. Vol 16, No. 2; halaman 248-257, 2018, http://dx.doi.org/10.20961/arst.v16i2.23864 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Kerusakan lingkungan sering kali terjadi akibat adanya perubahan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukannya1. Memperhatikan aspek lingkungan dalam penataan ruang desa adalah penting untuk menjaga keberlanjutan alam sekitar. Ini termasuk perlindungan sumber daya alam, penghijauan, pelestarian ekosistem, dan upaya untuk mengurangi dampak lingkungan.

5. Partisipasi Masyarakat

Proses penataan ruang desa sebaiknya melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat9. Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menghasilkan solusi yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka.

6. Pengembangan Ekonomi

Penataan ruang desa juga dapat mendukung pengembangan ekonomi lokal, seperti memfasilitasi pendirian usaha mikro dan kecil, serta mengembangkan sektor pariwisata atau kerajinan lokal.

7. Pengelolaan Risiko Bencana

Penataan ruang desa harus mempertimbangkan potensi risiko bencana seperti banjir, gempa bumi, dan tanah longsor. Dengan merencanakan infrastruktur dan penggunaan lahan yang aman, masyarakat desa dapat lebih tahan terhadap bencana alam.

Penerapan Tata Ruang Desa

tata ruang. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan desa yang seimbang antara pengembangan manusia dan konservasi alam.

Penerapan tata ruang desa adalah proses yang berkelanjutan dan memerlukan komitmen serta kerja sama dari berbagai pihak. Dengan melibatkan masyarakat desa dan mempertimbangkan berbagai aspek, penataan ruang desa dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi penduduknya. Penting untuk menjalankan penataan ruang desa dengan pendekatan holistik dan berkelanjutan yang mempertimbangkan berbagai aspek. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah Lanskap Lestari. Pengembangan Lanskap Lestari dalam tata ruang desa merujuk pada pendekatan perencanaan yang memprioritaskan pelestarian lingkungan alam, ekosistem, dan keberlanjutan sumber daya alam dalam pengaturan

Sumber: klikhijau.com

Dalam penerapan Lanskap Lestari, konservasi sumber daya alam sangat diperhatikan. Dimana daerah yang dinilai mempunyai nilai ekologis tinggi dipertimbangkan untuk dilindungi dan dipelihara. Penentuan zonasi fungsional dilakukan berdasarkan karakteristik dan kondisi geografi, sehingga kelestarian alam tetap terjaga3. Penerapan prinsip desain perkotaan berkelanjutan sangat memungkinkan diterapkan pada tata ruang desa. Konsep pemakaian lahan yang padat, desain arsitektur yang ramah lingkungan, dan aksesibilitas yang baik bukanlah hal yang mustahil untuk diimplementasikan. Manajemen pengelolaan air dan air limbah juga harus dipertimbangkan untuk menjamin terjaganya kualitas lingkungan.

Sumber:

Judul Gambar Sumber

Pedesaan didominasi oleh kegiatan agraria. Pertanian organik, rotasi tanaman, dan penggunaan bahan alami yang ramah lingkungan diterapkan dalam mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan. Pemerintah memberikan perlindungan dan memfasilitasi pengembangan pada lahan pertanian berkelanjutan guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional2. Dengan diterapkannya pertanian berkelanjutan, dampak negatif pada tanah dan air akan sangat berkurang. Walaupun di wilayah desa keberadaan pohon masih sangat terjaga namun

9
4. Pelestarian Lingkungan Penerapan Tata Ruang Desa Sumber: Google, 2023 Konservasi Hutan Kegiatan Pertanian di Pedesaan ringtimesbanyuwangi.pikiran-rakyat.com
http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2021.5.1.15-27
1 A. Rohiani, Perencanaan Penataan Ruang Desa Berbasis Potensi Desa sebagai Kendali Pembangunan Desa yang Terarah dan Berkelanjutan, Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan), Vol 5 (1): 15-27, 2021, 2 F. Riza, Tinjauan Hukum Tentang Urgensi Pengaturan Tata Ruang Desa. Pontianak: Universitas Tanjungpura, 2016. 3 M. M. Sudarwani dan I. Priyoga, Kajian Pola Ruang dan Rumah Tradisional Desa Panglipuran, Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan. Vol 16, No. 2; halaman 248-257, 2018, http://dx.doi.org/10.20961/arst.v16i2.23864 9 V. Y. Ulenaung, Implementasi Penataan Ruang dalam Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007. Lex Administratum, Vol. VII/No. 2, 2019

tidak ada jeleknya jika strategi reboisasi atau penghijauan tetap dilakukan.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan, penting adanya program pendidikan kesadaran lingkungan. Sehingga, masyarakat akan cenderung mendukung konsep Lanskap Lestari. Selain itu, penting untuk melibatkan masyarakat sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam proses penerapan Lanskap Lestari. Dalam memastikan efektivitas dan keberlanjutan program, lakukan peninjauan berkala untuk mengukur dampak dan mengidentifikasi potensi perbaikan. Lanskap Lestari dalam tata ruang desa bukan hanya akan memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa dan menjaga keberlanjutan ekonomi serta budaya lokal.

Case Study: Desa Bangsal

Desa Bangsal merupakan sebuah desa di Pulau Kuro, Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Kondisi Desa Bangsal dikelilingi oleh rawa gambut dengan aktivitas masyarakat lokal yang sebagian besar berkebun karet, bertani, mencari ikan dan beternak kerbau rawa. Kondisi wilayah Desa Bangsal yang terancam dengan perkebunan sawit dan tumbuhnya infrastruktur. Lanskap Lestari dibuat untuk menetapkan wilayah permukiman, perikanan, pertanian, perkebunan karet, dan peternakan kerbau rawa.

Tujuan Lanskap Lestari Desa Bangsal adalah menghindari konflik antara warga yang berkebun dan bersawah dengan peternak kerbau, serta menjamin kebutuhan pangan warga. Menciptakan garansi ekonomi sekaligus mempertahankan hutan yang ada. Berbagai strategi dilakukan warga Desa Bangsal dalam mencapai tujuan tersebut. Mulai dari sektor perikanan atau budidaya ikan, persawahan, pertanian pekarangan rumah, peternakan, kemandirian energi, dan potensi pariwisata. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan persiapan yang matang dari lingkungan maupun masyarakat. Kesetaraan pengembangan pada sektor pertanian dan peternakan harus terjamin, dengan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Penerapan Lanskap Lestari bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan adanya keinginan kuat warga Desa Bangsal dan kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik, hal tersebut tidaklah mustahil.

Isu dan Tantangan dalam Penataan

Ruang Desa Adat

Tata Ruang Desa Adat

Desa adat pada prinsipnya merupakan warisan organisasi pemerintahan masyarakat lokal yang dipelihara secara turun temurun yang tetap diakui dan diperjuangkan oleh pemimpin dan masyarakat desa adat agar dapat berfungsi mengembangkan kesejahteraan dan identitas sosial budaya lokal7 Tata ruang desa adat merujuk pada tata cara pengaturan dan penataan wilayah dalam sebuah desa adat, yang merupakan suatu bentuk masyarakat tradisional yang memiliki norma-norma, adat istiadat, dan sistem organisasi yang khas. Dalam penerapan tata ruang tentunya harus berpegang pada nilai-nilai tersebut. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap desa adat memiliki karakteristik yang unik, tergantung pada budaya lokal, adat istiadat, dan kondisi geografis. Adat istiadat dan tata ruang desa adat juga bisa mengalami perubahan seiring waktu karena pengaruh modernisasi dan faktor-faktor lainnya.

10
Aktivitas Keseharian Warga Desa Bangsal, Sumatera Selatan Sumber: mongabay.co.id Penerapan Lanskap Lestari Desa Bangsal, Sumatera Selatan Sumber: Dhiya Soliha, 2019
7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Aktivitas Masyarakat Desa Adat Sumber: Google, 2023

Beberapa ciri umum tata ruang desa adat meliputi:

1. Pemisahan fungsi wilayah: Wilayah desa adat biasanya dibagi menjadi beberapa zona yang memiliki fungsi yang berbeda. Misalnya, zona pemukiman, zona pertanian, zona hutan adat, dan lain-lain.

2. Struktur bangunan tradisional: Tata ruang desa adat sering mencakup struktur bangunan tradisional yang telah ada selama berabad-abad. Bangunan-bangunan ini mungkin memiliki fungsi sosial dan ritual, serta mengikuti prinsip-prinsip adat setempat.

3. Keberlanjutan alam: Tata ruang desa adat cenderung mempertimbangkan keberlanjutan alam dan lingkungan. Zona-zona seperti hutan adat dan lahan pertanian mungkin diatur sedemikian rupa untuk menjaga ekosistem dan sumber daya alam.

4. Tempat ritual dan adat: Desa adat sering memiliki tempat-tempat khusus yang digunakan untuk pelaksanaan upacara ritual dan adat. Tempat-tempat ini memiliki makna budaya dan spiritual yang dalam bagi masyarakat adat.

5. Sistem sosial dan kelembagaan: Tata ruang desa adat dapat mencerminkan struktur sosial dan kelembagaan masyarakat adat. Misalnya, ada desa adat yang memiliki tata ruang yang menggambarkan peran pemimpin adat, tetua adat, dan masyarakat umum.

6. Norma dan regulasi adat: Tata ruang desa adat seringkali didasarkan pada norma-norma dan regulasi adat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini mencakup aturan-aturan tentang penggunaan tanah, pemeliharaan lingkungan, dan pengaturan kehidupan sehari-hari.

7. Keterhubungan budaya dan spiritual: Tata ruang desa adat sering mencerminkan keterhubungan yang dalam antara budaya, ritual, dan spiritualitas masyarakat adat. Tempat-tempat sakral dan ritual memiliki posisi yang istimewa dalam tata ruang ini.

Case Study: Arfack Village

Masyarakat hukum adat Arfak adalah penduduk asli dari daerah pedalaman Manokwari. Sebagaimana masyarakat hukum adat pada umumnya, Arfak juga memiliki tatanan hukum serta struktur pemerintahannya sendiri. Masyarakat Arfak secara khusus mempunyai tiga perspektif utama dalam melihat wilayahnya. Pandangan tanah sebagai ibu. Istilah ini sering digunakan dalam konteks spiritual atau mitologis untuk menggambarkan tanah sebagai penyedia kehidupan dan sumber daya yang mendukung semua makhluk hidup, mirip dengan peran seorang ibu dalam memberikan perawatan dan nutrisi kepada anak-anaknya. Konsep ini sering kali digunakan untuk menekankan pentingnya menjaga lingkungan dan sumber daya alam, karena tanah dianggap sebagai 'ibu' yang memberikan kelimpahan dan keberlanjutan bagi kehidupan.

11

Pandangan ini juga bisa menjadi dasar bagi nilai-nilai holistik seperti keberlanjutan, keharmonisan dengan alam, dan tanggung jawab manusia untuk merawat planet ini.

Penataan Ruang Wilayah MHA Arfak

Perspektif Arfak Terhadap Wilayahnya

Sumber: Dhiya Soliha, 2019

Kemudian pandangan tanah menciptakan suku Arfak. Pandangan bahwa tanah menciptakan suku Arfak merujuk pada keyakinan bahwa suatu daerah atau wilayah tertentu memiliki pengaruh signifikan terhadap budaya, identitas, dan karakteristik suku atau kelompok masyarakat yang tinggal di sana. Ini berarti bahwa lingkungan fisik, alam, dan geografi dari suatu wilayah memiliki dampak yang kuat pada cara hidup, tradisi, bahasa, dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Yang terakhir adalah penggunaan lahan oleh masyarakat Arfak yang meliputi kawasan budidaya (permukiman dan perladangan), kawasan konservasi, dan kawasan lainnya (pembagian berdasarkan topografi).

Pembagian wilayah pemanfaatan tata ruang berdasarkan topografi adalah pendekatan untuk mengatur penggunaan dan pemanfaatan lahan di

Sumber: Dhiya Soliha, 2019

suatu wilayah berdasarkan karakteristik topografi atau relief permukaan tanah. Masyarakat Arfak membagi wilayah menjadi empat yaitu: area konservasi, area berburu, area berkebun, dan area pemukiman atau kampung. Area konservasi berada yang paling tinggi atau pada dataran tinggi. Daerah dataran tinggi cenderung memiliki iklim yang berbeda dan kurang cocok untuk pertanian intensif. Namun, dataran tinggi bisa menjadi tempat yang baik untuk konservasi alam. Di bawah area konservasi terdapat area berburu dan berkebun. Pada area ini cenderung tidak mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga dimanfaatkan masyarakat Arfak untuk berburu dan berkebun. Pada area lembah dan dataran rendah dimanfaatkan sebagai area pemukiman atau kampung. Lembah dan dataran rendah dipilih menjadi tempat pemukiman oleh masyarakat Arfak karena dinilai mempunyai tanah yang subur dan akses mudah dalam mendapatkan air.

12
Village of Arfak Sumber: Google, 2023

The Comfortable Jogja: Becoming Livable City Through Urban Acupuncture

Pada intinya, Akupunktur perkotaan menganut prinsip kesederhanaan, menekankan kepada solusi cepat dan hemat biaya yang dapat memberikan hasil langsung1. Intervensi ini bertindak sebagai katalisator, seperti jarum praktik kuno, menghidupkan kembali kehidupan dan vitalitas ke daerah-daerah yang lama dibayangi perselisihan perkotaan² .

Exemplars of Urban Renaissance

Kota Curitiba, Brazil, di mana transformasi perkotaan terjadi melalui transportasi, daur ulang, dan taman mempunyai sebuah kota dengan bus yang akan mengantar penduduknya berkeliling ke mana saja, jaringan yang efisien ini diandalkan oleh jutaan penduduk kota setiap harinya.

Di jantung kota Yogyakarta, sebuah kontradiksi terjadi. Trotoar yang dirancang untuk berjalan-jalan santai, tanpa disadari telah berubah menjadi pasar yang ramai. Trotoar yang dulunya nyaman untuk berjalan kaki, kini dipenuhi kios-kios sehingga menyulitkan masyarakat untuk bergerak akibat ruang yang menyempit. Tempat yang dulunya merupakan jalur untuk bersantai kini menjadi medan yang diperebutkan. Kios mereka, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritme kota, diresapi dengan rasa identitas dan rasa memiliki yang menolak relokasi. Namun, di dalam kompleksitas ini terletak visi Yogyakarta bukan hanya sebagai kota, tetapi "Livable City" atau Kota Layak Huni, sebuah konsep yang mengundang keharmonisan untuk dijahit ke dalam jalinan jalan-jalannya.

Urban Acupuncture: Needles of Transformation

Di tengah dilema perkotaan ini, muncul sebuah konsep yaitu Urban Acupuncture. Sama seperti ahli akupuntur terampil yang menargetkan titik-titik penyembuhan yang tepat, Urban Acupuncture menargetkan titik-titik perkotaan tertentu untuk revitalisasi, mengembalikan vitalitas ke dalam struktur perkotaan1. Jarum-jarum perubahan berupa intervensi kecil namun strategis ini dimasukkan ke dalam titik-titik penting yang memicu transformasi dalam skala yang lebih luas1-2

Perencanaan untuk sistem BRT (Bus Rapid Transit) di Curitiba dimulai pada awal tahun 1970-an⁵. Pada saat itu, Kota Curitiba menghadapi pertumbuhan populasi yang pesat dan tantangan kemacetan lalu lintas yang berkembang. Daripada membangun sistem kereta bawah tanah yang mahal, arsitek sekaligus Walikota Curitiba pada saat itu, Jaime Lerner, mengusulkan sistem BRT yang menggabungkan jalur bus khusus dan desain stasiun yang inovatif. Sistem bus ini juga tentunya dilengkapi dengan infrastruktur pendukung seperti jaringan pejalan kaki, aksesibilitas untuk difabel, dan sistem pembayaran yang canggih. Adanya stasiun-stasiun BRT ini kemudian mempengaruhi pengembangan wilayah di sekitarnya. Wilayah-wilayah di sekitar stasiun berkembang menjadi pusat aktivitas komersial, perumahan, dan kawasan perkantoran karena aksesibilitas yang lebih baik dan arus lalu lintas yang lebih tinggi. Taman-taman hijau pun tumbuh subur seperti oasis⁵

Sistem Bus Rapid Transit (BRT) yang diperkenalkan lebih dari empat dekade lalu ini merupakan bukti dampak jangka panjang dari pilihan-pilihan yang visioner. Perubahan sederhana dapat membawa perubahan besar, dan kondisi kota dapat berubah jika dilakukan intervensi yang tepat sasaran.

Kemudian Lavender Hills, sebuah kota yang dulunya suram di Cape Town, Afrika Selatan adalah salah satu kota dengan tingkat pengangguran yang tinggi, terdapat banyak kelompok kriminal, kemiskinan, dan sebagainya. Kondisi ini lalu dapat berubah drastis dengan tindakan-tindakan sederhana namun bermakna. Dimulai dengan memberi makan anak-anak yang kelaparan, lalu memberikan ruang-ruang yang aman dan positif bagi kaum muda6. Dalam hal ini, inisiatif membawa perubahan mulai dari akar menjadi awal sederhana yang membantu komunitas ini berkembang menjadi jauh lebih baik.

13
1 J. Lerner, Urban acupuncture. Island Press, 2016. 2 K. Houghton, J. H. Choi, and A. Lugmayr, “From the Guest Editors: Urban Acupuncture,” Journal of Urban Technology, vol. 22, no. 3, pp. 1–2, Jul. 2015, doi: https://doi.org/10.1080/10630732.2015.1087684. 5 D. Reed, “How Curitiba’s BRT stations sparked a transport revolution – a history of cities in 50 buildings, day 43,” the Guardian, May 11, 2018. https://www.theguardian.com/cities/2015/may/26/curitiba-brazil-brt-transport-revolution-history-cities-50-buildingszil-brt-transport-revolution-history-cities-50-buildings 6 S. Vuzo, “Mother Teresa of Lavender Hill’ feeding hundreds of needy children,” Independent Online, Apr. 14, 2020. Accessed: Aug. 25, 2023. [Online]. Available: https://www.iol.co.za/capetimes/news/mother-teresa-of-lavender-hill-feeding-hundreds-of-needy-children-46686632
Wisatawan berbelanja di PKL Malioboro, Yogyakarta Sumber: Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja, 2018

Orchestrating Transformation: A Call to Prioritize Pedestrians

Menyelesaikan permasalahan pejalan kaki adalah salah satu solusi mendasar permasalahan perkotaan. Hal ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap permasalahan perkotaan. Hal ini juga menciptakan pola pikir perencanaan kota yang mengutamakan manusia, bukan industri dan sebagainya.

Penataan pedagang kaki lima (PKL) di jalur pedestrian juga akan memiliki dampak yang signifikan terhadap perwujudan konsep kota yang layak huni (livable city) di Yogyakarta. Dalam konteks sosial dan ekonomi, PKL dapat berperan dalam menghidupkan suasana kota dengan berkontribusi pada kehidupan sosial dan ekonomi. Keberadaan PKL sebagai sektor ekonomi informal penting karena memberi mata pencaharian kepada warga miskin, juga memberikan peluang kemandirian ekonomi Pendekatan seimbang diperlukan, mengakui kontribusi PKL sambil menjaga ketertiban kota dan kesejahteraan masyarakat.

Maka, Urban Acupuncture dapat diterapkan berupa perwujudan konsep Woonerf di persimpangan KM Nol4. Dalam konsep ini, pejalan kaki menjadi

primadona simfoni perkotaan, dan kendaraan hanyalah pengiring³ Street atau jalan menjadi sebuah ruang sosial, bukan hanya jalur untuk pergerakan kendaraan³. Konsep shared street yang mengakomodasi dan memberikan ruang khusus yang teratur untuk PKL dapat diterapkan⁴. Dengan begitu, kenyamanan pejalan kaki akan tetap terjaga dan PKL juga terus dapat eksis. Melalui konsep urban acupuncture, pelaksanaan perubahan kecil dalam penataan kota mampu menghasilkan transformasi yang signifikan dalam skala kota secara keseluruhan.

14 3 N. Collarte, “The Woonerf Concept: ‘Rethinking a Residential Street in Somerville,’” Tufts University , 2012. Accessed: Aug. 23, 2023. [Online]. Available: http://www.solaripedia.com/files/1325.pdf 4 A+A Studio, “Grand Design Masterplan Malioboro 2020,” A+A Studio. https://ardhyasa.blogspot.com/2016/04/grand-design-masterplan-malioboro-2020.html (accessed Aug. 25, 2023). 7 R. Bromley, “Street vending and public policy: a global review,” International Journal of Sociology and Social Policy, vol. 20, no. 1/2, pp. 1–28, Feb. 2000, doi: https://doi.org/10.1108/01443330010789052.
BRT di Curitiba, Brazil Sumber: Guilherme Mendes Thomaz/Flickr, 2010 Anak-anak menunggu makanan dari Chairmane Joseph Sumber: Phando Jikelo/African News Agency (ANA), 2020

Ruang dan Rungu

15 Pemberitahuan Pencabutan Status Pandemi COVID-19 di Indonesia Sumber: covid19.go.id, 2023
Researcher: Rizky Nur Asih | Reviewer: Diena Aslama Scientifionisa P. & Muhammad Iqbal S. U.

Tuna Rungu di Balik Layar

Di awal tahun 2020, dunia dipertemukan dengan wabah pandemi COVID-19 yang mengubah sudut pandang manusia dalam berkehidupan sehari-hari dan berbaur dengan teknologi. Seketika, segala aktivitas sehari-hari kita harus lebih sering dilakukan di rumah, mulai dari sekolah hingga bekerja. Bahkan, hal tersebut masih berlaku usai status pandemi COVID-19 dicabut di Indonesia pada 21 Juni 2023. Kita masih mampu melihat beberapa perkantoran, sekolah, serta kursus dilakukan secara daring. Banyak hal positif yang didapatkan dengan metode ini, selain menghemat biaya, fleksibilitas adalah kunci penting dari aktivitas virtual ini.

Namun, sayangnya, hal ini belum dapat dirasakan secara maksimal oleh teman-teman kita yang berkebutuhan khusus (ABK), terutama bagi para tuna rungu. Pada dasarnya, mereka diwajibkan mengikuti terapi seperti sensoris, wicara, dan lainnya sesuai kebutuhan1. Sekolah Luar Biasa (SLB) menghadapi kondisi yang lebih menantang karena Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tidak hanya membutuhkan pengetahuan atau aspek intelektual saja, tetapi juga interaksi langsung dan intensif dengan pembimbing dalam aspek emosional, terutama sensoriknya.

ABK mengalami kemunduran sejak pandemi berlangsung. Tim Kompas menuturkan bahwa guru SLB pun harus menyambangi rumah para penyandang agar pembelajaran dapat berjalan efektif2. Dengan demikian, pengawasan intensif sulit dilakukan. Tak dapat dipungkiri bahwa para penyandang sangat berpotensi mengalami tantrum, bosan, tidak mengerjakan tugas, serta masalah kesehatan mata akibat sering terpapar layar gawai. Belum lagi orang tua ikut mengalami stres akibat kondisi demikian.

Sejarah mencatat, benua Eropa pernah mengalami wabah tuberculosis dan manusia mencoba untuk beradaptasi dengannya. Alvar Aalto, salah satu arsitek kenamaan era 1900-an dari Finlandia, pernah mendesain sanatorium di Paimio, Finlandia sebagai pusat kesehatan bagi penyandang penyakit tuberculosis3. Sanatorium tersebut didesain menyesuaikan kebutuhan dari para penyandang. Pandemi COVID-19 memberi kesempatan bagi kita untuk mengartikulasikan ulang fasilitas edukasi yang adaptif, terutama bagi para penyandang tuna rungu. Gagasan mengenai deafspace menjadi langkah awal perjalanan menuju ke sana.

Deafspace dalam Arsitektur

Deafspace merupakan sebuah konsep dalam bidang studi arsitektur yang membahas bagaimana ruang-ruang mampu mengakomodasi teman-teman

1 P. A. Yasmin, “Pentingnya Terapi Sejak Dini pada Anak Berkebutuhan Khusus,” Detik, 2017.

dahulu, dimulai dari seorang arsitek yang menyandang tuna rungu, Olof Hanson, berkarir dan berkarya dengan mendesain asrama putra untuk Gallaudet University di Amerika Serikat. Hingga akhirnya, Hansel Bauman membangun gerakan Deaf Space Project (DSP) yang menghadirkan beberapa prinsip desain arsitektur yang merespon kebutuhan penyandang tuna rungu.

Secara garis besar, sekitar 150 elemen arsitektur yang terlibat dapat diringkas menjadi 5 kategori4: sensory reach; space and proximity; mobility and proximity; light and colour; dan acoustics.

1. Sensory Reach

Tuna rungu sangat mengandalkan indera selain pendengaran mereka. Dengan demikian, mereka memerlukan ruang yang mudah diidentifikasi secara visual, spasial, dan lainnya. Misalkan keberadaan jendela yang cukup menjadi sangat penting agar para penyandang mampu mengenali aktivitas dan benda-benda di sekitar mereka.

2. Space and Proximity

Sebagai penyandang disabilitas, tentunya mereka tidak ingin dikucilkan dan lainnya. Ruang harus diatur sedemikian rupa agar mampu mengakomodasi satu sama lain saat berbicara. Misalnya adalah menggunakan kursi tanpa sandaran lengan yang mudah dipindah agar "lingkar diskusi" bisa disesuaikan.

3. Mobility and Proximity

Dalam berkomunikasi, para penyandang tuna rungu mengandalkan kemampuan visual dan alat peraga seperti tangan. memberikan ruangan yang lebih luas dapat membantu mereka dalam berkomunikasi dengan kemampuan tersebut. Contohnya adalah memberi ruang sirkulasi yang lebih luas sehingga memiliki ruang cukup untuk memperagakan sesuatu saat berkomunikasi.

4. Light and Colour

Intensitas cahaya, pola gelap terang, dan warna yang kurang baik dapat mengganggu aktivitas para

Available: https://health.detik.com/anak-dan-remaja/d-3450544/pentingnya-terapi-sejak-dini-pada-anak-berkebutuhan-khusus

2 Tim. Kompas, “Lindungi Anak Berkebutuhan Khusus,” kompas.id, Sep. 14, 2020.

Available: https://www.kompas.id/baca/kesehatan/2020/09/15/lindungi-anak-berkebutuhan-khusus. [Accessed: Aug. 31, 2023]

3 “Paimio Sanatorium - Alvar Aalto Foundation | Alvar Aalto -säätiö,” Alvar Aalto Foundation | Alvar Aalto -säätiö, 2018.

Available: https://www.alvaraalto.fi/en/architecture/paimio-sanatorium/

4 “DeafSpace,” DeafSpace. Available: http://deafspace.weebly.com. [Accessed: Aug. 31, 2023]

16
Dokumentasi Paimio Sanatorium karya Alvar Aalto Sumber: alvaraalto.fi, n.d.

penyandang. Penggunaan sistem penerangan dan cahaya alami yang baik mampu memberikan cahaya yang nyaman.

5. Acoustics

Para penyandang tuna rungu tidak semuanya mengalami kehilangan pendengaran, tetapi ada juga yang menggunakan alat bantu dengar. Lingkungan yang tidak kondusif seperti permukaan yang mudah menggaungkan suara dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan para penyandang saat beraktivitas. Dengan demikian, meminimalisir gaung (reverberation) sangat penting dilakukan.

Selain itu, ada beberapa intervensi lain yang dapat kita lakukan seperti penggunaan pintu geser agar komunikasi tidak terputus, penggunaan kaca sebagai partisi, serta area duduk melingkar. Berdasarkan penjelasan di atas, poin pentingnya adalah bagaimana deafspace mengakomodasi akses visual yang maksimal dan mendorong interaksi yang aman dan nyaman bagi para penyandang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa, tuna rungu didefinisikan sebagai kerusakan atau cacat pendengaran yang mengakibatkan seseorang tak dapat mendengar atau tuli atau pekak, termasuk seseorang yang kekurangan daya pendengaran6

SLB ABC Putra Pasundan merupakan salah satu sekolah luar biasa yang terletak di Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat. SLB ini, sebagaimana namanya, melayani penyandang tuna netra, rungu, dan grahita dengan jumlah siswa (per Agustus 2023) sebanyak 65 siswa dengan tenaga pendidik berjumlah 13 orang7. Pada umumnya, kelas-kelas di sini bersekat dengan masing-masing ruang berukuran sekitar 4.5m x 6m dengan tata ruang dalam yang seperti ruang kelas formal pada umumnya. Hal ini bisa menjadi masalah apabila para penyandang kebutuhan khusus memiliki preferensi yang tidak dapat dicapai dengan tata ruang tersebut.

Beberapa konfigurasi elemen arsitektur untuk menunjang visual 360 derajat Sumber: deafspace.weebly.com, n.d.

Case Study – SLB Pasundan

Dilansir dari edukasi.kompas.com, Sekolah Luar Biasa dibagi menjadi 6 jenis. Klasifikasi didasarkan pada jenis penyandang yang dirawat5, yaitu:

SLB-A

Khusus untuk penyandang tuna netra (keterbelakangan penglihatan)

SLB-C

Khusus untuk penyandang tuna grahita (keterbelakangan mental)

SLB-E

Khusus untuk penyandang tuna laras (keterbelakangan suara)

Deafspace – Small Step to be Safe

Intervensi dapat kita lakukan untuk memberikan ruang yang aman dan nyaman bagi penyandang kebutuhan khusus tuna rungu. Berikut adalah konsepnya:

SLB-B

Khusus untuk penyandang tuna rungu (keterbelakangan pendengaran)

SLB-D

Khusus untuk penyandang tuna daksa (keterbelakangan tubuh)

SLB-G

Khusus untuk penyandang tuna ganda (keterbelakangan lebih dari satu hal)

Membuka sekat dinding dan memberi lebih banyak bukaan pada dinding kelas

Strategi di atas membantu dalam mewujudkan kriteria mobility, proximity, dan light akibat ruangan yang lebih lega dan cukup cahaya untuk melihat keadaan sekitar dengan lebih baik.

Variasi karakter masing-masing dinding

Strategi ini membantu dalam mewujudkan aspek colour. Dengan demikian, penyandang dapat melihat kondisi sekitar dengan lebih baik akibat aspek visual yang kuat ditekankan pada dinding. Warna material yang ringan juga membantu agar ruang kelas tetap terang dan nyaman.

Meja modular 360 derajat

Penggunaan meja 360 derajat sangat membantu dalam memastikan keterikatan antarmurid secara visual. Material transparan pada meja dapat menjadi penghambat jika dikhawatirkan terjadi penyebaran virus melalui komunikasi antar para penyandang. Modularitas menjadikan meja ini sangat fleksibel sesuai kebutuhan.

Halaman all,” KOMPAS.com, Jan. 20, 2020. Available: https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/20/22101771/sekolah-berkebutuhan-khusus-ini-6-jenis-slb-yang-harus-kamu-ketahui?page=all. [Accessed: Aug. 31, 2023] 6 Pemerintah Pusat Indonesia, “Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa,” Dec. 31, 1991.

7 Kementerian Pendiidikan

Indonesia, “Data

SLB ABC PUTRA PASUNDAN 1 - Pauddikdasmen,” dapo.kemdikbud.go.id. Available: https://dapo.kemdikbud.go.id/sekolah/10A61EDB4A8B8B9CD6F5. [Accessed: Aug. 31, 2023]

17
5 K. C. Media, “Sekolah Berkebutuhan Khusus, Ini 6 Jenis SLB yang Harus Kamu Ketahui dan Kebudayaan Pokok

Sumber: https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/

Lesson Learned

Dunia ini tidak luput dari dinamika dan sejarah yang cukup panjang, yang memperlihatkan bagaimana manusia mencoba menghadapi situasi-situasi yang datang. Mulai dari wabah TBC di masa lampau hingga COVID-19 yang baru saja merebak, tidak hanya manusia yang mampu beradaptasi dan menghasilkan inovasi untuk menjawab kebutuhannya, tetapi juga arsitektur. Para penyandang kebutuhan khusus, terutama tuna rungu, juga bagian dari manusia yang tak luput dari hak dasar berupa pendidikan yang layak. Arsitektur pasca COVID-19 yang mengedepankan ruang-ruang fleksibel, terbuka, dan mendorong ikatan sosial sembari menjaga jarak menjadi secercah harapan demi mewujudkan arsitektur untuk semua.

SLB ABC Putra Pasundan Kota Banjar
18

Researcher: Sari Kusumaningsih

Reviewer: Cinta Berliana, Ayubella Anggraini Leksono, Sherin Meutia Khansa

Exploring the Foundations of Child-friendly Public Spaces

Why Kids and Play Matters

Pada 2050, sekitar 70% penduduk akan tinggal di perkotaan, banyak di antaranya anak-anak1. Namun, masalah kesehatan mental anak semakin meningkat, dipengaruhi oleh tekanan hidup perkotaan dan kurangnya waktu bermain2 Kemudian, menurut American Journal of Play, kurangnya bermain dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak, meningkatkan risiko kecemasan, depresi, dan masalah perhatian3

Why Child-friendly Public Space Matters

Menurut laporan tahun 2006, Rotterdam dianggap sebagai kota yang paling kurang ramah anak di Belanda. Hal ini telah mengakibatkan fenomena "brain drain" di mana keluarga muda berpendidikan dan berbakat meninggalkan kota tersebut. Pemerintah pun harus menggelontorkan dana hingga puluhan juta euro untuk mengatasi masalah

ini4. Keterkaitannya dengan pentingnya partisipasi anak dalam perencanaan ruang publik sebagai solusi ditunjukkan oleh fakta anak-anak yang terlibat dalam proyek-proyek yang terkait langsung dengan lingkungan mereka dapat memainkan peran penting sebagai agen perubahan5

Situasi di Indonesia

Pada 2045, 73% penduduk akan tinggal di perkotaan. Sayangnya, anak-anak Indonesia usia 5-17 tahun jarang beraktivitas di luar ruangan. Hanya Balikpapan yang mengalokasikan minimal 30% luasnya untuk ruang terbuka, sementara belum ada ruang publik khusus anak-anak di Indonesia.

Cracking the Code: Challenges in Child-Friendly Space Design

The Hurdles

Menciptakan ruang publik yang cukup untuk anak-anak di perkotaan adalah tantangan kompleks. Salah satu masalah utamanya adalah aturan taman

1 What Does a Child-Friendly City Look Like?, Bloomberg.com, Feb. 02, 2018. Available: https://www.bloomberg.com/news/articles/2018-02-02/designing-better-urban-spaces-for-kids

2 Design and implementing child friendly initiatives in urban areas, www.arup.com.

https://www.arup.com/perspectives/design-and-implementing-child-friendly-initiatives-in-urban-areas

3 American Journal of Play, The Strong National Museum of Play. https://www.museumofplay.org/journalofplay/

4 How to build cities fit for children, Rethinking Childhood, Apr. 30, 2019.

https://rethinkingchildhood.com/2019/04/30/building-cities-fit-for-children_churchill-fellowship-child-friendly-urban-planning-design/

5 K. Malone, Cities of Children, Palgrave Macmillan UK eBooks, pp. 57–80, Nov. 2017, doi: https://doi.org/10.1057/978-1-137-43091-5_3.

19

sisa ruang untuk taman bermain anak sangat terbatas.

Seiring pertumbuhan kota, lahan kosong semakin langka, mendorong penggunaan lahan untuk pengembangan ekonomi yang menguntungkan. Kekhawatiran finansial dan fokus pada pertumbuhan ekonomi lebih dari kebutuhan anak-anak menyulitkan penciptaan ruang anak yang layak6 .

The Goals

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan sebuah strategi komprehensif yang memperhatikan berbagai kebutuhan penduduk perkotaan, terutama kesejahteraan dan perkembangan anak-anak. Pendekatan ini harus dilakukan dengan penuh kesadaran terhadap peraturan zonasi, penggunaan lahan yang bijaksana, alokasi anggaran yang cermat, dan perhatian yang sengaja pada ruang-ruang yang ramah anak dalam perencanaan perkotaan7. Lebih dari itu, para perencana perlu melakukan penelitian yang melibatkan pandangan anak-anak mengenai ruang publik dan rekomendasi mereka.

Through Planner’s Eyes: Designing Public Spaces for Children

untuk benar-benar memahami pengalaman mereka di tempat-tempat tersebut. Kami berusaha keras untuk mencapai hal ini dengan berbagai cara, seperti mengumpulkan data visual, mobile, dan melalui percakapan dengan mereka. Bagian yang sangat penting dari proyek ini adalah menciptakan hubungan dengan anak-anak yang sering kali terpinggirkan atau dilupakan dalam perencanaan wilayah mereka.

Laporan akhir dari "Dapto Dreaming" sebenarnya dibuat oleh para anak itu sendiri, yang berisikan perasaan positif mereka tentang lingkungan mereka, serta memberikan saran-saran untuk perbaikan. Tujuannya cukup sederhana, yakni memastikan bahwa orang dewasa mendengarkan dengan sungguh-sungguh, menghargai pandangan mereka, dan mengintegrasikan impian mereka dalam perencanaan komunitas. Rencana untuk area bermain dan jalur dibagikan kepada para pengembang segera setelah laporan tersebut selesai. Setelah tiga bulan, desain awal tersebut disajikan kepada anak-anak, orang tua mereka, dan staf sekolah dalam sebuah pertemuan sekolah.

Child-Approved Spaces

Merancang ruang publik yang memperhatikan

20
6 J. Gehl, Life Between Buildings. 2011. 7 Child Friendly Cities and Communities Handbook, www.unicef.org. https://www.unicef.org/eap/reports/child-friendly-cities-and-communities-handbook
Anak-Anak Bermain di Taman Bermain Sumber: Unsplash

kebutuhan dan preferensi anak-anak merupakan aspek penting dalam menciptakan komunitas yang inklusif. Dengan melibatkan anak-anak dalam proses perencanaan dan desain, kita dapat menciptakan lingkungan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan rekreasi mereka tetapi juga memberdayakan mereka untuk membentuk lingkungan mereka sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir, kita semakin menyadari pentingnya melibatkan anak-anak dalam desain ruang publik. Wawasan dan pengalaman unik mereka berkontribusi pada penciptaan lingkungan yang tidak hanya estetis tetapi juga efektif secara fungsional. Ketika anak-anak terlibat sebagai peserta aktif dalam proses perencanaan, mereka membawa pandangan berharga yang mungkin tidak dipertimbangkan oleh orang dewasa saja8. Inisiatif desain kolaboratif, seperti proyek "Dapto Dreaming," menjadi contoh keberhasilan melibatkan anak-anak dalam membentuk lingkungan mereka sendiri.

Unveiling Children's Preferences in Learning

Memahami keinginan dan pandangan anak-anak penting saat merancang ruang publik untuk mereka. Dalam sub-bab ini, kita eksplorasi pentingnya mengungkap preferensi anak-anak dalam konteks pembelajaran di ruang publik. Dengan memahami keinginan pendidikan dan pengalaman mereka, perencana kota dan desainer dapat menciptakan lingkungan yang memupuk rasa ingin tahu dan pembelajaran sepanjang hayat.

Lingkungan pembelajaran yang berpusat pada anak mengakui peran penting pengalaman dan preferensi mereka dalam perkembangan kognitif dan emosional.Mengintegrasikan preferensi ini dalam desain ruang publik meningkatkan pengalaman pendidikan mereka dan mendorong partisipasi aktif. Melibatkan anak-anak dalam proses desain membantu menyesuaikan ruang pendidikan dengan kebutuhan mereka.

Penelitian juga telah mengungkap preferensi pendidikan anak-anak yang berharga. Studi menemukan bahwa elemen seperti instalasi interaktif, ruang kreatif, dan pengaturan alam meningkatkan minat anak-anak dalam pembelajaran9 .

Merancang ruang publik sesuai dengan preferensi pembelajaran anak-anak berdampak pada perkembangan kognitif dan emosional mereka. Ini tidak hanya memfasilitasi pembelajaran efektif, tetapi juga mendukung pertumbuhan holistik, termasuk pemikiran kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan kreativitas. Selain itu, lingkungan pembelajaran yang berpusat pada anak dapat memperkuat rasa komunitas karena menarik perhatian keluarga dan pendidik yang peduli pada kesejahteraan dan pendidikan anak-anak.

Guiding Engagement: Empowering Children in Planning

Lalu, bagaimana upaya yang tepat untuk melibatkan anak-anak dalam upaya perencanaan Open Space? Berikut beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan:

Pra Perencanaan

Pertimbangkan aksesibilitas saat memilih lokasi. Tentukan cakupan ruang publik sesuai regulasi zonasi. Lokasi yang direkomendasikan termasuk pompa bensin tak terpakai atau tanah yang hak guna bangunnya hampir berakhir. Tetapkan anggaran dan pelajari perilaku anak-anak untuk menentukan fasilitas yang sesuai berdasarkan rekomendasi mereka.

Perencanaan

Kurasi fasilitas berdasarkan anggaran dan undang anak-anak untuk melakukan survei lokasi. Ajak mereka menentukan penempatan fasilitas, menciptakan desain yang ergonomis.

Konstruksi

Libatkan anak-anak dalam proses konstruksi. Pemantauan dan Pengendalian Setelah Konstruksi

Melalui partisipasi anak-anak dalam perencanaan, kita berharap mereka akan merasa memiliki tempat tersebut, mendorong perawatan yang lebih baik. Ini kunci dalam menjaga kelangsungan ruang publik yang dibangun dengan semangat mereka.

Journey's End: Inspiring Tomorrow's Public Spaces

Memberikan ruang publik untuk anak-anak dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kesejahteraan mental mereka. Terkadang kita lupa bahwa anak-anak juga memiliki potensi luar biasa untuk berbicara tentang topik yang serius, bahkan dalam konteks perencanaan perkotaan. Yang menarik adalah, mereka sangat bersemangat untuk belajar tentang hal-hal semacam ini. Ini memberikan kita pelajaran berharga tentang bagaimana kita bisa lebih mendengarkan perspektif mereka dalam perencanaan ruang publik yang lebih baik.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah perencanaan ruang bermain publik yang benarbenar mengundang partisipasi anak-anak. Kita dapat mempertimbangkan keinginan dan aspirasi mereka sebagai pedoman dalam merancang ruang ini. Dengan demikian, kita membuka peluang untuk membangun ruang publik yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan anak-anak di masa depan. Melalui pendekatan yang humanis ini, kita tidak hanya menciptakan ruang yang fisiknya memadai, tetapi juga mendukung perkembangan mental mereka secara positif. Itu adalah langkah menuju masyarakat yang lebih peduli terhadap anak-anak dan kesejahteraan mereka.

8 Placemaking and the Human Scale City, Pps.org, 2016. https://www.pps.org/article/placemaking-and-the-human-scale-city 9 L. Tindall, J.A. Smith, P. Flower and M. Larkin (2009), Interpretative Phenomenological Analysis: Theory, Method and Research., Qualitative Research in Psychology, vol. 6, no. 4, pp. 346–347, Nov. 2009, doi: https://doi.org/10.1080/14780880903340091 21
The design of a city that really cares for its people starts with a careful understanding of human beings and their needs, and it continues with the design of all aspects of the city in a way that will help life flow as smoothly as possible.
- Jan Gehl
Sumber: Sulthan Aulia | Unsplash
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.